Anda di halaman 1dari 9

JURNAL KEPERAWATAN TERAPAN, VOLUME 4, NO.

2, SEPTEMBER 2018: 84 - 92

UPAYA PERAWAT DALAM FASE MITIGASI BENCANA


GUNUNG KELUD BERDASARKAN ICN FRAMEWORK

Agus Khoirul Anam1, Sri Winarni1 , Astarina Winda1


¹Jurusan Keperawatan, Poltekkes Kemenkes Malang
Aguskhoirulanam@gmail.com

(The effort of nurse in disaster mitigation phase


on Kelud Mountain base on ICN Framework )

Abstract : The role of nurse as health workers have the appropriate skills in disaster cycles,
espescially on mitigation stage. Thus, nurses having preparedness and alertness of the
vulnerable children population that may be have high risk for disasters. The object of the
research described effort of nurse in disaster mitigation of kelud mountain based on ICN
Frame work. The research method is descriptive. The population research are disaster nurses
prone area II , as many as 44 nurse sample taken using total sampling method . The data
collection use questionnaire .The research results show efforts both namely 36,3 % (16)
nurses .An effort to nurse good aimed at risk reduction efforts and a nurse in the prevention of
disease while efforts to nurse enough on the promotion of health and made an effort and
lacking in policy development and planning .It is affected because a large proportion of
nurses had once followed disaster emergency response .Recommendations for nurses increase
capacity and disaster management capacity.

Key word : the effort, Nurses, Mitigation, Disaster, ICN Framework

Abstrak :Peran perawat sebagai tenaga kesehatan mempunyai keahlian dalam siklus
kebencanaan salah satunya pada tahap mitigasi bencana. Dengan demikian, perawat memiliki
kesiagaan dari populasi rentan di masyarakat yang mungkin berisiko tinggi terhadap bencana.
Tujuan penelitian menggambarkan upaya perawat dalam fase mitigasi bencana Gunung Kelud
berdasarkan ICN Framewok. Metode penelitian menggunakan rancangan deskriptif. Populasi
penelitian perawat Kawasan Rawan Bencana II, sampel sebanyak 44 perawat diambil
menggunakan teknik total sampling. Pengumpulan data dengan kuesioner. Hasil penelitian
menunjukkan upaya baik yaitu 36,3% 16 perawat. Upaya perawat baik ditujukan pada upaya
perawat dalam pengurangan risiko dan pencegahan penyakit sedangkan upaya perawat cukup
pada promosi kesehatan dan melakukan upaya kurang pada pengembangan kebijakan dan
perencanaan. Hal ini dipengaruhi karena sebagian besar perawat pernah mengikuti tanggap
darurat bencana. Rekomendasi untuk perawat meningkatkan kapasitas dalam managemen
bencana.

