OLEH :
DESRILA INDRA SARI, S.Kep
2141312028
KELOMPOK S
DOSEN PEMBIMBING :
Ns. MULYANTI ROBERTO, M.Kep
PEMBIMBING KLINIK :
Ns. FARIDA KURNIATI, S.Kep
5. Etiologi
Begitu banyak kondisi klinis yang bisa menyebabkan terjadi chronic kidney
desease. Akan tetapi yang terjadi adalah penurunan fungsi ginjalsecara progresif.
Kondisi klinis yang memungkinkan dapat mengakibatkan CKD bisa disebabkan dari
ginjal sendiri dan luar ginjal (Muttaqin, 2012). Beberapa penyebab CKD menurut
Haryono (2012), yaitu :
Kulit pucat, kekuning – kuningan, kecoklatan, kering, dan ada scalp. Selain itu,
biasanya juga menunjukkan adanya purpura, ekimosis, petechiae, dan timbunan urea
pada kulit.
f) Neurologis
Biasanya ditunjukkan dengan adanya neuropati perifer, nyeri, gatal pada
lengan dan kaki. Selain itu juga adanya kram pada otot dan refleks kedutan, daya
memori menurun, apatis, rasa kantuk meningkat, iritabilitas, pusing, koma dan
kejang.
g) Endokrin
Bisa terjadi infertilitas dan penurunan libido, amenorrhea dan gangguan siklus
menstruasi pada wanita, impoten, penurunan sekresi sperma, peningkatan sekresi
aldosteron, dan kerusakan metabolismekarbohidrat.
h) Hematopoitiec
Terjadi anemia, penurunan waktu hidup sel darah merah, trombositopenia, dan
kerusakan platelet.
i) Muskuloskletal
Nyeri pada sendi dan tulang, deminarelisasi tulang, fraktur pathologis, dan
kalsifikasi ( otak, mata, gusi, sendi, miokard).
8. Komplikasi
Menurut Smeltzer dalam Rudi Haryono (2012), komplikasi Chronic Kidney
Desease yang memerlukan pendekatan kolaboratif dalam perawatan, mencakup :
a. Hiperkalemia, akibat penurunan ekskresi, asidosis metabolik,katabolisme dan
masukan diit berlebihan
b. Perikarditis, Efusi perikardial dan temponade jantung akibat retensi
produk sampah uremik dan diallisis yang tidak adekuat.
c. Hipertensi, akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem
renin, angiotensin, dan aldesteron.
d. Anemia, akibat penurunan eritropoitin, penurunan rentang usia sel darah
merah, perdarahan gastrointestinal akibat iritasi.
e. Penyakit tulang, akibat retensi fosfat, kadar kalium serum, yang rendah
metabolisme vitamin D, abnormal dan peningkatan kadar alumunium.
9. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang Chronic Kidney Desease menurut Haryono(2012)
sebagai berikut :
a. Urin
Volume : Biasanya kurang dari 4000ml/24 jam (oliguria)/ anuria
Warna : Secara abnormal urin keruh, mungkin disebabkan oleh pus,
bakteri, lemak, partikel koloid, fosfat lunak, sedimen kotor, kecoklatan,
menunjukkan adanya darah, Hb, mioglobulin, forfirin.
Berat jenis : < 1,051 (menetap pada 1.010 menunjukkan kerusakan ginjal
berat).
Osmolalitas : < 340 Mosm/kg menunjukkan kerusakan modular dan rasio
urin/sering 1:1
Kliren kreatinin : Mungkin agak menurun.
Natrium : > 40 ME o/% karena ginjal tidak mampu mereabsorbsi natrium
Protein : Derajat tingi protein ( 3 – 4+) secara bulat, menunjukkan
kerusakan glomerulus jika SDM dan fagmen juga ada. pH, kekeruhan,
glokusa, SDP dan SDM.
b. Darah
BUN : urea adalah produksi akhir dari metabolisme protein, peningkatan
BUN dapat meerupakan indikasi dehidrasi, kegagalan prerenal atau gagal
ginjal.
Kreatinin : Produksi katabolisme otot dari pemecahan kreatinin otot dan
kreatinin fosfat. Bila 50% nefron rusak maka kadar kreatinin
meningkat.
Elektrolit : Natrium, kalium, kalsium dan fosfat
Hematologi : Hb, trombosit, Ht, dan leukosit.
c. Pielografi intravena
Pengobatan :
1) Pengaturan diet protein, kalium, natrium dan cairan
Pembatasan protein
Pembatasan protein tidak hanya mengurangi kadar BUN, tetapi
juga mengurangi asupan kalium dan fosfat, serta mengurangi produksi
ion hidrogen yang berasal dari protein. Pembatasan asupan protein telah
terbukti menormalkan kembali kelainan ini dan memperlambat
terjadinya gagal ginjal.
Diet rendah kalium
Hiperkalemia biasanya merupakan masalah pada gagal ginjal
lanjur. Asupan kalium dikurangi. Diet yang dianjurkan adlah 40 – 80
mEq/hari. Penggunaan makanan dan obat – obatan yang tinggi kadar
kaliumnya dapat menyebabkan hiperkalemia.
Diet rendah natrium
Diet Na yang dianjurkan adalah 40 – 90 mEq/hari (1 – 2 g Na).
