Anda di halaman 1dari 63

REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)

KABUPATEN PONOROGO

4 BAB
RENCANA POLA RUANG

REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)


KABUPATEN PONOROGO
TAHUN 2018

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah


Penelitian dan Pengembangan
Kabupaten Ponorogo

LAPORAN RENCANA IV-1


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN PONOROGO

Rencana pola ruang wilayah kabupaten adalah rencana distribusi


peruntukan ruang wilayah kabupaten yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi
lindung dan budi daya yang dituju sampai dengan akhir masa berlakunya RTRW
kabupaten yang memberikan gambaran pemanfaatan ruang wilayah kabupaten
hingga 20 (dua puluh).
4.1 Kawasan Peruntukan Lindung
Kawasan lindung kabupaten adalah kawasan lindung yang secara ekologis
merupakan satu ekosistem yang terletak pada wilayah kabupaten, kawasan lindung
yang memberikan pelindungan terhadap kawasan bawahannya yang terletak di
wilayah kabupaten, dan kawasan-kawasan lindung lain yang menurut ketentuan
peraturan perundang-undangan pengelolaannya merupakan kewenangan
pemerintah daerah kabupaten.
Kawasan yang Memberikan Perlindungan terhadap Kawasan
Bawahannya
Kawasan Hutan Lindung
Kawasan Hutan Lindung adalah kawasan hutan yang memiliki sifat khas
yang mampu memberikan perlindungan kepada kawasan sekitar maupun
bawahannya sebagai pengatur tata air, pencegah banjir dan erosi serta memelihara
kesuburan tanah. Berdasarkan Penetapan Kawasan Hutan (Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor SK. 2137/MENLHK-PKTL/KUH/PLA.2/
2017 tentang Peta Perkembangan Pengukuhan Kawasan Hutan Provinsi Jawa Timur
Sampai Dengan Tahun 2016) Kawasan hutan lindung terletak di Kecamatan
Sampung, Kecamatan Badegan, Kecamatan Jambon, Kecamatan Balong, Kecamatan
Slahung, Kecamatan Ngrayun, Kecamatan Bungkal, Kecamatan Sambit, Kecamatan
Sawoo, Kecamatan Ngebel, Kecamatan Pulung, Kecamatan Sooko seluas ± 15.997
hektar.
Pengelolaan kawasan hutan lindung, melalui :
1. Peningkatan fungsi lindung pada area yang telah mengalami alih fungsi
melalui pengembangan vegetasi tegangan tinggi yang mampu memberikan
perlindungan terhadap permukaan tanah dan mampu meresapkan air;
2. Pengembalian berbagai rona awal sehingga kehidupan satwa langka dan
dilindungi dapat lestari; dan
3. Percepatan rehabilitasi lahan yang mengalami kerusakan.

LAPORAN RENCANA IV-2


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN PONOROGO

Peta 4. 1 Kawasan Hutan Lindung di Kabupaten Ponorogo

LAPORAN RENCANA IV-3


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN PONOROGO

Kawasan Resapan Air


Selain kawasan hutan lindung, kawasan yang memberikan perlindungan
kawasan bawahannya berupa kawasan resapan air. Kawasan resapan air adalah
kawasan yang mempunyai kemampuan tinggi untuk meresapkan air hujan dan
sebagai pengontrol tata air permukaan. Kawasan resapan air yang terdapat di
Kabupaten Ponorogo meliputi daerah CAT Ngawi – Ponorogo yang terdapat di
Kecamatan Slahung, Kecamatan Sambit, Kecamatan Sampung, Kecamatan Sooko,
Kecamatan Pulung, Kecamatan Pudak, Kecamatan Ngebel, Kecamatan Bungkal,
Kecamatan Sawoo, Kecamatan Mlarak, Kecamatan Siman, Kecamatan Jetis,
Kecamatan Balong, Kecamatan Kauman, Kecamatan Jambon, Kecamatan Badegan,
Kecamatan Sukorejo, Kecamatan Ponorogo, Kecamatan Babadan dan Kecamatan
Jenangan. Adapun pengelolaan kawasan resapan air adalah:
1. Pembuatan sumur-sumur resapan;
2. Pengendalian hutan dan tegakan tinggi pada wilayah-wilayah hulu;
3. Pengolahan sistem terasering dan vegetasi yang mampu menahan dan
meresapkan air;
4. Peningkatan fungsi lindung pada kawasan budidaya melalui pengembangan
vegetasi tegakan tinggi yang mampu memberikan perlindungan terhadap
permukaan tanah dan mampu meresapkan air ke dalam tanah;
5. Percepatan rehabilitasi lahan yang mengalami kerusakan;
6. Penggunaan kawasan lindung bawahannya melalui kegiatan pariwisata alam
(misalnya mendaki gunung, outbond, camping);
7. Pengolahan tanah secara teknis (misalnya membuat embung, cekungan
tanah, bendung) sehingga kawasan ini memberikan kemampuan peresapan
air yang lebih tinggi.

Kawasan Perlindungan Setempat


Kawasan perlindungan setenpat yang ada di Kabupaten Ponorogo adalah
sempadan sungai dan kawasan sekitar danau.
Sempadan Sungai
Sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kanan-kiri sungai, termasuk
sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer yang mempunyai manfaat penting
untuk melestarikan fungsi sungai. Tujuan ditetapkan kawasan sempadan sungai
adalah melindungi sungai dari kegiatan manusia yang dapat menggangu dan

LAPORAN RENCANA IV-4


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN PONOROGO

merusak kualitas air sungai, kondisi fisik pinggir dan dasar sungai, serta
mengamankan aliran sungai.
Garis Sempadan Sungai Berdasarkan PP No. 38 Tahun 2011 tentang Sungai,
meliputi:
1. Garis sempadan sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan ditentukan
paling sedikit berjarak 3 m (tiga meter) dari tepi luar kaki tanggul sepanjang
alur sungai
2. Garis sempadan pada sungai tidak bertanggul di dalam kawasan perkotaan
sebagaimana dimaksud dalam ditentukan:
a. paling sedikit berjarak 10 m (sepuluh meter) dari tepi kiri dan kanan
palung sungai sepanjang alur sungai, dalam hal kedalaman sungai kurang
dari atau sama dengan 3 m (tiga meter);
b. paling sedikit berjarak 15 m (lima belas meter) dari tepi kiri dan kanan
palung sungai sepanjang alur sungai, dalam hal kedalaman sungai lebih
dari 3 m (tiga meter) sampai dengan 20 m (dua puluh meter); dan
c. paling sedikit berjarak 30 m (tiga puluh meter) dari tepi kiri dan kanan
palung sungai sepanjang alur sungai, dalam hal kedalaman sungai lebih
dari 20 m (dua puluh meter).
3. Garis sempadan sungai besar tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan
ditentukan paling sedikit berjarak 100 m (seratus meter) dari tepi kiri dan
kanan palung sungai sepanjang alur sungai.
4. Garis sempadan sungai kecil tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan
ditentukan paling sedikit 50 m (lima puluh meter) dari tepi kiri dan kanan
palung sungai sepanjang alur sungai
Kawasan sempadan sungai di Kabupaten Ponorogo adalah:
1. Penetapan kawasan perlindungan sempadan sungai meliputi:
a. Perlindungan pada sungai besar di luar kawasan permukiman ditetapkan
minimum 100 meter kiri-kanan sungai. Termasuk sungai besar antara
lain Sungai Asin, Cemer, Gendol, Keying, Bedingin, Nambang, Slahung,
Mayong, Pelem, Munggu, Domas, Ireng, Sungkur, Galok, Gonggang,
Pucang, Nglorok;
b. Perlindungan terhadap anak sungai di luar permukiman ditetapkan
minimum 50 meter;
c. Pada sungai besar dan anak sungai yang melewati kawasan permukiman
ditetapkan minimum 15 meter. Kawasan ini hampir ada di setiap

LAPORAN RENCANA IV-5


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN PONOROGO

kecamatan, bahkan pada sekitar aliran sungai ini banyak yang digunakan
untuk keperluan sehari-hari oleh masyarakat setempat.
2. Pengelolaan kawasan sempadan sungai di Kabupaten Ponorogo, dilakukan
melalui:
a. Pembatasan kegiatan yang tidak berkaitan dengan perlindungan
setempat;
b. Kawasan perlindungan setempat sepanjang sungai dibatasi untuk
kepentingan pariwisata dan mengupayakan sungai sebagai latar belakang
kawasan fungsional;
c. Bangunan sepanjang sempadan sungai yang tidak memiliki kaitan dengan
pelestarian atau pengolahan sungai dilarang untuk didirikan;
d. Sungai yang melintasi kawasan perdesaan dan kawasan perkotaan
dilakukan re-orientasi pembangunan menghadap ke arah sungai;
e. Sempadan sungai yang memiliki luasan yang cukup luas dapat
diperuntukkan untuk kawasan wisata melalui penataan kawasan tepian
sungai;
f. Sungai yang memiliki arus deras dijadikan salah satu bagian dari wisata
alam-petualangan seperti arung jeram, out bond, dan kepramukaan;
g. Sungai yang arusnya lemah dan bukan sungai yang menyebabkan
timbulnya banjir dapat digunakan untuk pariwisata.
Kawasan Sekitar Waduk
Kawasan sekitar waduk merupakan kawasan tertentu di sekeliling waduk
yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi
waduk.
Adapun kriteria penetapan kawasan sekitar waduk sebagai berikut :
1. Daratan dengan jarak 50 (lima puluh) meter sampai dengan 100 (seratus)
meter dari titik pasang air waduk tertinggi; atau (tambahan mengikuti
peraturan perundangan yang berlaku);
2. Daratan sepanjang tepian waduk yang lebarnya proporsional terhadap
bentuk dan kondisi fisik waduk.
Di Kabupaten Ponorogo terdapat waduk yaitu Waduk Ngebel yang terletak
di Kecamatan Ngebel. Di Waduk Ngebel saat ini dimanfaatkan untuk perikanan
budidaya ikan air tawar. Guna meminimalisasi adanya erosi dan sedimentasi pada
waduk, maka perlu upaya perlindungan sekitar waduk dari kerusakan lingkungan.

LAPORAN RENCANA IV-6


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN PONOROGO

Pengolahan kawasan sempadan waduk dilakukan dengan:


a. Kawasan perlindungan setempat sekitar waduk, dibatasi untuk pariwisata
dan menghindari bangunan radius pengamanan kawasan dan
mengutamakan vegetasi yang memberikan perlindungan waduk;
b. Pemanfaatan waduk untuk irigasi dilakukan dengan tetap memperhatikan
keseimbangan pasokan air dan kebutuhan masyarakat setempat.
c. Perlindungan sekitar waduk untuk kegiatan yang menyebabkan alih fungsi
lindung dan menyebabkan kerusakan kualitas sumber air;
d. Waduk selain untuk irigasi, pengendali air, perikanan, sumber energi listrik
juga untuk pariwisata. Untuk itu diperlukan pelestarian waduk beserta
seluruh tangkapan air di atasnya;
e. Waduk yang digunakan untuk pariwisata adalah waduk Ngebel untuk
kepentingan pariwisata diijnkan membangun selama tidak mengurangi
kualitas tata air yang ada, untuk kepentingan pariwisata diijinkan
membangun selama tidak mengurangi kualitas tata air yang ada;
f. Pengembangan tanaman perdu, tanaman tegakan tinggi, dan penutup tanah
atau ground cover untuk melindungi pencemaran dan erosi terhadap air;
serta
g. Membatasi dan tidak boleh menggunakan lahan secara langsung untuk
bangunan yang tidak berhubungan dengan konservasi waduk.

Gambar 4. 1 Waduk Ngebel

LAPORAN RENCANA IV-7


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN PONOROGO

Peta 4. 2 Kawasan Perlindungan Setempat di Kabupaten Ponorogo

LAPORAN RENCANA IV-8


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN PONOROGO

Kawasan Lindung Spiritual Dan Kearifan Lokal


Kawasan Lindung Spiritual dan kearifal lokal yang terdapat di Kabupaten
Ponorogo, adalah kawasan warisan Budaya Ponorogo. Adapun kawasan lindung
spiritual dan kearifan lokal meliputi:
a. Kawasan Lindung Spiritualitas:
1) Kawasan Makam Batoro Kathong di Kecamatan Jenangan;
2) Kawasan Situs purbakala Sukosewu di Kecamatan Pulung;
3) Kawasan Makam Raden Jayanengrono di Kecamatan Pulung; dan
4) Kawasan Hutan Wisata Kucur di Kecamatan Badegan dan Kecamatan
Slahung.
b. Upaya pengelolaan kawasan Lindung Spiritualitas dan Kearifan Lokal,
melalui:
1) Perlindungan kawasan hanya untuk kegiatan spiritualitas; dan
2) Pembatasan kawasan sekitar dari kegiatan yang tidak berhubungan.

