Anda di halaman 1dari 50

Labuan Bajo

BAB - 2
Tinjauan Kebijakan Pembangunan
dan Tata Ruang

2.1 Peraturan Perundangan

2.1.1 Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang


Penataan Ruang

Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang merupakan rujukan baru
bagi kegiatan penataan ruang di Indonesia sebagai pengganti Undang-undang Nomor 24
Tahun 1992. Di dalam Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 disebutkan bahwa
wewenang pemerintah daerah Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut :

1. pengaturan, pembinaan, dan pengawasan terhadap pelaksanaan penataan


ruang

2. pelaksanaan penataan ruang wilayah kabupaten/kota;

3. pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis

4. kerja sama penataan ruang antarkabupaten/kota.

LAPORAN AKHIR 1
Adapun kewajiban Pemerintah Daerah adalah sebagai beikut:

1. menyebarluaskan informasi yang berkaitan dengan rencana umum dan rencana


rinci tata ruang

2. melaksanakan standar pelayanan minimal bidang penataan ruang.

Perencanaan tata ruang dilakukan kabupaten/kota untuk menghasilkan rencana umum tata
ruang dan rencana rinci tata ruang. Rencana rinci tata ruang kabupaten/kota adalah
rencana detail tata ruang kabupaten/kota dan rencana tata ruang kawasan strategis
kabupaten/kota.

Di dalam Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 disebutkan Penataan ruang kawasan


perkotaan diselenggarakan pada :

a) kawasan perkotaan yang merupakan bagian wilayah kabupaten; atau

b) kawasan yang secara fungsional berciri perkotaan yang mencakup 2 (dua) atau lebih
wilayah kabupaten/kota pada satu atau lebih wilayah provinsi.

Berdasarkan Pasal 42 ayat (1), rencana tata ruang kawasan perkotaan yang merupakan
bagian wilayah Kabupaten adalah rencana rinci tata ruang wilayah kabupaten.

Berdasarkan besarannya, kawasan perkotaan dikategorikan dalam:

a) Kawasan perkotaan kecil, yaitu kawasan perkotaan dengan jumlah penduduk yang
dilayani paling antara 50.000 – 100.000 jiwa.

b) Kawasan perkotaan sedang, yaitu kawasan perkotaan dengan jumlah penduduk yang
dilayani antara 100.000 – 500.000 jiwa.

c) Kawasan perkotaan besar, yaitu kawasan perkotaan dengan jumlah penduduk yang
dilayani lebih dari 500.000 jiwa.

d) Kawasan metropolitan, yaitu kawasan perkotaan yang terdiri atas kawasan perkotaan
yang berdiri sendiri atau kawasan perkotaan inti dengan kawasan perkotaan di
sekitarnya yang saling memiliki keterkaitan fungsional yang dihubungkan dengan
sistem jaringan prasarana wilayah yang terintegrasi dengan jumlah penduduk secara
keseluruhan sekurang-kurangnya 1.000.000 jiwa.

e) Kawasan megapolitan, yaitu kawasan yang terbentuk dari dua atau lebih kawasan
metropolitan yang memiliki hubungan fungsional dan membentuk sebuah sistem.

Berdasarkan uraian di atas, maka Kawasan Perkotaan Labuan Bajo yang terletak di
Kecamatan Labuan Bajo dan merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Manggarai Barat

LAPORAN AKHIR 2
dikategorikan sebagai kawasan perkotaan yang merupakan bagian dari wilayah kabupaten.
Dengan demikian, penataan ruang kawasan perkotaan Labuan Bajo merupakan rencana
rinci Kabupaten Manggarai Barat.

2.1.2 Keputusan Menteri Kimpraswil Nomor 327 Tahun 2002


tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan
Perkotaan

Berdasarkan Kepmen Kimpraswil Nomor 327/KPTS/M/2005, penyusunan Rencana Tata


Ruang Kawasan Perkotaan Labuhan Bajo memperhatikan hal-hal berikut :

A. Rencana Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang

Rencana Struktur Pemanfaatan Ruang diantaranya meliputi hirarki pusat pelayanan wilayah
seperti sistem pusat-pusat perkotaan dan perdesaan, pusat-pusat permukiman, hirarki
sarana dan prasarana, sistem jaringan transportasi seperti sistem jalan arteri, jalan
kolektor, jalan lokal dan kelas terminal. Rencana Pola Pemanfaatan Ruang menggambarkan
letak, ukuran, fungsi dari kegiatan-kegiatan budidaya dan lindung. Isi Rencana Pola
Pemanfaatan Ruang adalah delineasi (batas-batas) kawasan kegiatan sosial, ekonomi,
budaya dan kawasan-kawasan lainnya di dalam kawasan budidaya dan delineasi kawasan
lindung seperti di bawah ini :

i. Kawasan Lindung

1. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya :

 Kawasan hutan lindung

 Kawasan bergambut

 Kawasan konservasi dan resapan air

2. Kawasan perlindungan setempat :

 Sempadan pantai

 Sempadan sungai

 Kawasan sekitar danau/waduk

 Kawasan sekitar mata air

 Kawasan terbuka hijau termasuk didalammya hutan kota

3. Kawasan suaka alam :

 Cagar alam

 Suaka margasatwa

LAPORAN AKHIR 3
4. Kawasan pelestarian alam :

 Taman nasional

 Taman hutan raya

 Taman wisata alam

 Kawasan cagar budaya

5. Kawasan rawan bencana alam :

 Kawasan rawan letusan gunung api

 Kawasan rawan gempa bumi

 Kawasan rawan tanah longsor

 Kawasan rawan gelombang pasang dan banjir

6. Kawasan lindung lainnya :

 Taman buru

 Cagar biosfer

 Kawasan perlindungan plasma nutfah

 Kawasan pengungsian satwa

 Kawasan pantai berhutan bakau

ii. Kawasan Budidaya

1. Kawasan hutan produksi :

 Kawasan hutan produksi terbatas

 Kawasan hutan produksi tetap

 Kawasan hutan yang dapat dikonversi

 Kawasan hutan rakyat

2. Kawasan pertanian :

 Kawasan pertanian lahan basah

 Kawasan pertanian lahan kering

 Kawasan tanaman tahunan/perkebunan

 Kawasan peternakan

LAPORAN AKHIR 4
 Kawasan perikanan

3. Kawasan pertambangan :

- Golongan bahan galian strategis

- Golongan bahan galian vital

- Golongan bahan galian yang tidak termasuk kedua golongan di atas.

- Kawasan peruntukan industri

- Kawasan pariwisata

- Kawasan permukiman

- Kawasan konservasi budaya dan sejarah (artefak/bangunan bersejarah)

B. Rencana Pengelolaan Kawasan Lindung dan Budidaya

Rencana Pengelolaan Kawasan Lindung dan Budidaya adalah bentuk-bentuk upaya


pengelolaan untuk mewujudkan rencana struktur dan pola pemanfaatan ruang. Bentuk-
bentuk upaya pengelolaan kawasan lindung dan budidaya meliputi:

a) Pengaturan kelembagaan, meliputi pembagian kewenangan pengelolaan kawasan


lindung dan budidaya kepada Pemerintah Kabupaten, Kecamatan, dan Desa,
swasta, lembaga kemasyarakatan, dan masyarakat secara langsung.

b) Program pemanfaatan, meliputi garis besar program-program pemanfaatan pada


kawasan lindung dan budidaya untuk jangka panjang, menengah, dan pendek.

c) Pengawasan, meliputi tata cara dan prosedur pengawasan terhadap kesesuaian


rencana untuk pemanfaatan ruang kawasan lindung dan budidaya yang dilakukan
secara bersama-sama oleh Pemerintah Kabupaten, Kecamatan, dan Desa dengan
masyarakat.

d) Penertiban, meliputi tata cara dan prosedur penertiban terhadap pelanggaran-


pelanggaran pemanfaatan ruang kawasan lindung dan budidaya yang tidak sesuai
dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten.

C. Rencana Pengelolaan Kawasan Perdesaan, Perkotaan, dan Tertentu

Dalam suatu wilayah kabupaten terdapat dua jenis kawasan fungsional yaitu kawasan
perdesaan dan kawasan perkotaan serta bisa terdapat kawasan tertentu. Rencana
Pengelolaan Kawasan Perdesaan, Perkotaan, dan Kawasan Tertentu dirumuskan untuk
mencapai keserasian hubungan fungsional antara kawasan-kawasan tersebut.

D. Rencana Sistem Prasarana Wilayah

LAPORAN AKHIR 5
Rencana sistem prasarana wilayah adalah sebagai berikut :

1. Rencana Sistem Prasarana Transportasi

2. Rencana Sistem Prasarana Pengairan

3. Rencana Sistem Prasarana Telekomunikasi

4. Rencana Sistem Prasarana Energi

5. Rencana Sistem Pengelolaan Lingkungan

E. Penatagunaan Tanah, Air, Udara, Hutan, dan Sumberdaya Alam Lainnya

Rencana Penatagunaan Tanah, Air, Udara, Hutan, dan Sumberdaya Alam Lainnya berisi
pengaturan penguasaan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah, air, udara, hutan, dan
sumberdaya alam lainnya.

F. Rencana Sistem Kegiatan Pembangunan

Rencana sistem kegiatan pembangunan meliputi:

1. Indikasi kawasan prioritas pembangunan

2. Indikasi program pembangunan

G. Perumusan Strategi dan Program Pembangunan

Perumusan strategi dan Program serta tahapan pelaksanaan pembangunan mengikuti


tahapan Rembug Perencanaan Tindak (RPT) dan lokakarya antar pelaku. Setelah
memperoleh peta dasar kebutuhan, potensi/masalah kota dan rencana pengembangan
kota, dilakukan rembug perencanaan tindak yang menggunakan metoda Comunity Action
Planning (CAP) yang dimodifikasi sesuai dengan kondisi lokal. Rembug Perencanaan Tindak
ini diharapkan dapat menghasilkan program-program pembangunan yang dihasilkan oleh
masyarakat di wilayah itu sendiri.

Urutan kegiatan pada RPT adalah identifikasi masalah, membuat strategi, membuat pilihan,
merencanakan pembuatan program. Seluruh rangkaian kegiatan tersebut dilakukan dalam
forum rembug Para Stakeholder yang mewakili penduduk Kota Lhokseumawe.

2.1.3 Undang-undang Nomor 8 Tahun 2003 Tentang


Pembentukan Kabupaten Manggarai Barat di Provinsi Nusa
Tenggara Timur

Kabupaten Manggarai Barat merupakan hasil pemekaran Kabupaten Manggarai.


Pembentukan Kabupaten Manggarai ditetapkan dengan Undang-undang Nomor 8 Tahun
2003 tertanggal 25 Februari 2003.

LAPORAN AKHIR 6
Berdasarkan Undang-undang tersebut, wilayah Kabupaten Manggarai ditetapkan seluas
2.397,03 Km2, meliputi 5 (lima) kecamatan, yaitu:

 Kecamatan Komodo

 Kecamatan Sano Nggoang

 Kecamatan Lembor

 Kecamatan Kuwus, dan

 Kecamatan Macang Pacar

Batas wilayah Kabupaten Manggarai Barat meliputi:

 Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Flores;

 Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Reo, Kecamatan Cibal, Kecamatan


Ruteng, Kecamatan Satar Mese. Semuanya berada di Kabupaten Manggarai;

 Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Sape; dan

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Sawu

Pembentukan Kabupaten Manggarai Barat sebagai daerah otonom memberikan


konsekuensi yang cukup signifikan terhadap perkembangan wilayahnya. Undang-undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah memberikan kewenangan yang lebih
luas bagi daerah Kabupaten/Kota untuk mengelola wilayahnya secara lebih baik. Dengan
terbentuknya Kabupaten Manggarai Barat, diharapkan pertumbuhan dan pembangunan
wilayahnya akan berjalan dengan lebih efektif.

Dalam rangka pengembangan Kabupaten Manggarai Barat sesuai dengan potensi yang
dimilikinya, maka rencana pembangunan Kabupaten Manggarai Barat perlu diakomodasikan
dalam kerangka ruang yang terpadu dan serasi agar dapat mendukung kegiatan
pengembangan tersebut. Rencana Tata Ruang Wilayah menjadi kebutuhan yang sangat
penting dalam rangka menselaraskan arah pembangunan dalam matra ruang.

Terbentuknya Kabupaten Manggarai Barat menjadikan Labuan Bajo yang semula


merupakan ibukota Kecamatan meningkat statusnya menjadi ibukota Kabupaten. Dengan
peningkatan fungsi tersebut, maka pembangunan kawasan perkotaan Labuan Bajo menjadi
bagian yang penting dalam rangka mendorong fungsi Kota Labuan Bajo sebagai ibukota
Kabupaten. Sebagai ibukota kabupaten, Kota Labuan Bajo setidaknya akan menjadi pusat
pemerintahan serta pusat pelayanan bagi berbagai aktivitas ekonomi pada skala kabupaten.

LAPORAN AKHIR 7
2.2 Kebijakan Pembangunan Nasional

2.2.1 PP Nomor 47 Tahun 1997 Tentang RTRW Nasional

Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional (RTRWN) mengatur mengenai struktur dan pola pemanfaatan ruang nasional,
kriteria pemanfaatan ruang, arahan mengenai kawasan andalan peserta pusat-pusat dan
kawasan laut yang terkait, araha pengembangan pelabuhan laut, dan arahan kawasan
tertentu pada lingkup nasional. Berkaitan dengan Kabupaten Manggarai Barat pada
umumnya dan Kota Labuan Bajo pada khususnya, beberapa aspek/sektor yang ditetapkan
dalam RTRWN meliputi:

 Kriteria kawasan lindung dan kawasan budidaya

RTRWN memberi kriteria bagi penetapan kawasan lindung dan kawasan budidaya.
Pada dasarnya kawasan lindung meliputi:

- Kawasan yang berfungsi melindungi wilayah bawahannya

- Kawasan perlindungan setempat

- Kawasan cagar alam dan suaka alam

- Kawasan rawan bencana alam

 Penetapan kawasan andalan

PP Nomor 47 Tahun 1997 menetapkan 62 (enampuluh dua) Kawasan Andalan,


dimana 30 (tigapuluh) diantaranya terkait dengan kawasan laut. Setiap kawasan
andalan memiliki pusat kegiatan, baik pusat kegiatan nasional (PKN), pusat
kegiatan wilayah (PKW), dan pusat kegiatan lokal (PKL). RTRW Nasional
menetapkan 3 (tiga) kawasan andalan di Provinsi Nusa Tenggara Timur, yaitu
Kawasan Kupang dan sekitarnya, Kawasan Ende-Maumere dan sekitarnya, serta
Kawasn Komodo dan sekitarnya.

