2, SEPTEMBER 2018: 84 - 92
Abstract : The role of nurse as health workers have the appropriate skills in disaster cycles,
espescially on mitigation stage. Thus, nurses having preparedness and alertness of the
vulnerable children population that may be have high risk for disasters. The object of the
research described effort of nurse in disaster mitigation of kelud mountain based on ICN
Frame work. The research method is descriptive. The population research are disaster nurses
prone area II , as many as 44 nurse sample taken using total sampling method . The data
collection use questionnaire .The research results show efforts both namely 36,3 % (16)
nurses .An effort to nurse good aimed at risk reduction efforts and a nurse in the prevention of
disease while efforts to nurse enough on the promotion of health and made an effort and
lacking in policy development and planning .It is affected because a large proportion of
nurses had once followed disaster emergency response .Recommendations for nurses increase
capacity and disaster management capacity.
Abstrak :Peran perawat sebagai tenaga kesehatan mempunyai keahlian dalam siklus
kebencanaan salah satunya pada tahap mitigasi bencana. Dengan demikian, perawat memiliki
kesiagaan dari populasi rentan di masyarakat yang mungkin berisiko tinggi terhadap bencana.
Tujuan penelitian menggambarkan upaya perawat dalam fase mitigasi bencana Gunung Kelud
berdasarkan ICN Framewok. Metode penelitian menggunakan rancangan deskriptif. Populasi
penelitian perawat Kawasan Rawan Bencana II, sampel sebanyak 44 perawat diambil
menggunakan teknik total sampling. Pengumpulan data dengan kuesioner. Hasil penelitian
menunjukkan upaya baik yaitu 36,3% 16 perawat. Upaya perawat baik ditujukan pada upaya
perawat dalam pengurangan risiko dan pencegahan penyakit sedangkan upaya perawat cukup
pada promosi kesehatan dan melakukan upaya kurang pada pengembangan kebijakan dan
perencanaan. Hal ini dipengaruhi karena sebagian besar perawat pernah mengikuti tanggap
darurat bencana. Rekomendasi untuk perawat meningkatkan kapasitas dalam managemen
bencana.
84
Agus Khoirul Anam, Upaya Perawat Dalam Fase Mitigasi Bencana...
dan promosi kesehatan. Dengan demikian, peristiwa penting yang terjadi pada masa
perawat memiliki kesiagaan dari populasi kini (Nursalam, 2011:80). Penelitian ini
rentan di masyarakat dan masyarakat yang bertujuan menggambarkan Upaya Perawat
mungkin berisiko tinggi terhadap bencana dalam Fase Mitigasi Bencana Gunung
(International Council Nursing, 2009). Kelud Berdasarkan ICN Framework.
Menurut Anam (2013) berdasarkan Populasi dalam penelitian ini adalah
hasil penelitiannya “Faktor-Faktor Yang semua perawat puskesmas yang berada di
Mempengaruhi Kesiapsiagaan Perawat kawasan rawan bencana II Gunung Kelud
Dalam Penanggulangan Bencana Gunung yang diambil dari bulan Mei tahun 2017
Kelud Kabupaten Blitar” didapatkan sebanyak 44 perawat. Besar sampel dalam
bahwa kesiapsiagaan perawat dalam penelitian ini adalah perawat puskesmas
penanggulangan bencana Gunung Kelud yang berada di kawasan rawan bencana II
masih kurang. Prosentase yang pasti Gunung Kelud menggunakan total
mengenai jumlah perawat yang terlibat sampling atau sampling jenuh.
dalam manajemen bencana di masyarakat Peneliti menggunakan instrument
belum diketahui secara pasti. Sampai saat pengumpulan data menggunakan kuesioner
ini kebutuhan tenaga perawat untuk (angket) yang dibuat berdasarkan ICN
menangani korban bencana di masyarakat Framework (2009) yang sebelumnya telah
merupakan kebutuhan terbesar yaitu dilakukan uji coba. Kuesioner yang
sebanyak 33% dari seluruh tenaga disediakan peneliti, kemudian skor yang
kesehatan yang terlibat ( Farida, 2010). didapatkan dijumlahkan dan di
Berdasarkan studi pendahuluan yang prosentasekan.(Sutomo, 2011:53) :
dilakukan pada tanggal 17 November 2016
di Puskesmas Gandusari dengan tekhnik HASIL PENELITIAN
wawancara pada 6 perawat didapatkan Karakteristik responden
hasil 2 perawat mengatakan sudah Penelitian dilaksanakan di di Puskesmas
berupaya dalam penanggulangan bencana yang masuk dalam Kawasan Rawan
yaitu dengan mengikuti workshop Rapid Bencana II (KRB II) Gunung Kelud yaitu
Health Assesment (RHA) dan mengikuti Puskesmas Gandusari, Puskesmas Garum,
pelatihan seperti evakuasi korban banjir, Puskesmas Nglegok dan Puskesmas
sedangkan 4 lainnya mengatakan hanya Ponggok. Data karakteristik responden
mengikuti pelatihan PPGD dan BCLS terdiri dari karakteristik berdasarkan umur,
sebagai syarat dalam memperpanjang surat jabatan, pendidikan, lama kerja perawat,
ijin perawat (SIP). Dalam penanggulangan pelatihan yang pernah diikuti,
mitigasi bencana dua perawat mengatakan penyelenggara pelatihan yang pernah
mengetahui peran perawat dalam diikuti perawat, dan pernah mengikuti
penanggulangan mitigasi bencana yaitu tanggap bencana.
meliputi akomodasi dan logistik sesuai
dengan workshop yang pernah diikutinya.
