Anda di halaman 1dari 183

SATUAN ACARA PENYULUHAN

MUSYAWARAH MASYARAKAT KELURAHAN (MMK 1)


RW 11 KELURAHAN PASIE NAN TIGO
KECAMATAN KOTO TANGAH

Pokok Bahasan : Penyampaian Masalah dan Diskusi Perencanaan


Keperawatan Bencana di RW 11 Kelurahan Pasie Nan Tigo
Hari/Tanggal : Mei 2022
Waktu : 13.30-14.30 WIB
Sasaran : Masyarakat RW 11
Tempat : Masjid Baiturrahman

A. Latar Belakang
Bencana merupakan peristiwa atau kejadian yang berlebihan yang
mengancam dan menggangu aktifitas normal kehidupan masyarakat yang
terjadi akibat prilaku perbuatan manusia maupun akibat anomali peristiwa
alam (Sigit, 2018). Bencana juga merupakan kejadian baik alami maupun
buatan manusia yang menyebabkan kerusakan, gangguan ekologis, hilangnya
nyawa manusia, memburuknya layanan kesehatan (Roccaforte, 2014).
Bencana juga diartikan sebagai gangguan serius yang terjadi dan berdampak
tidak berfungsinya tatanan kehidupan di suatu komunitas atau masyarakat
(Heylin, 2015).
Secara geografis Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak
pada pertemuan empat lempeng tektonik yaitu Lempeng Benua Asia, Benua
Australia, Lempeng Samudera Hindia dan Samudera Pasifik (Badan Nasional
Penanggulangan Bencana [BNPB], 2017). Serta Indonesia secara geologis
terletak pada rangkaian cincin api yang membentang sepanjang lempeng
pasifik yang merupakan lempeng tektonik paling aktif didunia. Deretan
gunung api di Indonesia ini merupakan bagian dari gunung api yang sering
disebut Ring Of Fire atau Deret Sirkum Pasifik (Rachmawati, 2011).Kondisi
tersebut sangat berpotensi sekaligus rawan bencana seperti letusan gunung
berapi, gempa bumi, tsunami, banjir dan tanah longsor (BNPB, 2017).
Kejadian bencana mengalami peningkatan setiap tahun. Pada tahun 2020
terdapat 4.650 kejadian bencana dan pada tahun 2021 terdapat 5.402 kejadian
bencana (Badan Nasional Penanggulangan Bencana [BNPB], 2021). Menurut
laporan EM-DAT (international disaster database) pada tahun 2018 di
laporkan terjadi peristiwa bencana alam di seluruh dunia yang mengakibatkan
kematian sebanyak 11.804 orang, dan lebih dari 68 juta orang terdampak
bencana (WHO, 2018). Sedangkan menurut DIBI (Data Informasi Bencana
Indonesia) dalam kurun waktu Januari sampai Desember 2021, melaporkan
kejadian bencana di Indonesia telah mengakibatkan korban meninggal dan
hilang sebanyak 782 orang, korban luka-luka 13.088 orang dan korban yang
terpaksa harus mengungsi lebih dari 583.780 orang (BNPB, 2022). Data
tersebut merupakan data kejadian bencana di dunia maupun di Indonesia.
Sumatera Barat menjadi salah satu provinsi di Indonesia yang menjadi 5
provinsi tertinggi kejadian bencana. Kondisi ini disebabkan karena geografis
Sumatera Barat yang berada pada jalur patahan sehingga beresiko terhadap
bencana, dan Kota Padang menjadi urutan pertama daerah yang paling
beresiko tinggi (BNPB, 2014). Patahan besar Sumatera (Sumatera Great
Fault) yang masih aktif akan selalu mengancam kawasan itu apabila terjadi
pergeserasan di zona patahan tersebut.
Sumatera Barat pernah mengalami gempa bumi yang cukup kuat dan
banyak menimbulkan korban pada tahun 2009, gempa bumi terjadi dengan
kekuatan 7,6 SR di lepas pantai Sumatera Barat pada tanggal 30 September
2009. Gempa ini terjadi di lepas pantai Sumatera sekitar 50 km barat laut kota
Padang. Gempa menyebabkan kerusakan parah dibeberapa wilayah di
Sumatera Barat seperti Kabupaten Padang Pariaman, Kota Padang, Kabupaten
Pasisir Selatan, Kota Pariaman, Kota Padang Panjang, Kabupaten Agam, Kota
Solok, Kabupaten Pasaman Barat dan Bukittinggi. Menurut data Satkorlak PB
pada tahun 2009, sebanyak 1.117 orang tewas akibat gempa ini, korban luka
berat mencapai 1.214 orang, korban luka ringan 1.688 orang, korban hilang 1
orang. Sedangkan 135.448 rumah rusak berat, 65.380 rumah rusak sedang dan
78.604 rumah rusak ringan. Pada tahun 2019 di Sumatera Barat telah terjadi 2
kali gempa bumi yang mengakibatkan korban luka-luka sebanyak 8 orang.
Untuk bangunan terjadi kerusakan bangunan rusak berat 25 rumah, sedang 5
rumah dan ringan 82 rumah (BNPB, 2019).
Gempa bumi umumnya terjadi tanpa peringatan dan terjadi secara cepat
dalam hitungan waktu, menit, dan detik. Gempa bumi yang terjadi di laut
dapat menyebabkan mengakibatkan terjadinya gelombang laut. Gelombang itu
sendiri terjadi akibat adanya suatu perubahan berupa patahan dengan gerak
tegak di dasar laut akibat gempa bumi, gelombang besar disebut tsunami
(Partuti, 2019). Secara geologi, Indonesia berada pada jalur penumjaman
lempeng bumi, seperti penumjaman lempeng Samudra Indo-Australia dengan
lempeng Benua Eurasia hingga pantai selatan Jawa terus ke timur sampai
Nusa Tenggara. Selain itu Indonesia juga memiliki garis pantai terpanjang di
dunia. Hal ini menyebabkan Indonesia mengalami aktivitas tektonik yang
tinggi serta menyimpan potensi bencana alam seperti gempa bumi dan
tsunami. Jalur penumjaman lempeng yang berada di Indonesia menyebabkan
gempa tektonik yang kadang kala dapat menyebabkan kerusakan yang besar,
selain itu jalur gempa bumi yang berada di laut sangat berpotensi
menimbulkan bencana berupa tsunami (Kemdikbud, 2017).
Berdasarkan hal tersebut jika tidak diimbangi dengan kesiapsiagaan
masyarakat di Kelurahan Pasia Nan Tigo maka akan berdampak pada
tingginya jumlah kerugian dari bencana ini baik dari materil maupun jiwa
sehingga perlunya kesiapsiagaan pada masyarakat. Kesiapsiagaan adalah
serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui
pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna.
(UU Nomor 24 Tahun 2007). Kesiapsiagaan adalah suatu tindakan yang
memungkinkan antara pemerintah, organisasi, masyarakat, komunitas,
lembaga, dan individu untuk menangani situasi bencana secara cepat dan tepat
guna secara bersama-sama Havwina (2016).
Praktik keperawatan bencana merupakan adaptasi dari keterampilan
keperawatan profesional dalam mengenali dan memenuhi kebutuhan fisik dan
emosional keperawatan akibat suatu bencana. Tujuan keseluruhan dari
keperawatan bencana adalah untuk mencapai tingkat kesehatan terbaik bagi
orang-orang dan komunitas yang terlibat dalam bencana. Praktik keperawatan
bencana pada mahasiswa Profesi Unand dilakukan di RW 11 Kelurahan Pasia
Nan Tigo, Kecamatan Koto Tangah Kota Padang mulai tanggal 16 Mei 2021
sampai 12 Juni 2022.
Pelaksanaan praktek profesi dilaksanakan melalui tahapan antara lain :
observasi fisik lingkungan, penyebaran kuesioner untuk memperoleh data
kejadian bencana pada msyarakat, musyawarah masyarakat pertama untuk
menindaklanjuti hasil survei dan kuesioner (hasil angket), implementasi
kegiatan sesuai dengan rencana yang telah disepakati oleh masyarakat dan
musyawarah masyarakat kedua untuk menyampaikan hasil evaluasi kegiatan
yang telah direcanakan.
Berdasarkan data dari kementrian dalam negeri RI Direktorat Jendral Bina
Pemerintah Desa, Pada Kelurahan Pasie Nan Tigo ditemukan 2.000 Ha
desa/keluarahan dengan rawan banjir, dan 2.512.000 Ha desa/keluarahan
dengan rawanTsunami, dan 2.512.000 Ha desa/kelurahan dengan rawan jalur
gempa. Pada saat survey yang dilakukan pada tanggal 17 - 19 Mei 2022 di
RW 11 Kelurahan Pasie Nan Tigo berdasarkan hasil wawancara ke beberapa
warga, warga mengatakan sering terjadi bencana seperti gempa dan banjir.
Upaya untuk meminimalisir risiko bencana dilakukan dengan beberapa
aspek, seperti aspek berkelanjutan dan partisipasi dari seluruh lapisan
masyarakat yang ada. Pada kelompok usia anak, dampak bencana dipandang
lebih mengkhawatirkan (Dewanggajati & Djamaluddin, 2021), sehingga
dalam UU No 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana, anak-anak
dikelompokan dalam kategori rentan. Manajemen bencana merupakan
beberapa kegiatan penangulangan bencana yang terbagi menjadi tiga bagian
yakni sebelum, saat dan sesudah terjadinya bencana (Suwaryo & Yuwono,
2017; Suharini, Kurniawan, & Ichsan, 2020).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui tingkat kesiapsiagaan bencana gempa bumi, tsunami dan
banjir di RW 11 Kelurahan Pasie Nan Tigo.
2. Tujuan Khusus
 Memberikan informasi tentang data-data bencana yang terdapat RW
11 Kelurahan Pasie Nan Tigo.
 Menjelaskan bencana yang terdapat di RW 11 Kelurahan Pasie Nan
Tigo berdasarakan data-data yang sudah dikumpulkan.
 Mendiskusikan bersama masyarakat RW 11 rencana kegiatan dalam
mengatasi bencana di Kelurahan Pasien Nan Tigo.

C. Pelaksanaan Kegiatan
1. Topik
Penyampaian Masalah dan Diskusi Perencanaan Keperawatan Bencana di
RW 11 Kelurahan Pasie Nan Tigo
2. Sasaran/Target
Masyarakat RW 11
3. Metode
 Ceramah
 Diskusi
4. Media dan Alat
 Power Point
 Infokus
 Laptop
 Layar
 Tabel top
 Wireless
5. Waktu dan Tempat
 Hari/Tanggal : Sabtu, 21 Mei 2022
 Waktu : 13.30-14.30 WIB
 Tempat : Masjid Baiturrahman
D. Perencanaan Kegiatan

No Waktu Kegiatan Peserta


1 5 menit Pembukaan :
1. Membuka kegiatan 1. Menjawab salam
dengan mengucapkan
salam pada peserta
2. Memperkenalkan diri 2. Mendengarkan
3. Menjelaskan tujuan dari 3. Memperhatikan
musyawarah masyrakat
komunitas
4. Kontrak waktu dengan 4. Menyetujui
peserta
2 20 menit Pelaksanaan :
1. Menjelaskan data-data 1. Memperhatikan
bencana yang terdapat di
RW 07 2. Memperhatikan
2. Menjelaskan bencana
yang terdapat di RW 07 3. Menyampaikan
3. Mendiskusikan rencana pendapat
kegiatan yang akan
dilakukan dalam
mengatasi bencana yang 4. Bertanya
ada di RW 07
4. Mempersilahkan peserta 5. Mendengarkan
untuk bertanya
5. Menjawab pertanyaan
peserta
3 15 menit Terminasi
1. Memberikan motivasi 1. Memperhatikan
dan pujian kepada
peserta yang sudah
berpartisipasi dan
memberikan saran untuk 2. Mendengarkan
rencana kegiatan dalam
pencegahan bencana 3. Menjawab salam
2. Mengucapkan
terimakasih kepada
peserta
3. Mengucapkan salam

E. Setting Tempat

Keterangan :
Moderator
Presentator
Operator
Fasilitator
Observer
Dokumentasi

F. Pengorganisasian
 Leader : Nafhania Nur Efniyati, S.Kep
 Co Leader : Nofantri Wulantika, S.Kep
 Moderator : Widya Aprilyan, S.Kep
 Presentator : Echia Srikandi Permai, S.Kep
 Fasilitator : Desrila Indra Sari, S.Kep, Mutiara Yerivanda,
S.Kep, Febi Sagitaria, S.Kep
 Observer : Fara Annisa, S.Kep
 Dokumentasi : Weriska Oktrivani, S.Kep
 Konsumsi : Tika Nelsya Putri, S.Kep
 Perlengkapan : Rahmi Ferdilla Rafli, S.Kep, Yolanda Zulpendri,
S.Kep
 Operator : Makhda Nurfatmala Lubis, S.Kep

G. Rincian Tugas
1. Leader
 Menjelaskan tujuan bermain
 Mengarahkan proses kegiatan pada anggota kelompok
 Menjelaksan aturan brain pada anak
 Mengealuasi perasaan setelah pelaksanaan
2. Co-leader
Membantu leader dalam mengorganisasi anggota
3. Moderator
 Membuka dan menutup acara
 Memperkenalkan diri
 Menetapkan tata tertib acara penyuluhan
 Kontrak waktu yang akan digunakan selama penyuluhan
 Menjaga kelancaran acara
 Memimpin diskusi
 Bersama fasilitator menjalin kerja sama dalam acara MMK
4. Presentator
Menyampaikan pelaksanaan kegiatan penyuluhan yang akan dilakukan
5. Fasilitator
 Bersama leader menjalin kerja sama dalam pelaksanaan kegiatan
penyuluhan
 Memotivasi peserta kegiatan dalam penyuluhan
 Menjadi contoh dalam kegiatan
 Mempertahankan kehadiran peserta
 Mencegah gangguan/hambatan terhadap anak baik luar maupun dalam
6. Observer
 Mencatat dan mengamati respon peserta secara verbal dan non verbal
jalannya kegiatan
 Mencatat seluruh proses yang dikaji dan semua perubahan prilaku
 Mencatat dan mengamati peserta aktif dari kegiatan diskusi
 Mengevaluasi kegiatan yang dilaksanakan
7. Dokumentasi
 Mendokumentasikan seluruh kegiatan diskusi
 Menjalankan absen diskusi
8. Konsumsi
Mempersiapkan konsumsi untuk peserta diskusi
9. Perlengkapan
Menyiapkan semua perlatan yang digunakan selama kegiatan diskusi
10. Operator
Mengoperasikan media diskusi

H. Evaluasi Proses
a. Evaluasi struktur
 Peserta MMK 1 pada awal acara yaitu 22 orang
 Penyelenggaraan dilakukan di Masjid Baiturrahman dan acara dimulai
pukul 20.10 WIB
 Alat dan media sesuai dengan bencana
 Penggorganisasian penyelenggaraan Musyawarah Masyarakat
Komunitas 1 dilakukan sebelumnya
 Peserta yang hadir merupakan perwakilan dari setiap RT
b. Evaluasi proses
 Peserta antusias dalam menyampaikan saran untuk kegiatan yang akan
dilakukan
 Peserta mengikuti acara dari awal sampai akhir
 Tidak ada peserta yang izin selama acara berlangsung
 Terdapat 6 orang peserta yang memberi tanggapan dan bertanya saat
dilakukan MMK 1
c. Evaluasi hasil
 Peserta mampu memberikan saran terkait permasalahan yang telah
disampaikan
 Peserta berperan aktif dalam diskusi MMK 1
 Peserta berpartisipasi dan berperan aktif dalam pembentukan struktur
siaga bencana.
 Jumlah akhir peserta MMK 1 sebanyak 29 orang

b. Laporan Musyawarah Masyarakat Komunitas I


1. Sebelum Kegiatan
Musyawarah Masyarakat Komunitas I diadakan bertujuan untuk
menyampaikan hasil survey, penyampaian masalah dan rencana yang akan
dilakukan selama ± 5 minggu mengenai kesiapsiagaan masyarakat terhadap
bencana. Sebelum melakukan kegiatan Musyawarah Masyarakat Komunitas
I dilakukan beberapa persiapan agar kegiatan ini berjalan sesuai dengan
yang diharapkan seperti menyiapakan materi berupa ppt untuk
dipresentasikan, menyiapkan rundown dan perlengkapan.
Table Perlengkapan MMK I

No Nama Barang Tempat Peminjaman


1 Sound System Fkep
2 Infocus Fkep
3 Laptop Fara Annisa
4 Cok Raun Nafhania Nur Efniyati
5 Handsanitizer F.Kep
6 Layar Infocus F.Kep

Saat Kegiatan
Musyawarah masyarakat komunitas I diadakan di Masjid Baiturrahman dan
dilakukan pada tanggal 26 Mei 2022. Kegiatan ini dimulai dari pukul 20.10 –
selesai WIB yang dihadiri oleh masyarakat RW 11 yang terdiri dari 3 RT.
Kegiatan ini dilakukan untuk menyampaikan hasil survey dan berdiskusi dengan
masyarakat mengenai kegiatan yang direncanakan selama 5 minggu pada
masyarakat RW 11 Kelurahan Pasie Nan Tigo Kelurahan Pasien Nan Tigo
Kecamatan Koto Tangah Kota Padang.

Rundown Kegiatan MMK 1 Di RW 11 Kelurahan Pasie Nan Tigo


(Kamis, 26 Mei 2022)

No Pukul Kegiatan Pengisi PJ Perlengkapan


Acara

1. 18.00 Kedatangan panitia Panitia Korlap Absen panitia,


(Fara) Pena, Handsanitizer

2. 18.40-19.00 Persiapan panitia Panitia Korlap Rundown


(Fara)

3. 19.31-19.50 Sholat Isya Panitia Panitia Seluruh


perlengkapan

4. 19.50-20.00 Kedatangan tamu Rahmi Korlap Absensi, Pena,


undangan (Fara) Masker,
Handsanitizer

Acara Pembukaan
5. 20.00-20.05 Pembukaan MC Widya Widya Mic, Wireless,
Infocus, Laptop,
Ppt, Map susunan
acara

6. 20.05 - 20.10 Pembacaan ayat suci Mutiara Rahmi Sda+ Al-Quran


Al-Quran

7. 20.10 - 20.15 Kata sambutan oleh Echia Febi Sda


ketua kelompok

8. 20.15-20.20 Kata sambutan oleh Pak Febi Sda


Ketua RW 11 Daskhir
man

9. 20.20 - 20.25 Kata sambutan oleh Mahathir Echia Sda


Dosen

10. 20.25 - 20.45 Penyampaian Masalah Echia Weriska Sda

11. 20.45-21.00 Diskusi Widya Weriska Sda

12. 21.00-21.05 Pembacaan doa Tika Nafhania Sda + Teks doa

13. 21.05-21.10 Closing acara formal Widya Nafhania Sda

14. 21.10-21.15 Foto bersama Widya Rahmi Sda+kamera


DOKUMENTASI MMK I DI RW 11 PASIE NAN TIGO
PLAN OF ACTION
Masalah Penanggung
Kegiatan Tujuan Sasaran Waktu Tempat
Kesehatan Jawab
Ibu Hamil
Defisit Memberikan Untuk Ibu Hamil di Mei 2022 Rumah Ibu Nofantri
Pengetahuan b.d pendidikan kesehatan mempersiapkan RW 11 Hamil Wulantika, S.Kep
kurang terpapar mengenai tanda-tanda ibu hamil tanggap Kelurahan Pasie
informasi persalinan dan ASI darurat terhadap Nan Tigo
Ekslusif bencana,
mengenali tanda-
tanda persalinan
dan mampu
memberikan ASI
ekslusif
Anak
Defisit Memberikan Untuk Anak di RW 11 5 Mei Masjid Nafhania Nur
Pengetahuan b.d pendidikan kesehatan mempersiapkan Kelurahan Pasie 2022 Efniyati, S.Kep
kurang terpapar mengenai evakuasi anak menghadapi Nan Tigo
informasi diri saat bencana bencana saat
pada anak berada diluar
rumah
Remaja
Defisit Memberikan Untuk Remaja di RW 5 Mei Masjid Febi Sagitaria,
Pengetahuan b.d Pendidikan mempersiapkan 11 Kelurahan 2022 S.Kep
kurang terpapar Kesehatan mengenai remaja agar dapat Pasie Nan Tigo
informasi Bantuan Hidup Dasar memberikan
(BHD) dan P3K. pertolongan
pertama bagi
dirinya dan
masyarakat
sekitar.
Dewasa
Defisit 1. Memberikan Untuk Dewasa di Mei 2022 Masjid Rahmi Ferdilla
Pengetahuan b.d pendidikan mempersiapkan Kelurahan Pasie Rafli, S.Kep
kurang terpapar kesehatan dewasa agar dapat Nan Tigo
informasi mengenai memberikan
kesiapsiagaan pertolongan
bencana, triase dan pertama bagi
tas siaga bencana dirinya dan
2. Membentuk kader masyarakat
siaga bencana sekitar.
Lansia
Defisit Memberikan Untuk Lansia di RW 1 Mei Masjid Weriska
Pengetahuan b.d pendidikan kesehatan membentuk lansia 11 Kelurahan 2022 Oktrivani, S.Kep
kurang terpapar dan pelatihan siaga bencana Pasie Nan Tigo
informasi mengenai mitigasi,
kesiapsiagaan
bencana dan tas siaga
bencana
STRUKTUR KADER SIAGA BENCANA RW 11 KELURAHAN PASIE NAN TIGO
KECAMATAN KOTO TANGAH KOTA PADANG

KETUA

PINO

WAKIL KETUA SEKRETARIS

ZULKIFLI FITRI

KADER IBU KADER ANAK KADER KADER

HAMIL & REMAJA DEWASA LANSIA

MUTMAENAH TIA IWAN WIKA

1
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Manajemen Bencana


Sub Pokok Bahasan : Evakuasi Bencana Gempa Bumi di Dalam Gedung
Hari / Tanggal : Minggu/5 Mei 2022
Waktu : 30 Menit
Tempat : Masjid Baiturrahman
Sasaran : Kader Anak dan Anak-anak RW 11 Pasie Nan Tigo
Metode : Ceramah dan tanya jawab

A. Latar Belakang
Indonesia menjadi negara yang paling rawan terhadap bencana di dunia
berdasar data yang dikeluarkan oleh Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk
Strategi Internasional Pengurangan Risiko Bencana (UN-ISDR). Tingginya
posisi Indonesia ini dihitung dari jumlah manusia yang terancam risiko
kehilangan nyawa bila bencana alam terjadi. Indonesia menduduki peringkat
tertinggi untuk ancaman bahaya tsunami, tanah longsor, gunung berapi. Dan
menduduki peringkat tiga untuk ancaman gempa serta enam untuk banjir.1
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) selama Januari 2013
mencatat ada 119 kejadian bencana yang terjadi di Indonesia. BNPB juga
mencatat akibatnya ada sekitar 126 orang meninggal akibat kejadian tersebut.
kejadian bencana belum semua dilaporkan ke BNPB. Dari 119 kejadian bencana
menyebabkan 126 orang meninggal, 113.747 orang menderita dan mengungsi,
940 rumah rusak berat, 2.717 rumah rusak sedang, 10.945 rumah rusak ringan.
Untuk mengatasi bencana tersebut, BNPB telah melakukan penanggulangan
bencana baik kesiapsiagaan maupun penanganan tanggap darurat. Untuk siaga
darurat dan tanggap darurat banjir dan longsor sejak akhir Desember 2012 hingga
sekarang, BNPB telah mendistribusikan dana siap pakai sekitar Rp 180 milyar ke
berbagai daerah di Indonesia yang terkena bencana.2

2
Namun, penerapan manajemen bencana di Indonesia masih terkendala
berbagai masalah, antara lain kurangnya data dan informasi kebencanaan, baik di
tingkat masyarakat umum maupun di tingkat pengambil kebijakan. Keterbatasan
data dan informasi spasial kebencanaan merupakan salah satu permasalahan yang
menyebabkan manajemen bencana di Indonesia berjalan kurang optimal.
Pengambilan keputusan ketika terjadi bencana sulit dilakukankarena data yang
beredar memiliki banyak versi dan sulit divalidasi kebenarannya.3
Dari uraian diatas, terlihat bahwa masih terdapat kelemahan dalam sistem
manajemen bencana di Indonesia sehingga perlu diperbaiki dan ditingkatkan
untuk menghindari atau meminimalisasi dampak bencana yang terjadi.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan selama kurang lebih 30 menit diharapkan peserta dapat
memahami tentang evakuasi bencana gempa bumi di dalam gedung.

2. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit diharapkan peserta dapat:
1. Menjelaskan pengertian bencana
2. Menjelaskan macam-macam bencana
3. Menyebutkan tujuan manajemen bencana
4. Menjelaskan cara evakuasi bencana gempa bumi di dalam gedung

C. Sub Pokok Bahasan


1. Pengertian bencana
2. Macam-macam bencana
3. Fungsi manajemen bencana
4. Tujuan manajemen bencana
5. Cara evakuasi bencana gempa bumi di dalam gedung

3
D. Kegiatan Penyuluhan

NO. WAKTU KEGIATAN PENYULUHAN PESERTA


1. 5 menit PEMBUKAAN
 Mengucapkan salam  Menjawab

 Memperkenalkan diri  Mendengarkan

 Apersepsi  Mengemukakan
pendapat

 Menjelaskan tujuan  Mendengarkan dan


penyuluhan memperhatikan

2. 20 menit KEGIATAN INTI


 Menggali pengetahuan  Memberikan pendapat
peserta tentang bencana
 Mendengarkan dan
 Memberikan reinforcement
memperhatikan
positif
 Menjelaskan pengertian  Mendengarkan dan

bencana memperhatikan
 Mendengarkan dan
 Menjelaskan macam-macam
memperhatikan
bencana
 Mendengarkan dan
 Menjelaskan tujuan
memperhatikan
manajemen bencana
 Mendengarkan dan
 Menjelaskan cara evakuasi
memperhatikan
bencana gempa bumi
 Mengajukan
 Memberikan kesempatan
pertanyaan
peserta untuk bertanya
 Memberikan pendapat
 Memberikan kesempatan
peserta lain untuk menjawab
 Mendengarkan dan
 Memberikan reinforcement
memperhatikan
positif

4
 Melengkapi jawaban dari  Mendengarkan dan
pertanyaan peserta memperhatikan

3 5 menit PENUTUP
 Bersama peserta  Bersama-sama

menyimpulkan apa yang menyimpulkan

telah disampaikan
 Menjawab pertanyaan
 Evaluasi tentang bencana dan
upaya evakuasi bencana
gempa bumi  Mendengarkan dan
 Melakukan terminasi memperhatikan
 Menjawab salam
 Memberikan salam untuk
menutup pertemuan

E. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Tanya Jawab
F. Media/alat bantu :
1. Leaflet
2. PPT
3. Video
G. Setting Tempat

5
Keterangan :

=Media/PPT = Audiens

= Presentator/penyaji = Dokumentasi

6
H. Pengorganisasian Kelompok
1. Leader: Tika Nelsya Putri, S.Kep
 Menjelaskan tujuan
 Mengarahkan proses kegiatan pada anggota kelompok
2. Presentator : Echia Srikandi Permai, S.Kep
Tugas :
 Membaca isi penyuluhan
 Memberikan dan menjawab pertanyaan
 Menyimpulkan hasil penyuluhan

3. Dokumentasi : Mutiara Yerivanda, S.Kep

 Mendokumentasikan kegiatan penyuluhan.