Kota Labuan Bajo termasuk dalam wilayah kawasan andalan Komodo dan
sekitarnya dengan fungsi kota nasional sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL).
Kawasan andalan Komodo tersebut terkait dengan kawasan andalan Laut Sumba
dan sekitarnya. Labuhan Bajo ditetapkan sebagai salah satu kota orientasi
mendampingi Kota Waingapu di Kabupaten Sumba.

 Penetapan pelabuhan udara

Pelabuhan Labuan Bajo ditetapkan sebagai pelabuhan pengumpan lokal bersama


dengan 65 (enampuluh lima) pelabuhan lainnya. Pelabuhan pengumpan lokal
adalah pelabuhan yang diarahkan untuk melayani kegiatan dan alih muat

LAPORAN AKHIR 8
angkutan laut dalam jumlah kecil dan jangkauan pelayanan dekat serta berfungsi
sebagai pengumpan pelabuhan utama dan pelabuhan regional.

Penetapan Pelabuhan Labuan Bajo sebagai pelabuhan pengumpan lokal tersebut


memiliki kesamaan hirarki dengan pelabuhan lain di Provinsi Nusa Tenggara
Timur, yaitu Waikelo dan Larantuka.

Hirarki Pelabuhan Labuan Bajo ditinjau dari kebijakan RTRWN tersebut


menunjukkan hirarki yang lebih rendah dari Pelabuhan Maumere dan Ende yang
ditetapkan sebagai pelabuhan pengumpan regional; serta Pelabuhan Tenau
Kupang yang ditetapkan sebagai pelabuhan utama tersier.

 Penetapan pelabuhan laut dan alur pelayaran

 Penetapan angkutan penyeberangan

2.2.2 Kebijakan Perhubungan Nasional

2.2.2.1 Sistem Transportasi Nasional (Sistranas)

Sistem Transportasi Nasional (Sistranas) merupakan kebijakan yang mengatur


sistem transportasi nasional dengan sasaran terciptanya penyelenggaraan
transportasi yang efektif, yaitu memiliki kapasitas yang mencukupi, terpadu, tertib
dan teratur, lancar, cepat dan tepat, selamat, aman, nyaman, biaya terjangkau, dan
efisien dalam pembebanan biaya publik serta utilitas yang tinggi dalam satu
kesatuan transportasi nasional.

Dalam Sistranas, kebijakan transportasi diarahkan pada peningkatan pelayanan


transportasi dan pembinaan keselamatan dan keamanan transportasi. Kebijakan
peningkatan pelayanan transportasi diarahkan pada:

- Peningkatan kualitas pelayanan

- Peningkatan keterpaduan pengembangan tatranas, tatrawil, dan tatralok

- Peningkatan dan pengembangan sektor transportasi sebagai urat nadi


penyelenggaraan sistem logistik nasional

- Optimalisasi penggunaan fasilitas yang ada

- Keterpaduan antarmoda

- Peningkatan pelayanan pada wilayah tertinggal

- Peningkatan pelayanan untuk kelompok masyarakat tertentu

LAPORAN AKHIR 9
2.2.2.2 Kebijakan Perhubungan Laut

Kebijakan dalam sektor perhubungan laut antara lain Peraturan Pemerintah Nomor
69 Tahun 2001 tentang Kepelabuhan, KepMenHub Nomor KM 53 Tahun 2002
tentang Tatanan Kepelabuhan Nasional yang mengatur hirarki dan fungsi pelabuhan
laut dan pelabuhan penyeberangan nasional; serta kebijakan pengembangan
pelabuhan jangka panjang.

Berdasarkan jenisnya, pelabuhan dikategorikan sebagai berikut:

- Pelabuhan Umum, yang digunakan untuk melayani kepentingan umum;


serta

- Pelabuhan Khusus, yang digunakan untuk kepentingan sendiri guna


menunjang kegiatan tertentu

PP Nomor 69 Tahun 2001 dan KepMenHub Nomor KM 53 Tahun 2002 menetapkan


725 pelabuhan umum di Indonesia dalam hirarki sebagai berikut:

- Pelabuhan International Hub yang mmerupakan pelabuhan utama primer

- Pelabuhan International yang merupakan pelabuhan utama sekunder

- Pelabuhan Nasional yang merupakan pelabuhan utama tersier

- Pelabuhan Regional yang merupakan pelabuhan pengumpan regional

- Pelabuhan Lokal yang merupakan pelabuhan pengumpan lokal.

Berdasarkan hirarki tersebut, sesuai dengan KepMenHub Nomor KM 53 Tahun 2002


(Lampiran IB), Pelabuhan Labuan Bajo ditetapkan sebagai Pelabuhan Nasional
bersama 244 pelabuhan nasional lainnya di Indonesia.

Sebagai pelabuhan nasional, Pelabuhan Labuan Bajo merupakan pelabuhan utama


tersier, dengan karakteristik sebagai berikut:

- Berperan sebagai pengumpan angkutan peti kemas nasional

- Berperan sebagai tempat alih muat penumpang dan barang umum nasional

- Berada dekat jalur pelayaran nasional + 50 mil

- Jarak dengan pelabuhan nasional lainnya sebesar 50 – 100 mil.

Dengan ditetapkannya Pelabuhan Labuan Bajo sebagai pelabuhan nasional, peran


Kota Labuan Bajo meningkat. Status Pelabuhan Bajo sebagai pelabuhan nasional ini
sejajar dengan 8 (delapan) pelabuhan nasional lain di Provinsi Nusa Tenggara
Timur; yaitu pelabuhan Maritanian di Kabupaten Alor; pelabuhan Ippi di Kabupaten

LAPORAN AKHIR 10
Ende; pelabuhan Balauring, Waiwadan, dan Larantuka di Kabupaten Flores Timur;
pelabuhan Waingapu di Kabupaten Sumba Timur; serta pelabuhan Wini di
Kabupaten Timteng Utara.

Selain sebagai pelabuhan umum dengan hirarki pelabuhan nasional, Pelabuhan


Labuan Bajo juga berfungsi sebagai pelabuhan penyeberangan. Berdasarkan hirarki
dan fungsinya, PP Nomor 69 Tahun 2001 dan KepMenHub Nomor 53 Tahun 2002
mengkategorikan pelabuhan penyeberangan di Indonesia menjadi:

- Pelabuhan penyeberangan lintas propinsi/antar negara

- Pelabuhan penyeberangan lintas kabupaten/kota

- Pelabuhan penyeberangan dalam kabupaten/kota

Berdasarkan KepMenHub Nomor 53 Tahun 2002 (Lampiran IIB), Pelabuhan Labuan


Bajo dikategorikan sebagai pelabuhan penyeberangan dengan hirarki peran dan
fungsi sebagai pelabuhan penyeberangan Lintas Provinsi. Lintasan penyeberangan
antar-provinsi yang dilayani melalui Pelabuhan Labuan Bajo adalah:

- Labuan Bajo – Pulau Komodo

- Sape – Labuan Bajo

- Selayar – Labuan Bajo

2.2.3 RIPPNas

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Nasional (RIPPNas) disiapkan menurut visi


pembangunan pariwisata yang secara ekonomi berkelangsungan ( economically viable),
secara sosio-kultural dapat diterima (socio-culturally acceptable), dan secara ekologis
berkelanjutan (ecologically sustainable). Dalam visi tersebut, maka pariwisata Indonesia
perlu memposisikan dirinya dalam lingkup Asia-Pasifik guna memperoleh peluang pasar
pariwisata, sekaligus dalam lingkup nasional perlu dilakukan perwilayahan pengembangan
pariwisata sebagai alat untuk meningkatkan kunjungan wisata, sistem perwilayahan yang
saling menunjang, dan perluasan produk dan segmen pariwisata.

RIPPNas menetapkan proyeksi kunjungan wisatawan, baik wisatawan mancanegara


maupun wisatawan domestik; pintu gerbang wisata; serta perwilayahan pengembangan
pariwisata nasional.

RIPPNas menetapkan pengembangan perwilayahan pariwisata berdasarkan peretimbangan


sebagai berikut:

 Kesatuan ruang geografis dengan identitas yang khas;

 Ketersediaan pintu gerbang internasional;

LAPORAN AKHIR 11
 Memiliki produk andalan yang dapat dimanfaatkan sebagai tema promosi
pariwisata; dan

 Memiliki pasar potensial.

Perwilayahan pengembangan pariwisata meliputi hirarki pusat pengembangan sesuai


dengan RTRW Nasional; identifikasi kawasan strategis yang merupakan kawasan andalan
untuk pengembangan pariwisata; dan identifikasi keterkaitan antar wilayah. Berdasarkan
pertimbangan tersebut, ditetapkan 6 (enam) Wilayah Tujuan Wisata (WTW), yaitu:

 Wilayah A, meliputi kawasan Pulau Sumatera hingga Kepulauan Natuna; dengan


gerbang utama Medan dan Batam.

 Wilayah B, meliputi wilayah Lampung, Jawa, Bali, dan Lombok; dengan gerbang
utama Jakarta dan Surabaya.

 Wilayah C, meliputi wilayah Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa
Tenggara Timur, dan Sulawesi Selatan; dengan gerbang utama Denpasar.

 Wilayah D, meliputi Pulau Kalimantan hingga Kepulauan Natuna; dengan gerbang


utama Balikpapan.

 Wilayah E, meliputi wilayah Sulawesi, Kepulauan Maluku, hingga Kepulauan Aru;


dengan gerbang utama Manado dan Makasar.

 Wilayah F, meliputi wilayah Maluku dan Papua; dengan gerbang utama Biak.

Kota Labuan Bajo yang memiliki daya tarik wisata yang cukup tinggi termasuk dalam WTW
C dengan gerbang utama Denpasar. Di Kota Labuan Bajo terdapat beberapa objek wisata
seperti objek wisata pantai (Pantai Pede, Pantai Binongko, Pantai Waerana), objek wisata
gua (Gua Batu cermin dan Gua Verhouven), dan objek panorama alam (Puncak Waringin di
Kelurahan Labuan bajo, Puncak Pramuka di Desa Gorontalo, Bukit Binongko di Kelurahan
Labuan bajo).

2.3 Kebijakan Pembangunan Propinsi Nusa Tenggara Timur

2.3.1 RTRW Provinsi Nusa Tenggara Timur

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Nusa Tenggara Timur 2006 – 2020
menetapkan struktur ruang Provinsi Nusa Tenggara Timur, wilayah pengembangan, sistem
kota dan pusat pengembangan, prasarana wilayah, kawasan prioritas, kawasan andalan,
serta pola pemanfaatan ruang Provinsi Nusa Tenggara Timur. Dalam kaitannya dengan
Kabupaten Manggarai Barat pada umumnya dan Kota Labuan Bajo secara khusus,
beberapa aspek/sektor yang ditetapkan dalam RTRWP Nusa Tenggara Timur meliputi:

 Wilayah Pengembangan Kepulauan

LAPORAN AKHIR 12
Dengan pertimbangan kondisi Provinsi Nusa Tenggara Timur yang merupakan
gugusan kepulauan, maka RTRW Provinsi Nusa Tenggara Timur mengembangkan
3 (tiga) wilayah pengembangan kepulauan, meliputi:

 Wilayah Pengembangan I, yaitu Timor Barat, Pulau Rote, dan Pulau


Alor

 Wilayah Pengembangan II, yaitu Pulau Flores dan Pulau Lembata

 Wilayah Pengembangan III, yaitu Pulau Sumba

Letak Kota Labuan Bajo yang berada di ujung Barat Pulau Flores menempatkan
Kota Labuan Bajo dalam satuan wilayah pengembangan II. Sektor utama yang
dikembangkan dalam WP II ini meliputi pertanian lahan basah, hortikultura,
perkebunan, kelautan, dan pariwisata.

 Sistem Kota-kota dan pusat pengembangan

RTRW Provinsi Nusa Tenggara Timur mengembangkan sistem kota-kota dan


pusat pengembangan menjadi 4 (empat) hirarki, yaitu:

• Hirarki I, meliputi: Kota Kupang, Atambua, Waingapu, Labuan Bajo,


dan Maumere

• Hirarki II, meliputi kota baa, Oelmasi, Soe, Kefamenanu, Naikliu, Wini,
Kolbano, Maritaing, Kalabahi, Lewoleba, Larantuka,Ende, Bajawa,
Ruteng, Waikabubak, Betun, Weitabula, Mbay, Aesesa, dan Seba

• Hirarki III, meliputi ibukota kecamatan lainnya

• Hirarki IV, meliputi desa-desa pusat pertumbuhan

Dalam sistem kota-kota yang dikembangkan tersebut, Kota Labuan Bajo


ditetapkan sebagai kota dengan Hirarki I, sejajar dengan Kota Kupang, Atambua,
Waingapu, dan Maumere.

 Kawasan Prioritas

Pengembangan kawasan prioritas di Provinsi Nusa Tenggara Timur dikategorikan


sebagai kawasan prioritas untuk mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah;
kawasan prioritas untuk keseimbangan pengembangan wilayah; kawasann
prioritas untuk keseimbangan ekosistem; dan kawasan prioritas untuk keamanan
wilayah.

