Anda di halaman 1dari 10

HIGEIA 4 (Special 1) (2020)

HIGEIA JOURNAL OF PUBLIC HEALTH


RESEARCH AND DEVELOPMENT
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/higeia

Desa Tangguh Bencana Tanah Longsor

Inda Sintya Prastika1

1
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Univesitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Indonesia merupakan negara kepulauan dengan tingkat risiko bencana yang cukup tinggi karena
Diterima 29 April 2020 berada di pertemuan tiga lempeng tektonik. Menurut BNPB kejadian bencana di Indonesia dari
Disetujui 1 September tahun 2005-2015 adalah 78% (11.648) merupakan bencana hidrometeorologi (BNPB, 2016). Salah
2020 satu upaya yang dilakukan BNPB dan BPBD dalam penanggulangan bencana adalah melalui
Dipublikasikan 18 pembentukan Desa Tangguh Bencana di desa dengan risiko bencana tinggi.Penelitian ini bertujuan
September 2020 untuk mengetahui gambaran kinerja Desa Tangguh Bencana Tanah Longsor di Kabupaten
________________ Kendal.Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif.Penelitian dilaksanakan pada bulan
Keywords: Agustus- September 2019 di Desa Tlogopayung dan Desa Cening Kabupaten Kendal. Hasil
Disaster, Landslide, Destana menunjukkan bahwa pencapaian untuk Desa Tlogopayung dan Desa Cening adalah legislasi
100%, perencanaan 100% dan 75%, kelembagaan 33% dan 78%, pendanaan 33%, pengembangan
____________________
DOI: kapasitas 60% dan 67% serta penyelenggaraan penanggulangan bencana 25% dan 50%. Simpulan
dalam penelitian ini adalah tidak ada perbedaan kinerja pada aspek legislasi dan pendanaan,
https://doi.org/10.15294
terdapat perbedaan pencapaian pada aspek perencanaan, pendanaan, kelembagaan,
/higeia.v4iSpecial%201/
35473 pengembangan kapasitas dan penyelenggaraan penanggulangan bencana pada Destana
____________________ Tlogopayung dan Destana Cening di Kabupaten Kendal.

Abstract
___________________________________________________________________
Indonesia is an archipelagic country with a high level of disaster risk. According to BNPB, the disasters in
Indonesia from 2005-2015 were 78% (11,648) were hydrometeorological disasters (BNPB, 2016). One of the
efforts undertaken by BNPB and BPBD in disaster management was through the establishment of a Disaster-
Resilient Village. This study to description Landslide Disaster-Resilient Village performance on Kendal. This
type of research was quantitative descriptive. The study was conducted in August-September 2019 in
Tlogopayung Village and Cening Village Kendal. The results obtained showed that the achievements for
Tlogopayung and Cening Villages were 100% legislation, 100% and 75% planning, 33% and 78%
institutional, 33% funding, 60% and 67% capacity development and 25% disaster management and 50%. The
conclusion in this study is that there is no difference in performance in the aspects of legislation and funding,
there are differences in achievement in the aspects of planning, funding, institutional, capacity building and
implementation of disaster management in Destana Tlogopayung and Destana Cening in Kendal Regency.

© 2020 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi:
p ISSN 1475-362846
Gedung F5 Lantai 2 FIK Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229 e ISSN 1475-222656
E-mail: indasintya@yahoo.com

181
Inda, S, P. / Desa Tangguh Bencana / HIGEIA 4 (Special 1) (2020)

PENDAHULUAN penanggulangan bencana daerah dan nasional.


