BAB - 2
Tinjauan Kebijakan Pembangunan
dan Tata Ruang
Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang merupakan rujukan baru
bagi kegiatan penataan ruang di Indonesia sebagai pengganti Undang-undang Nomor 24
Tahun 1992. Di dalam Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 disebutkan bahwa
wewenang pemerintah daerah Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut :
LAPORAN AKHIR 1
Adapun kewajiban Pemerintah Daerah adalah sebagai beikut:
Perencanaan tata ruang dilakukan kabupaten/kota untuk menghasilkan rencana umum tata
ruang dan rencana rinci tata ruang. Rencana rinci tata ruang kabupaten/kota adalah
rencana detail tata ruang kabupaten/kota dan rencana tata ruang kawasan strategis
kabupaten/kota.
b) kawasan yang secara fungsional berciri perkotaan yang mencakup 2 (dua) atau lebih
wilayah kabupaten/kota pada satu atau lebih wilayah provinsi.
Berdasarkan Pasal 42 ayat (1), rencana tata ruang kawasan perkotaan yang merupakan
bagian wilayah Kabupaten adalah rencana rinci tata ruang wilayah kabupaten.
a) Kawasan perkotaan kecil, yaitu kawasan perkotaan dengan jumlah penduduk yang
dilayani paling antara 50.000 – 100.000 jiwa.
b) Kawasan perkotaan sedang, yaitu kawasan perkotaan dengan jumlah penduduk yang
dilayani antara 100.000 – 500.000 jiwa.
c) Kawasan perkotaan besar, yaitu kawasan perkotaan dengan jumlah penduduk yang
dilayani lebih dari 500.000 jiwa.
d) Kawasan metropolitan, yaitu kawasan perkotaan yang terdiri atas kawasan perkotaan
yang berdiri sendiri atau kawasan perkotaan inti dengan kawasan perkotaan di
sekitarnya yang saling memiliki keterkaitan fungsional yang dihubungkan dengan
sistem jaringan prasarana wilayah yang terintegrasi dengan jumlah penduduk secara
keseluruhan sekurang-kurangnya 1.000.000 jiwa.
e) Kawasan megapolitan, yaitu kawasan yang terbentuk dari dua atau lebih kawasan
metropolitan yang memiliki hubungan fungsional dan membentuk sebuah sistem.
Berdasarkan uraian di atas, maka Kawasan Perkotaan Labuan Bajo yang terletak di
Kecamatan Labuan Bajo dan merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Manggarai Barat
LAPORAN AKHIR 2
dikategorikan sebagai kawasan perkotaan yang merupakan bagian dari wilayah kabupaten.
Dengan demikian, penataan ruang kawasan perkotaan Labuan Bajo merupakan rencana
rinci Kabupaten Manggarai Barat.
Rencana Struktur Pemanfaatan Ruang diantaranya meliputi hirarki pusat pelayanan wilayah
seperti sistem pusat-pusat perkotaan dan perdesaan, pusat-pusat permukiman, hirarki
sarana dan prasarana, sistem jaringan transportasi seperti sistem jalan arteri, jalan
kolektor, jalan lokal dan kelas terminal. Rencana Pola Pemanfaatan Ruang menggambarkan
letak, ukuran, fungsi dari kegiatan-kegiatan budidaya dan lindung. Isi Rencana Pola
Pemanfaatan Ruang adalah delineasi (batas-batas) kawasan kegiatan sosial, ekonomi,
budaya dan kawasan-kawasan lainnya di dalam kawasan budidaya dan delineasi kawasan
lindung seperti di bawah ini :
i. Kawasan Lindung
Kawasan bergambut
Sempadan pantai
Sempadan sungai
Cagar alam
Suaka margasatwa
LAPORAN AKHIR 3
4. Kawasan pelestarian alam :
Taman nasional
Taman buru
Cagar biosfer
2. Kawasan pertanian :
Kawasan peternakan
LAPORAN AKHIR 4
Kawasan perikanan
3. Kawasan pertambangan :
- Kawasan pariwisata
- Kawasan permukiman
Dalam suatu wilayah kabupaten terdapat dua jenis kawasan fungsional yaitu kawasan
perdesaan dan kawasan perkotaan serta bisa terdapat kawasan tertentu. Rencana
Pengelolaan Kawasan Perdesaan, Perkotaan, dan Kawasan Tertentu dirumuskan untuk
mencapai keserasian hubungan fungsional antara kawasan-kawasan tersebut.
LAPORAN AKHIR 5
Rencana sistem prasarana wilayah adalah sebagai berikut :
Rencana Penatagunaan Tanah, Air, Udara, Hutan, dan Sumberdaya Alam Lainnya berisi
pengaturan penguasaan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah, air, udara, hutan, dan
sumberdaya alam lainnya.
Urutan kegiatan pada RPT adalah identifikasi masalah, membuat strategi, membuat pilihan,
merencanakan pembuatan program. Seluruh rangkaian kegiatan tersebut dilakukan dalam
forum rembug Para Stakeholder yang mewakili penduduk Kota Lhokseumawe.
LAPORAN AKHIR 6
Berdasarkan Undang-undang tersebut, wilayah Kabupaten Manggarai ditetapkan seluas
2.397,03 Km2, meliputi 5 (lima) kecamatan, yaitu:
Kecamatan Komodo
Kecamatan Lembor
Dalam rangka pengembangan Kabupaten Manggarai Barat sesuai dengan potensi yang
dimilikinya, maka rencana pembangunan Kabupaten Manggarai Barat perlu diakomodasikan
dalam kerangka ruang yang terpadu dan serasi agar dapat mendukung kegiatan
pengembangan tersebut. Rencana Tata Ruang Wilayah menjadi kebutuhan yang sangat
penting dalam rangka menselaraskan arah pembangunan dalam matra ruang.