4. Moderator: Widya Aprilyan, S.Kep


 Membuka dan menutup acara
 Memperkenalkan diri
 Menentapkan tata tertib acara penyuluhan
 Kontrak waktu yang akan digunakan selama penyuluhan
 Menjaga kelancaran acara

5. Observer: Desrila Indra Sari, S.Kep, Rahmi Ferdilla Rafli, S.Kep

 Memantau hasil diskusi dari awal sampai akhir

6. Fasilitator: Tika Nelsya Putri, S.Kep, Febi Sagitaria, S.Kep, Fara Annisa,
S.Kep, Nafhania Nur Efniyati, S.Kep, Weriska Oktrivani, S.Kep, Makhda
Nurfatmala Lubis, S.Kep, Widya Aprilyan, S.Kep, Elnovita Rahmawati, S.Kep

 Memberikan materi

 Menjelaskan kembali materi

7
I. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Pengorganisasian dilaksanakan sebelum pelaksanaan kegiatan dengan
pemilihan penanggung jawab acara kegiatan penyuluhan
b. Pelaksanaan kegiatan dilakukan dengan membicarakan kapan waktu
yang tepat untuk kegiatan penyuluhan dengan Wakil Dekan
2. Evaluasi Proses

a. Peserta dapat antusias dalam pelaksanaan kegiatan dan menyimak


materi tentang pengertian bencana, macam-macam bencana, tujuan
manajemen bencana, cara evakuasi bencana gempa bumi di dalam
gedung.

3. Evaluasi Hasil
a. 70% sasaran mampu menyebutkan pengertian bencana
b. 70% sasaran mampu menyebutkan macam-macam bencana
c. 70% sasaran mampu menjelaskan tujuan manajemen bencana
d. 70% sasaran mampu menyebutkan cara evakuasi bencana gempa bumi

8
Materi Penyuluhan
MANAJEMEN BENCANA

A. Pengertian Bencana
Bencana adalah Peristiwa/kejadian pada suatu daerah yang mengakibatkan
kerusakan ekologi, kerugian kehidupan manusia serta memburuknya kesehatan
dan pelayanan kesehatan yang bermakna sehingga memerlukan bantuan luar
biasa dari pihak luar (Depkes RI).
B. Macam-macam Bencana
 Berdasarkan penyebab (UU no 24 thn 2007)
o Bencana alam
Gempa bumi, tsunami, tanah longsor, gunung meletus, banjir dll.
o Bencana non alam
Kebakaran, wabah penyakit dll.
o Bencana social
Tawuran, teror bom, konflik antar komunitas, perang dll.

 Berdasarkan cakupan wilayah


o Bencana lokal
Bencana Lokal biasanya memberikan dampak pada wilayah sekitarnya yang berdekatan.
Bencanaterjadi pada sebuah gedung atau bangunan-bangunan disekitarnya. Biasanya
adalah karena akibatfaktor manusia seperti kebakaran, ledakan, terorisme, kebocoran
bahan kimia dan lainnya.
o Bencana regional
Jenis bencana ini memberikan dampak atau pengaruh pada area geografis yang cukup luas,
dan biasanya disebabkan oleh faktor alam, seperti badai, banjir, letusan gunung, tornado
dan lainnya.

9
C.Fungsi Manajemen Bencana
1. Mencegah kehilangan jiwa
2. Mengurangi penderitaan manusia
3. Memberi informasi kepada masyarakat dan pihak berwenang mengenai
resiko
4. Mengurangi kerusakan harta benda dan kehilangan sumber ekonomi
5. Mempercepat proses pemulihan

D. Tujuan Manajemen Bencana


1. Memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman bencana;
2. Menyelaraskan peraturan perundang-undangan yang sudah ada;
3. Menjamin terselenggaranya penanggulangan bencana secara terencana,
terpadu, terkoordinasi dan menyeluruh.
4. Menghargai budaya lokal;
5. Membangun partisipasi dan kemitraan publik serta swasta;
6. Mendorong semangat gotong royong, kesetiakawanan dan kedermawanan;
dan
7. Menciptakan perdamaian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.

E. Cara Evakuasi Bencana Gempa Bumi di Dalam Gedung


Dalam situasi gempa bumi yang terjadi tiba-tiba, seseorang biasanya sulit
bergerak dan harus mengambil keputusan. Untuk selamat dari bencana ini, yang
terpenting adalah memahami pengetahuan dan keterampilan sebelum bencana
terjadi, saat harus melaksanakan evakuasi mandiri dan setelah kejadian bencana.

Tindakan Sebelum Bencana (Pra Bencana)

1. Perabot (seperti lemari, dan lain-lain) diatur menempel pada dinding


(dipaku/diikat) untuk menghindari jatuh, roboh, dan bergeser saat terjadi
gempa.

10
2. Atur benda yang berat sedapat mungkin berada pada bagian bawah.
3. Cek kestabilan benda yang tergantung dan dapat jatuh pada saat gempa bumi
terjadi (misalnya: lampu, dan lain-lain).
4. Simpan bahan yang mudah terbakar pada tempat yang aman dan tidak
mudah pecah untuk menghindari kebakaran.
5. Perhatikan letak pintu, elevator, serta tangga darurat. Sehingga apabila
terjadi gempa bumi, dapat mengetahui jalan keluar bangunan atau tempat
paling aman untuk berlindung.
6. Matikan aliran air, gas, dan listrik apabila sedang tidak digunakan.
7. Tentukan jalan melarikan diri: pastikan Anda tahu jalan yang paling aman
untuk meninggalkan rumah setelah gempa.
8. Persiapkan makanan praktis untuk bertahan hidup sampai bantuan datang.
Siapkan roti dan air minum selalu di dalam tas.
9. Siapkan beberapa cara untuk berkomunikasi keluar, dengan asumsi ponsel
tidak berfungsi.
10. Tentukan tempat bertemu. Jika teman atau anggota keluarga terpencar,
tentukan dua tempat bertemu. Pertama, semestinya lokasi yang aman dekat
rumah, dan kedua dapat berupa bangunan atau taman di luar desa.
11. Pelajari cara memberikan pertolongan pertama, sebab ambulans bisa datang
terlambat lantaran akses jalan terputus.
12. Untuk tingkat keluarga, sepakati area berkumpul setelah gempa bumi terjadi
supaya tidak saling mencari satu sama lain.

Tindakan Ketika Bencana

1. Jangan panik/menimbulkan kepanikan yang bisa mengakibatkan korban,


berjongkok dan ikuti petunjuk petugas yang berwenang (safety
officer/captain floor/).
2. Hindari benda-benda yang bisa jatuh menimpa badan dan gunakan segitiga
aman.

11
3. Jika berada di lantai satu atau dasar, segera keluar bangunan menuju tempat
terbuka sembari lindungi kepala jika memungkinkan.
4. Jika berada di lantai dua atau lebih tinggi, naiklah ke lantai yang paling atas.
5. Tetap diam di ruangan sampai goncangan berhenti dan aman untuk keluar.
6. Merapatlah ke dinding (dekat pondasi) dengan merunduk seraya melindungi
kepala. Lindungi wajah dan kepala dengan lengan lalu merapat pada bagian
dalam dinding atau tiang utama penyangga gedung. Hal ini untuk mencegah
tertimpa reruntuhan bangunan.
7. Konstruksi terkuat gedung bertingkat berada di dinding dekat elevator. Jika
memungkinkan, merapatlah ke sana.
8. Jauhi jendela kaca, rak, lemari, dan barang-barang yang tergantung, seperti
lukisan, cermin, jam dinding, lampu gantung, dan lain-lain.
9. Jika tengah di dalam elevator, tekan tombol semua lantai, dan segeralah
keluar saat pintu terbuka di lantai berapa pun. Jika pintu tak terbuka, tekan
tombol darurat untuk memanggil bantuan.
10. Jika tengah berada di tangga, berpeganglah pada pagar untuk menjaga
kesimbangan agar tidak jatuh.
11. Jangan menyalakan korek api sebab adanya gas yang bisa mengakibatkan
ledakan.
12. Jangan me-reset sirkuit listrik karena bisa mengakibatkan kebakaran.
13. Jika menemukan api masih kecil, padamkan dengan air atau pemadam api.
Tetapi ingat, keselamatan nyawalah yang paling utama.
14. Jangan menyentuh sakelar lampu karena bisa mengakibatkan kebakaran atau
ledakan.
15. Gunakan menyelamatkan diri, gunakan tangga darurat, jangan gunakan
elevator. Menggunakan elevator karena berisiko terjebak di dalam.
16. Jika terjebak dalam ruangan atau tertimpa benda sehingga tidak dapat
bergerak, jangan menghabiskan energi dengan terus-menerus berteriak.
Lebih baik ketuk benda yang ada untuk mendapatkan pertolongan.

12
Tindakan Setelah Bencana (Pasca Bencana)
1. Hindari instalasi listrik bertegangan tinggi dan laporkan jika menemukan
kerusakan kepada PLN.
2. Hindari memasuki wilayah kerusakan kecuali setelah dinyatakan aman.
3. Jauhi reruntuhan bangunan.
4. Laporkan diri ke lembaga pemerintah, lembaga adat.
5. Upayakan penampungan sendiri kalau memungkinkan.
6. Ajaklah sesama warga untuk melakukan kegiatan yang positif.
7. Bila diperlukan, carilah bantuan dan bekerja sama dengan sesama warga
serta lembaga pemerintah, adat, keagamaan atau lembaga swadaya
masyarakat.
8. Mendengarkan radio dan televisi lokal yang memberitakan informasi dan
instruksi.
9. Otoritas lokal akan menyediakan jalan keluar yang sesuai dengan situasi
terakhir.
10. Memeriksa luka-luka.
11. Memberi bantuan P3K untuk diri sendiri dan kemudian membantu orang lain
sampai mendapat bantuan.
12. Bencana dapat menyebabkan kerusakan yang besar karenanya kita harus
berhati-hati.
13. Menggunakan lampu senter atau lentera yang menggunakan baterai.
Menghindari penggunaan lilin. Lilin dapat menyebabkan kebakaran.
14. Memeriksa saluran listrik dan gas yang dapat mengakibatkan kebakaran.
15. Memeriksa bagian bangunan yang dianggap rawan untuk segera dirobohkan.
16. Mengambil gambar dari kerusakan untuk kebutuhan klaim asuransi.
17. Hubungi anggota keluarga lain untuk pemberitahuan.

13
Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Mitigasi Bencana Pada Anak dan Remaja
Tentang Tas Siaga Bencana

Sasaran : Kader anak dan remaja di RW 11 Kelurahan Pasie Nan Tigo


Kecamatan Koto Tangah
Metode : Ceramah dan tanya jawab
Waktu : 30 menit
Tempat : Mushalla Darussalam
Hari/Tanggal : Jumat/04 Juni 2021
Pukul : 16.00 - selesai

1. PENDAHULUAN
Bencana alam geologi merupakan kejadian alam ekstrem yang
diakibatkan oleh berbagai fenomena geologi dan geofisika. Aktivitas
tektonik di permukaan bumi dapat menjadi salah satu penyebabnya,
demikian halnya dengan aktivitas vulkanik di bawah permukaan bumi
yang juga mungkin sampai di permukaan. Sebaran daerah rawan bencana
gempa bumi di Indonesia hampir semuanya berada pada daerah yang
tingkat populasinya sangat padat. Daerah-daerah ini sering merupakan
pusat aktivitas, sumber pendapatan masyarakat dan negara, serta menjadi
pusat pencurahan dana pembangunan.
Indonesia adalah negara yang rawan bencana dilihat dari aspek
geografis, klimatologi dan demografis. Letak geografis Indonesia di antara
dua benua dan dua samudera menyebabkan Indonesia mempunyai potensi
yang cukup bagus dalam perekonomian sekaligus juga rawan dengan
bencana. Secara geologis, Indonesia terletak pada 3 (tiga) lempeng yaitu
Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Pasifik yang
membuat Indonesia kaya dengan cadangan mineral sekaligus mempunyai
dinamika geologis yang sangat dinamis yang mengakibatkan potensi
bencana. Sewaktu – waktu lempeng ini akan bergeser patah dan
14
menimbulkan gempa bumi. Akibatnya, tumbukan antar lempeng tektonik
dapat menghasilkan tsunami (Boen dan Pribadi, 2012).
Provinsi Aceh termasuk daerah rawan terjadinya bencana seperti
hal nya daerah lain di Indonesia, karena di wilayah ini selain kondisi
geologinya menunjang terjadinya sejumlah bencana, juga banyak terdapat
gunung berapi yang masih aktif. Kejadian bencana mengalami
peningkatan setiap tahun. Pada tahun 2016 terdapat 1.986 kejadian
bencana dan pada tahun 2020 terdapat 2.925 kejadian bencana (Badan
Nasional Penanggulangan Bencana [BNPB], 2020). Sedangkan menurut
DIBI (Data Informasi Bencana Indonesia) dalam kurun waktu Januari
sampai Desember 2018, melaporkan kejadian bencana di Indonesia telah
mengakibatkan korban meninggal dan hilang sebanyak 2.412 orang,
korban luka-luka 2.104 orang dan korban yang terpaksa harus mengungsi
lebih dari 11.015.859 orang (BNPB, 2019).
Sumatera Barat menjadi salah satu provinsi di Indonesia yang
menjadi 5 provinsi tertinggi kejadian bencana Kondisi ini disebabkan
karena geografis Sumatera Barat yang berada pada jalur patahan sehingga
beresiko terhadap bencana, dan Kota Padang menjadi urutan pertama
daerah yang paling beresiko tinggi (BNPB, 2014). Sumatera Barat pernah
mengalami gempa bumi yang cukup kuat dan banyak menimbulkan
korban pada tahun 2009, gempa bumi terjadi dengan kekuatan 7,6 SR di
lepas pantai Sumatera Barat pada tanggal 30 September 2009. Pada tahun
2019 di Sumatera Barat telah terjadi 2 kali gempa bumi yang
mengakibatkan korban luka-luka sebanyak 8 orang. Untuk bangunan
terjadi kerusakan bangunan rusak berat 25 rumah, sedang 5 rumah dan
ringan 82 rumah (BNPB, 2019).
Menurut penelitian ahli kegempaan Kerry Sieh dan Danny Hilman
tahun 2011, gempa berkekuatan 8.9 SR diprediksi akan memicu tsunami
dengan ketinggian sampai 10 m dari permukaan laut. Dari hal tersebut jika
tidak diimbangi dengan kesiapsiagaan masyarakat Kota Padang maka akan
15
berdampak pada tingginya jumlah kerugian dari bencana ini baik dari
materil maupun jiwa sehingga perlunya kesiapsiagaan pada masyarakat.
Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah
yang tepat guna dan berdaya guna. (UU Nomor 24 Tahun 2007).
Kesiapsiagaan bencana juga merupakan tindakan-tindakan yang
memungkinkan pemerintah, organisasi, masyarakat, komunitas dan
individu untuk mampu menanggapi suatu situasi bencana secara cepat dan
tepat guna, termasuk menyusun rencana penanggulangan bencana,
pemeliharaan dan pelatihan personil (Mohd Robi Amri et al., 2016).
Untuk mengurangi resiko, mengantisipasi bencana dan mengurangi
dampak negatif yang kemungkinan bisa terjadi di lingkungan, masyarakat
dapat dimulai dari bagian lingkup terkecil yaitu keluarga (Murbawan et al.,
2017). Kesiapsiagaan keluarga terhadap bencana adalah persiapan yang
dilakukan mulai dari dalam rumah dan persiapan di lingkungan. Persiapan
di dalam rumah seperti menentukan peran dan tugas setiap anggota
keluarga, memastikan jalur evakuasi keluar rumah tidak ada hambatan,
memastikan anggota keluarga mengetahui dan memahami cara berlindung
saat terjadi gempa bumi, memastikan anggota keluarga memahami dan
melaksanakan rencana kesiapsiagaan keluarga, memperhatikan anggota
keluarga yang sakit dan berkebutuhan khusus, membuat peringatan dini
sederhana, mendapatkan informasi gempa bumi dan selanjutnya
mempersiapkan tas siaga bencana (BNPB, 2018).
Tas siaga bencana adalah sebuah tas yang disiapkan sebelum
terjadinya bencana. Sebelum terjadinya bencana keluarga harus memiliki
rencana kesiapsiagaan keluarga yaitu memiliki sebuah tas yang diisi
dengan barang penting dan keperluan pribadi, seperti: dokumen penting,
buku tabungan, sarung, selimut, pakaian, senter, obat-obatan pribadi dan
air mineral, dan tas tersebut diletakkan pada tempat yang mudah diambil.
Ketika terjadi bencana gempa bumi maka anggota keluarga tinggal
mengambil tas siaga bencana dan langsung melakukan evakuasi ke tempat 16
yang lebih aman. Sarana kesiapsiagaan seperti tas siaga bencana
disediakan oleh anggota keluarga untuk memampukan keluarga menjadi
siap siaga menghadapi bencana (Hamdika et al., 2019),

2. Tujuan Instruksional Umum (TIU)


Setelah diberikan penyuluhan tentang mitigasi bencana pada anak
dan remaja, diharapkan kader dan masyarakat dapat memahami penyebab
dan cara penanggulangan bencana serta mengaplikasikannya.

3. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)


Setelah diberikan penyuluhan masyarakat dapat :
 Menjelaskan pengertian tas siaga bencana
 Menjelaskan kegunaan tas siaga bencana
 Menjelaskan barang-barang untuk tas siaga bencana

4. Sasaran
Seluruh Kader serta anak dan remaja di RW 11 Kelurahan Pasie Nan Tigo
5. Materi
a. Menjelaskan pengertian mitigasi bencana
b. Menjelaskan informasi apa saja yang dibutuhkan dalam menghadapi
bencana
c. Menjelaskan lagkah-langkah dalam menghadapi bencana

6. Metode
Metode yang digunakan dalam pemberian penyuluhan ini adalah ceramah
dan tanya jawab.

7. Media
Leaflet, PPT dan modul

17
8. Kriteria Hasil
a. Kriteria Struktur :
 Peserta hadir minimal 5 orang
 Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan di Mushalla Darussalam
 Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelum
dan saat penyuluhan.
b. Kriteria Proses:
 Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
 Peserta konsentrasi mendengarkan penyuluhan
 Paserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan dengan
benar.
c. Kriteria Hasil :
 Menyebutkan pengertian tas siaga bencana
 Menyebutkan kegunaan tas siaga bencana
 Menyebutkan barang-barang untuk tas siaga bencana
 Menyebutkan informasi apa saja yang diperlukan untuk persiapan
bencana

18
9. Kegiatan Penyuluhan
No Waktu Kegiatan penyuluhan Audience
1. 5 menit Pembukaan
1. Penyuluh memulai penyuluhan 1. Menjawab salam.
dengan mengucapkan salam
2. Memperkenalkan diri. 2. Memperhatikan.
3. Menjelaskan tujuan materi. 3. Memperhatikan.
4. Menyebutkan materi yang akan 4. memperhatikan
diberikan.
2. 10 menit Pelaksanaan
1. Menjelaskan pengertian tas siaga 1. Memperhatiakan
bencana
2. Menjelaskan kegunaan tas siaga 2. Memperhatiakan
bencana
3. Menjelaskan barang-barang untuk
tas siaga bencana 3. Memperhatiakan

3. 10 menit Evaluasi :
1. Memberikan kesempatan kepada 1. Merespon dan
peserta untuk bertanya. bertanya
2. Memberikan kesempatan kepada 2. Merespon dan
peserta untuk menjawab pertanyaan bertanya
yang diberikan
4. 5 menit Terminasi
1. Menyimpulkan materi yang telah 1. Mendengarkan
disampaikan
2. Mengucapkan terima kasih atas 2. Mendengarkan
perhatian yang diberikan dan membalas
3. Mengucapkan salam penutup salam

19
10. Setting Tempat

Keterangan :

Moderator
Presentator

Fasilitator

Observer

Operator

Dokumentasi

Peserta

11. Pengorganisasian
 Leader : Makhda Nurfatmala Lubis
 Moderator : Echia Srikandi Permai
 Presentator : Rahmi Ferdilla Rafli
 Fasilitator : - Febi Sagitaria
1. Nafhania Nur Efniyati 20
2. Tika Nelsya Putri
3. Fara Annisa
4. Nofantri Wulantika
5. Mutiara Yerivanda
6. Widya Aprilian
7. Yolanda Zulpendri
8. Elnovita Rahmawati
 Observer dan Dokumentasi : Desrila Indra Sari dan Weriska
Oktrivani.

12. Rincian Tugas


a. Leader
 Menjelaskan tujuan kegiatan
 Mengarahkan proses kegiatan pada anggota kelompok
 Menjelaskan aturan kegiatan pada peserta
 Mengefaluasi perasaan setelah pelaksanaan
b. Moderator
 Membuka dan menutup acara
 Memperkenalkan diri
 Menetapkan tata tertib acara penyuluhan
 Kontrak waktu yang akan digunakan selama penyuluhan
 Menjaga kelancaran acara
 Memimpin diskusi
 Bersama fasilitator menjalin kerja sama dalam acara penyuluhan
mitigasi bencana untuk anak dan remaja

c. Presentator

Menyampaikan pelaksanaan kegiatan yang akan dilakukan

d. Fasilitator
21
 Bersama leader menjalin kerja sama dalam pelaksanaan kegiatan
 Memotivasi peserta kegiatan dalam kegiatan yang akan diberikan

 Menjadi contoh dalam kegiatan

 Mempertahankan kehadiran peserta

 Mencegah gangguan/hambatan terhadap peserta baik luar maupun


dalam

e. Observer

 Mencatat dan mengamati respon peserta secara verbal dan


non verbal jalannya kegiatan

 Mencatat seluruh proses yang dikaji dan semua perubahan


prilaku

 Mencatat dan mengamati peserta aktif dari kegiatan diskusi

 Mengevaluasi kegiatan yang dilaksanakan

f. Dokumentasi

 Mendokumentasikan seluruh kegiatan diskusi

 Menjalankan absen diskusi.

13. Evaluasi Proses

a. Evaluasi struktur

 Penyelenggaraan dilakukan di Mushalla Darussalam

 Alat dan media sesuai dengan bencana

 Penggorganisasian penyelenggaraan Musyawarah Masyarakat


Komunitas 1 dilakukan sebelumnya
 Peserta yang hadir merupakan perwakilan dari setiap RT
b. Evaluasi proses

 Peserta antusias dalam menyampaikan saran untuk kegiatan yang 22


akan dilakukan

 Peserta mengikuti acara dari awal sampai akhir

 Tidak ada peserta yang izin selama acara berlangsung

c. Evaluasi hasil
 Peserta mampu menjelaskan pengertian tas siaga bencana
 Peserta mampu menjelaskan kegunaan tas siaga bencana
 Peserta mampu menjelaskan barang-barang untuk tas siaga
bencana

23
LAMPIRAN MATERI

1. Pengertian Tas Siaga Bencana


Tas siaga bencana adalah tas yang dipersiapkan anggota keluarga untuk berjaga-jaga apabila
terjadi suatu bencna atau kondisi darurat lainnya. Tas ini dipersiapkan untuk bertahan hidup saat
bantuan belum datang. Tas Siaga Bencana berisi barang-barang pokok dan penting yang wajib ada
ketika sebuah bencana atau kondisi darurat terjadi sesuai kebutuhan. Tas siaga bencana
dipersiapkan untuk berjaga-jaga apabila terjadi suatu bencana atau kondisi darurat lainnya. Tas
siaga bencana ini seharusnya sudah dipersiapkan jauh hari sebelum bencana terjadi, sehingga
ketika bencana datang dan harus melakukan evakuasi, masyarakat dapat langsung membawanya
(BNPB, 2017).
Kesiapsiagaan Kota Padang mengenai kebutuhan yang harus dipersiapkan oleh masyarakat
pada tas siaga bencana. Beliau menyebutkan bahwa kebutuhan yang harus dipersiapkan oleh
masyarakat adalah untuk masa evakuasi 1x24 jam, karena kemungkinan datangnya bantuan pasca
bencana dari pemerintah (BNPB) dan lembaga kebencanaan seperti PMI, Basarnas, serta lembaga
kebencaan lainnya yaitu selama 1x24 jam masa evakuasi.
2. Tujuan Dari Tas Siaga Bencana
Tujuan dari tas siaga bencana adalah untuk memudahkan masyarakat saat proses evakuasi
dilakukan. Tas siaga bencana berguna sebagai sumber logistik untuk bertahan hidup saat proses
evakuasi sebelum bantuan datang setelah bencana terjadi (BNPB, 2017). TSB disarankan sebagai
cadangan bertahan hidup apabila bantuan belum datang. Selain itu, tas tersebut dapat memudahkan
saat evakuasi dari lokasi bencana menuju tempat yang lebih aman.
3. Daftar Benda yang Harus Ada Dalam Tas Siaga Bencana Pada Anak
a. Pakaian
Sediakan pakaian setidaknya untuk 3 hari beserta perlengkapan ibadah di dalam tas. Pastikan
pakaian yang dibawa mudah dilipat dan terbuat dari bahan yang nyaman semperti katun atau
wol tipis sehingga bisa menghangatkan anak ketika mereka kedinginan.Jika tidak ada orang
lain yang menemukan kamu dan anak-anak saat terjadi bencana, setidaknya ini bisa melindungi
kalian dari dingin atau kondisi yang sulit ditebak.

b. Obat-obatan

24
Bawa obat-obatan pribadi dan perlengkapan P3K. Terlebih jika anak kamu atau ada anggota
keluarga yang memiliki penyakit tertentu. Selipkan obat-obatan dalam tas dengan kondisi
terbungkus rapih. Jangan sampai ketinggalan dan pastikan tanggal kadaluwarsanya masih lama
c. Makanan ringan
Siapkan juga makanan ringan tahan lama yang tidak mudah rusak ya. Masukan yang sekiranya
mengandung karbohidrat dan protein untuk memenuhi kebutuhan gizi. Jika memungkinkan
bawa makanan ringan berupa cokelat juga, karena di kondisi tertentu tubuh membutuhkan
kalori tambahan dari makanan manis.
d. Uang tunai
Jika tidak sempat mengambil dompet ketika bencana terjadi, setidaknya Mama sudah
menyisihkan uang tunai di dalam tas siaga bencana. Begitu pula untuk tas siaga bencana milik
anak mama, siapkan uang tunai juga di dalamnya dan beritahu untuk menyimpannya dengan
rapat. Siapkan sejumlah uang tunai untuk membantunya bertahan hidup jika ada benacana tak
terduga.
e. Selimut atau sarung
Dalam kondisi pasca bencana belum tentu si Anak menemukan tempat istirahat yang nyaman
dan hangat. Sediakan sarung atau selimut ke dalam tas siaga bencana untuk membuat anak
merasa lebih nyaman saat istirahat di malam hari.
f. Air mineral
Bawa air mineral dalam botol yang rapat dengan ukuran besar. Jika memungkinkan setidaknya
sediakan 2 liter air. Letakkan dan 2 botol terpisah, selipkan di sisi kiri dan kanan tas agar
seimbang ketika tas dibawa.
g. Foto keluarga
Membawa foto keluarga ini memudahkan dalam investigasi atau pencarian seumpama ada
anggota keluarga yang terpisah dan belum ditemukan. Selain itu, penting untuk mengingat baju
yang terakhir dipakai oleh masing-masing anggota keluarga sebelum bencana terjadi.

