A. Latar Belakang
Bencana merupakan peristiwa atau kejadian yang berlebihan yang
mengancam dan menggangu aktifitas normal kehidupan masyarakat yang
terjadi akibat prilaku perbuatan manusia maupun akibat anomali peristiwa
alam (Sigit, 2018). Bencana juga merupakan kejadian baik alami maupun
buatan manusia yang menyebabkan kerusakan, gangguan ekologis, hilangnya
nyawa manusia, memburuknya layanan kesehatan (Roccaforte, 2014).
Bencana juga diartikan sebagai gangguan serius yang terjadi dan berdampak
tidak berfungsinya tatanan kehidupan di suatu komunitas atau masyarakat
(Heylin, 2015).
Secara geografis Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak
pada pertemuan empat lempeng tektonik yaitu Lempeng Benua Asia, Benua
Australia, Lempeng Samudera Hindia dan Samudera Pasifik (Badan Nasional
Penanggulangan Bencana [BNPB], 2017). Serta Indonesia secara geologis
terletak pada rangkaian cincin api yang membentang sepanjang lempeng
pasifik yang merupakan lempeng tektonik paling aktif didunia. Deretan
gunung api di Indonesia ini merupakan bagian dari gunung api yang sering
disebut Ring Of Fire atau Deret Sirkum Pasifik (Rachmawati, 2011).Kondisi
tersebut sangat berpotensi sekaligus rawan bencana seperti letusan gunung
berapi, gempa bumi, tsunami, banjir dan tanah longsor (BNPB, 2017).
Kejadian bencana mengalami peningkatan setiap tahun. Pada tahun 2020
terdapat 4.650 kejadian bencana dan pada tahun 2021 terdapat 5.402 kejadian
bencana (Badan Nasional Penanggulangan Bencana [BNPB], 2021). Menurut
laporan EM-DAT (international disaster database) pada tahun 2018 di
laporkan terjadi peristiwa bencana alam di seluruh dunia yang mengakibatkan
kematian sebanyak 11.804 orang, dan lebih dari 68 juta orang terdampak
bencana (WHO, 2018). Sedangkan menurut DIBI (Data Informasi Bencana
Indonesia) dalam kurun waktu Januari sampai Desember 2021, melaporkan
kejadian bencana di Indonesia telah mengakibatkan korban meninggal dan
hilang sebanyak 782 orang, korban luka-luka 13.088 orang dan korban yang
terpaksa harus mengungsi lebih dari 583.780 orang (BNPB, 2022). Data
tersebut merupakan data kejadian bencana di dunia maupun di Indonesia.
Sumatera Barat menjadi salah satu provinsi di Indonesia yang menjadi 5
provinsi tertinggi kejadian bencana. Kondisi ini disebabkan karena geografis
Sumatera Barat yang berada pada jalur patahan sehingga beresiko terhadap
bencana, dan Kota Padang menjadi urutan pertama daerah yang paling
beresiko tinggi (BNPB, 2014). Patahan besar Sumatera (Sumatera Great
Fault) yang masih aktif akan selalu mengancam kawasan itu apabila terjadi
pergeserasan di zona patahan tersebut.
Sumatera Barat pernah mengalami gempa bumi yang cukup kuat dan
banyak menimbulkan korban pada tahun 2009, gempa bumi terjadi dengan
kekuatan 7,6 SR di lepas pantai Sumatera Barat pada tanggal 30 September
2009. Gempa ini terjadi di lepas pantai Sumatera sekitar 50 km barat laut kota
Padang. Gempa menyebabkan kerusakan parah dibeberapa wilayah di
Sumatera Barat seperti Kabupaten Padang Pariaman, Kota Padang, Kabupaten
Pasisir Selatan, Kota Pariaman, Kota Padang Panjang, Kabupaten Agam, Kota
Solok, Kabupaten Pasaman Barat dan Bukittinggi. Menurut data Satkorlak PB
pada tahun 2009, sebanyak 1.117 orang tewas akibat gempa ini, korban luka
berat mencapai 1.214 orang, korban luka ringan 1.688 orang, korban hilang 1
orang. Sedangkan 135.448 rumah rusak berat, 65.380 rumah rusak sedang dan
78.604 rumah rusak ringan. Pada tahun 2019 di Sumatera Barat telah terjadi 2
kali gempa bumi yang mengakibatkan korban luka-luka sebanyak 8 orang.
Untuk bangunan terjadi kerusakan bangunan rusak berat 25 rumah, sedang 5
rumah dan ringan 82 rumah (BNPB, 2019).
Gempa bumi umumnya terjadi tanpa peringatan dan terjadi secara cepat
dalam hitungan waktu, menit, dan detik. Gempa bumi yang terjadi di laut
dapat menyebabkan mengakibatkan terjadinya gelombang laut. Gelombang itu
sendiri terjadi akibat adanya suatu perubahan berupa patahan dengan gerak
tegak di dasar laut akibat gempa bumi, gelombang besar disebut tsunami
(Partuti, 2019). Secara geologi, Indonesia berada pada jalur penumjaman
lempeng bumi, seperti penumjaman lempeng Samudra Indo-Australia dengan
lempeng Benua Eurasia hingga pantai selatan Jawa terus ke timur sampai
Nusa Tenggara. Selain itu Indonesia juga memiliki garis pantai terpanjang di
dunia. Hal ini menyebabkan Indonesia mengalami aktivitas tektonik yang
tinggi serta menyimpan potensi bencana alam seperti gempa bumi dan
tsunami. Jalur penumjaman lempeng yang berada di Indonesia menyebabkan
gempa tektonik yang kadang kala dapat menyebabkan kerusakan yang besar,
selain itu jalur gempa bumi yang berada di laut sangat berpotensi
menimbulkan bencana berupa tsunami (Kemdikbud, 2017).
Berdasarkan hal tersebut jika tidak diimbangi dengan kesiapsiagaan
masyarakat di Kelurahan Pasia Nan Tigo maka akan berdampak pada
tingginya jumlah kerugian dari bencana ini baik dari materil maupun jiwa
sehingga perlunya kesiapsiagaan pada masyarakat. Kesiapsiagaan adalah
serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui
pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna.
(UU Nomor 24 Tahun 2007). Kesiapsiagaan adalah suatu tindakan yang
memungkinkan antara pemerintah, organisasi, masyarakat, komunitas,
lembaga, dan individu untuk menangani situasi bencana secara cepat dan tepat
guna secara bersama-sama Havwina (2016).
Praktik keperawatan bencana merupakan adaptasi dari keterampilan
keperawatan profesional dalam mengenali dan memenuhi kebutuhan fisik dan
emosional keperawatan akibat suatu bencana. Tujuan keseluruhan dari
keperawatan bencana adalah untuk mencapai tingkat kesehatan terbaik bagi
orang-orang dan komunitas yang terlibat dalam bencana. Praktik keperawatan
bencana pada mahasiswa Profesi Unand dilakukan di RW 11 Kelurahan Pasia
Nan Tigo, Kecamatan Koto Tangah Kota Padang mulai tanggal 16 Mei 2021
sampai 12 Juni 2022.
Pelaksanaan praktek profesi dilaksanakan melalui tahapan antara lain :
observasi fisik lingkungan, penyebaran kuesioner untuk memperoleh data
kejadian bencana pada msyarakat, musyawarah masyarakat pertama untuk
menindaklanjuti hasil survei dan kuesioner (hasil angket), implementasi
kegiatan sesuai dengan rencana yang telah disepakati oleh masyarakat dan
musyawarah masyarakat kedua untuk menyampaikan hasil evaluasi kegiatan
yang telah direcanakan.
Berdasarkan data dari kementrian dalam negeri RI Direktorat Jendral Bina
Pemerintah Desa, Pada Kelurahan Pasie Nan Tigo ditemukan 2.000 Ha
desa/keluarahan dengan rawan banjir, dan 2.512.000 Ha desa/keluarahan
dengan rawanTsunami, dan 2.512.000 Ha desa/kelurahan dengan rawan jalur
gempa. Pada saat survey yang dilakukan pada tanggal 17 - 19 Mei 2022 di
RW 11 Kelurahan Pasie Nan Tigo berdasarkan hasil wawancara ke beberapa
warga, warga mengatakan sering terjadi bencana seperti gempa dan banjir.
Upaya untuk meminimalisir risiko bencana dilakukan dengan beberapa
aspek, seperti aspek berkelanjutan dan partisipasi dari seluruh lapisan
masyarakat yang ada. Pada kelompok usia anak, dampak bencana dipandang
lebih mengkhawatirkan (Dewanggajati & Djamaluddin, 2021), sehingga
dalam UU No 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana, anak-anak
dikelompokan dalam kategori rentan. Manajemen bencana merupakan
beberapa kegiatan penangulangan bencana yang terbagi menjadi tiga bagian
yakni sebelum, saat dan sesudah terjadinya bencana (Suwaryo & Yuwono,
2017; Suharini, Kurniawan, & Ichsan, 2020).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui tingkat kesiapsiagaan bencana gempa bumi, tsunami dan
banjir di RW 11 Kelurahan Pasie Nan Tigo.
2. Tujuan Khusus
Memberikan informasi tentang data-data bencana yang terdapat RW
11 Kelurahan Pasie Nan Tigo.
Menjelaskan bencana yang terdapat di RW 11 Kelurahan Pasie Nan
Tigo berdasarakan data-data yang sudah dikumpulkan.
Mendiskusikan bersama masyarakat RW 11 rencana kegiatan dalam
mengatasi bencana di Kelurahan Pasien Nan Tigo.
C. Pelaksanaan Kegiatan
1. Topik
Penyampaian Masalah dan Diskusi Perencanaan Keperawatan Bencana di
RW 11 Kelurahan Pasie Nan Tigo
2. Sasaran/Target
Masyarakat RW 11
3. Metode
Ceramah
Diskusi
4. Media dan Alat
Power Point
Infokus
Laptop
Layar
Tabel top
Wireless
5. Waktu dan Tempat
Hari/Tanggal : Sabtu, 21 Mei 2022
Waktu : 13.30-14.30 WIB
Tempat : Masjid Baiturrahman
D. Perencanaan Kegiatan
E. Setting Tempat
Keterangan :
Moderator
Presentator
Operator
Fasilitator
Observer
Dokumentasi
F. Pengorganisasian
Leader : Nafhania Nur Efniyati, S.Kep
Co Leader : Nofantri Wulantika, S.Kep
Moderator : Widya Aprilyan, S.Kep
Presentator : Echia Srikandi Permai, S.Kep
Fasilitator : Desrila Indra Sari, S.Kep, Mutiara Yerivanda,
S.Kep, Febi Sagitaria, S.Kep
Observer : Fara Annisa, S.Kep
Dokumentasi : Weriska Oktrivani, S.Kep
Konsumsi : Tika Nelsya Putri, S.Kep
Perlengkapan : Rahmi Ferdilla Rafli, S.Kep, Yolanda Zulpendri,
S.Kep
Operator : Makhda Nurfatmala Lubis, S.Kep
G. Rincian Tugas
1. Leader
Menjelaskan tujuan bermain
Mengarahkan proses kegiatan pada anggota kelompok
Menjelaksan aturan brain pada anak
Mengealuasi perasaan setelah pelaksanaan
2. Co-leader
Membantu leader dalam mengorganisasi anggota
3. Moderator
Membuka dan menutup acara
Memperkenalkan diri
Menetapkan tata tertib acara penyuluhan
Kontrak waktu yang akan digunakan selama penyuluhan
Menjaga kelancaran acara
Memimpin diskusi
Bersama fasilitator menjalin kerja sama dalam acara MMK
4. Presentator
Menyampaikan pelaksanaan kegiatan penyuluhan yang akan dilakukan
5. Fasilitator
Bersama leader menjalin kerja sama dalam pelaksanaan kegiatan
penyuluhan
Memotivasi peserta kegiatan dalam penyuluhan
Menjadi contoh dalam kegiatan
Mempertahankan kehadiran peserta
Mencegah gangguan/hambatan terhadap anak baik luar maupun dalam
6. Observer
Mencatat dan mengamati respon peserta secara verbal dan non verbal
jalannya kegiatan
Mencatat seluruh proses yang dikaji dan semua perubahan prilaku
Mencatat dan mengamati peserta aktif dari kegiatan diskusi
Mengevaluasi kegiatan yang dilaksanakan
7. Dokumentasi
Mendokumentasikan seluruh kegiatan diskusi
Menjalankan absen diskusi
8. Konsumsi
Mempersiapkan konsumsi untuk peserta diskusi
9. Perlengkapan
Menyiapkan semua perlatan yang digunakan selama kegiatan diskusi
10. Operator
Mengoperasikan media diskusi
H. Evaluasi Proses
a. Evaluasi struktur
Peserta MMK 1 pada awal acara yaitu 22 orang
Penyelenggaraan dilakukan di Masjid Baiturrahman dan acara dimulai
pukul 20.10 WIB
Alat dan media sesuai dengan bencana
Penggorganisasian penyelenggaraan Musyawarah Masyarakat
Komunitas 1 dilakukan sebelumnya
Peserta yang hadir merupakan perwakilan dari setiap RT
b. Evaluasi proses
Peserta antusias dalam menyampaikan saran untuk kegiatan yang akan
dilakukan
Peserta mengikuti acara dari awal sampai akhir
Tidak ada peserta yang izin selama acara berlangsung
Terdapat 6 orang peserta yang memberi tanggapan dan bertanya saat
dilakukan MMK 1
c. Evaluasi hasil
Peserta mampu memberikan saran terkait permasalahan yang telah
disampaikan
Peserta berperan aktif dalam diskusi MMK 1
Peserta berpartisipasi dan berperan aktif dalam pembentukan struktur
siaga bencana.
Jumlah akhir peserta MMK 1 sebanyak 29 orang
Saat Kegiatan
Musyawarah masyarakat komunitas I diadakan di Masjid Baiturrahman dan
dilakukan pada tanggal 26 Mei 2022. Kegiatan ini dimulai dari pukul 20.10 –
selesai WIB yang dihadiri oleh masyarakat RW 11 yang terdiri dari 3 RT.
Kegiatan ini dilakukan untuk menyampaikan hasil survey dan berdiskusi dengan
masyarakat mengenai kegiatan yang direncanakan selama 5 minggu pada
masyarakat RW 11 Kelurahan Pasie Nan Tigo Kelurahan Pasien Nan Tigo
Kecamatan Koto Tangah Kota Padang.
Acara Pembukaan
5. 20.00-20.05 Pembukaan MC Widya Widya Mic, Wireless,
Infocus, Laptop,
Ppt, Map susunan
acara
KETUA
PINO
ZULKIFLI FITRI
1
SATUAN ACARA PENYULUHAN
A. Latar Belakang
Indonesia menjadi negara yang paling rawan terhadap bencana di dunia
berdasar data yang dikeluarkan oleh Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk
Strategi Internasional Pengurangan Risiko Bencana (UN-ISDR). Tingginya
posisi Indonesia ini dihitung dari jumlah manusia yang terancam risiko
kehilangan nyawa bila bencana alam terjadi. Indonesia menduduki peringkat
tertinggi untuk ancaman bahaya tsunami, tanah longsor, gunung berapi. Dan
menduduki peringkat tiga untuk ancaman gempa serta enam untuk banjir.1
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) selama Januari 2013
mencatat ada 119 kejadian bencana yang terjadi di Indonesia. BNPB juga
mencatat akibatnya ada sekitar 126 orang meninggal akibat kejadian tersebut.
kejadian bencana belum semua dilaporkan ke BNPB. Dari 119 kejadian bencana
menyebabkan 126 orang meninggal, 113.747 orang menderita dan mengungsi,
940 rumah rusak berat, 2.717 rumah rusak sedang, 10.945 rumah rusak ringan.