LAPORAN AKHIR 7
2.2 Kebijakan Pembangunan Nasional
Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional (RTRWN) mengatur mengenai struktur dan pola pemanfaatan ruang nasional,
kriteria pemanfaatan ruang, arahan mengenai kawasan andalan peserta pusat-pusat dan
kawasan laut yang terkait, araha pengembangan pelabuhan laut, dan arahan kawasan
tertentu pada lingkup nasional. Berkaitan dengan Kabupaten Manggarai Barat pada
umumnya dan Kota Labuan Bajo pada khususnya, beberapa aspek/sektor yang ditetapkan
dalam RTRWN meliputi:
RTRWN memberi kriteria bagi penetapan kawasan lindung dan kawasan budidaya.
Pada dasarnya kawasan lindung meliputi:
Kota Labuan Bajo termasuk dalam wilayah kawasan andalan Komodo dan
sekitarnya dengan fungsi kota nasional sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL).
Kawasan andalan Komodo tersebut terkait dengan kawasan andalan Laut Sumba
dan sekitarnya. Labuhan Bajo ditetapkan sebagai salah satu kota orientasi
mendampingi Kota Waingapu di Kabupaten Sumba.
LAPORAN AKHIR 8
angkutan laut dalam jumlah kecil dan jangkauan pelayanan dekat serta berfungsi
sebagai pengumpan pelabuhan utama dan pelabuhan regional.
- Keterpaduan antarmoda
LAPORAN AKHIR 9
2.2.2.2 Kebijakan Perhubungan Laut
Kebijakan dalam sektor perhubungan laut antara lain Peraturan Pemerintah Nomor
69 Tahun 2001 tentang Kepelabuhan, KepMenHub Nomor KM 53 Tahun 2002
tentang Tatanan Kepelabuhan Nasional yang mengatur hirarki dan fungsi pelabuhan
laut dan pelabuhan penyeberangan nasional; serta kebijakan pengembangan
pelabuhan jangka panjang.
- Berperan sebagai tempat alih muat penumpang dan barang umum nasional
LAPORAN AKHIR 10
Ende; pelabuhan Balauring, Waiwadan, dan Larantuka di Kabupaten Flores Timur;
pelabuhan Waingapu di Kabupaten Sumba Timur; serta pelabuhan Wini di
Kabupaten Timteng Utara.
2.2.3 RIPPNas
LAPORAN AKHIR 11
Memiliki produk andalan yang dapat dimanfaatkan sebagai tema promosi
pariwisata; dan
Wilayah B, meliputi wilayah Lampung, Jawa, Bali, dan Lombok; dengan gerbang
utama Jakarta dan Surabaya.
Wilayah C, meliputi wilayah Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa
Tenggara Timur, dan Sulawesi Selatan; dengan gerbang utama Denpasar.
Wilayah F, meliputi wilayah Maluku dan Papua; dengan gerbang utama Biak.
Kota Labuan Bajo yang memiliki daya tarik wisata yang cukup tinggi termasuk dalam WTW
C dengan gerbang utama Denpasar. Di Kota Labuan Bajo terdapat beberapa objek wisata
seperti objek wisata pantai (Pantai Pede, Pantai Binongko, Pantai Waerana), objek wisata
gua (Gua Batu cermin dan Gua Verhouven), dan objek panorama alam (Puncak Waringin di
Kelurahan Labuan bajo, Puncak Pramuka di Desa Gorontalo, Bukit Binongko di Kelurahan
Labuan bajo).
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Nusa Tenggara Timur 2006 – 2020
menetapkan struktur ruang Provinsi Nusa Tenggara Timur, wilayah pengembangan, sistem
kota dan pusat pengembangan, prasarana wilayah, kawasan prioritas, kawasan andalan,
serta pola pemanfaatan ruang Provinsi Nusa Tenggara Timur. Dalam kaitannya dengan
Kabupaten Manggarai Barat pada umumnya dan Kota Labuan Bajo secara khusus,
beberapa aspek/sektor yang ditetapkan dalam RTRWP Nusa Tenggara Timur meliputi:
LAPORAN AKHIR 12
Dengan pertimbangan kondisi Provinsi Nusa Tenggara Timur yang merupakan
gugusan kepulauan, maka RTRW Provinsi Nusa Tenggara Timur mengembangkan
3 (tiga) wilayah pengembangan kepulauan, meliputi:
Letak Kota Labuan Bajo yang berada di ujung Barat Pulau Flores menempatkan
Kota Labuan Bajo dalam satuan wilayah pengembangan II. Sektor utama yang
dikembangkan dalam WP II ini meliputi pertanian lahan basah, hortikultura,
perkebunan, kelautan, dan pariwisata.
• Hirarki II, meliputi kota baa, Oelmasi, Soe, Kefamenanu, Naikliu, Wini,
Kolbano, Maritaing, Kalabahi, Lewoleba, Larantuka,Ende, Bajawa,
Ruteng, Waikabubak, Betun, Weitabula, Mbay, Aesesa, dan Seba
Kawasan Prioritas
Terkait dengan Kota Labuan Bajo, Provinsi Nusa Tenggara Timur menetapkan
arahan pengembangan berdasarkan Satuan Wilayah Pengembangan Pesisir dan
Laut Terpadu (SKPLT). Terdapat 9 (sembilan) SKPLT yang ditetapkan dalam
RTRW Provinsi Nusa Tenggara Timur. Kota Labuan Bajo terkait dalam SKPLT Selat
LAPORAN AKHIR 13
Sape yang meliputi wilayah Labuan Bajo, pesisir Kabupaten Manggarai Barat, dan
pesisir Kabupaten Manggarai; dengan pusat kota pelabuhan di Labuan Bajo.
Potensi utama yang diunggulkan adalah perikanan, pariwisata bahari, dan jasa
kelautan.