Kata Kunci: Upaya, Perawat, Mitigasi, Bencana, ICN Framework

84
Agus Khoirul Anam, Upaya Perawat Dalam Fase Mitigasi Bencana...

PENGANTAR bencana bersifat preventif yaitu


Indonesia adalah salah satu Negara di kemampuan yang diperlukan untuk
dunia ini yang sangat rawan bencana. menghindari dan mencegah bencana, serta
Hampir semua jenis bencana bisa terjadi di untuk mengurangi dampak dari bencana
Indonesia. Bencana alam maupun buatan seperti pencegahan, mitigasi dan
manusia bahkan terorisme pernah dialami kesiapsiagaan meliputi peringatan dini dan
di Indonesia. Hal ini disebabkan letak dan perencanaan (APHN, 2007).
kondisi geografisnya, serta keadaan psiko- Pencegahan/mitigasi adalah proses yang
sosio-kultural masyarakatnya (Depkes, dirancang untuk mencegah atau
2009). Sejak bulan Januari hingga Juli meminimalkan risiko yang terkait dengan
2014 jumlah bencana yang terjadi di bencana. Dalam fase pencegahan/mitigasi
Indonesia adalah 916 kejadian. Jumlah ini terbagi menjadi 2 meliputi tindakan
meliputi 8 jenis kejadian bencana yaitu struktural dan non struktural. Tindakan non
banjir, tanah longsor, putting beliung, struktural terdiri dari pengurangan risiko
gelombang pasang/ abrasi, kebakaran bencana, pencegahan penyakit dan
lahan dan hutan, gempa bumi, letusan promosi kesehatan. Tindakan struktural
gunung api, serta banjir yang disertai tanah meliputi kebijakan pemerintah dan
longsor (BNPB, 2014). perencanaan (International Council
Salah satu wilayah rawan bencana di Nursing, 2009)
daerah Jawa Timur adalah Kabupaten Dalam kejadian bencana alam, fasilitas
Blitar. Aktivitas terakhir terjadi pada tahun kritis termasuk pusat kesehatan
2007 diawali dengan peningkatan aktivitas masyarakat harus mampu melindungi
kegempaan dan diakhiri dengan masyarakat dan korban bencana, terutama
munculnya kubah lava di tengah danau pada saat tanggap darurat bencana.
kawah dengan volume kubah sebesar 16,2 Fasilitas kritis tersebut adalah puskesmas
juta m3 pada tanggal 3-4 November 2007. yang merupakan suatu kesatuan organisasi
Sebelum dinyatakan meletus, ancaman kesehatan fungsional sebagai pusat
terbesar bagi warga Kabupaten Blitar pengembangan kesehatan masyarakat,
adalah lahar, sebab dari 9 jalur pembina peran serta masyarakat, pemberi
pembuangan lahar Gunung Kelud, 7 pelayanan secara menyeluruh dan terpadu
diantaranya melewati Blitar. Wilayah kepada masyarakat di wilayah kerjanya
terdampak letusan Gunung Kelud di dalam bentuk kegiatan pokok yang
Kabupaten Blitar sebanyak empat meliputi upaya pencegahan terjadinya
kecamatan, yaitu Kecamatan Ponggok, kasus gawat darurat bencana (Ditjen
Kecamatan Nglegok, Kecamatan garum, Binkesmas Depkes, 2005).
dan Kecamatan Gandusari yang masuk Perawat sebagai lini depan pada suatu
dalam Kawasan Rawan Bencana II (KRB pelayanan kesehatan mempunyai tanggung
II). Terdapat 16 desa yang terdampak jawab dan peran yang besar dalam
secara langsung dalam radius 5-10 km dari penanganan pasien gawat darurat sehari-
puncak yang dihuni lebih dari 115 hari maupun saat terjadi bencana. Perawat
penduduk (BPBD,2014). Selain itu warga memiliki keterampilan yang unik dan
Blitar juga mewaspadai ancaman debu kemampuan menghubungkan sistem yang
vulkanik (Nugroho dalam Illus, 2015). penting dalam rangkaian bencana seperti
Menurut Hodgetts & Jones dalam Siti penyakit, investigasi kesehatan, penilaian
(2002), mengatakan bahwa faktor yang kebutuhan cepat, pendidikan kesehatan,
mendukung keberhasilan dalam pengorganisasian masyarakat,
pengelolaan bencana adalah manajemen penjangkauan dan rujukan. Peran perawat
bencana. Penanggulangan bencana adalah sebagai tenaga kesehatan mempunyai
serangkaian upaya komprehentif dalam keahlian dalam siklus kebencanaan salah
pra-bencana, saat bencana dan pasca satunya pada tahap pencegahan/mitigasi
bencana. Kegiatan dalam Pra bencana bencana yang tebagi menjadi yaitu
ditunjukkan untuk mengurangi resiko pengurangan risiko, pencegahan penyakit
85 pISSN 2443-1125 eISSN 2442-6873
JURNAL KEPERAWATAN TERAPAN, VOLUME 4, NO. 2, SEPTEMBER 2018: 84 - 92

