Rencana pola ruang adalah rencana distribusi zona pada BWP yang akan diatur sesuai dengan fungsi dan peruntukannya yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budidaya. Rencana pola ruang berfungsi sebagai: a. Alokasi ruang untuk berbagai kegiatan social budaya, ekonomi dan kegiatan pelestarian fungsi lingkungan dalam BWP. b. Dasar penerbitan izin pemanfaatan ruang. c. Dasar penyususnan RTBL dan rencana teknis lainnya d. Dasar penyususnan rencana jaringan prasarana. Rencana pola ruang RDTR Kawasan BWK II Surakarta tediri atas : a. Zona lindung yang meliputi: 1) Zona hutan lindung (HL); 2) Zona yang memberikan perlindungan terhadap zona dibawahnya (PB) yang meliputi: zona lindung gambut (LG); dan/atau zona resapan air (RA). 3) Zona perlindungan setempat (PS) yang meliputi: zona sempadan pantai (SP); zona sempadan sungai (SS); zona sekitar danau atau waduk (DW) termasuk situ dan embung; dan zona sekitar mata air (MA). 4) Zona RTH kota (RTH) yang meliputi: hutan kota (RTH-1); taman kota (RTH-2); taman kecamatan (RTH-3); taman kelurahan (RTH-4); taman RW (RTH-5); taman RT (RTH-6); dan pemakaman (RTH-7). 5) Zona konservasi (KS) yang meliputi: cagar alam (KS-1); suaka margasatwa (KS- 2); taman nasional (KS-3); taman hutan raya (KS-4); dan taman wisata alam (KS- 5). 6) zona lindung lainnya. Pengkodean zona dan subzona lainnya diatur sendiri oleh masing-masing daerah sesuai dengan kebutuhan. b. Zona budi daya yang meliputi: 1) zona perumahan (R), yang dapat dirinci kedalam zona perumahan berdasarkan tingkat kepadatan bangunan dan/atau tingkat kemampuan/keterjangkauan kepemilikan rumah, contoh: a) berdasarkan tingkat kepadatan bangunan: kepadatan sangat tinggi (R-1), tinggi (R-2), sedang (R-3), rendah (R-4), dan sangat rendah (R-5); atau b) berdasarkan tingkat kemampuan/keterjangkauan kepemilikan rumah: rumah mewah (Rm), rumah menengah (Rh), rumah sederhana (Rs), dan rumah sangat sederhana (Ra). 2) Zona perdagangan dan jasa (K), yang meliputi: perdagangan dan jasa skala kota (K-1); perdagangan dan jasa skala BWP (K-2); dan/atau perdagangan dan jasa skala sub BWP (K-3). 3) Zona perkantoran (KT); 4) Zona sarana pelayanan umum (SPU), yang meliputi: sarana pelayanan umum skala kota (SPU-1); sarana pelayanan umum skala kecamatan (SPU-2); sarana pelayanan umum skala kelurahan (SPU-3); dan/atau sarana pelayanan umum skala RW (SPU-4). 5) Zona industri (I), yang meliputi: kawasan industri (KI); dan sentra industri kecil menengah (SIKM). 6) Zona lainnya, yang dapat berupa pertanian, pertambangan, ruang terbuka non hijau, sektor informal, pergudangan, pertahanan dan keamanan, Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), Tempat Pemrosesan Akhir (TPA), pengembangan nuklir, pembangkit listrik, dan/atau pariwisata. Pengkodean zona dan subzone lainnya diatur sendiri oleh masing-masing daerah sesuai dengan kebutuhan. Khusus zona pertanian, di dalamnya dapat ditetapkan luasan dan sebaran lahan pertanian pangan berkelanjutan (LP2B) dengan mengacu pada kawasan pertanian pangan berkelajutan (KP2B) yang telah ditetapkan dalam peraturan daerah tentang RTRW kabupaten/kota. LP2B memiliki pengaturan tersendiri sebagai tambahan dari aturan dasar zona pertanian dan dituangkan ke dalam peta rencana pola ruang yang memuat kode pengaturan zonasi. 7) zona campuran (C), yang meliputi perumahan dan perdagangan/jasa, perumahan dan perkantoran, perdagangan/jasa dan perkantoran
