Anda di halaman 1dari 8

BAB 1V

RENCANA POLA RUANG


Rencana pola ruang adalah rencana distribusi zona pada BWP yang akan diatur sesuai
dengan fungsi dan peruntukannya yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan
peruntukan ruang untuk fungsi budidaya. Rencana pola ruang berfungsi sebagai:
a. Alokasi ruang untuk berbagai kegiatan social budaya, ekonomi dan kegiatan
pelestarian fungsi lingkungan dalam BWP.
b. Dasar penerbitan izin pemanfaatan ruang.
c. Dasar penyususnan RTBL dan rencana teknis lainnya
d. Dasar penyususnan rencana jaringan prasarana.
Rencana pola ruang RDTR Kawasan BWK II Surakarta tediri atas :
a. Zona lindung yang meliputi:
1) Zona hutan lindung (HL);
2) Zona yang memberikan perlindungan terhadap zona dibawahnya (PB) yang
meliputi: zona lindung gambut (LG); dan/atau zona resapan air (RA).
3) Zona perlindungan setempat (PS) yang meliputi: zona sempadan pantai (SP);
zona sempadan sungai (SS); zona sekitar danau atau waduk (DW) termasuk situ
dan embung; dan zona sekitar mata air (MA).
4) Zona RTH kota (RTH) yang meliputi: hutan kota (RTH-1); taman kota (RTH-2);
taman kecamatan (RTH-3); taman kelurahan (RTH-4); taman RW (RTH-5);
taman RT (RTH-6); dan pemakaman (RTH-7).
5) Zona konservasi (KS) yang meliputi: cagar alam (KS-1); suaka margasatwa (KS-
2); taman nasional (KS-3); taman hutan raya (KS-4); dan taman wisata alam (KS-
5).
6) zona lindung lainnya. Pengkodean zona dan subzona lainnya diatur sendiri oleh
masing-masing daerah sesuai dengan kebutuhan.
b. Zona budi daya yang meliputi:
1) zona perumahan (R), yang dapat dirinci kedalam zona perumahan berdasarkan
tingkat kepadatan bangunan dan/atau tingkat kemampuan/keterjangkauan
kepemilikan rumah, contoh: a) berdasarkan tingkat kepadatan bangunan:
kepadatan
sangat tinggi (R-1), tinggi (R-2), sedang (R-3), rendah (R-4), dan sangat rendah
(R-5); atau b) berdasarkan tingkat kemampuan/keterjangkauan kepemilikan
rumah: rumah mewah (Rm), rumah menengah (Rh), rumah sederhana (Rs), dan
rumah sangat sederhana (Ra).
2) Zona perdagangan dan jasa (K), yang meliputi: perdagangan dan jasa skala kota
(K-1); perdagangan dan jasa skala BWP (K-2); dan/atau perdagangan dan jasa
skala sub BWP (K-3).
3) Zona perkantoran (KT);
4) Zona sarana pelayanan umum (SPU), yang meliputi: sarana pelayanan umum
skala kota (SPU-1); sarana pelayanan umum skala kecamatan (SPU-2); sarana
pelayanan umum skala kelurahan (SPU-3); dan/atau sarana pelayanan umum
skala RW (SPU-4).
5) Zona industri (I), yang meliputi: kawasan industri (KI); dan sentra industri kecil
menengah (SIKM).
6) Zona lainnya, yang dapat berupa pertanian, pertambangan, ruang terbuka non
hijau, sektor informal, pergudangan, pertahanan dan keamanan, Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL), Tempat Pemrosesan Akhir (TPA),
pengembangan nuklir, pembangkit listrik, dan/atau pariwisata. Pengkodean zona
dan subzone lainnya diatur sendiri oleh masing-masing daerah sesuai dengan
kebutuhan. Khusus zona pertanian, di dalamnya dapat ditetapkan luasan dan
sebaran lahan pertanian pangan berkelanjutan (LP2B) dengan mengacu pada
kawasan pertanian pangan berkelajutan (KP2B) yang telah ditetapkan dalam
peraturan daerah tentang RTRW kabupaten/kota. LP2B memiliki pengaturan
tersendiri sebagai tambahan dari aturan dasar zona pertanian dan dituangkan ke
dalam peta rencana pola ruang yang memuat kode pengaturan zonasi.
