Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Keperawatan BSI, Vol. VII No.

1 April 2019

Hubungan Kualitas Tidur dengan Tekanan Darah


Pada Pasien Prehipertensi Puskesmas Tarogong Garut
Umar Sumarna1, Udin Rosidin2, Bambang Aditya Nugraha3
1
Universitas Padjadjaran, email: sumarna111058@gmail.com
2
Universitas Padjadjaran, email: dinr8629@gmail.com
3
Universitas Padjadjaran,email: bambangadityanugraha@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi dengan meningkatnya kasus hipertensi atau tekanan darah tinggi pada
pasien yang berkunjung ke Puskesmas Tarogong, maka tujuan jangka panjangnya adalah semakin
menurunnya kasus hipertensi tersebut. Berdasarkan asumsi penulis bahwa hipertensi yang diderita
oleh seseorang akan mempengaruhi kualitas tidurnya sesuai dengan hipotesa yang dikemukakan oleh
Potter dan Perry. Target khusus yang ingin dicapai adalah kasus hipertensi pada pasien yang
berkunjung ke Puskesmas Tarogong terjadi penurunan yang bermakna. Bila frekuensi penderita
hipertensi berkurang, maka frekuensi penderita yang memiliki kualitas tidur buruk akan berkurang
pula. Pasien yang menjadi subyek penelitian ini adalah pasien prehipertensi dan hipertensi yang
berkunjung ke Puskesmas Tarogong Garut pada usia produktif, yaitu antara 21-40 tahun.
Dikhawatirkan akan terjadi penurunan produktivitas pada pasien tersebut bila kualitas tidurnya buruk.
Metoda yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metoda deskriptif korelatif yang
menghubungkan antara kualitas tidur dengan tekanan darah pada pasien tersebut. Uji analisis yang
digunakan adalah uji Anova, dimana kualitas tidur dalam data kategorik dan tekanan darah dalam
bentuk data numerik. Hasil uji korelasi dikatakan bermakna bila p Value < 0,05. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa p Value = 0,47. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang
bermakna antara kualitas tidur dengan tekanan darah pada pasien prehipertensi dan hipertensi yang
berkunjung ke Puskesmas Tarogong Garut.
Kata Kunci: Kualitas tidur, Tekanan darah, Hipertensi

ABSTRACT
This research is motivated by the increasing of hypertension case or high blood pressure in patients
who visit Puskesmas Tarogong, hence the long term goal is the decreasing of hypertension case.
Based on the author's assumption that hypertension suffered by a person will affect sleep quality in
accordance with the hypothesis proposed by Potter and Perry. Specific targets to be achieved are
cases of hypertension in patients visiting the Puskesmas Tarogong a significant decrease. When the
frequency of patients with hypertension is reduced, the frequency of patients who have poor sleep
quality will be reduced as well. Patients who are the subject of this study were patients with
prehypertension and hypertension who visited Puskesmas Tarogong Garut at the productive age, ie
between 21-40 years. It is feared there will be a decrease in productivity in these patients if the sleep
quality is poor.The method to be used in this study is a correlative descriptive method that links sleep
quality with blood pressure in these patients. The analysis test used is Anova test, where sleep quality
in categorical data and blood pressure in the form of numerical data. Correlation test results are said
to be significant when pValue <0.05.The results showed that pValue = 0.47. So it can be concluded
that there is a significant relationship between sleep quality with blood pressure in patients
prehypertension and hypertension who visited Puskesmas Tarogong Garut.
Keywords: Sleep Quality, Blood Pressure, Hypertension

Diterima: 16 Desember2018, Direvisi: 2 Maret 2019, Diterbitkan: 15 April 2019

PENDAHULUAN yang belum teratasi secara tuntas, muncul pula


Sebagai negara yang sedang berkembang, masalah penyakit tidak menular yang menimpa
Indonesia mengalami permasalahan kesehatan masyarakat. Hal ini disebabkan oleh perubahan
yang kompleks, disamping penyakit menular sosial ekonomi, lingkungan dan perubahan

ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 1


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk
Jurnal Keperawatan BSI, Vol. VII No. 1 April 2019

struktur penduduk, saat masyarakat telah buruk. Menurut Ouellet dalam Rohmawati
mengadopsi gaya hidup tidak sehat (Rahajeng & (2012), kualitas tidur adalah karakter tidur yang
Tuminah, 2009). penting yang diperlihatkan oleh individu.
Salah satu penyakit tidak menular yang menjadi Berdasarkan adanya dugaan bahwa adanya
masalah kesehatan yang sangat serius saat ini korelasi antara kualitas tidur dengan tekanan
adalah hipertensi (Rahajeng & Tuminah, 2009). darah, maka tujuan penelitian ini adalah ingin
Menurut (Smeltzer, 2008) hipertensi adalah mengetahui adakah korelasi antara kualitas tidur
tekanan darah persisten dimana tekanan dengan tekanan darah pada pasien prehipertensi
sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan dan hipertensi yang berkunjung ke Puskesmas
diastolik di atas 90 mmHg. Hipertensi memiliki Tarogong Garut.
angka kejadian yang tinggi.
Data statistik dari Badan Kesehatan Dunia KAJIAN LITERATUR
(WHO) 2010 menyatakan bahwa satu dari empat Kualitas Tidur
orang dewasa menderita tekanan darah tinggi. Di Potter dan Perry (2008), mendefinisikan tidur
Indonesia hipertensi cenderung meningkat. sebagai waktu dimana terjadinya penurunan
Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah status kesadaran yang terjadi pada periode waktu
Tangga (SKRT) 2007 menunjukan bahwa 8,3% tertentu, terjadi secara berulang, dan merupakan
penduduk menderita hipertensi dan meninggal proses fisiologis tubuh yang normal. Sedangkan
meningkat 27,5%. Berdasarkan Riset Kesehatan menurut Tarwoto dan Wartonah (2015)
Dasar Provinsi Jawa Barat tahun 2007 di mendefinisikan tidur sebagai suatu keadaan
dapatkan hasil prevalensi hipertensi cukup tinggi relatif tanpa sadar yang penuh ketenangan tanpa
yaitu 29,3%. kegiatan yang merupakan urutan siklus yang
Demikian pula kejadian hipertensi di kota Garut, berulang dan masing-masing menyatakan fase
berdasarkan Laporan Tahunan Dinas Kesehatan kegiatan otak dan badaniah yang berbeda.
Kota Garut tahun 2015 berada di peringkat kedua Pusat pengaturan aktivitas kewaspadaan dan tidur
dari 10 penyakit tertinggi. Dengan demikian terletak dalam mesensefalon dan bagian atas
kasus hipertensi masih menjadi penyakit yang pons. Reticular activating system (RAS) dapat
prevalensinya sangat tinggi di kota Garut yang memberikan rangsangan visual, pendengaran,
ditunjukkan dari jumlah penderita hipertensi nyeri, dan perabaan juga dapat menerima
yang berkunjung ke puskesmas-puskesmas. stimulasi dari korteks serebri termasuk
Di Puskesmas Tarogong Kabupaten Garut rangsangan emosi dan proses pikir.
hipertensi merupakan penyakit tertinggi kedua Dalam keadaan sadar, neuron dalam RAS akan
setelah ISPA yaitu sebanyak 32.118 kasus. melepaskan katekolamin. Demikian juga pada
Peneliti tidak mengambil penyakit ISPA karena saat tidur yang disebabkan adanya pelepasan
penyakit tersebut memiliki tingkat kematian yang serum serotonin dari sel bulbar-synchronizing
rendah sedangkan untuk hipertensi memiliki regional (BSR) yang berada di pons dan batang
tingkat kematian yang tinggi dan memiliki otak tengah, sedangkan bangun bergantung pada
banyak komplikasi yang dapat mengganggu keseimbangan impuls yang diterima di pusat otak
kesehatan. dan sistem limbik. Maka sistem yang mengatur
Berdasarkan hasil observasi penulis di Puskesmas siklus atau perubahan dalam tidur adalah RAS
Tarogong bulan Oktober 2017, dari 10 pasien dan BSR (Hidayat, 2015).
yang mengeluh sering pusing-pusing dan dalam Menurut Potter & Perry (2008), tidur dapat
hasil pemeriksaan doker di puskesmas tekanan berfungsi dalam pemeliharaan fungsi jantung.
darahnya selalu di atas 160 mmHg. Di antara 10 Selain itu, selama tidur, tubuh melepaskan
pasien tersebut 8 orang di antaranya mengalami hormon pertumbuhan untuk memperbaiki dan
gangguan tidur (durasi tidur pendek) sehingga memperbaharui sel otak.
merasa tidak segar dan bugar saat terbangun. Otak akan menyaring informasi yang telah
Dengan demikian, mungkin saja gangguan tidur terekam selama sehari dan otak mendapatkan
yang dialami pasien tersebut merupakan dampak asupan oksigen serta aliran darah serebral dengan
dari tingginya tekanan darah yang dialami pasien optimal sehingga selama tidur terjadi
tersebut. penyimpanan memori dan pemulihan kognitif.
Dengan demikian, gangguan tidur dapat Fungsi lain ketika tidur adalah laju metabolik
merupakan faktor risiko terjadinya peningkatan basal akan menurun, sehingga tubuh menyimpan
tekanan darah. Banyaknya gangguan tidur pada lebih banyak energi saat tidur.
seseorang menandakan bahwa kualitas tidurnya

ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 2


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk
Jurnal Keperawatan BSI, Vol. VII No. 1 April 2019

Kualitas tidur adalah suatu keadaan di mana tidur golongan obat diuretik menyebabkan
yang dijalani seorang individu menghasilkan seseorang insomnia, antidepresan dapat
kesegaran dan kebugaran di saat terbangun. menekan REM.
Kualitas tidur yang mencakup aspek kuantitatif e. Nutrisi. Protein yang tinggi dapat
dari tidur, seperti durasi tidur, latensi tidur serta mempercepat terjadinya proses tidur.
aspek subjektif, seperti tidur dalam dan istirahat f. Lingkungan Keadaan lingkungan yang aman
(Khasanah & Hidayati, 2012). dan nyaman bagi seseorang dapat
Menurut Busyee et al (1989), dalam Agustin mempercepat terjadinya proses tidur.
(2012) pengukuran kualitas dan pola tidur g. Motivasi. Motivasi merupakan suatu
dibedakan menjadi kategori tidur yang baik dan dorongan atau keinginan seseorang untuk
tidur yang buruk dengan pemeriksaan 7 tidur.
komponen sebagai berikut : Kualitas tidur dapat diukur dengan menggunakan
a. Kualitas tidur subyektif. Kualitas tidur yang The Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). PSQI
baik adalah tidur yang tenang dengan rasa adalah instrumen efektif yang digunakan untuk
segar di saat bangun. mengukur kualitas tidur dan pola tidur pada
b. Latensi tidur. Waktu yang diperlukan oleh orang dewasa. PSQI dikembangkan untuk
seseorang dari mulai ada keinginan untuk mengukur dan membedakan individu dengan
tidur (mengantuk) sampai dia tertidur. kualitas tidur baik dan kualitas tidur buruk.
c. Durasi tidur. Lamanya tidur yang didapat PSQI terdiri dari 7 dimensi antara lain kualitas
pada malam hari. tidur subyektif, sleep latensi, durasi tidur,
d. Efisiensi kebiasaan tidur. Efisiensi kebiasaan gangguan tidur, efisiensi kebiasaan tidur,
tidur adalah rasio antara waktu sebelumnya penggunaan obat tidur, dan disfungsi tidur pada
yang digunakan untuk tidur dengan waktu siang hari, dinilai dalam bentuk pertanyaan dan
yang dihabiskan di tempat tidur. memiliki bobot penilaian masing-masing sesuai
e. Gangguan-gangguan tidur. Gangguan- dengan standar baku (Indrawati, 2012).
gangguan tidur seperti sulit memulai tidur, PSQI terdiri dari 19 pertanyaan kuesioner yang
mempertahankan tidur atau terbangun dini dikelompokkan kedalam 7 komponen skor, yang
hari. tiap itemnya dibobotkan dengan bobot seimbang
f. Penggunaan obat tidur. Penggunaan obat tidur dalam rentang skala 0-3. Penentuan kualitas tidur
bagi penderita insomnia ini bisa menyebabkan yang baik atau buruk dilakukan dengan
ketergantungan. mengukur tujuh komponen tersebut di atas, yang
g. Kelainan fungsi tubuh di siang hari. Akibat akhirnya dijumlahkan untuk mendapatkan skor
dari kualitas tidur yang buruk, seseorang akan global PSQI yang memiliki rentang skor 0-21.
merasa bangun dengan perasaan tidak segar, (Indrawati, 2012).
frekuensi mengantuk yang sering di siang
hari, sulit berkonsentrasi, dan mudah lelah. Tekanan Darah
Menurut Hidayat (2015), Kualitas dan kuantitas Menurut Smeltzer (2008), Tekanan darah adalah
tidur dipengaruhi oleh beberapa faktor. Kualitas ukuran seberapa kuatnya jantung mempompa
tersebut dapat menunjukkan adanya kemampuan darah ke seluruh tubuh agar kinerja tubuh
individu untuk tidur dan memperoleh jumlah maksimal. Umumnya, orang dewasa dengan
istirahat sesuai dengan kebutuhannya. Faktor kondisi tubuh sehat memiliki tekanan darah di
yang dapat mempengaruhinya adalah sebagai bawah atau setara 120/80 mm Hg.
berikut : Susilo dan Wulandari (2011), mengatakan angka
a. Penyakit. Banyak penyakit yang memperbesar 120 menunjukkan tingkat tekanan ketika jantung
kebutuhan tidur, misalnya penyakit yang memompa darah ke seluruh tubuh atau disebut
disebabkan oleh infeksi. tekanan sistolik dan angka 80 berarti tingkat
b. Latihan dan Kelelahan. Keletihan akibat tekanan saat jantung beristirahat sebelum kembali
aktivitas yang tinggi dapat memerlukan lebih memompa lagi, disebut tekanan diastolik.
banyak tidur untuk menjaga keseimbangan Tekanan darah tergolong normal selama berada
energi yang telah dikeluarkan. di bawah 140/90.
c. Stres Psikologis. Kondisi psikologis dapat
terjadi pada seseorang akibat ketegangan jiwa,
dimana seseorang mengalami kegelisahan.
d. Obat. Beberapa jenis obat yang dapat
mempengaruhi proses tidur adalah jenis

ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 3


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk
Jurnal Keperawatan BSI, Vol. VII No. 1 April 2019

Joint National Commite (JNC), mengklasifikasi kolesterol dalam dinding pembuluh darah
tekanan darah disajikan dalam bentuk tabel (Widyanto dan Triwibowo, 2013).
seperti di bawah ini: 8) Kualitas Tidur. Penderita dengan
gangguan tidur beresiko terjadi
Tabel 1 peningkatan tekanan darah (Javaheri,
Klasifikasi Tekanan Darah 2008).
Sistolik Diastolik Hipertensi merupakan penyakit yang tidak
Klasifikasi (mmHg) (mmHg) menimbulkan gejala khas sehingga sering tidak
terdiagnosis dalam waktu yang lama. Gejala akan
Normal < 120 < 80 terasa secara tiba-tiba saat terjadi peningkatan
Prehipertensi 120 – 139 80 – 89 tekanan darah. Namun demikian, terdapat
Hipertensi stad 1 140 – 159 90 – 99 beberapa gejala yang mengindikasikan terjadinya
Hipertensi stad 2 160 100 hipertensi, yaitu pusing, telinga berdengung, sulit
The Seventh Report of the Joint National tidur, sesak nafas, rasa berat (kaku) di tengkuk,
Commite (JNC 7) mudah lelah, mata berkunang-kunang dan
Hipertensi memiliki faktor risiko yang mimisan meskipun jarang dilaporkan (Widyanto
dapat diubah dan faktor risiko yang tidak dapat dan Triwibowo, 2013).
diubah (Widharto, 2013). Menurut Gangwisch (2008), selama terjadi
a. Faktor risiko yang tidak dapat diubah : ketidakseimbangan pada homeostasis tubuh,
1) Umur. Pada umumnya tekanan darah sistem saraf simpatik mengaktifkan dua system
akan naik dengan bertambahnya umur utama dalam sistem endokrin yaitu sistem
terutama setelah umur 40 tahun medula adrenal-simpatik (Sympatic-adrenal
2) Jenis kelamin. Pada pria cenderung medullary system) dan Sistem HPA
mengalami tekanan darah yang tinggi (Hypotalamic-pituitary-adrenocortical).
dibandingkan dengan wanita.
3) Keturunan. Apabila riwayat hipertensi METODOLOGI PENELITIAN
didapatkan pada kedua orang tua, maka Penelitian ini diolah melalui metoda deskriptif
risiko terjadinya hipertensi primer 2x korelatif, yaitu mencari hubungan antara dua
lipat. variabel dengan rancangan cross sectional study,
b. Faktor risiko yang dapat diubah : dimana semua data dikumpulkan secara serentak
1) Obesitas. Kondisi obesitas berhubungan dalam waktu bersamaan (Nursalam, 2009). Dua
dengan peningkatan volime intravaskuler variabel tersebut adalah kualitas tidur sebagai
dan curah jantung. variabel independen dan tekanan darah sebagai
2) Stres. Dalam keadaan stres, terjadi variabel dependen.
peningkatan aktivitas saraf simpatis Definisi operasional kualitas tidur: keadaan tidur
sehingga akhirnya meningkatkan tekanan seseorang yang kesegaran dan kebugarannya
darah secara intermitten. pada saat terbangun diukur dengan kuisioner
3) Merokok. Merokok dapat meningkatkan PSQI. Definisi operasional tekanan darah:
tekanan darah dan denyut jantung. tekanan dari darah atreri yang diukur dengan
4) Kurang olahraga. Olahraga teratur dapat sfigmomanometer dengan satuan mmHg.
mengurangi kekakuan pembuluh darah Sampel diambil secara aksiden selama 5 hari
dan meningkatkan daya tahan jantung hingga didapatkan 30 responden. Pasien yang
serta paru-paru. dijadikan sampel penelitian memiliki kriteria:
5) Alkohol. Penggunaan alkohol berlebihan 1. Pasien memiliki tekanan darah sistolik
dapat meningkatkan tekanan darah minimal 120 mmHg
dengan cara meningkatkan katekolamin 2. Pasien usia dewasa pertengahan (21 – 40
plasma. tahun).
6) Konsumsi garam berlebih. Garam 3. Pasien tidak menggunakan obat tidur.
membantu menahan air dalam tubuh, 4. Pasien tidak mengkonsumsi kafein sebelum
dengan begitu akan meningkatkan tidur.
volume darah tanpa adanya penambahan 5. Pasien tidak menderita insomnia.
ruang. Teknik pengumpulan data yang digunakan
7) Hiperlipidemia. Kadar kolesterol darah dalam penelitian ini :
yang tinggi pada hiperlipidemia 1. Peneliti menentukan responden sebagai
mengakibatkan terjadinya endapan sampel penelitian.

ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 4


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk
Jurnal Keperawatan BSI, Vol. VII No. 1 April 2019