4.1 Rencana Kawasan Lindung
Fungsi utama kawasan lindung adalah melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan, dan nilai sejarah serta budaya bangsa guna kepentingan pembangunan berkelanjutan. Kawasan lindung pada kawasan BWK II Kota Surakarta meliputi kawasan perlindungan setempat yang terdiri dari sempadan sungai dan ruang terbuka hijau (RTH) kota (meliputi taman kota, taman lingkungan, dan pemakaman. Pengelolaan kawasan lindung bertujuan untuk mencegah kerusakan fungsi lingkungan di kawasan BWK II Kota Surakarta. 4.1.1 Zona Perlindungan Setempat Zona perlindungan setempat adalah kawasan yang memberi perlindungan kepada tempatnya sendiri yang mempunyai fungsi pokok sebagai. perlindungan terhadap sempadan pantai, sempadan sungai, kawasan sekitar danau atau waduk, dan kawasan sekitar mata air. Zona perlindungan setempat yang berada di Kawasan BWK II Kota Surakarta adalah zona sempadan sungai, sempandan rel dan sempandan SUTT. a. Sempadan Sungai Sempadan sungai sebagaimana berfungsi sebagai ruang penyangga antara ekosistem sungai dan daratan, agar fungsi sungai dan kegiatan manusia tidak saling terganggu. Sempadan sungai sebagaimana meliputi ruang di kiri dan kanan palung sungai di antara garis sempadan dan tepi palung sungai untuk sungai tidak bertanggul, atau di antara garis sempadan dan tepi luar kaki tanggul untuk sungai bertanggul. Sempandan sungai di Kawasan BWK II Kota Surakarta adalah sempandan sungai jenes. Saat ini sungai tersebut belum memiliki kondisi sempandan yang baik di beberapa titik. Menurut PP Nomor 38 Tahun 2011 tentang Sungai, sempadan pada sungai tidak bertanggul di dalam kawasan perkotaan: paling sedikit berjarak 10 m dari tepi kiri dan kanan palung sungai sepanjang alur sungai, dalam hal kedalaman sungai kurang dari atau sama dengan 3 m. paling sedikit berjarak 15 m dari tepi kiri dan kanan palung sungai sepanjang alur sungai, dalam hal kedalaman sungai lebih dari 3 m sampai dengan 20 m. paling sedikit berjarak 30 m dari tepi kiri dan kanan palung sungai sepanjang alur sungai, dalam hal kedalaman sungai lebih dari 20 m. Garis sempadan sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan ditentukan paling sedikit berjarak 3 m dari tepi luar kaki tanggul sepanjang alur sungai. Arahan pegembangan sempadan sungai Kawasan BWK II Kota Surakarta antara lain : Pengembalian fungsi sempadan sungai sebagai kawasan lindung, pengaman aliran air, dan pelindung sungai dari aktivitas manusia Pengembalian fungsi sempadan sungai sebagai Ruang Terbuka Hijau Tidak diperbolehkan terjadi aktivitas yang berkaitan dengan kegiatan budidaya di kawasan sempadan sungai b. Sempadan Rel Kereta Api Sempadan rel kereta api berada di sepanjang garis rel kereta api yang membentang dari kelurahan purwosari, sondakan dan pajang dan menghubungkan Kota Surakarta dengan Kabupaten Sukoharjo, Klaten dan Yogyakarta. Sempadan rel kereta api merupakan kawasan dengan fungsi membatasi interaksi antara kegiatan masyarakat dengan jalan rel kereta api. Arahan pengembangan sempadan rel kereta Kawasan BWK II Kota Surakarta antara lain: Pengembalian fungsi sempadan rel kereta api sebagai kawasan pengamanan jalur kereta api dari aktivitas manusia. Ruang Milik Jalan (RUMIJA) Kereta Api terdiri atas jalan rel yang terletak pada permukaan tanah, dibawah permukaan tanah, dan diatas permukaan tanah diukur dari batas paling luar sisi kiri dan kanan serta bagian bawah dan atas ruang manfaat