dan promosi kesehatan. Dengan demikian, peristiwa penting yang terjadi pada masa
perawat memiliki kesiagaan dari populasi kini (Nursalam, 2011:80). Penelitian ini
rentan di masyarakat dan masyarakat yang bertujuan menggambarkan Upaya Perawat
mungkin berisiko tinggi terhadap bencana dalam Fase Mitigasi Bencana Gunung
(International Council Nursing, 2009). Kelud Berdasarkan ICN Framework.
Menurut Anam (2013) berdasarkan Populasi dalam penelitian ini adalah
hasil penelitiannya “Faktor-Faktor Yang semua perawat puskesmas yang berada di
Mempengaruhi Kesiapsiagaan Perawat kawasan rawan bencana II Gunung Kelud
Dalam Penanggulangan Bencana Gunung yang diambil dari bulan Mei tahun 2017
Kelud Kabupaten Blitar” didapatkan sebanyak 44 perawat. Besar sampel dalam
bahwa kesiapsiagaan perawat dalam penelitian ini adalah perawat puskesmas
penanggulangan bencana Gunung Kelud yang berada di kawasan rawan bencana II
masih kurang. Prosentase yang pasti Gunung Kelud menggunakan total
mengenai jumlah perawat yang terlibat sampling atau sampling jenuh.
dalam manajemen bencana di masyarakat Peneliti menggunakan instrument
belum diketahui secara pasti. Sampai saat pengumpulan data menggunakan kuesioner
ini kebutuhan tenaga perawat untuk (angket) yang dibuat berdasarkan ICN
menangani korban bencana di masyarakat Framework (2009) yang sebelumnya telah
merupakan kebutuhan terbesar yaitu dilakukan uji coba. Kuesioner yang
sebanyak 33% dari seluruh tenaga disediakan peneliti, kemudian skor yang
kesehatan yang terlibat ( Farida, 2010). didapatkan dijumlahkan dan di
Berdasarkan studi pendahuluan yang prosentasekan.(Sutomo, 2011:53) :
dilakukan pada tanggal 17 November 2016
di Puskesmas Gandusari dengan tekhnik HASIL PENELITIAN
wawancara pada 6 perawat didapatkan Karakteristik responden
hasil 2 perawat mengatakan sudah Penelitian dilaksanakan di di Puskesmas
berupaya dalam penanggulangan bencana yang masuk dalam Kawasan Rawan
yaitu dengan mengikuti workshop Rapid Bencana II (KRB II) Gunung Kelud yaitu
Health Assesment (RHA) dan mengikuti Puskesmas Gandusari, Puskesmas Garum,
pelatihan seperti evakuasi korban banjir, Puskesmas Nglegok dan Puskesmas
sedangkan 4 lainnya mengatakan hanya Ponggok. Data karakteristik responden
mengikuti pelatihan PPGD dan BCLS terdiri dari karakteristik berdasarkan umur,
sebagai syarat dalam memperpanjang surat jabatan, pendidikan, lama kerja perawat,
ijin perawat (SIP). Dalam penanggulangan pelatihan yang pernah diikuti,
mitigasi bencana dua perawat mengatakan penyelenggara pelatihan yang pernah
mengetahui peran perawat dalam diikuti perawat, dan pernah mengikuti
penanggulangan mitigasi bencana yaitu tanggap bencana.
meliputi akomodasi dan logistik sesuai
dengan workshop yang pernah diikutinya.
Sedangkan empat perawat lainnya kurang
mengetahui apa saja tentang mitigasi
bencana Gunung Kelud.
Berdasarkan uraian di atas peneliti ingin
mengetahui “Upaya Perawat dalam Fase
Mitigasi Bencana Berdasarkan ICN
Framework”.

METODE PENELITIAN
Desain penelitian yang digunakan pada
penelitian ini adalah penelitian deskriptif.
Penelitian deskriptif bertujuan untuk
mendeskripsikan (memaparkan) peristiwa-
pISSN 2443-1125 eISSN 2442-6873 86
Agus Khoirul Anam, Upaya Perawat Dalam Fase Mitigasi Bencana...