Terkait dengan Kota Labuan Bajo, Provinsi Nusa Tenggara Timur menetapkan
arahan pengembangan berdasarkan Satuan Wilayah Pengembangan Pesisir dan
Laut Terpadu (SKPLT). Terdapat 9 (sembilan) SKPLT yang ditetapkan dalam
RTRW Provinsi Nusa Tenggara Timur. Kota Labuan Bajo terkait dalam SKPLT Selat

LAPORAN AKHIR 13
Sape yang meliputi wilayah Labuan Bajo, pesisir Kabupaten Manggarai Barat, dan
pesisir Kabupaten Manggarai; dengan pusat kota pelabuhan di Labuan Bajo.
Potensi utama yang diunggulkan adalah perikanan, pariwisata bahari, dan jasa
kelautan.

Terkait dengan kawasan andalan yang dikembangkan di Provinsi Nusa Tenggara


Timur, Kota Labuan Bajo termasuk dalam kawasan Andalan Komodo dengan
kegiatan prioritas pariwisata.

Peta 2.1
Peta Arahan Kawasan Andalan Sebagai Kawasan Prioritas di Provinsi Nusa Tenggara
Timur

LAPORAN AKHIR 14
Peta 2.2
Peta Arahan Satuan Kawasan Pengembangan Pesisir dan Laut Terpadu di Provinsi Nusa
Tenggara Timur

LAPORAN AKHIR 15
Kawasan andalan lain yang ditetapkan di Kabupaten Manggarai Barat adalah
Kawasan Lembor dan Sub Kawasan Lembor-Nggorang dengan kegiatan prioritas
meliputi agroindustri, pertanian lahan kering, pertanian lahan basah, perikanan,
dan pariwisata. Kota Labuan Bajo dalam hal ini menjadi pusat pengembangannya.

2.3.2 Tataran Transportasi Wilayah (Tatrawil) Provinsi Nusa


Tenggara Timur

Tataran Transportasi Wilayah (Tatrawil) Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2005
memberikan arahan pengembangan sistem transportasi wilayah dalam lingkup Provinsi
Nusa Tenggara Timur, meliputi sistem transportasi darat, laut, dan udara. Tujuan
disusunnya Tatrawil Provinsi Nusa Tenggara Timur adalah terwujudnya transportasi yang
handal dan berkemampuan tinggi dalam menunjang dan sekaligus menggerakkan dinamika
pembangunan, meningkatkan mobilitas manusia dan/atau barang, mendukung keancaran
pola distribusi dalam wilayah dan menunjang kelancaran pola distribusi nasional serta
pedagangan antar wilayah, pengembangan wilayah, dan lebih memantapkan
perkembangan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dalam rangka
perwujudan wawasan nusantara dan peningkatan hubungan internasional.

Berdasarkan Tatrawil Provinsi Nusa Tenggara Timur, ditetapkan arah kebijakan


pengembangan sistem transportasi darat, laut, dan udara. Terkait dengan Kabupaten
Manggarai Barat dan Kota Labuan Bajo, kebijakan pengembangan sistem transportasi di
Provinsi Nusa Tenggara Barat sebagai berikut:

 Sistem Transportasi Darat

Rencana pengembangan transportasi darat di wilayah Kabupaten Manggarai Barat


diarahkan pada:

- Pengembangan trasnportasi penyeberangan dengan simpul penyeberangan


antar propinsi dan antar negara di Labuan Bajo.

- Pengembangan transportasi jalan dengan simpul berupa pengembangan


terminal tipe A di Labuan Bajo.

Usulan rencana pengembangan lain terkait sistem transportasi darat adalah:

- Pengembangan dan peningkatan jaringan jalan pantai utara Flores, yaitu


ruas Nggorang – Sp. Wangkung – Kondo – Sp.Noa – Hita – Sp. Tiga Kedindi
dan Sp. Lando – Terang sebagai penghasil beras, kacang kedelai, dan
sayur-sayuran.

- Pengembangan jaringan jalan menuju kawasan prioritas Lembor sebagai


daerah penghasil beras

- Pengembangan jaringan jalan menuju obyek wisata Danau Sano Nggoang.

LAPORAN AKHIR 16
- Pengembangan jaringan jalan dalam kota, jalan desa yang menghubungkan
kota kecamatan.

- Perubahan status jalan dari jalan non-status jalan kabupaten ke jalan


nasional dan jalan provinsi, yaitau pada ruas Nggorang – Sp. Wangkung –
Kondo – Sp. Noa – Hita – Sp. Tiga – Kedindi serta ruas jalan Sp. Lando –
Terang sepanjang 9,75 km.

 Sistem Transportasi Laut

Rencana pengembangan transportasi laut di wilayah Kabupaten Manggarai


diarahkan pada:

- Pengembangan transportasi laut dengan simpul pelabuhan laut nasional di


Labuan Bajo

- Pengembangan pelabuhan laut regional di Komodo

 Sistem Transportasi Udara

Rencana pengembangan transporasi darat di wilayah Kabupaten Manggarai Barat


diarahkan pada pengembangan bandara Komodo untuk mendukung kelancaran
transportasi udara. Pengembangan bandara Komodo ini direncanakan untuk
ditingkatkan menjadi bandara kelas II.

2.3.3 Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah Nusa


Tenggara Timur

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPD) Provinsi Nusa Tenggara Timur
memberi arahan bagi pengembangan sektor pariwisata di Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Dalam RIPPD Provinsi Nusa Tenggara Timur, pengembangan Kawasan Pengembangan
Pariwisata (KPP) di Kawasan Flores Barat diarahkan pada:

 Kawasan Pengembangan Pariwisata A, meliputi obyek wisata di Labuan Bajo dan


sekitarnya, dengan pusat pengembangan di Labuan Bajo.

Obyek wisata yang termasuk dalam KPP A diantaranya: Labuan Bajo, Goa Batu
Cermin dan Batu Susun, Wae Cicu, Batu Gosok, Sebolo, dan lain sebagainya.

 Kawasan Pengembangan Pariwisata B, meliputi obyek wisata di Ruteng dan


sekitarnya dengan pusat pengembangan di Ruteng.

 Kawasan Pengembangan Pariwisata C, merupakan kawasan pariwisata dengan


pengembangan terbatas, meliputi obyek wisata yang terletak di Pulau Komodo
dan sekitarnya.

LAPORAN AKHIR 17
Peta 2.3
Peta Pengembangan WP Pariwisata Menurut RIPPDa NTT

LAPORAN AKHIR 18
Obyek wisata yang termasuk dalam KPP C diantaranya: Pulau komodo, Kampung
Komodo, Pulau Rinca, Pasir Merah, Gilimotang, dan lain sebagainya)

 Kawasan Pengembangan Pariwisata D, meliputi obyek wisata di Bajawa dan


sekitanya, termasuk 17 (tujuh belas) pulau di Kecamatan Riung dengan pusatnya
di Bajawa.

2.4 Kebijakan Pembangunan Kabupaten Manggarai Barat

2.4.1 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Manggarai


Barat

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Manggarai Barat ditetapkan dalam
Peraturan Daerah Kabupaten Manggarai Barat Nomor 30 Tahun 2005. RTRW Kabupaten
Manggarai Barat ini memiliki rentang waktu perencanaan hingga 2015.

Tinjauan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Manggarai Barat ini meliputi tinjauan
rencana struktur tata ruang wilayah, rencana pemanfaatan ruang, dan rencana
pengembangan transportasi.

2.4.1.1 Rencana Struktur Ruang Wilayah

Rencana struktur ruang dimaksudkan untuk dapat membentuk pola keterkaitan


antar kegiatan dan pusat-pusat kegiatan yang akan dikembangkan. Kegiatan utama
yang membentuk struktur ruang Kabupaten Manggarai Barat yang secara spasial
(keruangan) dan fungsional berkaitan satu sama lain adalah:

1) Pusat administrasi pemerintahan di Kota Labuan Bajo

2) Terminal antar kota di Kecamatan Komodo (Kota Labuan Bajo)

3) Perumahan di kota-kota kecamatan

4) Pertanian di Kecamatan Lembor

5) Perkebunan di seluruh wilayah Kabupaten Manggarai Barat

6) Penambangan galian C di Kecamatan Komodo, Sano Nggoang dan Lembor

7) Kawasan danau di Kecamatan Sano Nggoang

8) Pariwisata alam/cagar alam (Taman Nasional Komodo) di seluruh wilayah


Kabupaten Manggarai Barat, khususnya di Kecamatan Komodo

9) Pelabuhan udara di Kecamatan Komodo (Labuan Bajo)

10) Pelabuhan kapal laut/feri di Kecamatan Komodo (Labuan Bajo)

LAPORAN AKHIR 19
Dengan mempertimbangkan kajian unsur-unsur homogenitas potensi dan
permasalahan yang menjadi indikator penetapan wilayah kecamatan dalam sistem
struktur tata ruang wilayah pembangunan, maka Kabupaten Manggarai Barat dibagi
atas 4 (empat) Wilayah Pembangunan (WP), yaitu:

1) WP Komodo (WP Khusus) dengan pusat di Pulau Komodo terdiri atas P.


Komodo, P. Padar, P. Rinca, dan P. Gilimotang

2) WP I meliputi sebagian Kecamatan Komodo dan beberapa pulau di


sekitarnya dengan pusat di Kota Labuan Bajo

3) WP II meliputi sebagian wilayah Kecamatan Macang Pacar, Kuwus, dan


Lembor dengan pusat di Kota Waekaneng

4) WP III meliputi sebagian Kecamatan Sano Nggoang dan sebagian


Kecamatan Lembor dengan pusat di Kota Werang

Dalam kerangka RTRW Kabupaten Manggarai Barat, Kota Labuan Bajo memiliki
peran dan fungsi sebagai:

- Pusat administratif pemerintahan Kabupaten Manggarai Barat

- Pusat pelayanan transportasi, baik darat, laut, dan udara pada skala
kabupaten (terminal antar-kota, bandar udara Komdo, dan pelabuhan laut
Labuan Bajo)

- Pusat pendukung kegiatan pariwisata

- Penambangan galian C

Berdasarkan RTRW Kabupaten Manggarai Barat, Kota Labuan Bajo termasuk dalam
Wilayah Pengembangan I yang meliputi sebagian Kecamatan Komodo dan beberapa
pulau di sekitarnya dengan Kota Labuan Bajo sebagai pusat pengembangan. Fungsi
Kota Labuan Bajo yang termasuk dalam Wilayah Pengembangan I adalah sebagai
pusat kegiatan bagi wilayah kabupaten dan mempunyai potensi sebagai pintu
gerbang ke kawasan-kawasan nasional.

2.4.1.2 Rencana Pemanfaatan Ruang

Rencana pemanfaatan ruang disusun untuk mengalokasikan peruntukan lahan (luas


dan alokasinya) sesuai dengan struktur ruang yang akan dituju.

Kawasan lindung di Kabupaten Manggarai Barat adalah seluas 37.794 Ha, fungsi
lindung tambahan sekitar 16.732 Ha, dan Taman Nasional Komodo P. Komodo, P.
Rinca, P. Radar, dan P. Gilimotang) sekitar 55.813 Ha. Jadi total luas kawasan
lindung adalah 110.339 Ha, atau sekitar 37,43% dari luas total wilayah Kabupaten
Manggarai Barat.

LAPORAN AKHIR 20
Peta 2.4
Peta Wilayah Pengembangan/WP Berdasarkan RTRW Kabupaten Manggarai Barat

LAPORAN AKHIR 21
Kawasan lindung ini terdiri atas kawasan yang melindungi kawasan di bawahnya,
kawasan lindung setempat, kawasan cagar alam (TNK), kawasan wisata alam,
kawasan perairan, dan kawasan rawan bencana.

Kawasan budidaya di Kabupaten Manggarai Barat meliputi area seluas 185.212 Ha,
atau sekitar 62,83% dari luas total Kabupaten Manggarai Barat. Menurut fungsinya,
kawasan budidaya di Kabupaten Manggarai Barat terdiri atas kawasan hutan
produksi (di Kecamatan Macang Pacar, Komodo, dan Kuwus), kawasan pertanian
pangan lahan basah (di Kecamatan Lembor, Kecamatan Sano Nggoang, dan
Kecamatan Macang Pacar), kawasan tanaman tahunan (di seluruh kecamatan di
wilayah Kabupaten Manggarai Barat), kawasan perikanan laut (di Kecamatan
Komodo dan Macang Pacar), kawasan perikanan darat (di Kecamatan Kuwus),
kawasan peternakan (di Kecamatan Komodo, Sano Nggoang, Kuwus, Macang Pacar,
dan Lembor), kawasan agroindustri (di Kecamatan Lembor, Sano Nggoang, Kuwus,
dan Macang Pacar).

Kawasan budidaya non pertanian terdiri dari kawasan pertambangan (di Kecamatan
Kuwus, Macang Pacar, dan Lembor), kawasan industri (Kecamatan Komodo, dengan
zona industri di Kecamatan Lembor), kawasan pariwisata (Kecamatan Komodo dan
Kecamatan Sano Nggoang). Sedangkan kawasan permukiman, dengan luas 266 Ha
atau 0,90% dari luas total Kabupaten, terletak di Kecamatan Komodo, Kecamatan
Lembor, Kecamatan Sano Nggoang, dan Kecamatan Macang Pacar.

2.4.1.3 Rencana Pengembangan Transportasi

Peningkatan kegiatan sekunder di wilayah Kabupaten Manggarai Barat telah


memberikan pengaruh terhadap pesatnya pertumbuhan jumlah pergerakan antar
wilayah. Oleh karena itu, materi pokok yang dibutuhkan dalam sistem transportasi
terdiri dari jaringan jalan sebagai media di dalam sistem pergerakan dan
penyebaran terminal sebagai tempat bongkar muat barang dan penumpang

A. Transportasi Darat

Dengan mengacu pada PP No. 26 Tahun 1985 tentang Jalan, maka fungsi jalan
yang akan dikembangkan dalam wilayah Kabupaten Manggarai Barat adalah sistem
primer dan sekunder. Sistem primer terdiri dari arteri kolektor, dan lokal.
Sedangkan sistem sekunder dalam masing-masing rencana kota.

