Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

PERAWATAN KORBAN BENCANA PADA ORANG DENGAN PENYAKIT KRONIS

Disusun oleh :
1. Nadia Fitraningtyas (180103065)
2. Nurita Rizkiana (180103074)
3. Oktaviana (180103075)
4. Suripno (180103096)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA
2021/2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, senantiasa kita ucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang
hingga saat ini masih memberikan kita nikmat, iman, dan kesehatan, sehingga kami diberikan
kesempatan yang luar biasa ini untuk menyelesaikan tugas penulisan makalah tentang
“Perawatan Korban Bencana Pada Orang Dengan Penyakit Kronis ”. Tidak lupa shalawat
serta salam kita curahkan kepada Nabi Agung Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan
syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulisan makalah ini merupakan bentuk dari pemenuhan tugas mata kuliah
Keperawatan Bencana. Pada makalah ini akan dibahas mengenai perawatan korban bencana
pada orang dengan penyakit kronis.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah mendukung
serta membantu dalam proses penyelesaian makalah ini. Kami juga berharap makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi setiap pembaca.

Di akhir kami memohon maaf yang sebesar-besarnya apbila ada kesalahan dalam
penulisan makalah ini. Kami meminta kesediaan pembaca untuk memberikan kritik serta
saran yang membangun mengenai penulisan makalah kami.

Purwokerto, 7 November 2021

Kelompok 4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Berbagai bencana telah menimbulkan korban dalam jumlah yang
besar. Banyak korban yang selamat menderita sakit dan cacat. Rumah, tempat
kerja, ternak, dan peralatan menjadi rusak atau hancur. Korban juga
mengalami dampak psikologis akibat bencana, misalnya - ketakutan,
kecemasan akut, perasaan mati rasa secara emosional, dan kesedihan yang
mendalam. Bagi sebagian orang, dampak ini memudar dengan berjalannya
waktu. Tapi untuk banyak orang lain, bencana memberikan dampak psikologis
jangka panjang, baik yang terlihat jelas misalnya depresi , psikosomatis
(keluhan fisik yang diakibatkan oleh masalah psikis) ataupun yang tidak
langsung : konflik, hingga perceraian.
Beberapa gejala gangguan psikologis merupakan respons langsung
terhadap kejadian traumatik dari bencana. Namun gejala-gejala yang lain juga
akan menyusul, ini adalah dampak tidak langsung dan bersifat jangka panjang
yang dapat mengancam berbagai golongan terutama kelompok yang rentan
yaitu anak-anak, remaja, wanita dan lansia.
Dalam banyak kasus, jika tidak ada intervensi yang dirancang dengan
baik, banyak korban bencana akan mengalami depresi parah, gangguan
kecemasan, gangguan stress pasca-trauma, dan gangguan emosi lainnya.
Bahkan lebih dari dampak fisik dari bencana, dampak psikologis dapat
menyebabkan penderitaan lebih panjang, mereka akan kehilangan semangat
hidup, kemampuan social dan merusak nilai-nilai luhur yang mereka miliki.
Menurut Departeman Hukum dan Hak Asasi Manusia, kelompok
rentan adalah semua orang yang menghadapi hambatan atau keterbatasan
dalam menikmati standar kehidupan yang layak bagi kemanusiaan dan berlaku
umum bagi suatu masyarakat yang berperadaban. Jadi kelompok rentan dapat
didefinisikan sebagai kelompok yang harus mendapatkan perlindungan dari
pemerintah karena kondisi sosial yang sedang mereka hadapi. Konteks
kerentanan merujuk kepada situasi rentan yang setiap saat dapat
mempengaruhi atau membawa perubahan besar dalam penghidupan
masyarakat. Setiap orang yang termasuk kelompok masyarakat yang rentan
berhak memperoleh perlakuan dan perlindungan lebih berkenaan dengan
kekhususannya. Dalam konteks ini, kita akan membicarakan lebih rinci mengenai
”Perawatan Korban Bencana Pada Orang Dengan Penyakit Kronis.”

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana perawatan populasi rentan pada penyakit kronis?