Gambar 1 Distribusi upaya perawat dalam fase fase mitigasi bencana Gunung Kelud
mitigasi bencana Gunung Kelud berdasarkan berkategori kurang pada pengembangan
parameter ICN Framework kebijakan dan perencanaan sebanyak 30
perawat, sebanyak 4 perawat berkategori
Hasil penelitian menunjukkan sebagian cukup pada pengembangan kebijakan dan
perawat 40,90% (18 perawat) berumur 36- perencanaan 10 perawat berkategori baik
45 tahun, seluruhnya 100% (44 perawat) pada pengembangan kebijakan dan
perawat pelaksana, sebagian besar 75,00% perencanaan.
(33 perawat) berpendidikan D3
Keperawatan, sebagian perawat 45,50%
(20 perawat) lama bekerja 1-10 tahun,
sebagian perawat 56,80% ( 25 perawat) PEMBAHASAN
belum pernah mengikuti pelatihan Berdasarkan hasil penelitian upaya
bencana, sebagian perawat 56,80% ( 25 perawat dalam fase mitigasi bencana
perawat)belum pernah mengikuti pelatihan Gunung Kelud berdasarkan ICN
bencana, dan sebagian besar perawat (31 Framework berkategori baik yaitu 36,3 %
perawat) pernah mengikuti tanggap darurat (16 perawat), berkategori cukup 34,1% (15
bencana Gunung Kelud. perawat), dan berkategori kurang 29,6%
(13 perawat).
Upaya perawat dalam fase mitigasi Perawat sebagai lini depan pada suatu
bencana Gunung Kelud berdasarkan pelayanan kesehatan mempunyai tanggung
ICN Framework jawab dan peran yang besar dalam
penanganan pasien gawat darurat sehari-
Berdasarkan tabel 1 dapat disimpulkan hari maupun saat terjadi bencana. Peran
bahwa upaya perawat dalam fase mitigasi perawat sebagai tenaga kesehatan
bencana Gunung Kelud berdasarkan ICN mempunyai keahlian dalam siklus
Framework berkategori baik yaitu 36,3 % kebencanaan salah satunya pada tahap
(16 perawat), berkategori cukup 34,1% (15 pencegahan/mitigasi bencana yang terbagi
perawat), dan berkategori kurang 29,6% menjadi yaitu pengurangan risiko,
(13 perawat). pencegahan penyakit dan promosi
kesehatan serta pengembangan kebijakan
dan perencanaan. Dengan demikian,
Tabel 1 Distribusi upaya perawat dalam perawat memiliki kesiagaan dari populasi
fase mitigasi bencana Gunung Kelud rentan di masyarakat dan masyarakat yang
berdasarkan ICN Framework mungkin berisiko tinggi terhadap bencana
(International Council Nursing, 2009).
Tingkat Prosentase
Frekuensi Upaya Perawat dalam Fase Mitigasi
upaya (%)
Bencana Gunung Kelud berdasarkan
Baik 16 36,3 % ICN Framework Kategori Baik
Dari hasil penelitian tentang upaya
Cukup 15 34,1% perawat dalam fase mitigasi bencana
Kurang 13 29,6% Gunung Kelud dengan prosentase baik
36,3% (16 perawat). Hal itu karena
Jumlah 44 100% perawat telah melakukan upaya mitigasi
bencana diantaranya pengurangan risiko
Upaya perawat dalam fase mitigasi dan pencegahan penyakit sebanyak 53%
bencana Gunung Kelud berdasarkan (23 perawat). Hal ini dibuktikan dengan
parameter ICN Framework dibentuknya team gerak cepat perawat.
Berdasarkan gambar 1 dapat Perawat bekerja dengan tenaga kesehatan
disimpulkan bahwa upaya perawat dalam lainnya untuk menentukan risiko penyakit,
kolaborasi pada rencana pengembangan
87 pISSN 2443-1125 eISSN 2442-6873
JURNAL KEPERAWATAN TERAPAN, VOLUME 4, NO. 2, SEPTEMBER 2018: 84 - 92