Sedangkan empat perawat lainnya kurang
mengetahui apa saja tentang mitigasi
bencana Gunung Kelud.
Berdasarkan uraian di atas peneliti ingin
mengetahui “Upaya Perawat dalam Fase
Mitigasi Bencana Berdasarkan ICN
Framework”.
METODE PENELITIAN
Desain penelitian yang digunakan pada
penelitian ini adalah penelitian deskriptif.
Penelitian deskriptif bertujuan untuk
mendeskripsikan (memaparkan) peristiwa-
pISSN 2443-1125 eISSN 2442-6873 86
Agus Khoirul Anam, Upaya Perawat Dalam Fase Mitigasi Bencana...
Gambar 1 Distribusi upaya perawat dalam fase fase mitigasi bencana Gunung Kelud
mitigasi bencana Gunung Kelud berdasarkan berkategori kurang pada pengembangan
parameter ICN Framework kebijakan dan perencanaan sebanyak 30
perawat, sebanyak 4 perawat berkategori
Hasil penelitian menunjukkan sebagian cukup pada pengembangan kebijakan dan
perawat 40,90% (18 perawat) berumur 36- perencanaan 10 perawat berkategori baik
45 tahun, seluruhnya 100% (44 perawat) pada pengembangan kebijakan dan
perawat pelaksana, sebagian besar 75,00% perencanaan.
(33 perawat) berpendidikan D3
Keperawatan, sebagian perawat 45,50%
(20 perawat) lama bekerja 1-10 tahun,
sebagian perawat 56,80% ( 25 perawat) PEMBAHASAN
belum pernah mengikuti pelatihan Berdasarkan hasil penelitian upaya
bencana, sebagian perawat 56,80% ( 25 perawat dalam fase mitigasi bencana
perawat)belum pernah mengikuti pelatihan Gunung Kelud berdasarkan ICN
bencana, dan sebagian besar perawat (31 Framework berkategori baik yaitu 36,3 %
perawat) pernah mengikuti tanggap darurat (16 perawat), berkategori cukup 34,1% (15
bencana Gunung Kelud. perawat), dan berkategori kurang 29,6%
(13 perawat).
Upaya perawat dalam fase mitigasi Perawat sebagai lini depan pada suatu
bencana Gunung Kelud berdasarkan pelayanan kesehatan mempunyai tanggung
ICN Framework jawab dan peran yang besar dalam
penanganan pasien gawat darurat sehari-
Berdasarkan tabel 1 dapat disimpulkan hari maupun saat terjadi bencana. Peran
bahwa upaya perawat dalam fase mitigasi perawat sebagai tenaga kesehatan
bencana Gunung Kelud berdasarkan ICN mempunyai keahlian dalam siklus
Framework berkategori baik yaitu 36,3 % kebencanaan salah satunya pada tahap
(16 perawat), berkategori cukup 34,1% (15 pencegahan/mitigasi bencana yang terbagi
perawat), dan berkategori kurang 29,6% menjadi yaitu pengurangan risiko,
(13 perawat). pencegahan penyakit dan promosi
kesehatan serta pengembangan kebijakan
dan perencanaan. Dengan demikian,
Tabel 1 Distribusi upaya perawat dalam perawat memiliki kesiagaan dari populasi
fase mitigasi bencana Gunung Kelud rentan di masyarakat dan masyarakat yang
berdasarkan ICN Framework mungkin berisiko tinggi terhadap bencana
(International Council Nursing, 2009).
Tingkat Prosentase
Frekuensi Upaya Perawat dalam Fase Mitigasi
upaya (%)
Bencana Gunung Kelud berdasarkan
Baik 16 36,3 % ICN Framework Kategori Baik
Dari hasil penelitian tentang upaya
Cukup 15 34,1% perawat dalam fase mitigasi bencana
Kurang 13 29,6% Gunung Kelud dengan prosentase baik
36,3% (16 perawat). Hal itu karena
Jumlah 44 100% perawat telah melakukan upaya mitigasi
bencana diantaranya pengurangan risiko
Upaya perawat dalam fase mitigasi dan pencegahan penyakit sebanyak 53%
bencana Gunung Kelud berdasarkan (23 perawat). Hal ini dibuktikan dengan
parameter ICN Framework dibentuknya team gerak cepat perawat.