C. Tujuan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka dapat diketahui tujuan dari pembuatan
makalah ini adalah :
1. Untuk dapat mengetahui perawatan populasi rentan pada penyakit kronis
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Keperawatan Bencana Terhadap Pengidap Penyakit Kronis
Bencana dapat meningkatkan resiko kambuhnya penyakit yang diderita oleh
pasien dan memburuknya kondisi penyakit akibat kekurangan gizi dan air bersih,
terkena paparan suhu ekstrim dan agen infeksi.Menurut Japanese Red Cross Society
dan PMI (2009) penanganan kebutuhan berdasarkan kebutuhan pada kelompok
penyakit kronis adalah :
1. Karakteristik dari Pengidap Penyakit Kronis
Penyakit jangka panjang ini terjadi akibat kurangnya aktivitas fisik, kurang
gizi, merokok, dan konsumsi alcohol berlebihan. Penyakit kronis mengakibatkan
ketrbatasan dan ketidakmampuan indivisdu menjalankan aktivitas sehari-hari dan
perkiraan WHO sekitar 63% kematian di di dunia adalah penyebab dari penyakit
kronis.
2. Dampak yang ditimbulkan oleh bencana kepada pengidap penyakit kronis
a. Penyakit kronis mengakibatkan penurunan fisik yan berlangsung dalam
jangka
panjang, sekaligus menurunkan daya tahan terhadap keadaan kritis, sehingga
mudah dirugikan secara fisik karena bencana.
b. Kemungkinan besar penyekit itu kambuh atau menjadi lebih parah ketika
hidup dipengungsian atau ketika memulai kehidupan sehari-hari lagi.
c. Bagi yang memiliki resiko penyakit kronis, perubahan kehidupan yang
disebabkan oleh bencana akan menjadi pemicu meningkatnya kemungkinan
munculnya penyakit kronis sebagai penyakit dari kebiasaan/gaya hidup
3. Ciri Khas dari Pengidap Penyakit Kronis
a. Perubahan struktur kehidupan dan penyakit kronis
Istilah “kronis ” memiliki arti “berlangsung lama”, maka penyakit
kronis diartikan sebagai “penyakit yang gejalanya tidak keras namun
prosesnya lama, sulit diobati, dan membutuhkan pengobatan dalam waktu
yang sangat panjang walaupun bersifat bisa disembuhkan.
Dikarenakan pola kehidupan berubah, maka meningkat presentase
orang-orang yang beresiko terkena penyakit kronis disetiap lapisan generasi.
Selain itu semakin tua usia seseorang, maka semakin tinggi presentase
pengidap penyakit kronis, dan kebanyakan memiliki gejala komplikasi dari
beberapa penyakit. Oleh karena itu, orang lansia tidak hanya tinggi
persentase
pengidap penyakit kronis, tetapi kebanyakan terjangkit beberapa penyakit
sekaligus.
Perubahan struktur seperti ini sudah meluas diseluruh dunia, maka
semakin penting penanganan terhadap penyakit kronis sebagai masalah
kesehatan. Dimanapun lokasi bencananya, perawat perlu bertugas dan
mengingat keberadaan orang yang mengidap penyakit kronis di semua
lapisan
generasi dan kemungkinan besar mereka terkena beberapa penyakit termasuk
komplikasi.
b. Pengobatan dan perawatan untuk penyakit kronis
Kebanyakan metode pengobatan penyakit kronis dikaitkan dengan
kehidupan sehari-hari, maka bisa dikatakan bahwa kehidupan itu sendiri
merupakan proses pengobatan. Yang paling sering adalah meminum obat-
obatan. Namun diperlukan pengobatan yang lain seperti pengobatan melalui
makanan (seperti diabetes: membatasi kalori, tekanan darah tinggi:
membatasi
konsumsi garam, penyakit ginjal : membatasi kensumsi protein), pengobatan
melalui olah raga (untuk obesitas/kegemukan dan diabetes), pengobatan
melalui istirahat (untuk penyakit ginjal, lever, dan jantung).
Diharapkan orang yang bersangkutan melakukan melaksanakan
metode pengobatan didalam kehidupan dan mengontrolnya, dan dilaksanakan
secara terus-menerus. Namun demikian, kebiasaan hidup seperti makan dan
kegiatan dipengaruhikuat oleh latar belakang budaya. Peranan utama dari
spesialis medis adalah membantu agar orang yang bersangkutan dan
keluarganya melaksanakan metode pengobatan didalam kehidupan sehingga
mereka bisa melaksanakan manajemen diri sendiri secara subjektif, dan
berusaha untuk melakukannya secara rutin.
4. Keperawatan kepada pengidap penyakit kronis pada saat bencana