Untuk mengatasi bencana tersebut, BNPB telah melakukan penanggulangan
bencana baik kesiapsiagaan maupun penanganan tanggap darurat. Untuk siaga
darurat dan tanggap darurat banjir dan longsor sejak akhir Desember 2012 hingga
sekarang, BNPB telah mendistribusikan dana siap pakai sekitar Rp 180 milyar ke
berbagai daerah di Indonesia yang terkena bencana.2
2
Namun, penerapan manajemen bencana di Indonesia masih terkendala
berbagai masalah, antara lain kurangnya data dan informasi kebencanaan, baik di
tingkat masyarakat umum maupun di tingkat pengambil kebijakan. Keterbatasan
data dan informasi spasial kebencanaan merupakan salah satu permasalahan yang
menyebabkan manajemen bencana di Indonesia berjalan kurang optimal.
Pengambilan keputusan ketika terjadi bencana sulit dilakukankarena data yang
beredar memiliki banyak versi dan sulit divalidasi kebenarannya.3
Dari uraian diatas, terlihat bahwa masih terdapat kelemahan dalam sistem
manajemen bencana di Indonesia sehingga perlu diperbaiki dan ditingkatkan
untuk menghindari atau meminimalisasi dampak bencana yang terjadi.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan selama kurang lebih 30 menit diharapkan peserta dapat
memahami tentang evakuasi bencana gempa bumi di dalam gedung.
2. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit diharapkan peserta dapat:
1. Menjelaskan pengertian bencana
2. Menjelaskan macam-macam bencana
3. Menyebutkan tujuan manajemen bencana
4. Menjelaskan cara evakuasi bencana gempa bumi di dalam gedung
3
D. Kegiatan Penyuluhan
Apersepsi Mengemukakan
pendapat
bencana memperhatikan
Mendengarkan dan
Menjelaskan macam-macam
memperhatikan
bencana
Mendengarkan dan
Menjelaskan tujuan
memperhatikan
manajemen bencana
Mendengarkan dan
Menjelaskan cara evakuasi
memperhatikan
bencana gempa bumi
Mengajukan
Memberikan kesempatan
pertanyaan
peserta untuk bertanya
Memberikan pendapat
Memberikan kesempatan
peserta lain untuk menjawab
Mendengarkan dan
Memberikan reinforcement
memperhatikan
positif
4
Melengkapi jawaban dari Mendengarkan dan
pertanyaan peserta memperhatikan
3 5 menit PENUTUP
Bersama peserta Bersama-sama
telah disampaikan
Menjawab pertanyaan
Evaluasi tentang bencana dan
upaya evakuasi bencana
gempa bumi Mendengarkan dan
Melakukan terminasi memperhatikan
Menjawab salam
Memberikan salam untuk
menutup pertemuan
E. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Tanya Jawab
F. Media/alat bantu :
1. Leaflet
2. PPT
3. Video
G. Setting Tempat
5
Keterangan :
=Media/PPT = Audiens
= Presentator/penyaji = Dokumentasi
6
H. Pengorganisasian Kelompok
1. Leader: Tika Nelsya Putri, S.Kep
Menjelaskan tujuan
Mengarahkan proses kegiatan pada anggota kelompok
2. Presentator : Echia Srikandi Permai, S.Kep
Tugas :
Membaca isi penyuluhan
Memberikan dan menjawab pertanyaan
Menyimpulkan hasil penyuluhan
6. Fasilitator: Tika Nelsya Putri, S.Kep, Febi Sagitaria, S.Kep, Fara Annisa,
S.Kep, Nafhania Nur Efniyati, S.Kep, Weriska Oktrivani, S.Kep, Makhda
Nurfatmala Lubis, S.Kep, Widya Aprilyan, S.Kep, Elnovita Rahmawati, S.Kep
Memberikan materi
7
I. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Pengorganisasian dilaksanakan sebelum pelaksanaan kegiatan dengan
pemilihan penanggung jawab acara kegiatan penyuluhan
b. Pelaksanaan kegiatan dilakukan dengan membicarakan kapan waktu
yang tepat untuk kegiatan penyuluhan dengan Wakil Dekan
2. Evaluasi Proses
3. Evaluasi Hasil
a. 70% sasaran mampu menyebutkan pengertian bencana
b. 70% sasaran mampu menyebutkan macam-macam bencana
c. 70% sasaran mampu menjelaskan tujuan manajemen bencana
d. 70% sasaran mampu menyebutkan cara evakuasi bencana gempa bumi
8
Materi Penyuluhan
MANAJEMEN BENCANA
A. Pengertian Bencana
Bencana adalah Peristiwa/kejadian pada suatu daerah yang mengakibatkan
kerusakan ekologi, kerugian kehidupan manusia serta memburuknya kesehatan
dan pelayanan kesehatan yang bermakna sehingga memerlukan bantuan luar
biasa dari pihak luar (Depkes RI).
B. Macam-macam Bencana
Berdasarkan penyebab (UU no 24 thn 2007)
o Bencana alam
Gempa bumi, tsunami, tanah longsor, gunung meletus, banjir dll.
o Bencana non alam
Kebakaran, wabah penyakit dll.
o Bencana social
Tawuran, teror bom, konflik antar komunitas, perang dll.
9
C.Fungsi Manajemen Bencana
1. Mencegah kehilangan jiwa
2. Mengurangi penderitaan manusia
3. Memberi informasi kepada masyarakat dan pihak berwenang mengenai
resiko
4. Mengurangi kerusakan harta benda dan kehilangan sumber ekonomi
5. Mempercepat proses pemulihan
10
2. Atur benda yang berat sedapat mungkin berada pada bagian bawah.
3. Cek kestabilan benda yang tergantung dan dapat jatuh pada saat gempa bumi
terjadi (misalnya: lampu, dan lain-lain).
4. Simpan bahan yang mudah terbakar pada tempat yang aman dan tidak
mudah pecah untuk menghindari kebakaran.
5. Perhatikan letak pintu, elevator, serta tangga darurat. Sehingga apabila
terjadi gempa bumi, dapat mengetahui jalan keluar bangunan atau tempat
paling aman untuk berlindung.
6. Matikan aliran air, gas, dan listrik apabila sedang tidak digunakan.
7. Tentukan jalan melarikan diri: pastikan Anda tahu jalan yang paling aman
untuk meninggalkan rumah setelah gempa.
8. Persiapkan makanan praktis untuk bertahan hidup sampai bantuan datang.
Siapkan roti dan air minum selalu di dalam tas.
9. Siapkan beberapa cara untuk berkomunikasi keluar, dengan asumsi ponsel
tidak berfungsi.
10. Tentukan tempat bertemu. Jika teman atau anggota keluarga terpencar,
tentukan dua tempat bertemu. Pertama, semestinya lokasi yang aman dekat
rumah, dan kedua dapat berupa bangunan atau taman di luar desa.
11. Pelajari cara memberikan pertolongan pertama, sebab ambulans bisa datang
terlambat lantaran akses jalan terputus.
12. Untuk tingkat keluarga, sepakati area berkumpul setelah gempa bumi terjadi
supaya tidak saling mencari satu sama lain.
11
3. Jika berada di lantai satu atau dasar, segera keluar bangunan menuju tempat
terbuka sembari lindungi kepala jika memungkinkan.
4. Jika berada di lantai dua atau lebih tinggi, naiklah ke lantai yang paling atas.
5. Tetap diam di ruangan sampai goncangan berhenti dan aman untuk keluar.
6. Merapatlah ke dinding (dekat pondasi) dengan merunduk seraya melindungi
kepala. Lindungi wajah dan kepala dengan lengan lalu merapat pada bagian
dalam dinding atau tiang utama penyangga gedung. Hal ini untuk mencegah
tertimpa reruntuhan bangunan.
7. Konstruksi terkuat gedung bertingkat berada di dinding dekat elevator. Jika
memungkinkan, merapatlah ke sana.
8. Jauhi jendela kaca, rak, lemari, dan barang-barang yang tergantung, seperti
lukisan, cermin, jam dinding, lampu gantung, dan lain-lain.
9. Jika tengah di dalam elevator, tekan tombol semua lantai, dan segeralah
keluar saat pintu terbuka di lantai berapa pun. Jika pintu tak terbuka, tekan
tombol darurat untuk memanggil bantuan.
10. Jika tengah berada di tangga, berpeganglah pada pagar untuk menjaga
kesimbangan agar tidak jatuh.
11. Jangan menyalakan korek api sebab adanya gas yang bisa mengakibatkan
ledakan.
12. Jangan me-reset sirkuit listrik karena bisa mengakibatkan kebakaran.
13. Jika menemukan api masih kecil, padamkan dengan air atau pemadam api.
Tetapi ingat, keselamatan nyawalah yang paling utama.
14. Jangan menyentuh sakelar lampu karena bisa mengakibatkan kebakaran atau
ledakan.
15. Gunakan menyelamatkan diri, gunakan tangga darurat, jangan gunakan
elevator. Menggunakan elevator karena berisiko terjebak di dalam.
16. Jika terjebak dalam ruangan atau tertimpa benda sehingga tidak dapat
bergerak, jangan menghabiskan energi dengan terus-menerus berteriak.
Lebih baik ketuk benda yang ada untuk mendapatkan pertolongan.
12
Tindakan Setelah Bencana (Pasca Bencana)
1. Hindari instalasi listrik bertegangan tinggi dan laporkan jika menemukan
kerusakan kepada PLN.
2. Hindari memasuki wilayah kerusakan kecuali setelah dinyatakan aman.
3. Jauhi reruntuhan bangunan.
4. Laporkan diri ke lembaga pemerintah, lembaga adat.
5. Upayakan penampungan sendiri kalau memungkinkan.
6. Ajaklah sesama warga untuk melakukan kegiatan yang positif.
7. Bila diperlukan, carilah bantuan dan bekerja sama dengan sesama warga
serta lembaga pemerintah, adat, keagamaan atau lembaga swadaya
masyarakat.
8. Mendengarkan radio dan televisi lokal yang memberitakan informasi dan
instruksi.
9. Otoritas lokal akan menyediakan jalan keluar yang sesuai dengan situasi
terakhir.
10. Memeriksa luka-luka.
11. Memberi bantuan P3K untuk diri sendiri dan kemudian membantu orang lain
sampai mendapat bantuan.
12. Bencana dapat menyebabkan kerusakan yang besar karenanya kita harus
berhati-hati.
13. Menggunakan lampu senter atau lentera yang menggunakan baterai.
Menghindari penggunaan lilin. Lilin dapat menyebabkan kebakaran.
14. Memeriksa saluran listrik dan gas yang dapat mengakibatkan kebakaran.
15. Memeriksa bagian bangunan yang dianggap rawan untuk segera dirobohkan.
16. Mengambil gambar dari kerusakan untuk kebutuhan klaim asuransi.
17. Hubungi anggota keluarga lain untuk pemberitahuan.
13
Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Mitigasi Bencana Pada Anak dan Remaja
Tentang Tas Siaga Bencana
1. PENDAHULUAN
Bencana alam geologi merupakan kejadian alam ekstrem yang
diakibatkan oleh berbagai fenomena geologi dan geofisika. Aktivitas
tektonik di permukaan bumi dapat menjadi salah satu penyebabnya,
demikian halnya dengan aktivitas vulkanik di bawah permukaan bumi
yang juga mungkin sampai di permukaan. Sebaran daerah rawan bencana
gempa bumi di Indonesia hampir semuanya berada pada daerah yang
tingkat populasinya sangat padat. Daerah-daerah ini sering merupakan
pusat aktivitas, sumber pendapatan masyarakat dan negara, serta menjadi
pusat pencurahan dana pembangunan.
Indonesia adalah negara yang rawan bencana dilihat dari aspek
geografis, klimatologi dan demografis. Letak geografis Indonesia di antara
dua benua dan dua samudera menyebabkan Indonesia mempunyai potensi
yang cukup bagus dalam perekonomian sekaligus juga rawan dengan
bencana. Secara geologis, Indonesia terletak pada 3 (tiga) lempeng yaitu
Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Pasifik yang
membuat Indonesia kaya dengan cadangan mineral sekaligus mempunyai
dinamika geologis yang sangat dinamis yang mengakibatkan potensi
bencana. Sewaktu – waktu lempeng ini akan bergeser patah dan
14
menimbulkan gempa bumi. Akibatnya, tumbukan antar lempeng tektonik
dapat menghasilkan tsunami (Boen dan Pribadi, 2012).
Provinsi Aceh termasuk daerah rawan terjadinya bencana seperti
hal nya daerah lain di Indonesia, karena di wilayah ini selain kondisi
geologinya menunjang terjadinya sejumlah bencana, juga banyak terdapat
gunung berapi yang masih aktif. Kejadian bencana mengalami
peningkatan setiap tahun. Pada tahun 2016 terdapat 1.986 kejadian
bencana dan pada tahun 2020 terdapat 2.925 kejadian bencana (Badan
Nasional Penanggulangan Bencana [BNPB], 2020). Sedangkan menurut
DIBI (Data Informasi Bencana Indonesia) dalam kurun waktu Januari
sampai Desember 2018, melaporkan kejadian bencana di Indonesia telah
mengakibatkan korban meninggal dan hilang sebanyak 2.412 orang,
korban luka-luka 2.104 orang dan korban yang terpaksa harus mengungsi
lebih dari 11.015.859 orang (BNPB, 2019).
Sumatera Barat menjadi salah satu provinsi di Indonesia yang
menjadi 5 provinsi tertinggi kejadian bencana Kondisi ini disebabkan
karena geografis Sumatera Barat yang berada pada jalur patahan sehingga
beresiko terhadap bencana, dan Kota Padang menjadi urutan pertama
daerah yang paling beresiko tinggi (BNPB, 2014). Sumatera Barat pernah
mengalami gempa bumi yang cukup kuat dan banyak menimbulkan
korban pada tahun 2009, gempa bumi terjadi dengan kekuatan 7,6 SR di
lepas pantai Sumatera Barat pada tanggal 30 September 2009. Pada tahun
2019 di Sumatera Barat telah terjadi 2 kali gempa bumi yang
mengakibatkan korban luka-luka sebanyak 8 orang. Untuk bangunan
terjadi kerusakan bangunan rusak berat 25 rumah, sedang 5 rumah dan
ringan 82 rumah (BNPB, 2019).
Menurut penelitian ahli kegempaan Kerry Sieh dan Danny Hilman
tahun 2011, gempa berkekuatan 8.9 SR diprediksi akan memicu tsunami
dengan ketinggian sampai 10 m dari permukaan laut. Dari hal tersebut jika
tidak diimbangi dengan kesiapsiagaan masyarakat Kota Padang maka akan
15
berdampak pada tingginya jumlah kerugian dari bencana ini baik dari
materil maupun jiwa sehingga perlunya kesiapsiagaan pada masyarakat.
Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah
yang tepat guna dan berdaya guna. (UU Nomor 24 Tahun 2007).
Kesiapsiagaan bencana juga merupakan tindakan-tindakan yang
memungkinkan pemerintah, organisasi, masyarakat, komunitas dan
individu untuk mampu menanggapi suatu situasi bencana secara cepat dan
tepat guna, termasuk menyusun rencana penanggulangan bencana,
pemeliharaan dan pelatihan personil (Mohd Robi Amri et al., 2016).
Untuk mengurangi resiko, mengantisipasi bencana dan mengurangi
dampak negatif yang kemungkinan bisa terjadi di lingkungan, masyarakat
dapat dimulai dari bagian lingkup terkecil yaitu keluarga (Murbawan et al.,
2017). Kesiapsiagaan keluarga terhadap bencana adalah persiapan yang
dilakukan mulai dari dalam rumah dan persiapan di lingkungan. Persiapan
di dalam rumah seperti menentukan peran dan tugas setiap anggota
keluarga, memastikan jalur evakuasi keluar rumah tidak ada hambatan,
memastikan anggota keluarga mengetahui dan memahami cara berlindung
saat terjadi gempa bumi, memastikan anggota keluarga memahami dan
melaksanakan rencana kesiapsiagaan keluarga, memperhatikan anggota
keluarga yang sakit dan berkebutuhan khusus, membuat peringatan dini
sederhana, mendapatkan informasi gempa bumi dan selanjutnya
mempersiapkan tas siaga bencana (BNPB, 2018).
Tas siaga bencana adalah sebuah tas yang disiapkan sebelum
terjadinya bencana. Sebelum terjadinya bencana keluarga harus memiliki
rencana kesiapsiagaan keluarga yaitu memiliki sebuah tas yang diisi
dengan barang penting dan keperluan pribadi, seperti: dokumen penting,
buku tabungan, sarung, selimut, pakaian, senter, obat-obatan pribadi dan
air mineral, dan tas tersebut diletakkan pada tempat yang mudah diambil.
Ketika terjadi bencana gempa bumi maka anggota keluarga tinggal
mengambil tas siaga bencana dan langsung melakukan evakuasi ke tempat 16
yang lebih aman. Sarana kesiapsiagaan seperti tas siaga bencana
disediakan oleh anggota keluarga untuk memampukan keluarga menjadi
siap siaga menghadapi bencana (Hamdika et al., 2019),
4. Sasaran
Seluruh Kader serta anak dan remaja di RW 11 Kelurahan Pasie Nan Tigo
5. Materi
a. Menjelaskan pengertian mitigasi bencana
b. Menjelaskan informasi apa saja yang dibutuhkan dalam menghadapi
bencana
c. Menjelaskan lagkah-langkah dalam menghadapi bencana
6. Metode
Metode yang digunakan dalam pemberian penyuluhan ini adalah ceramah
dan tanya jawab.
7. Media
Leaflet, PPT dan modul
17
8. Kriteria Hasil
a. Kriteria Struktur :
Peserta hadir minimal 5 orang
Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan di Mushalla Darussalam
Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelum
dan saat penyuluhan.
b. Kriteria Proses:
Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
Peserta konsentrasi mendengarkan penyuluhan
Paserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan dengan
benar.
c. Kriteria Hasil :
Menyebutkan pengertian tas siaga bencana
Menyebutkan kegunaan tas siaga bencana
Menyebutkan barang-barang untuk tas siaga bencana
Menyebutkan informasi apa saja yang diperlukan untuk persiapan
bencana
18
9. Kegiatan Penyuluhan
No Waktu Kegiatan penyuluhan Audience
1. 5 menit Pembukaan
1. Penyuluh memulai penyuluhan 1. Menjawab salam.
dengan mengucapkan salam
2. Memperkenalkan diri. 2. Memperhatikan.
3. Menjelaskan tujuan materi. 3. Memperhatikan.
4. Menyebutkan materi yang akan 4. memperhatikan
diberikan.
2. 10 menit Pelaksanaan
1. Menjelaskan pengertian tas siaga 1. Memperhatiakan
bencana
2. Menjelaskan kegunaan tas siaga 2. Memperhatiakan
bencana
3. Menjelaskan barang-barang untuk
tas siaga bencana 3. Memperhatiakan
3. 10 menit Evaluasi :
1. Memberikan kesempatan kepada 1. Merespon dan
peserta untuk bertanya. bertanya
2. Memberikan kesempatan kepada 2. Merespon dan
peserta untuk menjawab pertanyaan bertanya
yang diberikan
4. 5 menit Terminasi
1. Menyimpulkan materi yang telah 1. Mendengarkan
disampaikan
2. Mengucapkan terima kasih atas 2. Mendengarkan
perhatian yang diberikan dan membalas
3. Mengucapkan salam penutup salam
19
10. Setting Tempat
Keterangan :
Moderator
Presentator
Fasilitator
Observer
Operator
Dokumentasi
Peserta
11. Pengorganisasian
Leader : Makhda Nurfatmala Lubis
Moderator : Echia Srikandi Permai
Presentator : Rahmi Ferdilla Rafli
Fasilitator : - Febi Sagitaria
1. Nafhania Nur Efniyati 20
2. Tika Nelsya Putri
3. Fara Annisa
4. Nofantri Wulantika
5. Mutiara Yerivanda
6. Widya Aprilian
7. Yolanda Zulpendri
8. Elnovita Rahmawati
Observer dan Dokumentasi : Desrila Indra Sari dan Weriska
Oktrivani.
c. Presentator
d. Fasilitator
21
Bersama leader menjalin kerja sama dalam pelaksanaan kegiatan
Memotivasi peserta kegiatan dalam kegiatan yang akan diberikan
e. Observer
f. Dokumentasi
a. Evaluasi struktur
c. Evaluasi hasil
Peserta mampu menjelaskan pengertian tas siaga bencana
Peserta mampu menjelaskan kegunaan tas siaga bencana
Peserta mampu menjelaskan barang-barang untuk tas siaga
bencana
23
LAMPIRAN MATERI
b. Obat-obatan
24
Bawa obat-obatan pribadi dan perlengkapan P3K. Terlebih jika anak kamu atau ada anggota
keluarga yang memiliki penyakit tertentu. Selipkan obat-obatan dalam tas dengan kondisi
terbungkus rapih. Jangan sampai ketinggalan dan pastikan tanggal kadaluwarsanya masih lama
c. Makanan ringan
Siapkan juga makanan ringan tahan lama yang tidak mudah rusak ya. Masukan yang sekiranya
mengandung karbohidrat dan protein untuk memenuhi kebutuhan gizi. Jika memungkinkan
bawa makanan ringan berupa cokelat juga, karena di kondisi tertentu tubuh membutuhkan
kalori tambahan dari makanan manis.
d. Uang tunai
Jika tidak sempat mengambil dompet ketika bencana terjadi, setidaknya Mama sudah
menyisihkan uang tunai di dalam tas siaga bencana. Begitu pula untuk tas siaga bencana milik
anak mama, siapkan uang tunai juga di dalamnya dan beritahu untuk menyimpannya dengan
rapat. Siapkan sejumlah uang tunai untuk membantunya bertahan hidup jika ada benacana tak
terduga.
e. Selimut atau sarung
Dalam kondisi pasca bencana belum tentu si Anak menemukan tempat istirahat yang nyaman
dan hangat. Sediakan sarung atau selimut ke dalam tas siaga bencana untuk membuat anak
merasa lebih nyaman saat istirahat di malam hari.
f. Air mineral
Bawa air mineral dalam botol yang rapat dengan ukuran besar. Jika memungkinkan setidaknya
sediakan 2 liter air. Letakkan dan 2 botol terpisah, selipkan di sisi kiri dan kanan tas agar
seimbang ketika tas dibawa.
g. Foto keluarga
Membawa foto keluarga ini memudahkan dalam investigasi atau pencarian seumpama ada
anggota keluarga yang terpisah dan belum ditemukan. Selain itu, penting untuk mengingat baju
yang terakhir dipakai oleh masing-masing anggota keluarga sebelum bencana terjadi.
26
27
Satuan Acara Penyuluhan Bantuan Hidup Dasar Pada Remaja
Waktu : 30 menit
I. Latar Belakang
Pada tahun 2005 terdapat 57,03 juta orang meninggal di seluruh dunia. Sekitar
35.000-50.000 diantaranya karena kecelakaan dan bencana alam yang diakibatkan oleh henti
napas dan henti jantung. Dalam jumlah korban, Indonesia menempati peringkat kedua dunia,
yaitu sebanyak lebih kurang 227.898 jiwa (Agustini et al 2017). Pada tahun 2019 didapatkan
data jumlah korban meninggal dan hilang akibat bencana di Indonesia sebanyak
0,18/100.000 orang, korban terluka 1,25/100.000 orang, korban menderita dan mengungsi
1.935/100.000 orang. Terdapat peningkatan jumlah korban meninggal, hilang, dan terluka
akibat dari dampak bencana yang cukup tinggi Di Indonesia dari tahun 2019-2020. Hal ini
dkarenakan adanya pandemi covid. Jumlah korban meninggal dan hilang pada di Indonesia
tahun 2020 sebanyak 8,34/100/000 orang, korban terluka 0,2/100.000, korban menderita dan
mengungsi 2.387,62/100.000 orang (BNPB, 2020).
Bencana alam di Indonesia mengakibatkan kerugian yang sangat besar, baik dari segi
materi maupun jumlah korban (meninggal, luka–luka, maupun cacat). Korban yang
meninggal dapat disebabkan oleh gagalnya oksigenasi adekuat pada organ vital. ventilasi
tidak yang tidak ade kuat dapat gangguan oksigenisasi dan gangguan sirkulasi, cedera SSP
masif dapat mengakibatkan ventilasi yang tidak adekuat atau terjadinya rusaknya pusat
regulasi batang otak (Agustini et al. 2017)
Pengetahuan dan keterampilan BHD menjadi penting karena didalamnya diajarkan
28
tentang bagaimana teknik dasar penyelamatan korban dari berbagai kecelakaan atau
musibah sehari-hari yang biasa dijumpai. Dengan kesiapsiagaan yang tepat berupa
29
pelatihan kader dalam pemberian bantuan hidup dasar diharapkan upaya penanggulangan
dapat lebih cepat dan tepat sehingga dapat meminimalisir jumlah korban dan kerusakan.
Sebab, di tangan mereka terletak keberhasilan pengembangan dan pembinaan peran serta
masyarakat sangat penting yang bertujuan agar terciptanya derajat kesehatan masyarakat
yang optimal.
Bantuan hidup dasar adalah tindakan darurat untuk membebaskan jalan napas,
membantu pernapasan dan mempertahankan sirkulasi darah tanpa menggunakan alat
bantu (Alkatiri, 2007). Tujuan bantuan hidup dasar ialah untuk oksigenasi darurat secara
efektif pada organ vital seperti otak dan jantung melalui ventilasi buatan dan sirkulasi
buatan sampai paru dan jantung dapat menyediakan oksigen dengan kekuatan sendiri
secara normal (Latief, 2009).
1. Metode
a. Ceramah
b. Tanya Jawab 30
2. Materi
a. Pengertian BHD
31
b. Tujuan dari BHD
3. Media
a. Modul
b. Leaflet
32
b. Memperkenalkan b. Menanggapi dan
diri memberi respon
c. Menjelaskan tujuan c. Menyimak
pembelajaran dan penjelasan yang
5 menit
kontrak waktu diberikan
d. Appersepsi d. Mengungkapkan
33
pengetahuan
yang dimiliki
a. Menjelaskan materi a. Mendengarkan
pembelajaran dan menyimak
materi yang
diberikan
b. Memberikan b. Mengajukan
c. Menjawab c. Menyimak
diberikan diberikan
VI. Evaluasi
a. Pertanyaan yang diberikan kepada peserta penyuluhan dari materi BHD yang
telah diberikan.
a. Sartono, Masudik & Suhaeni. (2014). Basic Trauma Cardiac Life Support.
35
VIII. Lampiran
a. Uraian Materi
Keterangan :
Moderator Observer
Presentator Dokumentasi
Fasilitator
a. Pengorganisasian
b. Rincian Tugas
1. Leader
37
Mengarahkan proses kegiatan pada anggota kelompok
2. Moderator
Memperkenalkan diri
Memimpin diskusi
3. Presentator
4. Fasilitator
5. Observer
Mencatat dan mengamati respon peserta secara verbal dan non verbal jalannya
kegiatan
Mencatat seluruh proses yang dikaji dan semua perubahan prilaku
6. Dokumentasi
7. Perlengkapan
39
c. Evaluasi Proses
a. Evaluasi struktur
Peserta yang hadir merupakan Kader Siaga Bencana Divisi Remaja dan remaja
RW 11 Kelurahan Pasie Nan Tigo
b. Evaluasi proses
Peserta antusias dalam menyampaikan saran untuk kegiatan yang akan dilakukan
c. Evaluasi hasil
40
LAMPIRAN MATERI
Langkah Bantuan Hidup Dasar untuk Masyarakat Awam Menurut American Heart
Association (AHA) 2015:
Tidak bernapas
Penolong juga perlu memeriksa pernafasaan korban, jika korban tidak sadarkan diri
dan bernafas secara abnormal (terengah-engah) penolong harus mngasumsikan korban
mengalami henti jantung. Penolong harus memastikan korban tidak merespon dengan cara
memanggil korban dengan jelas, lalu menepuk-nepuk korban atau menggoyang-goyangkan
bahu korban.
c. Korban tidak merespon maka minta seseorang untuk memanggil ambulan (misal: 118).
41
Jika Anda sendirian, gunakantelepongenggam anda untuk memanggil
ambulan.Penolong harus segera mengaktifkan SPGDT (Sistem Penanggulangan Gawat
Darurat Terpadu) dengan menelpon Ambulans Gawat Darurat rumah sakit terdekat.
42
Penolong harus siap dengan jawaban mengenai lokasi kejadian, kejadian yang sedang
terjadi, jumlah korban dan bantuan yang dibutuhkan. Rangkaian tindakan tersebut dapat
dilakukan secara bersamaan apabila pada lokasi kejadian terdapat lebih dari satu penolong,
misalnya penolong pertama memeriksa respon korban kemudian melanjutkan tindakan
BLS sedangkan penolong kedua mengaktifkan SPGDT dengan menelpon ambulans
terdekat dan mengambil alat kejut jantung otomatis (AED).Pemeriksaan CAB (Look,
Listen and Feel) dan nadi karotis. Penolong mendekat ke salah satu sisi wajah klien sambil
mengobservasi atau melihat pergerakan dinding dada lalu mendengarkan suara nafas dari
hidung klien dan merasakan hembusan nafas yang keluar dari mulut klien.
d. Jika Anda belum terlatih atau tidak mampu memberikanbantuan ventilasi, hanya
berikan kompresi dada minimal 100kali per menit (30 kali kompresi).