jalur kereta api yang lebarnya paling sedikit 6 meter dan digunakan untuk pengamanan kontruksi jalan rel. Penggunaan lahan yang tidak sesuai harus segera direlokasi dalam waktu sesuai yang telah ditetapkan. c. Sempadan SUTT Sepadan SUTT merupakan ruang bebas dimana ruang yang dibatasi oleh bidang vertikal dan horizontal di sekeliling dan di sepanjang konduktor SUTT tidak boleh ada benda di dalamnya demi keselamatan manusia, makhluk hidup dan benda lainnya serta keamanan operasi SUTT. Arahan pengembangan sempadan SUTT Kawasan BWK II Kota Surakarta adalah Merelokasi bangunan di dekat SUTT dengan jarak minimal 4-10 meter dengan ketinggian maksimum 4,5-5 meter. 4.1.2 RTH Ruang terbuka hijau adalah yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman yang disengaja ataupun tumbuh alami. Ruang terbuka hijau tetap dipertahankan dengan tujuan menjaga ketersediaan lahan sebagai kawasan resapan air dan penghasil oksigen untuk suatu wilayah. Luas RTH di Kawasan BWK II Kota Surakarta sebesar 35 Ha yang terdiri dari taman kota, taman lingkungan, lapangan olahraga, jalur hijau dan pemakaman. Berdasarkan Undang Undang nomor 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang pemenuhan RTH wilayah perkotaan sebesar 30% yang terdiri dari 20% RTH Publik dan 10% RTH privat. Rencana tata ruang hijau di Kawasan BWK II Kota Surakarta antara lain: Penambahan RTH minimal 30% di Kawasan BWK II Kota Surakarta yang terdiri dari 20% RTH Publik dan 10% RTH privat. Penyediaan RTH yang memenuhi syarat secara publik maupun privat. Pengembangan taman sriwedari sebagai sarana rekreasi dan taman kota. Pengoptimalan jalur hijau dan sempadan sungai sebagai salah satu penunjang pengembangan RTH. Penyediaan RTH dibarengi dengan penanaman pepohonan untuk melindungi kualitas air tanah. 4.2 Rencana Kawasan Budidaya 4.1.1 Zona Perumahan Zona perumahan merupakan peruntukan lahan yang meliputi rumah tempat tinggal yang terdapat aktifitas didalamnya dan fasilitas pendukung aktifitas kehidupan. Tingkat kepadatan di Kawasan BWK II Kota Surakarta sebesar 152 rumah/Ha. Arahan pengembangan zona perumahan yang dilakukan sebagai berikut: Pengembangan dan penataan kawasan permukiman disesuaikan dengan standar teknis yang dipersyaratkan permukiman sehat. Pembangunan dan peningkatan sarana prasarana penunjang permukiman. Pembangunan dan penataan rumah harus memperhatikan lingkungan dan KDB,KLB yang telah ditetapkan dimana KDB maksimum 93% dan KLB maksimum 2,2. Pengembangan dan pembangunan perumahan harus disediakan ruang terbuka hijau yang memenuhi standar. Pengaturan tata masa bangunan mengikuti ketentuan terhadap jalan, sungai dan antar bangunan. 4.1.2 Zona Perdagangan dan Jasa Kawasan ini difungsikan untuk pengembangan kegiatan usaha yang bersifat komersil. Arahan pengembangan dan pengelolaan kawasan perdagangan dan jasa Kawasan BWK II Kota Surakarta antara lain : Pengoptimalan fungsi sarana dan prasarana penunjang kegiatan perdagangan dan jasa. Peningkatan skala pelayanan zona perdagangan dan jasa. Penambahan dan pengambangan jalur pedestrian sebagai penunjang aktivitas ekonomi. Pengaturan sirkulasi di sekitar kawasan perdagangan dan jasa untuk mengurangi kemacetan. Penataan perdagangan dan jasa informal sebagai penunjang ekonomi perkotaan. Penataan PKL. Pengelolaan promosi produk batik laweyan. 