a. Tingkat prioritas saat bencana
Ciri Khas Kelompok yang
tergolong
(1) Kelompok rentan Dibutuhkan bantuan Lanjut usia,
dalam hal untuk menggerakkan penyandang cacat fisik
pergerakan/bertindak tubuh pasien sakit/luka, bayi,
pada saat bencana anak-anak, pasien
penyakit kronis
(2) Kolompok rentan Dibutuhkan bantuan Penyandang cacat
dalam hal adaptasi pada untuk memahami fisik/mental, bayi,
saat bencana kondisi dan mengambil anak-anak, pengguna
keputusan. Dibutuhkan kursi roda dan alat
bantuan untuk pernapasan buatan,
beradaptasi pada pasien penyakit kronis
kondisi yang
ada
(3) Kelompok rentan Dibutuhkan bantuan Penyandang cacat
dalam hal informasi untuk mendapatkan pendengaran,
pada saat bencana informasi dan penglihatan, turis
petukaran informasi (wisatawan), orang
asing (tidak, mengerti
bahasa resmi)
b. Sifat rentan dari pengidap penyakit kronis saat bencana
1) Kelompok rentan dalam hal pergerakan/bertindak saat bencana
Diantara pengidap penyakit kronis banyak yang terganggu
pergerakan tubuh karena kesulitas napas ketika bergerak, kelesuan fisik,
gizi buruk, dan rasa lemas yang berat, ada juga yang mengalami
penurunan sifat kekebalan terhadap pergerakan tubuh. Pada saat
bencana,
perlu mengungsi untuk menyelamatkan nyawa atau pindah ketempat
pengungsian untuk sementara atau dalam jangka panjang, maka pada
saat
itu mereka membutukan bantuan pada pergerakan fisik.
2) Kelompok rentan dalam hal adaptasi pada saat bencana
Tidak sedikit orang yang berpenyakit kronis dalam jangka panjang
sudah memiliki komplikasi, kebanyakan orang seperti ini
mempertahankan keadaan penyakit yang terkotrol dengan
mengkombinasikan metode pengobatan melalui makanan, olah raga, dan
konsumsi obat. Namun demikian jika tidak obat dan makanan yang
sesuai
dengan pengobatansetelah terjadi bencana, maka tidak akan bisa
melakukan metode pengobatan seperti sediakala, sehingga
keseimbangan
yang diusahakan terkontrol mudah buyar, dan kondisi mudah terganggu.
Kerugian dari bencana dan kehidupan di pengungsian yang terlalu
lama akan meningkatkan kemungkinan untuk memperparah penyakit
kronis secara akut, juga dapat menimbulkan kegelisahan, maka semakin
besar beban mental, sehingga efek dari dari kondisi itu muncul sebagai
kondisi penyakit kronik yang memburuk. Orang yang mengidap
penyakit kronis berada pada kondisi kemampuan adaptasi pada keadaan
kritisnya
mengalami penurunan, maka mudah terkena dampak fisik dari bencana.
5. Keperawatan pada saat bencana pada pengidap penyakit kronis
a. Dukungan perawatan pada fase akut (sampai sekitar 1 bulan setelah bencana)
Yang terpenting pada fase ini adalah berkeliling diantara orang untuk
menemukan masalah kesehatan mereka dengan cepat dan mencegah penyakit
mereka memburuk. Perawat harus memeriksa dengan seksama sambil
mengingat terdapat kemungkinan mereka terjangkit beberapa penyakit
termasuk komplikasi pada setiap kelompok usia, karena perubahan
lingkungan
hidup dipengungsian bisa memperparah penyakit kronis melalui tekanan
psikologis dan infeksi.
Penanganan yang harus dilakukan segera adalah terhadap pasien
dengan gangguan pernapasan yang tidak bisa membawa keluar tabung
oksigen, dan terhadap pasien denga terapi dialysis. Selain itu, pasien dapat
jatuh pada situasi penyakit yang memburuk karena peningkatan stress mental
yang disertai kegelisahan, susah tidur, atau karena makan yang tidak
mencukupi.
Penting juga perawat memberikan dukungan pada pasien untuk
memastikan apakah mereka diperiksa dokter dan minum obat dengan teratur.
Karena banyak obat-obatan komersial akan didistribusikan ketempat
pengungsian, maka muncullah resiko bagi pasien yang mengonsumsi obat
tersebut tanpa memperhatikan kecocokan kombiansi antara obat tersebut dan
obat yang diberikan dirumah sakit.
1) Dukungan perawatan bagi pasien diabetes
a) Mengkonfirmasi apakah pasien bersangkutan harus minum obat
untuk
menurunkan kandungan gula darah (contoh : insulin) atau tidak, dan