h. Dokumen dan surat berharga


Kemas dokumen dan surat berharga dibungkus dalam plastik rapat sehingga tidak mudah basah
atau rusak karena terkena air. Surat berharga seperti surat tanah, akta lahir dan kartu keluarga
bisa disimpan jadi satu. Namun, jika tidak bisa dititipkan dalam tas anak, ini juga bisa disimpan
dalam tas siaga bencana 25
i. Kantung plastik
Bawa beberapa kantung plastik untuk menyimpan atau membawa sesuatu pasca bencana.
Siapkan kantung plastik dengan ukuran beragam, mulai dari yang kecil hingga yang besar.
Lipat dengan rapih hingga menjadi ukuran kecil.
j. Senter
Alat penerangan bisa membawa senter atau lampu badai. Jika terjadi bencana biasanya PLN
pusat mematikan listrik sementara demi keamanan masyarakat. Penting untuk menyiapkan
penerangan pribadi. Terlebih jika anak mama adalah orang yang takut gelap. Penting juga
untuk menyelipkan korek api jika dibutuhkan.
k. Powerbank
Jika listrik mati, powerbank bisa membantu untuk mengisi daya smartphone anak mama. Ini
penting untuk membuat kontak tetap terjaga selama pasca bencana. Pastikan powerbank telah
terisi penuh sebelum dimasukan ke dalam tas.
l. Pluit
Anak berada di posisi yang sulit ditemukan, pluit adalah salah satu cara untuk membuatnya
mudah ditemukan. Biasanya tim SAR akan mencari korban bencana dan menyisir lokasi
sampai berulang kali. Jika sulit untuk berteriak, maka segera tiupkan pluit agar posisi mudah
ditemukan oleh orang lain. Simpan tenaga dengan tidak meniup pluit setiap saat, bunyikan pluit
di saat sunyi atau saat ada orang lain mendekat ke arah anak
m. Masker dan handsanitizer
Meski terjadi bencana, protokol kesehatan tetap harus dilakukan. Siapkan masker dan
handsanitizer dalam jumlah yang cukup banyak. Kamu mungkin memerlukan beberapa masker
untuk ganti-ganti selama pasca bencana. Itulah isi tas siaga bencana yang perlu disiapkan.
Bencana bisa berupa banjir, gempa, tanah longsor atau mungkin angin puting beliung. Banyak
hal yang tidak terduga mungkin saja terjadi. Ajarkan cara menyimpan dan menggunakannya
pada anak. Lindungi diri dan keluarga dengan siapkan tas siaga bencana

26
27
 Satuan Acara Penyuluhan Bantuan Hidup Dasar Pada Remaja

Pokok Bahasan : Bantuan Hidup Dasar

Sasaran : Kader Siaga Bencana Divisi Remaja dan Remaja RW 11 Kelurahan


Pasie Nan Tigo
Tempat : Masjid

Hari, tanggal : Mei 2022

Waktu : 30 menit

I. Latar Belakang

Pada tahun 2005 terdapat 57,03 juta orang meninggal di seluruh dunia. Sekitar
35.000-50.000 diantaranya karena kecelakaan dan bencana alam yang diakibatkan oleh henti
napas dan henti jantung. Dalam jumlah korban, Indonesia menempati peringkat kedua dunia,
yaitu sebanyak lebih kurang 227.898 jiwa (Agustini et al 2017). Pada tahun 2019 didapatkan
data jumlah korban meninggal dan hilang akibat bencana di Indonesia sebanyak
0,18/100.000 orang, korban terluka 1,25/100.000 orang, korban menderita dan mengungsi
1.935/100.000 orang. Terdapat peningkatan jumlah korban meninggal, hilang, dan terluka
akibat dari dampak bencana yang cukup tinggi Di Indonesia dari tahun 2019-2020. Hal ini
dkarenakan adanya pandemi covid. Jumlah korban meninggal dan hilang pada di Indonesia
tahun 2020 sebanyak 8,34/100/000 orang, korban terluka 0,2/100.000, korban menderita dan
mengungsi 2.387,62/100.000 orang (BNPB, 2020).
Bencana alam di Indonesia mengakibatkan kerugian yang sangat besar, baik dari segi
materi maupun jumlah korban (meninggal, luka–luka, maupun cacat). Korban yang
meninggal dapat disebabkan oleh gagalnya oksigenasi adekuat pada organ vital. ventilasi
tidak yang tidak ade kuat dapat gangguan oksigenisasi dan gangguan sirkulasi, cedera SSP
masif dapat mengakibatkan ventilasi yang tidak adekuat atau terjadinya rusaknya pusat
regulasi batang otak (Agustini et al. 2017)
Pengetahuan dan keterampilan BHD menjadi penting karena didalamnya diajarkan
28
tentang bagaimana teknik dasar penyelamatan korban dari berbagai kecelakaan atau
musibah sehari-hari yang biasa dijumpai. Dengan kesiapsiagaan yang tepat berupa

29
pelatihan kader dalam pemberian bantuan hidup dasar diharapkan upaya penanggulangan
dapat lebih cepat dan tepat sehingga dapat meminimalisir jumlah korban dan kerusakan.
Sebab, di tangan mereka terletak keberhasilan pengembangan dan pembinaan peran serta
masyarakat sangat penting yang bertujuan agar terciptanya derajat kesehatan masyarakat
yang optimal.
Bantuan hidup dasar adalah tindakan darurat untuk membebaskan jalan napas,
membantu pernapasan dan mempertahankan sirkulasi darah tanpa menggunakan alat
bantu (Alkatiri, 2007). Tujuan bantuan hidup dasar ialah untuk oksigenasi darurat secara
efektif pada organ vital seperti otak dan jantung melalui ventilasi buatan dan sirkulasi
buatan sampai paru dan jantung dapat menyediakan oksigen dengan kekuatan sendiri
secara normal (Latief, 2009).

II. Tujuan Penyuluhan

1. Tujuan Intruksional Umum

Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit, keluarga dan klien mampu


memahami tentang bantuan hidup dasar khususnya pada orang remaja.

2. Tujuan Intruksional Khusus

Setelah diberikan penjelasan selama 30 menit diharapkan sasaran dapat :

 Menyebutkan pengertian bantuan hidup dasar

 Menjelaskan tujuan dari BHD

 Menjelaskan hal-hal yang harus diperhatikan sebelum melakukan


tindakan BHD
 Menjelaskan langkah-langkah untuk melakukan BHD pada orang remaja.

III. Kegiatan Penyuluhan

1. Metode

a. Ceramah

b. Tanya Jawab 30
2. Materi

a. Pengertian BHD

31
b. Tujuan dari BHD

c. Hal-hal yang harus diperhatikan sebelum melakukan tindakan BHD

d. Langkah-langkah melakukan BHD

3. Media

a. Modul

b. Leaflet

IV. Langkah Kegiatan

No. Kegiatan Penyuluh Kegiatan Sasaran Waktu


1. a. Penyuluh
mempersiapkan
rencana pembelajaran
b. Penyuluh
mempersiapkan media
pembelajaran sesuai
dengan tujuan
5 Menit
pembelajaran
c. Penyuluh
mempersiapkan dan
mencek lingkungan
yang akan
mempengaruhi proses
pembelajaran
a. Mengucapkan salam a. Menjawab salam

32
b. Memperkenalkan b. Menanggapi dan
diri memberi respon
c. Menjelaskan tujuan c. Menyimak
pembelajaran dan penjelasan yang
5 menit
kontrak waktu diberikan
d. Appersepsi d. Mengungkapkan

33
pengetahuan

yang dimiliki
a. Menjelaskan materi a. Mendengarkan
pembelajaran dan menyimak
materi yang
diberikan

b. Memberikan b. Mengajukan

kesempatan kepada beberapa


15
sasaran untuk pertanyaan dari

bertanya materi yang menit


diberikan

c. Menjawab c. Menyimak

pertanyaan yang jawaban yang

diberikan diberikan

a. Bertanya sebagai a. Menjawab


bahan evaluasi dengan benar
b. Menyimpulkan b. Mendengarkan
5 menit
materi yang telah dan menyimak
disampaikan
c. Mengucapkan salam c. Menjawab salam

VI. Evaluasi

a. Pertanyaan yang diberikan kepada peserta penyuluhan dari materi BHD yang
telah diberikan.

VII. Sumber Rujukan

a. Sartono, Masudik & Suhaeni. (2014). Basic Trauma Cardiac Life Support.

Bekasi:Gadar Medik Indonesia

b. Soemitro. M.P.,Andiani & Saputra. (2016). Penanganan Gawat Darurat Basic I.


34
Bandung:RSUP Dr.Hasan Sadikin Bandung

35
VIII. Lampiran

a. Uraian Materi

b. Pertanyaan dan Kunci Jawaban

XIV. Setting Tempat

Keterangan :

Moderator Observer

Presentator Dokumentasi

Fasilitator

a. Pengorganisasian

 Leader : Febi Sagitaria, S.Kep

 Moderator : Tika Nelsya Putri, S.Kep

 Presentator : Nofantri Wulantika, S.Kep

 Fasilitator : Mutiara Yerivanda, S.Kep, Yolanda Zulfendri, S.Kep,


Fara Annisa, S.Kep, Nafhania NurEfniyati, S.Kep, Widya Aprilian, S.Kep, Desrila
Indra Sari, S.Kep 36
 Observer : Makhda Nurfatmala Lubis, S.Kep

 Dokumentasi : Weriska Oktrivani, S.Kep

 Perlengkapan : Makhda Nurfatmala Lubis, S.Kep, Echia Srikandi


Permai, S.Kep

b. Rincian Tugas

1. Leader

 Menjelaskan tujuan kegiatan

37
 Mengarahkan proses kegiatan pada anggota kelompok

 Menjelaksan aturan pada anggota

 Mengevaluasi perasaan setelah pelaksanaan

2. Moderator

 Membuka dan menutup acara

 Memperkenalkan diri

 Menetapkan tata tertib acara penyuluhan

 Kontrak waktu yang akan digunakan selama penyuluhan

 Menjaga kelancaran acara

 Memimpin diskusi

 Bersama fasilitator menjalin kerja sama dalam penyuluhan

3. Presentator

Menyampaikan pelaksanaan kegiatan penyuluhan yang akan dilakukan

4. Fasilitator

 Bersama leader menjalin kerja sama dalam pelaksanaan kegiatan penyuluhan

 Memotivasi peserta kegiatan dalam penyuluhan

 Menjadi contoh dalam kegiatan

 Mempertahankan kehadiran peserta

 Mencegah gangguan/hambatan terhadap peserta baik luar maupun dalam

5. Observer

 Mencatat dan mengamati respon peserta secara verbal dan non verbal jalannya
kegiatan
 Mencatat seluruh proses yang dikaji dan semua perubahan prilaku

 Mencatat dan mengamati peserta aktif dari kegiatan diskusi


38
 Mengevaluasi kegiatan yang dilaksanakan

6. Dokumentasi

 Mendokumentasikan seluruh kegiatan diskusi

 Menjalankan absen diskusi

7. Perlengkapan

Menyiapkan semua perlatan yang digunakan selama kegiatan diskusi

39
c. Evaluasi Proses

a. Evaluasi struktur

 Penyelenggaraan dilakukan di Masjid

 Alat dan media sesuai dengan keperluan penyuluhan

 Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelumnya

 Peserta yang hadir merupakan Kader Siaga Bencana Divisi Remaja dan remaja
RW 11 Kelurahan Pasie Nan Tigo
b. Evaluasi proses

 Peserta antusias dalam menyampaikan saran untuk kegiatan yang akan dilakukan

 Peserta mengikuti acara dari awal sampai akhir

 Tidak ada peserta yang izin selama acara berlangsung

c. Evaluasi hasil

 Diharapkan peserta mampu memahami materi terkait triage meliputi pengertian,


tujuan, dan langkah-langkah pelaksanaan Pembidaian yang telah disampaikan
 Diharapkan peserta berperan aktif dalam diskusi.

40
LAMPIRAN MATERI

BANTUAN HIDUP DASAR

1. Pengertian Bantuan Hidup Dasar

Resusitasi merupakan usaha untuk mengembalikan fungsi sistem pernapasan,


peredaran darah dan saraf yang terganggu ke fungsi yang optimal sehingga muncul istilah
resusitasi jantung paru (RJP). Resusitasi jantung paru dibagi dalam 3 tahap, yaitu (1)
bantuan hidup dasar (BHD); (2) bantuan hidup lanjut; (3) bantuan hidup jangka panjang.
Bantuan hidup dasar adalah usaha untuk memperbaiki dan / atau memelihara jalan napas,
pernapasan dan sirkulasi serta kondisi darurat yang terkait. Bantuan hidup dasar terdiri dari
penilaian awal, penguasaan jalan napas, ventilasi pernapasan dan kompresi dada.

2. Langkah Bantuan Hidup Dasar

Langkah Bantuan Hidup Dasar untuk Masyarakat Awam Menurut American Heart
Association (AHA) 2015:

a. Pastikan korban, orang disekitar, dan Anda aman.

 Cek respon korban:

 Jika tidak ada respon

 Tidak bernapas

b. Napas tidak normal (megap-megap)

Penolong juga perlu memeriksa pernafasaan korban, jika korban tidak sadarkan diri
dan bernafas secara abnormal (terengah-engah) penolong harus mngasumsikan korban
mengalami henti jantung. Penolong harus memastikan korban tidak merespon dengan cara
memanggil korban dengan jelas, lalu menepuk-nepuk korban atau menggoyang-goyangkan
bahu korban.

c. Korban tidak merespon maka minta seseorang untuk memanggil ambulan (misal: 118).
41
Jika Anda sendirian, gunakantelepongenggam anda untuk memanggil
ambulan.Penolong harus segera mengaktifkan SPGDT (Sistem Penanggulangan Gawat
Darurat Terpadu) dengan menelpon Ambulans Gawat Darurat rumah sakit terdekat.

42
Penolong harus siap dengan jawaban mengenai lokasi kejadian, kejadian yang sedang
terjadi, jumlah korban dan bantuan yang dibutuhkan. Rangkaian tindakan tersebut dapat
dilakukan secara bersamaan apabila pada lokasi kejadian terdapat lebih dari satu penolong,
misalnya penolong pertama memeriksa respon korban kemudian melanjutkan tindakan
BLS sedangkan penolong kedua mengaktifkan SPGDT dengan menelpon ambulans
terdekat dan mengambil alat kejut jantung otomatis (AED).Pemeriksaan CAB (Look,
Listen and Feel) dan nadi karotis. Penolong mendekat ke salah satu sisi wajah klien sambil
mengobservasi atau melihat pergerakan dinding dada lalu mendengarkan suara nafas dari
hidung klien dan merasakan hembusan nafas yang keluar dari mulut klien.

d. Jika Anda belum terlatih atau tidak mampu memberikanbantuan ventilasi, hanya
berikan kompresi dada minimal 100kali per menit (30 kali kompresi).

Penolong tidak terlatih harus memberikan CPR hanya kompresi (Hand-Only) dengan
atau tanpa panduan operator untuk korban serangan jantung dewasa. Penolong harus
melanjutkan CPR hanya kompresi hingga AED atau penolong dengan pelatihan tambahan
tiba. Semua penolong tidak terlatih, pada tingkat minimum, harus memberikan kopresi
dada untuk korban serangan jantung. Selain itu, jika penolong terlatih mampu melakukan
nafas buatan, ia harus menambahkan nafas butan dalam rasio 30 kompresi dibanding 2
nafas buatan. Pada orang dewasa yang menjadi korban serangan jantung, penolong perlu
melakukan kompresi dada pada kecepatan minimum 100 hingga 120/min. Sewaktu
melakukan CPR secara manual, penolong harus melakukan kompresi dada hingga
kedalaman minimum 2 inci (5cm) untuk dewasa rata-rata, dengan tetap menghindari
kedalaman kompresi dada yang berlebihan (lebih dari ,4 inci (6 cm). Penolong harus
melanjutkan CPR hingga AED tiba dan siap digunakan, penyedia EMS mengambil alih
perawatan korban, atau korban mulai bergerak.

e. Lanjutkan pemberian RJP sampai:

a. Penolong terlatih tiba dan mengambil alih.

b. Korban mulai menunjukkan kesadaran kembali, misalnyabatuk, membuka mata,


berbicara, atau bergerak dan mulaibernapas normal, atau

c. Anda sudah lelah.


43
f. Posisi Pemulihan (Recovery Position)

Menurut NHS (2014) ada beberapa variasi dalam posisi pemulihan, masing-masing
memiliki tujuan. Tidak ada satu posisi tunggal yang sempurna untuk semua korban. Posisi
harus stabil, setengah lateral dengan kepala dependen dan tidak ada tekanan yang
menghalangi pada dada. Untuk menempatkan seseorang dalam posisi pemulihan:

 Berlutut di lantai di salah satu sisi korban

 Tempatkan lengan terdekat dari Anda ke kanan tubuh korbandiluruskan ke arah


kepala

 Selipkan tangan korban yang lain di bawah sisi kepala mereka,sehingga


punggung tangan mereka menyentuh pipi mereka

 Menekuk lutut terjauh dari Anda ke sudut kanan

 Memiringkan korban ke arah penolong dengan hati-hatidengan menarik lutut


yang ditekuk

 Lengan atas harus mendukung kepala dan lengan bawah akanmenahan agar
korban tidak bergulir terlalu jauh

 Membuka jalan napas korban dengan memiringkan kepala danmembuka dagu


dengan perlahan

 Periksa bahwa tidak ada yang menghalangi jalan napas korban

 Tetap bersama korban sembari memonitor pernapasan dandenyut nadi terus


menerus sampai bantuan tiba

 Jika memungkinkan ubah ke posisi miring yang lain setelah 30 menit

44
 Satuan Acara Penyuluhan Perawatan Luka Dasar Pada Remaja

Pokok Bahasan : Perawatan Luka Dasar


Hari/Tanggal : Mei 2022
Waktu : 30 Menit

Sasaran : Kader Siaga Bencana Divisi Remaja dan Remaja RW 11 Kelurahan


Pasie Nan Tigo
Tempat : Masjid

a. Latar Belakang

Menurut Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia tahun 2017, secara Geografis,
Indonesia terletak di antara tiga lempeng tektonik, yaitu Lempeng Pasifik, Lempeng
Hindia-Australia dan Lempeng Eurasia (Pusat Studi Gempa Nasional, 2017). Kondisi ini
menyebabkan Indonesia rentan terhadap bencana gempa bumi, tsunami, letusan gunung api
dan jenis bencana geologi lainnya. Sedangkan bencana hidrometeorologi berupa kejadian
bencana banjir, gelombang ekstrim, kebakaran lahan dan hutan, kekeringan, dan cuaca
esktrim.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan, telah terjadi 954
bencana alam di Indonesia pada awal 2022. Banjir merupakan bencana alam terbanyak
dengan jumlah 379 kejadian hingga 16 Maret 2022. Kemudian disusul yang berasal dari
cuaca ekstrem sebanyak 335 kejadian. Lalu, sebanyak 183 telah terjadi tanah longsor dan
44 kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Gelombang pasang dan abrasi tercatat sebanyak 8
kejadian. Terakhir, telah terjadi 5 gempa bumi. Bencana alam tersebut memakan banyak
korban. Sebanyak 1.399.960 orang menderita dan mengungsi. Sebanyak 586 luka-luka dan
76 orang meninggal dunia. Selain itu, masih ada 3 orang yang hilang akibat bencana alam
yang terjadi. (BNPB, 2022).
Menurut data yang dihimpun dalam Data Informasi Bencana Indonesia (DIBI)-BNPB,
terlihat bahwa dari lebih dari 1.800 kejadian bencana pada periode tahun 2005 hingga 45
2015
lebih dari 78% (11.648) kejadian bencana merupakan bencana hidrometeorologi dan

46
sekitar 22% (3.810) merupakan bencana geologi. Kejadian bencana kelompok
hidrometeorologi berupa kejadian bencana banjir, gelombang ekstrim, kebakaran lahan dan
hutan, kekeringan, dan cuaca esktrim. Sedangkan untuk kelompok bencana geologi yang
sering terjadi adalah gempa bumi, tsunami, letusan gunung api, dan tanah longsor.
Kecenderungan jumlah kejadian bencana secara total untuk kedua jenis kelompok yang
relatif terus meningkat. Jumlah kejadian bencana yang disebabkan oleh faktor geologis
tidak terlalu signifikan dibandingkan jumlah kejadian bencana yang disebabkan oleh faktor
hidrometeorologis. Meskipun demikian, bencana geologis, khususnya gempa bumi dan
tsunami pada kenyataannya banyak menimbulkan dampak yang cukup besar dari sisi
korban.
Banyak kejadian bencana yang mengakibatkan banyak korban akibat kecelakaan yang
terjadi sehingga diperlukan suatu tata cara pemberian pertolongan yang cepat dan tepat
agar korban dapat ditangani dengan baik yakni dengan melakukan P3K (pertolongan
pertama pada kecelakaan).

b. Tujuan

1. Tujuan Umum

Setelah diberikan penyuluhan selama 15 menit, masayarakat mampu memahami dan


mengerti tentang perawatan luka khususnya pada orang remaja.
2. Tujuan Khusus

Setelah diberikan penjelasan selama 15 menit diharapkan sasaran dapat:

a. Menyebutkan pengertian Perawatan Luka

b. Menjelaskan tujuan dari Perawatan Luka

c. Menjelaskan langkah-langkah dari Perawatan Luka

c. Pelaksanaan Kegiatan

1. Topik
PERAWATAN LUKA
2. Sasaran/Target
Kader Siaga Bencana Divisi Remaja dan Remaja` RW 11 Kelurahan Pasie Nan Tigo
47
3. Metode
Ceramah
4. Media

i. Modul

ii. Leaflet

5. Waktu dan Tempat

i. Hari/Tanggal : Mei, 2022

ii. Waktu :

iii. Tempat : Masjid

 Perencanaan Kegiatan

No Waktu Kegiatan Peserta


1. 3 menit Pembukaan :
1. Menjawab salam
1. Membuka kegiatan dengan
mengucapkan salam pada
peserta
2. Memperkenalkan diri
2. Mendengarkan
3. Menjelaskan tujuan dari
3. Memperhatikan
penyuluhan
4. Kontrak waktu dengan peserta

4. Menyetujui
2. 10 menit Pelaksanaan :

1. Menyebutkan pengertian dari 1. Memperhatikan

Perawatan Luka
2. Menjelaskan tujuan dari 2. Memperhatikan
Perawatan Luka
3. Menjelaskan langkah- langkah 3. Memperhatikan
dari Perawatan Luka
4. Melakukan sesi tanya jawab 4. Bertanya 48
terkait Perawatan Luka
5. Menjawab pertanyaan dari 5. Mendengarkan

peserta

49
3. 2 menit Terminasi
1. Memperhatikan
1. Memberikan motivasi dan
pujian kepada peserta yang
sudah berpartisipasi dalam
kegiatan penyuluhan
2. Mengucapkan terima kasih
kepada peserta
3. Mengucapkan salam 2. Mendengarkan

3. Menjawab salam

 Setting Tempat

Keterangan :

Moderator Observer

Presentator Dokumentasi

Fasilitator

 Pengorganisasian
50
 Leader : Rahmi Ferdila Rafli, S.Kep

 Moderator : Nafhania Nur Efniyati, S.Kep

 Presentator : Febi Sagitaria, S.Kep

 Fasilitator : Nofantri Wulantika, S.Kep, Widya Aprilian, S.Kep, Tika


Nelsya Putri, S.Kep, Desrila Indra Sari, S.Kep, Makhda Nurfatmala Lubis, S.Kep,
Weriska Oktrivani, S.Kep, Elnovita Rahmawati, S.Kep
 Observer : Yolanda Zulfendri, S.Kep

 Dokumentasi : Echia Srikandi Permai, S.Kep

51
 Perlengkapan : Mutiara Yerivanda, S.Kep, Fara Annisa, S.Kep

 Rincian Tugas

1. Leader

 Menjelaskan tujuan kegiatan

 Mengarahkan proses kegiatan pada anggota kelompok

 Menjelaksan aturan pada anggota

 Mengevaluasi perasaan setelah pelaksanaan

2. Co-leader

Membantu leader dalam mengorganisasi anggota

3. Moderator

 Membuka dan menutup acara

 Memperkenalkan diri

 Menetapkan tata tertib acara penyuluhan

 Kontrak waktu yang akan digunakan selama penyuluhan

 Menjaga kelancaran acara

 Memimpin diskusi

 Bersama fasilitator menjalin kerja sama dalam penyuluhan

4. Presentator

Menyampaikan pelaksanaan kegiatan penyuluhan yang akan dilakukan

5. Fasilitator

 Bersama leader menjalin kerja sama dalam pelaksanaan kegiatan penyuluhan

 Memotivasi peserta kegiatan dalam penyuluhan

 Menjadi contoh dalam kegiatan 52


 Mempertahankan kehadiran peserta

 Mencegah gangguan/hambatan terhadap peserta baik luar maupun dalam

6. Observer

 Mencatat dan mengamati respon peserta secara verbal dan non verbal jalannya
kegiatan
 Mencatat seluruh proses yang dikaji dan semua perubahan prilaku

53
 Mencatat dan mengamati peserta aktif dari kegiatan diskusi

 Mengevaluasi kegiatan yang dilaksanakan

7. Dokumentasi

 Mendokumentasikan seluruh kegiatan diskusi

 Menjalankan absen diskusi

8. Perlengkapan

Menyiapkan semua perlatan yang digunakan selama kegiatan diskusi

 Evaluasi Proses

1. Evaluasi struktur

 Penyelenggaraan dilakukan di Masjid

 Alat dan media sesuai dengan keperluan penyuluhan

 Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelumnya

 Peserta yang hadir merupakan Kader Siaga Bencana Divisi Remaja dan remaja
RW 11 Kelurahan Pasie Nan Tigo
d. Evaluasi proses

 Peserta antusias dalam menyampaikan saran untuk kegiatan yang akan dilakukan

 Peserta mengikuti acara dari awal sampai akhir

 Tidak ada peserta yang izin selama acara berlangsung

e. Evaluasi hasil

 Diharapkan peserta mampu memahami materi terkait triage meliputi pengertian,


tujuan, dan langkah-langkah pelaksanaan Pembidaian yang telah disampaikan
 Diharapkan peserta berperan aktif dalam diskusi.

54
LAMPIRAN MATERI

PERAWATAN LUKA

1. Pengertian Perawatan Luka

Perawatan luka merupakan tindakan yang dilakukan untuk merawat luka agar kondisi
luka tidak semakin memburuk.