Asupan natrium yang terlalu longgar dapat mengakibatkan retensi
cairan, edema perifer, edema paru, hipertensi dan gagal jantung
kongestif.
Pengaturan cairan
Cairan yang diminum penderita gagal ginjal tahap lanjut harus
diawasi dengan seksama. Parameter yang tepat untuk diikuti selain
data asupan dan pengeluaran cairan yang dicatat dengan tepat adalah
pengukuran berat badan harian.
2) Pencegahan dan Pengobatan komplikasi
(1) Hipertensi
Hipertensi dapat dikontrol dengan pembatasan natrium dan cairan
Pemberian obat antihipertensi : metildopa (aldomet), propranolol,
klonidin (catapres)
Apabila penderita sedang mengalami terapi hemodialisa,pemberian
antihipertensi dihentikan karena dapat mengakibatkan hipotensi
dan syok yang diakibatkan oleh keluarnya cairan intravaskuler
melalui ultrafiltrasi.
Pemberian diuretik : furosemid (lasix)
(2) Hiperkalemia
Hiperkalemia merupakan komplikasi yang paling serius, karena
bila K+ serum mencapai sekitar 7 mEq/L, dapat mengakibatkan aritmia
dan juga henti jantung. Hiperkalemia dapat diobati dengan pemberian
glukosa dan insulin intravena, yang akan memasukkan K+ ke dalam
sel, ataudengan pemberian kalsium glukonat 10%
(3) Anemia
e) Pemeriksaan Penunjang
(a) Urin
Volume, biasanya kurang dari 400ml/24 jam (oliguri) atau urin
tidak ada
Warna, secara abnormal urin keruh mungkin disebabkan oleh
pus, bakteri, lemak, partikel koloid, fosfat atau urat.
Berat jenis urin, kurang dari 1,015 (menetap pada 1,010
menunjukkan kerusakan ginjal berat).
Klirens kreatinin, mungkin menurun
Natrium, lebih besar dari 40 meq/L karena ginjal tidak mampu
mereabsorbsi natrium.
Protein, derajat tinggi proteinuria (3 – 4 +) secara kuat
menunjukkan kerusakan glomerulus.
(b) Darah
Hitung darah lengkap, Hb menurun pada adanya anemia, Hb
biasanya kurang dari 7 – 8 gr
Sel darah merah, menurun pada defesiensi eritropoetin seperti
azotemia. GDA, pH menurun, asidosis metabolik (kurang dari
7,2) terjadi karena kehilangan kemampuan ginjal untuk
mengekskresi hidrogen dan amonia atau hasilakhir katabolisme
protein, bikarbonat menurun, PaCO2 menurun.
Kalium, peningkatan sehubungan dengan retensi sesuai
perpindahan selular (asidosis) atau pengeluaran jaringan).
Magnesium fosfat meningkat
Kalsium menurun
Protein (khusus albumin, kadar serum menurun menunjukkan
kehilangan protein melalui urin, perpindahan cairan, penurunan
pemasukan atau sintesa karena kurang asam amino esensial.
Osmolalitas serum : lebih besar dari 285 mOsm/kg, seringsama
dengan urin.
(c) Pemeriksaan Radiologi
Foto ginjal, ureter dan kandung kemih : menunjukkan ukuran
kandung kemih, refluks kedalam ureter an retensi.
Ultrasonografi ginjal : menentukan ukuran ginjal dan adanya
massa, kista, obstruksi pada saluran perkemihan bagian atas.
Pielogram ginjal : mengkaji sirkulasi ginjal dan
mengidentifikasi ekstravaskuler
Sistouretrogram berkemih : menunjukkan ukuran kandung
kemih, refluk kedalam ureter dan retensi.
b. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada Chronic Kidney Desease menurut
Smeltzer dan Bare (2008) adalah :
belakang yang
paten
Bargman JM, Skorecki K. (2010). Chronic Kidney Desease. Editor: Harrison’s Nephrology
and acid base disorder. Edisi 1. New York : The MacGraw-Hill Companies.
Black, J.M & Hawks, J.H. (2014). Medical surgical nursing clinincal management for
positive outcome. 7th ed. St. Lous : Elsevier.
Brunner & Suddarth. (2004). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah alih bahasa agung
widoyo, dkk. Editor Monika ester.dkk. Jakarta : EGC.
Indonesia Renal Register. (2015). 6th Report Of Renal Registry. IRR: 19-24.
Lubkin & Larsen. (2007). Cronic Ilness Impact and Intervention. Philadelphia:Elsevier.
Moorhead, et al. (2008). Nursing Outcaome (NOC) fourth edition. Philadelphia: Elsevier’s
Health Science Right Departmen.
Prabowo, Eka & Pranata, Anda. (2014). Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan
Pendekatan NANDA, NIC, dan NOC. Yogyakarta: Nuhu Nedika.
Smeltzer, S.C., Bare, B.G. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Jakarta :EGC.
Stanley, Farahani, Lankarani, M,M & Assari. (2011). Benefits of a Holistic Breathing
Technique in Patients on hemodialysis. Nephrology Nursing Journal, 38 (2), 149-
152.
Suharyanto, Toto & Majid, Abdul. (2013). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta : TIM.
Wilkinson. (2012). Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria
Hasil NOC. Jakarta : EGC.