Di Kabupaten Manggarai Barat tidak terdapat jalan arteri primer, karena jalan arteri
primer adalah jaringan jalan yang menghubungkan antar Pusat Kegiatan Nasional
(PKN), dalam hal ini adalah ibukota propinsi (Kupang). Jaringan jalan kolektor
primer (KP) di Kabupaten Manggarai Barat terdiri atas KP-1 dan KP-2. KP-1 yaitu
jalan Trans-Flores di perbatasan Kabupaten Manggarai hingga ke Labuan Bajo,
khususnya ruas jalan Trans-Flores penghubung langsung Kota Waenekang dengan

LAPORAN AKHIR 22
Kota Labuan Bajo. Sedangkan KP-2 meliputi ruas jalan yang menghubungkan Kota
Golowelu (Kecamatan Kuwus) ke Kota Bari (Kecamatan Macang Pacar), Trans Flores
ke Kota Werang, dan ruas jalan sebelah utara yang menghubungkan Kota Golowelu
ke Labuan Bajo.

Terminal yang terdapat di Kabupaten Manggarai Barat berlokasi di Kota Labuan


Bajo. Terminal ini termasuk klasifikasi tipe B, yaitu untuk pelayanan Angkutan antar
Kota Dalam Propinsi (AKDP).

B. Transportasi Laut

Pelabuhan laut di Kabupaten Manggarai Barat pada saat ini telah dibangun pada
lokasi yang berdekatan dengan pelabuhan feri. Untuk mendukung pengoperasian
pelabuhan laut ini, perlu dilakukan penataan/pengembangan transportasi ke dan di
sekitar lokasi pelabuhan, yaitu memperlebar jalan Soekarno-Hatta agar dapat
menampung peningkatan lalu-lintas menuju pelabuhan. Selain itu juga perlu
pengaturan kembali rute-rute kendaraan ke/dari pelabuhan sehingga dapat
terhindari kemacetan di sekitar lokasi pelabuhan yang dapat menjalar ke lokasi
pelabuhan feri yang lokasinya berdekatan dan berada pada satu ruas jalan yang
sama.

C. Transportasi Udara

Untuk mendukung peranan transportasi udara di wilayah Kabupaten Manggarai


Barat, maka perlu diprioritaskan peningkatan sarana/prasarana yang meliputi:

1) Pengembangan peralatan bantu pendaratan untuk mempersiapkan


peningkatan frekuensi penerbangan/pendaratan, serta agar pesawat
berbadan besar dapat mendarat.

2) Pengembangan peralatan EL-Nav udara.

2.4.2 Rencana Umum Tata Ruang Kota Labuan Bajo 2001

Tinjauan kebijakan tata ruang di Kota Labuan Bajo ini berdasarkan Rencana Umum Tata
Ruang Kota Labuan Bajo Tahun 2001/2002 yang akan dijalankan sampai Tahun 2012.

2.4.2.1 Rencana Struktur Ruang Wilayah

Rencana struktur tata ruang Kota Labuan Bajo diarahkan pada sistem pelayanan
kota yang berjenjang dengan sasaran tingkat pelayanan dan interaksi kegiatan akan
berjalan secara efektif serta efisien. RUTR Kota Labuan Bajo membagi wilayah Kota
Labuan Bajo menjadi 9 (sembilan) Bagian Wilayah Kota (BWK). Adapun rencana
struktur tata ruang Kota Labuan Bajo diatur berdasarkan pusat pelayanan dan
kelengkapan fasilitas sebagai berikut:

LAPORAN AKHIR 23
■ Pusat Kota terdapat di Kelurahan Labuan Bajo, dimana merupakan
pusat kawasan yang harus dilengkapi dengan beberapa kegiatan, diantaranya:

1) Kegiatan perdagangan dan jasa (pertokoan, pusat perbelanjaan/ shopping


center, bank, pasar, bengkel/reparasi, dan kegiatan sejenisnya),

2) Kegiatan kebudayaan dan rekreasi (gedung kesenian/kebudayaan, gedung


bioskop, dan gedung serbaguna yang tidak selalu harus di pusat kota,

3) Tempat taman seluas 1000 m2

■ Pusat Bagian Wilayah Kota (Pusat BWK) merupakan pusat kawasan yang
melayani 1 (satu) bagian wilayah kota saja dengan beberapa fasilitas yang
harus tersedia, diantaranya fasilitas perdagangan toko dan bengkel/reparasi,
fasilitas pendidikan (SLTP dan SLTA), fasilitas kesehatan (Puskesmas, BKIA, dan
Apotek), dan setiap pusat BWK memiliki taman seluas 200 m 2.

Berdasarkan wilayah perencanaan yang menyangkut penempatan beberapa fasilitas


tersebut di atas, maka dapat dijelaskan untuk pusat BWK I terdapat di Kelurahan
Labuan Bajo (pada sisi jalan Yohanes), pusat BWK II terdapat di Desa Gorontalo
(antara jalan Pasar Baru dengan jalan menuju ke Teluk Bajo), pusat BWK III
terdapat di Kelurahan Wae Kelambu (antara jalan menuju Teluk Bajo dengan jalan
menuju ke Terang), dan pusat BWK IV terdapat di Kelurahan Wae Kelambu (pada
sisi jalan menuju ke Batu Cermin).

■ Pusat Sub Bagian Wilayah Kota (S-BWK) memiliki beberapa fasilitas


peruntukan, diantaranya fasilitas pendidikan (Taman Kanak-kanak dan Sekolah
Dasar), fasilitas kesehatan (Balai Pengobatan, dan setiap S-BWK memiliki taman
seluas 100 m2.

2.4.2.2 Rencana Alokasi Pemanfaatan Ruang

Rencana alokasi pemanfaatan ruang berdasarkan Rencana Umum Tata Ruang Kota
Labuan Bajo tahun 2001/2002 adalah sebagai berikut:

A. Kawasan Permukiman

Pengembangan kawasan pemukiman di Kota Labuan Bajo diarahkan pada:

1) kawasan pemukiman masih dapat dikembangkan dan ditingkatkan dengan


ambang batas kepadatan 150 jiwa/Ha,

2) kawasan pemukiman baru (perumahan) diarahkan ke bagian Timur, Utara,


dan Selatan kota (Desa Wae Kelambu, Batu Cermin, Golobilas, dan
Nggorang)

LAPORAN AKHIR 24
Pusat unit lingkungan perumahan akan terdapat jenis fasilitas, diantaranya
perdagangan, jasa, pemerintahan/unit bangunan umum, pendidikan, kesehatan,
peribadatan, dan ruang terbuka hijau.

B. Kawasan Perdagangan dan Jasa

Sesuai dengan salah satu fungsi Kota Labuan Bajo, yaitu pusat perdagangan skala
kota dan regional, maka perkiraan kebutuhan ruang bagi perkembangan kegiatan
perdagangan ini meliputi skala pelayanan kota dan regional, seperti bangunan
perdagangan (pertokoan dan pasar), bangunan perkantoran pendukung kegiatan
perdagangan (perbankan, perniagaan, asuransi, dan kantor-kantor jasa lainnya),
bangunan kegiatan jasa penunjang, seperti rumah makan dan hotel, serta ruang
parkir dan ruang terbuka hijau.

Menurut karakteristik lingkungan pelayanannya, maka kawasan perdagangan


dibedakan atas:

1) kegiatan perdagangan grosir pada dasarnya dipisahkan dengan kegiatan


perumahan, dan dikembangkan ke lokasi regional. Berdasarkan hal
tersebut, pengembangan lokasi perdagangan grosir terutama untuk
kebutuhan primer diarahkan pada sisi Jalan Trans Ruteng di Kelurahan Golo
Bilas.

2) kawasan perdagangan eceran di perkotaan, dimana kegiatan perdagangan


eceran diarahkan pada sisi jalan Yos Sudarso.

C. Kawasan Pemerintahan dan Bangunan Umum

Lokasi kegiatan pemerintahan dan bangunan umum pada umumnya terkonsentrasi


di Kelurahan Wae Kelambu dan sebagian di Kelurahan Labuan Bajo. Arahan
pengembangan kegiatan pemerintahan dan bangunan umum mempertimbangkan
hal-hal:

1) Kegiatan pemerintahan dan pelayanan umum yang ada sekarang terbatas


pada lingkup pelayanan kecamatan, yang utamanya terpusat di Kelurahan
Wae Kelambu

2) Kegiatan pemerintahan dan bangunan umum yang skala pelayanannya


mencakup seluruh wilayah Kabupaten, sesuai dengan proses peningkatan
status Ibukota Kecamatan menjadi Ibukota Kabupaten, akan membutuhkan
ruang dan lahan untuk menampungnya. Pengembangan kegiatan ini akan
dipusatkan di Kelurahan Wae Kelambu.

D. Kawasan Pendidikan Tinggi

Kawasan pendidikan tinggi diarahkan di Desa Batu Cermin.

LAPORAN AKHIR 25
E. Kawasan Militer

Kawasan militer di wilayah Kota Labuan Bajo berupa kegiatan perkantoran militer
dan asrama anggota dengan keluarganya. Lokasi Polsek tetap dipertahankan pada
lokasi semula (Desa Gorontalo) dengan perluasan dan meningkatkan status menjadi
Polisi Resort (Polres), sedangkan kompleks Koramil dipindahkan ke Kelurahan Wae
Kelambu dan ditingkatkan statusnya menjadi Komando Distrik Militer (KODIM).

F. Kawasan Industri

Sesuai dengan potensi sumberdaya alam Kota Labuan Bajo di bidang perikanan,
maka lokasi kawasan industri di Kelurahan Labuan Bajo tetap dipertahankan, karena
selain lokasinya dekat dengan laut, juga memenuhi kriteria kawasan industri.

G. Kawasan Pergudangan

Kawasan pergudangan yang melayani jasa penyimpanan barang-barang keperluan


industri perdagangan diarahkan berlokasi di Kelurahan Labuan Bajo pada sisi jalan
lingkar luar.

H. Kawasan Terminal

Terminal antar kota diarahkan berlokasi di Desa Nggorang. Sedangkan terminal


dalam kota yang melayani angkutan penumpang dalam kota, menghubungkan
antara pusat-pusat lingkungan dengan pusat kota, diarahkan berlokasi di Kelurahan
Wae Kelambu (pada sisi jalan menuju ke Teluk Bajo).

I. Kawasan Pelabuhan Laut

Lokasi pelabuhan laut existing di Labuan Bajo tetap dipertahankan. Jenis pelabuhan
yang dikembangkan adalah pelabuhan niaga. Dalam rencana pengembangan
kegiatan pelabuhan di masa mendatang, perlu pertimbangan berikut:

1) perlunya jalur khusus ke pelabuhan yang tidak perlu melalui kawasan pusat
kota, untuk mencegah terjadinya kemacetan dan keselamatan transportasi

2) alternatif yang dikembangkan untuk pelabuhan laut adalah menjadikan jalur


yang sama melalui kawasan pergudangan di Kelurahan Labuan Bajo

J. Kawasan Bandara

Lokasi Bandar Udara di Desa Batu Cermin tetap dipertahankan. Untuk menjamin
keserasian antara pengembangan bandara dengan kawasan sekitarnya, maka perlu
dipertimbangkan hal-hal berikut:

1) kebutuhan pengendalian kawasan sekitar bandara, baik akibat dari


pengembangan bandara itu sendiri beserta operasi penerbangannya

LAPORAN AKHIR 26
maupun karena timbulnya kegiatan-kegiatan yang tumbuh di sekitar
bandara

2) kebutuhan untuk perencanaan tata ruang pengendalian kawasan sekitar


bandara

K. Kawasan Ruang Terbuka Hijau

Pengembangan ruang terbuka hijau di Kota Labuan Bajo diarahkan untuk:

1) meningkatkan mutu lingkungan hidup perkotaan yang nyaman, segar,


indah, bersih dan sebagai sarana pengaman lingkungan hisdup perkotaan,

2) menciptakan keserasian lingkungan alami dan lingkungan binaan.

Berdasarkan fungsinya, ruang terbuka hijau (RTH) kota akan dikembangkan dalam
bentuk kawasan taman dan lapangan olahraga, ruang terbuka hijau pemakaman,
ruang terbuka hijau kawasan industri, ruang terbuka sempadan pantai, ruang
terbuka hijau sempadan sungai, ruang terbuka hijau jalan, ruang terbuka hijau
pertanian, hutan kota, dan ruang terbuka hijau campuran.

L. Kawasan Wisata

Obyek wisata di ekosistem yang tidak tergenang air di Kota Labuan Bajo adalah
sebagai berikut:

1) obyek wisata pantai, yaitu pantai Pede, pantai Binongko, pantai Waerana,
pantai Waecicu, pantai Batu Golok, pantai Klumpang, serta beberapa lokasi
di pulau-pulau kecil di perairan laut Kota Labuan Bajo.