untuk mengurangi kerentanan risiko yang berdasarkan ICN Framework berkategori


diidentifikasi dalam survey pengembangan cukup 34,1% (15 perawat). Hal itu karena
lingkungan (International Council Nursing, perawat telah melakukan upaya mitigasi
2009). Menurut opini peneliti, partisipasi bencana melalui upaya promosi kesehatan
dalam mengidentifikasi risiko penyakit sebanyak 50% (22 perawat). Promosi
dapat mengurangi risiko potensial, karena kesehatan merupakan proses
pengetahuan perawat terhadap masyarakat pemberdayaan atau memandirikan
dan bidang kerentanan merupakan peran masyarakat agar dapat memelihara dan
perawat. meningkatkan kesehatannya (Ottawa
Selain itu menurut peneliti, upaya Charter, 1986). Proses pemberdayaan atau
perawat baik dikarenakan perawat pernah memandirikan masyarakat tidak hanya
mengalami bencana letusan gunung api terbatas pada kegiatan pemberian
sehingga mereka sudah paham apa yang informasi (seperti kegiatan penyuluhan,
harus mereka lakukan apabila sewaktu- KIE dan pendidikan kesehatan), tetapi juga
sewaktu terjadi bencana gunung meletus menyangkut penggalangan berbagai
terbukti dengan sebanyak 70,50% (31 dukungan di masyarakat (Maulana, 2009).
perawat) pernah menjadi team bencana Peneliti berpendapat, dengan terwujudnya
Gunung Kelud. Menurut Nurrobikha pemberdayaan masyarakat melalui
(2015), perilaku manusia merupakan hasil promosi kesehatan dapat mempermudah
dari segala macam pengalaman serta perawat dalam melakukan pengurangan
interaksi manusia dengan lingkungan yang risiko bencana. Hal ini dikarenakan
terwujud dalam sikap dan tindakan yang masyarakat menjadi mandiri dan mengerti
bersifat holistik. Menurut opini peneliti apa yang harus dilakukannya apabila
bahwa pengalaman merupakan guru terjadi bencana.
terbaik untuk melakukan suatu perilaku Selain itu, upaya perawat dalam fase
yang diaplikasikan dengan upaya atau mitigasi bencana dapat dipengaruhi oleh
tindakan. Semakin banyak pengalaman beberapa faktor salah satunya pendidikan
seseorang maka pengetahuan seseorang yang dibuktikan dari hasil penelitian
akan semakin tinggi pula dan pengetahuan dengan mayoritas pendidikan D3
tersebut adalah salah satu komponen dari keperawatan melakukan upaya baik
suatu upaya. sebanyak 27,3% (12 perawat), upaya
Faktor lain yang mempengaruhi cukup 22,7% (10 perawat), upaya kurang
perawat dalam fase mitigasi bencana yaitu 25,0 % (11 perawat). Ini sesuai dengan
dengan lama bekerja 11-20 tahun pendapat Dr Minami (2007) menyatakan
melakukan upaya mitigasi bencana sangat penting bahwa perawat dididik di
Gunung Kelud yang baik sebanyak 22,7% semua tingkat sehubungan dengan
(10 perawat), upaya cukup 11,4% (5 bencana. Kompetensi mencerminkan
perawat) dan upaya kurang sebanyak 6,8% pengetahuan, pemahaman, dan penilaian
(3 perawat). Menurut Kamus Besar Bahasa berbagai keterampilan kognitif, teknik atau
Indonesia (Depdikbud, 1995) masa kerja psikomotor dan sikap pribadi (Alexander,
adalah jangka waktu orang sudah bekerja 2003).
dari pertama mulai hingga sekarang masih Kurangnya kompetensi bencana dalam
bekerja. Peneliti berpendapat semakin pendidikan menentukan tenaga kerja
lama masa bekerja semakin baik pula dengan minim kompetensi. Akibatnya,
pengetahuan dan pengalamannya. banyak perawat tidak memandang tanggap
bencana sebagai prioritas atau kurang
Upaya Perawat dalam Fase Mitigasi percaya diri untuk merespon bila
Bencana Gunung Kelud berdasarkan diperlukan. Sebagai contoh, 70% perawat
ICN Framework Kategori Cukup sekolah di tiga wilayah Ohio Timur Laut,
Berdasarkan hasil penelitian dari Amerika Serikat, menanggapi survei
gambaran upaya perawat dalam fase tentang pendidikan bencana mereka
mitigasi bencana Gunung Kelud memerlukan pendidikan tambahan terkait
pISSN 2443-1125 eISSN 2442-6873 88
Agus Khoirul Anam, Upaya Perawat Dalam Fase Mitigasi Bencana...