4.1.3 Zona Perkantoran Zona perkantoran yang dikembangkan yaitu pusat pemerintahan dan perkantoran swasta. Arahan pengelolaan zona perkantoran dengan sarana perkantoran diarahkan pada: Pengembangan transportasi umum agar zona perkantoran dapat dijangkau dengan mudah. Peningkatan skala pelayanan perkantoran pemerintahan sehingga kebutuhan penduduk dapat terpenuhi. Penyediaan dan pengembangan jalur pedestrian di kawasan perkantoran. Peningkatan sarana dan prasarana pendukung kawasan perkantoran. Pengembangan kantor secara vertikal dengan KLB maksimal 2,2 dengan maksimal 8-10 lantai. 4.1.4 Zona Industri Kawasan industri merupakan kawasan kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, setengah jadi menjadi barang jadi. Zona peruntukan industri di Kawasan BWK II Kota Surakarta berdasarkan keadaan eksisting tidak ada penambahan zona untuk kawasan perindustrian. Arahan pengelolaan zona industri pada Kawasan BWK II Kota Surakarta antara lain : Peningkatan sarana prasarana penunjang industri. Pengendalian kegiatan industri untuk menghindari dampak terhadap lingkungan. Penyediaan IPAL untuk zona indutri rumahan. Pengembangan zona industri dengan memperhatikan aspek lingkungan. Pengembangan sentra industri kecil menengah untuk mendorong potensi lokal. 4.1.5 Zona Sarana Pelayanan Umum 4.1.5.1 Sub Zona sarana pelayanan umum Pendidikan Arahan pengembangan sarana Pendidikan yang termasuk dalam zona Pendidikan antara lain : Pengembangan fasilitas Pendidikan yang memadai. Pengembangan darana prasarana pendukung kawasan pendididkan. Penetapan lokasi sarana Pendidikan yang mempertimbangkan aksesibilitas. Pengembangan rute transportasi umum yang melewati zona Pendidikan. Penyediaan zona selamat sekolah di kawasan Pendidikan. 4.1.5.2 Sub Zona sarana pelayanan umum transportasi Arahan pengembangan sarana transportasi yang termasuk dalam zona transportasi antara lain : Peningkatan skala pelayanan yang optimal. Penyediaan dan pengembangan sarana prasarana pendukung zona pelayanan umum transportasi. Peningkatan pelayanan transportasi dari dalam kawasan dan jaringan transportasi regional. Peningkatan pelayanan transportasi umum. 4.1.5.3 Sub Zona Sarana pelayanan umum peribadatan Arahan pengembangan sarana peribadatan antara lain : penyediaan sarana peribadatan pada eksisting difokuskan penambahan mushola. Penetapan lokasi sarana peribadatan harus dekat dengan permukiman. Perbaikan dan pengembangan sarana prasarana pendukung peribadatan. 4.1.5.4 Sub zona sarana pelayanan umum olahraga dan rekreasi Arahan pengembangan sarana olahraga dan rekreasi yang termasuk antara lain : Pengembangan skala pelayanan yang disesuaikan dengan jumlah penduduk dalam wilayah. Peningkatan kualitas sarana dan prasarana olahraga dan rekreasi yang menunjang. Penyediaan jalur pedestrian sesuai standar dan angkutan umum untuk memudahkan aksesibilitas. Penyediaan lahan parkut di sekitar lokasi sarana olahraga dan rekreasi. Pengambangan ruang terbuka untuk olahraga. 4.1.6 Zona Peruntukan Lainnya 4.1.6.1 pertahanan dan keamanan Peruntukan ini merupakan bagian dari kawasan budidaya yang dikembangkan untuk menjamin kegiatan dan pengembangan bidang pertahanan dan keamanan seperti kodam, korem, koramil, polres, polsek, zona pertahanan dan kemanan lainnya. 4.1.6.2 Ruang Terbuka Non Hijau Zona ini tidak termasuk kedalam kategori RTH. RTNH meliputi lapangan, pemakaman dan tempat parkir. RTNH memiliki fungsi ekologis, ekonomis dan darurat. RTHN dikembangkan untuk menjamin kegiatan pada bidang yang sesuai dengan peruntukan RTHN.