2) Obyek wisata gua yang terdapat di Desa Batu Cermin, yaitu Gua Batu
Cermin dan Gua Verhouven

3) Obyek wisata Religius, yaitu Tahta Patung Bunda Maria di puncak Firdaus
Kelurahan Labuan Bajo, Tahta Bunda Maria di Batu Gosok Kelurahan
Labuan Bajo, dan tempat ziarah umat Katolik di Bukit Nggorang Desa
Nggorang

4) Obyek wisata panorama alam dan sunset, yaitu di Puncak Waringin


Kelurahan Labuan Bajo, Puncak Pramuka di Desa Gorontalo, dan Bukit
Binongko di Kelurahan Labuan Bajo

5) Obyek Wisata Hutan Margasatwa di Bowosie Desa Nggorang

2.4.2.3 Rencana Penyediaan Fasilitas Pelayanan Kota

Rencana penyediaan fasilitas didasarkan pada standar jumlah penduduk pendukung


dan standar kebutuhan ruang yang telah disesuaikan dengan keadaan Kota Labuan

LAPORAN AKHIR 27
Bajo. Penyebaran fasilitas perkotaan di dalam kota berpedoman pada struktur tata
ruang dan penyebaran pusat-pusat pelayanan sesuai hirarkinya/fasilitas yang
direncanakan dengan pengelompokan jenisnya, terdiri atas:

A. Perumahan

Untuk memenuhi kebutuhan rumah di Kota Labuan Bajo sampai tahun 2012, perlu
penambahan sebanyak 3.652 unit rumah. Lokasi kawasan perumahan baru
diarahkan di daerah perluasan kota (Desa Golo Bilas, Batu Cermin, dan Nggorang).
Selain itu perlu juga perbaikan lingkungan perumahan kumuh di Desa Gorontalo.

B. Fasilitas Jasa Perdagangan

Perdagangan grosir yang ada di Kota Labuan Bajo diarahkan berlokasi di Desa Golo
Bilas. Perdagangan eceran berlokasi di pasar-pasar, dan daerah pertokoan
sepanjang jalan-jalan utama kota. Sedangkan kegiatan perdagangan yang berlokasi
di kawasan ruang terbuka hijau sempadan sungai Kelurahan Labuan Bajo
dipindahkan ke sisi jalan Trans Ruteng di Desa Golo Bilas.

C. Fasilitas Pendidikan

Arahan lokasi fasilitas pendidikan sebagai berikut:

- untuk kegiatan pendidikan yang sudah ada, lokasinya tetap dipertahankan


pada lokasi semula

- pembangunan fasilitas pendidikan baru diarahkan berlokasi di sekitar pusat


BWK (untuk SLTP dan SLTA), pusat Sub BWK (untuk TK dan SD), serta
Perguruan Tinggi di Kelurahan Wae Kelambu

D. Fasilitas Kesehatan

Sehubungan dengan peningkatan status Kota Labuan Bajo menjadi Ibukota


Kabupaten, maka perlu penambahan jenis dan jumlah fasilitas kesehatan. Adapun
arahan lokasi fasilitas kesehatan sebagai berikut:

- Untuk fasilitas kesehatan yang sudah ada, tetap dipertahankan pada lokasi
semula (Kelurahan Labuan Bajo)

- Pembangunan fasilitas kesehatan baru (apotek, balai pengobatan, dan


BKIA) diarahkan berlokasi pada pusat BWK dan pusat Sub BWK.
Sedangkan Rumah Sakit diarahkan berlokasi di Desa Batu Cermin.

E. Fasilitas Peribadatan

Fasilitas peribadatan penganut agama Katolik dan Islam diarahkan pada wilayah
yang minim fasilitasnya sesuai dengan daya dukung penduduk dan hirarkinya.

LAPORAN AKHIR 28
Fasilitas peribadatan bagi penganut agama Kristen dan Hindu dialokasikan untuk
melayani skala kota.

F. Fasilitas Pemerintahan dan Pelayanan Umum

Sehubungan dengan peningkatan status Kota Labuan Bajo menjadi Ibukota


Kabupaten, maka perlu pembangunan fasilitas perkantoran untuk Instansi
Pemerintah Daerah Kabupaten Manggarai Barat. Lokasi perkantoran pemerintah
Kabupaten Manggarai Barat tersebut diarahkan berlokasi di Kelurahan Wae
Kelambu.

Berdasarkan Rencana Umum Tata Ruang Kota Labuan Bajo tahun 2001/2002 yang
akan dijalankan sampai dengan tahun 2012, jumlah tambahan kebutuhan fasilitas
pelayanan di Kota Labuan Bajo dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1
Rencana Tambahan Kebutuhan Fasilitas Pelayanan
Di Kota Labuhan Bajo Sampai Tahun 2012

NO JENIS FASILITAS JUMLAH (Unit)

1 Rumah 3652
2 Fasilitas Pendidikan:
- TK 10
- SD 12
- SLTP 3
- SLTA 2
- Perguruan Tinggi 1
3 Fasilitas Kesehatan:
- Rumah Sakit 1
- Balai Pengobatan 5
- BKIA + R. Bersalin 3
- Apotek 3
4 Fasilitas Peribadatan:
- Gereja Katolik 7
- Masjid 9
- Surau 8
5 Perdagangan
- Shopping Center 1
- Pasar 1
- Toko 40
- Kios 74
- Warung 12
6 Rekreasi + Olah Raga:
- Taman Lingkungan 12
- Taman Kelurahan 6
- Taman Kota 1

LAPORAN AKHIR 29
NO JENIS FASILITAS JUMLAH (Unit)

- Lapangan Sepakbola 4
- Stadion Olahraga 1
7 Instansi Pemerintah Kabupaten
Manggarai Barat:
- kantor Bupati 1
- Kantor DPRD 1
- Kantor Dinas-dinas 18
- Instansi Vertikal 9
- Lembaga Non Departemen 5
8 Fasilitas Pariwisata:
- Hotel/Losmen 11
- Restoran 13
9 Fasilitas Kebudayaan:
- Balai Pertemuan 6
- Gedung Serba Guna 1
10 Fasilitas Lain:
- Kantor Pos Cabang 1
- Kantor Pos Pembantu 1
- Pelabuhan Barang 1
- Terminal Dalam Kota 1
- Pergudangan 1
- Industri Sedang 3
- Industri Kecil 38
Sumber: Rencana Umum Tata Ruang Kota Labuan Bajo 2001

2.4.2.4 Rencana Sistem Transportasi

Rencana pengembangan jaringan jalan di Kota Labuan Bajo berdasarkan Rencana


Umum Tata Ruang Kota Labuan Bajo Tahun 2001/2002 adalah:

- Jalan Arteri Primer

Jalan arteri primer adalah jalan yang menghubungkan kota jenjang kesatu
yang terletak berdampingan atau menghubungkan kota jenjang kesatu
dengan kota jenjang kedua. Yang termasuk jalan arteri primer adalah:

- Jalan Yos Soedarso

- Jalan Soekarno

- Jalan Trans Ruteng

- Jalan Arteri Sekunder

Jalan arteri sekunder adalah jalan yang menghubungkan kawasan primer


dengan kawasan sekunder kesatu atau jalan yang menghubungkan

LAPORAN AKHIR 30
kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kesatu atau dengan
kawasan sekunder kedua. Yang termasuk jalan arteri sekunder adalah:

- Jalan Puncak Waringin

- Jalan ke Bandara Komodo

- Jalan Pantai Pede

- Jalan Kolektor Primer

Jalan kolektor primer adalah jalan yang menghubungkan antara kota


jenjang kesatu dengan kota jenjang ketiga atau kota jenjang keempat.
Yang termasuk jalan kolektor primer adalah:

- Jalan Motang Bua

- Jalan ke Teluk Bajo

- Jalan ke Batu Cermin

- Jalan ke Waececu

- Jalan Kolektor Sekunder

Jalan kolektor sekunder adalah jalan yang menghubungkan kawasan


sekunder dengan kawasan sekunder kedua atau jalan yang
menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder
ketiga. Yang termasuk jalan kolektor sekunder adalah:

- Jalan TVRI

- Jalan Kasimo

- Jalan Yohannes

- Jalan Pasar Baru

Sedangkan jalan-jalan lainnya di Kota Labuan Bajo termasuk jalan lokal.

2.4.2.5 Rencana Sistem Jaringan Utilitas

Rencana penyediaan utilitas harus memperhatikan asas pemenuhan kebutuhan,


asas lokasi, dan asas pemerataan pelayanan. Uraian mengenai rencana penyediaan
utilitas kota terdiri atas air bersih, drainase, air limbah, pembuangan sampah, listrik,
dan telepon.

LAPORAN AKHIR 31
Air Bersih

Rencana cakupan pelayanan air bersih Kota Labuan Bajo pada akhir tahun 2012
adalah cakupan tingkat pelayanan sistem perpipaan 80% dan sistem non perpipaan
20%. Adapun rencana pengembangan komponen air bersih di Kota Labuan Bajo
yaitu penekanan kebocoran air, peningkatan kapasitas, sistem distribusi, serta
pemasangan pipa transmisi dan pipa distribusi.

Drainase

Untuk mengatasi genangan yang terjadi pada musim hujan, maka rencana
pengembangan yang dilakukan adalah memecah catchment area, pembuatan
saluran primer, pembuatan saluran sekunder, pembuatan saluran baru pada tiap
ruas jalan, dan rehabilitasi saluran drainase yang rusak.

Air Limbah

Target tingkat pelayanan sampai tahun 2012 adalah dapat melayani 80% penduduk
Kota Labuan Bajo. Untuk mencapai target tersebut, maka direncanakan untuk
membangun SPAL, MCK untuk tempat-tempat umum, jamban komunal,
pembangunan sarana sebagai percontohan, dan pengadaan truk tinja.

Pengelolaan Sampah

Rencana penanganan sampah di Kota Labuan Bajo diantaranya daerah pelayanan


sampah di wilayah terbangun sekitar pusat perkotaan, metoda pengelolaan sampah
diusulkan melalui sanitary landfill yang terletak di Desa Golobilas, dan penyediaan
peralatan (gerobak, truk sampah, buldoser 26 unit tempat pembuangan sampah
sementara/TPS, dan 1 lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah.

2.4.3 Rencana Detail Tata Ruang Kota Labuan Bajo

Tinjauan Rencana Detail Tata Ruang Kota Labuan Bajo ini berdasarkan RDTRK Labuan Bajo
tahun 2003-2008. Yang termasuk dalam wilayah perencanaan dalam RDTRK Labuan Bajo
adalah BWK I – IV, melipti 4 (empat) desa/kelurahan dengan luas total 1.601,72 Ha.

Tabel 2.2
Luas Wilayah Perencanaan Efektif
Kota Labuan Bajo Tahun 2003

LUAS WILAYAH (Ha)


NO. KELUARAHAN / DESA
BWK I BWK II BWK III BWK IV Total
1. Kelurahan Batu Cermin 4,80 - 66,99 435,22 507,01
2. Kelurahan Labuan Bajo 198,04 - - 103,13 301,18
3. Kelurahan Waekelambu 73,54 116,12 282,32 18,13 490,11
4. Desa Gorontalo 58,01 245,41 - - 303,43
JUMLAH 334,40 361,53 349,37 559,48 1.601,72
Sumber: Rencana Detail dan Identifikasi Titik-titik Ikat Kota Labuan Bajo, 2003

LAPORAN AKHIR 32
2.4.3.1 Rencana Pemanfaatan Ruang Kota

Rencana pemanfaatan ruang kota ini berupa arahan pengembangan kawasan


perumahan, perdagangan, perkantoran, fasilitas umum, pemakaman/kuburan,
kawasan lapangan terbang Komodo, Kawasan Wisata Pantai dan Darat, dan
kawasan lindung.

A. Perumahan

Arahan pengembangan perumahan di Kota Labuan Bajo adalah:

1) Membatasi pengembangan di Unit Lingkungan IA, karena daerah tersebut


dialokasikan untuk kawasan pelabuhan laut, jasa perhotelan, perdagangan,
sebagian kecil permukiman dengan fasilitas SD dan rencananya dibangun
Mesjid Agung Raya

2) Mengarahkan perkembangan dan pengisian pada lahan kosong ke simpul


Utara dan Timur pusat Kota Labuan Bajo dengan mengisi ruang/lahan pada
Unit Lingkungan IB, IC, IIA, IIB, IIIA, IIIB, IVA, dan IVB. Insentif
pengembangan di wilayah ini adalah dengan memasukkan jaringan
infrastruktur utilitas dan pembukaan jalan lingkar luar dengan kelas lokal
yang menghubungkannya dengan kegiatan kota lainnya (terminal intra
kota)

3) Mengarahkan rehabilitasi daerah-daerah kumuh dengan melakukan


program perbaikan kampung, rehabilitasi lima prasarana dasar kota,
konsolidasi lahan, dan relokasi/penggusuran (bila tidak memungkinkan lagi
melakukan). Relokasi penduduk diarahkan pada pemukim di sepanjang
kawasan sekitar pantai (dekat pelabuhan laut) dan KIP diarahkan di blok IA
seluar 5,6 Ha.

4) Mencadangkan beberapa bagian wilayah kota untuk perkembangan kota.

B. Perdagangan

Kawasan perdagangan yang dimaksud dalam pusat perencanaan di Kota Labuan


Bajo untuk tahun 2008 dalam pengalokasiannya berskala pelayanan kabupaten,
kota, sampai pada lingkungan. Penempatan alokasi perdagangan berupa
grosir/gudang dan pasar/perdagangan eceran (skala pelayanan kota), pertokoan
(skala pelayanan kota), dan warung (skala pelayanan lingkungan)

Aturan khusus mengenai pemanfaatannya adalah sebagai berikut:

1) Memiliki penyangga berupa jalur hijau sebagai sempadan sungai yang


melingkari kawasan perdagangan eceran dan grosir atau gudang

LAPORAN AKHIR 33
2) Intensitas pemanfaatan penggunaan lahan di kawasan perdagangan akan
tinggi, walaupun kondisi lahan berdekatan dengan ruang terbuka hijau
(kuburan), namun kelengkapan berupa ruang parkir juga akan disediakan
sesuai dengan tingkat kebutuhan

3) Merencanakan perdagangan grosir dialokasikan berdekatan dengan terminal


intra kota dengan sekaligus pemindahan perdagangan eceran (pasar) ke
Unit Lingkungan IIIB. Sementara itu pasar lama yang berada di Unit
Lingkungan IIA berubah fungsi menjadi kawasan pertokoan yang melayani
skala kota.