Penolong tidak terlatih harus memberikan CPR hanya kompresi (Hand-Only) dengan
atau tanpa panduan operator untuk korban serangan jantung dewasa. Penolong harus
melanjutkan CPR hanya kompresi hingga AED atau penolong dengan pelatihan tambahan
tiba. Semua penolong tidak terlatih, pada tingkat minimum, harus memberikan kopresi
dada untuk korban serangan jantung. Selain itu, jika penolong terlatih mampu melakukan
nafas buatan, ia harus menambahkan nafas butan dalam rasio 30 kompresi dibanding 2
nafas buatan. Pada orang dewasa yang menjadi korban serangan jantung, penolong perlu
melakukan kompresi dada pada kecepatan minimum 100 hingga 120/min. Sewaktu
melakukan CPR secara manual, penolong harus melakukan kompresi dada hingga
kedalaman minimum 2 inci (5cm) untuk dewasa rata-rata, dengan tetap menghindari
kedalaman kompresi dada yang berlebihan (lebih dari ,4 inci (6 cm). Penolong harus
melanjutkan CPR hingga AED tiba dan siap digunakan, penyedia EMS mengambil alih
perawatan korban, atau korban mulai bergerak.
Menurut NHS (2014) ada beberapa variasi dalam posisi pemulihan, masing-masing
memiliki tujuan. Tidak ada satu posisi tunggal yang sempurna untuk semua korban. Posisi
harus stabil, setengah lateral dengan kepala dependen dan tidak ada tekanan yang
menghalangi pada dada. Untuk menempatkan seseorang dalam posisi pemulihan:
Lengan atas harus mendukung kepala dan lengan bawah akanmenahan agar
korban tidak bergulir terlalu jauh
44
Satuan Acara Penyuluhan Perawatan Luka Dasar Pada Remaja
a. Latar Belakang
Menurut Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia tahun 2017, secara Geografis,
Indonesia terletak di antara tiga lempeng tektonik, yaitu Lempeng Pasifik, Lempeng
Hindia-Australia dan Lempeng Eurasia (Pusat Studi Gempa Nasional, 2017). Kondisi ini
menyebabkan Indonesia rentan terhadap bencana gempa bumi, tsunami, letusan gunung api
dan jenis bencana geologi lainnya. Sedangkan bencana hidrometeorologi berupa kejadian
bencana banjir, gelombang ekstrim, kebakaran lahan dan hutan, kekeringan, dan cuaca
esktrim.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan, telah terjadi 954
bencana alam di Indonesia pada awal 2022. Banjir merupakan bencana alam terbanyak
dengan jumlah 379 kejadian hingga 16 Maret 2022. Kemudian disusul yang berasal dari
cuaca ekstrem sebanyak 335 kejadian. Lalu, sebanyak 183 telah terjadi tanah longsor dan
44 kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Gelombang pasang dan abrasi tercatat sebanyak 8
kejadian. Terakhir, telah terjadi 5 gempa bumi. Bencana alam tersebut memakan banyak
korban. Sebanyak 1.399.960 orang menderita dan mengungsi. Sebanyak 586 luka-luka dan
76 orang meninggal dunia. Selain itu, masih ada 3 orang yang hilang akibat bencana alam
yang terjadi. (BNPB, 2022).
Menurut data yang dihimpun dalam Data Informasi Bencana Indonesia (DIBI)-BNPB,
terlihat bahwa dari lebih dari 1.800 kejadian bencana pada periode tahun 2005 hingga 45
2015
lebih dari 78% (11.648) kejadian bencana merupakan bencana hidrometeorologi dan
46
sekitar 22% (3.810) merupakan bencana geologi. Kejadian bencana kelompok
hidrometeorologi berupa kejadian bencana banjir, gelombang ekstrim, kebakaran lahan dan
hutan, kekeringan, dan cuaca esktrim. Sedangkan untuk kelompok bencana geologi yang
sering terjadi adalah gempa bumi, tsunami, letusan gunung api, dan tanah longsor.
Kecenderungan jumlah kejadian bencana secara total untuk kedua jenis kelompok yang
relatif terus meningkat. Jumlah kejadian bencana yang disebabkan oleh faktor geologis
tidak terlalu signifikan dibandingkan jumlah kejadian bencana yang disebabkan oleh faktor
hidrometeorologis. Meskipun demikian, bencana geologis, khususnya gempa bumi dan
tsunami pada kenyataannya banyak menimbulkan dampak yang cukup besar dari sisi
korban.
Banyak kejadian bencana yang mengakibatkan banyak korban akibat kecelakaan yang
terjadi sehingga diperlukan suatu tata cara pemberian pertolongan yang cepat dan tepat
agar korban dapat ditangani dengan baik yakni dengan melakukan P3K (pertolongan
pertama pada kecelakaan).
b. Tujuan
1. Tujuan Umum
c. Pelaksanaan Kegiatan
1. Topik
PERAWATAN LUKA
2. Sasaran/Target
Kader Siaga Bencana Divisi Remaja dan Remaja` RW 11 Kelurahan Pasie Nan Tigo
47
3. Metode
Ceramah
4. Media
i. Modul
ii. Leaflet
ii. Waktu :
Perencanaan Kegiatan
4. Menyetujui
2. 10 menit Pelaksanaan :
Perawatan Luka
2. Menjelaskan tujuan dari 2. Memperhatikan
Perawatan Luka
3. Menjelaskan langkah- langkah 3. Memperhatikan
dari Perawatan Luka
4. Melakukan sesi tanya jawab 4. Bertanya 48
terkait Perawatan Luka
5. Menjawab pertanyaan dari 5. Mendengarkan
peserta
49
3. 2 menit Terminasi
1. Memperhatikan
1. Memberikan motivasi dan
pujian kepada peserta yang
sudah berpartisipasi dalam
kegiatan penyuluhan
2. Mengucapkan terima kasih
kepada peserta
3. Mengucapkan salam 2. Mendengarkan
3. Menjawab salam
Setting Tempat
Keterangan :
Moderator Observer
Presentator Dokumentasi
Fasilitator
Pengorganisasian
50
Leader : Rahmi Ferdila Rafli, S.Kep
51
Perlengkapan : Mutiara Yerivanda, S.Kep, Fara Annisa, S.Kep
Rincian Tugas
1. Leader
2. Co-leader
3. Moderator
Memperkenalkan diri
Memimpin diskusi
4. Presentator
5. Fasilitator
6. Observer
Mencatat dan mengamati respon peserta secara verbal dan non verbal jalannya
kegiatan
Mencatat seluruh proses yang dikaji dan semua perubahan prilaku
53
Mencatat dan mengamati peserta aktif dari kegiatan diskusi
7. Dokumentasi
8. Perlengkapan
Evaluasi Proses
1. Evaluasi struktur
Peserta yang hadir merupakan Kader Siaga Bencana Divisi Remaja dan remaja
RW 11 Kelurahan Pasie Nan Tigo
d. Evaluasi proses
Peserta antusias dalam menyampaikan saran untuk kegiatan yang akan dilakukan
e. Evaluasi hasil
54
LAMPIRAN MATERI
PERAWATAN LUKA
Perawatan luka merupakan tindakan yang dilakukan untuk merawat luka agar kondisi
luka tidak semakin memburuk.
a. Hentikan Pendarahan
Saat Anda melakukan pertolongan pertama pada luka yang cukup serius,
terkadang tidak banyak yang dapat Anda lakukan di lapangan. Pilihan yang
56
terbaik adalah untuk mendapatkan perawatan di fasilitas kesehatan, bahkan jika
Anda berada di lokasi terpencil dan mungkin sangat sulit. Jika luka yang Anda
tangani memiliki salah satu dari situasi berikut maka Anda perlu mencari
perawatan medis segera:
Perdarahan tidak berhenti dengan tekanan langsung atau produk kontrol
perdarahan atau Anda memerlukan tindakan pembebatan (tourniquet).
Bila jari tangan dan kaki menjadi dingin atau berubah warna (menjadi biru hingga
kehitaman) (tanda-tanda pembuluh darah tidak dapat menyuplai darah, jaringan
yang tidak disuplai darah akan mati dan menjadi busuk)
Luka tusuk pada rongga dada atau rongga perut (luka ini berpotensi
menimbulkan luka dalam yang tidak terlihat dan sangat mungkin berkembang
menjadi kondisi infeksi
Luka di leher yang melibatkan jalan napas
57
c. Bersihlan Luka
Bila terdapat benda asing pada luka cobalah untuk membuangnya. Gunakan pinset
bila tersedia. Bila benda asingnya besar maka sebaiknya jangan dicabut dan
segera cari bantuan medis.
Gunakan sabun dan air untuk luka permukaan (superfisial) atau kapas untuk area
yang sulit dijangkau
Lakukan irigasi
Anda memiliki sekitar 10-12 jam untuk memutuskan apakah akan menutup (menjahit)
luka atau tidak. Risiko infeksi serius seperti abses (bakteri yang terperangkap dan
nanah) akan meningkat secara dramatis jika Anda menutup luka setelah jangka waktu
tersebut.
e. Tutup Luka
Jika Anda telah melalui langkah empat di atas dan memutuskan untuk menutup atau
menjahit luka tersebut, Anda memiliki beberapa opsi antara lain:
Lakukan jahitan (hecting),
Staples,
58
]
Waktu : 30 menit
Pada tahun 2005 terdapat 57,03 juta orang meninggal di seluruh dunia. Sekitar
35.000-50.000 diantaranya karena kecelakaan dan bencana alam yang diakibatkan oleh henti
napas dan henti jantung. Dalam jumlah korban, Indonesia menempati peringkat kedua dunia,
yaitu sebanyak lebih kurang 227.898 jiwa (Agustini et al 2017). Pada tahun 2019 didapatkan
data jumlah korban meninggal dan hilang akibat bencana di Indonesia sebanyak
0,18/100.000 orang, korban terluka 1,25/100.000 orang, korban menderita dan mengungsi
1.935/100.000 orang. Terdapat peningkatan jumlah korban meninggal, hilang, dan terluka
akibat dari dampak bencana yang cukup tinggi Di Indonesia dari tahun 2019-2020. Hal ini
dkarenakan adanya pandemi covid. Jumlah korban meninggal dan hilang pada di Indonesia
tahun 2020 sebanyak 8,34/100/000 orang, korban terluka 0,2/100.000, korban menderita dan
mengungsi 2.387,62/100.000 orang (BNPB, 2020).
Bencana alam di Indonesia mengakibatkan kerugian yang sangat besar, baik dari segi
materi maupun jumlah korban (meninggal, luka–luka, maupun cacat). Korban yang
meninggal dapat disebabkan oleh gagalnya oksigenasi adekuat pada organ vital. ventilasi
tidak yang tidak ade kuat dapat gangguan oksigenisasi dan gangguan sirkulasi, cedera 59
SSP
masif dapat mengakibatkan ventilasi yang tidak adekuat atau terjadinya rusaknya pusat
regulasi batang otak (Agustini et al. 2017)
Pengetahuan dan keterampilan BHD menjadi penting karena didalamnya diajarkan
tentang bagaimana teknik dasar penyelamatan korban dari berbagai kecelakaan atau
60
musibah sehari-hari yang biasa dijumpai. Dengan kesiapsiagaan yang tepat berupa
pelatihan kader dalam pemberian bantuan hidup dasar diharapkan upaya penanggulangan
dapat lebih cepat dan tepat sehingga dapat meminimalisir jumlah korban dan kerusakan.
Sebab, di tangan mereka terletak keberhasilan pengembangan dan pembinaan peran serta
masyarakat sangat penting yang bertujuan agar terciptanya derajat kesehatan masyarakat
yang optimal.
Bantuan hidup dasar adalah tindakan darurat untuk membebaskan jalan napas,
membantu pernapasan dan mempertahankan sirkulasi darah tanpa menggunakan alat
bantu (Alkatiri, 2007). Tujuan bantuan hidup dasar ialah untuk oksigenasi darurat secara
efektif pada organ vital seperti otak dan jantung melalui ventilasi buatan dan sirkulasi
buatan sampai paru dan jantung dapat menyediakan oksigen dengan kekuatan sendiri
secara normal (Latief, 2009).
V. Tujuan Penyuluhan
2. Metode
c. Ceramah 61
d. Tanya Jawab
3. Materi
62
e. Pengertian BHD
4. Media
c. Modul
d. Leaflet
V. Langkah Kegiatan
63
f. Memperkenalkan f. Menanggapi dan
diri memberi respon
g. Menjelaskan tujuan g. Menyimak
pembelajaran dan penjelasan yang
5 menit
kontrak waktu diberikan
64
h. Appersepsi h. Mengungkapkan
pengetahuan
yang dimiliki
d. Menjelaskan materi d. Mendengarkan
pembelajaran dan menyimak
materi yang
diberikan
e. Memberikan e. Mengajukan
disampaikan
f. Mengucapkan salam f. Menjawab salam
VII. Evaluasi
b. Pertanyaan yang diberikan kepada peserta penyuluhan dari materi BHD yang
telah diberikan.
c. Sartono, Masudik & Suhaeni. (2014). Basic Trauma Cardiac Life Support.
65 I.
d. Soemitro. M.P.,Andiani & Saputra. (2016). Penanganan Gawat Darurat Basic
66
Bandung:RSUP Dr.Hasan Sadikin Bandung
IX. Lampiran
c. Uraian Materi
Keterangan :
Moderator Observer
Presentator Dokumentasi
Fasilitator
Pengorganisasian
68
Rincian Tugas
1. Leader
2. Moderator
Memperkenalkan diri
Memimpin diskusi
3. Presentator
4. Fasilitator
5. Observer
Mencatat dan mengamati respon peserta secara verbal dan non verbal jalannya69
kegiatan
Mencatat seluruh proses yang dikaji dan semua perubahan prilaku
6. Dokumentasi
70
Menjalankan absen diskusi
7. Perlengkapan
Evaluasi Proses
1. Evaluasi struktur
Peserta yang hadir merupakan Kader Siaga Bencana Divisi Dewasa dan dewasa
RW 11 Kelurahan Pasie Nan Tigo
f. Evaluasi proses
Peserta antusias dalam menyampaikan saran untuk kegiatan yang akan dilakukan
g. Evaluasi hasil
71
LAMPIRAN MATERI
Langkah Bantuan Hidup Dasar untuk Masyarakat Awam Menurut American Heart
Association (AHA) 2015:
Tidak bernapas
Penolong juga perlu memeriksa pernafasaan korban, jika korban tidak sadarkan diri
dan bernafas secara abnormal (terengah-engah) penolong harus mngasumsikan korban
mengalami henti jantung. Penolong harus memastikan korban tidak merespon dengan cara
memanggil korban dengan jelas, lalu menepuk-nepuk korban atau menggoyang-goyangkan
bahu korban. 72
g. Korban tidak merespon maka minta seseorang untuk memanggil ambulan (misal: 118).
Jika Anda sendirian, gunakantelepongenggam anda untuk memanggil
73
ambulan.Penolong harus segera mengaktifkan SPGDT (Sistem Penanggulangan Gawat
Darurat Terpadu) dengan menelpon Ambulans Gawat Darurat rumah sakit terdekat.
Penolong harus siap dengan jawaban mengenai lokasi kejadian, kejadian yang sedang
terjadi, jumlah korban dan bantuan yang dibutuhkan. Rangkaian tindakan tersebut dapat
dilakukan secara bersamaan apabila pada lokasi kejadian terdapat lebih dari satu penolong,
misalnya penolong pertama memeriksa respon korban kemudian melanjutkan tindakan
BLS sedangkan penolong kedua mengaktifkan SPGDT dengan menelpon ambulans
terdekat dan mengambil alat kejut jantung otomatis (AED).Pemeriksaan CAB (Look,
Listen and Feel) dan nadi karotis. Penolong mendekat ke salah satu sisi wajah klien sambil
mengobservasi atau melihat pergerakan dinding dada lalu mendengarkan suara nafas dari
hidung klien dan merasakan hembusan nafas yang keluar dari mulut klien.
h. Jika Anda belum terlatih atau tidak mampu memberikanbantuan ventilasi, hanya
berikan kompresi dada minimal 100kali per menit (30 kali kompresi).