Dalam upaya tersebut mengandalkan
Indonesia merupakan negara kepulauan kemandirian masyarakat dalam menghadapi
dengan tingkat risiko bencana yang cukup bencana dan pengurangan risiko bencana. Di
tinggi. Menurut Badan Nasional Uganda, risiko tanah longsor sangat tinggi
Penanggulangan Bencana (BNPB) terlihat terjadi, untuk itu Uganda juga menerapkan
bahwa kejadian bencana di Indonesia dari tahun kebijakan pengurangan risiko bencana berbasis
2005-2015 adalah 78% (11.648) merupakan masyarakat yaitu dengan penanaman pohon
bencana hidrometeorologi, dan 22% merupakan sebagai pemanfaatan lahan (Mertens, 2018).
bencana geologi (BNPB, 2016). Bencana adalah suatu kejadian yang
Berdasarkan matriks kajian risiko ditimbulkan oleh faktor alam maupun faktor
bencana hidrometeorologi yang disusun oleh non alam yang dapat mengakibatkan kerugian
BNPB tahun 2015, dapat diketahui bahwa pada berupa kehilangan nyawa, kerugian ekonomi,
beberapa bencana, Jawa Tengah menduduki sosial, lingkungan bahkan budaya di suatu
peringkat ketiga setelah Jawa Barat dan Jawa wilayah tertentu. Salah satu bencana alam yang
Timur terkait jumlah paparan risiko bencana. sering terjadi di Indonesia adalah tanah longsor.
Sedangkan untuk jumlah kejadian bencananya, Tanah longsor adalah salah satu jenis gerakan
Jawa Tengah selalu menduduki peringkat massa tanah atau batuan, ataupun percampuran
pertama pada semua bencana selama 5 tahun keduanya, menuruni atau keluar lereng akibat
terakhir yaitu dari tahun 2015 sampai dengan terganggunya kestabilan tanah atau batuan
bulan April 2019. Salah satu bencana yang penyusun lereng (BNPB, 2017). Menurut BNPB
sering terjadi di Jawa Tengah adalah bencana pada Buku Saku Tanggap Tangkas Tangguh
tanah longsor.Jumlah kejadian tanah longsor di Menghadapi Bencana tahun 2017 bencana
Jawa Tengah merupakan kejadian tanah longsor tanah longsor seringnya dipicu oleh curah hujan
tertinggi jika dibandingkan dengan provinsi yang tinggi, tanah terjal, kurangnya kepadatan
lainnya di Indonesia dari tahun 2015 sampai tanah, kurangnya tutupan vegetasi serta getaran.
dengan tahun 2019. Salah satu daerah di Jawa Bencana tanah longsor biasanya terjadi begitu
Tengah yang sering terjadi tanah longsor adalah cepat sehingga menyebabkan keterbatasan
di Kabupaten Kendal yaitu sebanyak 72 kali waktu untuk melakukan evakuasi.
kejadian selama 5 tahun terakhir sampai dengan Bencana dapat terjadi kapan saja dan
April 2019. dimana saja, kejadian bencana tidak mudah
Perubahan iklim baru- baru ini diprediksi. Sifat bencana yang tidak pasti dapat
meningkatkan angka kejadian bencana.Seiring menimbulkan kemungkinan kerugian yang lebih
banyaknya bencana terjadi, maka semakin besar besar. Akibat bencana yang terjadi merupakan
pula dampak bencana. Menurut penelitian yang komponen-komponen yang secara langsung
dilakukan di India, tanah longsor merupakan maupun tidak langsung dapat mempengaruhi
salah satu bencana yang dipicu oleh curah hujan kehidupan manusia.
yang tinggi yang menyebabkan kerugian berupa Menurut Perka BNPB Nomor 15 Tahun
kerusakan property sampai dengan hilangnya 2011 tentang Pedoman Pengkajian Kebutuhan
nyawa (Bhardwaj, 2019). Pasca Bencana, akibat bencana adalah
Salah satu upaya yang dilakukan BNPB kerusakan, kerugian, gangguan akses, gangguan
dan BPBD adalah melalui pembentukan fungsi dan meningkatnya risiko bencana atau
Kelurahan/Desa Siaga Bencana dan menurunnya kapasitas individu masyarakat.
Kelurahan/ Desa Tangguh Bencana di desa dan Sedangkan dampak yang terjadi akibat bencana
kelurahan dengan risiko bencana tinggi.Hal adalah berupa dampak ekonomi dan fiskal,
tersebut sesuai dengan Peraturan Pemerintah dampak sosial budaya dan politik, dampak
Nomor 21 Tahun 2008 terkait fungsi dan tugas pembangunan manusia serta dampak
BPBD dan BNPB sebagai badan penyelenggara lingkungan.