C. Perkantoran

Kawasan perkantoran pemerintah daerah Kabupaten Manggarai Barat diarahkan


untuk berada di Unit Lingkungan IIIA dengan luas lahan sekitar 30 Ha. Sedangkan
kawasan perkantoran non pemerintah daerah (instansi vertikal, kantor swasta,
kantor lainnya) dialokasikan di Unit Lingkungan IIB dengan luas lahan sekitar 11,72
Hektar.

D. Fasilitas Umum

Pengembangan fasilitas umum yang dimaksud mencakup fasilitas pendidikan,


kesehatan, peribadatan, ruang terbuka dan rekreasi, yang cakupan luasnya relatif
kecil sehingga pengalokasikan di fasilitas umum dalam penempatannya tetap
proporsional dan representatif

E. Pemakaman/Kuburan

Tempat bagi pemakaman/penguburan bagi penduduk pusat Kota Labuan Bajo masih
mempertahankan fasilitas kuburan yang lama di dua lokasi, yaitu Unit Lingkungan
IIIB seluas 17.560 m2 dan di Unit Lingkungan IIA seluar 12.100 m 2. Jika dibentuk
Dinas Pertamanan dan Pemakaman, diharapkan di setiap Unit Lingkungan harus
tersedia minimal 0,5 Ha yang alokasinya di ruang terbuka hijau (bukan di sempadan
sungai dan sempadan pantai).

F. Kawasan Lapangan Terbang Komodo

Area untuk kawasan Lapangan Terbang Komodo, dalam pengembangan ke tahun


yang akan datang (2008), terbagi atas beberapa bagian, diantaranya:

1) Bagian area untuk landasan (run way) = 4,20 Ha

2) Bagian jalur parkir = 0,10 Ha

3) Area ruang terbuka hijau = 102, 80 Ha

4) Area penyediaan jalan penghubung = 2,25 Ha

LAPORAN AKHIR 34
5) Area efektif Bandara = 28,50 Ha

6) Area untuk bagian taman = 1,05 Ha

7) Area untuk pelayanan = 0,45 Ha

Luas keseluruhan kawasan Bandara Komodo dan pengaruh sekitarnya ini adalah
139,35 Ha yang alokasinya di Unit Lingkungan IVB, Kelurahan Batu Cermin.

G. Kawasan Wisata Pantai dan Darat

Kawasan wisata di Kota Labuan Bajo diantaranya kawasan pariwisata Pantai Pede
seluas 2,5 Ha dan wisata bukit Golo Pramuka seluas 40 Ha. Sedangkan kawasan
wisata Pantai Binongko yang luasnya 5,6 Ha yang memiliki gelombang tenang dapat
dikembangkan menjadi tempat cottage atau rumah-rumah terapung.

Adapun sebagai penunjang kawasan wisata terpadu di Bukit Wisata Golo Pramuka di
Desa Gorontalo, akan dikembangkan wisata alternatif selain pantai, yaitu wisata
bukit yang hijau, asri, indah untuk melihat pantai dari bukit.

H. Kawasan Lindung

Kawasan lindung ini terbagi menjadi dua karakter dasar, yaitu kawasan lindung fisik
dan kawasan lindung kegiatan. Kawasan lindung fisik adalah daerah yang memiliki
kemiringan lereng di atas 40% (di unit Lingkungan IC dan IVB) dan yang terletak di
sempadan sungai dan pantai merupakan kawasan lindung (seperti di pesisir pantai
Unit Lingkungan IA, IC, dan IVB). Sedangkan kawasan lindung kegiatan adalah
daerah yang sebaiknya tidak dikembangkan untuk aktivitas perkotaan.
Pertimbangannya adalah untuk mempertahankan potensi pertanian dan kemampuan
resapan air, sekaligus juga sebagai penyangga kota.

2.4.3.2 Rencana Sistem Transportasi

Rencana sistem transportasi di sini adalah sistem transportasi darat yang meliputi
pengembangan sistem jaringan jalan. Pengembangan rencana jaringan jalan di
Kota Labuan Bajo adalah dengan tetap memperhatikan jaringan jalan yang sudah
ada. Pengembangan jaringan jalan dilakukan secara hierarkis sesuai dengan fungsi
pelayanannya. Dalam sistem primer dan sekunder, jaringan jalan yang ada di Kota
Labuan Bajo adalah sebagai berikut:

1) Arteri primer (Damija 30 meter), yaitu sepanjang jalan Soekarno-Hatta dari


kawasan sekitar pelabuhan feri sampai ke Desa Gorontalo-Desa Golobilas-
Desa Nggorang (terminal antar kota) menuju Kota Ruteng.

2) Arteri sekunder (Damija 30 meter), yaitu terusan Jalan Soekarno-Hatta


yang akan menuju ke Binongko (Kelurahan Batu Cermin), jalan yang berada
di kawasan Golo Binongko yang menelusuri pantai ke arah Desa Gorontalo

LAPORAN AKHIR 35
– Desa Golo Bilas, Kawasan sekitar Rumput yang terus menuju kawasan
sekitar perkantoran pemerintah daerah-kawasan Waekemiri, sekitar
kawasan Gua Batu Cermin sampai menuju ke sub terminal kota (terminal
intra kota) dan lancang ke kawasan sekitar Raba.

3) Kolektor primer (Damija 20 meter), yaitu jalan yang akan menuju keluar
batas Kota Labuan Bajo. Jalan kolektor primer ini sentralistiknya dari
terminal intra kota yang menuju ke Kelurahan Waekelambu.

4) Kolektor sekunder (Damija 15 meter), yaitu jalan yang terusan


menghubungkan jalan arteri sekunder di kawasan Raba yang melalui
kawasan pemerintah daerah menuju ke kawasan perkantoran Kecamatan
Komodo dan non pemerintah daerah.

5) Lokal primer dan sekunder (Damija 10 meter) adalah jalan yang


menghubungkan blok-blok tiap kawasan fungsional menuju ke pusat-pusat
kelurahan/desa.

Pengembangan sistem jaringan jalan di Kota Labuan Bajo ini pada prinsipnya adalah
membuka jalan baru, meningkatkan jalan-jalan yang ada, usulan pemberian nama
(identitas) jalan yang jelas, serta pengembangan terminal dan perparkiran.

Terminal yang diusulkan sebagai rencana adalah terminal yang ada di wilayah
perencanaan, yaitu terminal intra kota di jalan lingkar luar atau terminal intra kota
dialokasikan di dekat kawasan pantai wisata Binongko, dimana dalam
pengoperasiannya terminal intra kota ini mempunyai fungsi skala pelayanan Kota
Labuan Bajo. Di dalam penempatan terminal intra kota yang luasnya 1,6 Ha perlu
dipersiapkan rencana penataan kawasan parkir.

2.4.3.3 Rencana Pengembangan Fasilitas Umum

Pemenuhan kebutuhan fasilitas umum ini diarahkan untuk memenuhi kebutuhan


penduduk yang sejalan dengan besarnya pertambahan penduduk pada tahun 2008.
Adapun fasilitas yang akan dibahas meliputi fasilitas pendidikan, kesehatan,
peribadatan, perdagangan, serta fasilitas taman-olah raga dan rekreasi.

A. Fasilitas Pendidikan

Fasilitas pendidikan di Kota Labuan Bajo untuk Sekolah Taman Kanak-kanak (STK),
setelah terbentuknya RDTR Kota Labuan Bajo, setiap Unit Lingkungan terdapat
minimal 1 STK dengan luas 1.200 m 2 per setiap 1.000 penduduk. Sekolah Dasar
(SD) tetap 5 unit dengan standar luas 3.600 m 2 per 30.000 penduduk, SLTP tetap 3
unit dengan luas 4.800 m2 per unit, dan SLTA sebanyak 4 unit dengan luas 14.400
m2 per unit.

LAPORAN AKHIR 36
B. Fasilitas Kesehatan

Fasilitas kesehatan yang ada saat ini hanya puskesmas. Sedangkan rumah sakit
masih dalam tahap pembangunan. Dengan minimnya fasilitas kesehatan tersebut,
maka perlu dibangun Poliklinik sebanyak 5 unit, praktek dokter 1 buah, posyandu
sebanyak 6 unit, Apotek sebanyak 1 unit, dan BKIA sebanyak 1 unit.

C. Fasilitas Peribadatan

Pemenuhan fasilitas peribadatan ini disesuaikan dengan pertumbuhan penduduk


berdasarkan agama yang dianut. Untuk tahun 2008, direncanakan tersedia fasilitas
peribadatan di Kota Labuan Bajo berupa gereja besar sebanyak 1 buah, gereja kecil
sebanyak 6 buah, mesjid agung 1 buah, langgar sebanyak 6 buah, dan pura
sebanyak 1 buah.

D. Fasilitas Perdagangan

Pasar kota yang berada di Unit Lingkungan IIB merupakan salah satu fasilitas
perdagangan di Kota Labuan Bajo pada saat ini. Jenis perdagangan lainnya adalah
pertokoan dan warung yang skala pelayanannya adalah satuan unit lingkungan.

E. Fasilitas Taman-Olah Raga dan Rekreasi

Fasilitas Taman-Olah Raga dan rekreasi di pusat Kota Labuan Bajo direncanakan
untuk membuat taman kecil di setiap unit lingkungan, taman kota dekat dengan
kawasan perkantoran Pemerintah Daerah, dan gedung olah raga.

Untuk lebih jelasnya, rencana penyediaan fasilitas di Kota Labuan Bajo tahun 2008
dapat dilihat pada Tabel 2.3.

2.4.3.4 Rencana Pengembangan Jaringan Utilitas

Rencana pengembangan utilitas di Kota Labuan Bajo yang akan dibahas pada sub
bab ini adalah air bersih, air limbah, sampah, drainase, telepon, dan listrik.

Air Bersih

Kebutuhan air bersih di Kota Labuan Bajo tahun 2008 adalah sebanyak 120
liter/orang/hari. Dengan jumlah penduduk sebanyak 25.078 orang, maka total
kebutuhannya adalah 1.504.680 liter/hari atau 17,42 liter/detik.

Air Limbah

Sistem pembuangan air limbah yang selama ini dibuang ke sungai atau tempat
terbuka perlu diubah, karena sistem tersebut tidak baik untuk kesehatan dan dapat
menimbulkan pencemaran lingkungan. Untuk itu diperlukan suatu sistem
pengolahan air limbah. Rencana pengembangan sistem pengolahan air kotor ini

LAPORAN AKHIR 37
adalah pengembangan jaringan buangan air kotor, pengadaan sarana kendaraan
penyedot limbah, dan pembuatan sarana pengolahan.

Sampah

Untuk mengatasi permasalahan sampah di Kota Labuan Bajo, maka penanganannya


adalah dengan melakukan pengolahan sampah terpadu serta penyediaan Tempat
Pembuangan Sementara di setiap Unit Lingkungan. Untuk itu diperlukan 6 lokasi
TPS, 30 gerobak, dan 1 trans-depo.

Drainase

Untuk perencanaan saluran drainase, hal yang perlu dilakukan yaitu memperbaiki
saluran drainase, membuat saluran drainase baru, dan peningkatan pemeliharaan.
Untuk perencanaan jangka panjang secara teknis perlu dilakukan perbaikan kondisi
saluran drainase di daerah rawan banjir/genangan, membuat saluran drainase di
lokasi yang belum mempunyai saluran drainase, memperbaiki kondisi saluran
drainase yang rusak, dan pembuatan saluran drainase baru yang akan dioptimalkan
arah pengalirannya ke sungai yang telah ada.

Telepon

Perencanaan pelayanan fasilitas telepon diarahkan pada perumahan/permukiman,


sekolah, perkantoran/jasa dan perdagangan, serta fasilitas sosial dan umum.
Jumlah Satuan Sambungan Telepon (SST) pada tahun 2003 adalah 431 SST,
sedangkan kebutuhan untuk tahun 2008 adalah 621 SST.

Tabel 2.3
Rencana Penyediaan Fasilitas Di Kota Labuan Bajo Tahun 2008
Menurut RDTR Labuan Bajo Tahun 2003

NO JENIS FASILITAS JUMLAH (unit)


1 FASILITAS PENDIDIKAN
STK/sederajat 12
SD/sederajat 5
SLTP/sederajat 3
SLTA/sederajat 4
2 FASILITAS KESEHATAN
Rumah sakit 1
Puskesmas 1
Poliklinik 5
Praktek Dokter 1
Posyandu 6
Apotek 1
BKIA 1
3 FASILITAS PERIBADATAN
Gereja besar 1

LAPORAN AKHIR 38
NO JENIS FASILITAS JUMLAH (unit)
Gereja kecil 6
Mesjid agung 1
Langgar 6
Pura 1
4 FASILITAS PERDAGANGAN
Pasar kota 1
Grosir/gudang 1
Toko 11
Warung 64
5 FASILITAS TAMAN OLAHRAGA DAN REKREASI
Taman kecil 50
Taman kota 1
Lapangan olah raga 6
Gedung olah raga 1
Gedung pertunjukan 1
Sumber: Rencana Detail dan Identifikasi Titik-titik Ikat Kota Labuan Bajo, 2003

Listrik

Perencanaan jaringan listrik diarahkan pada peningkatan pelayanan berupa


penambahan kapasitas listrik dari saluran yang telah tersambung, serta menjangkau
daerah-daerah yang belum terjangkau. Kebutuhan listrik di Kota Labuan Bajo tahun
2008 sebanyak 3.282.170 Va atau 3.282 Kilo Ampere.

Rencana kebutuhan utilitas di Kota Labuan Bajo tahun 2008 dapat dilihat pada tabel
di bawah ini.