Peta 2.1
Peta Arahan Kawasan Andalan Sebagai Kawasan Prioritas di Provinsi Nusa Tenggara
Timur
LAPORAN AKHIR 14
Peta 2.2
Peta Arahan Satuan Kawasan Pengembangan Pesisir dan Laut Terpadu di Provinsi Nusa
Tenggara Timur
LAPORAN AKHIR 15
Kawasan andalan lain yang ditetapkan di Kabupaten Manggarai Barat adalah
Kawasan Lembor dan Sub Kawasan Lembor-Nggorang dengan kegiatan prioritas
meliputi agroindustri, pertanian lahan kering, pertanian lahan basah, perikanan,
dan pariwisata. Kota Labuan Bajo dalam hal ini menjadi pusat pengembangannya.
Tataran Transportasi Wilayah (Tatrawil) Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2005
memberikan arahan pengembangan sistem transportasi wilayah dalam lingkup Provinsi
Nusa Tenggara Timur, meliputi sistem transportasi darat, laut, dan udara. Tujuan
disusunnya Tatrawil Provinsi Nusa Tenggara Timur adalah terwujudnya transportasi yang
handal dan berkemampuan tinggi dalam menunjang dan sekaligus menggerakkan dinamika
pembangunan, meningkatkan mobilitas manusia dan/atau barang, mendukung keancaran
pola distribusi dalam wilayah dan menunjang kelancaran pola distribusi nasional serta
pedagangan antar wilayah, pengembangan wilayah, dan lebih memantapkan
perkembangan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dalam rangka
perwujudan wawasan nusantara dan peningkatan hubungan internasional.
LAPORAN AKHIR 16
- Pengembangan jaringan jalan dalam kota, jalan desa yang menghubungkan
kota kecamatan.
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPD) Provinsi Nusa Tenggara Timur
memberi arahan bagi pengembangan sektor pariwisata di Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Dalam RIPPD Provinsi Nusa Tenggara Timur, pengembangan Kawasan Pengembangan
Pariwisata (KPP) di Kawasan Flores Barat diarahkan pada:
Obyek wisata yang termasuk dalam KPP A diantaranya: Labuan Bajo, Goa Batu
Cermin dan Batu Susun, Wae Cicu, Batu Gosok, Sebolo, dan lain sebagainya.
LAPORAN AKHIR 17
Peta 2.3
Peta Pengembangan WP Pariwisata Menurut RIPPDa NTT
LAPORAN AKHIR 18
Obyek wisata yang termasuk dalam KPP C diantaranya: Pulau komodo, Kampung
Komodo, Pulau Rinca, Pasir Merah, Gilimotang, dan lain sebagainya)
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Manggarai Barat ditetapkan dalam
Peraturan Daerah Kabupaten Manggarai Barat Nomor 30 Tahun 2005. RTRW Kabupaten
Manggarai Barat ini memiliki rentang waktu perencanaan hingga 2015.
Tinjauan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Manggarai Barat ini meliputi tinjauan
rencana struktur tata ruang wilayah, rencana pemanfaatan ruang, dan rencana
pengembangan transportasi.
LAPORAN AKHIR 19
Dengan mempertimbangkan kajian unsur-unsur homogenitas potensi dan
permasalahan yang menjadi indikator penetapan wilayah kecamatan dalam sistem
struktur tata ruang wilayah pembangunan, maka Kabupaten Manggarai Barat dibagi
atas 4 (empat) Wilayah Pembangunan (WP), yaitu:
Dalam kerangka RTRW Kabupaten Manggarai Barat, Kota Labuan Bajo memiliki
peran dan fungsi sebagai:
- Pusat pelayanan transportasi, baik darat, laut, dan udara pada skala
kabupaten (terminal antar-kota, bandar udara Komdo, dan pelabuhan laut
Labuan Bajo)
- Penambangan galian C
Berdasarkan RTRW Kabupaten Manggarai Barat, Kota Labuan Bajo termasuk dalam
Wilayah Pengembangan I yang meliputi sebagian Kecamatan Komodo dan beberapa
pulau di sekitarnya dengan Kota Labuan Bajo sebagai pusat pengembangan. Fungsi
Kota Labuan Bajo yang termasuk dalam Wilayah Pengembangan I adalah sebagai
pusat kegiatan bagi wilayah kabupaten dan mempunyai potensi sebagai pintu
gerbang ke kawasan-kawasan nasional.
Kawasan lindung di Kabupaten Manggarai Barat adalah seluas 37.794 Ha, fungsi
lindung tambahan sekitar 16.732 Ha, dan Taman Nasional Komodo P. Komodo, P.
Rinca, P. Radar, dan P. Gilimotang) sekitar 55.813 Ha. Jadi total luas kawasan
lindung adalah 110.339 Ha, atau sekitar 37,43% dari luas total wilayah Kabupaten
Manggarai Barat.
LAPORAN AKHIR 20
Peta 2.4
Peta Wilayah Pengembangan/WP Berdasarkan RTRW Kabupaten Manggarai Barat
LAPORAN AKHIR 21
Kawasan lindung ini terdiri atas kawasan yang melindungi kawasan di bawahnya,
kawasan lindung setempat, kawasan cagar alam (TNK), kawasan wisata alam,
kawasan perairan, dan kawasan rawan bencana.
Kawasan budidaya di Kabupaten Manggarai Barat meliputi area seluas 185.212 Ha,
atau sekitar 62,83% dari luas total Kabupaten Manggarai Barat. Menurut fungsinya,
kawasan budidaya di Kabupaten Manggarai Barat terdiri atas kawasan hutan
produksi (di Kecamatan Macang Pacar, Komodo, dan Kuwus), kawasan pertanian
pangan lahan basah (di Kecamatan Lembor, Kecamatan Sano Nggoang, dan
Kecamatan Macang Pacar), kawasan tanaman tahunan (di seluruh kecamatan di
wilayah Kabupaten Manggarai Barat), kawasan perikanan laut (di Kecamatan
Komodo dan Macang Pacar), kawasan perikanan darat (di Kecamatan Kuwus),
kawasan peternakan (di Kecamatan Komodo, Sano Nggoang, Kuwus, Macang Pacar,
dan Lembor), kawasan agroindustri (di Kecamatan Lembor, Sano Nggoang, Kuwus,
dan Macang Pacar).