2. Pengambilan data dilakukan di Puskesmas Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas


Tarogong. Tarogong Kabupaten Garut yang beralamat di
3. Peneliti menjelaskan etika atau ketentuan Jalan Suherman dan waktu penelitian dimulai
dalam penelitian. pada bulan Desember 2017 s.d Januari 2018.
4. Peneliti melakukan Informed Consent pada
responden. HASIL PENELITIAN
5. Peneliti memberikan kuesioner PSQI kepada Hasil pendataan tentang karakteristik responden
responden supaya diisi secara jujur tanpa menggambarkan bahwa kurang dari setengahnya
dipengaruhi oleh pihak lain. responden berumur antara 35-40 tahun, lebih
6. Peneliti melakukan pemeriksaan tekanan setengahnya berjenis kelamin laki-laki, kurang
darah pada setiap responden sesuai dengan setengahnya berpendidikan SMA, dan lebih dari
prosedur yang berlaku. setengahnya merupakan karyawan swasta.
7. Terminasi kepada responden dan Puskesmas.
8. Setelah data terkumpul, maka data diolah dan Tabel 2
analisis. Karakteristik Responden
Kemudian data diolah dalam 4 tahap:
1. Editting. Kelengkapan dan kesesuaian No Karakteristik Frek Persent
jawabann dari kuisioner diperiksa. (f) (%)
2. Coding. Data yang berbentuk huruf dirubah 1 Umur:
menjadi data berbentuk angka. - 20-24 tahun 4 13,33
3. Entry Data. Data yang telah terkumpul - 25-29 tahun 8 26,67
dimasukkan ke dalam tabel. - 30-34 tahun 8 26,67
4. Cleaning. Data di dicek ulang setelah - 35-40 tahun 10 33,33
melakukan entri data. 2 Jenis Kelamin:
Analisa data dilakukan dalam 2 cara: - Laki-laki 14 46,67
1. Analisis Univariat dilakukan terhadap kualitas - Perempuan 16 53,33
tidur dan tekanan darah. Untuk kualitas tidur 3 Pendidikan
yang berskala kategorik untuk medapatkan - SD 11 36,67
persentase tiap-tiap kategori Sedangkan - SMP 6 20,00
tekanan darah sebagai data numerik dianalisa - SMA 13 43,33
tentang rerata (mean) dan simpangan 4 Pekerjaan
bakunya. - Tdk Bekerja 3 10,00
2. Analisis Bivariat, dilakukan untuk hubungan - Kary. swasta 16 53,33
antara kualitas tidur dengan tekanan darah, - PNS 9 30,00
dengan menggunakan uji Analysis of Variant - TNI/POLRI 2 6,67
(Anova), yang menghubungkan variabel
kualitas tidur dalam skala kategorik dan Berdasarkan kategori kulitas tidur, lebih dari
tekanan darah dalam skala numerik. Hasil setengahnya dari responden mendapat kategori
analisa dinyatakan ada hubungan signifikan kualitas tidur buruk.
bila pValue < 0,05 pada Confident Interval
(CI) 95% Tabel 3
Langkah-langkah yang berhubungan dengan Kualitas Tidur
etika penelitian adalah :
1. Informed Consent, menjelaskan tujuan No Kualitas Frekuensi Persentase
penelitian kepada responden. Tidur (f) (%)
2. Right to Privacy, merahasiakan informasi 1 Baik 14 46,67
mengenai responden. 2 Buruk 16 53,33
3. Beneficence, melaksanakan penelitian sesuai Jumlah 30 100
dengan prosedur penelitian.
4. Justice, setiap responden diberikan perlakuan
yang sama. Sedangkan rerata tekanan darah sistolik
5. Non maleficence, responden diberikan responden sebesar 143,00 mmHg dan simpangan
perlindungan agar tidak membahayakan baku (SD) sebesar 15,996 mmHg.
kondisinya.

ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 5


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk
Jurnal Keperawatan BSI, Vol. VII No. 1 April 2019

Tabel 4 harus dilakukan sebelum uji Anova. Hasil uji


Rerata dan Simpangan Baku normalitas pada kualitas tidur baik adalah sebesar
Tekanan Darah 0,125 dan kualitas tidur buruk sebesar 0,257,
sedangkan uji homogenitas antara keduanya
Kualitas tidur sebesar 0,846. Ketiga nilai tersebut berada diatas
No Tek darah 0,05, berarti dinyatakan valid untuk dilakukan uji
sistolik Baik Buruk Jumlah signifikan antara kualitas tidur dengan tekanan
(mmHg) darah.
1 Rerata 127,86 139,38 134,00 Kemudian hasil uji Anova dengan SPSS
2 SD 15,654 14,705 15,996 menunjukkan p Value = 0,047 atau p Value <
0,05. Menurut Priyohastono (2005), bila p Value
Setelah diketahuinya distribusi frekuensi kualitas < 0,05, maka hasil uji analisis menyatakan bahwa
tidur, rerata dan simpangan baku tekanan darah, H0 ditolak dan HA gagal ditolak, berarti ada
maka dibuat tabel silang untuk mengetahui hubungan signifikan antara kualitas tidur dengan
hubungan antara keduanya, lalu dilakukan uji tekanan darah pada pasien prehipertensi dan
Anova untuk mendapatkan p Value. hipertensi di Puskesmas Tarogong Garut.
Sebelum melakukan uji Anova, harus dilakukan
uji normalitas dan uji homogenitas sebagai salah
satu syarat yang