Penolong tidak terlatih harus memberikan CPR hanya kompresi (Hand-Only) dengan
atau tanpa panduan operator untuk korban serangan jantung dewasa. Penolong harus
melanjutkan CPR hanya kompresi hingga AED atau penolong dengan pelatihan tambahan
tiba. Semua penolong tidak terlatih, pada tingkat minimum, harus memberikan kopresi
dada untuk korban serangan jantung. Selain itu, jika penolong terlatih mampu melakukan
nafas buatan, ia harus menambahkan nafas butan dalam rasio 30 kompresi dibanding 2
nafas buatan. Pada orang dewasa yang menjadi korban serangan jantung, penolong perlu
melakukan kompresi dada pada kecepatan minimum 100 hingga 120/min. Sewaktu
melakukan CPR secara manual, penolong harus melakukan kompresi dada hingga
kedalaman minimum 2 inci (5cm) untuk dewasa rata-rata, dengan tetap menghindari
kedalaman kompresi dada yang berlebihan (lebih dari ,4 inci (6 cm). Penolong harus
melanjutkan CPR hingga AED tiba dan siap digunakan, penyedia EMS mengambil alih
perawatan korban, atau korban mulai bergerak.
Menurut NHS (2014) ada beberapa variasi dalam posisi pemulihan, masing-masing
memiliki tujuan. Tidak ada satu posisi tunggal yang sempurna untuk semua korban. Posisi
harus stabil, setengah lateral dengan kepala dependen dan tidak ada tekanan yang
menghalangi pada dada. Untuk menempatkan seseorang dalam posisi pemulihan:
Lengan atas harus mendukung kepala dan lengan bawah akanmenahan agar
korban tidak bergulir terlalu jauh
75
Satuan Acara Penyuluhan Perawatan Luka Dasar Pada Dewasa
Latar Belakang
Menurut Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia tahun 2017, secara Geografis,
Indonesia terletak di antara tiga lempeng tektonik, yaitu Lempeng Pasifik, Lempeng
Hindia-Australia dan Lempeng Eurasia (Pusat Studi Gempa Nasional, 2017). Kondisi ini
menyebabkan Indonesia rentan terhadap bencana gempa bumi, tsunami, letusan gunung api
dan jenis bencana geologi lainnya. Sedangkan bencana hidrometeorologi berupa kejadian
bencana banjir, gelombang ekstrim, kebakaran lahan dan hutan, kekeringan, dan cuaca
esktrim.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan, telah terjadi
954 bencana alam di Indonesia pada awal 2022. Banjir, merupakan bencana alam
terbanyak dengan jumlah 379 kejadian hingga 16 Maret 2022. Kemudian disusul yang
berasal dari cuaca ekstrem sebanyak 335 kejadian. Lalu, sebanyak 183 telah terjadi tanah
longsor dan 44 kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Gelombang pasang dan abrasi
tercatat sebanyak 8 kejadian. Terakhir, telah terjadi 5 gempa bumi. Bencana alam tersebut
memakan banyak korban. Sebanyak 1.399.960 orang menderita dan mengungsi.Sebanyak
586 luka-luka dan 76 orang meninggal dunia. Selain itu, masih ada 3 orang yang hilang
akibat bencana alam yang terjadi. (BNPB, 2022).
76
Menurut data yang dihimpun dalam Data Informasi Bencana Indonesi a (DIBI)-BNPB,
terlihat bahwa dari lebih dari 1.800 kejadian bencana pada periode tahun 2005 hingga 2015
77
lebih dari 78% (11.648) kejadian bencana merupakan bencana hidrometeorologi dan
sekitar 22% (3.810) merupakan bencana geologi. Kejadian bencana kelompok
hidrometeorologi berupa kejadian bencana banjir, gelombang ekstrim, kebakaran lahan dan
hutan, kekeringan, dan cuaca esktrim. Sedangkan untuk kelompok bencana geologi yang
sering terjadi adalah gempa bumi, tsunami, letusan gunung api, dan tanah longsor.
Kecenderungan jumlah kejadian bencana secara total untuk kedua jenis kelompok yang
relatif terus meningkat. Jumlah kejadian bencana yang disebabkan oleh faktor geologis
tidak terlalu signifikan dibandingkan jumlah kejadian bencana yang disebabkan oleh faktor
hidrometeorologis. Meskipun demikian, bencana geologis, khususnya gempa bumi dan
tsunami pada kenyataannya banyak menimbulkan dampak yang cukup besar dari sisi
korban.
Banyak kejadian bencana yang mengakibatkan banyak korban akibat kecelakaan yang
terjadi sehingga diperlukan suatu tata cara pemberian pertolongan yang cepat dan tepat
agar korban dapat ditangani dengan baik yakni dengan melakukan P3K (pertolongan
pertama pada kecelakaan).
Tujuan
c. Tujuan Umum
d. Tujuan Khusus
Pelaksanaan Kegiatan
f. Topik
PERAWATAN LUKA
78
g. Sasaran/Target
Kader Siaga Bencana Divisi Dewasa dan dewasa RW 11 Kelurahan Pasie Nan
Tigo
h. Metode
Ceramah
i. Media
Modul
Leaflet
j. Waktu dan Tempat
Waktu :
Tempat : Masjid
Perencanaan Kegiatan
Perawatan Luka
7. Menjelaskan tujuan dari 7. Memperhatikan
Perawatan Luka
8. Menjelaskan langkah- langkah 8. Memperhatikan
79
dari Perawatan Luka
9. Melakukan sesi tanya jawab 9. Bertanya
terkait Perawatan Luka
10. Menjawab pertanyaan dari 10. Mendengarkan
80
peserta
3. 2 menit Terminasi
4. Memperhatikan
4. Memberikan motivasi dan
pujian kepada peserta yang
sudah berpartisipasi dalam
kegiatan penyuluhan
5. Mengucapkan terima kasih
kepada peserta
6. Mengucapkan salam 5. Mendengarkan
6. Menjawab salam
Setting Tempat
Keterangan :
Moderator Observer
Presentator Dokumentasi
Fasilitator
81
Pengorganisasian
82
Observer : Fara Annisa, S.Kep
S.Kep
Rincian Tugas
1. Leader
2. Co-leader
3. Moderator
Memperkenalkan diri
Memimpin diskusi
4. Presentator
6. Observer
84
Mencatat dan mengamati respon peserta secara verbal dan non verbal jalannya
kegiatan
Mencatat seluruh proses yang dikaji dan semua perubahan prilaku
7. Dokumentasi
8. Perlengkapan
v. Evaluasi Proses
a. Evaluasi struktur
Peserta yang hadir merupakan Kader Siaga Bencana Divisi Dewasa dan dewasa
RW 11 Kelurahan Pasie Nan Tigo
h. Evaluasi proses
Peserta antusias dalam menyampaikan saran untuk kegiatan yang akan dilakukan
i. Evaluasi hasil
86
LAMPIRAN MATERI
PERAWATAN LUKA
Perawatan luka merupakan tindakan yang dilakukan untuk merawat luka agar kondisi
luka tidak semakin memburuk.
a. Hentikan Pendarahan
88
Luka yang Berpotensi Mengancam Jiwa
Saat Anda melakukan pertolongan pertama pada luka yang cukup serius,
terkadang tidak banyak yang dapat Anda lakukan di lapangan. Pilihan yang
terbaik adalah untuk mendapatkan perawatan di fasilitas kesehatan, bahkan jika
Anda berada di lokasi terpencil dan mungkin sangat sulit. Jika luka yang Anda
tangani memiliki salah satu dari situasi berikut maka Anda perlu mencari
perawatan medis segera:
Perdarahan tidak berhenti dengan tekanan langsung atau produk kontrol
perdarahan atau Anda memerlukan tindakan pembebatan (tourniquet).
Bila jari tangan dan kaki menjadi dingin atau berubah warna (menjadi biru hingga
kehitaman) (tanda-tanda pembuluh darah tidak dapat menyuplai darah, jaringan
yang tidak disuplai darah akan mati dan menjadi busuk)
Luka tusuk pada rongga dada atau rongga perut (luka ini berpotensi
menimbulkan luka dalam yang tidak terlihat dan sangat mungkin berkembang
menjadi kondisi infeksi
Luka di leher yang melibatkan jalan napas
Staples,
90
Satuan Acara Penyuluhan Triage
I. Latar Belakang
Menurut Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia tahun 2017, secara
Geografis, Indonesia terletak di antara tiga lempeng tektonik, yaitu
Lempeng Pasifik, Lempeng Hindia-Australia dan Lempeng Eurasia (Pusat
Studi Gempa Nasional, 2017). Kondisi ini menyebabkan Indonesia rentan
terhadap bencana gempa bumi, tsunami, letusan gunung api dan jenis
bencana geologi lainnya. Sedangkan bencana hidrometeorologi berupa
kejadian bencana banjir, gelombang ekstrim, kebakaran lahan dan hutan,
kekeringan, dan cuaca esktrim.
Menurut data yang dihimpun dalam Data Informasi Bencana Indonesi a
(DIBI)-BNPB, terlihat bahwa dari lebih dari 1.800 kejadian bencana pada
periode tahun 2005 hingga 2015 lebih dari 78% (11.648) kejadian bencana
merupakan bencana hidrometeorologi dan sekitar 22% (3.810) merupakan
bencana geologi. Kejadian bencana kelompok hidrometeorologi berupa
kejadian bencana banjir, gelombang ekstrim, kebakaran lahan dan hutan,
kekeringan, dan cuaca esktrim. Sedangkan untuk kelompok bencana geologi
91
yang sering terjadi adalah gempa bumi, tsunami, letusan gunung api, dan
tanah longsor. Kecenderungan jumlah kejadian bencana secara total untuk
kedua jenis kelompok yang relatif terus meningkat. Jumlah kejadian
bencana yang disebabkan oleh faktor geologis tidak terlalu signifikan
dibandingkan jumlah kejadian bencana yang disebabkan oleh faktor
hidrometeorologis. Meskipun demikian, bencana geologis, khususnya
gempa bumi dan tsunami pada kenyataannya banyak menimbulkan dampak
yang cukup besar dari sisi korban.
Gambar 1.1 Grafik Jumlah Kejadian Bencana 2005 – 2015 (BNPB, 2016)
II. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan selama 15 menit, masayarakat mampu
memahami dan mengerti tentang triage khususnya pada orang dewasa.
2. Tujuan Khusus 92
Setelah diberikan penjelasan selama 15 menit diharapkan sasaran dapat:
a. Menyebutkan pengertian Triage
b. Menjelaskan tujuan dari Triage
c. Menjelaskan prinsip dari Triage
d. Menjelaskan klasifikasi dari Triage
Menjelaskan katagori sistem triage
Menyebutkan kode warna International dalam triage
Menjelaskan Metode Triage Pada Bencana
Menjelaskan Pelaksanaan Triage Metode S.T.A.R.T
III.Pelaksanaan Kegiatan
1. Topik
TRIAGE
2. Sasaran/Target
Kader Siaga Bencana Devisi Dewasa RW 11 Kelurahan Pasie Nan Tigo
3. Metode
Ceramah
4. Media
Modul
Leaflet
93
I. Perencanaan Kegiatan
3. 15 menit Terminasi
1. Memberikan motivasi 1. Memperhatikan
dan pujian kepada
peserta yang sudah 2. Mendengarkan
berpartisipasi dalam
kegiatan penyuluhan 3. Menjawab salam
2. Mengucapkan terima
kasih kepada peserta
3. Mengucapkan salam
Keterangan :
Moderator Observer
Presentator Dokumentasi
Operator Fasilitator 95
III. Pengorganisasian
Leader : Mutiara Yerivanda
Co Leader : Yolanda Zulpendri
Moderator : Tika Nelsya Putri
Presentator : Echia Srikandi Permai
Fasilitator :
9. Nofantri Wulantika
10. Makhda Nurfatmala Lubis
11. Weriska Oktrivani
Observer : Widya Aprilian.
Dokumentasi : Rahmi Ferdilla Rafli
Konsumsi : Fara Annisa dan Elnovita Rahmawati
Perlengkapan : Nafhania Nur Efniyati
Operator : Febi Sagitaria
98
LAMPIRAN MATERI
TRIAGE
1. Pengertian Triage
Triage berasal dari kata Perancis yaitu “ Trier “ yang berarti membagi
dalam 3 group. Pertama kala dikenalkan pada awal 1800-an yang ditujukan
untukmemprioritaskan pasien dan memberikan perawatan segera kepada
korban yang terluka parah. Baron Dominique Jean Larrey, seorang ahli
bedah pada pasukan Napoleon, merancang suatu metode evaluasi dan
kategorisasi yang cepat pada pasukan yang terluka dimedan pertempuran
dan kemudian mengevakuasi mereka secepatnya. Pada tahun 1950-1960
triage digunakan diruang gawat darurat karena 2 alasan yaitu: meningkatkan
kunjungan, meningkatkan penggunaan untuk non urgen.
Triage merupakan suatu sistem yang digunakan dalam mengidentifikasi
korban dengan cedera yang mengancam jiwa untuk kemudian di berikan
prioritas untuk dirawat dan di evakuasi ke fasilitas kesehatan.Triage adalah
suatu sistem seleksi pasien yang menjamin supaya tidak ada pasien yang
tidak mendapatkan perawatan medis. Proses khusus memilah pasien
berdasarkan beratnya cedera atau penyakit : menentukan jenis perawatan
gawat darurat serta transportasi.
Triage adalah proses yang berkesinambungan sepanjang pengelolaan.
Triage inisial dilakukan petugas pertama yang tiba. Nilai ulang terus
menerus karena status dapat berubah. Triage adalah pengelompokan
korban/pasien berdasarkan berat ringannya trauma atau penyakit serta
kecepatan penanganan atau pemindahan. Triage adalah suatu proses yang
mana pasien digolongkan menurut tipe dan tingkat kegawatan kondisinya.
Triase (Triage) adalah Tindakan untuk memilah/mengelompokkan korban
berdasar beratnya cidera, kemungkinan untuk hidup, dan keberhasilan
tindakan berdasar sumber daya (SDM dan sarana) yang tersedia.
2. Tujuan Triage
Tujuan triage adalah :
99
a. Bahwa dengan sumber daya yang minimal dapat menyelamatkan
korban sebanyak mungkin.
b. Untuk menetapkan tingkat atau derajat kegawatan yang memerlukan
pertolongan kedaruratan
c. Agar pasien mendapatkan prioritas pelayanan sesuai dengan tingkat
kegawatannya, dapat menangani korban/pasien dengan cepat, cermat
dan tepat sesuai dengan sumber daya yang ada.