Kawasan budidaya non pertanian terdiri dari kawasan pertambangan (di Kecamatan
Kuwus, Macang Pacar, dan Lembor), kawasan industri (Kecamatan Komodo, dengan
zona industri di Kecamatan Lembor), kawasan pariwisata (Kecamatan Komodo dan
Kecamatan Sano Nggoang). Sedangkan kawasan permukiman, dengan luas 266 Ha
atau 0,90% dari luas total Kabupaten, terletak di Kecamatan Komodo, Kecamatan
Lembor, Kecamatan Sano Nggoang, dan Kecamatan Macang Pacar.
A. Transportasi Darat
Dengan mengacu pada PP No. 26 Tahun 1985 tentang Jalan, maka fungsi jalan
yang akan dikembangkan dalam wilayah Kabupaten Manggarai Barat adalah sistem
primer dan sekunder. Sistem primer terdiri dari arteri kolektor, dan lokal.
Sedangkan sistem sekunder dalam masing-masing rencana kota.
Di Kabupaten Manggarai Barat tidak terdapat jalan arteri primer, karena jalan arteri
primer adalah jaringan jalan yang menghubungkan antar Pusat Kegiatan Nasional
(PKN), dalam hal ini adalah ibukota propinsi (Kupang). Jaringan jalan kolektor
primer (KP) di Kabupaten Manggarai Barat terdiri atas KP-1 dan KP-2. KP-1 yaitu
jalan Trans-Flores di perbatasan Kabupaten Manggarai hingga ke Labuan Bajo,
khususnya ruas jalan Trans-Flores penghubung langsung Kota Waenekang dengan
LAPORAN AKHIR 22
Kota Labuan Bajo. Sedangkan KP-2 meliputi ruas jalan yang menghubungkan Kota
Golowelu (Kecamatan Kuwus) ke Kota Bari (Kecamatan Macang Pacar), Trans Flores
ke Kota Werang, dan ruas jalan sebelah utara yang menghubungkan Kota Golowelu
ke Labuan Bajo.
B. Transportasi Laut
Pelabuhan laut di Kabupaten Manggarai Barat pada saat ini telah dibangun pada
lokasi yang berdekatan dengan pelabuhan feri. Untuk mendukung pengoperasian
pelabuhan laut ini, perlu dilakukan penataan/pengembangan transportasi ke dan di
sekitar lokasi pelabuhan, yaitu memperlebar jalan Soekarno-Hatta agar dapat
menampung peningkatan lalu-lintas menuju pelabuhan. Selain itu juga perlu
pengaturan kembali rute-rute kendaraan ke/dari pelabuhan sehingga dapat
terhindari kemacetan di sekitar lokasi pelabuhan yang dapat menjalar ke lokasi
pelabuhan feri yang lokasinya berdekatan dan berada pada satu ruas jalan yang
sama.
C. Transportasi Udara
Tinjauan kebijakan tata ruang di Kota Labuan Bajo ini berdasarkan Rencana Umum Tata
Ruang Kota Labuan Bajo Tahun 2001/2002 yang akan dijalankan sampai Tahun 2012.
Rencana struktur tata ruang Kota Labuan Bajo diarahkan pada sistem pelayanan
kota yang berjenjang dengan sasaran tingkat pelayanan dan interaksi kegiatan akan
berjalan secara efektif serta efisien. RUTR Kota Labuan Bajo membagi wilayah Kota
Labuan Bajo menjadi 9 (sembilan) Bagian Wilayah Kota (BWK). Adapun rencana
struktur tata ruang Kota Labuan Bajo diatur berdasarkan pusat pelayanan dan
kelengkapan fasilitas sebagai berikut:
LAPORAN AKHIR 23
■ Pusat Kota terdapat di Kelurahan Labuan Bajo, dimana merupakan
pusat kawasan yang harus dilengkapi dengan beberapa kegiatan, diantaranya:
■ Pusat Bagian Wilayah Kota (Pusat BWK) merupakan pusat kawasan yang
melayani 1 (satu) bagian wilayah kota saja dengan beberapa fasilitas yang
harus tersedia, diantaranya fasilitas perdagangan toko dan bengkel/reparasi,
fasilitas pendidikan (SLTP dan SLTA), fasilitas kesehatan (Puskesmas, BKIA, dan
Apotek), dan setiap pusat BWK memiliki taman seluas 200 m 2.
Rencana alokasi pemanfaatan ruang berdasarkan Rencana Umum Tata Ruang Kota
Labuan Bajo tahun 2001/2002 adalah sebagai berikut:
A. Kawasan Permukiman
LAPORAN AKHIR 24
Pusat unit lingkungan perumahan akan terdapat jenis fasilitas, diantaranya
perdagangan, jasa, pemerintahan/unit bangunan umum, pendidikan, kesehatan,
peribadatan, dan ruang terbuka hijau.
Sesuai dengan salah satu fungsi Kota Labuan Bajo, yaitu pusat perdagangan skala
kota dan regional, maka perkiraan kebutuhan ruang bagi perkembangan kegiatan
perdagangan ini meliputi skala pelayanan kota dan regional, seperti bangunan
perdagangan (pertokoan dan pasar), bangunan perkantoran pendukung kegiatan
perdagangan (perbankan, perniagaan, asuransi, dan kantor-kantor jasa lainnya),
bangunan kegiatan jasa penunjang, seperti rumah makan dan hotel, serta ruang
parkir dan ruang terbuka hijau.
LAPORAN AKHIR 25
E. Kawasan Militer
Kawasan militer di wilayah Kota Labuan Bajo berupa kegiatan perkantoran militer
dan asrama anggota dengan keluarganya. Lokasi Polsek tetap dipertahankan pada
lokasi semula (Desa Gorontalo) dengan perluasan dan meningkatkan status menjadi
Polisi Resort (Polres), sedangkan kompleks Koramil dipindahkan ke Kelurahan Wae
Kelambu dan ditingkatkan statusnya menjadi Komando Distrik Militer (KODIM).