Kawasan Konservasi
Kawasam konservasi yang terdapat di Kabupaten Ponorogo adalah kawasan
suaka alam (KSA) berupa cagar alam. Kawasan ini memiliki ciri khas tertentu, baik
di darat maupun di perairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan
pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya yang juga
berfungsi sebagai sistem penyangga kehidupan.
Cagar alam yaitu kawasan yang ditunjuk mempunyai keanekaragaman jenis
tumbuhan, satwa dan tipe ekosistem, mewakili formasi biota tertentu dan atau unit-
unit penyusun, mempunyai kondisi alam baik biota maupun fisiknya yang masih asli
dan tidak atau belum terganggu oleh manusia, mempunyai luas dan bentuk tertentu
agar menunjang pengolahan efektip dan daerah penyangga yang cukup luas,
mempunyai ciri khas dan dapat merupakan satu-satunya pada suatu daerah, serta
keberadaannya memerlukan upanya konservasi.
Cagar alam di Kabupaten Ponorogo berdasarkan RTRW Nasional (PP Nomor
13 Tahun 2017) meliputi Cagar Alam Gunung Picis dan Sigogor yang terletak di
Kecamatan Ngebel. Berdasarkan Penetapan Kawasan Hutan (Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor SK. 2137/MENLHK-PKTL/KUH/PLA.2/
2017 tentang Peta Perkembangan Pengukuhan Kawasan Hutan Provinsi Jawa Timur
Sampai Dengan Tahun 2016), cagar alam di Kabupaten Ponorogo seluas ± 203,6
hektar.

LAPORAN RENCANA IV-9


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN PONOROGO

Rencana pengolahan cagar alam antara lain dilakukan dengan:


1. Perlindungan dan pelestarian keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa
beserta ekosistemnya,
2. mempertahankan fungsi ekologis kawasan alami baik biota maupun fisiknya
melalui upaya pencegahan pemanfaatan kawasan pada kawasan swaka alam
dan upanya konservasi.
3. Peningkatan kegiatan konservasi dan rehabilitasi yang berguna untuk
pengembangan ilmu pengetahuan dari ancaman kepunahan yang
disebabkan oleh kegiatan alam atau kegiatan manusia.
4. pada kawasan hutan yang berfungsi sebagai cagar alam yang mengalami
perubahan fungsi, maka dilakukan pembatasan pengembangan,
pengembalian rona awal, disertai pengawasan yang ketat terhadap
pemanfaatan fungsi kawasan.
5. Kawasan cagar alam yang ada di Kecamatan Ngebel kelestarian pada
kawasan ini harus tetap terjaga.

Gambar 4. 2 Cagar Alam Gunung Picis dan Cagar Alam Gunung Sigogor

LAPORAN RENCANA IV-10


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN PONOROGO

Peta 4. 3Cagar Alam di Kabupaten Ponorogo

LAPORAN RENCANA IV-11


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN PONOROGO

Kawasan Lindung Geologi


Kawasan lindung geologi di Kabupaten Ponorogo meliputi kawasan imbuhan
air tanah dan sempadan mata air.
Kawasan Imbuhan Air Tanah
Kawasan imbuhan air tanah di Kabupaten Ponorogo meliputi daerah
pegunungan Wilis dan CAT Ngawi – Ponorogo yang terdapat di Kecamatan Slahung,
Kecamatan Sambit, Kecamatan Sampung, Kecamatan Sooko, Kecamatan Pulung,
Kecamatan Pudak, Kecamatan Ngebel, Kecamatan Bungkal, Kecamatan Sawoo,
Kecamatan Mlarak, Kecamatan Siman, Kecamatan Jetis, Kecamatan Balong,
Kecamatan Kauman, Kecamatan Jambon, Kecamatan Badegan, Kecamatan Sukorejo,
Kecamatan Ponorogo, Kecamatan Babadan dan Kecamatan Jenangan.
Pengelolaan kawasan imbuhan air tanah meliputi:
1. Pengawasan dan pengendalian secara ketat dalam penggunaan lahan,
khususnya area terbangun, agar memenuhi syarat perlindungan;
2. Melakukan beberapa upaya untuk menjaga kualitas imbuhan air tanah,
diantaranya melalui kegiatan pembuatan sumur imbuhan air tanah,
pembuatan kolam sebagai pemasok imbuhan air tanah, pertamanan dan
penghijauan, pengadaan sistem buangan limbah dan sistem buangan air
kotor yang terpusat, pengelolaan limbah cair sebelum di buang ke perairan
umum atau sungai, serta pemasokan air bersih dari air permukaan bukan
dari air tanah.
Sempadan Mata Air
Kawasan sekitar mata air adalah kawasan di sekeliling mata air yang
mempunyai manfaat penting mempertahankan kelestarian fungsi mata air. Kriteria
penetapan kawasan sekitar mata air adalah perlindungan sekurang-kurangnya
dengan jari-jari 200 meter di sekitar mata air. Mata air di Kabupaten Ponorogo
sebanyak ± 293 mata air yang terletak di Kecamatan Ngebel, Kecamatan Jenangan,
Kecamatan Pulung, Kecamatan Sokoo, Kecamatan Siman, Kecamatan Mlarak,
Kecamatan Sawoo, Kecamatan Sambit, Kecamatan Bungkal, Kecamatan Slahung,
Kecamatan Balong, Kecamatan Badegan, Kecamatan Sampung, Kecamatan
Bulukerto, dan Kecamatan Sukorejo.
Ketergantungan terhadap mata air sangat besar karena pasokan (distribusi)
air dari sumber air PDAM belum dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.

LAPORAN RENCANA IV-12


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN PONOROGO

Pengelolaan kawasan sekitar mata air, melalui:


 Perlindungan sekitar mata air untuk kegiatan yang menyebabkan alih fungsi
lindung dan menyebabkan kerusakan kualitas sumber air;
 Pemanfaatan sumber air untuk irigasi dilakukan dengan tetap
memperhatikan keseimbangan pasokan air dan kebutuhan masyarakat
setempat.
 Pembuatan sistem saluran bila sumber dimanfaatkan untuk air minum atau
irigasi;
 Pengembangan tanaman perdu tanaman tegakan tinggi, dan penutup tanah
atau ground cover untuk melindungi pencemaran dan erosi terhadap air.
 Membatasi dan tidak boleh menggunakan lahan secara langsung untuk
bangunan yang tidak berhubangan dengfan kepentingan pelestarian dan
konservasi air; serta
 Sumber air selain sebagai sumber air minum dan irigasi juga digunakan
untuk pariwisata, peruntukkannya diizinkan selama tidak mengurangi
kualitas tata air yang ada. Penggunaan sumber air untuk rekreasi dan
renang, perlu dibuat kolam tersendiri.

Gambar 4. 3 Kondisi Mata Air di Kabupaten Ponorogo

LAPORAN RENCANA IV-13


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN PONOROGO

Gambar 4. 4 Persebaran Mata Air di Kabupaten Ponorogo

LAPORAN RENCANA IV-14


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN PONOROGO

Peta 4. 4 Kawasan Sempadan Mata Air di Kabupaten Ponorogo

LAPORAN RENCANA IV-15


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN PONOROGO

Kawasan Rawan Bencana


Kawasan rawan bencana yang terdapat di Kabupaten Ponorogo meliputi
kawasan rawan bencana longsor, kawasan rawan bencana tanah gerak dan kawasan
rawan bencana banjir.
Kawasan Rawan Bencana Longsor
Kawasan rawan tanah longsor ditetapkan dengan kriteria kawasan
berbentuk lereng yang rawan terhadap perpindahan material pembentuk lereng
berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran. Longsor di
Kabupaten Ponorogo lebih disebabkan karena sebagian wilayah Kabupaten
Ponorogo memiliki kemiringan cukup curam serta struktur batuannya memiliki sifat
lepas-lepas sehingga sangat rawan akan longsor.
Kawasan rawan tanah longsor di Kabupaten Ponorogo terdapat di
Kecamatan Ngrayun, Kecamatan Slahung, Kecamatan Bungkal, Kecamatan Sawoo,
Kecamatan Sooko, Kecamatan Pudak, Kecamatan Pulung, Kecamatan Jetis,
Kecamatan Balong, Kecamatan Badegan, Kecamatan Jenangan, dan Kecamatan
Ngebel.
Guna mengantisipasi adanya bahaya-bahaya tanah longsor, maka perlu
adanya penghijauan dengan melakukan pengembangan jenis tanaman tahunan dan
didukung dengan adanya upaya-upaya perlindungan yang melibatkan berbagai
elemen masyarakat di sekitarnya.

Gambar 4. 5 Longsor di Kecamatan Slahung dan Pulung Kabupaten Ponorogo

Kawasan rawan longsor perlu dilengkapi dengan jalur evakuasi. Adapun


kriteria kawasannya dapat berupa:
1. Wilayah datar dan tidak berbukit;
2. Penyediaan tempat evakuasi sementara dapat berupa lapangan di
Kecamatan Ngrayun, Slahung, Bungkal, Sawoo, Sooko, Pudak, Pulung, Jetis,
Balong, Badegan, Jenangan, Ngebel.

LAPORAN RENCANA IV-16


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN PONOROGO

Pengelolaan kawasan rawan longsor, meliputi:


1. Pengembalian fungsi lindung khususnya hutan atau kawasan yang
mendukung perlindungan seperti perkebunan tanaman keras dan memiliki
kerapatan tanaman yang tinggi;
2. Mengingat di daerah banyak alih fungsi lahan lindung yang memiliki
kemampuan mendukung perlindungan kawasan maka diperlukan
pengelolaan bersama antara pemerintah atau pengelola hutan dengan
masyarakat baik dalam mengelola hutan maupun perkebunan; serta
3. Pada Daerah Aliran Sungai yang umumnya memiliki kontur tajam atau terjal
juga merupakan kawasan yang mudah terkena longsor, untuk ini diperlukan
pengelolaan DAS dengan membuat terasering dan penanaman tanaman
keras produktif bersama masyarakat.

Gambar 4. 6 Penanganan Kawasan Konservasidan Rawan Longsor

Kawasan Rawan Bencana Tanah Gerak


Kawasan tanah gerak di Kabupaten Ponorogo meliputi Kecamatan Slahung,
Kecamatan Bungkal, Kecamatan Sawoo, Kecamatan Sooko, Kecamatan Pulung,
Kecamatan Badegan.

LAPORAN RENCANA IV-17


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN PONOROGO

Pengelolaan kawasan rawan gerakan tanah meliputi:


1. Tidak mendirikan bangunan maupun hunian pada area yang rawan gerakan
tanah; dan
2. Pengefektifan sistem peringatan dini jika sewaktu-waktu terjadi gerakan
tanah yang bisa mengancam keselamatan masyarakat
Kawasan Rawan Bencana Banjir
Kawasan rawan bencana banjir di Kabupaten Ponorogo meliputi Kecamatan
Ngrayun, Kecamatan Slahung, Kecamatan Bungkal, Kecamatan Sambit, Kecamatan
Sawoo, Kecamatan Sooko, Kecamatan Mlarak, Kecamatan Siman, Kecamatan Balong,
Kecamatan Kauman, Kecamatan Sampung, Kecamatan Sukorejo, Kecamatan
Ponorogo, Kecamatan Babadan, Kecamatan Jenangan, Kecamatan Ngebel. Beberapa
penyebab terjadinya banjir antara lain disebabkan oleh semakin berkurangnya
kawasan resapan air, dan semakin rusaknya hutan dan kawasan konservasi di
wilayah hulu.
Berdasarkan kerawanan terhadap banjir, maka tindakan yang harus
dilakukan guna mengantisipasi bahaya banjir dan genangan periodik adalah:
1. Pelestarian dan pengelolaan Daerah Aliran Sungai;
2. Pembuatan tanggul pada kawasan Daerah Aliran Sungai dengan prioritas
pada kawasan dataran dan rawan banjir;
3. Mengoptimalkan fungsi kawasan lindung dan kawasan resapan air; serta
4. Melakukan koordinasi dalam hal pengelolaan dan pengembangan drainase
dengan wilayah lain.
Pengelolaan kawasan rawan banjir, meliputi:
1. Melestarikan kawasan hulu sungai;
2. Pembuatan sumur resapan di kawasan perkotaan dan perdesaan, kawasan
pertanian yang dilengkapi dengan embung, bendung maupun cek dam, dan
pembuatan bendungan baru; serta
3. Membuat saluran pembuangan yang terkoneksi dengan baik pada jaringan
primer, sekunder maupun tersier, serta tidak menyatukan fungsi irigasi
untuk drainase.
Kawasan Rawan Bencana Angin
Kawasan rawan bencana angina di Kabupaten Ponorogo meliputi Kecamatan
Ngrayun, Kecamatan Bungkal, Kecamatan Sambit, Kecamatan Sawoo, Kecamatan
Sooko, Kecamatan Pudak, Kecamatan Pulung, Kecamatan Mlarak, Kecamatan Siman,

LAPORAN RENCANA IV-18


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN PONOROGO

Kecamatan Balong, Kecamatan Kauman, Kecamatan Badegan, Kecamatan Ngebel.