Dengan triage tenaga kesehatan akan mampu :
a. Menginisiasi atau melakukan intervensi yang cepat dan tepat kepada
pasien
b. Menetapkan area yang paling tepat untuk dapat melaksanakan
pengobatan lanjutan
c. Memfasilitasi alur pasien melalui unit gawat darurat dalam proses
penanggulangan/pengobatan gawat darurat
3. Prinsip Triage
“Time Saving is Life Saving (respon time diusahakan sependek mungkin),
The Right Patient, to The Right Place at The Right Time serta melakukan
yang terbaik untuk jumlah terbanyak” dengan seleksi korban berdasarkan :
a. Ancaman jiwa mematikan dalam hitungan menit
b. Dapat mati dalam hitungan jam
c. Trauma ringan
d. Sudah meninggal
4. Klasifikasi Triage
Klasifikasi berdasarkan pada :
a. Pengetahuan
b. data yang tersedia
c. situasi yang berlangsung
10
5
f. Sistem DalamPenanganan Triage
Non Disaster : Untuk menyediakan perawatan sebaik mungkin
bagi setiap individu pasien
Disaster : Untuk menyediakan perawatan yang lebih efektif untuk
pasien dalam jumlah banyak
10
6
Satuan Acara Penyuluhan Mengenai Tas Siaga Bencana
I. Latar Belakang
Menurut Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia tahun 2017, secara
Geografis, Indonesia terletak di antara tiga lempeng tektonik, yaitu
Lempeng Pasifik, Lempeng Hindia-Australia dan Lempeng Eurasia (Pusat
Studi Gempa Nasional, 2017). Kondisi ini menyebabkan Indonesia rentan
terhadap bencana gempa bumi, tsunami, letusan gunung api dan jenis
bencana geologi lainnya. Sedangkan bencana hidrometeorologi berupa
kejadian bencana banjir, gelombang ekstrim, kebakaran lahan dan hutan,
kekeringan, dan cuaca esktrim.
Menurut data yang dihimpun dalam Data Informasi Bencana Indonesi
(DIBI)-BNPB, terlihat bahwa dari lebih dari 1.800 kejadian bencana pada
periode tahun 2005 hingga 2015 lebih dari 78% (11.648) kejadian bencana
merupakan bencana hidrometeorologi dan sekitar 22% (3.810) merupakan
bencana geologi. Kejadian bencana kelompok hidrometeorologi berupa
kejadian bencana banjir, gelombang ekstrim, kebakaran lahan dan hutan,
kekeringan, dan cuaca esktrim. Sedangkan untuk kelompok bencana geologi
yang sering terjadi adalah gempa bumi, tsunami, letusan gunung api, dan
tanah longsor. Kecenderungan jumlah kejadian bencana secara total untuk
kedua jenis kelompok yang relatif terus meningkat. Jumlah kejadian
bencana yang disebabkan oleh faktor geologis tidak terlalu signifikan
dibandingkan jumlah kejadian bencana yang disebabkan oleh faktor
10
hidrometeorologis. Meskipun demikian, bencana geologis, khususnya 7
gempa bumi dan tsunami pada kenyataannya banyak menimbulkan dampak
yang cukup besar baik dari sisi korban dan kerugian ekonomi. Pengaruh
perubahan iklim juga ikut memberikan kontribusi dalam peningkatan
kejadian bencana hidrometeorologi. Dengan frekuensi kejadian yang
banyak, kelompok bencana ini juga memberikan dampak yang sangat besar
terutama pada sektor ekonomi dan lingkungan, baik dampak langsung
kejadian bencana maupun dampak tidak langsung. Hal ini disebabkan
karena bencana datang secara tiba-tiba sehingga banyak masyarakat yang
tidak sempat menyelamatkan harta benda bahkan nyawanya sendiri.
Gambar 1.1 Grafik Jumlah Kejadian Bencana 2005 – 2015 (BNPB, 2016)
2 Makanan untuk 3 – 10
3 Obat P3K
6 Radio
b. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penjelasan selama 20 menit diharapkan sasaran
dapat:
Menyebutkan pengertian Tas Siaga Bencana
Menjelaskan tujuan dari Tas Siaga Bencana
Menjelaskan daftar benda yang harus ada dalam Tas Siaga
Bencana.
III. Pelaksanaan Kegiatan
a. Topik
Tas Siaga Bencana
b. Sasaran/Target
Kader Siaga Bencana Devisi Dewasa RW 11 Kelurahan Pasie Nan
Tigo
c. Metode
Ceramah
Diskusi
d. Media
Modul
Leaflet
e. Waktu dan Tempat
Hari/Tanggal : Selasa, 01 Juni 2021
Waktu : 16.30-16.50 WIB
Tempat : Mushalla Darussalam 11
0
IV. Perencanaan Kegiatan
11
2
V. Setting Tempat
Keterangan :
Moderator Observer
Presentator Dokumentasi
Operator Fasilitator
VI. Pengorganisasian
Leader : Echia Srikandi Permai
Co Leader : Fara Annisa
Moderator : Widya Aprilian.
Presentator : Mutiara Yerivanda
Fasilitator :
12. Elnovita Rahmawati
13. Makhda Nurfatmala Lubis
14. Weriska Oktrivani
15. Nafhania Nur Efniyati
Observer : Tika Nelsya Putri
Dokumentasi : Nofantri Wulantika
Konsumsi : Yolanda Zulpendri dan Febi Sagitaria
Perlengkapan : Fara Annisa 11
3
Operator : Rahmi Ferdilla Rafli
VII. Rincian Tugas
1. Leader
Menjelaskan tujuan bermain
Mengarahkan proses kegiatan pada anggota kelompok
Menjelaksan aturan bermain pada anak
Mengealuasi perasaan setelah pelaksanaan
2. Co-leader
Membantu leader dalam mengorganisasi anggota
3. Moderator
Membuka dan menutup acara
Memperkenalkan diri
Menetapkan tata tertib acara penyuluhan
Kontrak waktu yang akan digunakan selama penyuluhan
Menjaga kelancaran acara
Memimpin diskusi
Bersama fasilitator menjalin kerja sama dalam penyuluhan
4. Presentator
Menyampaikan pelaksanaan kegiatan penyuluhan yang akan dilakukan
5. Fasilitator
Bersama leader menjalin kerja sama dalam pelaksanaan kegiatan
penyuluhan
Memotivasi peserta kegiatan dalam penyuluhan
Menjadi contoh dalam kegiatan
Mempertahankan kehadiran peserta
Mencegah gangguan/hambatan terhadap peserta baik luar maupun
dalam
6. Observer
Mencatat dan mengamati respon peserta secara verbal dan non
11
verbal jalannya kegiatan 4
Mencatat seluruh proses yang dikaji dan semua perubahan prilaku
Mencatat dan mengamati peserta aktif dari kegiatan diskusi
Mengevaluasi kegiatan yang dilaksanakan
7. Dokumentasi
Mendokumentasikan seluruh kegiatan diskusi
Menjalankan absen diskusi
8. Konsumsi
Mempersiapkan konsumsi untuk peserta diskusi
9. Perlengkapan
Menyiapkan semua perlatan yang digunakan selama kegiatan diskusi
10. Operator
Mengoperasikan media diskusi
LAMPIRAN MATERI
11
7
Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Tanda-Tanda Persalinan
Sasaran : Kader Ibu Hamil dan Ibu Hamil di RW 11 Kelurahan Pasie Nan
Tigo, Kecamatan Koto Tangah
Metode : Ceramah dan tanya jawab
Media : Leaflet dan Modul
Waktu : 30 menit
Tempat : Rumah Ibu Hamil
1. LATAR BELAKANG
Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologi yang normal
dalam kehidupan (Sumarah, dkk, 2008). Proses persalinan bisa jadi momok
yang menakutkan bagi ibu hamil, sehingga jangan sampai proses tersebut
diperburuk oleh kurangnya pemahaman mengenai tanda awal persalinan.
Mengetahui tanda-tanda awal persalinan merupakan modal penting yang
perlu dimiliki oleh setiap ibu hamil. Hal ini bertujuan untuk mendeteksi
adanya komplikasi yang beresiko pada saat persalinan nanti, sehingga akan
tercipta persalinan normal, aman bagi ibu dan bayinya (Abdilla, 2011).
Pengertian atau pemahaman bahwa kehamilan dan persalinan adalah
nyawa taruhannya atau toh nyawa (bahasa Jawa) menunjukkan masyarakat
sadar kalau setiap persalinan menghadapi resiko atau bahaya yang dapat
mengakibatkan kematian pada ibu dan bayi yang baru lahir (Prawirohardjo,
2009).
Berdasarkan penelitian WHO di seluruh dunia, terdapat 287.000
perempuan meninggal selama dan setelah kehamilan dan persalinan (Astria
Zerida, 2019). Menurut WHO kontribusi angka kematian ibu dan anak di
Indonesia cukup berat, yaitu kematian maternal 390/100.000 persalinan dan
kematian perinatal sekitar 400/100.000 persalinan hidup. Perkiraan
persalinan yang terjadi sebanyak 5.000.000 orang per tahun (Manuaba,
2018). Angka tersebut yang tertinggi di negara Asean (5 –142per 100.000)
11
dan 50 –100 kali lebih tinggi dari angka kematian maternal di negara maju. 8
Menurut taksiran kasar, angka kematian maternal ialah 6–8 per 1.000
kelahiran, angka ini sangat tinggi apabila dibandingkan dengan angka-angka
di negara-negara maju, yang berkisar antara 1,5 dan 3 per 10.000 kelahiran
hidup (Prawirohardjo, 2018).
Kematian ibu dibagi menjadi kematian langsung dan tidak langsung.
Kematian ibu langsung adalah sebagai akibat komplikasi kehamilan,
persalinan, masa nifas dan segala intervensi atau penanganan tidak tepat dari
komplikasi tersebut. Kematian ibu tidak langsung merupakan akibat dari
penyakit yang sudah ada atau penyakit yang timbul sewaktu kehamilan yang
berpengaruh terhadap kehamilan, misalnya malaria, anemia, HIV/AIDS, dan
penyakit kardiovaskuler.
Tiap menit tiap hari, di suatu tempat di dunia, satu orang ibu
meninggal disebabkan oleh komplikasi persalinan. Kebanyakan kematian
ibu tersebut merupakan tragedi yang dapat dicegah, dihindari, dan
membutuhkan perhatian dari masyarakat internasional (Prawirohardjo,
2009). Apabila pengetahuan ibu tentang persalinan masih sangat kurang,
maka ibu hamil akan dengan mudah menerima cerita-cerita menjelang
kelahiran yang menakutkan tersebut. Akibatnya ibu hamil hanya sibuk
memusatkan perhatian proses persalinan tanpa melakukan tindakan yang
dapat memperlancar proses persalinan seperti mempersiapkan diri secara
fisik dan mental (Aryani, 2013).
Menurut Departemen Kesehatan tahun 2018 urutan penyebab
kematian ibu melahirkan adalah perdarahan 28%, eklamsi 24%, infeksi
11%, komplikasi pernapasan 8%, abortus 5%, emboli obstetri 3%, lain-lain
11%. Kematian tersebut dapat dikurangi jika ibu tidak terhambat dibawa ke
pelayanan kesehatan (Prawirohardjo, 2018). Tidak memadainya atau
kurangnya persiapan kelahiran dan darurat kesiapan, yang merupakan
komponen kunci dari diterima secara global program safe motherhood.
Persiapan persalinan membantu memastikan bahwa perempuan dapat
mencapai perawatan pengiriman profesional ketika persalinan dimulai dan
mengurangi penundaan yang terjadi ketika perempuan pengalaman 11
9
komplikasi kebidanan (Hailu, dkk. 2011). Menurut WHO pada Hari
Kesehatan Sedunia menyatakan safe motherhood merupakan upaya global
untuk mencegah/menurunkan kematian ibu dengan Making Pregnancy Safer
(MPS) yang merupakan strategi sektor kesehatan dan penurunan
kematian/kesakitan ibu dan perinatal pelayanan MPS merupakan hak asasi
manusia (Prawirohardjo, 2009).
Pada saat terjadi bencana alam gempa bumi dan tsunami, ibu hamil
merupakan salah satu kelompok rentan yang ada di masyarakat. Oleh karena
itu, ibu hamil perlu dibekali dengan pengetahuan mengenai tanda-tanda
persalinan sehingga dapat mengurangi resiko bencana pada ibu hamil agar
tercipta persalinan normal serta aman bagi ibu dan bayinya.
4. Sasaran
Kader ibu hamil dan ibu nifas RW 11 Kelurahan Pasie Nan Tigo
5. Materi
a. Pengertian persalinan
b. Macam-macam persalinan
c. Tanda-tanda persalinan
12
6. Metode
0
Metode yang digunakan dalam pemberian penyuluhan ini adalah ceramah
dan tanya jawab.
7. Media
Leaflet dan modul
8. Kriteria Hasil
a. Kriteria Struktur :
Peserta hadir minimal 3 orang
Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan di Mesjid
Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelum
dan saat penyuluhan.
b. Kriteria Proses:
Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
Peserta konsentrasi mendengarkan penyuluhan
Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan dengan
benar.
c. Kriteria Hasil :
Menyebutkan pengertian persalinan
Menyebutkan macam-macam persalinan
Menyebutkan tanda-tanda persalinan
12
1
9. Kegiatan Penyuluhan
No Waktu Kegiatan penyuluhan Peserta
1. 5 menit Pembukaan
1. Penyuluh memulai penyuluhan 1 Menjawab salam.
dengan mengucapakan salam
2. Memperkenalkan diri. 2 Memperhatikan
3. Menjelaskan tujuan materi. dan
4. Menyebutkan materi yang akan mendengarkan.
diberikan. 3 Memperhatikan
dan
mendengarkan
4 Memperhatikan
dan
mendengarkan
2. 10 menit Pelaksanaan
1. Menjelaskan pengertian tanda- 1. Memperhatiakan
tanda persalinan dan mendengarkan
2. Menjelaskan macam-macam 2. Memperhatiaka
persalinan n dan
3. Menjelaskan tanda-tanda mendengarkan
persalinan 3. Memperhatiaka
n dan
mendengarkan
3. 10 menit Evaluasi :
1 Memberikan kesempatan kepada 1 Merespon dan
peserta untuk bertanya. bertanya
2 Memberikan kesempatan kepada 2 Merespon dan
12
2
peserta untuk menjawab bertanya
pertanyaan yang diberikan
4. 5 menit Terminasi
1 Menyimpulkan materi yang telah 1 Memperhatian dan
disampaikan mendengarkan
2 Mengucapkan terima kasih atas 2 Memperhatiakan
perhatian yang diberikan dan mendengarkan
3 Mengucapkan salam penutup 3 Mendengarkan dan
membalas salam
Keterangan :
Moderator
Presentator
12
3
Fasilitator
Observer
Operator
Dokumentasi
Peserta
11. Pengorganisasian
Leader : rahmi
Moderator : tika
Presentator : echia
Fasilitator : makhda, febi, fara, naya, widya, rahmi, ophie
Observer : mutiara
Dokumentasi : weriska
b. Evaluasi proses
Peserta antusias dalam menyampaikan saran untuk kegiatan yang
12
akan dilakukan 5
Peserta mengikuti acara dari awal sampai akhir
Tidak ada peserta yang izin selama acara berlangsung
c. Evaluasi hasil
Sebanyak 70% Ibu hamil mampu menjelaskan pengertian
persalinan
Sebanyak 70% Ibu hamil mampu menyebutkan macam-macam
persalinan
Sebanyak 70% Ibu hamil mampu menyebutkan tanda-tanda
persalinan
12
6
Lampiran Materi
1. Pengertian
Dalam pengertian sehari-hari persalinan sering diartikan serangkaian
kejadian pengeluaran bayi yang sudah cukup bulan, disusul dengan
pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu melalui jalan lahir
atau melalui jalan lain, berlangsung dengan bantuan atau tanpa bantuan
(kekuatan ibu sendiri).