2. Tujuan Perawatan Luka

Tujuan perawatan luka adalah :

 Meningkatkan, memperbaiki dan mempercepat proses penyembuhan luka

 Menghindari terjadinya infeksi

 Membuang jaringan mati/ nekrosis

3. Langkah-langkah Perawatan Luka

a. Hentikan Pendarahan

Memberikan tekanan langsung kepada pada luka akan menghentikan sebagian


besar proses perdarahan pada luka. Tekan luka menggunakan kain bersih atau
gulungan kasa. Biasanya tidak dibutuhkan tekanan yang sangat kuat, cukup dengan
mendorong pembuluh darah yang robek dengan kasa atau kain bersih. Jika Anda tidak
memiliki pakaian atau kain kasa, Anda dapat memberikan tekanan langsung dengan
tangan Anda (pastikan tangan Anda sebersih mungkin; bila memungkinkan gunakan
sarung tangan). Sebagian besar perdarahan akan berhenti dengan metode tekanan ini
selama limahingga 10 menit. Namun terkadang dapat memakan waktu selama 30
menit. Tekanan langsung dapat menghentikan proses perdarahan karena membuat
darah tetap berada dalam luka dan memberikan bahan baku untuk proses pembekuan
darah secara alami untuk terjadi. Tekanan langsung juga memberikan kesempatan bagi
Anda untuk memikirkan langkah perawatan berikutnya.
b. Nilai Kerusakan Luka 55
 Luka yang Berpotensi Mengancam Jiwa

Saat Anda melakukan pertolongan pertama pada luka yang cukup serius,
terkadang tidak banyak yang dapat Anda lakukan di lapangan. Pilihan yang

56
terbaik adalah untuk mendapatkan perawatan di fasilitas kesehatan, bahkan jika
Anda berada di lokasi terpencil dan mungkin sangat sulit. Jika luka yang Anda
tangani memiliki salah satu dari situasi berikut maka Anda perlu mencari
perawatan medis segera:
 Perdarahan tidak berhenti dengan tekanan langsung atau produk kontrol
perdarahan atau Anda memerlukan tindakan pembebatan (tourniquet).
 Bila jari tangan dan kaki menjadi dingin atau berubah warna (menjadi biru hingga
kehitaman) (tanda-tanda pembuluh darah tidak dapat menyuplai darah, jaringan
yang tidak disuplai darah akan mati dan menjadi busuk)
 Luka tusuk pada rongga dada atau rongga perut (luka ini berpotensi
menimbulkan luka dalam yang tidak terlihat dan sangat mungkin berkembang
menjadi kondisi infeksi
 Luka di leher yang melibatkan jalan napas

 Luka yang berpotensi menimbulkan kerusakan permanen


Jenis Luka ini mungkin tidak segera mengancam jiwa namun memiliki
komplikasi umum dan serius. Komplikasi ini dapat menyebabkan kerusakan
jangka panjang atau permanen tanpa perawatan yang tepat. Jenis luka berikut
membutuhkan perawatan di fasilitas medis:
 Fraktur terbuka (bagian tulang yang patah yang menembus dari dalam hingga ke
permukaan kulit). Jika patah tulang dikaitkan dengan luka, luka itu berisiko
sangat tinggi untuk mengalami infeksi serius. Luka harus dibersihkan secara
menyeluruh dan dilakukan tindakan pembedahan dalam kondisi steril mungkin.
Cobalah untuk mendapatkan bantuan pelayanan medis dalam waktu 18 jam.
Risiko infeksi Anda meningkat semakin lama Anda menunggu.
 Luka dengan kemungkinan kerusakan saraf. Apakah area distal ke luka (sisi jauh
dari jantung) mati rasa? Jika jawabannya adalah “YA”, Luka tersebut\
 Mungkin telah memutuskan saraf. Pertolongan medis harus segera diberikan
kepada korban.

57
c. Bersihlan Luka

Terdapat 3 proses dalam tahapan pembersihan luka, yaitu:

 Bila terdapat benda asing pada luka cobalah untuk membuangnya. Gunakan pinset
bila tersedia. Bila benda asingnya besar maka sebaiknya jangan dicabut dan
segera cari bantuan medis.
 Gunakan sabun dan air untuk luka permukaan (superfisial) atau kapas untuk area
yang sulit dijangkau
 Lakukan irigasi

d. Tentukan Tindakan Pengobatan Luka

Anda memiliki sekitar 10-12 jam untuk memutuskan apakah akan menutup (menjahit)
luka atau tidak. Risiko infeksi serius seperti abses (bakteri yang terperangkap dan
nanah) akan meningkat secara dramatis jika Anda menutup luka setelah jangka waktu
tersebut.
e. Tutup Luka

Jika Anda telah melalui langkah empat di atas dan memutuskan untuk menutup atau
menjahit luka tersebut, Anda memiliki beberapa opsi antara lain:
 Lakukan jahitan (hecting),

 Staples,

 Lem atau selotip, atau

 Rambut dan tali (untuk luka di kepala)

58
]

 Satuan Acara Penyuluhan Bantuan Hidup Dasar Pada Dewasa

Pokok Bahasan : Bantuan Hidup Dasar

Sasaran : Kader Siaga Bencana Divisi Dewasa dan Dewasa RW 11 Kelurahan


Pasie Nan Tigo
Tempat : Masjid

Hari, tanggal : Mei 2022

Waktu : 30 menit

IV. Latar Belakang

Pada tahun 2005 terdapat 57,03 juta orang meninggal di seluruh dunia. Sekitar
35.000-50.000 diantaranya karena kecelakaan dan bencana alam yang diakibatkan oleh henti
napas dan henti jantung. Dalam jumlah korban, Indonesia menempati peringkat kedua dunia,
yaitu sebanyak lebih kurang 227.898 jiwa (Agustini et al 2017). Pada tahun 2019 didapatkan
data jumlah korban meninggal dan hilang akibat bencana di Indonesia sebanyak
0,18/100.000 orang, korban terluka 1,25/100.000 orang, korban menderita dan mengungsi
1.935/100.000 orang. Terdapat peningkatan jumlah korban meninggal, hilang, dan terluka
akibat dari dampak bencana yang cukup tinggi Di Indonesia dari tahun 2019-2020. Hal ini
dkarenakan adanya pandemi covid. Jumlah korban meninggal dan hilang pada di Indonesia
tahun 2020 sebanyak 8,34/100/000 orang, korban terluka 0,2/100.000, korban menderita dan
mengungsi 2.387,62/100.000 orang (BNPB, 2020).
Bencana alam di Indonesia mengakibatkan kerugian yang sangat besar, baik dari segi
materi maupun jumlah korban (meninggal, luka–luka, maupun cacat). Korban yang
meninggal dapat disebabkan oleh gagalnya oksigenasi adekuat pada organ vital. ventilasi
tidak yang tidak ade kuat dapat gangguan oksigenisasi dan gangguan sirkulasi, cedera 59
SSP
masif dapat mengakibatkan ventilasi yang tidak adekuat atau terjadinya rusaknya pusat
regulasi batang otak (Agustini et al. 2017)
Pengetahuan dan keterampilan BHD menjadi penting karena didalamnya diajarkan
tentang bagaimana teknik dasar penyelamatan korban dari berbagai kecelakaan atau

60
musibah sehari-hari yang biasa dijumpai. Dengan kesiapsiagaan yang tepat berupa
pelatihan kader dalam pemberian bantuan hidup dasar diharapkan upaya penanggulangan
dapat lebih cepat dan tepat sehingga dapat meminimalisir jumlah korban dan kerusakan.
Sebab, di tangan mereka terletak keberhasilan pengembangan dan pembinaan peran serta
masyarakat sangat penting yang bertujuan agar terciptanya derajat kesehatan masyarakat
yang optimal.
Bantuan hidup dasar adalah tindakan darurat untuk membebaskan jalan napas,
membantu pernapasan dan mempertahankan sirkulasi darah tanpa menggunakan alat
bantu (Alkatiri, 2007). Tujuan bantuan hidup dasar ialah untuk oksigenasi darurat secara
efektif pada organ vital seperti otak dan jantung melalui ventilasi buatan dan sirkulasi
buatan sampai paru dan jantung dapat menyediakan oksigen dengan kekuatan sendiri
secara normal (Latief, 2009).

V. Tujuan Penyuluhan

2. Tujuan Intruksional Umum

Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit, keluarga dan klien mampu


memahami tentang bantuan hidup dasar khususnya pada orang dewasa.

3. Tujuan Intruksional Khusus

Setelah diberikan penjelasan selama 30 menit diharapkan sasaran dapat :

 Menyebutkan pengertian bantuan hidup dasar

 Menjelaskan tujuan dari BHD

 Menjelaskan hal-hal yang harus diperhatikan sebelum melakukan


tindakan BHD
 Menjelaskan langkah-langkah untuk melakukan BHD pada orang dewasa.

VI. Kegiatan Penyuluhan

2. Metode

c. Ceramah 61
d. Tanya Jawab

3. Materi

62
e. Pengertian BHD

f. Tujuan dari BHD

g. Hal-hal yang harus diperhatikan sebelum melakukan tindakan BHD

h. Langkah-langkah melakukan BHD

4. Media

c. Modul

d. Leaflet

V. Langkah Kegiatan

No. Kegiatan Penyuluh Kegiatan Sasaran Waktu


1. d. Penyuluh
mempersiapkan
rencana pembelajaran
e. Penyuluh
mempersiapkan media
pembelajaran sesuai
dengan tujuan
5 Menit
pembelajaran
f. Penyuluh
mempersiapkan dan
mencek lingkungan
yang akan
mempengaruhi proses
pembelajaran
e. Mengucapkan salam e. Menjawab salam

63
f. Memperkenalkan f. Menanggapi dan
diri memberi respon
g. Menjelaskan tujuan g. Menyimak
pembelajaran dan penjelasan yang
5 menit
kontrak waktu diberikan

64
h. Appersepsi h. Mengungkapkan
pengetahuan
yang dimiliki
d. Menjelaskan materi d. Mendengarkan
pembelajaran dan menyimak
materi yang
diberikan

e. Memberikan e. Mengajukan

kesempatan kepada beberapa


15
sasaran untuk pertanyaan dari

bertanya materi yang menit


diberikan
f. Menjawab
f. Menyimak
pertanyaan yang
jawaban yang
diberikan
diberikan
d. Bertanya sebagai d. Menjawab
bahan evaluasi dengan benar
e. Menyimpulkan e. Mendengarkan
materi yang telah dan menyimak 5 menit

disampaikan
f. Mengucapkan salam f. Menjawab salam

VII. Evaluasi

b. Pertanyaan yang diberikan kepada peserta penyuluhan dari materi BHD yang
telah diberikan.

VIII. Sumber Rujukan

c. Sartono, Masudik & Suhaeni. (2014). Basic Trauma Cardiac Life Support.

Bekasi:Gadar Medik Indonesia

65 I.
d. Soemitro. M.P.,Andiani & Saputra. (2016). Penanganan Gawat Darurat Basic
66
Bandung:RSUP Dr.Hasan Sadikin Bandung

IX. Lampiran

c. Uraian Materi

d. Pertanyaan dan Kunci Jawaban

XV. Setting Tempat

Keterangan :

Moderator Observer

Presentator Dokumentasi

Fasilitator

 Pengorganisasian

 Leader : Weriska Oktrivani, S.Kep

 Moderator : Mutiara Yerivanda , S.Kep

 Presentator : Makhda Nurfatmala Lubis, S.Kep

 Fasilitator : Febi Sagitaria, S.Kep, Fara Annisa, S.Kep, Elnovita


67
Rahmawati, S.Kep, Tika Nelsya Putri, S. Kep, Echia Srikandi Permai, S.Kep, Yolanda
Zulfendri, Desrila Indrasari, S.Kep
 Observer : Widya Aprilian, S.Kep

 Dokumentasi : Nafhania Nur Efniyati, S.Kep

 Perlengkapan : Nofantri Wulantika, S.Kep, Nafhania NurEfniyati, S.Kep

68
 Rincian Tugas

1. Leader

 Menjelaskan tujuan kegiatan

 Mengarahkan proses kegiatan pada anggota kelompok

 Menjelaksan aturan pada anggota

 Mengevaluasi perasaan setelah pelaksanaan

2. Moderator

 Membuka dan menutup acara

 Memperkenalkan diri

 Menetapkan tata tertib acara penyuluhan

 Kontrak waktu yang akan digunakan selama penyuluhan

 Menjaga kelancaran acara

 Memimpin diskusi

 Bersama fasilitator menjalin kerja sama dalam penyuluhan

3. Presentator

Menyampaikan pelaksanaan kegiatan penyuluhan yang akan dilakukan

4. Fasilitator

 Bersama leader menjalin kerja sama dalam pelaksanaan kegiatan penyuluhan

 Memotivasi peserta kegiatan dalam penyuluhan

 Menjadi contoh dalam kegiatan

 Mempertahankan kehadiran peserta

 Mencegah gangguan/hambatan terhadap peserta baik luar maupun dalam

5. Observer

 Mencatat dan mengamati respon peserta secara verbal dan non verbal jalannya69
kegiatan
 Mencatat seluruh proses yang dikaji dan semua perubahan prilaku

 Mencatat dan mengamati peserta aktif dari kegiatan diskusi

 Mengevaluasi kegiatan yang dilaksanakan

6. Dokumentasi

 Mendokumentasikan seluruh kegiatan diskusi

70
 Menjalankan absen diskusi

7. Perlengkapan

Menyiapkan semua perlatan yang digunakan selama kegiatan diskusi

 Evaluasi Proses

1. Evaluasi struktur

 Penyelenggaraan dilakukan di Masjid

 Alat dan media sesuai dengan keperluan penyuluhan

 Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelumnya

 Peserta yang hadir merupakan Kader Siaga Bencana Divisi Dewasa dan dewasa
RW 11 Kelurahan Pasie Nan Tigo
f. Evaluasi proses

 Peserta antusias dalam menyampaikan saran untuk kegiatan yang akan dilakukan

 Peserta mengikuti acara dari awal sampai akhir

 Tidak ada peserta yang izin selama acara berlangsung

g. Evaluasi hasil

 Diharapkan peserta mampu memahami materi terkait triage meliputi pengertian,


tujuan, dan langkah-langkah pelaksanaan Pembidaian yang telah disampaikan
 Diharapkan peserta berperan aktif dalam diskusi.

71
LAMPIRAN MATERI

BANTUAN HIDUP DASAR

3. Pengertian Bantuan Hidup Dasar

Resusitasi merupakan usaha untuk mengembalikan fungsi sistem pernapasan,


peredaran darah dan saraf yang terganggu ke fungsi yang optimal sehingga muncul istilah
resusitasi jantung paru (RJP). Resusitasi jantung paru dibagi dalam 3 tahap, yaitu (1)
bantuan hidup dasar (BHD); (2) bantuan hidup lanjut; (3) bantuan hidup jangka panjang.
Bantuan hidup dasar adalah usaha untuk memperbaiki dan / atau memelihara jalan napas,
pernapasan dan sirkulasi serta kondisi darurat yang terkait. Bantuan hidup dasar terdiri dari
penilaian awal, penguasaan jalan napas, ventilasi pernapasan dan kompresi dada.

4. Langkah Bantuan Hidup Dasar

Langkah Bantuan Hidup Dasar untuk Masyarakat Awam Menurut American Heart
Association (AHA) 2015:

e. Pastikan korban, orang disekitar, dan Anda aman.

 Cek respon korban:

 Jika tidak ada respon

 Tidak bernapas

f. Napas tidak normal (megap-megap)

Penolong juga perlu memeriksa pernafasaan korban, jika korban tidak sadarkan diri
dan bernafas secara abnormal (terengah-engah) penolong harus mngasumsikan korban
mengalami henti jantung. Penolong harus memastikan korban tidak merespon dengan cara
memanggil korban dengan jelas, lalu menepuk-nepuk korban atau menggoyang-goyangkan
bahu korban. 72
g. Korban tidak merespon maka minta seseorang untuk memanggil ambulan (misal: 118).
Jika Anda sendirian, gunakantelepongenggam anda untuk memanggil

73
ambulan.Penolong harus segera mengaktifkan SPGDT (Sistem Penanggulangan Gawat
Darurat Terpadu) dengan menelpon Ambulans Gawat Darurat rumah sakit terdekat.
Penolong harus siap dengan jawaban mengenai lokasi kejadian, kejadian yang sedang
terjadi, jumlah korban dan bantuan yang dibutuhkan. Rangkaian tindakan tersebut dapat
dilakukan secara bersamaan apabila pada lokasi kejadian terdapat lebih dari satu penolong,
misalnya penolong pertama memeriksa respon korban kemudian melanjutkan tindakan
BLS sedangkan penolong kedua mengaktifkan SPGDT dengan menelpon ambulans
terdekat dan mengambil alat kejut jantung otomatis (AED).Pemeriksaan CAB (Look,
Listen and Feel) dan nadi karotis. Penolong mendekat ke salah satu sisi wajah klien sambil
mengobservasi atau melihat pergerakan dinding dada lalu mendengarkan suara nafas dari
hidung klien dan merasakan hembusan nafas yang keluar dari mulut klien.

h. Jika Anda belum terlatih atau tidak mampu memberikanbantuan ventilasi, hanya
berikan kompresi dada minimal 100kali per menit (30 kali kompresi).

Penolong tidak terlatih harus memberikan CPR hanya kompresi (Hand-Only) dengan
atau tanpa panduan operator untuk korban serangan jantung dewasa. Penolong harus
melanjutkan CPR hanya kompresi hingga AED atau penolong dengan pelatihan tambahan
tiba. Semua penolong tidak terlatih, pada tingkat minimum, harus memberikan kopresi
dada untuk korban serangan jantung. Selain itu, jika penolong terlatih mampu melakukan
nafas buatan, ia harus menambahkan nafas butan dalam rasio 30 kompresi dibanding 2
nafas buatan. Pada orang dewasa yang menjadi korban serangan jantung, penolong perlu
melakukan kompresi dada pada kecepatan minimum 100 hingga 120/min. Sewaktu
melakukan CPR secara manual, penolong harus melakukan kompresi dada hingga
kedalaman minimum 2 inci (5cm) untuk dewasa rata-rata, dengan tetap menghindari
kedalaman kompresi dada yang berlebihan (lebih dari ,4 inci (6 cm). Penolong harus
melanjutkan CPR hingga AED tiba dan siap digunakan, penyedia EMS mengambil alih
perawatan korban, atau korban mulai bergerak.

e. Lanjutkan pemberian RJP sampai:

a. Penolong terlatih tiba dan mengambil alih.

b. Korban mulai menunjukkan kesadaran kembali, misalnyabatuk, membuka mata,


berbicara, atau bergerak dan mulaibernapas normal, atau 74
c. Anda sudah lelah.

f. Posisi Pemulihan (Recovery Position)

Menurut NHS (2014) ada beberapa variasi dalam posisi pemulihan, masing-masing
memiliki tujuan. Tidak ada satu posisi tunggal yang sempurna untuk semua korban. Posisi
harus stabil, setengah lateral dengan kepala dependen dan tidak ada tekanan yang
menghalangi pada dada. Untuk menempatkan seseorang dalam posisi pemulihan:

 Berlutut di lantai di salah satu sisi korban

 Tempatkan lengan terdekat dari Anda ke kanan tubuh korbandiluruskan ke arah


kepala

 Selipkan tangan korban yang lain di bawah sisi kepala mereka,sehingga


punggung tangan mereka menyentuh pipi mereka

 Menekuk lutut terjauh dari Anda ke sudut kanan

 Memiringkan korban ke arah penolong dengan hati-hatidengan menarik lutut


yang ditekuk

 Lengan atas harus mendukung kepala dan lengan bawah akanmenahan agar
korban tidak bergulir terlalu jauh

 Membuka jalan napas korban dengan memiringkan kepala danmembuka dagu


dengan perlahan

 Periksa bahwa tidak ada yang menghalangi jalan napas korban

 Tetap bersama korban sembari memonitor pernapasan dandenyut nadi terus


menerus sampai bantuan tiba

 Jika memungkinkan ubah ke posisi miring yang lain setelah 30 menit

75
 Satuan Acara Penyuluhan Perawatan Luka Dasar Pada Dewasa

Pokok Bahasan : Perawatan Luka Dasar


Hari/Tanggal : Mei 2022
Waktu : 30 Menit

Sasaran : Kader Siaga Bencana Divisi Remaja Remaja RW 11 Kelurahan Pasie


Nan Tigo
Tempat : Masjid

 Latar Belakang

Menurut Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia tahun 2017, secara Geografis,
Indonesia terletak di antara tiga lempeng tektonik, yaitu Lempeng Pasifik, Lempeng
Hindia-Australia dan Lempeng Eurasia (Pusat Studi Gempa Nasional, 2017). Kondisi ini
menyebabkan Indonesia rentan terhadap bencana gempa bumi, tsunami, letusan gunung api
dan jenis bencana geologi lainnya. Sedangkan bencana hidrometeorologi berupa kejadian
bencana banjir, gelombang ekstrim, kebakaran lahan dan hutan, kekeringan, dan cuaca
esktrim.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan, telah terjadi
954 bencana alam di Indonesia pada awal 2022. Banjir, merupakan bencana alam
terbanyak dengan jumlah 379 kejadian hingga 16 Maret 2022. Kemudian disusul yang
berasal dari cuaca ekstrem sebanyak 335 kejadian. Lalu, sebanyak 183 telah terjadi tanah
longsor dan 44 kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Gelombang pasang dan abrasi
tercatat sebanyak 8 kejadian. Terakhir, telah terjadi 5 gempa bumi. Bencana alam tersebut
memakan banyak korban. Sebanyak 1.399.960 orang menderita dan mengungsi.Sebanyak
586 luka-luka dan 76 orang meninggal dunia. Selain itu, masih ada 3 orang yang hilang
akibat bencana alam yang terjadi. (BNPB, 2022).
76
Menurut data yang dihimpun dalam Data Informasi Bencana Indonesi a (DIBI)-BNPB,
terlihat bahwa dari lebih dari 1.800 kejadian bencana pada periode tahun 2005 hingga 2015

77
lebih dari 78% (11.648) kejadian bencana merupakan bencana hidrometeorologi dan
sekitar 22% (3.810) merupakan bencana geologi. Kejadian bencana kelompok
hidrometeorologi berupa kejadian bencana banjir, gelombang ekstrim, kebakaran lahan dan
hutan, kekeringan, dan cuaca esktrim. Sedangkan untuk kelompok bencana geologi yang
sering terjadi adalah gempa bumi, tsunami, letusan gunung api, dan tanah longsor.
Kecenderungan jumlah kejadian bencana secara total untuk kedua jenis kelompok yang
relatif terus meningkat. Jumlah kejadian bencana yang disebabkan oleh faktor geologis
tidak terlalu signifikan dibandingkan jumlah kejadian bencana yang disebabkan oleh faktor
hidrometeorologis. Meskipun demikian, bencana geologis, khususnya gempa bumi dan
tsunami pada kenyataannya banyak menimbulkan dampak yang cukup besar dari sisi
korban.
Banyak kejadian bencana yang mengakibatkan banyak korban akibat kecelakaan yang
terjadi sehingga diperlukan suatu tata cara pemberian pertolongan yang cepat dan tepat
agar korban dapat ditangani dengan baik yakni dengan melakukan P3K (pertolongan
pertama pada kecelakaan).

 Tujuan

c. Tujuan Umum

Setelah diberikan penyuluhan selama 15 menit, masayarakat mampu memahami dan


mengerti tentang perawatan luka khususnya pada orang dewasa.

d. Tujuan Khusus

Setelah diberikan penjelasan selama 15 menit diharapkan sasaran dapat:

 Menyebutkan pengertian Perawatan Luka

 Menjelaskan tujuan dari Perawatan Luka

 Menjelaskan langkah-langkah dari Perawatan Luka

 Pelaksanaan Kegiatan

f. Topik
PERAWATAN LUKA
78
g. Sasaran/Target
Kader Siaga Bencana Divisi Dewasa dan dewasa RW 11 Kelurahan Pasie Nan
Tigo
h. Metode
Ceramah
i. Media

 Modul

 Leaflet
j. Waktu dan Tempat

 Hari/Tanggal : Mei, 2022

 Waktu :

 Tempat : Masjid

 Perencanaan Kegiatan

No Waktu Kegiatan Peserta


1. 3 menit Pembukaan :

5. Membuka kegiatan dengan 5. Menjawab salam

mengucapkan salam pada


peserta
6. Memperkenalkan diri 6. Mendengarkan

7. Menjelaskan tujuan dari 7. Memperhatikan


penyuluhan
8. Kontrak waktu dengan peserta 8. Menyetujui
2. 10 menit Pelaksanaan :

6. Menyebutkan pengertian dari 6. Memperhatikan

Perawatan Luka
7. Menjelaskan tujuan dari 7. Memperhatikan
Perawatan Luka
8. Menjelaskan langkah- langkah 8. Memperhatikan
79
dari Perawatan Luka
9. Melakukan sesi tanya jawab 9. Bertanya
terkait Perawatan Luka
10. Menjawab pertanyaan dari 10. Mendengarkan

80
peserta
3. 2 menit Terminasi
4. Memperhatikan
4. Memberikan motivasi dan
pujian kepada peserta yang
sudah berpartisipasi dalam
kegiatan penyuluhan
5. Mengucapkan terima kasih
kepada peserta
6. Mengucapkan salam 5. Mendengarkan

6. Menjawab salam

 Setting Tempat

Keterangan :

Moderator Observer

Presentator Dokumentasi

Fasilitator

81
 Pengorganisasian

Leader : Desrila Indrasari, S.Kep

Moderator : Widya Aprilian , S.Kep

Presentator : Yolanda Zulfendri, S.Kep

Fasilitator : Mutiara Yerivanda, S.Kep, Febi Sagitaria, S.Kep,


Nafhania NurEfniyati, S.Kep, Elnovita Rahmawati, S.Kep, Tika Nelsya Putri, S. Kep,
Nofantri Wulantika S, Kep, Weriska Oktrivani S.Kep.

82
Observer : Fara Annisa, S.Kep

Dokumentasi : Nafhania Nur Efniyati, S.Kep

Perlengkapan : Rahmi Ferdila Rafli, S.Kep, Echia Srikandi Permai,

S.Kep

 Rincian Tugas

1. Leader

 Menjelaskan tujuan kegiatan

 Mengarahkan proses kegiatan pada anggota kelompok

 Menjelaksan aturan pada anggota

 Mengevaluasi perasaan setelah pelaksanaan

2. Co-leader

Membantu leader dalam mengorganisasi anggota

3. Moderator

 Membuka dan menutup acara

 Memperkenalkan diri

 Menetapkan tata tertib acara penyuluhan

 Kontrak waktu yang akan digunakan selama penyuluhan

 Menjaga kelancaran acara

 Memimpin diskusi

 Bersama fasilitator menjalin kerja sama dalam penyuluhan

4. Presentator

Menyampaikan pelaksanaan kegiatan penyuluhan yang akan dilakukan


83
5. Fasilitator

 Bersama leader menjalin kerja sama dalam pelaksanaan kegiatan penyuluhan

 Memotivasi peserta kegiatan dalam penyuluhan

 Menjadi contoh dalam kegiatan

 Mempertahankan kehadiran peserta

 Mencegah gangguan/hambatan terhadap peserta baik luar maupun dalam

6. Observer

84
 Mencatat dan mengamati respon peserta secara verbal dan non verbal jalannya
kegiatan
 Mencatat seluruh proses yang dikaji dan semua perubahan prilaku

 Mencatat dan mengamati peserta aktif dari kegiatan diskusi

 Mengevaluasi kegiatan yang dilaksanakan

7. Dokumentasi

 Mendokumentasikan seluruh kegiatan diskusi

 Menjalankan absen diskusi

8. Perlengkapan

Menyiapkan semua perlatan yang digunakan selama kegiatan diskusi

v. Evaluasi Proses

a. Evaluasi struktur

 Penyelenggaraan dilakukan di Masjid

 Alat dan media sesuai dengan keperluan penyuluhan

 Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelumnya

 Peserta yang hadir merupakan Kader Siaga Bencana Divisi Dewasa dan dewasa
RW 11 Kelurahan Pasie Nan Tigo
h. Evaluasi proses

 Peserta antusias dalam menyampaikan saran untuk kegiatan yang akan dilakukan

 Peserta mengikuti acara dari awal sampai akhir

 Tidak ada peserta yang izin selama acara berlangsung

i. Evaluasi hasil

 Diharapkan peserta mampu memahami materi terkait triage meliputi pengertian,


tujuan, dan langkah-langkah pelaksanaan Pembidaian yang telah disampaikan85
 Diharapkan peserta berperan aktif dalam diskusi

86
LAMPIRAN MATERI

PERAWATAN LUKA

4. Pengertian Perawatan Luka

Perawatan luka merupakan tindakan yang dilakukan untuk merawat luka agar kondisi
luka tidak semakin memburuk.