Tabel 5
Hubungan antara Kualitas Tidur
dengan Tekanan Darah
Tekanan darah Kualitas Tidur
No (mmHg) Baik % Buruk % Jumlah pValue
1 120 3 10,00 0 0,00 3 0,047
2 125 1 3,33 0 0,00 1
3 130 2 6,67 2 6,67 4
4 135 2 6,67 2 6,67 4
5 140 2 6,67 3 10,00 5
6 150 1 3,33 3 10,00 4
7 155 1 3,33 1 3,33 2
8 160 0 0,00 2 6,67 2
9 165 2 6,67 1 3,33 3
10 175 0 0,00 2 6,67 2
Jumlah 14 16 30

Kelelahan tersebut bisa diminimalisir dengan


cara perbaikan gizi dan mengurangi segala
PEMBAHASAN bentuk aktivitas yang kurang bermanfaat.
Berdasarkan hasil penelitian, lebih dari Kegiatan sehari-hari harus terfokus pada
setengahnya dari responden memiliki kualitas pekerjaan pokok. Namun demikian perlu juga
tidur buruk. Menurut Ibrahim (2013), banyak disela-sela kegiatan pokoknya kita mengadakan
faktor yang mempengaruhi kualitas tidur, namun refresing untuk mengistirahatkan otak dan
bagi responden yang lebih dari setengahnya melemaskan otot-otot, seperti rereaksi bersama
merupakan karyawan swasta, maka faktor yang keluarga, melakukan olah raga yang ringan,
paling dominan adalah faktor kelelahan, karena mendengarkan musik dan sebagainya.
mereka bekerja dari pagi sampai sore. Rerata dari tekanan darah responden sebesar
Akibat dari kelelahan, banyak kerugian yang 134,00 mmHg dengan simpangan baku 15,996
akan didapatkan, seperti penurunan produktivitas mmHg. Berdasarkan JNC (Joint National
kerja dan kecelakaan kerja. Salah satu solusinya Commite) nilai ini berada pada prehipertensi,
adalah menghindari terjadinya kelelahan. yang berarti memiliki faktor risiko yang kecil.

ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 6


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk
Jurnal Keperawatan BSI, Vol. VII No. 1 April 2019