Pengeloaan kawasan rawan bencana angin, meliputi:
1. Mengadakan penghijauan; dan
2. Membuat rumah yang permanen dan kuat.
Kawasan Rawan Bencana Kekeringan
Sebagian besar guna lahan di Kabupaten Ponorogo masih berupa lahan
pertanian. Kekeringan adalah keadaan kekurangan pasokan air pada suatu daerah
dalam masa yang berkepanjangan (beberapa bulan hingga bertahun-tahun). Rawan
bencana kekeringan meliputi Kecamatan Slahung, Kecamatan Bungkal, Kecamatan
Pulung, Kecamatan Mlarak, Kecamatan Balong, Kecamatan Jambon, Kecamatan
Badegan, Kecamatan Sampung, dan Kecamatan Jenangan. Pengeloaan kawasan
rawan bencana kekeringan, meliputi:
1. Menyediakan sumur resapan dan biopori;
2. Menyediakan tandon air komunal; dan
3. Perluasan pelayanan penyediaan air minum (melalui Rencana Induk Sistem
Pengembangan Air Minum dan tangki air).
Kawasan Rawan Bencana Kebakaran
Rawan bencana kebakaran di Kabupaten Ponorogo terdapat pada
Kecamatan Ngrayun, Kecamatan Slahung, Kecamatan Bungkal, Kecamatan Sambit,
Kecamatan Sawoo, Kecamatan Sooko, Kecamatan Pudak, Kecamatan Pulung,
Kecamatan Siman, Kecamatan Jetis, Kecamatan Balong, Kecamatan Kauman,
Kecamatan Jambon, Kecamatan Badegan, Kecamatan Sampung, Kecamatan
Sukorejo, Kecamatan Ponorogo, Kecamatan Babadan, dan Kecamatan Jenangan.
Pengeloaan kawasan rawan kebakaran lahan, meliputi:
1. Menyediakan hidran pada sekitar lahan terbangun yang berkepadatan
tinggi;
2. Menyediakan mobil pemadam kebakaran di setiap kecamatan; dan
3. Melokalisasi bencana kebakaran.
Kawasan Cagar Budaya
Kawasan cagar budaya adalah kawasan yang merupakan lokasi bangunan
hasil budaya manusia yang bernilai tinggi maupun bentukan geologi alami yang
khas. Kawasan cagar budaya ditetapkan dengan kriteria sebagai satuan ruang
geografis yang memiliki dua Situs Cagar Budaya atau lebih yang letaknya
berdekatan dan/ atau memperlihatkan ciri tata ruang yang khas.

LAPORAN RENCANA IV-19


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN PONOROGO

Kriteria kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang
memiliki hasil budanya manusia yang bernilai tinggi yang dimanfaatkan untuk
pengembangan ilmu pengetahuan. Kawasan cagar budaya di Kabupaten Ponorogo
meliputi:
1. Kawasan Masjid dan Makam Kyai Hasan Besari Tegal Sari di Kecamatan
Jetis;
2. Kawasan Makam Batoro Kathong di Kecamatan Jenangan;
3. Kawasan Situs Purbakala Sukosewu di Kecamatan Sukorejo;
4. Kawasan Makam Raden Jayengrono di Kecamatan Pulung;
5. Kawasan Astana Srandil di Kecamatan Jambon; dan
6. Kawasan makam Prabu Joyonegoro di Kecamatan Slahung.

Gambar 4. 7 Cagar Budaya di Kabupaten Ponorogo

Rencana pengolahan kawasan cagar budaya adalah:


1. Bangunan cagar budaya memiliki nilai wisata dan penelitian/ pendidikan,
sehingga diperlukan pengembangan jalur wisata yang menjadikan bangunan
cagar budaya sebagi bangunan obyek wisata yang menarik dan menjadi
salah satu tujuan atau obyek penelitian benda purbakala dan tujuan
pendidikan dasar menengah,
2. Benda cagar budaya berupa bangunan yang fungsional, seperti Masjid Tegal
Sari, Makam Batoro Kathong harus dikonservasi dan direhabilitasi bagi
bangunan yang sudah mulai rusak.
3. Penerapan sistem intensip bagi bangunan yang dilestarikan dan
pemberlakuan sistem disinsentip bangi bangunan yang mengalami
perubahan fungsi.

LAPORAN RENCANA IV-20


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN PONOROGO

4.2 Kawasan Peruntukan Budidaya


Kawasan budi daya kabupaten adalah kawasan budi daya yang ditetapkan
dengan fungsi utama untuk dibudi dayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber
daya alam,sumber daya manusia, dan sumber daya buatan. Kawasan peruntukkan
budidaya di Kabupaten Ponorogo meliputi kawasan hutan produksi, kawasan
pertanian, kawasan perikanan, kawasan pertambangan dan energi, kawasan
peruntukkan industri, kawasan pariwisata, kawasan permukiman dan kawasan
pertahanan dan keamanan.
4.2.1 Kawasan Hutan Produksi
Hutan Produksi adalah areal hutan yang dipertahankan sebagai kawasan
hutan dan berfungsi untuk menghasilkan hasil hutan bagi kepentingan konsumsi
masyarakat, industri dan ekspor.
Kawasan hutan produksi di Kabupaten Ponorogo meliputi kawasan hutan
produksi terbatas dan kawasan hutan produksi tetap. Kawasan hutan produksi
terletak di Kecamatan Ngebel, Kecamatan Jenangan, Kecamatan Pulung, Kecamatan
Pudak, Kecamatan Sooko, Kecamatan Sawoo, Kecamatan Sambit, Kecamatan
Ngrayun, Kecamatan Bungkal, Kecamatan Slahung, Kecamatan Siman, Kecamatan
Balong, Kecamatan Jambon, Kecamatan Badegan, Kecamatan Sampung, dan
Kecamatan Sukorejo. Hutan produksi tetap berdasarkan Penetapan Kawasan Hutan
(Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor SK. 2137/MENLHK-
PKTL/KUH/PLA.2/ 2017 tentang Peta Perkembangan Pengukuhan Kawasan Hutan
Provinsi Jawa Timur Sampai Dengan Tahun 2016) seluas ± 30.820 hektar dan hutan
produksi terbatas seluas ±6,57 hektar.
Adapun hutan produksi di Kabupaten Ponorogo sebagian besar ditanami
Pinus. Adapun manfaat yang diperoleh dari hutan industri pinus ini antara lain
adalah sebagai sumber pendapatan sadapan pinus, yang dapat memberikan
kontribusi ke daerah lewat PSDH.
Peningkatan fungsi penghijauan dengan peningkatan fungsi hutan dan
melestarikan sekaligus mencegah erosi dan meningkatkan nilai ekonomi lahan.
Penambahan fungsi lahan dengan melakukan pengalihfungsian tegalan dan
meningkatkan nilai manfaat lahan kosong yang tidak produktif terutama di
kecamatan Ngebel dan Kecamatan Jenangan.
Pengelolahan hasil produksi dikelolah untuk upaya peningkatan hasil dan
mutu dalam bentuk-bentuk yang menarik konsumen. Diharapkan dengan
meningkatkan hasil produksi sektor kehutanan, dapat mendorong perkembangan

LAPORAN RENCANA IV-21


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN PONOROGO

perkembangan kegiatan industri yang mengelolahnya sehingga dapat menimbulkan


multiplayer efek.
Kawasan hutan sebagai penghasil utama buah-buahan diprioritaskan untuk
tanaman durian dan tanaman manggis di Kecamatan Ngebel, Kecamatan Pudak,
Kecamatan Sawoo, Kecamatan Sooko. Serta tanaman apukat dan jeruk pada
Kecamatan Badegan.
Rencana pengolahan kawasan hutan produksi meliputi:
 Penetapan kriteria teknis dan pola penataan lahan serta pengelolaan
Kawasan Hutan Produksi yang lahannya dimiliki oleh Negara akan
ditetapkan dan dikoordinasikan Pemerintah dalam hal ini Menteri yang
tugas dan tanggungjawabnya berkaitan dengan Bidang Kehutanan.
 Beberapa hutan produksi tetap yang ada ternyata menunjukkan adanya
tingkat kerapatan tegakan tanaman yang rendah sehingga harus dilakukan
percepatan reboisasi;
 Pengolahan hasil hutan sehingga memiliki nilai ekonomi lebih tinggi dan
memberikan kesempatan kerja yang lebih banyak;
 Meningkatkan fungsi ekologi kawasan hutan produksi dengan menjaga
kerapatan dan penutupan tajuk yang optimal, dengan mengusahakan jenis-
jenis tanaman kayu-kayuan yang berdaun panjang serta penghasil getah dan
buah;
 Mendorong peran serta masyarakat dalam pengelolaan kawasan hutan
produksi melalui Pola Kemitraan Pengelolaan Hutan untuk membuka
kesempatan kerja dan meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar;
 Mengefektifkan pengelolaan hutan produksi melalui pembinaan,
pengendalian, dan pengawasan terhadap rencana dan realisasi pemanfaatan
hasil hutan; serta
 Meningkatkan manfaat ekonomi kawasan hutan produksi dengan
mengoptimalkan pengolahan hasil hutan kayu dan non kayu sehingga dapat
memberikan kesempatan kerja yang lebih banyak bagi masyarakat sekitar
hutan.

LAPORAN RENCANA IV-22


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN PONOROGO

Gambar 4. 8 Hutan Produksi Berupa Hutan Jati

LAPORAN RENCANA IV-23


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN PONOROGO

Peta 4. 5 Kawasan Hutan Produksi di Kabupaten Ponorogo

LAPORAN RENCANA IV-24


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN PONOROGO

4.2.2 Kawasan Pertanian


Kawasan pertanian adalah kawasan yang memiliki kesesuaian lahan untuk
dikembangkan sebagai kawasan pertanian, ditetapkan sebagai lahan pertanian
abadi, mendukung ketahanan pangan nasional, dan atau dapat dikembangkan sesuai
dengan tingkat ketersediaan air. Kawasan pertanian berupa kawasan tanaman
pangan, kawasan holtikultura, kawasan perkebunan, serta kawasan peternakan.
4.2.2.1 Kawasan Tanaman Pangan
Kawasan pertanian tanaman pangan terletak pada Kecamatan Ngrayun,
Kecamatan Slahung, Kecamatan Sambit, Kecamatan Sampung, Kecamatan Sooko,
Kecamatan Pulung, Kecamatan Pudak, Kecamatan Ngebel, Kecamatan Bungkal,
Kecamatan Sawoo, Kecamatan Mlarak, Kecamatan Siman, Kecamatan Jetis,
Kecamatan Balong, Kecamatan Kauman, Kecamatan Jambon, Kecamatan Badegan,
Kecamatan Sukorejo, Kecamatan Babadan, Kecamatan Ponorogo dan Kecamatan
Jenangan dengan luas kawasan tanaman pangan seluas ± 40.685 Ha. Kawasan
tanaman pangan di Kabupaten Ponorogo memproduksi tanaman pangan berupa
padi sawah, padi ladang, kacang tanah, jagung, ubi kayu, kacang kedelai, dan kacang
hijau. Dengan semakin tingginya perubahan fungsi tanah pertanian menjadi
kawasan terbangun, maka untuk mempertahankan kawasan pertanian khususnya
sawah beririgasi teknis dan kawasan pertanian pangan berkelanjutan (sawah abadi)
ini perlu ditingkatkan intensifikasinya.
Tabel 4. 1 Potensi Tanaman Pangan di Kabupaten Ponorogo
No Nama Kecamatan Potensi Tanaman Pangan
1 Ngrayun Ubi Kayu
2 Slahung Jagung, Ubi Kayu, Kacang Tanah
3 Bungkal Ubi Kayu, Kacang Tanah, Kacang Kedelai, Kacang Hijau
4 Sambit -
5 Sawoo -
6 Sooko Ubi Kayu
7 Pudak Jagung
8 Pulung Padi Sawah, Ubi Kayu
9 Mlarak Ubi Kayu, Kacang Kedelai
10 Siman Padi Sawah, Jagung, Kacang Kedelai, Kacang Hijau
11 Jetis Padi Sawah, Padi Ladang, Jagung
12 Balong Padi Sawah, Padi Ladang, Kacang Tanah, Kacang Hijau
13 Kauman Padi Sawah, Jagung, Ubi Kayu, Kacang Tanah, Kacang Hijau
14 Jambon Padi Ladang, Jagung, Ubi Kayu
15 Badegan Padi Sawah, Jagung, Kacang Kedelai
16 Sampung Padi Sawah, Jagung
17 Sukorejo Padi Sawah
18 Ponorogo Padi Sawah, Jagung, Kacang Kedelai
19 Babadan Padi Sawah, Kacang Tanah

LAPORAN RENCANA IV-25


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN PONOROGO

No Nama Kecamatan Potensi Tanaman Pangan


20 Jenangan Padi Sawah, Padi Ladang, Kacang Kedelai
21 Ngebel Ubi Kayu
Sumber: Rencana, 2018

Upaya mempertahankan kawasan tanaman pangan di Kabupaten Ponorogo


juga dapat dilakukan dengan cara :
 Pengembangan prasarana pengairan;
 Pengendalian alih fungsi lahan pada lahan-lahan produktif; dan
 Penyelesaian masalah tumpang tindih dengan kegiatan budidaya lain.
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan di Kabupaten Ponorogo ditetapkan
seluas kurang lebih 25.000 hektar. Penetapan kawasan pertanian pangan
berkelanjutan (KP2B) dengan menggunakan lahan sawah, dan holtikultura.
Kawasan pertanian pangan berkelanjutan seluas kurang lebih 23.117 (dua puluh
tiga serratus tujuh belas) hektar yang terletak di Kecamatan Babadan, Kecamatan
Badegan, Kecamatan Balong, Kecamatan Bungkal, Kecamatan Jambon, Kecamatan
Jenangan, Kecamatan Jetis, Kecamatan Kauman, Kecamatan Mlarak, Kecamatan
Ngebel, Kecamatan Ngrayun, Kecamatan Ponorogo, Kecamatan Pulung, Kecamatan
Sambit, Kecamatan Sampung, Kecamatan Sawoo, Kecamatan Siman, Kecamatan
Slahung, Kecamatan Sooko dan Kecamatan Sukorejo.
Tabel 4. 2 Rencana KP2B di Kabupaten Ponorogo
No. Nama Kecamatan Luasan (Ha)
1 Babadan 1975,11
2 Badegan 1126,50
3 Balong 2023,35
4 Bungkal 1140,36
5 Jambon 1396,56
6 Jenangan 469,96
7 Jetis 1340,00
8 Kauman 1696,00
9 Mlarak 987,50
10 Ngebel 23,62
11 Ngrayun 945,44
12 Ponorogo 589,44
13 Pulung 13,93
14 Sambit 157,03
15 Sampung 1100,66
16 Sawoo 1926,10
17 Siman 142,10
18 Slahung 1829,20
19 Sooko 1174,30
20 Sukorejo 3060,53
Total 23117,68
Sumber: Dinas Pertanian dan Digitasi Peta, 2018