7) zona campuran (C), yang meliputi perumahan dan perdagangan/jasa, perumahan
dan perkantoran, perdagangan/jasa dan perkantoran

4.1 Rencana Kawasan Lindung


Fungsi utama kawasan lindung adalah melindungi kelestarian lingkungan hidup yang
mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan, dan nilai sejarah serta budaya
bangsa guna kepentingan pembangunan berkelanjutan. Kawasan lindung pada kawasan
BWK II Kota Surakarta meliputi kawasan perlindungan setempat yang terdiri dari
sempadan sungai dan ruang terbuka hijau (RTH) kota (meliputi taman kota, taman
lingkungan, dan pemakaman. Pengelolaan kawasan lindung bertujuan untuk mencegah
kerusakan fungsi lingkungan di kawasan BWK II Kota Surakarta.
4.1.1 Zona Perlindungan Setempat
Zona perlindungan setempat adalah kawasan yang memberi perlindungan
kepada tempatnya sendiri yang mempunyai fungsi pokok sebagai. perlindungan
terhadap sempadan pantai, sempadan sungai, kawasan sekitar danau atau waduk,
dan kawasan sekitar mata air.
Zona perlindungan setempat yang berada di Kawasan BWK II Kota Surakarta
adalah zona sempadan sungai, sempandan rel dan sempandan SUTT.
a. Sempadan Sungai
Sempadan sungai sebagaimana berfungsi sebagai ruang penyangga antara
ekosistem sungai dan daratan, agar fungsi sungai dan kegiatan manusia tidak
saling terganggu. Sempadan sungai sebagaimana meliputi ruang di kiri dan
kanan palung sungai di antara garis sempadan dan tepi palung sungai untuk
sungai tidak bertanggul, atau di antara garis sempadan dan tepi luar kaki
tanggul untuk sungai bertanggul. Sempandan sungai di Kawasan BWK II Kota
Surakarta adalah sempandan sungai jenes. Saat ini sungai tersebut belum
memiliki kondisi sempandan yang baik di beberapa titik. Menurut PP Nomor
38 Tahun 2011 tentang Sungai, sempadan pada sungai tidak bertanggul di
dalam kawasan perkotaan:
 paling sedikit berjarak 10 m dari tepi kiri dan kanan palung sungai
sepanjang alur sungai, dalam hal kedalaman sungai kurang dari atau
sama dengan 3 m.
 paling sedikit berjarak 15 m dari tepi kiri dan kanan palung sungai
sepanjang alur sungai, dalam hal kedalaman sungai lebih dari 3 m
sampai dengan 20 m.
 paling sedikit berjarak 30 m dari tepi kiri dan kanan palung sungai
sepanjang alur sungai, dalam hal kedalaman sungai lebih dari 20 m.
Garis sempadan sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan ditentukan
paling sedikit berjarak 3 m dari tepi luar kaki tanggul sepanjang alur sungai.
Arahan pegembangan sempadan sungai Kawasan BWK II Kota Surakarta
antara lain :
 Pengembalian fungsi sempadan sungai sebagai kawasan lindung,
pengaman aliran air, dan pelindung sungai dari aktivitas manusia
 Pengembalian fungsi sempadan sungai sebagai Ruang Terbuka Hijau
 Tidak diperbolehkan terjadi aktivitas yang berkaitan dengan kegiatan
budidaya di kawasan sempadan sungai
b. Sempadan Rel Kereta Api
Sempadan rel kereta api berada di sepanjang garis rel kereta api yang
membentang dari kelurahan purwosari, sondakan dan pajang dan
menghubungkan Kota Surakarta dengan Kabupaten Sukoharjo, Klaten dan
Yogyakarta. Sempadan rel kereta api merupakan kawasan dengan fungsi
membatasi interaksi antara kegiatan masyarakat dengan jalan rel kereta api.
Arahan pengembangan sempadan rel kereta Kawasan BWK II Kota Surakarta
antara lain:
 Pengembalian fungsi sempadan rel kereta api sebagai kawasan
pengamanan jalur kereta api dari aktivitas manusia.
 Ruang Milik Jalan (RUMIJA) Kereta Api terdiri atas jalan rel yang
terletak pada permukaan tanah, dibawah permukaan tanah, dan diatas
permukaan tanah diukur dari batas paling luar sisi kiri dan kanan serta
bagian bawah dan atas ruang manfaat jalur kereta api yang lebarnya
paling sedikit 6 meter dan digunakan untuk pengamanan kontruksi
jalan rel.