Berdasarkan gambar 1 dapat Perawat bekerja dengan tenaga kesehatan
disimpulkan bahwa upaya perawat dalam lainnya untuk menentukan risiko penyakit,
kolaborasi pada rencana pengembangan
87 pISSN 2443-1125 eISSN 2442-6873
JURNAL KEPERAWATAN TERAPAN, VOLUME 4, NO. 2, SEPTEMBER 2018: 84 - 92
dengan tanggap darurat agar dapat pelatihan kurang yaitu 34,1% (15 perawat).
merespons secara efektif (Mosca, Sweeney Menurut Koichiro Matsura (2005),
dan Brenner , 2005). Direktur Jenderal UNESCO mengatakan,
Menurut Mubarak (2007), semakin mengantisipasi, mendidik atau melatih dan
tinggi pendidikan seseorang makin mudah menginformasikan adalah kunci untuk
pula bagi mereka untuk menerima mengurangi efek mematikan dari bencana
informasi dan makin banyak pula yang alam. Unsur ketidaksiapan bencana,
dimiliki. Peneliti berpendapat bahwa termasuk untuk mencegah,
tingkat pendidikan akan mempengaruhi mempersiapkan, merespons, dan
seseorang dalam berperan, dimana memulihkan ditemukan pada bencana-
semakin tinggi pendidikan seseorang maka bencana sebelumnya. Kesiapan lain yang
semakin bertambah pula pengetahuan dan harus dimiliki oleh perawat adalah
wawasan yang ia miliki. Semakin luas peningkatan kompetensi baik melalui
pengetahuan dan wawasan yang dimiliki pelatihan-pelatihan seperti managemen
oleh seseorang tersebut maka dapat bencana, adanya petunjuk teknis, sarana
semakin baik pula peran yang dijalankan. dan prasarana serta pengalaman perawat
Sebaliknya, semakin rendah tingkat itu sendiri dalam menangani masalah
pendidikan dan pengetahuan semakin bencana (Arbon, 2006). Menurut peneliti
kurang juga peran yang dilakukannya. dengan mengikuti pelatihan dapat
membantu perawat untuk kreatif dalam
Upaya Perawat dalam Fase Mitigasi memilih alternatif respon bencana
Bencana Gunung Kelud sehingga dapat mempersiapkan lebih baik
berdasarkanICN Framework Kategori untuk bencana yang sesungguhnnya.
Kurang
Berdasarkan hasil penelitian upaya KESIMPULAN DAN SARAN
perawat dalam fase mitigasi bencana A. Kesimpulan
Gunung Kelud berkategori kurang pada Berdasarkan hasil penelitian dapat
pengembangan kebijakan dan perencanaan disimpulkan bahwa upaya perawat dalam
sebanyak 75% (30 perawat). Menurut fase mitigasi bencana Gunung Kelud
Bella (2011) menyatakan bahwa berdasarkan ICN Framework adalah 36,3%
perencanaan yang jelas dan keterlibatan atau sebanyak 16 perawat Baik.
perawat sebagai tim penanggulangan Pelaksanaan upaya perawat dalam fase
bencana merupakan suatu bentuk kerja mitigasi bencana pada penelitian ini baik
sama yang baik untuk membantu dalam dalam hal upaya pengurangan risiko dan
penanggulangan bencana. Menurut peneliti pencegahan penyakit. Berkategori cukup
dengan terlibatnya perawat dalam tim 34,1% atau sebanyak 15 perawat melalui
penanggulangan bencana, perawat lebih upaya promosi kesehatan, serta perawat
memahami cara melakukan pertolongan kurang melakukan upaya pengembangan
pertama atau bagaimana cara untuk kebijakan dan perencanaan sebanyak
penanggulangan bencana. Selain itu 29,6% (13 perawat). Hal ini dapat
dengan adanya pengembangan kebijakan dikatakan bahwa upaya ternyata
dan perencaan terkait dengan bencana dipengaruhi pengetahuan dan pengalaman.
dapat menimbulkan rencana yang lebih Semakin banyak pengalaman dalam
terorganisir. Perencanaan tersebut dapat mitigasi bencana maka pengetahuan
diwujudkan dengan adanya koordinasi baik seseorang dalam hal mitigasi bencana akan
lintas program, lintas sektor maupun antar semakin baik.
wilayah.
Hasil penelitian tentang upaya perawat B. Saran
dalam fase mitigasi bencana Gunung Sesuai dengan kesimpulan yang telah
Kelud berkategori kurang 29,6% (13 dikemukakan, peneliti ingin memberikan
perawat). Hal ini dibuktikan dari hasil data beberapa saran sebagai berikut:
diketahui upaya dalam mengikuti 1) Bagi peneliti selanjutnya
89 pISSN 2443-1125 eISSN 2442-6873
JURNAL KEPERAWATAN TERAPAN, VOLUME 4, NO. 2, SEPTEMBER 2018: 84 - 92