LAPORAN RENCANA IV-26


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN PONOROGO

Adapun arahan pengelolahan sawah di Kabupaten Ponorogo adalah :


1. Sawah beririgasi teknis harus dipertahankan luasnya;
2. Perubahan fungsi sawah hanya diizinkan pada kawasan perkotaan dengan
perubahan maximum 40% dan sebelum dilakukan perubahan atau alih
fungsi harus sudah dilakukan peningkatan fungsi irigasi setengah teknis atau
sederhana menjadi teknis dua kali luas sawah yang akan dialihfungsikan
dalam pelayanan daerah irigasi yang sama;
3. Pada kawasan perdesaan alih fungsi sawah diijinkan hanya pada sebagian
jalan utama (kolektor, lokal primer) dengan besaran perubahan maksimum
15 % dari luasan tanah yang ada, dan harus dilakukan peningkatan irigasi
setengah teknis atau sederhana menjadi irigasi teknis, setidaknya dua kali
luasan area yang akan diubah dalam pelanyanan daerah irigasi yang sama;
4. Pada sawah beririgasi teknis yang telah ditetapkan sebagai kawasan
pertanian pangan berkelanjutan maka tidak boleh dilakukan alih fungsi;
5. Sawah ber irigasi sederhana dan setengah teknis secara bertahap dilakukan
peningkatan menjadi sawah beririgasi teknis;
6. Alih fungsi lahan sawah harus mempertimbangkan kewenangan pengelolaan
dan keberlanjutan layanan jaringan infrastruktur irigasi serta luas baku
sawah;
7. Kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan pertanian diarahkan untuk
meningkatkan produktifitas tanaman pangan dengan pengembangan
kawasan koperatif warming dan holtikultura dengan mengembangkan
kawasan good argrikulture practices;
8. Pengembangan pertanian berbasis wisata edukasi dan desa wisata di
Kecamatan Ngrayun, Slahung, Sambit, Sampung, Sooko, Pulung, Pudak,
Ngebel, Bungkal, Sawoo, Mlarak, Siman, Jetis, Balong, Kauman, Jambon,
Badegan, Sukorejo, Babadan dan Jenangan.

LAPORAN RENCANA IV-27


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN PONOROGO

Gambar 4. 9 Kawasan Tanaman Pangan di Kabupaten Ponorogo

4.2.2.2 Kawasan Hortikultura


Kawasan holtikultura di Kabupaten Ponorogo berupa lahan pertanian
kering. Luas kawasan holtikultura di Kabupaten Ponorogo seluas ± 13.024 hektar
yang terletak di Kecamatan Pudak, Kecamatan Ngebel, Kecamatan Pulung,
Kecamatan Sokoo, Kecamatan Jenangan, Kecamatan Babadan, Kecamatan Siman,
Kecamatan Sukorejo, Kecamatan Sampung, Kecamatan Badegan, Kecamatan
Kauman, Kecamatan Balong, Kecamatan Slahung, Kecamatan Bungkal, Kecamatan
Sambit, Kecamatan Sawoo dan Kecamatan Ngrayun.
Kawasan holtikultura berupa lahan pertanian lahan kering pada dasarnya
dapat dialihfungsikan untuk hutan produksi atau perkebunan rakyat. Demikian pula
halnya untuk beberapa bagian tegalan, terutama yang terletak pada kawasan
lindung atau diperuntukkan tanaman keras, dapat dialihfungsikan menjadi kawasan
hutan atau perkebunan.
Kawasan holtikultura di Kabupaten Ponorogo memiliki potensi yang besar,
baik holtikultura sayur-sayuran maupun buah-buahan. Potensi holtikultura sayur-
sayuran berupa cabe rawit, petai, kacang panjang, cabe besar, melinjo, tomat, terong,
petsai/sawi, buncis, bawang merah, bawang daun, wortel, dan kubis. Sedangkan
holtikultura buah-buahan berupa jeruk keprok, nangka, alpukat, pepaya, mangga,
durian dan pisang.
Sentra produk hortikultura sayur-sayuran di Kabupaten Ponorogo adalah di
Kecamatan Pudak dengan hasil hortikultura yang dihasilkan adalah bawang merah,
bawang daun, kubis, petsai/ sawi, wortel, cabe rawit, buncis, petai, kacang panjang,

LAPORAN RENCANA IV-28


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN PONOROGO

cabe besar, tomat, melinjo, terong. Sedangkan sentra produk holtikultura buah-
buahan di Kecamatan Ngebel dan Pulung yang dihasilkan adalah buah durian, jeruk
keprok, alpukat, mangga, nangka dan pepaya.
Tabel 4. 3 Potensi Holtikultura Sayur-Sayuran di Kabupaten Ponorogo
No. Nama Potensi Holtikultura Sayur-Sayuran
Kecamatan
1 Ngrayun Cabe Rawit, Petai, Kacang Panjang, Cabe Besar
2 Slahung Melinjo
3 Bungkal Bawang Merah, Cabe Rawit, Petai, Kacang Panjang, Cabe Besar,
Tomat, Melinjo, Terong
4 Sambit Bawang Merah, Petai, Cabe Besar
5 Sawoo Bawang Merah, Cabe Rawit, Petai, Cabe Besar
6 Sooko Cabe Rawit, Petai, Kacang Panjang, Melinjo
7 Pudak Bawang Merah, Bawang Daun, Kubis, Petsai/ Sawi, Wortel, Cabe
Rawit, Buncis, Petai, Kacang Panjang, Cabe Besar, Tomat, Melinjo,
Terong
8 Pulung Bawang Daun, Wortel, Buncis
9 Mlarak Bawang Merah, Cabe Rawit
10 Siman Bawang Merah, Cabe Rawit
11 Jetis Bawang Merah, Cabe Besar, Melinjo
12 Balong Cabe Rawit, Cabe Besar, Tomat, Terong
13 Kauman Cabe Rawit, Kacang Panjang, Tomat, Melinjo, Terong
14 Jambon Cabe Rawit, Kacang Panjang, Cabe Besar, Terong
15 Badegan Melinjo
16 Sampung Bawang Merah, Kacang Panjang, Cabe Besar, Tomat, Terong
17 Sukorejo Bawang Merah, Cabe Rawit, Kacang Panjang, Cabe Besar
18 Ponorogo Melinjo
19 Babadan Bawang Merah, Cabe Rawit, Tomat, Melinjo
20 Jenangan Bawang Merah, Cabe Rawit, Petai, Cabe Besar, Tomat, Melinjo,
Terong
21 Ngebel Petai, Kacang Panjang
Sumber: Rencana, 2018
Tabel 4. 4 Potensi Holtikultura Buah-Buahan di Kabupaten Ponorogo
No Nama Kecamatan Potensi Tanaman Holtikultura
1 Ngrayun Jeruk Keprok
2 Slahung Alpukat, Pisang
3 Bungkal Durian, Nangka
4 Sambit Nangka, Pepaya, Pisang
5 Sawoo Alpukat
6 Sooko Alpukat, Pisang
7 Pudak Alpukat, Pisang
8 Pulung Alpukat, Durian, Jeruk Keprok, Nangka, Pepaya
9 Mlarak Nangka, Pepaya, Pisang
10 Siman Pisang
11 Jetis Durian, Nangka
12 Balong Durian, Nangka, Pisang
13 Kauman Durian, Nangka, Pepaya
14 Jambon Pisang
15 Badegan Durian, Pisang

LAPORAN RENCANA IV-29


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN PONOROGO

No Nama Kecamatan Potensi Tanaman Holtikultura


16 Sampung Durian, Nangka, Pisang
17 Sukorejo Durian
18 Ponorogo Durian
19 Babadan Durian, Nangka, Pepaya
20 Jenangan Alpukat, Durian, Pisang
21 Ngebel Durian, Jeruk Keprok, Mangga
Sumber: Rencana, 2018

Untuk pengembangannya disesuaikan dengan kondisi kawasan masing-


masing. Pengembangan kawasan dilakukan dengan:
1. Pada zona pengenbangan agropolitan dikembangkan sarana dan prasarana
pengelolahan hasil produksi di Kecamatan Pulung;
2. Pengembangan sistem agropolitan khusus sentra akomodasi pertanian
diletakan pada zona pengembangan agro yaitu Kecamatan Pulung dan
Pudak;
3. Pengembangan sektor pertanian untuk kegiatan agrobis dari bahan
pertanian menjadi bahan jadi yang siap untuk dipasarkan;
4. Pengelolahan komoditas unggulan dengan pemasaran nasional.
Adapun arahan pengelolaannya kawasan hortikultura adalah:
1. Seperti umumnya lahan holtikultura merupakan lahan kering yang
diperuntukkan pengelolaan lahan kering memiliki fungsi campuran
umumnya untuk hortikultura dan palawija. Lahan ini diutamakan untuk
ditingkatkan fungsinya melalui pengembangan komoditas tanaman keras
tegakan tinggi yang memiliki nilai ekonomi tinggi;
2. Kawasan ini memiliki potensi untuk menunjang ekonomi perdesaan dan
wilayah sehingga alih fungsi diizinkan pada beberapa area dengan catatan
memiliki nilai tambah yang lebih besar dan sesuai dengan rencana rinci tata
ruang;
3. Kawasan hortikultura sebagai penunjang komoditas unggulan di Kabupaten
Ponorogo dengan memperhatikan supply dan permintaan pasar untuk
penstabilan harga produk;
4. Lebih mengutamakan komoditas yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan
memiliki kemampuan pemasaran yang luas;
5. Kawasan ini sebaiknya tidak dialih fungsikan kecuali untuk kegiatan
pertanian dengan catatan mempunyai nilai ekonomis tinggi dan memiliki
kemampuan penyerapan tenaga kerja yang lebih luas;

LAPORAN RENCANA IV-30


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN PONOROGO

6. Pengembangan kawasan holtikultura berbasis wisata edukasi dan penelitian


di Kecamatan Pudak, Ngebel, Pulung, Sokoo, Jenangan, Babadan, Siman,
Sukorejo, Sampung, Badegan, Kauman, Balong, Slahung, Bungkal, Sambit,
Sawoo dan Ngrayun.

Gambar 4. 10 Produk Holtikultura di Kabupaten Ponorogo

4.2.2.3 Kawasan Perkebunan


Kawasan perkebunan di Kabupaten Ponorogo banyak terdapat di Kecamatan
Ngebel, Kecamatan Pulung, Kecamatan Sooko, Kecamatan Sawoo, Kecamatan
Sambit, Kecamatan Bungkal, Kecamatan Slahung dan Kecamatan Ngrayun dimana
untuk pemanfaatan dilakukan dengan peningkatan produktivitas dan perlindungan
kawasan.
Secara keseluruhan luas lahan perkebunan di Kabupaten Ponorogo seluas
4.019 Ha. Produk kawasan perkebunan di Kabupaten Ponorogo meliputi jambu
mete, kapuk randu, kakao, jarak pagar, tebu, tembakau virginis, cengkeh, dan kelapa.
Kabupaten Ponorogo merupakan bagian dari Kimbun Lawu bersama dengan
Kabupaten Magetan, Kabupaten Pacitan, dan Kabupaten Ngawi, dimana sesuai
dengan RTRW Provinsi Jawa Timur dengan rencana Pengembangan pertanian dan
perkebunan serta home industri yang merupakan bagian dari Kimbun Lawu dengan
komoditi yang dikembangkan antara lain kopi, tebu, kakao, kelapa dan cengkeh,
serta bagian dari Kimbun Wilis bersama Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Kediri,
Kabupaten Trenggalek, Kabupaten dengan komoditas yang dikembangkan meliputi
kopi, tebu, kakao dan kelapa.
Pada beberapa lokasi perkebunan yang saat ini digunakan untuk pertanian
tanaman semusim akan dilakukan pengembalian kepada fungsi perkebunan dengan
pengelolaan bersama masyarakat. Berbagai cara dalam pemanfaatan perkebunan
antara lain adalah :
1. Pengembangan perkebunan dilakukan dengan mengembangkan industri
pengolahan hasil komoditi diarahkan pada Ngebel, Pulung, Sooko, Sawoo,
Sambit, Bungkal, Slahung dan Ngrayun;