2. Macam-Macam Persalinan
a. Persalinan Spontan
Persalinan yang berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri, melalui jalan
lahir ibu tersebut.
b. Persalinan Buatan
Bila persalinan dibantu dengan tenaga dari luar misalnya ekstraksi
forceps, atau dilakukan operasi Sectio Caesaria.
c. Persalinan Anjuran
Persalinan yang tidak dimulai dengan sendirinya tetapi baru berlangsung
setelah pemecahan ketuban, pemberian pitocin atau prostaglandin.
12
8
Satuan Acara Penyuluhan (SAP) ASI
Sasaran : Ibu Hamil dan Ibu Nifas RW 11 Kelurahan Pasie Nan Tigo,
Kecamatan Koto Tangah
Metode : Ceramah dan tanya jawab
Media : Leaflet dan modul
Waktu : 30 menit
Tempat : Rumah Ibu Hamil
Hari/Tanggal :
Pukul :
1. PENDAHULUAN
Bencana merupakan peristiwa atau kejadian yang berlebihan yang
mengancam dan menggangu aktifitas normal kehidupan masyarakat yang
terjadi akibat perilaku perbuatan manusia maupun akibat anomali peristiwa
alam (Sigit, 2018). Secara geografis Indonesia merupakan negara kepulauan
yang terletak pada pertemuan empat lempeng tektonik yaitu Lempeng
Benua Asia, Benua Australia, Lempeng Samudera Hindia dan Samudera
Pasifik (Badan Nasional Penanggulangan Bencana [BNPB], 2017). Serta
Indonesia secara geologis terletak pada rangkaian cincin api yang
membentang sepanjang lempeng pasifik yang merupakan lempeng tektonik
paling aktif didunia.
Kejadian bencana mengalami peningkatan setiap tahun. Pada tahun
2016 terdapat 1.986 kejadian bencana dan pada tahun 2020 terdapat 2.925
kejadian bencana (Badan Nasional Penanggulangan Bencana [BNPB],
2020). Sedangkan menurut DIBI (Data Informasi Bencana Indonesia) dalam
kurun waktu Januari sampai Desember 2018, melaporkan kejadian bencana
di Indonesia telah mengakibatkan korban meninggal dan hilang sebanyak
2.412 orang, korban luka-luka 2.104 orang, dan korban yang terpaksa harus
mengungsi lebih dari 11.015.859 orang (BNPB, 2019).
12
Sumatera Barat menjadi salah satu provinsi di Indonesia yang menjadi 9
5 provinsi tertinggi kejadian bencana. Kondisi ini disebabkan karena
geografis Sumatera Barat yang berada pada jalur patahan sehingga beresiko
terhadap bencana, dan Kota Padang menjadi urutan pertama daerah yang
paling beresiko tinggi (BNPB, 2014). Sumatera Barat pernah mengalami
gempa bumi yang cukup kuat dan banyak menimbulkan korban pada tahun
2009, gempa bumi terjadi dengan kekuatan 7,6 SR di lepas pantai Sumatera
Barat pada tanggal 30 September 2009. Pada tahun 2019 di Sumatera Barat
telah terjadi 2 kali gempa bumi yang mengakibatkan korban luka-luka
sebanyak 8 orang. Untuk bangunan terjadi kerusakan bangunan rusak berat
25 rumah, sedang 5 rumah dan ringan 82 rumah (BNPB, 2019).
Menurut penelitian ahli kegempaan Kerry Sieh dan Danny Hilman
tahun 2011, gempa berkekuatan 8.9 SR diprediksi akan memicu tsunami
dengan ketinggian sampai 10 m dari permukaan laut. Dari hal tersebut jika
tidak diimbangi dengan kesiapsiagaan masyarakat Kota Padang maka akan
berdampak pada tingginya jumlah kerugian dari bencana ini baik dari
materil maupun jiwa sehingga perlunya kesiapsiagaan pada masyarakat.
Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah
yang tepat guna dan berdaya guna. (UU Nomor 24 Tahun 2007).
Kesiapsiagaan bencana juga merupakan tindakan-tindakan yang
memungkinkan pemerintah, organisasi, masyarakat, komunitas dan individu
untuk mampu menanggapi suatu situasi bencana secara cepat dan tepat
guna, termasuk menyusun rencana penanggulangan bencana, pemeliharaan
dan pelatihan personil (Mohd Robi Amri et al., 2016).
Pelaksanaan praktek profesi dilaksanakan melalui tahapan antara lain
observasi fisik lingkungan, penyebaran kuesioner untuk memperoleh data
kejadian bencana pada masyarakat, musyawarah masyarakat pertama untuk
menindak lanjuti hasil survei dan kuesioner (hasil angket), implementasi
kegiatan sesuai dengan rencana yang telah disepakati oleh masyarakat dan
musyawarah masyarakat kedua untuk menyampaikan hasil evaluasi kegiatan
13
yang telah direcanakan.
0
Berdasarkan data dari kementrian dalam negeri RI Direktorat Jendral
Bina Pemerintah Desa, Pada Kelurahan Pasie Nan Tigo ditemukan 2.000 Ha
desa/kelurahan dengan rawan banjir, dan 2.512.000 Ha desa/kelurahan
dengan rawan Tsunami, dan 2.512.000 Ha desa/kelurahan dengan rawan
jalur gempa.
Partisipasi masyarakat dalam upaya pengurangan risiko bencana dapat
diwujudkan dengan Pendidikan Kebencanaan. Melalui pendidikan
kebencanaan, mayarakat yang tinggal di daerah rawan ancaman bencana
mempunyai pengetahuan, sikap, dan ketrampilan tentang kesiapsiagaan
bencana dan tanggap darurat bencana (Sunartoet.al., 2010).
Pada saat terjadi bencana alam gempa bumi dan tsunami, ibu hamil
dan ibu nifas merupakan salah satu kelompok rentan yang ada dimasyarakat.
Oleh karena itu, ibu hamil dan ibu nifas perlu dibekali dengan pengetahuan
terkait dengan ASI, sehingga saat terjadi bencana dapat mengurangi resiko
pada ibu hamil dan ibu nifas.
5. Materi
a. Pengertian ASI eksklusif
b. Kandungan ASI
c. Keuntungan ASI untuk ibu
d. Keuntungan ASI untuk bayi
e. Teknik menyusui yang benar
f. Cara pemberian dan penyimapanan ASI untuk ibu yang bekerja
g. Masalah dalam menyusui dan penanganannya
6. Metode
Metode yang digunakan dalam pemberian penyuluhan ini adalah ceramah
dan tanya jawab.
7. Media
Leaflet dan modul
8. Kriteria Hasil
d. Kriteria Struktur :
Peserta hadir minimal 3 orang
Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan di Mushalla Darussalam
Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelum
dan saat penyuluhan.
e. Kriteria Proses:
Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
Peserta konsentrasi mendengarkan penyuluhan
Paserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan dengan
13
benar. 2
f. Kriteria Hasil :
Menyebutkan pengertian ASI eksklusif
Menyebutkan kandungan ASI
Menyebutkan keuntungan ASI untuk ibu
Menyebutkan keuntungan ASI untuk bayi
Menyebutkan teknik menyusui yang benar
Menyebutkan cara pemberian dan penyimapanan ASI untuk ibu
yang bekerja
Menyebutkan masalah dalam menyusui dan penanganannya
9. Kegiatan Penyuluhan
2. 10 menit Pelaksanaan
1. Menjelaskan pengertian ASI 1. Memperhatiakan
eksklusif
2. Menjelaskan kandungan ASI 2. Memperhatiakan
3. Menjelaskan keuntungan ASI untuk 3. Memperhatiakan
ibu
4. Menjelaskan keuntungan ASI untuk 4. Memperhatiakan
bayi 13
3
5. Menjelaskan teknik menyusui yang 5. Memperhatiakan
benar
6. Menjelaskan cara pemberian dan 6. Memperhatiakan
penyimapanan ASI untuk ibu yang
bekerja
7. Menjelaskan masalah dalam 7. Memperhatiakan
menyusui dan penanganannya
3. 10 menit Evaluasi :
1. Memberikan kesempatan kepada 1. Merespon dan
peserta untuk bertanya. bertanya
2. Memberikan kesempatan kepada 2. Merespon dan
peserta untuk menjawab pertanyaan bertanya
yang diberikan
4. 5 menit Terminasi
1. Menyimpulkan materi yang telah 1. Mendengarkan
disampaikan
2. Mengucapkan terima kasih atas 2. Mendengarkan
perhatian yang diberikan dan membalas
3. Mengucapkan salam penutup salam
13
4
10. Setting Tempat
Keterangan :
Moderator
Presentator
Fasilitator
Observer
Operator
Dokumentasi
Peserta
11. Pengorganisasian
Leader :
Moderator :
Presentator :
Fasilitator :
Observer :
Dokumentasi :
c. Presentator
d. Fasilitator
Bersama leader menjalin kerja sama dalam pelaksanaan kegiatan
Memotivasi peserta kegiatan dalam kegiatan yang akan diberikan
Menjadi contoh dalam kegiatan
Mempertahankan kehadiran peserta
Mencegah gangguan/hambatan terhadap peserta baik luar maupun
dalam
e. Observer
Mencatat dan mengamati respon peserta secara verbal dan non
verbal jalannya kegiatan
Mencatat seluruh proses yang dikaji dan semua perubahan prilaku
Mencatat dan mengamati peserta aktif dari kegiatan diskusi
Mengevaluasi kegiatan yang dilaksanakan
f. Dokumentasi 13
6
Mendokumentasikan seluruh kegiatan diskusi
Menjalankan absen diskusi
g. Konsumsi
h. Perlengkapan
i. Operator
a. Evaluasi struktur
Penyelenggaraan dilakukan di Mushalla Darussalam
Alat dan media sesuai dengan bencana
Penggorganisasian penyelenggaraan Musyawarah Masyarakat
Komunitas 1 dilakukan sebelumnya
Peserta yang hadir merupakan perwakilan dari setiap RT
b. Evaluasi proses
Peserta antusias dalam menyampaikan saran untuk kegiatan yang
akan dilakukan
Peserta mengikuti acara dari awal sampai akhir
Tidak ada peserta yang izin selama acara berlangsung
c. Evaluasi hasil
Peserta mampu menjelaskan pengertian gempa bumi dan tsunami
Peserta mampu menjelaskan proses terjadinya gempa bumi dan
tsunami
Peserta mampu menjelaskan ciri-ciri gempa berpotensi tsunami
Peserta mampu menjelaskan 3 langkah tanggap gempa bumi dan 13
7
tsunami
Peserta mampu menjelaskan hal yang harus dihindari saat
berpotensi terjdinya gempa bumi dan tsunami
13
8
LAMPIRAN MATERI
1. Pengertian ASI Eksklusif
ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman
tambahan lain pada bayi berumur nol sampai enam bulan (Depkes RI, 2004).
ASI Eksklusif dikatakan sebagai pemberian ASI secara eksklusif saja,
tanpa tambahan cairan seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan
tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, papaya, bubur susu, biskuit,
bubur dan nasi tim (Utami,2005)
ASI Eksklusif adalah pemberian ASI saja pada bayi sampai usia 6 bulan
tanpa tambahan cairan ataupun makanan lain. ASI dapat diberikan sampai
bayi berusia 2 tahun. Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan dianjurkan
oleh pedoman internasional yang didasarkan pada bukti ilmiah tentang
manfaat ASI baik bagi bayi, ibu, keluarga, maupun Negara (WHO, 2001)
Jadi dapat disimpulkan bahwa ASI Eksklusif adalah pemberian ASI
tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada bayi serta dapat diberikan
sampai bayi berusia 2 tahun.
2. Kandungan ASI
a. Asi mengandung laktosa yang lebih tinggi dibandingkan dengan susu
buatan. Didalam usus laktosa akan dipermentasi menjadi asam laktat
yang bermanfaat untuk :
Menghambat pertumbuhan bakteri yang bersifat patogen.
Merangsang pertumbuhan mikroorganisme yang dapat menghasilkan
asam organik dan mensintesa beberapa jenis vitamin.
Memudahkan terjadinya pengendapan calsium-cassienat.
Memudahkan penyerapan berbagai jenis mineral, seperti calsium,
magnesium.
b. ASI mengandung zat pelindung (antibodi) yang dapat melindungi bayi
selama 5-6 bulan pertama, seperti: Immunoglobin, Lysozyme,
Complemen C3 dan C4, Antistapiloccocus, lactobacillus, Bifidus,
13
Lactoferrin. 9
c. ASI tidak mengandung beta-lactoglobulin yang dapat menyebabkan
alergi pada bayi.
Protein 12 Gr 3,3 Gr
Lemak 3,8 Gr 3,8 Gr
Laktosa 7,0 Gr 4,8 Gr
Kalori 75,0 Kal 66,0 Kal
Vitamin A 53,0 Ki 34,0 Ki
Vitamin B1 0,11 Mgr 0,42 Mgr
Vitamin C 43,0 Mgr 1,8 Mgr
Kalsium 30,0 Mgr 125,0 Mgr
Besi 0,15 Mgr 0,1 Mgr
Komposisi ASI mengandung zat-zat gizi, antara Tidak seluruh zat gizi yang
lain:faktor pembentuk sel-sel otak, terkandung di dalamnya
14
terutama DHA, dalam kadar tinggi. dapat diserap oleh tubuh 0
ASI juga mengandung whey (protein bayi. Misalnya, protein
utama dari susu yang berbentuk cair) susu sapi tidak mudah
lebih banyak daripada kasein (protein diserap karena
utama dari susu yang berbentuk mengandung lebih banyak
gumpalan) dengan perbandingan 65:35. casein. Perbandingan
whey: casein susu sapi
adalah 20:80.
Pencernaan Protein ASI adalah sejenis protein yang Tidak mudah dicerna:
lebih mudah dicerna selain itu ada serangkaian proses
sejenis unsur lemak ASI yang mudah produksi di pabrik
diserap dan digunakan oleh bayi. Unsur mengakibatkan enzim-
elektronik dan zat besi yang dikandung enzim pencernaan tidak
ASI lebih rendah dari susu formula berfungsi. Akibatnya lebih
tetapi daya serap dan guna lebih tinggi banyak sisa pencernaan
yang dapat memperkecil beban ginjal yang dihasilkan dari proses
bayi. Selain itu ASI mudah dicerna metabolisme yang
bayi karena mengandung enzim-enzim membuat ginjal bayi harus
yang dapat membantu proses bekerja keras. Susu
pencernaan antara lain lipase (untuk formula tidak mengandung 14
1
menguraikan lemak), amilase (untuk posporlipid ditambah
menguraikan karbohidrat) dan protease mengandung protein yang
(untuk menguraikan protein). tidak mudah dicerna yang
bisa membentuk sepotong
susu yang membeku
sehingga berhenti di perut
lebih lama oleh karena itu
taji bayi lebih kental dan
keras yang dapat
menyebabkan susah BAB
dan membuat bayi tidak
nyaman.