Namun harus diingat bahwa usia respenden Departemen Kesehatan RI. (2007). Survey
masih muda-muda, yaitu sekitar 21 s.d 40 tahun. Kesehatan Rumah Tangga Tahun 2007.
Di kemudian hari usia ini akan terus bertambah.
Semakin tua otot-otot termasuk lapisan otot Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat. (2007).
pembuluh darah semakin mengendor yang Riset Kesehatan Dasar Provinsi Jawa
memicu terjadinya endapan trigliserida dan Barat Tahun 2007.
kolesterol, yang mengakibatkan penyempitan
lumen dan penurunan elastisitas pembuluh darah. Dinas Kesehatan Kabupaten Garut.(2015). Profil
Berdasarkan hal itu, maka solusi yang terbaik Kesehatan Kabupaten Garut Tahun 2015.
adalah melakukan aktivitas fisik yang banyak
mengeluarkan kalori seperti joging, berspeda, Gangwisch J. E. et al. (2008). Short Sleep
senam dan lain-lain. Demikian pula dalam hal Duration as a Risk Factor for
mengkonsumsi makanan, pilih makana yang Hypertension : Analyses of The First
rendah kalori. Makanan yang dianjurkan adalah National Health and Nutrition
makanan tinggi serat dan rendah kolesterol, Examination Survey. American Heart
seperti sayuran dan buah-buahan. Association.
Terdapatnya hubungan yang signifikan
antara kualitas tidur dengan tekanan darah Guyton & Hall (2008), Buku Ajar Fisiologi
dengan pValue = 0,047, membuktikan bahwa Kedokteran: EGC
semakin buruk kualitas tidur seseorang, semakin
tinggi pula tekanan darahnya. Oleh karena itu Hidayat Aimul, et al. (2015). Pengantar
kita harus memperbaiki kualitas tidur dengan Kebutuhan Dasar Manusia. Edisi 2.
cara melakukan intervensi terhadap faktor-faktor Salemba Medika.
yang mempengaruhi kulitas tidur, antara lain
faktor kelelahan seperti telah dituturkan di atas. Indrawati. (2012). Perbandingan Kualitas Tidur
Mahasiswa yang Mengikuti UKM dan
PENUTUP Tidak Mengikuti UKM. FIK-UI
Akhirnya penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara kualitas Javaheri S., et al (2008). Sleep Quality and
tidur dengan tekanan darah dengan pValue = Elevated Blood Pressure in Adolescents.
0,047, artinya semakin buruk kualitas tidur NIH Public Access. 188 (10) :1034–
seseorang, semakin tinggi pula tekanan darahnya. 1040.
Maka disarankan supaya responden memperbaiki
kualitas tidurnya karena peningkatan tekanan Khasanah, K & Hidayati, W. (2012). Kualitas