LAPORAN RENCANA IV-31


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN PONOROGO

2. Pengembangan fasilitas sentra produksi dan pemasaran pada pusat kegiatan


ekonomi di Kecamatan Ponorogo sebagai pusat dari kegiatan agropolitan di
Kabupaten Ponorogo;
3. Pengembangan perkebunan, misalnya merehabilitasi tanaman perkebunan
yang rusak atau pada area yang telah mengalami kerusakan yaitu
mengembalikan fungsi perkebunan yang telah berubah menjadi peruntukan
lainnya, khususnya yang telah berubah menjadi area pertanian tanaman
pangan;
4. Pengembangan kawasan-kawasan yang berpotensi untuk tanaman
perkebunan sesuai dengan rencana, seperti jambu mete, kapuk randu, kakao,
jarak pagar, tebu, tembakau virginis, cengkeh, dan kelapa;
5. Pengembangan kawasan-kawasan potensi untuk pertanian pangan lahan
kering;
6. Pengembangan pasar produksi perkebunan; serta
7. Pengolahan hasil perkebunan terutama dengan membentuk keterikatan
antar produk.
Adapun arahan pengelolaan perkebunan di Kabupaten Ponorogo diarahkan
sebagai berikut :
1. Kawasan perkebunan yang dikembangkan di Kecamatan Ngebel, Pulung,
Sooko, Sawoo, Sambit, Bungkal, Slahung dan Ngrayun tidak boleh
dialihfungsikan untuk kegiatan yang lain, dan dapat ditingkatkan perannya
sebagai penunjang pariwisata dan penelitian;
2. Peningkatan pemanfaatan kawasan perkebunan dilakukan melalui
peningkatan peran serta masyarakat yang tergabung dalam kawasan
masing-masing;
3. Penetapan komoditi tanaman tahunan selain mempertimbangkan
kesesuaian lahan, konservasi tanah dan air, juga perlu mempertimbangkan
aspek sosial ekonomi dan keindahan/estetika;
4. Mengembangkan industri pengolahan hasil komoditi;
5. Pengembangan fasilitas sentra produksi dan pemasaran pada pusat kegiatan
ekonomi di Kecamatan Pulung;
6. Pengembangan perkebunan, misalnya merehabilitasi tanaman perkebunan
yang rusak (seperti perkebunan teh) atau pada area yang telah mengalami
kerusakan yaitu mengembalikan fungsi perkebunan yang telah berubah

LAPORAN RENCANA IV-32


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN PONOROGO

menjadi peruntukan lainnya, khususnya yang telah berubah menjadi area


pertanian tanaman pangan;
7. Pengolahan hasil perkebunan terutama dengan membentuk keterikatan
antar produk;
8. Pengembangan perkebunan berbasis wisata edukasi di Kecamatan Ngebel,
Pulung, Sooko, Sawoo, Sambit, Bungkal, Slahung dan Ngrayun.
4.2.2.4 Kawasan Peternakan
Peternakan di Kabupaten Ponorogo berupa sapi potong, sapi perah,
kambing, domba, kelinci, itik, ayam petelur, ayam kampung, itik manila, merpati dan
burung puyuh. Berdasarkan produksi tertinggi untuk sapi perah di Kecamatan
Pudak, sapi potong di Kecamatan Sawoo, kambing di Kecamatan Sawoo, domba di
Kecamatan Sukorejo, kelinci di Kecamatan Pulung, ayam kampung di Kecamatan
Balong, ayam petelur di Kecamatan Pulung, itik di Kecamatan Jenangan, itik manila
di Kecamatan Sukorejo, burung puyuh di Kecamatan Jenangan dan merpati di
Kecamatan Mlarak. Berikut merupakan potensi peternakan di Kabupaten Ponorogo
dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4. 5 Potensi Peternakan di Kabupaten Ponorogo
No. Nama Potensi Peternakan
Kecamatan
1 Ngrayun Sapi Potong
2 Slahung Sapi Potong, Kelinci
3 Bungkal Sapi Potong, Kambing, Itik
4 Sambit Kambing, Domba, Kelinci, Ayam Petelur, Itik, Itik Manila, Merpati
5 Sawoo Kambing, Itik, Itik Manila
6 Sooko Sapi Perah, Domba, Kelinci, Ayam Kampung, Ayam Petelur, Itik, Itik
Manila
7 Pudak Sapi Perah, Domba, Ayam Petelur
8 Pulung Sapi Perah, Kambing, Domba, Kelinci, Ayam Petelur, Itik
9 Mlarak Sapi Potong, Domba, Kelinci, Ayam Kampung, Itik Manila, Merpati
10 Siman Sapi Potong, Domba, Ayam Kampung, Ayam Petelur
11 Jetis Kambing, Ayam Kampung, Ayam Petelur
12 Balong Sapi Potong, Kelinci, Ayam Kampung, Ayam Petelur, Merpati
13 Kauman Sapi Potong, Kelinci, Ayam Kampung, Merpati
14 Jambon Sapi Potong
15 Badegan Sapi Potong, Kelinci, Ayam Kampung, Itik, Merpati
16 Sampung Sapi Potong, Ayam Kampung, Itik Manila, Merpati
17 Sukorejo Sapi Potong, Domba, Kelinci, Ayam Petelur,Itik Manila, Merpati
18 Ponorogo Domba, Ayam Kampung, Itik Manila
19 Babadan Kelinci, Ayam Kampung, Ayam Petelur, Itik Manila, Burung Puyuh,
Merpati
20 Jenangan Kambing, Ayam Petelur, Itik, Burung Puyuh
21 Ngebel Kambing, Domba, Ayam Petelur, Burung Puyuh
Sumber: Rencana, 2018

LAPORAN RENCANA IV-33


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN PONOROGO

Pengembangan komoditas ternak yang dapat berfungsi sebagai lokomotif


berggerak pertumbuhan dan perkembangan di bidang peternakan. Pengembangan
kawasan peternakan di Kabupaten Ponorogo adalah sebagai berikut :
a. Sentra produksi sapi perah di Kecamatan Pudak, Kecamatan Sooko dan
Kecamatan Mlarak;
b. Sentra produksi sapi potong di Kecamatan Sawoo, Kecamatan Slahung dan
Kecamatan Jambon;
c. Peternakan kecil dan unggas dikembangkan di seluruh kecamatan
Kabupaten Ponorogo;
d. Peternakan ternak kecil terletak di seluruh kecamatan;
e. Pengembangan Breeding Centre di kawasan sentra produksi peternakan
sesuai dengan potensi peternakan unggulan di wilayah;
f. Pengembangan inseminasi buatan;dan
g. Pengembangan peternakan berbasis wisata edukasi di Kecamatan Pudak,
Kecamatan Sawoo, Kecamatan Sukorejo, Kecamatan Pulung, Kecamatan
Balong, Kecamatan Pulung, Kecamatan Jenangan, dan Kecamatan Mlarak.
Adapun arahan ngengelolahan peternakan di Kabupaten Ponorogo adalah:
1. Meningkatkan kegiatan peternakan secara alami dengan mengembangkan
dan pada beberapa bagian dapat menyatu dengan kawasan perkebunan atau
perikanan;
2. Kawasan peternakan dalam skala besar dikembangkan pada lokasi
tersendiri jauh dari permukiman diharapkan mempunyai keterkaitan
dengan kawasan pengembangan agropolitan pada kawasan pendukung
kecamatan penghasil hasil pertanian;
3. Mengolah hasil ternak sehingga memiliki nilai ekonomis tinggi;
4. Mengembangkan sistem inti - plasma dalam pengembangan peternakan;
5. Mengolah hasil ternak dalam meningkatkan nilai tambah hasil peternakan
serta membangun jejaring pemasaran;
6. Pengembangan ternak unggulan yang dimiliki oleh daerah yaitu komoditas
ternak yang memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif;
7. Ternak unggas dan ternak lainnya yang memiliki potensi penularan penyakit
pada manusia harus memperhatikan sanitasi lingkungan kandang dan
melaksanakan program pencegahan dan pembatasan penyakit hewan
menular;

LAPORAN RENCANA IV-34


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN PONOROGO

8. Meningkatkan nilai ekonomi ternak dengan mengelola dan mengolah hasil


peternakan, seperti industri pengolah hasil ternak, mengolah kulit, dan
industri lainnya serta meningkatkan jejaring pemasaran hasil peternakan.

LAPORAN RENCANA IV-35


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN PONOROGO

Peta 4. 6 Kawasan Pertanian di Kabupaten Ponorogo

LAPORAN RENCANA IV-36


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN PONOROGO

Peta 4. 7 Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan di Kabupaten Ponorogo

LAPORAN RENCANA IV-37


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN PONOROGO

Peta 4. 8 Kawasan Peternakan di Kabupaten Ponorogo

LAPORAN RENCANA IV-38


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN PONOROGO

4.2.3 Kawasan Perikanan


Kawasan perikanan di Kabupaten Ponorogo berupa perikanan tangkap dan
perikanan budidaya. Perikanan tangkap berupa perikanan tangkap darat yang meliputi
perikanan di Waduk/Danau Ngebel. Perikanan budidaya berupa perikanan budidaya darat
di Kabupaten Ponorogo meliputi kolam dan perairan umum. Perikanan kolam terdapat di
Kecamatan Ngrayun, Slahung, Pulung, Mlarak, Siman, Jetis, Balong, Kauman, Jambon,
Badegan, Sampung, Sukorejo, Ponorogo, Babadan, dan Jenangan. Sedangkan perikanan
perairan umum terdapat di Kecamatan Bungkal, Sambit, Sawoo, Sokoo, Pudak dan Ngebel.
Adapun pengembangan perikanan darat adalah :
1. Kawasan perikanan tangkap berupa perikanan tangkap darat terdapat di
Kecamatan Ngebel;
2. Kawasan perikanan budidaya meliputi:
a. Perikanan budidaya darat terdapat di seluruh daerah;dan
b. Kampung ikan dikembangkan di Desa Jurug Kecamatan Sooko.
Adapun arahan pengelolaan kawasan perikanan di Kabupaten Ponorogo adalah :
1. Mengembangkan perikanan unggulan pada setiap lokasi yang memiliki potensi
pengairan untuk perikanan;
2. Pengembangan budidaya perikanan;
3. Mempertahankan dan merehabilitasi kawasan waduk untuk mengembalikan
ekosistem yang rusak;
4. Pengembangan perikanan berbasis wisata di Kecamatan Ngebel.

Gambar 4. 11 Perikanan Budidaya di Kabupaten Ponorogo

LAPORAN RENCANA IV-39


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN PONOROGO

Gambar 4. 12 Kawasan Perikanan di Kabupaten Ponorogo

4.2.4 Kawasan Pertambangan Dan Energi


Kawasan pertambangan dan energi berupa kawasan pertambangan mineral dan
kawasan panas bumi.
4.2.4.1 Kawasan Pertambangan Mineral
Kabupaten Ponorogo memiliki sumber daya mineral berupa mineral logam,
mineral non logam dan Galian bantuan (Galian C). Potensi mineral logam yang terdapat di
Kabupaten Ponorogo meliputi emas, tembaga, seng, mangaan, galena dan pirit. Potensi
mineral non logam berupa fosfat, zeolit, kaolin, bentonit, gypsum, rijang dan oker.
Sedangkan potensi galian batuan berupa trass, marmer, andesit, tanah liat, tanah urug,
opal dan kalsedon, sirtu, gamping dan tuff.
Adapun kawasan pertambangan yang ada di Kabupaten Ponorogo adalah:
1. Pertambangan mineral logam, meliputi:
a. Emas di Kecamatan Ngebel, Sooko dan Slahung;
b. Mangaan di Kecamatan Ngrayun, Sooko dan Slahung;
c. Tembaga di Kecamatan Slahung dan Ngrayun; dan
d. Seng di Kecamatan Slahung.

LAPORAN RENCANA IV-40


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN PONOROGO

2. Pertambangan mineral non-logam, meliputi:


a. Bentonit di Kecamatan Slahung dan Ngrayun;
b. Gypsum terdapat di Kecamatan Slahung dan Pulung;
c. Kaolin terdapat di Kecamatan Slahung;dan
d. Rijang/Chert/Batu Api terdapat di Kecamatan Slahung.
3. Pertambangan galian batuan, meliputi:
a. Batu Gamping berada di Kecamatan Sampung, Slahung, Sawoo dan Badegan;
b. Batuan Beku terdapat di Kecamatan Sawoo, Ngebel, Ngrayun, Sambit dan
Badegan;
c. Sirtu terdapat di Kecamatan Jenangan, Slahung, Siman, Kauman dan Badegan;
d. Trast, terdapat di Kecamatan Ngebel, Pulung, Sawoo, Slahung dan Jenangan;dan
e. Marmer di Kecamatan Slahung.
Rencana pengelolahan kawasan pertambangan diatas adalah :
1. Pengembangan kawasan pertambangan dilakukan dengan mempertimbangkan
potensi bahan galian, kondisi geologi dan geohidrologi dalam kaitannya dengan
kelestarian lingkungan;
2. Pengelolaan kawasan bekas penambangan harus direhabilitasi/ reklamasi sesuai
dengan zona peruntukan yang ditetapkan, dengan melakukan penimbunan tanah
subur dan/atau bahan-bahan lainnya, sehingga menjadi lahan yang dapat
digunakan kembali sebagai kawasan hijau, ataupun kegiatan budidaya lainnya
dengan tetap memperhatikan aspek kelestarian lingkungan hidup;
3. Setiap ada kegiatan penggalian harus menyimpan tanah ngalian atas (top soil)
untuk dikembalikan kembali supanya kesuburan tanah tetap terjaga;
4. Mengantisipasi dan meminimalisasi kemungkinan dampak negatif dari kegiatan –
kegiatan sebelumnya serta pengendalian lingkungan;
5. Pemanfaatan lahan bekas tambang yang merupakan lahan marginal untuk
pengembangan komoditas lahan dan memiliki nilai ekonomi atau tanaman yang
dapat meningkatkan kesuburan tanah;dan
6. Setiap upaya eksplorasi dan eksploitasi sumber daya yang terkandung didalam
bumi (baik di darat, pesisir maupun laut), dilakukan berdasarkan kewenangan dan
arahan perencanaan serta pengelolaan khusus kawasan pertambangan
berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku.
4.2.4.2 Kawasan Panas Bumi
Energi panas bumi adalah energi panas yang terdapat dan terbentuk di dalam
kerak bumi. Temperatur di bawah kerak bumi bertambah seiring bertambahnya

LAPORAN RENCANA IV-41


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN PONOROGO

kedalaman. Suhu di pusat bumi diperkirakan mencapai 5400 °C. Berdasarkan Undang-
Undang Nomor 21 Tahun 2014 tentang Panas Bumi, Panas Bumi adalah sumber energi
panas yang terkandung di dalam air panas, uap air, serta batuan bersama mineral ikutan
dan gas lainnya yang secara genetik tidak dapat dipisahkan dalam suatu sistem Panas
Bumi.
Kawasan Panas Bumi di Kabupaten Ponorogo ditetapkan di dua lokasi yang
meliputi:
1. Panas Bumi di Daerah Gunung Wilis berdasarkan Keputusan Menteri ESDM Nomor
2775 K/30/MEM/2014 tentang penetapan wilayah kerja pertambangan panas
bumi di Daerah Gunung Wilis Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Kediri, Kabupaten
Tulungagung, Kabupaten Ponorogo dan Kabupaten Madiun;dan
2. Panas Bumi di Telaga Ngebel berdasarkan Keputusan Menteri ESDM Nomor 1788
K/33/MEM/2007 tentang penetapan wilayah kerja pertambangan panas bumi di
daerah Telaga Ngebel Kabupaten Ponorogo dan Kabupaten Madiun Provinsi Jawa
Timur.