182
Inda, S, P. / Desa Tangguh Bencana / HIGEIA 4 (Special 1) (2020)

Mengingat begitu banyak dampak dan bencana adalah komponen organisasi yang ada
akibat becana, maka perlu dilaksanakan di dalamnya. Desa/ Kelurahan Siaga Bencana
penanggulangan bencana. Menurut UU terdiri dari tim relawan saja sedangkan Desa/
Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 Kelurahan Tangguh Bencana terdiri dari tim
Tentang Penanggulangan Bencana, relawan dan FPRB (Forum Pengurangan Risiko
penyelenggaraan penanggulangan bencana Bencana) dan dilengkapi dengan fasilitator
adalah serangkaian upaya yang meliputi (Habibullah, 2013). Atau untuk lebih jelasnya
penetapan kebijakan pembangunan yang dapat kita lihat pada tabel 1.
berisiko timbulnya bencana, kegiatan Pengembangan Kelurahan Tangguh
pencegahan bencana, tanggap darurat, dan Bencana dimaksudkan untuk melindungi
rehabilitasi. Tujuan dari penanggulangan masyarakat di kawasan rawan bahaya dari
bencana adalah memberikan perlindungan dampak-dampak merugikan bencana,
kepada masyarakat dari ancaman bencana, meningkatkan peran serta masyarakat,
menyelaraskan peraturan perundang-undangan khususnya kelompok rentan, dalam pengelolaan
yang sudah ada, menjamin terselenggaranya sumber daya untuk mengurangi risiko bencana.
penanggulangan bencana secara terencana, meningkatkan kapasitas kelembagaan
terpadu, terkoordinasi, dan menyeluruh, masyarakat dalam pengelolaan sumber daya
menghargai budaya lokal, membangun dan pemeliharaan kearifan lokal bagi PRB,
partisipasi dan kemitraan publik serta swasta, meningkatkan kapasitas pemerintah dalam
mendorong semangat gotong royong, memberikan dukungan sumber daya dan teknis
kesetiakawanan, dan kedermawanan dan bagi PRB, meningkatkan kerjasama antara para
menciptakan perdamaian dalam kehidupan pemangku kepentingan dalam PRB, pihak
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. pemerintah daerah, lembaga usaha, perguruan
Penanggulangan Bencana menurut UU No. 24 tinggi, lembaga swadaya masyakarat (LSM),
Tahun 2007 dibagi menjadi 3 yaitu pra bencana, organisasi masyarakat, dan kelompok-kelompok
saat bencana dan pasca bencana. lainnya yang peduli.
Penanggulangan bencana berbasis Secara garis besar, desa/kelurahan
masyarakat adalah upaya yang dilakukan tangguh bencana akan memiliki komponen-
masyarakat terkait kebencanaan yang komponen sebagai berikut: Aspek yang pertama
dilaksanakan secara terorganisir.Mereka adalah aspek legislasi yaitu penyusunan
menggunakan sumber daya nya sendiri untuk Peraturan Desa yang mengatur pengurangan
mencegah, mengurangi, menghindari dan risiko dan penanggulangan bencana di tingkat
memulihkan diri dari dampak bencana. Seperti desa, aspek kedua adalah perencanaan yaitu
yang kita ketahui, ada beberapa istilah penyusunan rencana Penanggulangan Bencana
organisasi yang merupakan organisasi Desa; Rencana Kontinjensi bila menghadapi
penanggulangan bencana berbasis masyarakat ancaman tertentu; dan Rencana Aksi
atau komunitas.Ada yang disebut dengan Pengurangan Risiko Bencana Komunitas
Kampung Siaga Bencana, Kelurahan/Desa (pengurangan risiko bencana menjadi bagian
Siaga Bencana dan juga Desa/ Kelurahan terpadu dari pembangunan). Dalam
Tangguh Bencana. Perbedaan dari ketiganya pelaksanaannya, perencanaan kegiatan cukup
adalah pada lembaga penyelenggaranya, penting keberadaannya, untuk itu dokumen
dimana Kampung Siaga Bencana perencanaan menurut Ariyani (2016) harus
diselenggarakan oleh Kementerian Sosial RI disusun secara partisipatif dengan
sedangkan Desa/ Kelurahan Siaga Bencana dan mempertimbangkan kearifan lokal dan sumber
Desa/ Kelurahan Tangguh Bencana merupakan daya yang ada di wilayah tersebut. Sedangkan
kegiatan yang diselenggarakan oleh BNPB dan dalam penelitian lain yang dilaksanakan oleh
BPDB. Perbedaan dari Desa/ Kelurahan Siaga Saroji (2016) dokumen perencanaan harus
Bencana dan Desa/ Kelurahan Tangguh disusun berdasarkan hasil survey dan

183
Inda, S, P. / Desa Tangguh Bencana / HIGEIA 4 (Special 1) (2020)

Tabel 1. Perbedaan Kampung Siaga Bencana danDesa/Kelurahan Tangguh Bencana


Variabel Kampung Siaga Bencana Desa/ Kelurahan Tangguh Bencana
Konsep Desa/ Kampung hanya sebatas merek dan konsep yang jelas yaitu mengacu pada
Kelurahan dan mengacu pada kelembagaan devinisi desa sebagai wilayah
Kampung penanggulangan bencana yang admistratif
berbasis masyarakat yang bisa
berkedudukan di
kecamatan/desa/kelurahan/dusun.
Maksud dan Upaya penanggulangan bencana Upaya penanggulangan bencana
Tujuan berbasis komunitas, tujuan berbasis komunitas, tujuan cenderung
memberikan pemahaman dan sebagai upaya peningkatan program
kesadaran masyarakat, membentuk penanggulangan bencana berbasis
jejaring dan memperkuat interaksi masyarakat
sosial, mengorganisasikan, menjamin
kesinambungan, mengoptimalkan
potensi dan sumber daya
Organisasi Membentuk organisasi Dapat membentuk kelembagaan baru
Pelaksana pelaksana/kelembagaan baru yang atau memanfaatkan dan
dinamakan “Kampung Siaga mengembangkan kelembagaan yang
Bencana” sudah ada
Pelaksana Perseorangan yaitu relawan (Tagana) Perwakilan kelompok siaga bencana
dan unsur masyarakat atau perseorangan (relawan
penanggulangan bencana berbasis
masyarakat)
Mitra Masyarakat Lebih cenderung pemerintah sebagai Mengutamakan kemitraan dan
dan Mitra mitra organisasi kerjasama antara individu, kelompok
Organisasi atau organisasi-organisasi untuk
melaksanakan kegiatan dan mencapai
tujuan bersama.
Konteks Disebutkan pada ketentuan umum Salah satu prinsip desa/kelurahan
Ecological tanpa diatur lebih lanjut yaitu definisi tangguh bencana yaitu mobilisasi
kearifan lokal sumber daya lokal
Protokol Terkesan intervensi pemerintah lebih Cenderung memberi pedoman
Intervensidan dominan dibanding komunitas lokal langkah-langkah kegiatan
Deliveri Layanan- itu sendiri mulai dari fasilitasi penanggulangan bencana berbasis
Layanan kegiatan sosialisasi, penyuluhan, komunitas tanpa terlalu banyak
penyiapan sistem peringatan dini intervensi dari pemerintah
lokal, pembuatan lumbung bencana
sebagai kesiapan logistik lokal,
simulasi (gladi bencana) dan apel
lokal siaga bencana
Populasi Target Masyarakat yang potensial terkena Masyarakat yang potensial terkena
ancaman dan resiko bencana alam ancaman dan resiko bencana alam
baik pada tingkat baik pada tingkat desa/kelurahan
kecamatan/desa/kelurahan maupun
dusun