Tabel 2.4
Rencana Kebutuhan Utilitas Di Kota Labuan Bajo Tahun 2008
Menurut RDTR Labuan Bajo Tahun 2003

NO PRASARANA KETERANGAN
Kebutuhan
1 Air Bersih Liter/hari Liter/detik
1.504.680 17,42

Pemakaian Air Produk Air Kebutuhan (unit)


2 Air Limbah Bersih Limbah Cubluk MCK Tanki Septik
17,41 12,187 502 25 1.254

Produksi Pelayanan
3 Sampah Sampah TPS Gerobak Trans-Depo
31.348 6 30 1
Jumlah Telepon (SST)
Perumahan/ Perkantoran/ Fasos dan
4 Telepon Sekolah Total
Permukiman Perdagangan Fasum
225 24 248 124 621
5 Listrik Kebutuhan Listrik (VA)

LAPORAN AKHIR 39
NO PRASARANA KETERANGAN
Perumahan/ Perkantoran/ Fasos dan
Sekolah Total
Permukiman Perdagangan Fasum
2.883.970 39.600 299.200 59.400 3.282.170
Sumber: RDTR Kota Labuan Bajo, 2003

2.4.4 Rencana Teknik Ruang BWK I - IV

Pengembangan setiap BWK Kota Labuan harus melihat keterkaitan dengan BWK lainnya.
Oleh karena itu, kriteria dan prinsip pengembangan, konsep dan struktur serta sistem
transportasi dikembangkan secara terintegrasi antara BWK I, BWK II, BWK III dan BWK
IV .

2.4.4.1 Kriteria dan Prinsip Pengembangan BWK I-IV

Berdasarkan Rencana teknik Tata Ruang Kota Labuan Bajo BWK I-IV tahun 2005
ditetapkan kriteria dan prinsip pengembangan untuk seluruh BWK. Adapun kriteria
dan prinsip pengembangan untuk BWK V-IX dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.5
Kriteria dan Prinsip Pengembangan BWK I - IV
Menurut Rencana Teknik Tata Ruang Kota Labuan Bajo BWK I – IV Tahun 2005

KRITERIA PRINSIP
Pelayanan yang lengkap  Menyediakan fasilitas BWK secara lengkap dan
dan terpadu memadukan komponen tersebut (fasilitas sosial dan fasilitas umum,
perdagangan dan jasa lengkap dengan fasilitas penunjangnya)
terintegrasi dalam setiap BWK.
 Menstrukturkan kegiatan-kegiatan utama dan
pendukungnya dan menata lokasinya berdasarkan skala pelayanan
fasilitas yang disediakan serta interaksi sosial yang akrab yang akan
dibentuk.
 Menyebarkan fasilitas sesuai dengan struktur
kawasan yang akan dibentuk dan menurut skala pelayanannya.
 Fasilitas sosial dan umum dan mempunyai skala
pelayanan luas tidak hanya melayani kawasan perumahan diletakkan
pada pada lokasi yang mempunyai akses mudah dijangkau.
Kemudahan pencapaian.  Di upayakan pengembangan tapak dalam jangkauan
orang berjalan. Pada beberapa lokasi tertentu harus dilakukan
pemisahan jalur pejalan dan jalur kendaraan.
 Sedapat mungkin memisahkan sirkulasi kendaraan
umum dan kendaraan pribadi (kendaraan umum melewati sekeliling
kawasan perumahan dan kendaraan pribadi melalui kawasan.
Sirkulasi internal yang  Menciptakan pola dan hierarki jaringan jalan dari jalan
berjenjang dan parkir arteri hingga lokal yang mendukung kegiatan/aktifitas di kawasan
 Merencanakan sistem jaringan jalan yang sesuai
dengan karakteristik tapak dengan jalur hijau di sepanjang koridor
tersebut
 Merencanakan jalur pejalan terutama dijalur utama
kawasan dan yang menghubungkan titik-titik ruang publik, menyatu
dalam penataan lansekap secara keseluruhan sehingga memberikan
kenyamanan pengguna jalan.
 Merencanakan lahan parkir terutama pada bangunan
publik dan semipublik.
 Perencanakan parkir offstreet terutama dijalur-jalur
utama agar tidak menimbulkan kemacetan, jalan masuk dipisahkan
dengan jalan keluar dan ditata dengan penanaman vegetasi sebagai

LAPORAN AKHIR 40
KRITERIA PRINSIP
peneduh dan pengarah, dsb
Ruang terbuka untuk  Menyediakan ruang terbuka untuk pertemuan publik
berkumpulnya publik pada kegiatan primer dan pada titik lokasi kegiatan sekunder.
 Pengembangan ruang terbuka hijau dengan
memanfaatkan tanaman yang sudah ada.
 Mendesain ruang terbuka publik yang menyatu dengan penataan
lansekap secara keseluruhan sehingga terbentuk integritas
lingkungan di kawasan
 Menyediakan pola tata hijau yang menarik sesuai dengan fungsi
dan karakteristik kawasan berdasarkan aspek keindahan,
kenyamanan, keselamatan, keamanan dan kesehatan.
Tata massa bangunan  Intensitas pemanfaatan ruang berdasarkan daya dukung fisik
dan lingkungan yang kawasan dan mempertimbangkan keindahan, kenyamanan,
tertata dan harmonis keselamatan, keamanan dan kesehatan.
dengan lingkungan  Mendesain bangunan yang merespons karakteristik tapak dan
lingkungan sekitarnya.
 Merencanakan dan mendesain bangunan yang layak huni, aman,
nyaman, sehat bagi masyarakat.
 Orientasi bangunan ke jalan dan pusat kawasan, serta pantai.
 Koefisien dasar bangunan maksimal 50% sedangkan untuk
fasilitas umum 60%.
 Pembangunan sedapat mungkin tidak mengubah kontur
melainkan mengikuti kontur secara alami kecuali bila diperlukan
untuk saluran drainase.
 Pembangunan baru mengikuti karakter alami kawasan dan
menyatu dengan penataan vegetasi.
 Ketinggian bangunan adalah bangunan rendah dengan
ketinggian maksimal 2 lantai (untuk unit hunian) dan 3 lantai untuk
bangunan umum.
 Penentuan elevasi peil minimum lantai dasar bangunan dari muka
jalan ditentukan untuk pengendalian banjir dan memperkuat
arsitektur loka.
Signage/Tata Informasi  Menata signage/tata informasi ruang luar (papan informasi,
papan nama, reklame) baik ukuran (dimensi) maupun penempatan
untuk membantu pengguna jalan secara efektif dalam menerima
informasi yang dibutuhkan.
 Konstruksi signage harus kuat dan tidak merintangi kegiatan.
 Signage tidak menutupi pandangan ke jalan dan menutupi
bangunan.
 Penempatan signage harus menyatu dengan keseluruhan konteks
di kawasan dan tidak saling tumpang tindih.
Perkakas, perlengkapan  Pengadaan perlengkapan jalan memfasilitasi dan memberikan
jalan kenyamanan bagi pengunjung dan penduduk kota.
 Perlengkapan jalan ditempatkan dan ditata pada ruang publik
yaitu di tepi jalan, taman. Letak perlengkapan jalan tidak merintangi
kegiatan.
 Lampu (pencahayaan) harus mempunyai intensitas cahaya yang
cukup, selain untuk mencegah kemungkinan kriminalitas yang dapat
terjadi di malam hari dsb
 Perlengkapan jalan ditampilkan dengan ornamen dan bahan yang
menarik sehingga selain berfungsi memberikan fasilitas bagi
penduduk juga mempunyai nilai estetika
Struktur Perlindungan  Struktur perlindungan tepi air diterapkan pada kawasan yang
Tepi Air rawan erosi/abrasi atau pada kawasan yang tepi airnya
dimanfaatkan sebagai dermaga atau viewing deck guna menjaga
keberlanjutan aktifitas yang ada.
 Pemilihan jenis perlindungan tepi air harus mempertimbangkan
karakter air, tujuan dan manfaat, dampak, sistem pemeliharaan,
bahan dan biaya.
Sumber : Rencana teknik Tata Ruang Kota Labuan Bajo BWK I-IV tahun 2006

LAPORAN AKHIR 41
Pokok-pokok yang harus diperhatikan dalam pengembangan setiap Bagian Wilayah
Kota (BWK) adalah sebagai berikut:

1) Mempertahankan kelompok perumahan setempat yang sudah ada.

2) Mengupayakan pemanfaatan lahan yang sudah ada.

3) Mengakomodasi berbagai alternatif rencana tapak.

4) Memanfaatkan sedapat mungkin bentang alam yang ada.

5) Perancangan jalan dengan mempertimbangkan jaringan drainase yang


sudah ada.

2.4.4.2 Konsep dan Struktur Pemanfaatan Ruang BWK

Konsep struktur ruang BWK didasarkan pada hirarki hubungan fungsional antar
elemen kawasan yang sudah direncanakan sebelumnya dengan tetap
memperhatikan kondisi eksisting di kawasan perencanaan. Konsep struktur ruang
dan zonasi kawasan perancangan diarahkan pada:

1) Keterkaitan setiap jenis pemanfaatan ruang dan pendukung kegiatannya.

2) Merencanakan struktur kawasan dengan tegas sehingga dapat berfungsi


juga sebagai batas Kawasan dan Sub Kawasan.

3) Menjaga agar tidak terjadi kesenjangan sosial, mempertahankan kesatuan


dengan BWK lainnya.

4) Pengembangan kegiatan pendukung setiap BWK.

5) Penyebaran fasilitas yang merata di seluruh kawasan dengan pertimbangan


hirarki, jangkauan pelayanan (kenyamanan dan kemudahan akses), dan
kebutuhan masyarakat setempat.

6) Menata hirarki setiap fungsi atau pemanfaatan ruang melalui pengaturan


sistem sirkulasi yang baik.

Rencana struktur tata ruang disusun untuk mewujudkan efisiensi pemanfaatan


ruang, keserasian pengembangan ruang, dan keefektifan sistem pelayanan. Struktur
pemanfaatan ruang yang telah direncanakan dalam Dokumen RDTR Kota Labuan
Bajo tetap dipertahankan. Belum atau kurang berkembangnya pusat sekunder akan
ditangani dengan kebijakan dan program tersendiri. Beberapa penyempurnaan
struktur ruang didasarkan pada perkembangan yang dihadapi. Rencana struktur
ruang kawasan perencanaan ini akan terdiri dari sistem pusat pelayanan, struktur
kegiatan fungsional, dan struktur jaringan transportasi.

LAPORAN AKHIR 42
Sistem pusat pelayanan Kota Labuan Bajo terdiri atas kegiatan primer yaitu Sub
Pusat Baru Kota Labuan Bajo yaitu pada Desa Nggorang di BWK VII bagian Barat
dengan Kegiatan Primer Pertanian dan Perdagangan kegiatan/pusat sekunder. Pusat
kegiatan primer akan mempunyai fasilitas untuk pelayanan seluruh kota atau
kabupaten, seperti:

1) Pendidikan, meliputi: pra sekolah hingga pendidikan menengah.

2) Kesehatan, meliputi: poliklinik.

3) Peribadatan, meliputi: masjid dan tempat ibadah lain.

4) Bina sosial, meliputi: gedung serba guna.

5) Olahraga/rekreasi, meliputi: lapangan olahraga, gedung olahraga dan seni.

6) Pelayanan pemerintah, meliputi: kantor kecamatan, kantor pelayanan


umum, koramil, kua/bp-4/balai nikah, pos pemadam kebakaran, kantor pos,
telekomunikasi, dipo kebersihan dan gardu listrik.

7) Perbelanjaan/niaga, meliputi: pusat perbelanjaan/pasar.

8) Transportasi, meliputi: terminal transit dan parkir umum.

Sedangkan untuk masing-masing pusat sekunder yang akan dikembangkan minimal


menyediakan fungsi-fungsi pelayanan sebagai berikut:

1) Pendidikan, meliputi: pra-sekolah hingga pendidikan dasar/ menengah


pertama.

2) Kesehatan, meliputi: puskesmas, posyandu.

3) Peribadatan, meliputi: masjid dan tempat ibadah lain.

4) Olahraga/rekreasi, meliputi: lapangan olah raga.

5) Pelayanan pemerintah, meliputi: kantor kelurahan, dipo kebersihan dan


gardu listrik.

6) Perbelanjaan/niaga, meliputi: pertokoan/warung.