 Penggunaan lahan yang tidak sesuai harus segera direlokasi dalam
waktu sesuai yang telah ditetapkan.
c. Sempadan SUTT
Sepadan SUTT merupakan ruang bebas dimana ruang yang dibatasi
oleh bidang vertikal dan horizontal di sekeliling dan di sepanjang konduktor
SUTT tidak boleh ada benda di dalamnya demi keselamatan manusia,
makhluk hidup dan benda lainnya serta keamanan operasi SUTT. Arahan
pengembangan sempadan SUTT Kawasan BWK II Kota Surakarta adalah
Merelokasi bangunan di dekat SUTT dengan jarak minimal 4-10 meter
dengan ketinggian maksimum 4,5-5 meter.
4.1.2 RTH
Ruang terbuka hijau adalah yang penggunaannya lebih bersifat terbuka,
tempat tumbuh tanaman yang disengaja ataupun tumbuh alami. Ruang terbuka
hijau tetap dipertahankan dengan tujuan menjaga ketersediaan lahan sebagai
kawasan resapan air dan penghasil oksigen untuk suatu wilayah. Luas RTH di
Kawasan BWK II Kota Surakarta sebesar 35 Ha yang terdiri dari taman kota,
taman lingkungan, lapangan olahraga, jalur hijau dan pemakaman. Berdasarkan
Undang Undang nomor 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang pemenuhan RTH
wilayah perkotaan sebesar 30% yang terdiri dari 20% RTH Publik dan 10% RTH
privat. Rencana tata ruang hijau di Kawasan BWK II Kota Surakarta antara lain:
 Penambahan RTH minimal 30% di Kawasan BWK II Kota Surakarta
yang terdiri dari 20% RTH Publik dan 10% RTH privat.
 Penyediaan RTH yang memenuhi syarat secara publik maupun privat.
 Pengembangan taman sriwedari sebagai sarana rekreasi dan taman kota.
 Pengoptimalan jalur hijau dan sempadan sungai sebagai salah satu
penunjang pengembangan RTH.
 Penyediaan RTH dibarengi dengan penanaman pepohonan untuk
melindungi kualitas air tanah.
4.2 Rencana Kawasan Budidaya
4.1.1 Zona Perumahan
Zona perumahan merupakan peruntukan lahan yang meliputi rumah tempat
tinggal yang terdapat aktifitas didalamnya dan fasilitas pendukung aktifitas
kehidupan. Tingkat kepadatan di Kawasan BWK II Kota Surakarta sebesar 152
rumah/Ha. Arahan pengembangan zona perumahan yang dilakukan sebagai
berikut:
 Pengembangan dan penataan kawasan permukiman disesuaikan dengan
standar teknis yang dipersyaratkan permukiman sehat.
 Pembangunan dan peningkatan sarana prasarana penunjang permukiman.
 Pembangunan dan penataan rumah harus memperhatikan lingkungan dan
KDB,KLB yang telah ditetapkan dimana KDB maksimum 93% dan KLB
maksimum 2,2.
 Pengembangan dan pembangunan perumahan harus disediakan ruang
terbuka hijau yang memenuhi standar.
 Pengaturan tata masa bangunan mengikuti ketentuan terhadap jalan, sungai
dan antar bangunan.
4.1.2 Zona Perdagangan dan Jasa
Kawasan ini difungsikan untuk pengembangan kegiatan usaha yang bersifat
komersil. Arahan pengembangan dan pengelolaan kawasan perdagangan dan jasa
Kawasan BWK II Kota Surakarta antara lain :
 Pengoptimalan fungsi sarana dan prasarana penunjang kegiatan
perdagangan dan jasa.
 Peningkatan skala pelayanan zona perdagangan dan jasa.
 Penambahan dan pengambangan jalur pedestrian sebagai penunjang
aktivitas ekonomi.
 Pengaturan sirkulasi di sekitar kawasan perdagangan dan jasa untuk
mengurangi kemacetan.
 Penataan perdagangan dan jasa informal sebagai penunjang ekonomi
perkotaan.
 Penataan PKL.
 Pengelolaan promosi produk batik laweyan.