observasi yang telah dilaksanakan oleh pemangku kepentingan dalam mendorong


fasilitator. upaya pengurangan risiko bencana. Terkait
Aspek selanjutnya adalah kelembagaan dengan kelembagaan, menurut penelitian yang
yaitu pembentukan forum Penanggulangan dilakukan oleh Yanita (2017) hasil kinerja
Bencana Desa/Kelurahan yang berasal dari organisasi yang optimal dapat dipengaruhi oleh
unsur pemerintah dan masyarakat, beberapa hal, diantaranya adalah pengaruh
kelompok/tim relawan penanggulangan kepemimpinan sebuah organisasi, budaya
bencana di dusun, RW dan RT, serta organisasi yaitu norma atau nilai yang dianut
pengembangan kerjasama antar sektor dan dalam suatu organisasi serta lingkungan kerja

184
Inda, S, P. / Desa Tangguh Bencana / HIGEIA 4 (Special 1) (2020)

suatu organisasi. Ketika organisasi dalam tangggap darurat, dan segala upaya
Destana memiliki kinerja yang bagus, maka pengurangan risiko melalui intervensi
upaya penanggulangan bencana akan berjalan pembangunan dan program pemulihan, baik
dengan baik. Oleh karena itu, beberapa upaya yang bersifat struktural-fisik maupun non-
yang dapat dilakukan melalui aspek struktural.
kelembagaan adalah peningkatan kualitas Penelitian ini berbeda dengan penelitian
kepemimpinan, membentuk budaya organisasi lainnya adalah terletak pada variabel, tempat
yang baik serta membuat lingkungan organisasi dan waktu penelitiannya.Penelitian ini
yang mendukung kinerja organisasi Destana. dilaksanakan untuk mengetahui gambaran
Penelitian lain yang dilaksanakan oleh Syarief kinerja Desa Tangguh Bencana tanah longsor di
(2017) menyebutkan bahwa kepemimpinan Desa Cening dan Desa Tlogopayung Kabupaten
dalam suatu organisasi mempengaruhi Kendal Tahun 2019.
komitmen organisasi.
Aspek selanjutnya adalah pendanaan METODE
yaitu rencana mobilisasi dana dan sumber daya
(dari APBD Kabupaten/ Kota, APBDes/ADD, Jenis penelitian ini adalah penelitian
dana mandiri masyarakat dan sektor swasta kuantitatif.Dalam penelitian ini, peneliti ingin
atau pihak-pihak lain bila dibutuhkan). mengetahui kinerja Desa/ Kelurahan Tangguh
Pendanaan, selain menghambat keberjalanan Bencana Cening dan Tlogopayung Penelitian ini
program juga akan mempengaruhi motivasi dan dilaksanakan di Desa Tlogopayung dan Desa
produktifitas anggota Destana seperti menurut Cening Kabupaten Kendal pada tahun 2019.
hasil penelitian yang dilaksanakan oleh Variabel dalam penelitian ini adalah aspek-
Indriyani (2014) gaji dan tunjangan aspek kinerja dalam Desa Tangguh Bencana
kesejahteraan mempengaruhi produktifitas yaitu Legislasi, Perencanaan, Pendanaan,
kinerja seseorang. Selanjutnya adalah Kelembagaan, Pengembangan Kapasitas dan
pengembangan kapasitas yaitu pelatihan, Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana.
pendidikan, dan penyebaran informasi kepada Pengambilan sampel dilaksanakan dengan
masyarakat, khususnya kelompok relawan dan metode total sampling dengan mengambil seluruh
para pelaku penanggulangan bencana agar anggota Desa Tangguh Bencana di kedua desa
memiliki kemampuan dan berperan aktif tersebut sebanyak 60 orang. Pengumpulan data
sebagai pelaku utama dalam melakukan dilakukan dengan cara wawancara, observasi
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi dan dokumentasi. Sumber data berasal dari data
kegiatan-kegiatan pengurangan risiko bencana. primer yang peneliti ambil sendiri dan data
Dalam meningkatkan pengembangan kapasitas sekunder.Analisis data menggunakan
yang masih kurang, beberapa hal dapat perhitungan skor kuesioner dan
dilakukan seperti pada penelitian Oktari (2019) membandingkannya. Adapun perhitungannya
yaitu melibatkan multistakeholder dalam adalah sebagai berikut.
mendukung terwujudnya Desa Tangguh Penentuan kategori pada tiap aspek
Bencana contohnya pelibatan Dinas Pariwisata, kinerja yaitu legislasi, perencanaan,
PMI, Media dan Dunia Usaha. Multistakeholder kelembagaan, pendanaan, pengembangan
akan membantu pelaksanaan penanggulangan kapasitas dan penyelenggaraan penanggulangan
bencana. Bantuan dapat berupa bantuan dana bencana dilakukan dengan cara menghitung
dan bantuan dalam bentuk pelaksanaan skor indikator yang sudah dicapai untuk setiap
kegiatan. Desa Tangguh Bencana untuk selanjutnya
Aspek terakhir adalah Penyelenggaraan dibandingkan dan dikategorikan. Untuk
Penanggulangan Bencana yaitu kegiatan- kategori desa tangguh bencana ini
kegiatan mitigasi fisik struktural dan non-fisik; menggunakan penilaian kinerja Deskriptor
sistem peringatan dini; kesiapsiagaan untuk Level Kinerja (DLK) yang dapat