dengan tanggap darurat agar dapat pelatihan kurang yaitu 34,1% (15 perawat).
merespons secara efektif (Mosca, Sweeney Menurut Koichiro Matsura (2005),
dan Brenner , 2005). Direktur Jenderal UNESCO mengatakan,
Menurut Mubarak (2007), semakin mengantisipasi, mendidik atau melatih dan
tinggi pendidikan seseorang makin mudah menginformasikan adalah kunci untuk
pula bagi mereka untuk menerima mengurangi efek mematikan dari bencana
informasi dan makin banyak pula yang alam. Unsur ketidaksiapan bencana,
dimiliki. Peneliti berpendapat bahwa termasuk untuk mencegah,
tingkat pendidikan akan mempengaruhi mempersiapkan, merespons, dan
seseorang dalam berperan, dimana memulihkan ditemukan pada bencana-
semakin tinggi pendidikan seseorang maka bencana sebelumnya. Kesiapan lain yang
semakin bertambah pula pengetahuan dan harus dimiliki oleh perawat adalah
wawasan yang ia miliki. Semakin luas peningkatan kompetensi baik melalui
pengetahuan dan wawasan yang dimiliki pelatihan-pelatihan seperti managemen
oleh seseorang tersebut maka dapat bencana, adanya petunjuk teknis, sarana
semakin baik pula peran yang dijalankan. dan prasarana serta pengalaman perawat
Sebaliknya, semakin rendah tingkat itu sendiri dalam menangani masalah
pendidikan dan pengetahuan semakin bencana (Arbon, 2006). Menurut peneliti
kurang juga peran yang dilakukannya. dengan mengikuti pelatihan dapat
membantu perawat untuk kreatif dalam
Upaya Perawat dalam Fase Mitigasi memilih alternatif respon bencana
Bencana Gunung Kelud sehingga dapat mempersiapkan lebih baik
berdasarkanICN Framework Kategori untuk bencana yang sesungguhnnya.
Kurang
Berdasarkan hasil penelitian upaya KESIMPULAN DAN SARAN
perawat dalam fase mitigasi bencana A. Kesimpulan
Gunung Kelud berkategori kurang pada Berdasarkan hasil penelitian dapat
pengembangan kebijakan dan perencanaan disimpulkan bahwa upaya perawat dalam
sebanyak 75% (30 perawat). Menurut fase mitigasi bencana Gunung Kelud
Bella (2011) menyatakan bahwa berdasarkan ICN Framework adalah 36,3%
perencanaan yang jelas dan keterlibatan atau sebanyak 16 perawat Baik.
perawat sebagai tim penanggulangan Pelaksanaan upaya perawat dalam fase
bencana merupakan suatu bentuk kerja mitigasi bencana pada penelitian ini baik
sama yang baik untuk membantu dalam dalam hal upaya pengurangan risiko dan
penanggulangan bencana. Menurut peneliti pencegahan penyakit. Berkategori cukup
dengan terlibatnya perawat dalam tim 34,1% atau sebanyak 15 perawat melalui
penanggulangan bencana, perawat lebih upaya promosi kesehatan, serta perawat
memahami cara melakukan pertolongan kurang melakukan upaya pengembangan
pertama atau bagaimana cara untuk kebijakan dan perencanaan sebanyak
penanggulangan bencana. Selain itu 29,6% (13 perawat). Hal ini dapat
dengan adanya pengembangan kebijakan dikatakan bahwa upaya ternyata
dan perencaan terkait dengan bencana dipengaruhi pengetahuan dan pengalaman.
dapat menimbulkan rencana yang lebih Semakin banyak pengalaman dalam
terorganisir. Perencanaan tersebut dapat mitigasi bencana maka pengetahuan
diwujudkan dengan adanya koordinasi baik seseorang dalam hal mitigasi bencana akan
lintas program, lintas sektor maupun antar semakin baik.
wilayah.
Hasil penelitian tentang upaya perawat B. Saran
dalam fase mitigasi bencana Gunung Sesuai dengan kesimpulan yang telah
Kelud berkategori kurang 29,6% (13 dikemukakan, peneliti ingin memberikan
perawat). Hal ini dibuktikan dari hasil data beberapa saran sebagai berikut:
diketahui upaya dalam mengikuti 1) Bagi peneliti selanjutnya
89 pISSN 2443-1125 eISSN 2442-6873
JURNAL KEPERAWATAN TERAPAN, VOLUME 4, NO. 2, SEPTEMBER 2018: 84 - 92