LAPORAN RENCANA IV-42


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN PONOROGO

Gambar 4. 13 Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi

Gambar 4. 14 Kawasan Panas Bumi di Kabupaten Ponorogo

LAPORAN RENCANA IV-43


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN PONOROGO

Peta 4. 9 Kawasan Pertambangan dan Energi Kabupaten Ponorogo

LAPORAN RENCANA IV-44


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN PONOROGO

4.2.5 Kawasan Peruntukan Industri


Kawasan peruntukan industri di Kabupaten Ponorogo berupa sentra industri kecil
dan menengah. Industri yang terdapat di Kabupaten Ponorogo meliputi:
1. Pabrik Getah Pohon Kecamatan Sooko;
2. Pabrik Pengolahan Kayu Putih dan Terpentin Kecamatan Pulung;
3. Industri Etanol di Kecamatan Ngebel;
4. Industri Pipa Beton Kecamatan Pulung; dan
5. Industri pengolahan produk pertanian di Kecamatan Ngebel dan Kecamatan
Ponorogo.
Industri kecil yang terdapat di Kabupaten Ponorogo meliputi:
1. Industri Meubel Kecamatan Pulung;
2. Kerajinan Peralatan Rumah Tangga Kecamatan Sawoo;
3. Industri sangkar burung di Kecamatan Bungkal;
4. Kerajinan emas di Kecamatan Pulung, Kecamatan Sokoo dan Kecamatan Ngebel;
serta
5. Beberapa industri lainnya.
Rencana sentra industri kecil dan menengah meliputi:
1. Kawasan peruntukkan industri seluas ± 95,37 hektar;
2. Kawasan peruntukkan industri pengolahan berupa industri dan pergudangan
dikembangkan di Kecamatan Babadan, Kecamatan Badegan dan Kecamatan
Pulung;
3. Sentra industri kecil dan menengah (IKM) meliputi:
a. Sentra industri kecil dan menengah dikembangkan di seluruh wilayah
Kabupaten Ponorogo; dan
b. Pembangunan Lingkungan Industri Kecil (LIK) di Kecamatan Ponorogo.
Arahan pengelolaannya industri kecil dan menengah meliputi:
1. Pengembangan kawasan sentra industri kecil terutama pada kawasan perdesaan
dan perkotaan;
2. Pengembangan fasilitas perekonomian berupa koperasi pada setiap pusat kegiatan
perkotaan dan perdesaan;
3. Pengembangan ekonomi dan perdagangan dengan pengutamaan UKM;
4. Penetapan skenario ekonomi wilayah yang menunjukkan kemudahan dalam
berinvestasi dan penjelasan tentang kepastian hukum yang menunjang investasi;

LAPORAN RENCANA IV-45


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN PONOROGO

5. Pengembangan industri yang akan dikembangkan harus pemperhatikan akses


ekologis;
6. Industri yang dikembangkan harus mempunyai keterkaitan proses dengan
komoditas yang ada di Kabupaten Ponorogo konsep agropolitan;
7. Semua kegiatan industri harus ramah lingkungan dan harus dilengkapi dengan
pengelolahan terhadap hasil limbah yang dihasilkan;
8. Setiap kegiatan industri sejauh mungkin menggunakan metoda atau teknologi
ramah lingkungan, dan harus dilengkapi dengan upaya pengelolaan terhadap
kemungkinan adanya bencana industri.

LAPORAN RENCANA IV-46


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN PONOROGO

Peta 4. 10 Kawasan Peruntukkan Industri di Kabupaten Ponorogo

LAPORAN RENCANA IV-47


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN PONOROGO

4.2.6 Kawasan Pariwisata


Kawasan pariwisata merupakan kawasan yang diperuntukkan bagi
pariwisata. Kawasan peruntukkan parwisata meliputi:
a. Wisata alam;
b. Wisaya budaya; dan
c. Wisata buatan.
Adapun pariwisata di Kabupaten Ponorogo, meliputi:
a. Wisata alam
Wisata alam di Kabupaten Ponorogo terdapat sebanyak ± 70 wisata alam
yang terletak di Kecamatan Badegan, Kecamatan Balong, Kecamatan Bungkal,
Kecamatan Mlarak, Kecamatan Ngebel, Kecamatan Ngrayun, Kecamatan Pudak,
Kecamatan Pulung, Kecamatan Sambit, Kecamatan Sampung, Kecamatan Sawo,
Kecamatan Siman, Kecamatan Slahung, dan Kecamatan Sooko. Berikut merupakan
wisata alam yang terdapat di Kabupaten Ponorogo.
Tabel 4. 6 Wisata Alam di Kabupaten Ponorogo
No Wisata Alam Lokasi Kecamatan
1 Hutan Wisata Kucur Desa Biting Kec.Badegan
2 Gunung Masjid Dsn. Kates Ds. Pandak Kec. Balong
3 Air Terjun Watu Tawang Dsn. Kates Ds. Pandak Kec. Balong
4 Kebun Buah Naga Dsn. Krawe Ds. Ngendut Kec. Balong
5 Kebun Jeruk Dsn. Puhgading Ds. Ngendut Kec. Balong
6 Gunung Beruk Tanggungrejo Karangpatihan Kec. Balong
7 Air Terjun Kedung Mimang Tanggungrejo Karangpatihan Kec. Balong
8 Beji / Sendang Pengantin Dsn. Bendo Ds. Karangpatihan Kec. Balong
9 Goa Dsn. Bobrok Ds. Ngumpul Kec. Balong
10 Goa Dsn. Wotan Ds. Ngumpul Kec. Balong
11 Sendang Tunggul Wulung Dkh. Suki Ds. Kupuk Kec. Bungkal
12 Air Terjun Watu Ondo Desa Munggu Kec. Bungkal
13 Sendang Bulus Dkh. Glagah Malang, Pager Kec. Bungkal
14 Beji Dukuh Kaponan Kec. Mlarak
15 Air Terjun Selorejo Dkh. Toyomerto Ds. Pupus Kec. Ngebel
16 Air Terjun Sundan Dkh. Tritis Ds. Talun
Widodaren Kec. Ngebel
17 Sumber Air Panas Pandosan Dkh. Pucuk Ds. Wagir Lor Kec. Ngebel
18 Telaga Ngebel Terletak di 4 Desa Kec. Ngebel
19 Watu Semaur Desa Selur Kec.Ngrayun
20 Air Terjun Sunggah Desa Selur Kec.Ngrayun
21 Agrowista Pertanian Desa Binade Kec.Ngrayun
22 Gunung Pare Desa Cepoko Kec.Ngrayun
23 Agrowisata Buah Durian Desa Cepoko Kec.Ngrayun
24 Gunung Manen Desa Ngerayun Kec.Ngrayun
25 Jurug Carat Desa Mrayan Kec.Ngrayun
26 Hutan Lestari Desa Mrayan Kec.Ngrayun
27 Jurug Pitu Desa Baosan Kidul Kec.Ngrayun

LAPORAN RENCANA IV-48


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN PONOROGO

No Wisata Alam Lokasi Kecamatan


28 Gunung Puncak Desa Gedangan Kec.Ngrayun
29 Watu Aglik Desa Wonodadi Kec.Ngrayun
30 Gunung Rawan Desa Temon Kec.Ngrayun
31 Sumber Alam Slindit Desa Temon Kec.Ngrayun
32 Panorama Alam Baras Desa Baosan Lor Kec.Ngrayun
33 Air Terjun Coban Lawe Dsn. Ngreco Ds. Krisik Kec.Pudak
34 Air Terjun Pletuk Dsn. Bareng Ds. Bareng Kec.Pudak
35 Tanah Goyang Dsn. Pandan Sari, Pudak Wetan Kec.Pudak
36 Kayangan Dsn. Pandansari, Pudak Wetan Kec.Pudak
37 Air Terjun Setapak Gondang Sari Banaran Kec.Pulung
38 Sumber Air Cepoko Dsn. Nguncup Kec.Pulung
39 Sumber Air Mesu Dsn. Bintoro Kec.Pulung
40 Sumber Air Bendorogo Dsn. Bintoro Kec.Pulung
41 Beji Sirah Keteng Dsn. Bedingin Kec.Sambit
42 Gunung Gajah Dsn. Gajah Kec.Sambit
43 Bukit Kuwik Dsn. Gajah Kec.Sambit
44 Kedung Lesung Dsn. Wringinanom Kec.Sambit
45 Guo Lowo Dsn. Boworejo, Ds. Sampung Kec. Sampung
46 Guo Borah Dsn. Temon, Pager Ukir Kec. Sampung
47 Beji temon Dsn. Temon, Pager Ukir Kec. Sampung
48 Beji Ngudal Dsn. Ngudal, Pager Ukir Kec. Sampung
49 Air Terjun Dsn. Ngudal, Pager Ukir Kec. Sampung
50 Air terjun Dsn. Temon, Pager Ukir Kec. Sampung
51 Embung Beji Dsn. Plebon, Carang Rejo Kec. Sampung
52 Air Terjun Plasur Dsn. Bayeman, Ds. Kunti Kec. Sampung
53 Sumber air Mbeji Dsn. Nglurup Kec. Sampung
54 Kedung Kenthus Dsn. Gangin, Jenangan Kec. Sampung
55 Goa Ngengor Dsn. Ngengor, Umpuk Kec.Sawo
56 Air Terjun Kedung Klenteng Dsn. Gondang, Tumpuk Kec.Sawo
57 Gerojokan Coban Pelangi Dsn. Krajan, Tumpak Pelem Kec.Sawo
58 Hutan Pinus Tunggor Dsn. Krajan, Tumpak Pelem Kec.Sawo
59 Grojokan Kokok Dsn. Senaran, Temon Kec.Sawo
60 Sungai Bawah Tanah Dsn. Senaran, Temon Kec.Sawo
61 Goa Mraten Hutan Temon Kec.Sawo
62 Goa Dasar Dsn. Senaran, Temon Kec.Sawo
63 Panorama Alam Gunung Dsn. Grogol Kec.Sawo
64 Kolam Alam / Beji Dsn. Grogol Kec.Sawo
65 Goa Bedali Dsn. Ronosentanan Kec.Siman
66 Gunung Pringgitan Dsn. Caluk Kec. Slahung
67 Gunung Bedes Dkh. Buyut Desa Ngadirojo Kec.Sokoo
68 Air Terjun Pletuk Dkh. Kranggan Ds. Jurug Kec.Sokoo
69 Sungai Plongko Dkh. Plongko Ds. Jurug Kec.Sokoo
70 Gua Lowo Dkh. Sooko Ds. Sooko Kec.Sokoo
Sumber: Data Potensi Pariwisata Dinas Pariwisata, 2016