185
Inda, S, P. / Desa Tangguh Bencana / HIGEIA 4 (Special 1) (2020)

Tabel 2. Kategori Skor Hasil Kuesioner Desa dilakukan kepada Fasilitator Destana masing-
Tangguh Bencana masing desa, didapatkan hasil bahwa kedua
Kategori Desa Rentang Skor desa tersebut sudah memenuhi aspek Legislasi
Desa/Kelurahan (skor 51-60)
Desa Tangguh Bencana.Kedua Destana yaitu
Tangguh Bencana Utama
Desa/Kelurahan (skor 36-50) Destana Tlogopayung dan Destana Cening,
Tangguh Bencana Madya masing- masing sudah melakukan upaya upaya
Desa/Kelurahan (skor 20-35) awal untuk menyusun kebijakan PRB tingkat
Tangguh Bencana desa.Selain itu, kebijakan tersebut juga telah
Pratama
tersusun secara konsultif dan melibatkan
pemangku kepentingan termasuk Lurah/Kepala
dikelompokkan menjadi 3 kategori yaitu: Baik
Desa dan Badan Penanggulangan Bencana
(68%-100%), Cukup ( 34%-67%), dan Kurang
Daerah, sehingga angka pencapaiannya adalah
(0-33%).
100%.
Setelah mengisi kuesioner yang telah ada,
Aspek yang kedua dalam Desa Tangguh
maka dapat kita ketahui hasil skor yang
Bencana adalah aspek Perencanaan. Menurut
diperoleh setiap kelurahan dengan kategori
Perka BNPB Nomor 1 Tahun 2012, indikator
dapat dilihat pada tabel 2.
dalam aspek perencanaan ada 4. Menurut hasil
Dengan kategori tersebut dapat kita
wawancara yang dilaksanakan kepada fasilitator
ketahui tentang gambaran pencapaian kinerja
tangguh bencana dan sekretaris di masing-
masing- masing Desa Tangguh BencanaTanah
masing desa, maka pencapaiannya adalah aspek
Longsor di Kabupaten Kendal.
perencanaan sudah dipenuhi 100% oleh kedua
desa tersebut, namun pada studi dokumen yang
HASIL DAN PEMBAHASAN
dilaksanakan di Destana Cening tidak ada data
yang menunjukkan bahwa kegiatan rencana
Desa Tlogopayung merupakan salah satu
penanggulangan bencana masuk ke dalam
desa di Kecamatan Plantungan Kabupaten
rencana pembangunan desa. Indikator dalam
Kendal.Letaknya kurang lebih 49 km dari
aspek perencanaan adalah adanya upaya awal
Kantor Kabupaten Kendal.Desa Tlogopayung
untuk menyusun dokumen perencanaan
merupakan salah satu dari 3 Desa Tangguh
penanggulangan bencana, tersusunnya
Bencana di Kabupaten Kendal.Jenis Bencana
dokumen perencanaan penanggulangan
yang ada di Desa Tlogopayung adalah bencana
bencana dan yang ketiga adalah telah
tanah longsor sesuai dengan kondisi
dipadukannya dokumen perencanaan dengan
geografisnya. Sedangkan desa Cening
rencana pembangunan desa serta yang terakhir
merupakan desa dengan karakteristik yang sama
adalah adanya dokumen analisis risiko.
dengan desa Tlogopayung dengan bencana yang
Aspek yang ketiga dalam penilaian Desa
sama dengan Desa Tlogopayung yaitu rawan
Tangguh Bencana adalah aspek
bencana tanah longsor. Desa Cening terletak
Kelembagaan.Aspek kelembagan memiliki 9
diKecamatan Singorojo Kabupaten Kendal.
indikator di dalamnya.Hasil dari wawancara
Letaknya kurang lebih 45 km dari Kantor
dan pengisian kuesioner serta dipadukan dengan
Kabupaten Kendal.Hasil penelitian terkait
observasi dan studi dokumen pada aspek
kinerja Desa Tangguh Bencana Tanah Longsor
kelembagaan didapatkan hasil bahwa ada
di Kabupaten Kendal berdasarkan komponen
perbedaan penerapan antara kedua Destana
yang ada dalam Perka BNPB No. 1 Tahun 2012
tersebut.Destana Cening sudah melaksanakan 7
adalah sebagai berikut.
indikator yang ada dalam Perka BNPB Nomor
Aspek kinerja Desa Tangguh Bencana
1 Tahun 2012, sedangkan Destana Tlogopayung
yang pertama adalah Legislasi.Dalam aspek
baru hanya menerapkan 3. Indikator dalam
legislasi terdapat 3 indikator yang harus di
aspek kelembagaan adalah adanya upaya awal
penuhi oleh masing-masing Desa Tangguh
untuk membentuk forum PRB, forum PRB
Bencana.Menurut hasil wawancara yang