F. Kawasan Industri
Sesuai dengan potensi sumberdaya alam Kota Labuan Bajo di bidang perikanan,
maka lokasi kawasan industri di Kelurahan Labuan Bajo tetap dipertahankan, karena
selain lokasinya dekat dengan laut, juga memenuhi kriteria kawasan industri.
G. Kawasan Pergudangan
H. Kawasan Terminal
Lokasi pelabuhan laut existing di Labuan Bajo tetap dipertahankan. Jenis pelabuhan
yang dikembangkan adalah pelabuhan niaga. Dalam rencana pengembangan
kegiatan pelabuhan di masa mendatang, perlu pertimbangan berikut:
1) perlunya jalur khusus ke pelabuhan yang tidak perlu melalui kawasan pusat
kota, untuk mencegah terjadinya kemacetan dan keselamatan transportasi
J. Kawasan Bandara
Lokasi Bandar Udara di Desa Batu Cermin tetap dipertahankan. Untuk menjamin
keserasian antara pengembangan bandara dengan kawasan sekitarnya, maka perlu
dipertimbangkan hal-hal berikut:
LAPORAN AKHIR 26
maupun karena timbulnya kegiatan-kegiatan yang tumbuh di sekitar
bandara
Berdasarkan fungsinya, ruang terbuka hijau (RTH) kota akan dikembangkan dalam
bentuk kawasan taman dan lapangan olahraga, ruang terbuka hijau pemakaman,
ruang terbuka hijau kawasan industri, ruang terbuka sempadan pantai, ruang
terbuka hijau sempadan sungai, ruang terbuka hijau jalan, ruang terbuka hijau
pertanian, hutan kota, dan ruang terbuka hijau campuran.
L. Kawasan Wisata
Obyek wisata di ekosistem yang tidak tergenang air di Kota Labuan Bajo adalah
sebagai berikut:
1) obyek wisata pantai, yaitu pantai Pede, pantai Binongko, pantai Waerana,
pantai Waecicu, pantai Batu Golok, pantai Klumpang, serta beberapa lokasi
di pulau-pulau kecil di perairan laut Kota Labuan Bajo.
2) Obyek wisata gua yang terdapat di Desa Batu Cermin, yaitu Gua Batu
Cermin dan Gua Verhouven
3) Obyek wisata Religius, yaitu Tahta Patung Bunda Maria di puncak Firdaus
Kelurahan Labuan Bajo, Tahta Bunda Maria di Batu Gosok Kelurahan
Labuan Bajo, dan tempat ziarah umat Katolik di Bukit Nggorang Desa
Nggorang
LAPORAN AKHIR 27
Bajo. Penyebaran fasilitas perkotaan di dalam kota berpedoman pada struktur tata
ruang dan penyebaran pusat-pusat pelayanan sesuai hirarkinya/fasilitas yang
direncanakan dengan pengelompokan jenisnya, terdiri atas:
A. Perumahan
Untuk memenuhi kebutuhan rumah di Kota Labuan Bajo sampai tahun 2012, perlu
penambahan sebanyak 3.652 unit rumah. Lokasi kawasan perumahan baru
diarahkan di daerah perluasan kota (Desa Golo Bilas, Batu Cermin, dan Nggorang).
Selain itu perlu juga perbaikan lingkungan perumahan kumuh di Desa Gorontalo.
Perdagangan grosir yang ada di Kota Labuan Bajo diarahkan berlokasi di Desa Golo
Bilas. Perdagangan eceran berlokasi di pasar-pasar, dan daerah pertokoan
sepanjang jalan-jalan utama kota. Sedangkan kegiatan perdagangan yang berlokasi
di kawasan ruang terbuka hijau sempadan sungai Kelurahan Labuan Bajo
dipindahkan ke sisi jalan Trans Ruteng di Desa Golo Bilas.
C. Fasilitas Pendidikan
D. Fasilitas Kesehatan
- Untuk fasilitas kesehatan yang sudah ada, tetap dipertahankan pada lokasi
semula (Kelurahan Labuan Bajo)
E. Fasilitas Peribadatan
Fasilitas peribadatan penganut agama Katolik dan Islam diarahkan pada wilayah
yang minim fasilitasnya sesuai dengan daya dukung penduduk dan hirarkinya.
LAPORAN AKHIR 28
Fasilitas peribadatan bagi penganut agama Kristen dan Hindu dialokasikan untuk
melayani skala kota.