LAPORAN RENCANA IV-49


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN PONOROGO

b. Wisata Budaya
Wisata budaya yang terdapat di Kabupaten Ponorogo sebanyak ±101 wisata
budaya yang terdiri dari kesenian, festival, grebeg, pentas wayang, kirab,
dayangan, serta situs, makam dan masjid. Wisata budaya terletak di
Kecamatan Babadan, Kecamatan Balong, Kecamatan Bungkal, Kecamatan
Jambon, Kecamatan Jenangan, Kecamatan Jetis, Kecamatan Kauman,
Kecamatan Mlarak, Kecamatan Ngebel, Ponorogo, Kecamatan Pudak,
Kecamatan Pulung, Kecamatan Sambit, Kecamatan Sampung, Kecamatan
Sawo, Kecamatan Siman, Kecamatan Slahung, Kecamatan Sokoo dan
Kecamatan Sukorejo. Berikut wisata budaya di Kabupaten Ponorogo sebagai
berikut:
Tabel 4. 7 Wisata Budaya di Kabupaten Ponorogo
No Wisata Budaya Lokasi Kecamatan
1 Makam Kyai Umar Sodiq Dsn. Babadan Ds. Babadan Kec.Babadan
2 Makam KA Imam Puro Dsn. Danyang Ds. Sukosari Kec.Babadan
3 Grebeg Maulud Dsn. Ngrambang Ds. Pondok Kec.Babadan
4 Grebeg Rojabiyah Dsn. Kajang Ds. Pondok Kec.Babadan
5 Seni Reyog 11 Group Kec. Balong
6 Gajah Gajahan 6 Group Kec. Balong
7 Karawitan 15 Group Kec. Balong
8 Campursari 3 Group Kec. Balong
9 Hadroh 4 Group Kec. Balong
10 Wayang Kulit 2 Group Kec. Balong
11 Musik Dangdut 3 Group Kec. Balong
12 Musik Odrot Desa Sumberejo Kec. Balong
13 Ketoprak Cahyo Budoyo Tanggungrejo Karangpatihan Kec. Balong
14 Makam Setono Desa Sumberejo Kec. Balong
15 Masjid Baitul Mutaqin Desa Sumberejo Kec. Balong
16 Makam Mbah Raden Dsn. Karangan Ds. Karangan Kec. Balong
17 Seni Reyog 20 group Kec. Bungkal
18 Karawitan 2 group Kec. Bungkal
19 Dongkrek Krido Manggolo Dkh. Pondok Ds. Belang Kec. Bungkal
20 Kongkil Martopuro Dkh. Pondok Ds. Belang Kec. Bungkal
21 Gajah Gajahan 3 group Kec. Bungkal
22 Unto Untoan Dkh. Ringin Surup Kec. Bungkal
23 Jaranan Thek Dkh. Ringin Surup Kec. Bungkal
24 Jaranan Thek Dkh. Suki Ds. Sambilawang Kec. Bungkal
25 Trebang Solawatan Dkh. Simo Ds.Bediwetan Kec. Bungkal
26 Makam Astana Srandil Desa Srandil Kec. Jabon
27 Makam Bathoro Katong Kelurahan Setono Kec. Jenangan
28 Makam Surodiningrat Gondoloyo Kel. Setono Kec. Jenangan
29 Masjid Tegalsari Ds. Tegalsari Kec. Jetis
30 Maulid Nabi Muhammad SAW Masjid Al-Iskaq Ds. Coper Kec. Jetis
31 Makam KA Nur Salim Dkh. Mantub Ds. Ngasinan Kec. Jetis
32 Makam Waliyulloh Masjid Kradenan Kulon Kec. Jetis

LAPORAN RENCANA IV-50


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN PONOROGO

No Wisata Budaya Lokasi Kecamatan


33 Reyog Bantarangin Monumen Bantarangin Kec.Kauman
34 Grebeg Tutup Suran Monumen Bantarangin Kec.Kauman
35 Makam T. Brotonegoro Gunung Gombak Nglarangan Kec.Kauman
36 Pendopo Kantor Bupati Dukuh Kaponan Kec.Mlarak
37 Seni Reyog 10 group Kec.Mlarak
38 Gajah Gajahan 8 group Kec.Mlarak
39 Wayang Orang Dsn. Ngelumpang II Kec.Mlarak
40 Karawitan 8 group Kec.Mlarak
41 Hadroh dan sholawat 8 group Kec.Mlarak
42 Coke'an Moroseneng Jabung II Kec.Mlarak
43 Larung Risalah Do'a Lapangan Kec. Ngebel Kec. Ngebel
44 Bebyar Budaya Lapangan Kec. Ngebel Kec. Ngebel
45 Balai Batur Desa Ngebel Kec. Ngebel
46 Kucur Bathoro Desa Ngebel Kec. Ngebel
47 Festival Reyog Nasional Aloon aloon Ponorogo Kec.Ponorogo
48 Festival Reyog Mini Aloon aloon Ponorogo Kec.Ponorogo
49 Reyog Bulan Purnama Aloon aloon Ponorogo Kec.Ponorogo
50 Pentas Wayang Paseban Paseban Kec.Ponorogo
51 Gelar Budaya Aloon aloon Ponorogo Kec.Ponorogo
52 Kirab Pusaka Aloon aloon Ponorogo Kec.Ponorogo
53 Pesona Wisata Aloon aloon Ponorogo Kec.Ponorogo
54 Lintas Sejarah Aloon aloon Ponorogo Kec.Ponorogo
55 Reyog Ponorogo 14 Group Reyog Kec.Ponorogo
56 Gajah Gajahan Kel. Pakunden Kec.Ponorogo
57 Barongsai Kel. Kepatihan Kec.Ponorogo
58 Thek Thur Kel. Mangkujayan Kec.Ponorogo
59 Masjid RAA Tjokrodiningrat Kel. Kauman Kec.Ponorogo
60 Makam RAA Tjokrodiningrat Kel. Kauman Kec.Ponorogo
61 TMP Wira Patria Piranti Kel. Bangunsari Kec.Ponorogo
62 Sepet Aking Dkh. Pudak Kec.Pudak
63 Tumenggung Alap Alap Dsn. Ngelo, Pudak wetan Kec.Pudak
64 Mbah Palang Dsn. Ngelo, Pudak wetan Kec.Pudak
65 Makam Brontoseno Dsn. Tangkil, Gondangsari Kec.Pulung
66 Makam Djayengroono Desa Pulung Merdiko Kec.Pulung
67 Keling Desa Singgahan Kec.Pulung
68 Gong Gumbeng Dsn. Wringinanom Kec.Sambit
69 Terbang Solawatan Dsn. Bedingin Kec.Sambit
70 Mocopat Ambiya Dsn. Bedingin Kec.Sambit
71 Situs Watu Dukun Dsn. Pager Ukir Kec.Sampung
72 Seni Reyog 2 Group Kec.Sampung
73 Makam Kyai Sidik Pemono Dsn. Bulurejo, Carangrejo Kec.Sampung
74 Makam Sentono Dsn. Janti, Nglurup Kec.Sampung
75 Seni Reyog 5 Group Kec.Sawo
76 Karawitan Dsn. Ngengor, Umpuk Kec.Sawo
77 Campursari Dsn. Gondang Tumpuk Kec.Sawo
78 Wayang Kulit 2 Group Kec.Sawo
79 Jaranan Thek Dsn. Brenggolo, Temon Kec.Sawo
80 Sholawat dan Hadroh Dsn. Prayungan Kec.Sawo
81 Danyangan Beji Dsn. Jabag, Tumpakpelem Kec.Sawo

LAPORAN RENCANA IV-51


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN PONOROGO

No Wisata Budaya Lokasi Kecamatan


82 Danyangan Pring Tulis Dsn. Krajan, Tumpakpelem Kec.Sawo
83 Makam Kalipo Kusumo Hutan temon Kec.Sawo
84 Makam R Hadi Mulyo Mlokolegi temon Kec.Sawo
85 Makam R Iro Danoyo Temon Kec.Sawo
86 Kirab Pusaka Dura Manggala Sawoo Kec.Sawo
87 Makam Brojonoto Dsn. Prayungan Kec.Sawo
88 Masjid Ibadurohman Dsn. Prayungan Kec.Sawo
89 Makam Mbah Palang Dsn. Prayungan Kec.Sawo
90 Masjid Abu Yahmin Demangan Kec. Siman
91 Makam Warok Guno Seco Siman Kec. Siman
92 Makam Suminten Siman Kec. Siman
93 Makam Bupati Gading Joyo Dkh. Tengger Kec.Slahung
94 Kirab Bupati Gading Joyo Dari Nailan ke Makam Gading Kec.Slahung
95 Sendang Tirtowaluyojati Dkh. Klepu Desa Klepu Kec.Sokoo
96 Kirab Tumpak Pusaka Desa Jurug Kec.Sokoo
97 Makam Eyang Wireng K Dkh. Jurug Desa Jurug Kec.Sokoo
98 Makam Eyang Blumbang S Dkh. Serayu Desa Jurug Kec.Sokoo
99 Makam Ki Onggolono Dukuh Golan Kec.Sukorejo
100 Klampis Ireng Dukuh Gandu Kepuh Kec.Sukorejo
101 Suko Sewu Desa Sukorejo Kec.Sukorejo
Sumber: Data Potensi Pariwisata Dinas Pariwisata, 2016

c. Wisata Buatan
Wisata buatan di Kabupaten Ponorogo sebanyak 40 wisata dengan jenis
wisata berupa sentra industri, kuliner, kolam pemancingan, kolam renang
dan taman. Adanya pengembangan taman wisata keanekaragaman hayati
(taman kehati) yang berisikan tempat edukasi, rekreasi dan rest area di
Kecamatan Babadan diharapkan memberi nuansa wisata baru di Kabupaten
Ponorogo. Wisata buatan terletak di Kecamatan Babadan, Kecamatan Balong,
Kecamatan Jetis, Kecamatan Ngrayun, Kecamatan Ponorogo, Kecamatan
Pulung, Kecamatan Sawo, Kecamatan Siman, Kecamatan Slahung, Kecamatan
Sokoo, dan Kecamatan Sukorejo. Wisata buatan di Kabupaten Ponorogo
dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4. 8 Wisata Buatan di Kabupaten Ponorogo
No. Wisata Buatan Lokasi Kecamatan
1 Nasi Tahu Dsn. Kates Ds. Pandak Kec.Balong
2 Tempe Kripik Terdapat di 5 Lokasi Kec.Balong
3 Kolam Pemancingan Dsn. Krajan Ds. Bulak Kec.Balong
4 Kolam Pemancingan Dsn. Krajan Ds. Bulak Kec.Balong
5 Kolam Pemancingan Tanggungrejo Karangpatihan Kec.Balong
6 Sale Pisang Desa Sumberejo Kec.Balong
7 Sale Pisang Dsn. Ngecrak Ds. Bulukidul Kec.Balong
8 Rangginan Desa Sumberejo Kec.Balong
9 Kerupuk Terigu Desa Sumberejo Kec.Balong
10 Ice Cream Desa Sumberejo Kec.Balong

LAPORAN RENCANA IV-52


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN PONOROGO

No. Wisata Buatan Lokasi Kecamatan


11 Rempeyek Desa Sumberejo Kec.Balong
12 Criping Pisang Desa Sumberejo Kec.Balong
13 Nogosari Desa Sumberejo Kec.Balong
14 Kolam Renang Dsn. Bangunsari Ds. Balong Kec.Balong
15 Kolam Renang Desa Jetis Kec.Jetis
16 Jenang Mirah Desa Josari Kec.Jetis
17 Jenang Sulas Desa Josari Kec.Jetis
18 Sari Cincau Desa Selur Kec. Ngrayun
19 Embung Binade Desa Binade Kec. Ngrayun
20 Jajanan Kuliner Desa Ngerayun Kec. Ngrayun
21 Dam Kumet Desa Sendang Kec. Ngrayun
22 Kolam Renang Tirtojoyo Kel. Mangkujayan Kec.Ponorogo
23 Kolam Renang Iwan Tirta Kel. Keniten Kec.Ponorogo
24 Kolam Renang NSP Kel. Purbosuman Kec.Ponorogo
25 Kolam Renang Kel. Nologaten
Tirtomenggolo Kec.Ponorogo
26 Jenang Teguh Raharjo Kel. Kepatihan Kec.Ponorogo
27 Sate Ayam Ngepos dan Gang Sate Kec.Ponorogo
28 Sate Kuda Kel. Bangunsari Kec.Ponorogo
29 Soto Ayam Ngepos dan Borang Kec.Ponorogo
30 Nasi Pecel Tonatan, Bangunsari,
Banyudono Kec.Ponorogo
31 Taman Sukowati Kel. Banyudono Kec.Ponorogo
32 Taman Kota Kel. Nologaten Kec.Ponorogo
33 Aloon Aloon Ponorogo Kel. Mangkujayan Kec.Ponorogo
34 Brilliant Water Park Dsn. Krajan , Ds. Plunturan Kec.Pulung
35 Gita Water Park Dsn. Krajan , Ds. Pulung Kec.Pulung
36 Kolam Renang Mitra Dsn. Brajan, Prayungan Kec. Sawo
37 Kolam Renang Kintamani Siman Kec. Siman
38 Belanja Makanan Khas Dkh. Krajan, Caluk Kec. Slahung
39 Kolam Pemancingan Dkh. Setumbal Ds. Jurug Kec. Sokoo
40 Gethuk Golan Dukuh Golan Kec. Sukorejo
Sumber: Data Potensi Pariwisata Dinas Pariwisata, 2016

Gambar 4. 15 Persebaran Wisata di Kabupaten Ponorogo

LAPORAN RENCANA IV-53


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN PONOROGO

Rencana pengembangan kawasan pariwisata, meliputi:


1. Kawasan Unggulan Kabupaten Ponorogo berupa wisata budaya (atraksi
dan pertunjukkan budaya) berskala nasional
2. Pengembangan wisata alam dan buatan di Telaga Ngebel;
3. Pengembangan wisata buatan taman keanekaragaman hayati (taman
kehati) di Kecamatan Babadan;
4. Pengembangan desa wisata diseluruh desa Kabupaten Ponorogo;
5. Kawasan agrowisata Pulung dan sekitarnya;
6. Pengembangan wisata kuliner dan sentra kerajinan di Kecamatan
Ponorogo;
7. Menyediakan infrastruktur dan akomodasi wisata yang dibutuhkan;
8. Membentuk dan memperkuat kelompok sadar wisata di Kabupaten
Ponorogo; dan
9. Melaksanakan kerjasama dengan masyarakat dan swasta.
Rencana pengelolaan kawasan pariwisata, meliputi:
a. Mengembangan promosi wisata, kalender wisata dengan berbagai
peristiwa atau pertunjukan budaya, kerjasama wisata, dan peningkatan
sarana-prasarana wisata sehingga Daerah menjadi salah satu tujuan
wisata;
b. Daya Tarik Wisata Alam dikembangkan dengan tetap menjaga dan
melestarikan alam sekitar untuk menjaga keindahan daya tarik wisata;
c. Tetap melestarikan tradisi grebeg suro sebagai daya tarik wisata;
d. Pada daya tarik wisata yang tidak memiliki akses yang cukup, perlu
ditingkatkan pembangunan dan pengendalian pembangunan sarana dan
prasarana transportasi ke daya tarik-daya tarik wisata alam, budaya dan
minat khusus;
e. Pengembangan wisata berbasis pertanian, perkebunan, perikanan,
peternakan di Kabupaten Ponorogo;
f. Pengembangan sanggar seni, kelompok budaya, balai pertemuan /GSG;
g. Peningkatan pemasaran dan promosi melalui website, media sosial
(Instagram, Facebook), media cetak dan media TV secara intensif, inovatif
dan kreatif;dan
h. Penambahan Papan Informasi dan papan petunjuk arah Lokasi objek
wisata.