5. Tujuan Perawatan Luka

Tujuan perawatan luka adalah :

 Meningkatkan, memperbaiki dan mempercepat proses penyembuhan luka

 Menghindari terjadinya infeksi

 Membuang jaringan mati/ nekrosis

6. Langkah-langkah Perawatan Luka

a. Hentikan Pendarahan

Memberikan tekanan langsung kepada pada luka akan menghentikan sebagian


besar proses perdarahan pada luka. Tekan luka menggunakan kain bersih atau
gulungan kasa. Biasanya tidak dibutuhkan tekanan yang sangat kuat, cukup dengan
mendorong pembuluh darah yang robek dengan kasa atau kain bersih. Jika Anda tidak
memiliki pakaian atau kain kasa, Anda dapat memberikan tekanan langsung dengan
tangan Anda (pastikan tangan Anda sebersih mungkin; bila memungkinkan gunakan
sarung tangan). Sebagian besar perdarahan akan berhenti dengan metode tekanan ini
selama limahingga 10 menit. Namun terkadang dapat memakan waktu selama 30
menit. Tekanan langsung dapat menghentikan proses perdarahan karena membuat
darah tetap berada dalam luka dan memberikan bahan baku untuk proses pembekuan
87
darah secara alami untuk terjadi. Tekanan langsung juga memberikan kesempatan bagi
Anda untuk memikirkan langkah perawatan berikutnya.
b. Nilai Kerusakan Luka

88
 Luka yang Berpotensi Mengancam Jiwa

Saat Anda melakukan pertolongan pertama pada luka yang cukup serius,
terkadang tidak banyak yang dapat Anda lakukan di lapangan. Pilihan yang
terbaik adalah untuk mendapatkan perawatan di fasilitas kesehatan, bahkan jika
Anda berada di lokasi terpencil dan mungkin sangat sulit. Jika luka yang Anda
tangani memiliki salah satu dari situasi berikut maka Anda perlu mencari
perawatan medis segera:
 Perdarahan tidak berhenti dengan tekanan langsung atau produk kontrol
perdarahan atau Anda memerlukan tindakan pembebatan (tourniquet).
 Bila jari tangan dan kaki menjadi dingin atau berubah warna (menjadi biru hingga
kehitaman) (tanda-tanda pembuluh darah tidak dapat menyuplai darah, jaringan
yang tidak disuplai darah akan mati dan menjadi busuk)
 Luka tusuk pada rongga dada atau rongga perut (luka ini berpotensi
menimbulkan luka dalam yang tidak terlihat dan sangat mungkin berkembang
menjadi kondisi infeksi
 Luka di leher yang melibatkan jalan napas

 Luka yang berpotensi menimbulkan kerusakan permanen


Jenis Luka ini mungkin tidak segera mengancam jiwa namun memiliki
komplikasi umum dan serius. Komplikasi ini dapat menyebabkan kerusakan
jangka panjang atau permanen tanpa perawatan yang tepat. Jenis luka berikut
membutuhkan perawatan di fasilitas medis:
 Fraktur terbuka (bagian tulang yang patah yang menembus dari dalam hingga ke
permukaan kulit). Jika patah tulang dikaitkan dengan luka, luka itu berisiko
sangat tinggi untuk mengalami infeksi serius. Luka harus dibersihkan secara
menyeluruh dan dilakukan tindakan pembedahan dalam kondisi steril mungkin.
Cobalah untuk mendapatkan bantuan pelayanan medis dalam waktu 18 jam.
Risiko infeksi Anda meningkat semakin lama Anda menunggu.
 Luka dengan kemungkinan kerusakan saraf. Apakah area distal ke luka (sisi jauh
dari jantung) mati rasa? Jika jawabannya adalah “YA”, Luka tersebut\
 Mungkin telah memutuskan saraf. Pertolongan medis harus segera diberikan
kepada korban
89
c. Bersihlan Luka

Terdapat 3 proses dalam tahapan pembersihan luka, yaitu:

 Bila terdapat benda asing pada luka cobalah untuk


membuangnya. Gunakan pinset bila tersedia. Bila benda
asingnya besar maka sebaiknya jangan dicabut dan segera
cari bantuan medis.
 Gunakan sabun dan air untuk luka permukaan (superfisial)
atau kapas untuk area yang sulit dijangkau
 Lakukan irigasi

d. Tentukan Tindakan Pengobatan Luka

Anda memiliki sekitar 10-12 jam untuk memutuskan apakah akan


menutup (menjahit) luka atau tidak. Risiko infeksi serius seperti
abses (bakteri yang terperangkap dan nanah) akan meningkat
secara dramatis jika Anda menutup luka setelah jangka waktu
tersebut.
e. Tutup Luka

Jika Anda telah melalui langkah empat di atas dan memutuskan


untuk menutup atau menjahit luka tersebut, Anda memiliki
beberapa opsi antara lain:
 Lakukan jahitan (hecting),

 Staples,

 Lem atau selotip, atau

 Rambut dan tali (untuk luka di kepala)

90
 Satuan Acara Penyuluhan Triage

Pokok Bahasan : TRIAGE


Hari/Tanggal : Selasa, 01 Juni 2021
Waktu : 15 Menit (17.00- 17.15) WIB
Sasaran : Kader Siaga Bencana Devisi Dewasa RW 11 Kelurahan
Pasie Nan Tigo
Tempat : Mushalla Darussalam

I. Latar Belakang
Menurut Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia tahun 2017, secara
Geografis, Indonesia terletak di antara tiga lempeng tektonik, yaitu
Lempeng Pasifik, Lempeng Hindia-Australia dan Lempeng Eurasia (Pusat
Studi Gempa Nasional, 2017). Kondisi ini menyebabkan Indonesia rentan
terhadap bencana gempa bumi, tsunami, letusan gunung api dan jenis
bencana geologi lainnya. Sedangkan bencana hidrometeorologi berupa
kejadian bencana banjir, gelombang ekstrim, kebakaran lahan dan hutan,
kekeringan, dan cuaca esktrim.
Menurut data yang dihimpun dalam Data Informasi Bencana Indonesi a
(DIBI)-BNPB, terlihat bahwa dari lebih dari 1.800 kejadian bencana pada
periode tahun 2005 hingga 2015 lebih dari 78% (11.648) kejadian bencana
merupakan bencana hidrometeorologi dan sekitar 22% (3.810) merupakan
bencana geologi. Kejadian bencana kelompok hidrometeorologi berupa
kejadian bencana banjir, gelombang ekstrim, kebakaran lahan dan hutan,
kekeringan, dan cuaca esktrim. Sedangkan untuk kelompok bencana geologi
91
yang sering terjadi adalah gempa bumi, tsunami, letusan gunung api, dan
tanah longsor. Kecenderungan jumlah kejadian bencana secara total untuk
kedua jenis kelompok yang relatif terus meningkat. Jumlah kejadian
bencana yang disebabkan oleh faktor geologis tidak terlalu signifikan
dibandingkan jumlah kejadian bencana yang disebabkan oleh faktor
hidrometeorologis. Meskipun demikian, bencana geologis, khususnya
gempa bumi dan tsunami pada kenyataannya banyak menimbulkan dampak
yang cukup besar dari sisi korban.

Gambar 1.1 menunjukan bahwa tiap tahunnya jumlah kejadian bencana


terus meningkat.

Gambar 1.1 Grafik Jumlah Kejadian Bencana 2005 – 2015 (BNPB, 2016)

Banyak kejadian bencana yang mengakibatkan banyak korban akibat


kecelakaan yang terjadi sehingga diperlukan suatu tata cara pemberian
pertolongan yang cepat dan tepat agar korban dapat ditangani dengan baik
yakni dengan melakukan P3K (pertolongan pertama pada kecelakaan).

II. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan selama 15 menit, masayarakat mampu
memahami dan mengerti tentang triage khususnya pada orang dewasa.
2. Tujuan Khusus 92
Setelah diberikan penjelasan selama 15 menit diharapkan sasaran dapat:
a. Menyebutkan pengertian Triage
b. Menjelaskan tujuan dari Triage
c. Menjelaskan prinsip dari Triage
d. Menjelaskan klasifikasi dari Triage
 Menjelaskan katagori sistem triage
 Menyebutkan kode warna International dalam triage
 Menjelaskan Metode Triage Pada Bencana
 Menjelaskan Pelaksanaan Triage Metode S.T.A.R.T

III.Pelaksanaan Kegiatan
1. Topik
TRIAGE
2. Sasaran/Target
Kader Siaga Bencana Devisi Dewasa RW 11 Kelurahan Pasie Nan Tigo
3. Metode
Ceramah
4. Media
 Modul
 Leaflet

Waktu dan Tempat

 Hari/Tanggal : Selasa, 01 Juni 2021


 Waktu : 17.00-17.15 WIB
 Tempat : Mushalla Darussalam

93
I. Perencanaan Kegiatan

No Waktu Kegiatan Peserta


1. 5 menit Pembukaan :
1. Membuka kegiatan 1. Menjawab salam
dengan mengucapkan
salam pada peserta
2. Memperkenalkan diri 2. Mendengarkan
3. Menjelaskan tujuan dari 3. Memperhatikan
penyuluhan
4. Kontrak waktu dengan 4. Menyetujui
peserta
2. 20 menit Pelaksanaan :
1. Menyebutkan pengertian 1. Memperhatikan
dari triage
2. Menjelaskan tujuan dari 2. Memperhatikan
triage
3. Menjelaskan prinsip dari 3. Memperhatikan
Triage
4. Menjelaskan klasifikasi 4. Memperhatikan
dari Triage
5. Menjelaskan katagori 5. Memperhatikan
sistem triage
6. Menyebutkan kode 6. Memperhatikan
warna International
dalam triage 7. Memperhatikan
94
7. Menjelaskan Metode
Triage Pada Bencana 8. Memperhatikan
8. Menjelaskan
Pelaksanaan Triage 9. Bertanya
Metode S.T.A.R.
9. Melakukan sesi tanya 10. Mendengarkan
jawab terkait triage
10. Menjawab pertanyaan
dari peserta

3. 15 menit Terminasi
1. Memberikan motivasi 1. Memperhatikan
dan pujian kepada
peserta yang sudah 2. Mendengarkan
berpartisipasi dalam
kegiatan penyuluhan 3. Menjawab salam
2. Mengucapkan terima
kasih kepada peserta
3. Mengucapkan salam

II. Setting Tempat

Keterangan :
Moderator Observer
Presentator Dokumentasi
Operator Fasilitator 95
III. Pengorganisasian
 Leader : Mutiara Yerivanda
 Co Leader : Yolanda Zulpendri
 Moderator : Tika Nelsya Putri
 Presentator : Echia Srikandi Permai
 Fasilitator :
9. Nofantri Wulantika
10. Makhda Nurfatmala Lubis
11. Weriska Oktrivani
 Observer : Widya Aprilian.
 Dokumentasi : Rahmi Ferdilla Rafli
 Konsumsi : Fara Annisa dan Elnovita Rahmawati
 Perlengkapan : Nafhania Nur Efniyati
 Operator : Febi Sagitaria

IV. Rincian Tugas


1. Leader
 Menjelaskan tujuan kegiatan
 Mengarahkan proses kegiatan pada anggota kelompok
 Menjelaksan aturan pada anggota
 Mengevaluasi perasaan setelah pelaksanaan
2. Co-leader
Membantu leader dalam mengorganisasi anggota
3. Moderator
 Membuka dan menutup acara
 Memperkenalkan diri
 Menetapkan tata tertib acara penyuluhan
 Kontrak waktu yang akan digunakan selama penyuluhan
96
 Menjaga kelancaran acara
 Memimpin diskusi
 Bersama fasilitator menjalin kerja sama dalam penyuluhan
4. Presentator
Menyampaikan pelaksanaan kegiatan penyuluhan yang akan dilakukan
5. Fasilitator
 Bersama leader menjalin kerja sama dalam pelaksanaan kegiatan
penyuluhan
 Memotivasi peserta kegiatan dalam penyuluhan
 Menjadi contoh dalam kegiatan
 Mempertahankan kehadiran peserta
 Mencegah gangguan/hambatan terhadap peserta baik luar maupun
dalam
6. Observer
 Mencatat dan mengamati respon peserta secara verbal dan non
verbal jalannya kegiatan
 Mencatat seluruh proses yang dikaji dan semua perubahan prilaku
 Mencatat dan mengamati peserta aktif dari kegiatan diskusi
 Mengevaluasi kegiatan yang dilaksanakan
7. Dokumentasi
 Mendokumentasikan seluruh kegiatan diskusi
 Menjalankan absen diskusi
8. Konsumsi
Mempersiapkan konsumsi untuk peserta diskusi
9. Perlengkapan
Menyiapkan semua perlatan yang digunakan selama kegiatan diskusi
10. Operator
Mengoperasikan media diskusi
V. Evaluasi Proses
a. Evaluasi struktur
 Penyelenggaraan dilakukan di Mushalla Darussalam 97
 Alat dan media sesuai dengan keperluan penyuluhan
 Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan
sebelumnya
 Peserta yang hadir merupakan Kader Siaga Bencana Devisi
Dewasa RW 11 Kelurahan Pasie Nan Tigo
b. Evaluasi proses
 Peserta antusias dalam menyampaikan saran untuk kegiatan yang
akan dilakukan
 Peserta mengikuti acara dari awal sampai akhir
 Tidak ada peserta yang izin selama acara berlangsung
c. Evaluasi hasil
 Diharapkan peserta mampu memahami materi terkait triage
meliputi pengertian, tujuan, prinsip, klasifikasi, katagori sistem
triage, kode warna International dalam triage, metode triage pada
bencana dan pelaksanaan Triage Metode S.T.A.R yang telah
disampaikan
 Diharapkan peserta berperan aktif dalam diskusi

98
LAMPIRAN MATERI
TRIAGE
1. Pengertian Triage
Triage berasal dari kata Perancis yaitu “ Trier “ yang berarti membagi
dalam 3 group. Pertama kala dikenalkan pada awal 1800-an yang ditujukan
untukmemprioritaskan pasien dan memberikan perawatan segera kepada
korban yang terluka parah. Baron Dominique Jean Larrey, seorang ahli
bedah pada pasukan Napoleon, merancang suatu metode evaluasi dan
kategorisasi yang cepat pada pasukan yang terluka dimedan pertempuran
dan kemudian mengevakuasi mereka secepatnya. Pada tahun 1950-1960
triage digunakan diruang gawat darurat karena 2 alasan yaitu: meningkatkan
kunjungan, meningkatkan penggunaan untuk non urgen.
Triage merupakan suatu sistem yang digunakan dalam mengidentifikasi
korban dengan cedera yang mengancam jiwa untuk kemudian di berikan
prioritas untuk dirawat dan di evakuasi ke fasilitas kesehatan.Triage adalah
suatu sistem seleksi pasien yang menjamin supaya tidak ada pasien yang
tidak mendapatkan perawatan medis. Proses khusus memilah pasien
berdasarkan beratnya cedera atau penyakit : menentukan jenis perawatan
gawat darurat serta transportasi.
Triage adalah proses yang berkesinambungan sepanjang pengelolaan.
Triage inisial dilakukan petugas pertama yang tiba. Nilai ulang terus
menerus karena status dapat berubah. Triage adalah pengelompokan
korban/pasien berdasarkan berat ringannya trauma atau penyakit serta
kecepatan penanganan atau pemindahan. Triage adalah suatu proses yang
mana pasien digolongkan menurut tipe dan tingkat kegawatan kondisinya.
Triase (Triage) adalah Tindakan untuk memilah/mengelompokkan korban
berdasar beratnya cidera, kemungkinan untuk hidup, dan keberhasilan
tindakan berdasar sumber daya (SDM dan sarana) yang tersedia.
2. Tujuan Triage
Tujuan triage adalah :
99
a. Bahwa dengan sumber daya yang minimal dapat menyelamatkan
korban sebanyak mungkin.
b. Untuk menetapkan tingkat atau derajat kegawatan yang memerlukan
pertolongan kedaruratan
c. Agar pasien mendapatkan prioritas pelayanan sesuai dengan tingkat
kegawatannya, dapat menangani korban/pasien dengan cepat, cermat
dan tepat sesuai dengan sumber daya yang ada.
Dengan triage tenaga kesehatan akan mampu :
a. Menginisiasi atau melakukan intervensi yang cepat dan tepat kepada
pasien
b. Menetapkan area yang paling tepat untuk dapat melaksanakan
pengobatan lanjutan
c. Memfasilitasi alur pasien melalui unit gawat darurat dalam proses
penanggulangan/pengobatan gawat darurat
3. Prinsip Triage
“Time Saving is Life Saving (respon time diusahakan sependek mungkin),
The Right Patient, to The Right Place at The Right Time serta melakukan
yang terbaik untuk jumlah terbanyak” dengan seleksi korban berdasarkan :
a. Ancaman jiwa mematikan dalam hitungan menit
b. Dapat mati dalam hitungan jam
c. Trauma ringan
d. Sudah meninggal

4. Klasifikasi Triage
Klasifikasi berdasarkan pada :
a. Pengetahuan
b. data yang tersedia
c. situasi yang berlangsung

Sistem klasifikasi menggunakan nomor, huruf atau tanda. Adapun


klasifikasinya sebagai berikut :
10
0
1) Prioritas 1 atau Emergensi
a) Pasien dengan kondisi mengancam nyawa, memerlukan evaluasi
dan intervensi segera
b) Pasien dibawa ke ruang resusitasi
c) Waktu tunggu 0 (Nol)

2) Prioritas 2 atau Urgent


a) Pasien dengan penyakit yang akut
b) Mungkin membutuhkan trolley, kursi roda atau jalan kaki
c) Waktu tunggu 30 menit
d) Area Critical care
3) Prioritas 3 atau Non Urgent
a) pasien yang biasanya dapat berjalan dengan masalah medis yang
minimal
b) luka lama
c) kondisi yang timbul sudah lama
d) area ambulatory / ruang P3
4) Prioritas 0 atau 4 Kasus kematian
a) tidak ada respon pada segala rangsangan
b) tidak ada respirasi spontan
c) tidak ada bukti aktivitas jantung
d) hilangnya respon pupil terhadap cahaya

5. 3 (tiga) Katagori Sistem Triage :


Format asli dari triage adalah :
a) Prioritas tertinggi\
b) Prioritas kedua
c) Prioritas terendah

6. 4 (empat) Kategori Sistem Triage :


10
Prioritas tertinggi
1
a) Segera, klas 1, berat, emergency
Prioritas tinggi
b) Sekunder, klas 2, sedang dan urgent
Prioritas rendah
c) Dapat ditunda, klas 3, ringan, non urgent
Meninggal
d) Mungkin meninggal, klas 4, klas 0

7. Kode Warna International Dalam Triage :


a) Warna HITAM : Priority 0 (DEAD)
b) Warna MERAH : Priority 1
c) Warna JINGGA : Priority 2
d) Warna HIJAU : Priority 3
8. Metode Triage Pada Bencana
Saat ini tidak ada standard nasional baku untuk triase. Metode triase yang
dianjurkan bisa secara METTAG (Triage tagging system) atau sistim triase
Penuntun Lapangan START (Simple Triage And Rapid Transportation).
a) Mettag (Triage tagging system)
 Tag Triase
Tag (label berwarna dengan form data pasien) yang dipakai oleh
petugas triase untuk mengindentifikasi dan mencatat kondisi dan
tindakan medik terhadap korban.
 Triase dan pengelompokan berdasar Tagging.
 Prioritas Nol (Hitam) : Pasien mati atau cedera fatal yang jelas
dan tidak mungkin diresusitasi.
 Prioritas Pertama (Merah) : Pasien cedera berat yang
memerlukan penilaian cepat serta tindakan medik dan transport
segera untuk tetap hidup (misal : gagal nafas, cedera torako-
abdominal, cedera kepala atau maksilo-fasial berat, shok atau
perdarahan berat, luka bakar berat).
10
2
 Prioritas Kedua (Kuning) : Pasien memerlukan bantuan,
namun dengan cedera yang kurang berat dan dipastikan tidak
akan mengalami ancaman jiwa dalam waktu dekat. Pasien
mungkin mengalami cedera dalam jenis cakupan yang luas
(misal : cedera abdomen tanpa shok, cedera dada tanpa
gangguan respirasi, fraktura mayor tanpa shok, cedera kepala
atau tulang belakang leher tidak berat, serta luka bakar ringan).
 Prioritas Ketiga (Hijau) : Pasien degan cedera minor yang
tidak membutuhkan stabilisasi segera, memerlukan bantuan
pertama sederhana namun memerlukan penilaian ulang berkala
(cedera jaringan lunak, fraktura dan dislokasi ekstremitas,
cedera maksilo-fasial tanpa gangguan jalan nafas, serta gawat
darurat psikologis).
 Prioritas Keempat (Biru) yaitu kelompok korban dengan
cedera atau penyaki kritis dan berpotensi fatal yang berarti
tidak memerlukan tindakan dan transportasi, dan Prioritas
Kelima (Putih)yaitu kelompok yang sudah pasti tewas.
Bila pada Retriase ditemukan perubahan kelas, ganti tag / label
yang sesuai dan pindahkan kekelompok sesuai.
 Triase Sistim METTAG.
Pendekatan yang dianjurkan untuk memprioritasikan tindakan atas
korban. Resusitasi ditempat.
b) Start (Simple Triage And Rapid Transportation).
Salah satu metode yang paling sederhana dan umum digunakan adalah
metode S.T.A.R.T atau Simple Triage and Rapid Treatment. Metode ini
membagi penderita menjadi 4 kategori :
 Prioritas 1 – Merah
Merupakan prioritas utama, diberikan kepada para penderita yang
kritis keadaannya seperti gangguan jalan napas, gangguan
pernapasan, perdarahan berat atau perdarahan tidak terkontrol,
10
penurunan status mental 3
 Prioritas 2 – Kuning
Merupakan prioritas berikutnya diberikan kepada para penderita
yang mengalami keadaan seperti luka bakar tanpa gangguan
saluran napas atau kerusakan alat gerak, patah tulang tertutup yang
tidak dapat berjalan, cedera punggung.
 Prioritas 3 – Hijau
Merupakan kelompok yang paling akhir prioritasnya, dikenal juga
sebagai ‘Walking Wounded” atau orang cedera yang dapat berjalan
sendiri.
 Prioritas 0 – Hitam
Diberikan kepada mereka yang meninggal atau mengalami cedera
yang mematikan.
Pelaksanaan triage dilakukan dengan memberikan tanda sesuai
dengan warna prioritas. Tanda triage dapat bervariasi mulai dari
suatu kartu khusus sampai hanya suatu ikatan dengan bahan yang
warnanya sesuai dengan prioritasnya. Jangan mengganti tanda
triage yang sudah ditentukan. Bila keadaan penderita berubah
sebelum memperoleh perawatan maka label lama jangan dilepas
tetapi diberi tanda, waktu dan pasang yang baru.
9. Pelaksanaan Triage Metode S.T.A.R.T
Untuk memudahkan pelaksanaan triage maka dapat dilakukan suatu
pemeriksaan sebagai berikut :
a. Kumpulkan semua penderita yang dapat / mampu berjalan sendiri ke
areal yang telah ditentukan, dan beri mereka label HIJAU.
b. Setelah itu alihkan kepada penderita yang tersisa periksa :
c. Pernapasan :
 Bila pernapasan lebih dari 30 kali / menit beri label MERAH.
 Bila penderita tidak bernapas maka upayakan membuka jalan napas
dan bersihkan jalan napas satu kali, bila pernapasan spontan mulai
maka beri label MERAH, bila tidak beri HITAM.
10
4
 Bila pernapasan kurang dari 30 kali /menit nilai waktu pengisian
kapiler.
d. Waktu pengisian kapiler :
 Lebih dari 2 detik berarti kurang baik, beri MERAH, hentikan
perdarahan besar bila ada.
 Bila kurang dari 2 detik maka nilai status mentalnya.
 Bila penerangan kurang maka periksa nadi radial penderita. Bila
tidak ada maka ini berarti bahwa tekanan darah penderita sudah
rendah dan perfusi jaringan sudah menurun
e. Pemeriksaan status mental :
 Pemeriksaan untuk mengikuti perintah-perintah sederhana
 Bila penderita tidak mampu mengikuti suatu perintah sederhana
maka beri MERAH.
 Bila mampu beri KUNING.

Setelah memberikan label kepada penderita maka tugas anda berakhir


segera lanjutkan ke penderita berikut.

10
5
f. Sistem DalamPenanganan Triage
 Non Disaster : Untuk menyediakan perawatan sebaik mungkin
bagi setiap individu pasien
 Disaster : Untuk menyediakan perawatan yang lebih efektif untuk
pasien dalam jumlah banyak

10
6
 Satuan Acara Penyuluhan Mengenai Tas Siaga Bencana

Pokok Bahasan : Tas Siaga Bencana


Hari/Tanggal : Selasa, 01 Juni 2021
Waktu : 20 Menit (16.30-16.50) WIB
Sasaran : Kader Siaga Bencana Devisi Dewasa RW 11 Kelurahan
Pasie Nan Tigo
Tempat : Mushalla Darussalam

I. Latar Belakang
Menurut Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia tahun 2017, secara
Geografis, Indonesia terletak di antara tiga lempeng tektonik, yaitu
Lempeng Pasifik, Lempeng Hindia-Australia dan Lempeng Eurasia (Pusat
Studi Gempa Nasional, 2017). Kondisi ini menyebabkan Indonesia rentan
terhadap bencana gempa bumi, tsunami, letusan gunung api dan jenis
bencana geologi lainnya. Sedangkan bencana hidrometeorologi berupa
kejadian bencana banjir, gelombang ekstrim, kebakaran lahan dan hutan,
kekeringan, dan cuaca esktrim.
Menurut data yang dihimpun dalam Data Informasi Bencana Indonesi
(DIBI)-BNPB, terlihat bahwa dari lebih dari 1.800 kejadian bencana pada
periode tahun 2005 hingga 2015 lebih dari 78% (11.648) kejadian bencana
merupakan bencana hidrometeorologi dan sekitar 22% (3.810) merupakan
bencana geologi. Kejadian bencana kelompok hidrometeorologi berupa
kejadian bencana banjir, gelombang ekstrim, kebakaran lahan dan hutan,
kekeringan, dan cuaca esktrim. Sedangkan untuk kelompok bencana geologi
yang sering terjadi adalah gempa bumi, tsunami, letusan gunung api, dan
tanah longsor. Kecenderungan jumlah kejadian bencana secara total untuk
kedua jenis kelompok yang relatif terus meningkat. Jumlah kejadian
bencana yang disebabkan oleh faktor geologis tidak terlalu signifikan
dibandingkan jumlah kejadian bencana yang disebabkan oleh faktor
10
hidrometeorologis. Meskipun demikian, bencana geologis, khususnya 7
gempa bumi dan tsunami pada kenyataannya banyak menimbulkan dampak
yang cukup besar baik dari sisi korban dan kerugian ekonomi. Pengaruh
perubahan iklim juga ikut memberikan kontribusi dalam peningkatan
kejadian bencana hidrometeorologi. Dengan frekuensi kejadian yang
banyak, kelompok bencana ini juga memberikan dampak yang sangat besar
terutama pada sektor ekonomi dan lingkungan, baik dampak langsung
kejadian bencana maupun dampak tidak langsung. Hal ini disebabkan
karena bencana datang secara tiba-tiba sehingga banyak masyarakat yang
tidak sempat menyelamatkan harta benda bahkan nyawanya sendiri.

Gambar 1.1 menunjukan bahwa tiap tahunnya jumlah kejadian bencana


terus meningkat.