4.1.3 Zona Perkantoran
Zona perkantoran yang dikembangkan yaitu pusat pemerintahan dan
perkantoran swasta. Arahan pengelolaan zona perkantoran dengan sarana
perkantoran diarahkan pada:
 Pengembangan transportasi umum agar zona perkantoran dapat dijangkau
dengan mudah.
 Peningkatan skala pelayanan perkantoran pemerintahan sehingga kebutuhan
penduduk dapat terpenuhi.
 Penyediaan dan pengembangan jalur pedestrian di kawasan perkantoran.
 Peningkatan sarana dan prasarana pendukung kawasan perkantoran.
 Pengembangan kantor secara vertikal dengan KLB maksimal 2,2 dengan
maksimal 8-10 lantai.
4.1.4 Zona Industri
Kawasan industri merupakan kawasan kegiatan ekonomi yang mengolah
bahan mentah, bahan baku, setengah jadi menjadi barang jadi. Zona peruntukan
industri di Kawasan BWK II Kota Surakarta berdasarkan keadaan eksisting tidak
ada penambahan zona untuk kawasan perindustrian. Arahan pengelolaan zona
industri pada Kawasan BWK II Kota Surakarta antara lain :
 Peningkatan sarana prasarana penunjang industri.
 Pengendalian kegiatan industri untuk menghindari dampak terhadap
lingkungan.
 Penyediaan IPAL untuk zona indutri rumahan.
 Pengembangan zona industri dengan memperhatikan aspek lingkungan.
 Pengembangan sentra industri kecil menengah untuk mendorong potensi
lokal.
4.1.5 Zona Sarana Pelayanan Umum
4.1.5.1 Sub Zona sarana pelayanan umum Pendidikan
Arahan pengembangan sarana Pendidikan yang termasuk dalam zona
Pendidikan antara lain :
 Pengembangan fasilitas Pendidikan yang memadai.
 Pengembangan darana prasarana pendukung kawasan pendididkan.
 Penetapan lokasi sarana Pendidikan yang mempertimbangkan
aksesibilitas.
 Pengembangan rute transportasi umum yang melewati zona
Pendidikan.
 Penyediaan zona selamat sekolah di kawasan Pendidikan.
4.1.5.2 Sub Zona sarana pelayanan umum transportasi
Arahan pengembangan sarana transportasi yang termasuk dalam zona
transportasi antara lain :
 Peningkatan skala pelayanan yang optimal.
 Penyediaan dan pengembangan sarana prasarana pendukung zona
pelayanan umum transportasi.
 Peningkatan pelayanan transportasi dari dalam kawasan dan
jaringan transportasi regional.
 Peningkatan pelayanan transportasi umum.
4.1.5.3 Sub Zona Sarana pelayanan umum peribadatan
Arahan pengembangan sarana peribadatan antara lain :
 penyediaan sarana peribadatan pada eksisting difokuskan
penambahan mushola.
 Penetapan lokasi sarana peribadatan harus dekat dengan
permukiman.
 Perbaikan dan pengembangan sarana prasarana pendukung
peribadatan.
4.1.5.4 Sub zona sarana pelayanan umum olahraga dan rekreasi
Arahan pengembangan sarana olahraga dan rekreasi yang termasuk
antara lain :
 Pengembangan skala pelayanan yang disesuaikan dengan jumlah
penduduk dalam wilayah.
 Peningkatan kualitas sarana dan prasarana olahraga dan rekreasi
yang menunjang.
 Penyediaan jalur pedestrian sesuai standar dan angkutan umum
untuk memudahkan aksesibilitas.
 Penyediaan lahan parkut di sekitar lokasi sarana olahraga dan
rekreasi.
 Pengambangan ruang terbuka untuk olahraga.
4.1.6 Zona Peruntukan Lainnya
4.1.6.1 pertahanan dan keamanan
Peruntukan ini merupakan bagian dari kawasan budidaya yang
dikembangkan untuk menjamin kegiatan dan pengembangan bidang
pertahanan dan keamanan seperti kodam, korem, koramil, polres, polsek,
zona pertahanan dan kemanan lainnya.
4.1.6.2 Ruang Terbuka Non Hijau
Zona ini tidak termasuk kedalam kategori RTH. RTNH meliputi
lapangan, pemakaman dan tempat parkir. RTNH memiliki fungsi ekologis,
ekonomis dan darurat. RTHN dikembangkan untuk menjamin kegiatan
pada bidang yang sesuai dengan peruntukan RTHN.

Anda mungkin juga menyukai