Diharapkan bagi peneliti selanjutnya Depdiknas. 2007. Kamus Besar Bahasa


dapat melakukan penelitian lebih lanjut Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
yang berkaitan dengan upaya lain yang Direktorat Mitigasi, Lakhar Bakornas PB.
lebih baik dalam mitigasi bencana. 2007. Pengenalan Karakteristik
2) Bagi UPTD Kesehatan Kabupaten Bencana dan Upaya Mitigasi di
Blitar Indonesia, Edisi II. Jakarta Pusat
Hasil Penelitian ini bagi UPTD
Kesehatan Kabupaten Blitar di KRB II Efendi, F dan Makhfudi. 2009.
dapat dipertahankan serta dilibatkan dalam Keperawatan Kesehatan Komunitas:
membuat perencanaan mitigasi bencana Teori dan Praktik dalam
yang berkaitan dengan pengembangan dan Keperawatan. Jakarta: Salemba
kebijakan. Memberikan kesempatan Medika
kepada perawat untuk meningkatkan Gunadie, N. I. 2010. Penelitian Kualitatif
kapasitas diri dalam mitigasi bencana. dan Kuantitaatif untuk Ilmu-Ilmu
3) Bagi Lembaga Lain (BPBD, PMI, dan Sosial. Jakarta: FISIP UI.
Lembaga Sosial)
Memberikan sosialisasi atau pelatihan Hidayat, A. A. 2008. Riset Keperawatan
terkait mitigasi bencana khususnya dan Teknik Penulisan Ilmiah.
pengembangan kebijakan dan perencanaan Jakarta: Salemba Medika.
yang berkaitan dengan kesiapan dan Hodgetts T.J., Jones K.M. 2002. Major
tanggap bencana. Incident Medical Management and
Support, 2nd ed., BMJ Books:
London.
DAFTAR PUSTAKA
Hutahaean, S. 2010. Konsep dan
Dokumentasi Proses Keperawatan.
APHN. 2007. The Role of the Public Jakarta: Trans Info Media.
Health Nurse In Disaster
Preparedness, Response, and Indonesia, Kementerian Kesehatan. 2015.
Recovery. Bahan Ajar Keperawatan
Kebencanaan.
Anam, Agus (2013). Kesiapan Perawat
Dalam Managemen Bencana dan Mubarak, Wahit Iqbal, dkk. 2007. Promosi
Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Sebuah Pengantar Proses
Kesiapan Perawat Dalam Belajar Mengajar dalam Pendidikan.
Penanggulangan Bencana Gunung Yogyakarta: Graha Ilmu.
Kelud di Kabupaten Blitar. Notoadmodjo, S. 2007. Kesehatan
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Masyarakat: Ilmu dan Seni. Jakarta :
suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
PT.Rineka Cipta. Notoatmodjo, S. 2010. Metode Penelitian
Bakornas PB. 2007. Pengenalan Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Karakteristik Bencana dan Upaya Notoatmojo. 2003. Pendidikan dan
Mitigasinya di Indonesia. Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka
Bella. M. 2011. The Role, Preparedness Cipta
and Management Of Nursing During Nurrobikha. 2015. Buku Ajar Konsep
Disaster. International Scientific Kebidanan. Yogyakarta: Deepublish.
Jurnal 269-294.
Nursalam. 2011. Konsep dan Penerapan
BNPB. 2013. Indeks Rawan Bencana Metode Penelitian Ilmu
Indonesia Keperawatan. Jakarta: Salemba
BPBD. 2007. Penataan Ruang Kawasan Medika.
Gunung Api
pISSN 2443-1125 eISSN 2442-6873 90
Agus Khoirul Anam, Upaya Perawat Dalam Fase Mitigasi Bencana...

Nursalam. 2013. Metodologi Penelitian


Ilmu Keperawatan Pendekatan
Praktis Edisi 3. Jakarta: Salemba
Medika.
Nursalam. 2013. Metodologi Penelitian
Ilmu Keperawatan Praktis Edisi 3.
Jakarta: Salemba Medika
Pusparini, Yunastiti. 2014. Peran
Pemerintah Daerah Terhadap
Penanggulangan Korban Bencana
Alam Gunung Kelud Di Kecamatan
Nglegok Kabupaten Blitar. Fakultas
Ekonomi Jurusan Akutansi
Universitas Negeri Surabaya.
Puturuhu, F. 2015. Mitigasi Bencana dan
Penginderaan Jauh. Yogyakarta:
2015,
Setiadi. 2007. Konsep&Penulisan Riset
Keperawatan. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Sudarma. 2009. Sosiologi Untuk
Kesehatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Sutomo, A. H., dkk. 2011. Teknik
Menyusun KTI-Skripsi-Tesis-Tulisan
Ilmiah dalam Jurnal Bidang
Kebidanan, Keperawatan dan
Kesehatn. Jakarta: Fitramaya.
WHO dan ICN. 2009. ICN Framework of
Disaster Nursing Competencies.

91 pISSN 2443-1125 eISSN 2442-6873


JURNAL KEPERAWATAN TERAPAN, VOLUME 4, NO. 2, SEPTEMBER 2018: 84 - 92

pISSN 2443-1125 eISSN 2442-6873 92

Anda mungkin juga menyukai