186
Inda, S, P. / Desa Tangguh Bencana / HIGEIA 4 (Special 1) (2020)

beranggotakan wakil masyarakat termasuk yang berasal dari anggaran desa maupun
perempuan, serta kelompok rentan dan sudah anggaran lain yang dikumpulkan. Biasanya
mulai berfungsi, Forum PRB telah berfungsi Destana Tlogopayung mengumpulkan dana
aktif dengan program yang diimplementasikan ketika terjadi bencana tanah longsor. Warga
dengan baik, adanya upaya membentuk tim yang rumahnya terkena dampak longsor akan
relawan, adanya tim relawan yang telah dicarikan bantuan sukarela berbentuk uang
terbentuk dan memiliki kelengkapan personil tunai atau makanan dari warga lainnya.
serta peralatan, tim relawan telah secara rutin Wawancara terkait pendanaan juga
melakukan kegiatan yang terprogram, adanya dilakukan kepada fasilitator Desa Cening.
pembicaraan terkait kerjasama dengan pihak Menurut hasil dari wawancara dengan
lain, adanya perjanjian kerjasama dengan pihak fasilitator, Destana Cening sudah melakukan
lain, serta adanya kegiatan PRB yang upaya pengumpulan dan pengalokasian dana
dilaksanakan dengan kerjasama. khusus yang digunakan untuk tanggap darurat
Terkait dengan kelembagaan, menurut dan kegiatan kebencanaan lainnya.
penelitian yang dilakukan oleh Yanita, (2017) Pengumpulan dana yang dilakukan oleh destana
hasil kinerja organisasi yang optimal dapat cening berasal dari iuran mandiri anggota
dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya destana secara sukarela. Iuran dilakukan secara
adalah pengaruh kepemimpinan sebuah berkala untuk pembiayaan segala bentuk
organisasi, budaya organisasi yaitu norma atau kegiatan Destana. Namun, untuk mekanisme
nilai yang dianut dalam suatu organisasi serta dan pengelolaan dana iuran tersebut belum
lingkungan kerja suatu organisasi. Ketika tercatat secara baik. Upaya dalam
organisasi dalam Destana memiliki kinerja yang pengalokasian dana desa untuk kegiatan
bagus, maka upaya penanggulangan tanggap darurat dan kebencanaan sudah
bencanaakan berjalan dengan baik.Oleh karena dilakukan namun belum ada alokasi dana
itu, beberapa upaya yang dapat dilakukan khusus yang berasal dari desa untuk kegiatan
melalui aspek kelembagaan adalah peningkatan Destana. Dalam poin pendanaan, destana
kualitas kepemimpinan, membentuk budaya Cening tidak memiliki data atau catatan apapun
organisasi yang baik serta membuat lingkungan oleh karena itu peneliti menyimpulkan bahwa
organisasi yang mendukung kinerja organisasi destana Cening juga belum menerapkan.
Destana. Penelitian lain yang dilaksanakan oleh Tidak adanya pendanaan yang sesuai
Syarief (2017)menyebutkan bahwa menjadikan seluruh kegiatan destana menjadi
kepemimpinan dalam suatu organisasi terhambat. Menurut hasil penelitian, anggota
mempengaruhi komitmen organisasi. destana masih mengharapkan bantuan dana dari
Aspek yang keempat adalah aspek desa ataupun BPBD untuk meningkatkan
pendanaan. Menurut hasil pengisian kuesioner kinerja destana dan melaksanakan kegiatan
dan studi dokumentasi terkait aspek pendanaan penanggulangan bencana. Kaitannya dengan
kepada bendahara masing- masing Destana, keberjalanan program dengan pendanaan yang
maka di dapatkan hasil masing- masing desa ada di Destana, program Destana Tlogopayung
hanya memenuhi 2 poin indikator saja. Dalam kurang berjalan karena kurangnya dana.
aspek pendanaan, peneliti juga melakukan Pendanaan, selain menghambat keberjalanan
wawancara kepada fasilitator destana. Menurut program juga akan mempengaruhi motivasi dan
hasil wawancara dengan fasilitator produktifitas anggota Destana seperti menurut
Tlogopayung, Destana Tlogopayung tidak hasil penelitian yang dilaksanakan oleh
memiliki dana apapun yang digunakan untuk Indriyani (2014) gaji dan tunjangan
kegiatan pengurangan risiko bencana ataupun kesejahteraan mempengaruhi produktifitas
kegiatan lainnya terkait kebencanaan. Destana kinerja seseorang.
Tlogopayung belum mengalokasikan dana Aspek penilaian kinerja yang kelima
khusus yang digunakan dalam kebencanaan adalah pengembangan kapasitas. Dilihat dari