Ekonomi Lebih murah: menghemat biaya alat- Biaya lebih mahal: karena
alat, makanan, dll yang berhubungan menggunakan
dengan pemeliharaan, mengurangi alat,makanan, pelayanan
beban perekonomian keluarga. kesehatan, dll. Untuk
memelihara sapi. Biaya ini
sangat subjektif yang
menjadi beban keluarga.
Kebersihan ASI boleh langsung diminum jadi bias Polusi dan infeksi:
14
menghindari penyucian botol susu yang pertumbuhan bakteri di 2
tidak benar ataupun hal kebersihan lain dalam makanan buatan
yang disebabkan oleh penyucian tangan sangat cepat apalagi di
yang tidak bersih oleh ibu. Dapat dalam botol susu yang
menghindari bahaya karena pembuatan hangat biarpun makanan
dan penyimpanan susu yang tidak yang dimakan bayi adalah
benar. makanan bersih akan tetapi
karena tidak mengandung
anti infeksi, bayi akan
mudah mencret atau kena
penularan lainnya.
Pencegaha Bagi bayi yang beralergi, ASI dapat Bagi bayi yang
n menghindari alergi karena susu formula alergiterhadap susu
seperti mencret, muntah, infeksi formula tidak dapat
saluran pernapasan, asma, bintik-bintik, menghindari mencret,
pertumbuhan terganggu dan gejala muntah,infeksi saluran
14
lainnya. napas, asma, kemerahan, 3
pertumbuhan terganggu
dan gejala lainnya yang
disebabkan oleh susu
formula.
14
4
Perangsangan pada payudara ibu oleh isapan bayi akan diteruskan
ke otak dan ke kelenjar hipofisis yang akan merangsang terbentuknya
hormone oksitosin. Oksitosin membantu mengkontraksikan kandungan
dan mencegah terjadinya perdarahan pasca persalinan.
c. Mengurangi anemia
Menyusui eklusif akan menunda masa subur yang artinya menunda
haid. Penundaan haid dan berkurangnya perdarahan pasca persalinan
akan mengurangi angka kejadian anemia
d. Dapat digunakan sebagai metode KB sementara
Menyusui secara eklusif dapat menjarangkan kehamilan. Rata-rata
jarak kelahiran ibu yang menyusui adalah 24 bulan sedangkan yang tidak
menyui adalah 11 bulan.Hormon yang mempertahankan laktasi bekerja
menekan hormon untuk ovulasi, sehingga dapat menunda kembalinya
kesuburan. ASI yang dapat digunakan sebagai metode KB sementara
dengan syarat bayi berusia belum berusia 6 bulan, ibu belum haid
kembali, dan ASI diberikan secara eklusif.
e. Mempercepat kembali ke berat semula
Selama hamil, ibu menimbun lemak dibawah kulit. Lemak ini akan
terpakai untuk membentuk ASI, sehingga apabila ibu tidak menyusui,
lemak tersebut akan tetap tertimbun dalam tubuh.
Steril, aman dari pencemaran kuman
Selalu tersedia dengan suhu yang sesuai dengan bayi
Mengandung antibodi yang dapat menghambat pertumbuhan virus
Tidak ada bahaya alergi
14
9
Rasa sakit akan berkurang setelah ASI keluar. Bila posisi mulut
bayi dan putting susu ibu benar, perasaan nyeri akan segera hilang. Cara
menanganinya:
Posisi menyusui sudah benar
Mulai menyusui pada putting susu yang tidak sakit, guna membantu
mengurangi sakit pada putting susu yang sakit.
Segera setelah minum, keluarkan sedikit ASI. Oleskan diputing susu
dan biarkan payudara terbuka untuk beberapa waktu sampai puting
susu kering.
e. Puting payudara lecet
Puting payudara yang lecet dapat dirawat dengan :
Ibu dapat memberikan ASI pada keadaan luka yang tidak begitu
sakit.
Mengoleskan kolostrum atau ASI disekitar puting susu dan sesudah
menyusui.
Puting susu diistirahatkan selama kurang lebih 1 x 24 jam.
Selama puting susu diistirahatkan, sebaiknya ASI tetap dikeluarkan
dengan tangan dan tidak dianjurkan dengan alat pompa karena nyeri
Meminumkan ASI pada bayi dengan menggumakan sendok bersih
selama masa istirahat.
Tidak diperbolehkan mencuci payudara dengan menggunakan sabun.
f. Mastitis
Mastitis adalah peradangan payudara akibat infeksi. Biasanya
terjadi pada minggu-minggu pertama setelah melahirkan yang tersumbat
atau luka pada puting yang terinfeksi.
Penanganannya:
Kompres air hangat
Ibu tetap menyusui bayinya pada payudara yang tidak terinfeksi
Cukup istirahat
Minum air putih minimal 2 liter/hari 15
0
Minum antibiotik
Lakukan perawatan payudara
a. LATAR BELAKANG
Gempa bumi umumnya terjadi tanpa peringatan dan terjadi secara cepat
dalam hitungan waktu, menit, dan detik. Gempa bumi yang terjadi di laut
dapat menyebabkan mengakibatkan terjadinya gelombang laut. Gelombang itu
sendiri terjadi akibat adanya suatu perubahan berupa patahan dengan gerak
tegak di dasar laut akibat gempa bumi, gelombang besar disebut tsunami
(Partuti, 2019). Secara geologi, Indonesia berada pada jalur penumjaman
lempeng bumi, seperti penumjaman lempeng Samudra Indo-Australia dengan
lempeng Benua Eurasia hingga pantai selatan Jawa terus ke timur sampai
Nusa Tenggara. Selain itu Indonesia juga memiliki garis pantai terpanjang di
dunia. Hal ini menyebabkan Indonesia mengalami aktivitas tektonik yang
tinggi serta menyimpan potensi bencana alam seperti gempa bumi dan
tsunami. Jalur penumjaman lempeng yang berada di Indonesia menyebabkan
gempa tektonik yang kadang kala dapat menyebabkan kerusakan yang besar,
selain itu jalur gempa bumi yang berada di laut sangat berpotensi
15
menimbulkan bencana berupa tsunami (Kemdikbud, 2017). 1
Berdasarkan hal tersebut jika tidak diimbangi dengan kesiapsiagaan
masyarakat di Kelurahan Pasia Nan Tigo maka akan berdampak pada
tingginya jumlah kerugian dari bencana ini baik dari materil maupun jiwa
sehingga perlunya kesiapsiagaan pada masyarakat. Kesiapsiagaan adalah
serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui
pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna
(UU Nomor 24 Tahun 2007). Kesiapsiagaan adalah suatu tindakan yang
memungkinkan antara pemerintah, organisasi, masyarakat, komunitas,
lembaga, dan individu untuk menangani situasi bencana secara cepat dan tepat
guna secara bersama-sama Havwina (2016).
Praktik keperawatan bencana merupakan adaptasi dari keterampilan
keperawatan profesional dalam mengenali dan memenuhi kebutuhan fisik dan
emosional keperawatan akibat suatu bencana. Tujuan keseluruhan dari
keperawatan bencana adalah untuk mencapai tingkat kesehatan terbaik bagi
orang-orang dan komunitas yang terlibat dalam bencana. Praktik keperawatan
bencana pada mahasiswa Profesi Unand dilakukan di RW 11 Kelurahan Pasia
Nan Tigo, Kecamatan Koto Tangah Kota Padang mulai tanggal 16 Mei 2021
sampai 12 Juni 2022.
Pelaksanaan praktek profesi dilaksanakan melalui tahapan antara lain :
observasi fisik lingkungan, penyebaran kuesioner untuk memperoleh data
kejadian bencana pada msyarakat, musyawarah masyarakat pertama untuk
menindaklanjuti hasil survei dan kuesioner (hasil angket), implementasi
kegiatan sesuai dengan rencana yang telah disepakati oleh masyarakat dan
musyawarah masyarakat kedua untuk menyampaikan hasil evaluasi kegiatan
yang telah direcanakan.
Berdasarkan data dari kementrian dalam negeri RI Direktorat Jendral Bina
Pemerintah Desa, Pada Kelurahan Pasie Nan Tigo ditemukan 2.000 Ha
desa/keluarahan dengan rawan banjir, dan 2.512.000 Ha desa/keluarahan
dengan rawanTsunami, dan 2.512.000 Ha desa/kelurahan dengan rawan jalur
gempa. Pada saat survey yang dilakukan pada tanggal 17 - 19 Mei 2022 di
15
2
RW 11 Kelurahan Pasie Nan Tigo berdasarkan hasil wawancara ke beberapa
warga, warga mengatakan sering terjadi bencana seperti gempa dan banjir.
Upaya untuk meminimalisir risiko bencana dilakukan dengan beberapa
aspek, seperti aspek berkelanjutan dan partisipasi dari seluruh lapisan
masyarakat yang ada. Pada kelompok usia anak, dampak bencana dipandang
lebih mengkhawatirkan (Dewanggajati & Djamaluddin, 2021), sehingga
dalam UU No 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana, anak-anak
dikelompokan dalam kategori rentan. Manajemen bencana merupakan
beberapa kegiatan penangulangan bencana yang terbagi menjadi tiga bagian
yakni sebelum, saat dan sesudah terjadinya bencana (Suwaryo & Yuwono,
2017; Suharini, Kurniawan, & Ichsan, 2020).
Kegiatan Penyuluhan
No Waktu Kegiatan penyuluhan Peserta
1. 5 menit Pembukaan
5. Penyuluh memulai penyuluhan 5 Menjawab salam.
dengan mengucapakan salam
6. Memperkenalkan diri. 6 Memperhatikan
7. Menjelaskan tujuan materi. dan
8. Menyebutkan materi yang akan mendengarkan.
diberikan. 7 Memperhatikan
dan
mendengarkan
8 Memperhatikan
dan 15
4
mendengarkan
2. 10 menit Pelaksanaan
4. Menjelaskan pengertian tanda- 1. Memperhatiakan
tanda persalinan dan mendengarkan
5. Menjelaskan macam-macam 4. Memperhatiaka
persalinan n dan
6. Menjelaskan tanda-tanda mendengarkan
persalinan 5. Memperhatiaka
n dan
mendengarkan
3. 10 menit Evaluasi :
3 Memberikan kesempatan kepada 3 Merespon dan
peserta untuk bertanya. bertanya
4 Memberikan kesempatan kepada 4 Merespon dan
peserta untuk menjawab bertanya
pertanyaan yang diberikan
4. 5 menit Terminasi
4 Menyimpulkan materi yang telah 4 Memperhatian dan
disampaikan mendengarkan
5 Mengucapkan terima kasih atas 5 Memperhatiakan
perhatian yang diberikan dan mendengarkan
6 Mengucapkan salam penutup 6 Mendengarkan dan
membalas salam
Setting Tempat
15
5
Keterangan :
Moderator
Presentator
Fasilitator
Observer
Operator
Dokumentasi
Peserta
Pengorganisasian
Leader :Weriska Oktrivani, S.Kep
Moderator : Mutiara Yerivanda, S.Kep
Presentator : Echia Srikandi Permai, S.Kep
Fasilitator : Yolanda Zulfendri, S.Kep ; Nofantri Wulantika,
S.Kep : Desrila Indra Sari, S.Kep, Makhda Nurfatmala Lubis, S.Kep :
Novita Rahmawati, S.Kep ; Rahmi Fedila Rafli, S.Kep ; Febi
Sagitaria, S.Kep
Observer : Widya Aprilyan, S.Kep
Dokumentasi : Nafhania Nur Efniati, S.Kep
Rincian Tugas
a. Leader
Menjelaskan tujuan kegiatan
Mengarahkan proses kegiatan pada anggota kelompok
Menjelaskan aturan kegiatan pada peserta 15
6
Mengefaluasi perasaan setelah pelaksanaan
b. Moderator
Membuka dan menutup acara
Memperkenalkan diri
Menetapkan tata tertib acara penyuluhan
Kontrak waktu yang akan digunakan selama penyuluhan
Menjaga kelancaran acara
Memimpin diskusi
Bersama fasilitator menjalin kerja sama dalam acara MMK 1
c. Presentator
d. Fasilitator
Bersama leader menjalin kerja sama dalam pelaksanaan kegiatan
Memotivasi peserta kegiatan dalam kegiatan yang akan diberikan
Menjadi contoh dalam kegiatan
Mempertahankan kehadiran peserta
Mencegah gangguan/hambatan terhadap peserta baik luar maupun
dalam
e. Observer
Mencatat dan mengamati respon peserta secara verbal dan
non verbal jalannya kegiatan
Mencatat seluruh proses yang dikaji dan semua perubahan prilaku
Mencatat dan mengamati peserta aktif dari kegiatan diskusi
Mengevaluasi kegiatan yang dilaksanakan
f. Dokumentasi
Mendokumentasikan seluruh kegiatan diskusi
Menjalankan absen diskusi
15
Evaluasi Proses 7
a. Evaluasi struktur
c. Evaluasi hasil
Sebanyak 70 % lansia mampu menjelaskan pengertian mitigasi
bencana
Sebanyak 70 % lansia mampu menyebutkan tujuan mitigasi
bencana
Sebanyak 70 % lansia mampu menyebutkan jenis mitigasi bencana
Sebanyak 70 % lansia mampu menyebutkan strategi pelaksanaan
kegiatan mitigasi bencana
Kegiatan penyuluhan yang dilakukan telah berhasil kerena 70 %
perserta sudah mampu menjelaskan kembali materi mengenai
mitigasi bencana.
15
8
Lampiran Materi
Mitigasi Bencana Pada Lansia
B. Tujuan Mitigasi
Tujuan mitigasi bencana diantaranya :
a. Mengurangi resiko penduduk (korban jiwa, kerusakan SDM)
b. Meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam menghadapi bencana
c. Sebagai landasan (pedoman) perencanaan pembangunan
b. Mitigasi Non-Struktural
Mitigasi non – struktural adalah upaya mengurangi dampak bencana
selain dari upaya tersebut diatas. Bisa dalam lingkup upaya pembuatan
kebijakan seperti pembuatan pembuatan suatu peraturan. peraturan.
Undang-Undang Undang-Undang Penanggulangan Bencana
Penanggulangan Bencana (UU PB) adalah upaya non-struktural di
bidang kebijakan dari mitigasi ini. Contoh lainnya adalah pembuatan
tata ruang kota, capacity building masyarakat, bahkan sampai
menghidupkan berbagai aktivitas lain yang berguna bagi penguatan
kapasitas masyarakat, juga bagian dari mitigasi ini. Ini semua
dilakukan untuk, oleh dan di masyarakat yang hidup di sekitar daerah
rawan bencana.
Kebijakan non struktural meliputi legislasi, perencanaan wilayah, dan
asuransi. Kebijakan non struktural lebih berkaitan dengan kebijakan
yang bertujuan untuk menghindari risiko yang tidak perlu dan
merusak. Tentu, sebelum perlu dilakukan identifikasi risiko terlebih
dahulu. Penilaian risiko fisik meliputi proses identifikasi dan evaluasi
tentang kemungkinan terjadinya bencana dan dampak yang mungkin
ditimbulkannya.
16
4
DAFTAR PUSTAKA