LAPORAN RENCANA IV-54


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN PONOROGO

4.2.7 Kawasan Permukiman


Kawasan permukiman pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua kelompok
yakni permukiman permukiman perdesaan dan perkotaan. Luas kawasan
permukiman di Kabupaten Ponorogo secara keseluruhan adalah ± 32.927Ha.
Rencana pengelolaan kawasan permukiman antara lain meliputi :
1. Peningkatan kualitas permukiman melalui penyediaan infrastruktur yang
memadai pada permukiman padat, penyediaan perumahan baru, dan
penyediaan Kasiba-Lisiba Berdiri Sendiri. Pada setiap kawasan permukiman
disediakan berbagai fasilitas yang memadai sehingga menjadi permukiman
yang layak dan nyaman untuk dihuni;
2. Pengembangannya adalah untuk permukiman dengan kepadatan rata-rata
tinggi, dan sebagian kawasan dapat digunakan untuk kawasan siap bangun.
3. Permukiman perkotaan yang merupakan bagian dari ibukota kecamatan
pengembangannya adalah untuk perumahan dan fasilitas pelengkapnya
sehingga menjadi permukiman yang nyaman dan layak huni;
4. Pada permukiman perkotaan yang padat dilakukan peningkatan kualitas
lingkungan permukiman perkotaan melalui perbaikan jalan lingkungan dan
jalan setapak, saluran pembuangan air hujan, pengadaan sarana lingkungan,
pembangunan sarana MCK (mandi, cuci, kakus) dan pelayanan air bersih;
5. Pengembangan permukiman perkotaan kecil dilakukan melalui
pembentukan pusat pelayanan kecamatan;
6. Kawasan permukiman baru pengembangannya harus disertai dengan
penyediaan infrastruktur yang memadai, seperti penyediaan jaringan
drainase dan pematusan, pelayanan jaringan listrik, telepon, air bersih dan
sistem sanitasi yang baik. Kawasan permukiman baru harus menghindari
pola enclove; dan
7. Pada kawasan permukiman perkotaan yang terdapat bangunan lama/kuno,
bangunan tersebut harus dilestarikan dan dipelihara.
4.2.7.1 Kawasan Permukiman Perkotaan
Kawasan permukiman perkotaan adalah kawasan yang dominasi
kegiatannya difungsikan untuk kegiatan yang bersifat kekotaan dan merupakan
orientasi pergerakan penduduk yang ada pada wilayah sekitarnya. Kawasan
permukiman perkotaan meliputi Kecamatan Ngrayun, Kecamatan Slahung,
Kecamatan Sambit, Kecamatan Sampung, Kecamatan Sooko, Kecamatan Pulung,

LAPORAN RENCANA IV-55


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN PONOROGO

Kecamatan Pudak, Kecamatan Ngebel, Kecamatan Bungkal, Kecamatan Sawoo,


Kecamatan Mlarak, Kecamatan Siman, Kecamatan Jetis, Kecamatan Balong,
Kecamatan Kauman, Kecamatan Jambon, Kecamatan Badegan, Kecamatan Sukorejo,
Kecamatan Ponorogo, Kecamatan Babadan dan Kecamatan Jenangan dengan luas
sebesar 20.159 hektar.
Terkait dengan permukiman perkotaan di Kabupaten Ponorogo, rencana
penataan dan pengembangannya sebagai berikut :
1. Pengembangan permukiman di pusat kota Ponorogo;
2. Pengembangan permukiman perkotaan yang tersebar di kecamatan
Kabupaten Ponorogo;
3. Pengembangan permukiman pendukung pendidikan Gontor di Kecamatan
Mlarak dan Siman;
4. Pengembangan permukiman pendukung industri di Kecamatan Babadan;
5. Pengembangan permukiman pendukung pariwisata di Kecamatan Ngebel;
6. Peningkata dan penyediaan perumahan perkotaan untuk mengisi
kekosongan backlog yang layak huni dan berimbang;
7. Perbaikan lingkungan permukiman.

Gambar 4. 16 Kondisi Kawasan Permukiman Perkotaan

4.2.7.2 Kawasan Permukiman Perdesaan


Kawasan permukiman perdesaan adalah suatu kawasan untuk permukiman
pada lokasi sekitarnya masih didominasi oleh lahan pertanian, tegalan, perkebunan
dan lahan kosong serta aksesibilitas umumnya kurang, jumlah sarana dan prasarana
penunjang juga terbatas atau hampir tidak ada.
Kawasan permukiman perdesaan yang terletak pada wilayah dataran tinggi
di Kecamatan Ngrayun, Kecamatan Slahung, Kecamatan Sambit, Kecamatan
Sampung, Kecamatan Sooko, Kecamatan Pulung, Kecamatan Pudak dan Kecamatan
Ngebel. Kawasan permukiman perdesaan yang terletak pada dataran rendah di

LAPORAN RENCANA IV-56


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN PONOROGO

Kecamatan Bungkal, Kecamatan Sawoo, Kecamatan Mlarak, Kecamatan Siman,


Kecamatan Jetis, Kecamatan Balong, Kecamatan Kauman, Kecamatan Jambon,
Kecamatan Badegan, Kecamatan Sukorejo, Kecamatan Ponorogo, Kecamatan
Babadan dan Kecamatan Jenangan dengan luas 12.768 hektar.

Gambar 4. 17 Kondisi Kawasan Permukiman Perdesaan

Kawasan permukiman perdesaan yang terletak pada dataran rendah,


umumnya memiliki kegiatan ekonomi berupa pertanian sawah, tegal, kebun campur,
termasuk peternakan dan perikanan darat. Sebagian besar permukiman perdesaan
yang terletak pada dataran rendah memiliki kondisi tanah yang subur. Lahan
kosong yang terletak pada tengah permukiman dan sepanjang jalan utama
merupakan kawasan yang rawan perubahan pengunaan lahan dari kawasan
pertanian menjadi kawasan terbangun. Pada kawasan ini diperlukan pembatasan
pengembangan untruk kawasan terbangun.
Pada kawasan permukiman perdesaan yang memiliki potensi sebagai
penghasil produk unggulan pertanian atau sebagai kawasan sentra produksi akan
dilengkapi dengan lumbung desa modern, juga pasar komoditas unggulan.
Selanjutnya beberapa komoditas yang memiliki prospek pengembangan melalui
pengolahan akan dilakukan pengembangan industri kecil dengan membentuk sentra
industri kecil.
Pengelolaan kawasan permukiman antara lain meliputi:
a. Kawasan permukiman perkotaan dan perdesaan harus dapat dijadikan
sebagai tempat hunian yang aman, nyaman dan produktif, serta didukung
oleh sarana dan prasarana permukiman;
b. Setiap kawasan permukiman dilengkapi dengan sarana dan prasarana
permukiman sesuai hirarki dan tingkat pelayanan masing-masing;
c. Permukiman perdesaan sebagai hunian berbasis agraris, dikembangkan
dengan memanfaatkan lahan pertanian, halaman rumah, dan lahan kurang
produktif sebagai basis kegiatan usaha;

LAPORAN RENCANA IV-57


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN PONOROGO

d. Permukiman perdesaan yang merupakan wilayah tertinggal atau banyak


terdapat kemiskinan maka diprioritaskan pengembangannya disertai
dengan keikutsertaan masyarakat secara partisipatif;
e. Permukiman perdesaan yang berlokasi di pegunungan dikembangkan
dengan berbasis perkebunan dan hortikultura, disertai dengan pengolahan
hasilnya. Permukiman perdesaan yang berlokasi di dataran rendah, basis
pengembangannya adalah pertanian tanaman pangan dan perikanan darat,
serta pengolahan hasil pertanian;
f. Permukiman perkotaan diarahkan pada penyediaan hunian yang layak dan
dilayani oleh sarana dan prasarana permukiman yang memadai;
g. Membentuk kluster-kluster permukiman untuk menghindari penumpukan
dan penyatuan antar kawasan permukiman, dan diantara cluster
permukiman disediakan ruang terbuka hijau;
h. Pengembangan permukiman perkotaan kecil dilakukan melalui
pembentukan pusat pelayanan Kecamatan;
i. Pengembangan permukiman kawasan khusus (permukiman baru atau
permukiman skala besar) seperti penyediaan tempat peristirahatan pada
kawasan pariwisata, kawasan permukiman baru sebagai akibat
perkembangan infrastruktur, kegiatan sentra ekonomi, dan sekitar kawasan
industri, dilakukan dengan tetap memegang kaidah lingkungan hidup dan
bersesuaian dengan rencana detail tata ruang; dan
j. Pengembangan permukiman perdesaan dan perkotaan yang dekat dengan
pertanian lahan basah atau pertanian lahan kering diprioritaskan pada lahan
kering, sawah tadah hujan dan sawah S3.

LAPORAN RENCANA IV-58


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN PONOROGO

Peta 4. 11 Kawasan Permukiman di Kabupaten Ponorogo

LAPORAN RENCANA IV-59


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN PONOROGO

4.2.9 Kawasan Pertahanan dan Keamanan


Kawasan Pertahanan dan Keamanan di Kabupaten Ponorogo, meliputi:
 Instalasi militer AWR Pulung Desa Suren Kecamatan Mlarak Kabupaten Ponorogo ;
 Instalasi militer AWR Pulung Desa Kaponan Kecamatan Mlarak Kabupaten
Ponorogo;
 Lapangan Tembak Pesawat Temput AURI Pangkalan Maospati (Magetan) di Desa
Mlarak Kecamatan Mlarak dengan luas kurang lebih 100 ha (seratus hektar);
 Lapangan Tembak Jatri TNI dan POLRI di Kecamatan Siman;
 Kodim 0802, Poskes, Minvet, Denpom, Polres di Kota Ponorogo; dan
 Koramil dan polsek yang tersebar di seluruh Kecamatan wilayah Kabupaten
Ponorogo.

Pengelolaan kawasan pertahanan dan keamanan meliputi:


1. Pengintegrasian dengan kawasan sekitar;
2. Pembatasan penggunaan lahan yang mempunyai arti penting untuk kepentingan
hankam atau kegiatan yang memiliki intensitas tinggi pada sekitar kawasan
militer;
3. Setiap pengembangan kawasan militer perlu melakukan koordinasi dengan pihak
pemberi ijin sesuai dengan skala yang akan dikembangkan serta dampak yang
akan ditimbulkan;dan
4. Perlu pengalokasian khusus untuk kawasan latihan militer.

Rencana pola ruang di Kabupaten Ponorogo meliputi cagar alam, hutan lindung,
hutan produksi, kawasan pertanian, kawasan permukiman, industri. Berikut merupakan
luasan rencana pola ruang Kabupaten Ponorogo, sebagai berikut:
Tabel 4. 9 Rencana Pola Ruang Kabupaten Ponorogo
Rencana Pola Ruang Luas (Ha)
A Kawasan Lindung
Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Terhadap
1 15997,27
Bawahannya - Hutan Lindung
2 Kawasan Konservasi - Cagar Alam 203,63
3 Kawasan Perlindungan Setempat - Sempadan 2818,97
4 Kawasan Lindung Geologi - Sempadan Mata Air 514,93
B Kawasan Budidaya
1 Hutan Produksi Tetap 30.819,84
2 Hutan Produksi Terbatas 6,57
3 Kawasan Pertanian

LAPORAN RENCANA IV-60


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN PONOROGO

Rencana Pola Ruang Luas (Ha)


a. Kawasan Tanaman Pangan 40.684,94
b. Kawasan Holtikultura 13.024,24
c. Kawasan Perkebunan 4.019,37
4 Kawasan Peruntukkan Industri 95,37
5 Kawasam Permukiman
a. Kawasan Permukiman Perkotaan 20.159,10
b. Kawasan Permukiman Perdesaan 12768,25
6 Sungai 574,95
7 Danau/Situ 149,28
Total Luas (Ha) 141.836,71
Sumber: Rencana, 2018

LAPORAN RENCANA IV-61


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN PONOROGO

Peta 4. 12 Kawasan Pertahanan dan Keamanan Kabupaten Ponorogo

LAPORAN RENCANA IV-62


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN PONOROGO

Peta 4. 13 Rencana Pola Ruang di Kabupaten Ponorogo

LAPORAN RENCANA IV-63

Anda mungkin juga menyukai