187
Inda, S, P. / Desa Tangguh Bencana / HIGEIA 4 (Special 1) (2020)

hasil pengisian kuesioner yang dilakukan oleh adalah upaya pemetaan dan analisis risiko yang
fasilitator masing- masing destana, selanjutnya telah menjadi dokumen, upaya
pengembangan kapasitas yang dilaksanakan pembuatan peta dan jalur evakuasi, upaya
destana tanah longsor di Kabupaten Kendal pembangunan sistem peringatan dini serta
adalah dapat kita lihat perbedaan indikator pada adanya kegiatan pembangunan fisik untuk
aspek pengembangan kapasitas yang telah mengurangi risiko bencana.Sedangkan di
dicapai oleh Destana Cening dan Destana Destana Cening 50% indikator sudah terpenuhi,
Tlogopayung. Destana Tlogopayung sudah dan 50% lainnya belum terpenuhi.Dalam
memenuhi 9 dari 15 poin penerapan sedangkan melaksanakan kegiatan penyelenggaraan
Destana Cening telah menerapkan 10 dari 15 penanggulangan bencana destana Cening sering
poin penerapan. Dalam meningkatkan kali melakukan pemantauan wilayah atau
pengembangan kapasitas yang masih kurang, inspeksi untuk melihat tanda- tanda tanah
beberapa hal dapat dilakukan seperti pada longsor seperti retakan tanah. Menurut
penelitian Oktari (2019) yaitu melibatkan penelitian yang dilaksanakan oleh Putra (2017)
multistakeholder dalam mendukung terwujudnya inspeksi secara baik dan benar dapat
Desa Tangguh Bencana contohnya pelibatan mengoptimalkan pelaksanaan program suatu
Dinas Pariwisata, PMI, Media dan Dunia organisasi.
Usaha. Multistakeholder akan membantu Untuk mempermudah melihat
pelaksanaan penanggulangan bencana. Bantuan perbandingan kinerja kedua Desa Tangguh
dapat berupa bantuan dana dan bantuan dalam Bencana, adalah seperti pada tabel 3.
bentuk pelaksanaan kegiatan. Dari tabel penilaian Desa Tangguh
Aspek keenam dan terakhir dalam Bencana diatas dapat kita ketahui perbedaan
penilaian Desa Tangguh Bencana adalah aspek kinerja Destana Tlogopayung dan Destana
penyelenggaraan penanggulangan bencana. Cening.Destana Tlogopayung mencapai
Penilaian aspek penyelenggaraan kategori baik pada aspek legislasi dan
penanggulangan bencana di Destana perencanaan, cukup pada aspek pengembangan
Tlogopayung dan Destana Cening adalah 75% kapasitas dan kurang pada aspek kelembagaan,
indikator pada aspek penyelenggaraan pendanaan dan penyelenggaraan
penanggulangan bencana di Destana penanggulangan bencana.Untuk destana Cening
Tlogopayung belum terpenuhi. Adapun dari kategori baik pada aspek legislasi, perencanaan,
keseluruhan indikator yang sudah dipenuhi dan kelembagaan, kategori cukup pada aspek

Tabel 3.Penilaian Kinerja Desa Tangguh Bencana


Jumlah Penilaian Kinerja
No Aspek
Indikator Destana Tlogopayung Destana Cening
1 Legislasi 3 3 (100%) 3 (100%)
Baik Baik
2 Perencanaan 4 4 (100%) 3 (75%)
Baik Baik
3 Kelembagaan 9 3 (33%) 7 (78%)
Kurang Baik
4 Pendanaan 6 2 (33%) 2 (33%)
Kurang Kurang
5 Pengembangan 15 9 (60%) 10 (67%)
Kapasitas Cukup Cukup
6 Penyelenggaraan 24 6 (25%) 12 (50%)
Penanggulangan Kurang Cukup
Bencana
27 37
Skor Destana Desa Tangguh Bencana Desa Tangguh
Pratama Bencana Madya