darah setiap saat selalu mengancam akibat Tidur Lansia Balai Rehabilitasi Sosial
kualitas tidur buruk. Mandiri Semarang. Jurnal Nursing
Studies, Volume 1. 1 : 189-196.
REFERENSI
Kozier., et al. (2010). Buku Ajar Fundamental
Agustin, Destiana. (2012). Faktor-faktor Yang
Keperawatan Konsep, Proses, dan
Mempengaruhi Kualitas Tidur Pada
Praktik. Volime 2. EGC.
Pekerja Shift Di PT Krakatau Tirta
Industri Cilegon (Skripsi). UI.
Notoatmodjo. (2010). Metodologi Penelitian
Kesehatan. PT. Rineka Cipta.
Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktis. Rineka Cipta.
Nursalam. (2009). Konsep & Penerapan
Metodologi Penelitian Ilmu
Calhoun, D.A dan Harding, S.M. (2010). Sleep
Keperawatan. Salemba Medika.
and Hypertension. Journal
Circulation.138. 434-443.
Potter, P. A & Perry, A. G. (2008). Buku Ajar
Fundamental Keperawatan Konsep,
Chourmain, Imam. (2008). Acuan Normatif
Proses, dan Praktik. Volume 1. EGC.
Penelitian untuk Penulisan Skripsi, Tesis
dan Disertasi. Al Haramain Publishing
Rahajeng & Tuminah. (2009). Pusat Penilaian
House.
Biomedis dan Farmasi Badan Penelitian

ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 2


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk
Jurnal Keperawatan BSI, Vol. VII No. 1 April 2019

Kesehatan Departemen Kesehatan RI Susilo,Y dan Wulandari, A (2011). Cara Jitu


Jakarta, 59 (12),581. Mengatasi Darah Tinggi. ANDI.

Riyanto, Agus. (2011). Pengolahan dan Analisis Tarwoto & Wartonah. (2015). Kebutuhan Dasar
Data Kesehatan: Nuha Medika. Manusia dan Proses Keperawatan. Edisi
5. Salemba Medika.
Sastroasmoro & Ismail. (2010). Dasar-Dasar
Metodologi Penelitian Klinis. Edisi 4. Widharto. (2013). Bahaya Hipertensi. Sunda
Sagung Seto. Kelapa Pustaka.

Smeltzer, C. Suzanne, Bare, G. Brenda. (2008). Widyanto, F. C & Triwibowo, C. (2013). Trend
Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Disease dan Penyakit Saat Ini. CV.
Brunner & Suddarth. Volume 3. EGC. Trans Info Media (TIM).

Sugiyono, (2014). Metode Penelitian Kuantitatif World Health Organization.(2010). The World
Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Health Report 2010.

ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 3


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk

Anda mungkin juga menyukai