Selain pengembangan dan penataan Pusat Utama dan Sub Pusat direncanakan pula
penataan pusat-pusat lingkungan agar dapat memberikan pelayanan yang optimal.
Untuk lebih jelasnya, rencana struktur pelayanan dapat dilihat pada tabel dan
gambar berikut.
Tabel 2.6
Rencana Struktur Pelayanan Kota Labuan Bajo Pada BWK I - IV
Menurut Rencana Teknik Tata Ruang Kota Labuan Bajo BWK I - IV

LAPORAN AKHIR 43
No STRUKTUR FUNGSI SKALA BENTUK LOKASI

1. Pusat Primer Pariwisata BWK 1,  Fasilitas Bagian kota lama dan


1 sekaligus dan kota, penunjang wisata. sekitarnya (BWK 1
pusat pelabuhan Kabupaten,  Pelestarian bagian Barat.
sekunder laut Regional Kawasan
BWK 1 (Propinsi,
 Rumah sakit
Nasional)
khusus kecelakaan
laut internasional
 Sempadan
pantai.
 Taman.
 Pelabuhan.
2. Pusat Primer Pemerintaha Kota,  Kantor Antara/perbatasan
2 n Kabupaten, pemerintahan BWK 1, 2, 3 dan 4.
Perkantoran Regional Kabupaten Manggarai
dan Jasa (Propinsi, Barat.
Nasional)  Pertokoan
Sosial
Budaya penunjang
perkantoran.
 Perbankan.
 Pusat
kesenian (gedung
kesenian dan bentuk
lainnya).
2. Pusat Pemerintaha BWK 2  Perkantoran. BWK 2 bagian Timur
Sekunder n  Retail.
BWK 2

3. Pusat Pendidikan BWK 3  Pendidikan Pusat BWK 3


Sekunder Sosial dasar hingga
BWK 3 Budaya menengah
 Fasilitas
sosial/umum lainnya.
4. Pusat Pendidikan Bagian  Fasilitas Jl. Mangunsarkoro.
Sekunder Perdaganga Kota Pendidikan.
BWK 4 n (BWK)  Retail.
Industri non Kota  Pasar.
polutan Kabupaten  Taman.
 Sempadan
sungai.
 Industri
rumah
tangga/kerajinan.
5. Pusat Perkantoran Skala  Perkantoran/ Dalam jangkauan
Lingkungan Perdaganga lingkungan Rukan orang berjalan kaki
n (toko (RT/RW)  Taman (500 m)
kecil/warun  Toko/warung
g)
Sumber : Rencana teknik Tata Ruang Kota Labuan Bajo BWK I-IV tahun 2005

2.4.5 Rencana Teknik Ruang BWK V – IX

2.4.5.1 Kriteria dan Prinsip

Berdasarkan Rencana teknik Tata Ruang Kota Labuan Bajo BWK V-IX tahun 2006
ditetapkan kriteria dan prinsip pengembangan untuk seluruh BWK. Adapun kriteria
dan prinsip pengembangan untuk BWK V-IX dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.7
Kriteria dan Prinsip Pengembangan BWK V – IX Kota Labuan Bajo
Menurut Rencana Teknik Tata Ruang Kota Labuan Bajo BWK V - IX

LAPORAN AKHIR 44
KRITERIA PRINSIP

Pelayanan yang  Menyediakan fasilitas BWK secara lengkap dan


lengkap dan memadukan komponen tersebut (fasilitas sosial dan fasilitas
terpadu umum, perdagangan dan jasa lengkap dengan fasilitas
penunjangnya) terintegrasi dalam setiap BWK.
 Menstrukturkan kegiatan-kegiatan utama dan
pendukungnya dan menata lokasinya berdasarkan skala
pelayanan fasilitas yang disediakan serta interaksi sosial yang
akrab yang akan dibentuk.
 Menyebarkan fasilitas sesuai dengan struktur
kawasan yang akan dibentuk dan menurut skala pelayanannya.
 Fasilitas sosial dan umum dan mempunyai skala
pelayanan luas tidak hanya melayani kawasan perumahan
diletakkan pada pada lokasi yang mempunyai akses mudah
dijangkau.
Kemudahan  Di upayakan pengembangan tapak dalam
pencapaian. jangkauan orang berjalan. Pada beberapa lokasi tertentu harus
dilakukan pemisahan jalur pejalan dan jalur kendaraan.
 Sedapat mungkin memisahkan sirkulasi
kendaraan umum dan kendaraan pribadi (kendaraan umum
melewati sekeliling kawasan perumahan dan kendaraan
pribadi melalui kawasan.
Sirkulasi internal  Menciptakan pola dan hierarki jaringan jalan dari
yang berjenjang jalan arteri hingga lokal yang mendukung kegiatan/aktifitas di
dan parkir kawasan
 Merencanakan sistem jaringan jalan yang sesuai
dengan karakteristik tapak dengan jalur hijau di sepanjang
koridor tersebut
 Merencanakan jalur pejalan terutama dijalur
utama kawasan dan yang menghubungkan titik-titik ruang
publik, menyatu dalam penataan lansekap secara keseluruhan
sehingga memberikan kenyamanan pengguna jalan.
 Merencanakan lahan parkir terutama pada
bangunan publik dan semipublik.
 Perencanakan parkir offstreet terutama dijalur-
jalur utama agar tidak menimbulkan kemacetan, jalan masuk
dipisahkan dengan jalan keluar dan ditata dengan penanaman
vegetasi sebagai peneduh dan pengarah, dsb
Ruang terbuka  Menyediakan ruang terbuka untuk pertemuan
untuk publik pada kegiatan primer dan pada titik lokasi kegiatan
berkumpulnya sekunder.
publik  Pengembangan ruang terbuka hijau dengan
memanfaatkan tanaman yang sudah ada.
 Mendesain ruang terbuka publik yang menyatu dengan
penataan lansekap secara keseluruhan sehingga terbentuk
integritas lingkungan di kawasan
 Menyediakan pola tata hijau yang menarik sesuai dengan
fungsi dan karakteristik kawasan berdasarkan aspek keindahan,
kenyamanan, keselamatan, keamanan dan kesehatan.
Tata massa  Intensitas pemanfaatan ruang berdasarkan daya dukung
bangunan dan fisik kawasan dan mempertimbangkan keindahan,
lingkungan yang kenyamanan, keselamatan, keamanan dan kesehatan.
tertata dan  Mendesain bangunan yang merespons karakteristik tapak
harmonis dan lingkungan sekitarnya.
dengan
 Merencanakan dan mendesain bangunan yang layak huni,
lingkungan
aman, nyaman, sehat bagi masyarakat.
 Orientasi bangunan ke jalan dan pusat kawasan, serta
pantai.

LAPORAN AKHIR 45
KRITERIA PRINSIP

 Koefisien dasar bangunan maksimal 50% sedangkan untuk


fasilitas umum 60%.
 Pembangunan sedapat mungkin tidak mengubah kontur
melainkan mengikuti kontur secara alami kecuali bila diperlukan
untuk saluran drainase.
 Pembangunan baru mengikuti karakter alami kawasan dan
menyatu dengan penataan vegetasi.
 Ketinggian bangunan adalah bangunan rendah dengan
ketinggian maksimal 2 lantai (untuk unit hunian) dan 3 lantai
untuk bangunan umum.
 Penentuan elevasi peil minimum lantai dasar
bangunan dari muka jalan ditentukan untuk pengendalian
banjir dan memperkuat arsitektur lokal.
Signage/Tata  Menata signage/tata informasi ruang luar (papan informasi,
Informasi papan nama, reklame) baik ukuran (dimensi) maupun
penempatan untuk membantu pengguna jalan secara efektif
dalam menerima informasi yang dibutuhkan.
 Konstruksi signage harus kuat dan tidak merintangi
kegiatan.
 Signage tidak menutupi pandangan ke jalan dan menutupi
bangunan.
 Penempatan signage harus menyatu dengan keseluruhan
konteks di kawasan dan tidak saling tumpang tindih.

Perkakas,  Pengadaan perlengkapan jalan memfasilitasi dan


perlengkapan memberikan kenyamanan bagi pengunjung dan penduduk
jalan kota.
 Perlengkapan jalan ditempatkan dan ditata pada ruang
publik yaitu di tepi jalan, taman. Letak perlengkapan jalan
tidak merintangi kegiatan.
 Lampu (pencahayaan) harus mempunyai intensitas cahaya
yang cukup, selain untuk mencegah kemungkinan kriminalitas
yang dapat terjadi di malam hari dsb
 Perlengkapan jalan ditampilkan dengan ornamen dan bahan
yang menarik sehingga selain berfungsi memberikan fasilitas
bagi penduduk juga mempunyai nilai estetika
Struktur  Struktur perlindungan tepi air diterapkan pada kawasan
Perlindungan yang rawan erosi/abrasi atau pada kawasan yang tepi airnya
Tepi Air dimanfaatkan sebagai dermaga atau viewing deck guna
menjaga keberlanjutan aktifitas yang ada.
 Pemilihan jenis perlindungan tepi air harus
mempertimbangkan karakter air, tujuan dan manfaat, dampak,
sistem pemeliharaan, bahan dan biaya.
Sumber : Rencana teknik Tata Ruang Kota Labuan Bajo BWK V-IX tahun 2006

Pokok-pokok yang harus diperhatikan dalam pengembangan setiap Bagian Wilayah


Kota (BWK) adalah sebagai berikut:

1. Mempertahankan kelompok perumahan setempat yang sudah ada.

2. Mengupayakan pemanfaatan lahan yang sudah ada.

3. Mengakomodasi berbagai alternatif rencana tapak.

4. Memanfaatkan sedapat mungkin bentang alam yang ada.

LAPORAN AKHIR 46
5. Perancangan jalan dengan mempertimbangkan jaringan drainase yang sudah ada.

2.4.5.2 Konsep dan Struktur Pemanfaatan Ruang BWK

Konsep struktur ruang BWK didasarkan pada hirarki hubungan fungsional antar
elemen kawasan yang sudah direncanakan sebelumnya dengan tetap
memperhatikan kondisi eksisting di kawasan perencanaan. Konsep struktur ruang
dan zonasi kawasan perancangan diarahkan pada:

1. Keterkaitan setiap jenis pemanfaatan ruang dan pendukung kegiatannya.

2. Merencanakan struktur kawasan dengan tegas sehingga dapat berfungsi juga


sebagai batas Kawasan dan Sub Kawasan.

3. Menjaga agar tidak terjadi kesenjangan sosial, mempertahankan kesatuan


dengan BWK lainnya.

4. Pengembangan kegiatan pendukung setiap BWK.

5. Penyebaran fasilitas yang merata di seluruh kawasan dengan pertimbangan


hirarki, jangkauan pelayanan (kenyamanan dan kemudahan akses), dan
kebutuhan masyarakat setempat.

6. Menata hierarki setiap fungsi atau pemanfaatan ruang melalui pengaturan


sistem sirkulasi yang baik.

Rencana struktur tata ruang disusun untuk mewujudkan efisiensi pemanfaatan


ruang, keserasian pengembangan ruang, dan keefektifan sistem pelayanan. Struktur
pemanfaatan ruang yang telah direncanakan dalam Dokumen RDTR Kota Labuan
Bajo tetap dipertahankan. Belum atau kurang berkembangnya pusat sekunder akan
ditangani dengan kebijakan dan program tersendiri. Beberapa penyempurnaan
struktur ruang didasarkan pada perkembangan yang dihadapi. Rencana struktur
ruang kawasan perencanaan ini akan terdiri dari sistem pusat pelayanan, struktur
kegiatan fungsional, dan struktur jaringan transportasi.

Sistem pusat pelayanan Kota Labuan Bajo terdiri atas kegiatan primer yaitu Sub
Pusat Baru Kota Labuan Bajo yaitu pada Desa Nggorang di BWK VII bagian Barat
dengan Kegiatan Primer Pertanian dan Perdagangan kegiatan/pusat sekunder. Pusat
kegiatan primer akan mempunyai fasilitas untuk pelayanan seluruh kota atau
kabupaten, seperti:

1. Pendidikan, meliputi: pra sekolah hingga pendidikan menengah.

2. Kesehatan, meliputi: poliklinik.

3. Peribadatan, meliputi: masjid dan tempat ibadah lain.

LAPORAN AKHIR 47
4. Bina sosial, meliputi: gedung serba guna.

5. Olahraga/rekreasi, meliputi: lapangan olahraga, gedung olahraga dan seni.

6. Pelayanan pemerintah, meliputi: kantor kecamatan, kantor pelayanan umum,


koramil, kua/bp-4/balai nikah, pos pemadam kebakaran, kantor pos,
telekomunikasi, dipo kebersihan dan gardu listrik.

7. Perbelanjaan/niaga, meliputi: pusat perbelanjaan/pasar.

8. Transportasi, meliputi: terminal transit dan parkir umum.

Sedangkan untuk masing-masing pusat sekunder yang akan dikembangkan minimal


menyediakan fungsi-fungsi pelayanan sebagai berikut:

1. Pendidikan, meliputi: pra sekolah hingga pendidikan dasar/menengah pertama.

2. Kesehatan, meliputi: puskesmas, posyandu.

3. Peribadatan, meliputi: masjid dan tempat ibadah lain.

4. Olahraga/rekreasi, meliputi: lapangan olah raga.

5. Pelayanan pemerintah, meliputi: kantor kelurahan, dipo kebersihan dan gardu


listrik.

6. Perbelanjaan/niaga, meliputi: pertokoan/warung.

Selain pengembangan dan penataan Pusat Utama dan Sub Pusat direncanakan pula
penataan pusat-pusat lingkungan agar dapat memberikan pelayanan yang optimal.
Untuk lebih jelasnya, rencana struktur pelayanan dapat dilihat pada tabel dan
gambar berikut.
Tabel 2.8
Rencana Struktur Pelayanan BWK V – IX Kota Labuan Bajo
Menurut Rencana Teknik Ruang Kota Labuan Bajo BWK V – IX
SKALA KEGIATAN
KEGIATAN HIRARKI JALAN
PELAYANAN PRIMER SEKUNDER
Struktur Ruang BWK V, VI dan BWK IX
BWK V Regional, Fungsi primer berada Sarana dan Kolektor Primer,
Nasional, di pusat kota prasarana Kolektor Sekunder,
International, pendukung Lokal Sekunder.
Kota, BWK pariwisata
BWK VI BWK - Permukiman dan Kolektor Sekunder,
pusat lingkungan Lokal Sekunder.
Kawasan lindung.
Hutan produksi.
BWK IX Regional, Pelabuhan Pertamina Permukiman nelayan Kolektor Primer dan
Nasional. lokal sekunder
Struktur Ruang BWK VII dan BWK VIII
BWK VII Regional (kota Pendidikan, Pertanian, Arteri Primer

LAPORAN AKHIR 48
SKALA KEGIATAN
KEGIATAN HIRARKI JALAN
PELAYANAN PRIMER SEKUNDER
Labuan Bajo, Terminal, kehutanan. Kolektor Primer
Kabupaten Fasilitas Lokal Primer
Manggarai Barat, perdagangan dan Kolektor Sekunder
BWK dan lokal. jasa. dan Lokal Sekunder.
Permukiman
terbatas.
BWK VIII BWK, lokal Permukiman Pertanian Kolektor Sekunder,
Konservasi Lokal Primer.
Lokal Sekunder.
Sumber: Rencana Teknik Tata Ruang Kota Labuan Bajo BWK V-IX tahun 2006

LAPORAN AKHIR 49
Peta 2.5
Peta Rencana Struktur Ruang Kota Labuan Bajo Berdasarkan Rencana Teknik Ruang

LAPORAN AKHIR 50

Anda mungkin juga menyukai