188
Inda, S, P. / Desa Tangguh Bencana / HIGEIA 4 (Special 1) (2020)

pengembangan kapasitas dan penyelenggaraan Pratama dengan skor 27 dan Desa Tangguh
penanggulangan bencana dan kategori kurang Bencana Cening masuk dalam kategori Desa
pada aspek pendanaan.Menurut skor indikator Tangguh Bencana Madya dengan skor 37.
yang didapat Destana Tlogopayung masuk Kelemahan dalam penelitian ini adalah
dalam Desa Tangguh Bencana Pratama dan kurangnya data pendukung terkait catatan bukti
Desa Tangguh Bencana Cening masuk dalam penelitian.Hal ini terjadi karena minimnya
Desa Tangguh Bencana Madya berdasarkan pencatatan yang dilaksanakan oleh anggota
hasil pengisian kuesioner dan observasi serta Destana sehingga kegiatan destana kurang
studi dokumentasi. terdokumentasi dengan baik. Saran untuk
peneliti selanjutnya adalah dapat melakukan
PENUTUP pengambilan data dengan jangka waktu yang
lebih lama atau melakukan pengambilan data
Terdapat 6 aspek yang digunakan dalam secara kualitatif dengan pemantauan kegiatan
penilaian kinerja yaitu legislasi, perencanaan, sehingga dapat melakukan dokumentasi
kelembagaan, pendanaan, pengembangan kegiatan secara langsung untuk menunjukkan
kapasitas dan penyelenggaraan penanggulangan bukti kegiatan destana demi memperkuat data
bencana. Dari penelitian ini dapat ditarik penelitian. Selain itu, pengambilan data dapat
simpulan sebagai berikut: Terdapat 2 Desa dilakukan ketika destana melakukan kegiatan
Tangguh Bencana Tanah Longsor di Kabupaten khusus dan peneliti dapat ikut serta secara
Kendal, yaitu Destana Tlogopayung dan langsung dalam penelitian. Peneliti selanjutnya
Destana Cening; pada aspek legislasi, terdapat 3 juga dapat melakukan penelitian kualitatif
indikator dengan pencapaian Destana dengan tujuan mencari faktor yang
Tlogopayung dan Cening sama- sama 100% mempengaruhi kurangnya pencapaian indikator
dengan kategori baik; pada aspek perencanaan, dalam aspek kinerja desa tangguh bencana,
terdapat 4 indikator dengan pencapaian Destana sehingga faktor tersebut dalam dijelaskan secara
Tlogopayung 100% dengan kategori baik dan rinci.
Destana Cening 75% dengan kategori baik; pada
aspek kelembagaan, terdapat 9 indikator dengan DAFTAR PUSTAKA
pencapaian Destana Tlogopayung 33% dengan
kategori kurang dan Destaa Cening 78% dengan Ariyani, Dirhamsyah, Nizamuddin. 2016. Kajian
kategori baik; pada aspek pendanaan, terdapat 6 Pelaksanaan Pengembangan Desa Tangguh
indikator dengan pencapaian Destana Bencana di Gampong Payatieng Kecamatan
Peukan Bada Kabupaten Aceh Besar. Jurnal
Tlogopayung dan cening sama- sama 33%
Ilmu Kebencanaan. 3(4): 127-133.
dengan kategori kurang; pada aspek
Bhardwaj, A., Wasson, R.J., Ziegler, A.D., Alan,
pengembangan kapasitas, terdapat 15 indikator Chow, W.T.L., Sundriyal, Y.P. 2019.
dengan pencapaian Destana Tlogopayung 60% Characteristics of Rain- Induced Landslides in
dengan kategori cukup dan Destana Cening the Indian Himalaya: A Case Study of the
67% dengan kategori cukup; pada aspek Mandakini Catchment During the 2013
penyelenggaraan penanggulangan bencana, Flood. Geomorphology Journal, 330: 100-115.
terdapat 24 indikator dengan pencapaian BNPB. 2016. Risiko Bencana Indonesia. Jakarta: Badan
Destana Tlogopayung 25% dengan kategori Nasional Penanggulangan Bencana.
BNPB. 2017. Buku Saku Tanggap Tangkas Tangguh
kurang dan Destana Cening 50% dengan
Menghadapi Bencana. Jakarta: Pusat Data,
kategori cukup Dalam penggolongan desa
Informasi dan Humas BNPB.
tangguh bencana berdasarkan skor pencapaian, Habibullah. 2013. Kebijakan Penanggulangan Becana
maka Desa Tangguh Bencana Tlogopayung Berbasis Komunitas: Kampung Siaga
termasuk dalam Desa Tangguh Bencana

189
Inda, S, P. / Desa Tangguh Bencana / HIGEIA 4 (Special 1) (2020)

Bencana dan Desa/ Kelurahan Tangguh Saroji, Mahdi, S., Srimulyani, E. 2016. Kajian
Bencana. Jurnal Informasi, 18(2):133–150. Empiris Program Desa Tangguh Bencana
Indriyani, A. 2014. Analisis Pengaruh Gaji dan (Destana) Terhadap Ketangguhan Masyarakat
Tunjangan Kesejahteraan Terhadap Pesisir dalam Menghadapi Bencana Tsunami:
Produktifitas Kerja Karyawan Operation Studi Kasus di Dua Gampong Pesisir
Department PT. Export Leaf Indonesia. Kabupaten Aceh Besar. Jurnal Ilmu
Jurnal Paradigma, 12(1): 41-56. Kebencanaan, 3(4): 142-148.
Mertens, K., Jacobs, L., Maes, J., Poesen, J., Kervyn, Syarief, A. 2017. Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan
M., Vranken, L. 2018. Disaster Risk Budaya Organisasi Terhadap Komitmen
Reduction Among Household Exposed to Organisasi dan Perilaku Kewargaan
Landslide Hazard: A Crucial Role for Self- Organisasi. Jurnal Manajemen dan Organisasi,
Efficace. Land Use Policy Journal, 75: 77-91. 8(3): 173–188.
Oktari, R. S. 2019. Peningkatan Kapasitas Desa Yanita, P. 2017. Pengaruh Kepemimpinan, Budaya
Tangguh Bencana. Jurnal Pengabdian Kepada Organisasi, Lingkungan Kerja terhadap
Masyarakat, 4(2):189–197. Kepuasan Kerja pada Pegawai Kantor Badan
Putra, D. P. 2017. Penerapan Inspeksi Keselamatan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten
dan Kesehatan Kerja sebagai Upaya Kerinci. Jurnal Benefita, 2(2): 150–156.
Pencegahan Kecelakaan Kerja. HIGEIA
(Journal of Public Health Research and
Development), 1(3):73–83.

190

Anda mungkin juga menyukai