Gambar 1.1 Grafik Jumlah Kejadian Bencana 2005 – 2015 (BNPB, 2016)

Banyak kejadian bencana yang mengakibatkan masyarakat harus


melakukan evakuasi. Evakuasi merupakan tindakan pengungsian atau
pemindahan penduduk dari daerah yang berbahaya (BNPB, 2017).
Contohnya pada kasus bencana gempa dan tsunami, ketika peringatan dini
tsunami telah dikeluarkan oleh BMKG, masyarakat harus melakukan
evakuasi ke tempat yang lebih aman. Pada saat melakukan evakuasi,
seringkali masyarakat membawa sebagian barang yang dirasa akan
diperlukan di tempat evakuasi dengan menggunakan tas yang selanjutnya
disebut tas siaga bencana. Mempersiapkan tas siaga bencana adalah salah 10
8
satu bentuk kesiapsiagaan yang diperlukan ketika menghadapi bencana. Tas
siaga bencana dipersiapkan untuk berjaga-jaga apabila terjadi suatu bencana
atau kondisi darurat lainnya. Dalam Buku Saku BNPB tahun 2017 terdapat
daftar benda yang dibutuhkan pada saat bencana.

Tabel 1.1 Daftar Benda yang Dibutuhkan Saat Bencana


1 Air Minum untuk 3 – 10 hari

2 Makanan untuk 3 – 10

3 Obat P3K

4 Obat obatan pribadi

5 Lampu senter serta baterai cadangan

6 Radio

7 Sejumlah uang dan dokumen penting

8 Pakaian, jaket dan sepatu

9 Peralatan (peluit, sarung tangan, selotip, pisau serbaguna,


masker, pelindung kepala)
10 Pembersih higienis (tisu basah, hand sanitizer, perlengkapan
mandi ).
(Sumber : BNPB, 2017)

Pada kasus gempa bumi yang berpotensi menimbulkan tsunami terjadi


di kota Padang, waktu minimal masyarakat yang untuk melakukan evakuasi
yaitu selama 20 menit sebelum terjadinya tsunami (Yosrizal, 2018). Dalam
waktu yang singkat tersebut, masyarakat tidak memiliki waktu yang banyak
untuk mengumpulkan semua barang-barang penting serta keperluan lainnya.
Tas siaga bencana ini seharusnya sudah dipersiapkan jauh hari sebelum
bencana terjadi, sehingga ketika bencana datang dan harus melakukan
evakuasi, masyarakat dapat langsung membawanya. Tas siaga bencana
berguna sebagai sumber logistik untuk bertahan hidup saat proses evakuasi 10
9
sebelum bantuan datang setelah bencana terjadi (BNPB, 2017).
II. Tujuan
a. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan selama 20 menit, masayarakat
mampu memahami tentang tas siaga bencana khususnya pada
orang dewasa.

b. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penjelasan selama 20 menit diharapkan sasaran
dapat:
 Menyebutkan pengertian Tas Siaga Bencana
 Menjelaskan tujuan dari Tas Siaga Bencana
 Menjelaskan daftar benda yang harus ada dalam Tas Siaga
Bencana.
III. Pelaksanaan Kegiatan
a. Topik
Tas Siaga Bencana
b. Sasaran/Target
Kader Siaga Bencana Devisi Dewasa RW 11 Kelurahan Pasie Nan
Tigo
c. Metode
 Ceramah
 Diskusi
d. Media
 Modul
 Leaflet
e. Waktu dan Tempat
 Hari/Tanggal : Selasa, 01 Juni 2021
 Waktu : 16.30-16.50 WIB
 Tempat : Mushalla Darussalam 11
0
IV. Perencanaan Kegiatan

No Waktu Kegiatan Peserta


1. 5 menit Pembukaan :
1. Membuka kegiatan 1. Menjawab salam
dengan mengucapkan
salam pada peserta 2. Mendengarkan
2. Memperkenalkan diri 3. Memperhatikan
3. Menjelaskan tujuan dari
penyuluhan 4. Menyetujui
4. Kontrak waktu dengan
peserta
2. 20 menit Pelaksanaan :
1. Menyebutkan pengertian 1. Memperhatikan
dari Tas Siaga Bencana
2. Menjelaskan tujuan dari 2.Memperhatikan
Tas Siaga Bencana
3. Menjelaskan daftar benda 3. Memperhatikan
yang harus ada dalam
Tas Siaga Bencana
4. Mempersilahkan peserta 4. Bertanya
untuk bertanya
5. Menjawab pertanyaan 5. Mendengarkan
peserta
3. 15 menit Terminasi
1. Memberikan motivasi dan 1. Memperhatikan
pujian kepada peserta yang
sudah berpartisipasi dan 11
1
memberikan saran untuk
rencana kegiatan dalam
pencegahan bencana 2.Mendengarkan
2. Mengucapkan terima kasih
kepada peserta 3.Menjawab salam
3. Mengucapkan salam

11
2
V. Setting Tempat

Keterangan :
Moderator Observer
Presentator Dokumentasi
Operator Fasilitator

VI. Pengorganisasian
 Leader : Echia Srikandi Permai
 Co Leader : Fara Annisa
 Moderator : Widya Aprilian.
 Presentator : Mutiara Yerivanda
 Fasilitator :
12. Elnovita Rahmawati
13. Makhda Nurfatmala Lubis
14. Weriska Oktrivani
15. Nafhania Nur Efniyati
 Observer : Tika Nelsya Putri
 Dokumentasi : Nofantri Wulantika
 Konsumsi : Yolanda Zulpendri dan Febi Sagitaria
 Perlengkapan : Fara Annisa 11
3
 Operator : Rahmi Ferdilla Rafli
VII. Rincian Tugas
1. Leader
 Menjelaskan tujuan bermain
 Mengarahkan proses kegiatan pada anggota kelompok
 Menjelaksan aturan bermain pada anak
 Mengealuasi perasaan setelah pelaksanaan
2. Co-leader
Membantu leader dalam mengorganisasi anggota
3. Moderator
 Membuka dan menutup acara
 Memperkenalkan diri
 Menetapkan tata tertib acara penyuluhan
 Kontrak waktu yang akan digunakan selama penyuluhan
 Menjaga kelancaran acara
 Memimpin diskusi
 Bersama fasilitator menjalin kerja sama dalam penyuluhan
4. Presentator
Menyampaikan pelaksanaan kegiatan penyuluhan yang akan dilakukan
5. Fasilitator
 Bersama leader menjalin kerja sama dalam pelaksanaan kegiatan
penyuluhan
 Memotivasi peserta kegiatan dalam penyuluhan
 Menjadi contoh dalam kegiatan
 Mempertahankan kehadiran peserta
 Mencegah gangguan/hambatan terhadap peserta baik luar maupun
dalam
6. Observer
 Mencatat dan mengamati respon peserta secara verbal dan non
11
verbal jalannya kegiatan 4
 Mencatat seluruh proses yang dikaji dan semua perubahan prilaku
 Mencatat dan mengamati peserta aktif dari kegiatan diskusi
 Mengevaluasi kegiatan yang dilaksanakan
7. Dokumentasi
 Mendokumentasikan seluruh kegiatan diskusi
 Menjalankan absen diskusi
8. Konsumsi
Mempersiapkan konsumsi untuk peserta diskusi
9. Perlengkapan
Menyiapkan semua perlatan yang digunakan selama kegiatan diskusi
10. Operator
Mengoperasikan media diskusi

VIII. Evaluasi Proses


a. Evaluasi struktur
 Penyelenggaraan dilakukan di Mushalla Darussalam
 Alat dan media sesuai dengan bencana
 Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan
sebelumnya
 Peserta yang hadir merupakan Kader Siaga Bencana Devisi
Dewasa RW 11 Kelurahan Pasie Nan Tigo
b. Evaluasi proses
 Peserta antusias dalam menyampaikan saran untuk kegiatan yang
akan dilakukan
 Peserta mengikuti acara dari awal sampai akhir
 Tidak ada peserta yang izin selama acara berlangsung
c. Evaluasi hasil
 Diharapkan peserta mampu memahami materi terkait Tas Siaga
Bencana (pengertian, tujuan dan daftar benda yang harus ada dalam
Tas Siaga Bencana) yang telah disampaikan 11
5
 Diharapkan peserta berperan aktif dalam diskusi

LAMPIRAN MATERI

Tas Siaga Bencana


1. Pengertian Tas Siaga Bencana
Tas siaga bencana adalah tas yang dipersiapkan anggota keluarga untuk
berjaga-jaga apabila terjadi suatu bencna atau kondisi darurat lainnya. Tas
ini dipersiapkan untuk bertahan hidup saat bantuan belum datang. Tas Siaga
Bencana berisi barang-barang pokok dan penting yang wajib ada ketika
sebuah bencana atau kondisi darurat terjadi sesuai kebutuhan.Tas siaga
bencana dipersiapkan untuk berjaga-jaga apabila terjadi suatu bencana atau
kondisi darurat lainnya. Tas siaga bencana ini seharusnya sudah
dipersiapkan jauh hari sebelum bencana terjadi, sehingga ketika bencana
datang dan harus melakukan evakuasi, masyarakat dapat langsung
membawanya (BNPB, 2017).
Kesiapsiagaan Kota Padang mengenai kebutuhan yang harus
dipersiapkan oleh masyarakat pada tas siaga bencana. Beliau menyebutkan
bahwa kebutuhan yang harus dipersiapkan oleh masyarakat adalah untuk
masa evakuasi 1x24 jam, karena kemungkinan datangnya bantuan pasca
bencana dari pemerintah (BNPB) dan lembaga kebencanaan seperti PMI,
Basarnas, serta lembaga kebencaan lainnya yaitu selama 1x24 jam masa
evakuasi.
2. Tujuan Dari Tas Siaga Bencana
Tujuan dari tas siaga bencana adalah untuk memudahkan masyarakat
saat proses evakuasi dilakukan. Tas siaga bencana berguna sebagai sumber
logistik untuk bertahan hidup saat proses evakuasi sebelum bantuan datang
setelah bencana terjadi (BNPB, 2017). TSB disarankan sebagai cadangan
bertahan hidup apabila bantuan belum datang. Selain itu, tas tersebut dapat
memudahkan saat evakuasi dari lokasi bencana menuju tempat yang lebih
aman.
11
3. Daftar Benda yang Harus Ada Dalam Tas Siaga Bencana 6
No Bahan dan Alat
.
1. Air Minum untuk 3 – 10 hari
2. Makanan untuk 3 – 10
3. Obat P3K
4. Obat obatan pribadi
5. Lampu senter serta baterai cadangan
6. Radio
7. Sejumlah uang dan dokumen penting
8. Pakaian, jaket dan sepatu
9. Peralatan (peluit, sarung tangan, selotip, pisau serbaguna, masker,
pelindung kepala)
10. Pembersih higienis (tisu basah, hand sanitizer, perlengkaan mandi)

Gambar 1.1. Isi Tas siaga bencana

11
7
 Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Tanda-Tanda Persalinan
Sasaran : Kader Ibu Hamil dan Ibu Hamil di RW 11 Kelurahan Pasie Nan
Tigo, Kecamatan Koto Tangah
Metode : Ceramah dan tanya jawab
Media : Leaflet dan Modul
Waktu : 30 menit
Tempat : Rumah Ibu Hamil

1. LATAR BELAKANG
Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologi yang normal
dalam kehidupan (Sumarah, dkk, 2008). Proses persalinan bisa jadi momok
yang menakutkan bagi ibu hamil, sehingga jangan sampai proses tersebut
diperburuk oleh kurangnya pemahaman mengenai tanda awal persalinan.
Mengetahui tanda-tanda awal persalinan merupakan modal penting yang
perlu dimiliki oleh setiap ibu hamil. Hal ini bertujuan untuk mendeteksi
adanya komplikasi yang beresiko pada saat persalinan nanti, sehingga akan
tercipta persalinan normal, aman bagi ibu dan bayinya (Abdilla, 2011).
Pengertian atau pemahaman bahwa kehamilan dan persalinan adalah
nyawa taruhannya atau toh nyawa (bahasa Jawa) menunjukkan masyarakat
sadar kalau setiap persalinan menghadapi resiko atau bahaya yang dapat
mengakibatkan kematian pada ibu dan bayi yang baru lahir (Prawirohardjo,
2009).
Berdasarkan penelitian WHO di seluruh dunia, terdapat 287.000
perempuan meninggal selama dan setelah kehamilan dan persalinan (Astria
Zerida, 2019). Menurut WHO kontribusi angka kematian ibu dan anak di
Indonesia cukup berat, yaitu kematian maternal 390/100.000 persalinan dan
kematian perinatal sekitar 400/100.000 persalinan hidup. Perkiraan
persalinan yang terjadi sebanyak 5.000.000 orang per tahun (Manuaba,
2018). Angka tersebut yang tertinggi di negara Asean (5 –142per 100.000)
11
dan 50 –100 kali lebih tinggi dari angka kematian maternal di negara maju. 8
Menurut taksiran kasar, angka kematian maternal ialah 6–8 per 1.000
kelahiran, angka ini sangat tinggi apabila dibandingkan dengan angka-angka
di negara-negara maju, yang berkisar antara 1,5 dan 3 per 10.000 kelahiran
hidup (Prawirohardjo, 2018).
Kematian ibu dibagi menjadi kematian langsung dan tidak langsung.
Kematian ibu langsung adalah sebagai akibat komplikasi kehamilan,
persalinan, masa nifas dan segala intervensi atau penanganan tidak tepat dari
komplikasi tersebut. Kematian ibu tidak langsung merupakan akibat dari
penyakit yang sudah ada atau penyakit yang timbul sewaktu kehamilan yang
berpengaruh terhadap kehamilan, misalnya malaria, anemia, HIV/AIDS, dan
penyakit kardiovaskuler.
Tiap menit tiap hari, di suatu tempat di dunia, satu orang ibu
meninggal disebabkan oleh komplikasi persalinan. Kebanyakan kematian
ibu tersebut merupakan tragedi yang dapat dicegah, dihindari, dan
membutuhkan perhatian dari masyarakat internasional (Prawirohardjo,
2009). Apabila pengetahuan ibu tentang persalinan masih sangat kurang,
maka ibu hamil akan dengan mudah menerima cerita-cerita menjelang
kelahiran yang menakutkan tersebut. Akibatnya ibu hamil hanya sibuk
memusatkan perhatian proses persalinan tanpa melakukan tindakan yang
dapat memperlancar proses persalinan seperti mempersiapkan diri secara
fisik dan mental (Aryani, 2013).
Menurut Departemen Kesehatan tahun 2018 urutan penyebab
kematian ibu melahirkan adalah perdarahan 28%, eklamsi 24%, infeksi
11%, komplikasi pernapasan 8%, abortus 5%, emboli obstetri 3%, lain-lain
11%. Kematian tersebut dapat dikurangi jika ibu tidak terhambat dibawa ke
pelayanan kesehatan (Prawirohardjo, 2018). Tidak memadainya atau
kurangnya persiapan kelahiran dan darurat kesiapan, yang merupakan
komponen kunci dari diterima secara global program safe motherhood.
Persiapan persalinan membantu memastikan bahwa perempuan dapat
mencapai perawatan pengiriman profesional ketika persalinan dimulai dan
mengurangi penundaan yang terjadi ketika perempuan pengalaman 11
9
komplikasi kebidanan (Hailu, dkk. 2011). Menurut WHO pada Hari
Kesehatan Sedunia menyatakan safe motherhood merupakan upaya global
untuk mencegah/menurunkan kematian ibu dengan Making Pregnancy Safer
(MPS) yang merupakan strategi sektor kesehatan dan penurunan
kematian/kesakitan ibu dan perinatal pelayanan MPS merupakan hak asasi
manusia (Prawirohardjo, 2009).
Pada saat terjadi bencana alam gempa bumi dan tsunami, ibu hamil
merupakan salah satu kelompok rentan yang ada di masyarakat. Oleh karena
itu, ibu hamil perlu dibekali dengan pengetahuan mengenai tanda-tanda
persalinan sehingga dapat mengurangi resiko bencana pada ibu hamil agar
tercipta persalinan normal serta aman bagi ibu dan bayinya.

2. Tujuan Instruksional Umum (TIU)


Setelah diberikan penyuluhan tentang tanda-tanda persalinan,
diharapkan kader ibu hamil dan ibu nifas dapat memahami tanda-tanda
persalinan

3. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)


Setelah diberikan penyuluhan masyarakat dapat :
a. Menjelaskan pengertian persalinan
b. Menjelaskan macam-macam persalinan
c. Menjelaskan tanda-tanda persalinan

4. Sasaran
Kader ibu hamil dan ibu nifas RW 11 Kelurahan Pasie Nan Tigo

5. Materi
a. Pengertian persalinan
b. Macam-macam persalinan
c. Tanda-tanda persalinan
12
6. Metode
0
Metode yang digunakan dalam pemberian penyuluhan ini adalah ceramah
dan tanya jawab.

7. Media
Leaflet dan modul

8. Kriteria Hasil
a. Kriteria Struktur :
 Peserta hadir minimal 3 orang
 Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan di Mesjid
 Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelum
dan saat penyuluhan.
b. Kriteria Proses:
 Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
 Peserta konsentrasi mendengarkan penyuluhan
 Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan dengan
benar.
c. Kriteria Hasil :
 Menyebutkan pengertian persalinan
 Menyebutkan macam-macam persalinan
 Menyebutkan tanda-tanda persalinan

12
1
9. Kegiatan Penyuluhan
No Waktu Kegiatan penyuluhan Peserta
1. 5 menit Pembukaan
1. Penyuluh memulai penyuluhan 1 Menjawab salam.
dengan mengucapakan salam
2. Memperkenalkan diri. 2 Memperhatikan
3. Menjelaskan tujuan materi. dan
4. Menyebutkan materi yang akan mendengarkan.
diberikan. 3 Memperhatikan
dan
mendengarkan
4 Memperhatikan
dan
mendengarkan
2. 10 menit Pelaksanaan
1. Menjelaskan pengertian tanda- 1. Memperhatiakan
tanda persalinan dan mendengarkan
2. Menjelaskan macam-macam 2. Memperhatiaka
persalinan n dan
3. Menjelaskan tanda-tanda mendengarkan
persalinan 3. Memperhatiaka
n dan
mendengarkan

3. 10 menit Evaluasi :
1 Memberikan kesempatan kepada 1 Merespon dan
peserta untuk bertanya. bertanya
2 Memberikan kesempatan kepada 2 Merespon dan
12
2
peserta untuk menjawab bertanya
pertanyaan yang diberikan
4. 5 menit Terminasi
1 Menyimpulkan materi yang telah 1 Memperhatian dan
disampaikan mendengarkan
2 Mengucapkan terima kasih atas 2 Memperhatiakan
perhatian yang diberikan dan mendengarkan
3 Mengucapkan salam penutup 3 Mendengarkan dan
membalas salam

10. Setting Tempat

Keterangan :

Moderator
Presentator

12
3
Fasilitator

Observer

Operator

Dokumentasi

Peserta

11. Pengorganisasian
Leader : rahmi
Moderator : tika
Presentator : echia
Fasilitator : makhda, febi, fara, naya, widya, rahmi, ophie
Observer : mutiara
Dokumentasi : weriska

12. Rincian Tugas


a. Leader
 Menjelaskan tujuan kegiatan
 Mengarahkan proses kegiatan pada anggota kelompok
 Menjelaskan aturan kegiatan pada peserta
 Mengevaluasi perasaan setelah pelaksanaan
b. Moderator
 Membuka dan menutup acara
 Memperkenalkan diri
 Menetapkan tata tertib acara penyuluhan
 Kontrak waktu yang akan digunakan selama penyuluhan
 Menjaga kelancaran acara
 Memimpin diskusi
 Bersama fasilitator menjalin kerja sama dalam acara MMK 1
c. Presentator 12
4
Menyampaikan pelaksanaan kegiatan yang akan dilakukan
d. Fasilitator
 Bersama leader menjalin kerja sama dalam pelaksanaan kegiatan
 Memotivasi peserta kegiatan dalam kegiatan yang akan diberikan
 Menjadi contoh dalam kegiatan
 Mempertahankan kehadiran peserta
 Mencegah gangguan/hambatan terhadap peserta baik luar maupun
dalam
e. Observer
 Mencatat dan mengamati respon peserta secara verbal dan
non verbal jalannya kegiatan
 Mencatat seluruh proses yang dikaji dan semua perubahan
prilaku
 Mencatat dan mengamati peserta aktif dari kegiatan diskusi
 Mengevaluasi kegiatan yang dilaksanakan
f. Dokumentasi
 Mendokumentasikan seluruh kegiatan diskusi
 Menjalankan absen diskusi

13. Evaluasi Proses


a. Evaluasi struktur
 Penyelenggaraan dilakukan di Mushalla Darussalam
 Alat dan media sesuai dengan bencana
 Penggorganisasian penyelenggaraan Musyawarah Masyarakat
Komunitas 1 dilakukan sebelumnya
 Peserta yang hadir merupakan perwakilan dari setiap RT

b. Evaluasi proses
 Peserta antusias dalam menyampaikan saran untuk kegiatan yang
12
akan dilakukan 5
 Peserta mengikuti acara dari awal sampai akhir
 Tidak ada peserta yang izin selama acara berlangsung
c. Evaluasi hasil
 Sebanyak 70% Ibu hamil mampu menjelaskan pengertian
persalinan
 Sebanyak 70% Ibu hamil mampu menyebutkan macam-macam
persalinan
 Sebanyak 70% Ibu hamil mampu menyebutkan tanda-tanda
persalinan

Kegiatan penyuluhan yang dilakukan telah berhasil kerena 70%


perserta sudah mampu menjelaskan kembali materi mengenai pengertian
persalianan, macam-macam persalinan dan tanda-tanda persalinan.

12
6
Lampiran Materi
1. Pengertian
Dalam pengertian sehari-hari persalinan sering diartikan serangkaian
kejadian pengeluaran bayi yang sudah cukup bulan, disusul dengan
pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu melalui jalan lahir
atau melalui jalan lain, berlangsung dengan bantuan atau tanpa bantuan
(kekuatan ibu sendiri).

2. Macam-Macam Persalinan
a. Persalinan Spontan
Persalinan yang berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri, melalui jalan
lahir ibu tersebut.
b. Persalinan Buatan
Bila persalinan dibantu dengan tenaga dari luar misalnya ekstraksi
forceps, atau dilakukan operasi Sectio Caesaria.
c. Persalinan Anjuran
Persalinan yang tidak dimulai dengan sendirinya tetapi baru berlangsung
setelah pemecahan ketuban, pemberian pitocin atau prostaglandin.

3. Tanda- tanda Persalinan


Tanda-tanda pasti dari persalinan adalah :
a. Timbulnya kontraksi uterus
Biasanya juga disebut dengan his persalinan yaitu his pembukaan yang
mempunyai sifat sebagai berikut :
 Nyeri melingkar dari punggung memancar ke perut bagian depan.
 Pinggang terasa sakit dan menjalar kedepan
 Sifatnya teratur, inerval makin lama makin pendek dan kekuatannya
makin besar
 Mempunyai pengaruh pada pendataran dan atau pembukaan cervix.
 Makin beraktifitas ibu akan menambah kekuatan kontraksi. 12
7
Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan pada servix
(frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit). Kontraksi yang terjadi
dapat menyebabkan pendataran, penipisan dan pembukaan serviks.
b. Penipisan dan pembukaan servix
Penipisan dan pembukaan servix ditandai dengan adanya
pengeluaran lendir dan darah sebagai tanda pemula.
c. Bloody Show (lendir disertai darah dari jalan lahir)
Dengan pendataran dan pembukaan, lendir dari canalis cervicalis
keluar disertai dengan sedikit darah. Perdarahan yang sedikit ini
disebabkan karena lepasnya selaput janin pada bagian bawah segmen
bawah rahim hingga beberapa capillair darah terputus.
d. Premature Rupture of Membrane
Keluarnya cairan banyak dengan sekonyong-konyong dari jalan
lahir. Hal ini terjadi akibat ketuban pecah atau selaput janin robek.
Ketuban biasanya pecah kalau pembukaan lengkap atau hampir lengkap
dan dalam hal ini keluarnya cairan merupakan tanda yang lambat sekali.
Tetapi kadang-kadang ketuban pecah pada pembukaan kecil, malahan
kadang-kadang selaput janin robek sebelum persalinan. Walaupun
demikian persalinan diharapkan akan mulai dalam 24 jam setelah air
ketuban keluar.

12
8
 Satuan Acara Penyuluhan (SAP) ASI
Sasaran : Ibu Hamil dan Ibu Nifas RW 11 Kelurahan Pasie Nan Tigo,
Kecamatan Koto Tangah
Metode : Ceramah dan tanya jawab
Media : Leaflet dan modul
Waktu : 30 menit
Tempat : Rumah Ibu Hamil
Hari/Tanggal :
Pukul :

1. PENDAHULUAN
Bencana merupakan peristiwa atau kejadian yang berlebihan yang
mengancam dan menggangu aktifitas normal kehidupan masyarakat yang
terjadi akibat perilaku perbuatan manusia maupun akibat anomali peristiwa
alam (Sigit, 2018). Secara geografis Indonesia merupakan negara kepulauan
yang terletak pada pertemuan empat lempeng tektonik yaitu Lempeng
Benua Asia, Benua Australia, Lempeng Samudera Hindia dan Samudera
Pasifik (Badan Nasional Penanggulangan Bencana [BNPB], 2017). Serta
Indonesia secara geologis terletak pada rangkaian cincin api yang
membentang sepanjang lempeng pasifik yang merupakan lempeng tektonik
paling aktif didunia.
Kejadian bencana mengalami peningkatan setiap tahun. Pada tahun
2016 terdapat 1.986 kejadian bencana dan pada tahun 2020 terdapat 2.925
kejadian bencana (Badan Nasional Penanggulangan Bencana [BNPB],
2020). Sedangkan menurut DIBI (Data Informasi Bencana Indonesia) dalam
kurun waktu Januari sampai Desember 2018, melaporkan kejadian bencana
di Indonesia telah mengakibatkan korban meninggal dan hilang sebanyak
2.412 orang, korban luka-luka 2.104 orang, dan korban yang terpaksa harus
mengungsi lebih dari 11.015.859 orang (BNPB, 2019).
12
Sumatera Barat menjadi salah satu provinsi di Indonesia yang menjadi 9
5 provinsi tertinggi kejadian bencana. Kondisi ini disebabkan karena
geografis Sumatera Barat yang berada pada jalur patahan sehingga beresiko
terhadap bencana, dan Kota Padang menjadi urutan pertama daerah yang
paling beresiko tinggi (BNPB, 2014). Sumatera Barat pernah mengalami
gempa bumi yang cukup kuat dan banyak menimbulkan korban pada tahun
2009, gempa bumi terjadi dengan kekuatan 7,6 SR di lepas pantai Sumatera
Barat pada tanggal 30 September 2009. Pada tahun 2019 di Sumatera Barat
telah terjadi 2 kali gempa bumi yang mengakibatkan korban luka-luka
sebanyak 8 orang. Untuk bangunan terjadi kerusakan bangunan rusak berat
25 rumah, sedang 5 rumah dan ringan 82 rumah (BNPB, 2019).
Menurut penelitian ahli kegempaan Kerry Sieh dan Danny Hilman
tahun 2011, gempa berkekuatan 8.9 SR diprediksi akan memicu tsunami
dengan ketinggian sampai 10 m dari permukaan laut. Dari hal tersebut jika
tidak diimbangi dengan kesiapsiagaan masyarakat Kota Padang maka akan
berdampak pada tingginya jumlah kerugian dari bencana ini baik dari
materil maupun jiwa sehingga perlunya kesiapsiagaan pada masyarakat.
Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah
yang tepat guna dan berdaya guna. (UU Nomor 24 Tahun 2007).
Kesiapsiagaan bencana juga merupakan tindakan-tindakan yang
memungkinkan pemerintah, organisasi, masyarakat, komunitas dan individu
untuk mampu menanggapi suatu situasi bencana secara cepat dan tepat
guna, termasuk menyusun rencana penanggulangan bencana, pemeliharaan
dan pelatihan personil (Mohd Robi Amri et al., 2016).
Pelaksanaan praktek profesi dilaksanakan melalui tahapan antara lain
observasi fisik lingkungan, penyebaran kuesioner untuk memperoleh data
kejadian bencana pada masyarakat, musyawarah masyarakat pertama untuk
menindak lanjuti hasil survei dan kuesioner (hasil angket), implementasi
kegiatan sesuai dengan rencana yang telah disepakati oleh masyarakat dan
musyawarah masyarakat kedua untuk menyampaikan hasil evaluasi kegiatan
13
yang telah direcanakan.
0
Berdasarkan data dari kementrian dalam negeri RI Direktorat Jendral
Bina Pemerintah Desa, Pada Kelurahan Pasie Nan Tigo ditemukan 2.000 Ha
desa/kelurahan dengan rawan banjir, dan 2.512.000 Ha desa/kelurahan
dengan rawan Tsunami, dan 2.512.000 Ha desa/kelurahan dengan rawan
jalur gempa.
Partisipasi masyarakat dalam upaya pengurangan risiko bencana dapat
diwujudkan dengan Pendidikan Kebencanaan. Melalui pendidikan
kebencanaan, mayarakat yang tinggal di daerah rawan ancaman bencana
mempunyai pengetahuan, sikap, dan ketrampilan tentang kesiapsiagaan
bencana dan tanggap darurat bencana (Sunartoet.al., 2010).
Pada saat terjadi bencana alam gempa bumi dan tsunami, ibu hamil
dan ibu nifas merupakan salah satu kelompok rentan yang ada dimasyarakat.
Oleh karena itu, ibu hamil dan ibu nifas perlu dibekali dengan pengetahuan
terkait dengan ASI, sehingga saat terjadi bencana dapat mengurangi resiko
pada ibu hamil dan ibu nifas.