Berdasarkan Rencana Umum Tata Ruang Kota Labuan Bajo tahun 2001/2002 yang
akan dijalankan sampai dengan tahun 2012, jumlah tambahan kebutuhan fasilitas
pelayanan di Kota Labuan Bajo dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1
Rencana Tambahan Kebutuhan Fasilitas Pelayanan
Di Kota Labuhan Bajo Sampai Tahun 2012
1 Rumah 3652
2 Fasilitas Pendidikan:
- TK 10
- SD 12
- SLTP 3
- SLTA 2
- Perguruan Tinggi 1
3 Fasilitas Kesehatan:
- Rumah Sakit 1
- Balai Pengobatan 5
- BKIA + R. Bersalin 3
- Apotek 3
4 Fasilitas Peribadatan:
- Gereja Katolik 7
- Masjid 9
- Surau 8
5 Perdagangan
- Shopping Center 1
- Pasar 1
- Toko 40
- Kios 74
- Warung 12
6 Rekreasi + Olah Raga:
- Taman Lingkungan 12
- Taman Kelurahan 6
- Taman Kota 1
LAPORAN AKHIR 29
NO JENIS FASILITAS JUMLAH (Unit)
- Lapangan Sepakbola 4
- Stadion Olahraga 1
7 Instansi Pemerintah Kabupaten
Manggarai Barat:
- kantor Bupati 1
- Kantor DPRD 1
- Kantor Dinas-dinas 18
- Instansi Vertikal 9
- Lembaga Non Departemen 5
8 Fasilitas Pariwisata:
- Hotel/Losmen 11
- Restoran 13
9 Fasilitas Kebudayaan:
- Balai Pertemuan 6
- Gedung Serba Guna 1
10 Fasilitas Lain:
- Kantor Pos Cabang 1
- Kantor Pos Pembantu 1
- Pelabuhan Barang 1
- Terminal Dalam Kota 1
- Pergudangan 1
- Industri Sedang 3
- Industri Kecil 38
Sumber: Rencana Umum Tata Ruang Kota Labuan Bajo 2001
Jalan arteri primer adalah jalan yang menghubungkan kota jenjang kesatu
yang terletak berdampingan atau menghubungkan kota jenjang kesatu
dengan kota jenjang kedua. Yang termasuk jalan arteri primer adalah:
- Jalan Soekarno
LAPORAN AKHIR 30
kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kesatu atau dengan
kawasan sekunder kedua. Yang termasuk jalan arteri sekunder adalah:
- Jalan ke Waececu
- Jalan TVRI
- Jalan Kasimo
- Jalan Yohannes
LAPORAN AKHIR 31
Air Bersih
Rencana cakupan pelayanan air bersih Kota Labuan Bajo pada akhir tahun 2012
adalah cakupan tingkat pelayanan sistem perpipaan 80% dan sistem non perpipaan
20%. Adapun rencana pengembangan komponen air bersih di Kota Labuan Bajo
yaitu penekanan kebocoran air, peningkatan kapasitas, sistem distribusi, serta
pemasangan pipa transmisi dan pipa distribusi.
Drainase
Untuk mengatasi genangan yang terjadi pada musim hujan, maka rencana
pengembangan yang dilakukan adalah memecah catchment area, pembuatan
saluran primer, pembuatan saluran sekunder, pembuatan saluran baru pada tiap
ruas jalan, dan rehabilitasi saluran drainase yang rusak.
Air Limbah
Target tingkat pelayanan sampai tahun 2012 adalah dapat melayani 80% penduduk
Kota Labuan Bajo. Untuk mencapai target tersebut, maka direncanakan untuk
membangun SPAL, MCK untuk tempat-tempat umum, jamban komunal,
pembangunan sarana sebagai percontohan, dan pengadaan truk tinja.
Pengelolaan Sampah
Tinjauan Rencana Detail Tata Ruang Kota Labuan Bajo ini berdasarkan RDTRK Labuan Bajo
tahun 2003-2008. Yang termasuk dalam wilayah perencanaan dalam RDTRK Labuan Bajo
adalah BWK I – IV, melipti 4 (empat) desa/kelurahan dengan luas total 1.601,72 Ha.
Tabel 2.2
Luas Wilayah Perencanaan Efektif
Kota Labuan Bajo Tahun 2003
LAPORAN AKHIR 32
2.4.3.1 Rencana Pemanfaatan Ruang Kota
A. Perumahan
B. Perdagangan
LAPORAN AKHIR 33
2) Intensitas pemanfaatan penggunaan lahan di kawasan perdagangan akan
tinggi, walaupun kondisi lahan berdekatan dengan ruang terbuka hijau
(kuburan), namun kelengkapan berupa ruang parkir juga akan disediakan
sesuai dengan tingkat kebutuhan
C. Perkantoran
D. Fasilitas Umum
E. Pemakaman/Kuburan
Tempat bagi pemakaman/penguburan bagi penduduk pusat Kota Labuan Bajo masih
mempertahankan fasilitas kuburan yang lama di dua lokasi, yaitu Unit Lingkungan
IIIB seluas 17.560 m2 dan di Unit Lingkungan IIA seluar 12.100 m 2. Jika dibentuk
Dinas Pertamanan dan Pemakaman, diharapkan di setiap Unit Lingkungan harus
tersedia minimal 0,5 Ha yang alokasinya di ruang terbuka hijau (bukan di sempadan
sungai dan sempadan pantai).
LAPORAN AKHIR 34
5) Area efektif Bandara = 28,50 Ha
Luas keseluruhan kawasan Bandara Komodo dan pengaruh sekitarnya ini adalah
139,35 Ha yang alokasinya di Unit Lingkungan IVB, Kelurahan Batu Cermin.
Kawasan wisata di Kota Labuan Bajo diantaranya kawasan pariwisata Pantai Pede
seluas 2,5 Ha dan wisata bukit Golo Pramuka seluas 40 Ha. Sedangkan kawasan
wisata Pantai Binongko yang luasnya 5,6 Ha yang memiliki gelombang tenang dapat
dikembangkan menjadi tempat cottage atau rumah-rumah terapung.
Adapun sebagai penunjang kawasan wisata terpadu di Bukit Wisata Golo Pramuka di
Desa Gorontalo, akan dikembangkan wisata alternatif selain pantai, yaitu wisata
bukit yang hijau, asri, indah untuk melihat pantai dari bukit.
H. Kawasan Lindung
Kawasan lindung ini terbagi menjadi dua karakter dasar, yaitu kawasan lindung fisik
dan kawasan lindung kegiatan. Kawasan lindung fisik adalah daerah yang memiliki
kemiringan lereng di atas 40% (di unit Lingkungan IC dan IVB) dan yang terletak di
sempadan sungai dan pantai merupakan kawasan lindung (seperti di pesisir pantai
Unit Lingkungan IA, IC, dan IVB). Sedangkan kawasan lindung kegiatan adalah
daerah yang sebaiknya tidak dikembangkan untuk aktivitas perkotaan.
Pertimbangannya adalah untuk mempertahankan potensi pertanian dan kemampuan
resapan air, sekaligus juga sebagai penyangga kota.