identifikasikan obat apa yang dimiliki pasien tersebut
b) Mengkonfirmasikan apakah pasien memiliki penyakit luka fisik atau
infeksi, dan jika ada, perlu pengematan dan perawatan pada gejala
infeksi (untuk mencegah komplikasi kedua dari penyakit diabetes)
c) Memahami situasi menejemen diri melalui kartu penyakit diabetes
d) Memberikan intruksi tertentu mengenai konsumsi obat, makanan
yang
tepat, dan memberikan pedoman mengenai manajemen makanan
e) Mengatur olah raga dan relaksasi yang tepat.
2) Dukungan perawatan bagi pasien gangguan pernapasan kronis
1) Konfirmasikan volume oksigen yang tepat dan mendukung untuk
pemakaian tabung oksigen untuk berjalan yang dimilikinya dengan
aman
2) Menghindari narcosis CO2 dengan menaikkan konsentrasi oksigen
karena takut terjadi peningkatan dysphemia
3) Mengatur pemasokan tabung oksigen dan transportasi jika pasien
tersebut tidak bisa membawa sendiri
4) Membantu untuk manajemen obat dan olah raga yang tepat
5) Mencocokan lingkungan yang tepat (contoh: suhu udara panas/
dingin,
dan debu)
b. Dukungan perawatan pada fase kronis sampai fase restorasi (jangka
menengah-panjang: sejak 1 bulan sampai 2 atau 3 tahun kemudian).
Pada fase bencana ini, pedoman dalam kehidupan, perawatan
lingkungan, pencegahan wabah penyakit, dan penanganan pada gejala stress
kronis dibutuhkan bagi pasien penyakit kronis untuk mencegah manajemen
diri yang tidak teratur, penyakit infeksi, kehidupan yang tidak teratur,
penyakit
infeksi, kehidupan yang tidak teratur, dan kematian yang tidak diketahui
orang
lain. Pada fase ini yang terpenting adalah mengunjungi tempat pengungsian
dan pemukiman sementara untuk melaksanakan perawatan kesehatan sebagai
patrol, dan mengatur kerjasama antara tim medis dan kelompok pendukung.
Penting juga membentuk komunitas oada korban dan membantu
aktivitas independen mereka seperti penyelenggaraan acara. Dengan ini, bisa
mencegah kematian tanpa diketahui orang lain. Pelaku yang melaksanakan
manajemen penyakit kronis bukan staf medis, tapi pasien itu sendiri dengan
keluarganya.
1) Dukungan perawatan bagi pasien diabetes
a) Mendukung manajemen diri seperti makanan dan olah raga
b) Deteksi dini dan pencegahan komplikasi sekunder dari infeksi, serta
system peredaran yang disebabkan oleh penyakit diabetes
c) Dukungan psikologis untuk mengurangi stress (termasuk
keluarganya)
2) Dukungan perawatan bagi pasien gangguan pernapasan kronis
a) Penyesuaian pada lingkungan dan dukungan untuk manajemen diri
b) Dukungan psokologis
c) Kerjasama dengan pemasok mengenai peralatan oxygen walker
d) Mencegah narcosis CO2
6. Perawatan pada pengidap penyakit kronis saat bencana
a. Fase persiapan
1) Membina hubungan dengan lembaga yang menangani tentang lansia
2) Membuat pemetaan tempat tinggal lansia
3) Membuat rencana emergensi untuk lansia seperti jalur evakuasi khusus
dan transpotasi yang dibutuhkan
4) Menyediakan informasi dalam bentuk format yang sesuai untuk lamsia
5) Mengembngkan sistem dukukangan home service.
b. Perawatan pada fase akut
Dimulai dari terjadinya bencana sampai 1 bukan setekah bencana.
Prioritas yang diberikan meliputi pengkajian riwayat kesehatan dan
pengobatan, intervensi langsung sesuai masalah, dukungan psikologis,
memfasilitsi klien mendapatkan penanganan medis yang sesuai.
c. Perawatan pada fase kronis/ restorasi
Dimulai sejak 1 bulan hingga 2 atau 3 tahun setelah bencana. Tindakan
perawatan adalah perawatan lingkungan, pencegahan penyakit, penanganan
stress, dan meningkatkan kemampuan self care pasien.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perawatan korban bencana pada orang dengan penyakit kronis juga sangat
penting dilakukan agar tidak terjadi suatu hal yang tidak diinginkan atau
memperparah penyakitnya. penanganan korban bencana pada orang dengan penyakit
kronis harus sesegera mungkin terutama pada orang yang memiliki gangguan
pernafasan. Perawat juga harus memberikan dukungan pada pasien supaya
memulihkan trauma setelah bencana.

Anda mungkin juga menyukai