2. Tujuan Instruksional Umum (TIU)


Setelah diberikan penyuluhan tentang pemberian ASI eksklusif,
diharapkan kader ibu hamil dan ibu nifas dapat memahami mengenai
pemberian ASI eksklusif saat bencana.

3. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)


Setelah diberikan penyuluhan masyarakat dapat :
 Menjelaskan pengertian ASI eksklusif
 Menjelaskan kandungan ASI
 Menjelaskan keuntungan ASI untuk ibu
 Menjelaskan keuntungan ASI untuk bayi
 Menjelaskan teknik menyusui yang benar
 Menjelaskan cara pemberian dan penyimapanan ASI untuk ibu yang
bekerja
13
 Menjelaskan masalah dalam menyusui dan penanganannya 1
4. Sasaran
Kader ibu hamil dan ibu nifas RW 11 Kelurahan Pasie Nan Tigo

5. Materi
a. Pengertian ASI eksklusif
b. Kandungan ASI
c. Keuntungan ASI untuk ibu
d. Keuntungan ASI untuk bayi
e. Teknik menyusui yang benar
f. Cara pemberian dan penyimapanan ASI untuk ibu yang bekerja
g. Masalah dalam menyusui dan penanganannya

6. Metode
Metode yang digunakan dalam pemberian penyuluhan ini adalah ceramah
dan tanya jawab.

7. Media
Leaflet dan modul

8. Kriteria Hasil
d. Kriteria Struktur :
 Peserta hadir minimal 3 orang
 Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan di Mushalla Darussalam
 Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelum
dan saat penyuluhan.
e. Kriteria Proses:
 Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
 Peserta konsentrasi mendengarkan penyuluhan
 Paserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan dengan
13
benar. 2
f. Kriteria Hasil :
 Menyebutkan pengertian ASI eksklusif
 Menyebutkan kandungan ASI
 Menyebutkan keuntungan ASI untuk ibu
 Menyebutkan keuntungan ASI untuk bayi
 Menyebutkan teknik menyusui yang benar
 Menyebutkan cara pemberian dan penyimapanan ASI untuk ibu
yang bekerja
 Menyebutkan masalah dalam menyusui dan penanganannya

9. Kegiatan Penyuluhan

No Waktu Kegiatan penyuluhan Audience


1. 5 menit Pembukaan
1. Penyuluh memulai penyuluhan 1. Menjawab salam.
dengan mengucapakan salam
2. Memperkenalkan diri. 2. Memperhatikan.
3. Menjelaskan tujuan materi. 3. Memperhatikan.
4. Menyebutkan materi yang akan 4. memperhatikan
diberikan.

2. 10 menit Pelaksanaan
1. Menjelaskan pengertian ASI 1. Memperhatiakan
eksklusif
2. Menjelaskan kandungan ASI 2. Memperhatiakan
3. Menjelaskan keuntungan ASI untuk 3. Memperhatiakan
ibu
4. Menjelaskan keuntungan ASI untuk 4. Memperhatiakan
bayi 13
3
5. Menjelaskan teknik menyusui yang 5. Memperhatiakan
benar
6. Menjelaskan cara pemberian dan 6. Memperhatiakan
penyimapanan ASI untuk ibu yang
bekerja
7. Menjelaskan masalah dalam 7. Memperhatiakan
menyusui dan penanganannya
3. 10 menit Evaluasi :
1. Memberikan kesempatan kepada 1. Merespon dan
peserta untuk bertanya. bertanya
2. Memberikan kesempatan kepada 2. Merespon dan
peserta untuk menjawab pertanyaan bertanya
yang diberikan

4. 5 menit Terminasi
1. Menyimpulkan materi yang telah 1. Mendengarkan
disampaikan
2. Mengucapkan terima kasih atas 2. Mendengarkan
perhatian yang diberikan dan membalas
3. Mengucapkan salam penutup salam

13
4
10. Setting Tempat

Keterangan :

Moderator
Presentator

Fasilitator

Observer

Operator

Dokumentasi

Peserta

11. Pengorganisasian
Leader :
Moderator :
Presentator :
Fasilitator :
Observer :
Dokumentasi :

12. Rincian Tugas


a. Leader 13
5
 Menjelaskan tujuan kegiatan
 Mengarahkan proses kegiatan pada anggota kelompok
 Menjelaskan aturan kegiatan pada peserta
 Mengefaluasi perasaan setelah pelaksanaan
b. Moderator
 Membuka dan menutup acara
 Memperkenalkan diri
 Menetapkan tata tertib acara penyuluhan
 Kontrak waktu yang akan digunakan selama penyuluhan
 Menjaga kelancaran acara
 Memimpin diskusi
 Bersama fasilitator menjalin kerja sama dalam acara MMK 1

c. Presentator

Menyampaikan pelaksanaan kegiatan yang akan dilakukan

d. Fasilitator
 Bersama leader menjalin kerja sama dalam pelaksanaan kegiatan
 Memotivasi peserta kegiatan dalam kegiatan yang akan diberikan
 Menjadi contoh dalam kegiatan
 Mempertahankan kehadiran peserta
 Mencegah gangguan/hambatan terhadap peserta baik luar maupun
dalam

e. Observer
 Mencatat dan mengamati respon peserta secara verbal dan non
verbal jalannya kegiatan
 Mencatat seluruh proses yang dikaji dan semua perubahan prilaku
 Mencatat dan mengamati peserta aktif dari kegiatan diskusi
 Mengevaluasi kegiatan yang dilaksanakan

f. Dokumentasi 13
6
 Mendokumentasikan seluruh kegiatan diskusi
 Menjalankan absen diskusi

g. Konsumsi

Mempersiapkan konsumsi untuk peserta kegiatan

h. Perlengkapan

Menyiapkan semua perlatan yang digunakan selama kegiatan diskusi

i. Operator

Mengoperasikan media diskusi

13. Evaluasi Proses

a. Evaluasi struktur
 Penyelenggaraan dilakukan di Mushalla Darussalam
 Alat dan media sesuai dengan bencana
 Penggorganisasian penyelenggaraan Musyawarah Masyarakat
Komunitas 1 dilakukan sebelumnya
 Peserta yang hadir merupakan perwakilan dari setiap RT
b. Evaluasi proses
 Peserta antusias dalam menyampaikan saran untuk kegiatan yang
akan dilakukan
 Peserta mengikuti acara dari awal sampai akhir
 Tidak ada peserta yang izin selama acara berlangsung

c. Evaluasi hasil
 Peserta mampu menjelaskan pengertian gempa bumi dan tsunami
 Peserta mampu menjelaskan proses terjadinya gempa bumi dan
tsunami
 Peserta mampu menjelaskan ciri-ciri gempa berpotensi tsunami
 Peserta mampu menjelaskan 3 langkah tanggap gempa bumi dan 13
7
tsunami
 Peserta mampu menjelaskan hal yang harus dihindari saat
berpotensi terjdinya gempa bumi dan tsunami

13
8
LAMPIRAN MATERI
1. Pengertian ASI Eksklusif
ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman
tambahan lain pada bayi berumur nol sampai enam bulan (Depkes RI, 2004).
ASI Eksklusif dikatakan sebagai pemberian ASI secara eksklusif saja,
tanpa tambahan cairan seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan
tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, papaya, bubur susu, biskuit,
bubur dan nasi tim (Utami,2005)
ASI Eksklusif adalah pemberian ASI saja pada bayi sampai usia 6 bulan
tanpa tambahan cairan ataupun makanan lain. ASI dapat diberikan sampai
bayi berusia 2 tahun. Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan dianjurkan
oleh pedoman internasional yang didasarkan pada bukti ilmiah tentang
manfaat ASI baik bagi bayi, ibu, keluarga, maupun Negara (WHO, 2001)
Jadi dapat disimpulkan bahwa ASI Eksklusif adalah pemberian ASI
tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada bayi serta dapat diberikan
sampai bayi berusia 2 tahun.

2. Kandungan ASI
a. Asi mengandung laktosa yang lebih tinggi dibandingkan dengan susu
buatan. Didalam usus laktosa akan dipermentasi menjadi asam laktat
yang bermanfaat untuk :
 Menghambat pertumbuhan bakteri yang bersifat patogen.
 Merangsang pertumbuhan mikroorganisme yang dapat menghasilkan
asam organik dan mensintesa beberapa jenis vitamin.
 Memudahkan terjadinya pengendapan calsium-cassienat.
 Memudahkan penyerapan berbagai jenis mineral, seperti calsium,
magnesium.
b. ASI mengandung zat pelindung (antibodi) yang dapat melindungi bayi
selama 5-6 bulan pertama, seperti: Immunoglobin, Lysozyme,
Complemen C3 dan C4, Antistapiloccocus, lactobacillus, Bifidus,
13
Lactoferrin. 9
c. ASI tidak mengandung beta-lactoglobulin yang dapat menyebabkan
alergi pada bayi.

Komposisi ASI tiap 100 ml dan perbandingannya dengan susu sapi :


Kadar Zat Gizi ASI Susu Sapi

Protein 12 Gr 3,3 Gr
Lemak 3,8 Gr 3,8 Gr
Laktosa 7,0 Gr 4,8 Gr
Kalori 75,0 Kal 66,0 Kal
Vitamin A 53,0 Ki 34,0 Ki
Vitamin B1 0,11 Mgr 0,42 Mgr
Vitamin C 43,0 Mgr 1,8 Mgr
Kalsium 30,0 Mgr 125,0 Mgr
Besi 0,15 Mgr 0,1 Mgr

Perbedaan antara ASI dengan susu formula :


Perbedaan ASI Susu Formula

Komposisi ASI mengandung zat-zat gizi, antara Tidak seluruh zat gizi yang
lain:faktor pembentuk sel-sel otak, terkandung di dalamnya
14
terutama DHA, dalam kadar tinggi. dapat diserap oleh tubuh 0
ASI juga mengandung whey (protein bayi. Misalnya, protein
utama dari susu yang berbentuk cair) susu sapi tidak mudah
lebih banyak daripada kasein (protein diserap karena
utama dari susu yang berbentuk mengandung lebih banyak
gumpalan) dengan perbandingan 65:35. casein. Perbandingan
whey: casein susu sapi
adalah 20:80.

Nutrisi Mengandung imunoglobulin dan kaya Protein yang dikandung


akan DHA (asam lemak tidak polar oleh susu formula berguna
yang berikat banyak) yang dapat bagi bayi lembu tapi
membantu bayi menahan infeksi serta kegunaan bagi manusia
membantu perkembangan otak dan sangat terbatas lagipula
selaput mata. immunoglobulin dan gizi
yang ditambah di susu
formula yang telah
disterilkan bisa berkurang
ataupun hilang.

Pencernaan Protein ASI adalah sejenis protein yang Tidak mudah dicerna:
lebih mudah dicerna selain itu ada serangkaian proses
sejenis unsur lemak ASI yang mudah produksi di pabrik
diserap dan digunakan oleh bayi. Unsur mengakibatkan enzim-
elektronik dan zat besi yang dikandung enzim pencernaan tidak
ASI lebih rendah dari susu formula berfungsi. Akibatnya lebih
tetapi daya serap dan guna lebih tinggi banyak sisa pencernaan
yang dapat memperkecil beban ginjal yang dihasilkan dari proses
bayi. Selain itu ASI mudah dicerna metabolisme yang
bayi karena mengandung enzim-enzim membuat ginjal bayi harus
yang dapat membantu proses bekerja keras. Susu
pencernaan antara lain lipase (untuk formula tidak mengandung 14
1
menguraikan lemak), amilase (untuk posporlipid ditambah
menguraikan karbohidrat) dan protease mengandung protein yang
(untuk menguraikan protein). tidak mudah dicerna yang
bisa membentuk sepotong
susu yang membeku
sehingga berhenti di perut
lebih lama oleh karena itu
taji bayi lebih kental dan
keras yang dapat
menyebabkan susah BAB
dan membuat bayi tidak
nyaman.

Kebutuhan Dapat memajukan pendirian hubungan Kekurangan menghisap


ibu dan anak. ASI adalah makanan payudara: mudah menolak
bayi, dapat memenuhi kebutuhan bayi, ASI yang menyebabkan
memberikan rasa aman kepada bayi kesusahan bayi
yang dapat mendorong kemampuan menyesuaikan diri atau
adaptasi bayi. makan terlalu banyak,
tidak sesuai dengan prinsip
kebutuhan.

Ekonomi Lebih murah: menghemat biaya alat- Biaya lebih mahal: karena
alat, makanan, dll yang berhubungan menggunakan
dengan pemeliharaan, mengurangi alat,makanan, pelayanan
beban perekonomian keluarga. kesehatan, dll. Untuk
memelihara sapi. Biaya ini
sangat subjektif yang
menjadi beban keluarga.

Kebersihan ASI boleh langsung diminum jadi bias Polusi dan infeksi:
14
menghindari penyucian botol susu yang pertumbuhan bakteri di 2
tidak benar ataupun hal kebersihan lain dalam makanan buatan
yang disebabkan oleh penyucian tangan sangat cepat apalagi di
yang tidak bersih oleh ibu. Dapat dalam botol susu yang
menghindari bahaya karena pembuatan hangat biarpun makanan
dan penyimpanan susu yang tidak yang dimakan bayi adalah
benar. makanan bersih akan tetapi
karena tidak mengandung
anti infeksi, bayi akan
mudah mencret atau kena
penularan lainnya.

Ekonomis Tidak perlu disterilkan atau lebih Penyusuan susu formula


mudah dibawa keluar, lebih mudah dan alat yang cukup untuk
diminum, minuman yang paling segar menyeduh susu.
dan suhu minuman yang paling tepat
untuk bayi.

Penampilan Bayi mesti menggerakkan mulut untuk Penyusuan susu formula


menghisap ASI, hal ini dapat membuat dengan botol susu akan
gigi bayi menjadi kuat dan wajah mengakibatkan penyedotan
menjadi cantik. yang tidak puas lalu
menyedot terus yang dapat
menambah beban ginjal
dan kemungkinan menjadi
gemuk.

Pencegaha Bagi bayi yang beralergi, ASI dapat Bagi bayi yang
n menghindari alergi karena susu formula alergiterhadap susu
seperti mencret, muntah, infeksi formula tidak dapat
saluran pernapasan, asma, bintik-bintik, menghindari mencret,
pertumbuhan terganggu dan gejala muntah,infeksi saluran
14
lainnya. napas, asma, kemerahan, 3
pertumbuhan terganggu
dan gejala lainnya yang
disebabkan oleh susu
formula.

Kebaikan Dapat membantu kontraksi rahim ibu, Tidak dapat membantu


bagi ibu lebih lambat datang bulan sehabis kontraksi rahim yang dapat
melahirkan sehingga dapat ber-KB membantu pengembalian
alami. Selain itu dapat menghabiskan tubuh ibu jadi rahim perlu
kalori yang berguna untuk dielus sendiri oleh ibu.
pengembalian postur tubuh ibu. Tidak dapat memperlambat
Berdasarkan biodata statistik, ibu yang waktu datang bulan yang
menyusui ASI lebih rendah dapat menghasilkan cara
kemungkinan menderita kanker KB alami. Berdasarkan
payudara, kanker rahim dan keropos biodata statistik, ibu yang
tulang. menyusui susu formula
lebih tinggi kemungkinan
menderita kanker
payudara.

(dr. Suririnah, 2009)

3. Keuntungan ASI untuk Ibu


a. Mengurangi insiden kanker payudara
Hal ini terjadi karena pada saat menyusui hormon esterogen
mengalami penurunan, sementara itu tanpa aktivitas menyusui, kadar
hormon esterogen tetap tinggi dan inilah yang diduga menjadi salah satu
pemicu kanker payudara karena tidak adanya keseimbangan hormon
esterogen dan progesterone.
b. Mencegah perdarahan pasca persalinan

14
4
Perangsangan pada payudara ibu oleh isapan bayi akan diteruskan
ke otak dan ke kelenjar hipofisis yang akan merangsang terbentuknya
hormone oksitosin. Oksitosin membantu mengkontraksikan kandungan
dan mencegah terjadinya perdarahan pasca persalinan.
c. Mengurangi anemia
Menyusui eklusif akan menunda masa subur yang artinya menunda
haid. Penundaan haid dan berkurangnya perdarahan pasca persalinan
akan mengurangi angka kejadian anemia
d. Dapat digunakan sebagai metode KB sementara
Menyusui secara eklusif dapat menjarangkan kehamilan. Rata-rata
jarak kelahiran ibu yang menyusui adalah 24 bulan sedangkan yang tidak
menyui adalah 11 bulan.Hormon yang mempertahankan laktasi bekerja
menekan hormon untuk ovulasi, sehingga dapat menunda kembalinya
kesuburan. ASI yang dapat digunakan sebagai metode KB sementara
dengan syarat bayi berusia belum berusia 6 bulan, ibu belum haid
kembali, dan ASI diberikan secara eklusif.
e. Mempercepat kembali ke berat semula
Selama hamil, ibu menimbun lemak dibawah kulit. Lemak ini akan
terpakai untuk membentuk ASI, sehingga apabila ibu tidak menyusui,
lemak tersebut akan tetap tertimbun dalam tubuh.
 Steril, aman dari pencemaran kuman 
 Selalu tersedia dengan suhu yang sesuai dengan bayi
 Mengandung antibodi yang dapat menghambat pertumbuhan virus
 Tidak ada bahaya alergi

4. Keuntungan ASI untuk bayi


a. ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi
ASI adalah cairan hidup yang mengandung zat kekebalan yang
akan melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi bakteri, virus,
parasit, dan jamur.
14
b. ASI sebagai nutrisi 5
ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi
yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan bayi.
c. ASI meningkatkan jalinan kasih sayang
Kontak kulit dini akan berpengaruh terhadap perkembangan bayi.
Walaupun seorang ibu dapat memberikan kasih saying dengan
memberikan susu formula, tetapi menyusui sendiri akan memberikan
efek psikologis yang besar. Interaksi yang timbul waktu menyusi antara
ibu dan bayi akan menimbulkan rasa aman bagi bayi. Perasaan aman
sangat penting untuk membangun dasar kepercayaan bayi (basic sense of
trust) yaitu dengan mulai mempercayai oranglain (ibu), maka selanjutnya
akan timbul rasa percaya pada diri sendiri.
d. Mengupayakan pertumbuhan yang baik
Bayi yang mendapat ASI mempunyai kenaikan berat badan yang
baik setelah lahir, pertumbuhan setelah periode perinatal yang baik, dan
mengurangi kemungkinan obesitas. Ibu-ibu yang  diberikan penyuluhan
tentang ASI dan laktasi, turunya berat badan bayi (pada minggu pertama
kelahiran) tidak sebanyak ibu-ibu yang tidak diberi penyuluhan. Hal ini
karena kelompok ibu-ibu tersebut segera memberikan ASI setelah
melahirkan. Frekuensi menyusu yang sering (tidak dibatasi) juga
dibuktikan bermanfaat karena volume ASI yang dihasilkan lebih banyak
sehingga penurunan berat badan bayi hanya sedikit.

5. Teknik menyusui yang benar


Teknik menyusui perlu diperhatikan, karena sangat menentukan
keberhasilan dalam mempertahahankan menyusui dan memperbanyak
produksi ASI.
a. Posisi ibu menyusui
 Duduk dengan posisi enak dan santai kalau perlu pakailah kursi yang
ada sandaran punggung dan lengan.
 Gunakan bantal untuk mengganjal bayi, agar jarak bayi tidak terlalu
14
jauh dari payudara 6
b. Memasukkan puting susu
 Bila menyusukan mulai dengan payudara kanan, letakkanlah kepala
bayi pada siku bagian dalam lengan kanan, badan bayi mengahadap ke
badan ibu.
 Lengan kiri bayi di letakkan di seputar pinggang ibu, tangan kanan ibu
memegang pantat / paha kanan bayi.
 Sanggahlah payudara kanan ibu dengan keempat jari tangan kiri
dibawahnya, dan ibu jari diatasnya, tetapi tidak diatas bagian yang
berwarna hitam ( aerola mamae)
 Sentuhlah mulut bayi dengan putting susu
 Tunggu sampai bayi membuka mulut lebar-lebar
 Puting susu secepatnya kedalam mulut sampai daerah berwarna hitam
c. Melepaskan hisapan bayi
Setelah selesai menyusukan bayi selama 10 menit, lepaskanlah
isapan bayi dengan cara:
 Masukkan jari kelingking ibu yang bersih ke sudut mulut bayi
 Dengan menekan dagu bayi kebawah
 Dengan menutup lubang hidung bayi
 Jangan menarik puting susu untuk melepaskannya
d. Menyendawakan  bayi
Setelah hisapan bayi dilepaskan, sendawakan bayi sebelum
menyusukan dengan payudara yang lain, dengan cara
 Sandarkan bayi dipundak ibu tepuklah punggungnya dengan pelan
sampai keluar sendawa
 Bayi ditelungkupkan dipangkuan ibu, sambil digosok punggungnya

6. Cara pemberian dan penyimapanan ASI untuk ibu yang bekerja


Cara Pemberian :      
Sebelum berangkat bekerja, ibu menyusu bayinya kemudian setelah
menyusui, ibu memeras ASI untuk disimpan dengan aturan ASI dapat 14
7
bertahan selama 6 jam jika disimpan dalam suhu ruangan, ASI dapat bertahan
selama 24 jam jika disimpan dalam lemari es (kulkas), dan ASI dapat
bertahan selama 6 bulan jika disimpan dalam freezer kulkas. Untuk ASI yang
disimpan dalam freezer, beberapa jam sebelum disusukan harus dikeluarkan
terlebih dahulu untuk dihangatkan dengan cara direndam dengan air hangat,
tanpa harus dihangatkan secara langsung dengan api karena apabila
dihangatkan dengan api secara langsung maka akan merusak kandungan gizi
dalam ASI.
Cara Penyimpanan :
 Masukan ASI dalam kantung plastik polietilen (misal plastik gula); atau
wadah plastik untuk makanan atau yang bisa dimasukkan dalam
microwave, wadah melamin, gelas, cangkir keramik.
 Jangan masukkan dalam gelas plastik minuman kemasan maupun plastik
styrofoam.
 Beri tanggal dan jam pada masing-masing wadah.
 Dinginkan dalam refrigerator (kulkas). Simpan sampai batas waktu yang
diijinkan ( + 2 minggu).
 Jika hendak dibekukan, masukkan dulu dalam refrigerator selama
semalam, baru masukkan ke freezer (bagian kulkas untuk membekukan
makanan).
 Gunakan sebelum batas maksimal yang diijinkan. (+ 3-6)

7. Masalah dalam Menyusui dan Penanganannya


a. ASI kurang
Seringkali ibu merasa produksi ASInya kurang padahal sebenarnya
tidak, apalagi bila bayinya sering menangis, ibu tergesa-gesa ingin
memberikan tambahan susu formula.
Penanganannya :
 Ibu harus mengkonsumsi makanan yang bergizi
 Menyusuilah dengan sabar
14
8
 Menyusui secara bergantian antara kedua payudara
 Minimalkan penggunaan alat (misal : dot) karena akan
membingungkan bayi dan akhirnya mengurangi rangsangan untuk
memproduksi ASI

b. Bayi Bingung Putting


Bayi yang mendapatkan susu formula bergantian dengan ASI akan
mengalami nipple confusion sehingga waktu menyusu ibunya sering
terputus-putus bahkan kadang-kadang menolak menyusu ibunya.
Penanganannya :
 Ibu harus mengusahakan pemberian ASI eksklusif
 Menyusui dengan cara yang benar
 Menyusui lebih lama dan sering
c. Payudara Bengkak
Pada hari-hari pertama, seringkali menyusui kurang efektif
sehingga ASI mengumpul di dalam payudara, menekan pembuluh darah
dan saluran limfe. Hal ini mengakibatkan payudara menjadi bengkak dan
nyeri.
Untuk menghindari hal tersebut lakukanlah :
 Susui bayi segera setelah bayi lahir
 Susui menurut kehendak bayi, jangan dijadwalkan
 Susui bayi dengan menggunakan tehnik menyususi yang benar
 Keluarkan sisa ASI dengan tangan atau pompa
Penanganannya:
 Bayi disusukan untuk menghindari pembengkakan
 Berikan kompres dingin untuk menguragi nyeri
 Lakukan pengurutan atau massage payudara
d. Puting payudara nyeri

14
9
Rasa sakit akan  berkurang setelah ASI keluar. Bila posisi mulut
bayi dan putting susu ibu benar, perasaan nyeri akan segera hilang. Cara
menanganinya:
 Posisi menyusui sudah benar
 Mulai menyusui pada putting susu yang tidak sakit, guna membantu
mengurangi sakit pada putting susu yang sakit.
 Segera setelah minum, keluarkan sedikit ASI. Oleskan diputing susu
dan biarkan payudara terbuka untuk beberapa waktu sampai puting
susu kering.
e. Puting payudara lecet
Puting payudara yang lecet dapat dirawat dengan :
 Ibu dapat memberikan ASI pada keadaan luka yang tidak begitu
sakit.
 Mengoleskan kolostrum atau ASI disekitar puting susu dan sesudah
menyusui.
 Puting susu diistirahatkan selama kurang lebih 1 x 24 jam.
 Selama puting susu diistirahatkan, sebaiknya ASI tetap dikeluarkan
dengan tangan dan tidak dianjurkan dengan alat pompa karena nyeri
 Meminumkan ASI pada bayi dengan menggumakan sendok bersih
selama masa istirahat.
 Tidak diperbolehkan mencuci payudara dengan menggunakan sabun.
f. Mastitis
Mastitis adalah peradangan payudara akibat infeksi. Biasanya
terjadi pada minggu-minggu pertama setelah melahirkan yang tersumbat
atau luka pada puting yang terinfeksi.
 Penanganannya:
 Kompres air hangat
 Ibu tetap menyusui bayinya pada payudara yang tidak terinfeksi
 Cukup istirahat
 Minum air putih minimal 2 liter/hari 15
0
 Minum antibiotik
 Lakukan perawatan payudara