Rencana sistem transportasi di sini adalah sistem transportasi darat yang meliputi
pengembangan sistem jaringan jalan. Pengembangan rencana jaringan jalan di
Kota Labuan Bajo adalah dengan tetap memperhatikan jaringan jalan yang sudah
ada. Pengembangan jaringan jalan dilakukan secara hierarkis sesuai dengan fungsi
pelayanannya. Dalam sistem primer dan sekunder, jaringan jalan yang ada di Kota
Labuan Bajo adalah sebagai berikut:
LAPORAN AKHIR 35
– Desa Golo Bilas, Kawasan sekitar Rumput yang terus menuju kawasan
sekitar perkantoran pemerintah daerah-kawasan Waekemiri, sekitar
kawasan Gua Batu Cermin sampai menuju ke sub terminal kota (terminal
intra kota) dan lancang ke kawasan sekitar Raba.
3) Kolektor primer (Damija 20 meter), yaitu jalan yang akan menuju keluar
batas Kota Labuan Bajo. Jalan kolektor primer ini sentralistiknya dari
terminal intra kota yang menuju ke Kelurahan Waekelambu.
Pengembangan sistem jaringan jalan di Kota Labuan Bajo ini pada prinsipnya adalah
membuka jalan baru, meningkatkan jalan-jalan yang ada, usulan pemberian nama
(identitas) jalan yang jelas, serta pengembangan terminal dan perparkiran.
Terminal yang diusulkan sebagai rencana adalah terminal yang ada di wilayah
perencanaan, yaitu terminal intra kota di jalan lingkar luar atau terminal intra kota
dialokasikan di dekat kawasan pantai wisata Binongko, dimana dalam
pengoperasiannya terminal intra kota ini mempunyai fungsi skala pelayanan Kota
Labuan Bajo. Di dalam penempatan terminal intra kota yang luasnya 1,6 Ha perlu
dipersiapkan rencana penataan kawasan parkir.
A. Fasilitas Pendidikan
Fasilitas pendidikan di Kota Labuan Bajo untuk Sekolah Taman Kanak-kanak (STK),
setelah terbentuknya RDTR Kota Labuan Bajo, setiap Unit Lingkungan terdapat
minimal 1 STK dengan luas 1.200 m 2 per setiap 1.000 penduduk. Sekolah Dasar
(SD) tetap 5 unit dengan standar luas 3.600 m 2 per 30.000 penduduk, SLTP tetap 3
unit dengan luas 4.800 m2 per unit, dan SLTA sebanyak 4 unit dengan luas 14.400
m2 per unit.
LAPORAN AKHIR 36
B. Fasilitas Kesehatan
Fasilitas kesehatan yang ada saat ini hanya puskesmas. Sedangkan rumah sakit
masih dalam tahap pembangunan. Dengan minimnya fasilitas kesehatan tersebut,
maka perlu dibangun Poliklinik sebanyak 5 unit, praktek dokter 1 buah, posyandu
sebanyak 6 unit, Apotek sebanyak 1 unit, dan BKIA sebanyak 1 unit.
C. Fasilitas Peribadatan
D. Fasilitas Perdagangan
Pasar kota yang berada di Unit Lingkungan IIB merupakan salah satu fasilitas
perdagangan di Kota Labuan Bajo pada saat ini. Jenis perdagangan lainnya adalah
pertokoan dan warung yang skala pelayanannya adalah satuan unit lingkungan.
Fasilitas Taman-Olah Raga dan rekreasi di pusat Kota Labuan Bajo direncanakan
untuk membuat taman kecil di setiap unit lingkungan, taman kota dekat dengan
kawasan perkantoran Pemerintah Daerah, dan gedung olah raga.
Untuk lebih jelasnya, rencana penyediaan fasilitas di Kota Labuan Bajo tahun 2008
dapat dilihat pada Tabel 2.3.
Rencana pengembangan utilitas di Kota Labuan Bajo yang akan dibahas pada sub
bab ini adalah air bersih, air limbah, sampah, drainase, telepon, dan listrik.
Air Bersih
Kebutuhan air bersih di Kota Labuan Bajo tahun 2008 adalah sebanyak 120
liter/orang/hari. Dengan jumlah penduduk sebanyak 25.078 orang, maka total
kebutuhannya adalah 1.504.680 liter/hari atau 17,42 liter/detik.
Air Limbah
Sistem pembuangan air limbah yang selama ini dibuang ke sungai atau tempat
terbuka perlu diubah, karena sistem tersebut tidak baik untuk kesehatan dan dapat
menimbulkan pencemaran lingkungan. Untuk itu diperlukan suatu sistem
pengolahan air limbah. Rencana pengembangan sistem pengolahan air kotor ini
LAPORAN AKHIR 37
adalah pengembangan jaringan buangan air kotor, pengadaan sarana kendaraan
penyedot limbah, dan pembuatan sarana pengolahan.
Sampah
Drainase
Untuk perencanaan saluran drainase, hal yang perlu dilakukan yaitu memperbaiki
saluran drainase, membuat saluran drainase baru, dan peningkatan pemeliharaan.
Untuk perencanaan jangka panjang secara teknis perlu dilakukan perbaikan kondisi
saluran drainase di daerah rawan banjir/genangan, membuat saluran drainase di
lokasi yang belum mempunyai saluran drainase, memperbaiki kondisi saluran
drainase yang rusak, dan pembuatan saluran drainase baru yang akan dioptimalkan
arah pengalirannya ke sungai yang telah ada.
Telepon
Tabel 2.3
Rencana Penyediaan Fasilitas Di Kota Labuan Bajo Tahun 2008
Menurut RDTR Labuan Bajo Tahun 2003
LAPORAN AKHIR 38
NO JENIS FASILITAS JUMLAH (unit)
Gereja kecil 6
Mesjid agung 1
Langgar 6
Pura 1
4 FASILITAS PERDAGANGAN
Pasar kota 1
Grosir/gudang 1
Toko 11
Warung 64
5 FASILITAS TAMAN OLAHRAGA DAN REKREASI
Taman kecil 50
Taman kota 1
Lapangan olah raga 6
Gedung olah raga 1
Gedung pertunjukan 1
Sumber: Rencana Detail dan Identifikasi Titik-titik Ikat Kota Labuan Bajo, 2003
Listrik
Rencana kebutuhan utilitas di Kota Labuan Bajo tahun 2008 dapat dilihat pada tabel
di bawah ini.