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PADA LANSIA


TENTANG MITIGASI BENCANA

Sasaran : Kader Lansia dan lansia di RW 11 Kelurahan Pasie Nan Tigo


Metode : Ceramah dan tanya jawab
Media : Leaflet
Waktu : 30 menit
Tempat : Mesjid di Kelurahan Pasie Nan Tigo
Hari/Tanggal : Rabu / 25 Mei 2022
Pukul : 19.00 sampai selesai

a. LATAR BELAKANG

Gempa bumi umumnya terjadi tanpa peringatan dan terjadi secara cepat
dalam hitungan waktu, menit, dan detik. Gempa bumi yang terjadi di laut
dapat menyebabkan mengakibatkan terjadinya gelombang laut. Gelombang itu
sendiri terjadi akibat adanya suatu perubahan berupa patahan dengan gerak
tegak di dasar laut akibat gempa bumi, gelombang besar disebut tsunami
(Partuti, 2019). Secara geologi, Indonesia berada pada jalur penumjaman
lempeng bumi, seperti penumjaman lempeng Samudra Indo-Australia dengan
lempeng Benua Eurasia hingga pantai selatan Jawa terus ke timur sampai
Nusa Tenggara. Selain itu Indonesia juga memiliki garis pantai terpanjang di
dunia. Hal ini menyebabkan Indonesia mengalami aktivitas tektonik yang
tinggi serta menyimpan potensi bencana alam seperti gempa bumi dan
tsunami. Jalur penumjaman lempeng yang berada di Indonesia menyebabkan
gempa tektonik yang kadang kala dapat menyebabkan kerusakan yang besar,
selain itu jalur gempa bumi yang berada di laut sangat berpotensi
15
menimbulkan bencana berupa tsunami (Kemdikbud, 2017). 1
Berdasarkan hal tersebut jika tidak diimbangi dengan kesiapsiagaan
masyarakat di Kelurahan Pasia Nan Tigo maka akan berdampak pada
tingginya jumlah kerugian dari bencana ini baik dari materil maupun jiwa
sehingga perlunya kesiapsiagaan pada masyarakat. Kesiapsiagaan adalah
serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui
pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna
(UU Nomor 24 Tahun 2007). Kesiapsiagaan adalah suatu tindakan yang
memungkinkan antara pemerintah, organisasi, masyarakat, komunitas,
lembaga, dan individu untuk menangani situasi bencana secara cepat dan tepat
guna secara bersama-sama Havwina (2016).
Praktik keperawatan bencana merupakan adaptasi dari keterampilan
keperawatan profesional dalam mengenali dan memenuhi kebutuhan fisik dan
emosional keperawatan akibat suatu bencana. Tujuan keseluruhan dari
keperawatan bencana adalah untuk mencapai tingkat kesehatan terbaik bagi
orang-orang dan komunitas yang terlibat dalam bencana. Praktik keperawatan
bencana pada mahasiswa Profesi Unand dilakukan di RW 11 Kelurahan Pasia
Nan Tigo, Kecamatan Koto Tangah Kota Padang mulai tanggal 16 Mei 2021
sampai 12 Juni 2022.
Pelaksanaan praktek profesi dilaksanakan melalui tahapan antara lain :
observasi fisik lingkungan, penyebaran kuesioner untuk memperoleh data
kejadian bencana pada msyarakat, musyawarah masyarakat pertama untuk
menindaklanjuti hasil survei dan kuesioner (hasil angket), implementasi
kegiatan sesuai dengan rencana yang telah disepakati oleh masyarakat dan
musyawarah masyarakat kedua untuk menyampaikan hasil evaluasi kegiatan
yang telah direcanakan.
Berdasarkan data dari kementrian dalam negeri RI Direktorat Jendral Bina
Pemerintah Desa, Pada Kelurahan Pasie Nan Tigo ditemukan 2.000 Ha
desa/keluarahan dengan rawan banjir, dan 2.512.000 Ha desa/keluarahan
dengan rawanTsunami, dan 2.512.000 Ha desa/kelurahan dengan rawan jalur
gempa. Pada saat survey yang dilakukan pada tanggal 17 - 19 Mei 2022 di
15
2
RW 11 Kelurahan Pasie Nan Tigo berdasarkan hasil wawancara ke beberapa
warga, warga mengatakan sering terjadi bencana seperti gempa dan banjir.
Upaya untuk meminimalisir risiko bencana dilakukan dengan beberapa
aspek, seperti aspek berkelanjutan dan partisipasi dari seluruh lapisan
masyarakat yang ada. Pada kelompok usia anak, dampak bencana dipandang
lebih mengkhawatirkan (Dewanggajati & Djamaluddin, 2021), sehingga
dalam UU No 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana, anak-anak
dikelompokan dalam kategori rentan. Manajemen bencana merupakan
beberapa kegiatan penangulangan bencana yang terbagi menjadi tiga bagian
yakni sebelum, saat dan sesudah terjadinya bencana (Suwaryo & Yuwono,
2017; Suharini, Kurniawan, & Ichsan, 2020).

 Tujuan Instruksional Umum (TIU)


Setelah diberikan penyuluhan tentang mitigasi dan kesiapsiagaan
bencana pada lansia diharapkan lansia dapat memahami bagaimana
kesiapsiagaan terhadap bencana pada lansia.
 Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Setelah diberikan penyuluhan masyarakat dapat :
a. Menjelaskan pengertian Mitigasi bencana
b. Menjelaskan tujuan mitigasi bencana
c.
 Sasaran
Kader Lansia dan lansia di RW 11 Kelurahan Pasia Nan Tigo
 Materi
a. Pengertian mitigasi bencana
b. Tujuan mitigasi bencana
c. Jenis mitigasi bencana
d. Strategi mitigasi bencana
 Metode
Metode yang digunakan dalam pemberian penyuluhan ini adalah
15
ceramah dan tanya jawab. 3
 Media
Leaflet
 Kriteria Hasil
a. Kriteria Struktur :
 Peserta hadir minimal 3 orang
 Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan di Mesjid di Kelurahan
Pasie Nan Tigo
 Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelum
dan saat penyuluhan.
b. Kriteria Proses:
 Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
 Peserta konsentrasi mendengarkan penyuluhan
 Paserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan dengan
benar.
c. Kriteria Hasil :
 Menyebutkan pengertian mitigasi bencana

 Kegiatan Penyuluhan
No Waktu Kegiatan penyuluhan Peserta
1. 5 menit Pembukaan
5. Penyuluh memulai penyuluhan 5 Menjawab salam.
dengan mengucapakan salam
6. Memperkenalkan diri. 6 Memperhatikan
7. Menjelaskan tujuan materi. dan
8. Menyebutkan materi yang akan mendengarkan.
diberikan. 7 Memperhatikan
dan
mendengarkan
8 Memperhatikan
dan 15
4
mendengarkan
2. 10 menit Pelaksanaan
4. Menjelaskan pengertian tanda- 1. Memperhatiakan
tanda persalinan dan mendengarkan
5. Menjelaskan macam-macam 4. Memperhatiaka
persalinan n dan
6. Menjelaskan tanda-tanda mendengarkan
persalinan 5. Memperhatiaka
n dan
mendengarkan

3. 10 menit Evaluasi :
3 Memberikan kesempatan kepada 3 Merespon dan
peserta untuk bertanya. bertanya
4 Memberikan kesempatan kepada 4 Merespon dan
peserta untuk menjawab bertanya
pertanyaan yang diberikan
4. 5 menit Terminasi
4 Menyimpulkan materi yang telah 4 Memperhatian dan
disampaikan mendengarkan
5 Mengucapkan terima kasih atas 5 Memperhatiakan
perhatian yang diberikan dan mendengarkan
6 Mengucapkan salam penutup 6 Mendengarkan dan
membalas salam

 Setting Tempat

15
5
Keterangan :
Moderator
Presentator

Fasilitator
Observer
Operator
Dokumentasi
Peserta

 Pengorganisasian
Leader :Weriska Oktrivani, S.Kep
Moderator : Mutiara Yerivanda, S.Kep
Presentator : Echia Srikandi Permai, S.Kep
Fasilitator : Yolanda Zulfendri, S.Kep ; Nofantri Wulantika,
S.Kep : Desrila Indra Sari, S.Kep, Makhda Nurfatmala Lubis, S.Kep :
Novita Rahmawati, S.Kep ; Rahmi Fedila Rafli, S.Kep ; Febi
Sagitaria, S.Kep
Observer : Widya Aprilyan, S.Kep
Dokumentasi : Nafhania Nur Efniati, S.Kep
 Rincian Tugas
a. Leader
 Menjelaskan tujuan kegiatan
 Mengarahkan proses kegiatan pada anggota kelompok
 Menjelaskan aturan kegiatan pada peserta 15
6
 Mengefaluasi perasaan setelah pelaksanaan
b. Moderator
 Membuka dan menutup acara
 Memperkenalkan diri
 Menetapkan tata tertib acara penyuluhan
 Kontrak waktu yang akan digunakan selama penyuluhan
 Menjaga kelancaran acara
 Memimpin diskusi
 Bersama fasilitator menjalin kerja sama dalam acara MMK 1

c. Presentator

Menyampaikan pelaksanaan kegiatan yang akan dilakukan

d. Fasilitator
 Bersama leader menjalin kerja sama dalam pelaksanaan kegiatan
 Memotivasi peserta kegiatan dalam kegiatan yang akan diberikan
 Menjadi contoh dalam kegiatan
 Mempertahankan kehadiran peserta
 Mencegah gangguan/hambatan terhadap peserta baik luar maupun
dalam

e. Observer
 Mencatat dan mengamati respon peserta secara verbal dan
non verbal jalannya kegiatan
 Mencatat seluruh proses yang dikaji dan semua perubahan prilaku
 Mencatat dan mengamati peserta aktif dari kegiatan diskusi
 Mengevaluasi kegiatan yang dilaksanakan

f. Dokumentasi
 Mendokumentasikan seluruh kegiatan diskusi
 Menjalankan absen diskusi
15
 Evaluasi Proses 7
a. Evaluasi struktur

 Penyelenggaraan dilakukan di masjid di Kelurahan Pasie Nan Tigo

 Alat dan media sesuai dengan bencana

 Penggorganisasian penyelenggaraan Musyawarah Masyarakat


Komunitas 1 dilakukan sebelumnya
 Peserta yang hadir merupakan perwakilan dari setiap RT
b. Evaluasi proses
 Peserta antusias dalam menyampaikan saran untuk kegiatan yang
akan dilakukan
 Peserta mengikuti acara dari awal sampai akhir
 Tidak ada peserta yang izin selama acara berlangsung

c. Evaluasi hasil
 Sebanyak 70 % lansia mampu menjelaskan pengertian mitigasi
bencana
 Sebanyak 70 % lansia mampu menyebutkan tujuan mitigasi
bencana
 Sebanyak 70 % lansia mampu menyebutkan jenis mitigasi bencana
 Sebanyak 70 % lansia mampu menyebutkan strategi pelaksanaan
kegiatan mitigasi bencana
 Kegiatan penyuluhan yang dilakukan telah berhasil kerena 70 %
perserta sudah mampu menjelaskan kembali materi mengenai
mitigasi bencana.

15
8
Lampiran Materi
Mitigasi Bencana Pada Lansia

A. Pengertian Mitigasi Bencana


Menurut UU Nomor 24 Tahun 2007, pengertian mitigasi adalah serangkain
upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik
maupun penyadaran dan peningkatan untuk menghadapi ancaman bencana
berdasarkan siklus penanganan bencana. Mitigasi yaitu usaha untuk
mengurangi dan atau meniadakan korban dan kerugian yang mungkin timbul,
terutama kegiatan penjinakan/peredaman (mitigasi). Dan pada prinsipnya
mitigasi harus dilakukan untuk segala jenis bencana (baikbencana alam
(natural disaster) maupun bencana akibat manusia. Sedangkan bencana adalah
rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat disebabkan oleh faktor alam maupun non alam yang
memunculkan korban jiwa, kerusakan lingkungan, dan kerugian harta benda
(Vetri Pramudianti, 2014).
No 21 Tahun 2008 Pasal 20 a PP No 21 Tahun 2008 Pasal 20 ayat (1) yat (1)
“Mitigasi bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf c dilakukan
untuk mengurangi risiko dan dampak yang diakibatkan oleh bencana terhadap
masyarakat yang berada pada kawasan rawan bencana”. baik bencana alam,
bencana ulah  bencana ulah manusia maupun manusia maupun gabungan
gabungan dari keduany dari keduanya dalam suatu a dalam suatu negara atau
negara atau masyarakat. Dalam konteks bencana, dekenal dua macam yaitu
Firdaus, (2018) :
1) bencana  bencana alam yang merupakan merupakan suatu serangkaian
serangkaian peristiwa peristiwa bencana bencana yang disebabkan oleh faktor
alam, yaitu berupa gempa, tsunami, gunung meletus,  banjir, kekeringan,
angin topan tanah  banjir, kekeringan, angin topan tanah longsor, dll longsor,
dll.
2) bencana  bencana sosial merupakan merupakan suatu bencana bencana
yang diakibatkan diakibatkan oleh manusia, manusia, seperti konflik social, 15
9
penyakit masyarakat dan teror. Mitigasi bencana merupakan langkah yang
sangat perlu dilakukan sebagai suatu titik tolak utama dari manajemen
bencana.

B. Tujuan Mitigasi
Tujuan mitigasi bencana diantaranya :
a. Mengurangi resiko penduduk (korban jiwa, kerusakan SDM)
b. Meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam menghadapi bencana
c. Sebagai landasan (pedoman) perencanaan pembangunan

Tujuan dari strategi mitigasi adalah untuk mengurangi kerugian-kerugian  pada


saat terjadinya terjadinya bahaya pada masa mendatang. mendatang. Tujuan
utama adalah untuk mengurangi risiko kematian dan cedera terhadap
penduduk. Tujuan-tujuan sekunder mencakup pengurangan kerusakan dan
kerugian-kerugian ekonomi yang ditimbulkan terhadap infrastruktur sektor
publik dan mengurangi kerugian-kerugian sektor swasta sejauh hal-hal itu
mungkin mempengaruhi masyarakat secara keseluruhan (Firdaus, 2018).

C. Jenis Mitigasi Bencana


Jenis Mitigasi Bencana Mitigasi dibagi menjadi dua macam, yaitu mitigasi
struktural dan mitigasi non struktural.
a. Mitigasi Struktural
Mitigasi strukural merupakan upaya untuk meminimalkan bencana yang
dilakukan melalui pembangunan berbagai prasarana fisik dan
menggunakan  pendekatan  pendekatan teknologi, teknologi, seperti
seperti pembuatan pembuatan kanal khusus untuk pencegahan
pencegahan banjir, banjir, alat pendeteksi aktivitas gunung berapi,
bangunan yang bersifat tahan gempa, ataupun Early Warning System
yang digunakan untuk memprediksi terjadinya gelombang tsunami.
Mitigasi struktural adalah upaya untuk mengurangi kerentanan
(vulnerability) terhadap bencana dengan cara rekayasa teknis bangunan 16
0
tahan  bencana.  bencana. Bangunan Bangunan tahan bencana bencana
adalah bangunan bangunan dengan struktur struktur yang direncanakan
sedemikian rupa sehingga bangunan tersebut mampu bertahan atau
mengalami kerusakan yang tidak membahayakan apabila bencana yang
bersangkutan  bersangkutan terjadi. terjadi. Rekayasa Rekayasa teknis
adalah prosedur prosedur perancangan perancangan struktur struktur
bangunan yang  bangunan yang telah memperhitungkan karakteristik
telah memperhitungkan karakteristik aksi dari benca aksi dari bencana.  

b. Mitigasi Non-Struktural
Mitigasi non – struktural adalah upaya mengurangi dampak bencana
selain dari upaya tersebut diatas. Bisa dalam lingkup upaya pembuatan
kebijakan seperti  pembuatan  pembuatan suatu peraturan. peraturan.
Undang-Undang Undang-Undang Penanggulangan Bencana
Penanggulangan Bencana (UU PB) adalah upaya non-struktural di
bidang kebijakan dari mitigasi ini. Contoh lainnya adalah pembuatan
tata ruang kota, capacity building masyarakat, bahkan sampai
menghidupkan berbagai aktivitas lain yang berguna bagi penguatan
kapasitas masyarakat, juga bagian dari mitigasi ini. Ini semua
dilakukan untuk, oleh dan di masyarakat yang hidup di sekitar daerah
rawan bencana.
Kebijakan non struktural meliputi legislasi, perencanaan wilayah, dan
asuransi. Kebijakan non struktural lebih berkaitan dengan kebijakan
yang bertujuan untuk menghindari risiko yang tidak perlu dan
merusak. Tentu, sebelum perlu dilakukan identifikasi risiko terlebih
dahulu. Penilaian risiko fisik meliputi proses identifikasi dan evaluasi
tentang kemungkinan terjadinya bencana dan dampak yang mungkin
ditimbulkannya.

D. Strategi Untuk Melaksanakan Mitigasi Bencana


Menetapkan strategi mitigasi bencana. Adapun strategi agar upaya 16
1
mitigasi bencana dapat terkoordinir dengan baik adalah sebagai
berikut (Irawan, 2022) :
1. Pemetaan
Langkah pertama dalam strategi mitigasi ialah melakukan pemetaan
daerah rawan bencana. Pada saat ini berbagai sektor telah
mengembangkan  peta rawan bencana. bencana. Peta rawan bencana
bencana tersebut tersebut sangat berguna berguna bagi  pengambil
pengambil keputusan keputusan terutama terutama dalam antisipasi
antisipasi kejadian kejadian bencana bencana alam. Meskipun
demikian sampai saat ini penggunaan peta ini belum dioptimalkan.
Hal ini disebabkan karena beberapa hal, diantaranya adalah :
a. Belum seluruh wilayah di Indonesia telah dipetakan
b. Peta yang dihasilkan belum tersosialisasi dengan baik
c. Peta bencana belum terintegrasi
d. Peta bencana yang dibuat memakai peta dasar yang berbeda
beda sehingga menyulitkan dalam proses integrasinya
2. Pemantauan
Dengan mengetahui tingkat kerawanan secara dini, maka dapat
dilakukan antisipasi jika sewaktu-waktu terjadi bencana, sehingga
akan dengan mudah melakukan penyelamatan. Pemantauan di
daerah vital dan strategis secara jasa dan ekonomi dilakukan di
beberapa kawasan rawan bencana.
3. Penyebaran
Informasi Penyebaran informasi dilakukan antara lain dengan cara:
memberikan  poster  poster dan leaflet leaflet kepada Pemerintah
Pemerintah Kabupaten/Kota Kabupaten/Kota dan Propinsi Propinsi
seluruh seluruh Indonesia yang rawan bencana, tentang tata cara
mengenali, mencegah dan  penanganan  penanganan bencana.
bencana. Memberikan Memberikan informasi informasi ke media
cetak dan elektronik elektronik tentang kebencanaan adalah salah
satu cara penyebaran informasi dengan tujuan meningkatkan 16
2
kewaspadaan terhadap bencana geologi di ologi di suatu kawasan
suatu kawasan tertentu. Koordinasi pemerintah daerah dalam hal
penyebaran informasi diperlukan mengingat Indonesia sangat luas.
4. Sosialisasi dan penyuluhan
Sosialisasi dan penyuluhan tentang segala aspek kebencanaan
kepada SATKOR-LAK PB, SATLAK PB, dan masyarakat
bertujuan meningkatkan kewaspadaan dan kesiapan menghadapi
bencana jika sewaktu-waktu terjadi. Hal penting yang perlu
diketahui masyarakat dan Pemerintah Daerah ialah mengenai hidup
harmonis dengan alam di daerah bencana, apa yang perlu
ditakukan dan dihindarkan di daerah rawan bencana, dan
mengetahui cara menyelamatkan diri jika terjadi bencana.
5. Peringatan Dini
Peringatan dini dimaksudkan untuk memberitahukan tingkat
kegiatan hasil pengamatan secara kontinyu di suatu daerah rawan
dengan tujuan agar  persiapan secara dini dapat dilakukan
persiapan secara dini dapat dilakukan guna mengant guna
mengantisipasi jika sewaktu - waktu isipasi jika sewaktu - waktu
terjadi bencana. Peringatan dini tersebut disosialisasikan kepada
masyarakat melalui pemerintah daerah dengan tujuan memberikan
kesadaran masyarakat dalam menghindarkan diri dari bencana.
Peringatan dini dan hasil pemantauan daerah rawan bencana
berupa saran teknis dapat berupa antana lain pengalihan  jalur jalan
jalur jalan (sementara atau seterusnya), (sementara atau
seterusnya), pengungsian pengungsian dan atau dan atau relokasi,
dan relokasi, dan saran  penanganan lainnya.
Menetapkan pendekatan mitigasi bencana Pendekatan mitigasi
bencana dilakukan dengan dua cara, yaitu (Irawan, 2022) :
a. Pendekatan struktural merupakan upaya mitigasi bencana melalui
pembangunan prasarana fisik dan pemanfaatan teknologi. Dengan
kata lain, rekayasa ketahanan bangunan akan bencana. Contohnya 16
3
adalah adanya alat pendeteksi aktivitas gunung. Semua proses
koordinasi dan pengambilan kebijakan dilakukan secara terpimpin,
sama halnya seperti warga di Fiji Jepang saat terkena bencana alam
tsunami, memberikan pembelajaran sosial bagi masyarakat dalam
pengambilan keputusan saat menghadapi bencana (Takasaki, 2016)
b. Pendekatan non-struktural merupakan upaya mitigasi bencana
melalui pembuatan kebijakan atau peraturan tertentu. Dengan kata
lain, pendekatan yang dilakukan terhadap kesadaran manusia.
Contohnya adalah Undangundang Penanggulangan Bencana.
(Dema, 2020). Pendekatan non-struktural dapat juga dilakukan
dengan kegiatan partisipasi dari masyarakat dalam menghadapi
bencana, dipercaya memiliki pengaruh positif dalam mitigasi
bencana. Hal ini serupa dengan masyarakat di Phang Nga, Thailand
yang daerahnya menjadi titik rawan Tsunami (Witvorapong et al.,
2015).
Menetapkan kebijakan mitigasi bencana. Berbagai prinsip yang
diperlukan dalam upaya mitigasi bencana yaitu (Irawan, 2022) :
a. Memahami bahwa bencana dapat diprediksi secara alamiah dan
saling berkaitan antara satu dengan bencana lainnya sehingga perlu
di evaluasi terus menerus
b. Upaya mitigasi bencana harus memiliki persepsi yang sama baik
dari aparat pemerintahan ataupun masyarakatnya, salah satunya
dahulukan kelompok rentan;
c. Upaya preventif harus diutamakan untuk mengurangi dampak
bencana, dan
d. Upaya mitigasi bencana terkoordinir secara terpadu bagi aparat
ataupun masyarakatnya.

16
4
DAFTAR PUSTAKA

Kartika, K. (2021). Keperawatan bencana efektifitas pelatihan bencana pre


hospital gawat darurat dalam peningkatan efikasi diri kelompok siaga
bencana dan non siaga bencana edisi 1. Yogyakarta : Grup Penerbitan CV
Budi Utama)
Al Khalaileh, M. A. A., Bond, A. E., Beckstrand, R. L., & Al-Talafha, A. (2010).
The Disaster Preparedness Evaluation Tool: Psychometric testing of the
Classical Arabic version. Journal of Advanced Nursing, 66(3), 664–672.
Risnawati, et al. (2021). Keperawatan bencana dan gawat darurat. Kota Bandung :
CV. Media Sains Indonesia)
Miftah Thoha. 2012. Kepemimpinan Dalam Manajemen: PT.Raja Grafindo
Persada, Jakarta
Aryanata, Nyoman Trisna. 2019. Meninjau Perilaku Terkait Bencana di
Indonesia: Sebuah Kajian Literatur . Jurnal Psikologi MANDALA. Vol. 3,
No. 1, 69-84
Irawan dkk. 2022. Manajemen Mitigasi Bencana Pada Peserta Didik untuk
Mengurangi Risiko Bencana Gempa Bumi.PENDIPA Journal of Science
Education
Anam dkk. 2018. UPAYA PERAWAT DALAM FASE MITIGASI BENCANA
GUNUNG KELUD BERDASARKAN ICN FRAMEWORK. JURNAL
KEPERAWATAN TERAPAN, VOLUME 4, NO. 2,
Nurillah dkk. 2022. Manajemen Mitigasi Penanggulangan Bencana Banjir Oleh
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Cilegon di
Kecamatan Ciwandan. JURNAL DESENTRALISASI DAN KEBIJAKAN
PUBLIK (JDKP) E-ISSN : 2722-5259. Vol. Vol. 03 No. 01
Haqi MH, M.Has EM, Bahiyah K. 2019 Gambaran status mental (stres,
kecemasan, dan depresi) pada korban pasca gempa berdasarkan periode
perkembangan (remaja, dewasa,dan lansia) di desa pendua kabupaten lombok
utara. Psychiatry Nurs J (Jurnal Keperawatan Jiwa).
16
BNPB. 2017. Buku Tangkas Tangguh Menghadapi Bencana. Edisi 2017
5
Suwarningsih S, Nurwidiasmara L, Mujahidah Z. 2019. Lansia Dalam
Menghadapi Bencana Di Kota Bogor. J Ilm Kesehat.
Dewanggajati, A. W., & Djamaluddin, S. (2021). Pengaruh Lembaga pendidikan
dan penanggulangan bencana daerah terhadap partisipasi pelatihan bencana
rumah tangga. Jurnal Manajemen Dan Supervisi Pendidikan (JMSP), 5(1),
303–314.
Suharini, E., Kurniawan, E., & Ichsan, I. Z. (2020). Disaster Mitigation Education
In The Covid-19 Pandemic: A Case Study In Indonesia. Sustainability: The
Journal Of Record, 13(6), 292–298.
Suwaryo, P. A. W., & Yuwono, P. (2017). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Tingkat Pengetahuan Masyarakat Dalam Mitigasi Bencana Alam Tanah
Longsor. Urecol, 305–314
Firdaus, A. Fida, M.Z. 2018. Mitigasi Bencana Tentang Angin, UNNES
Anonymous. 2011. Indonesia negara rawan bencana.
http://www.bbc.co.uk/indonesia/berita_indonesia/2011/08/110810_indonesi
a_tsunami.shtml. Diakses tanggal 1 Desember 2018.
Ledysia, Septiana. 2013. Januari 2013, Indonesia Dirundung 119 Bencana.
http://news.detik.com/read/2013/02/02/002615/2159288/10/januari-2013-
indonesia-dirundung-119-bencana. Diakses tanggal 1 Desember 2018.
Pusat Data, Informasi dan Humas. 2010. Sistem Penangulangan Bencana.
http://bnpb.go.id/page/read/7/sistem-penanggulangan-bencana. Diakses
tanggal 1 Desember 2018
Pusat Data, Informasi dan Humas. 2012. Definisi dan Jenis Bencana.
http://www.bnpb.go.id/page/read/5/definisi-dan-jenis-bencana. diakses
tanggal 1 Desember 2018.
Pasal 1 Undang-Undang No. 24 Tahun 2007. Jakarta: DPR RI dan Presiden RI
Sudiharto. 2011. Manajemen Disaster.
http://bppsdmk.depkes.go.id/bbpkjakarta/wp-
content/uploads/2011/06/ManajemenDisaster.pdf. Diakses tanggal
1 Desember 2018.
16
6

Anda mungkin juga menyukai