Tabel 2.4
Rencana Kebutuhan Utilitas Di Kota Labuan Bajo Tahun 2008
Menurut RDTR Labuan Bajo Tahun 2003
NO PRASARANA KETERANGAN
Kebutuhan
1 Air Bersih Liter/hari Liter/detik
1.504.680 17,42
Produksi Pelayanan
3 Sampah Sampah TPS Gerobak Trans-Depo
31.348 6 30 1
Jumlah Telepon (SST)
Perumahan/ Perkantoran/ Fasos dan
4 Telepon Sekolah Total
Permukiman Perdagangan Fasum
225 24 248 124 621
5 Listrik Kebutuhan Listrik (VA)
LAPORAN AKHIR 39
NO PRASARANA KETERANGAN
Perumahan/ Perkantoran/ Fasos dan
Sekolah Total
Permukiman Perdagangan Fasum
2.883.970 39.600 299.200 59.400 3.282.170
Sumber: RDTR Kota Labuan Bajo, 2003
Pengembangan setiap BWK Kota Labuan harus melihat keterkaitan dengan BWK lainnya.
Oleh karena itu, kriteria dan prinsip pengembangan, konsep dan struktur serta sistem
transportasi dikembangkan secara terintegrasi antara BWK I, BWK II, BWK III dan BWK
IV .
Berdasarkan Rencana teknik Tata Ruang Kota Labuan Bajo BWK I-IV tahun 2005
ditetapkan kriteria dan prinsip pengembangan untuk seluruh BWK. Adapun kriteria
dan prinsip pengembangan untuk BWK V-IX dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.5
Kriteria dan Prinsip Pengembangan BWK I - IV
Menurut Rencana Teknik Tata Ruang Kota Labuan Bajo BWK I – IV Tahun 2005
KRITERIA PRINSIP
Pelayanan yang lengkap Menyediakan fasilitas BWK secara lengkap dan
dan terpadu memadukan komponen tersebut (fasilitas sosial dan fasilitas umum,
perdagangan dan jasa lengkap dengan fasilitas penunjangnya)
terintegrasi dalam setiap BWK.
Menstrukturkan kegiatan-kegiatan utama dan
pendukungnya dan menata lokasinya berdasarkan skala pelayanan
fasilitas yang disediakan serta interaksi sosial yang akrab yang akan
dibentuk.
Menyebarkan fasilitas sesuai dengan struktur
kawasan yang akan dibentuk dan menurut skala pelayanannya.
Fasilitas sosial dan umum dan mempunyai skala
pelayanan luas tidak hanya melayani kawasan perumahan diletakkan
pada pada lokasi yang mempunyai akses mudah dijangkau.
Kemudahan pencapaian. Di upayakan pengembangan tapak dalam jangkauan
orang berjalan. Pada beberapa lokasi tertentu harus dilakukan
pemisahan jalur pejalan dan jalur kendaraan.
Sedapat mungkin memisahkan sirkulasi kendaraan
umum dan kendaraan pribadi (kendaraan umum melewati sekeliling
kawasan perumahan dan kendaraan pribadi melalui kawasan.
Sirkulasi internal yang Menciptakan pola dan hierarki jaringan jalan dari jalan
berjenjang dan parkir arteri hingga lokal yang mendukung kegiatan/aktifitas di kawasan
Merencanakan sistem jaringan jalan yang sesuai
dengan karakteristik tapak dengan jalur hijau di sepanjang koridor
tersebut
Merencanakan jalur pejalan terutama dijalur utama
kawasan dan yang menghubungkan titik-titik ruang publik, menyatu
dalam penataan lansekap secara keseluruhan sehingga memberikan
kenyamanan pengguna jalan.
Merencanakan lahan parkir terutama pada bangunan
publik dan semipublik.
Perencanakan parkir offstreet terutama dijalur-jalur
utama agar tidak menimbulkan kemacetan, jalan masuk dipisahkan
dengan jalan keluar dan ditata dengan penanaman vegetasi sebagai
LAPORAN AKHIR 40
KRITERIA PRINSIP
peneduh dan pengarah, dsb
Ruang terbuka untuk Menyediakan ruang terbuka untuk pertemuan publik
berkumpulnya publik pada kegiatan primer dan pada titik lokasi kegiatan sekunder.
Pengembangan ruang terbuka hijau dengan
memanfaatkan tanaman yang sudah ada.
Mendesain ruang terbuka publik yang menyatu dengan penataan
lansekap secara keseluruhan sehingga terbentuk integritas
lingkungan di kawasan
Menyediakan pola tata hijau yang menarik sesuai dengan fungsi
dan karakteristik kawasan berdasarkan aspek keindahan,
kenyamanan, keselamatan, keamanan dan kesehatan.
Tata massa bangunan Intensitas pemanfaatan ruang berdasarkan daya dukung fisik
dan lingkungan yang kawasan dan mempertimbangkan keindahan, kenyamanan,
tertata dan harmonis keselamatan, keamanan dan kesehatan.
dengan lingkungan Mendesain bangunan yang merespons karakteristik tapak dan
lingkungan sekitarnya.
Merencanakan dan mendesain bangunan yang layak huni, aman,
nyaman, sehat bagi masyarakat.
Orientasi bangunan ke jalan dan pusat kawasan, serta pantai.
Koefisien dasar bangunan maksimal 50% sedangkan untuk
fasilitas umum 60%.
Pembangunan sedapat mungkin tidak mengubah kontur
melainkan mengikuti kontur secara alami kecuali bila diperlukan
untuk saluran drainase.
Pembangunan baru mengikuti karakter alami kawasan dan
menyatu dengan penataan vegetasi.
Ketinggian bangunan adalah bangunan rendah dengan
ketinggian maksimal 2 lantai (untuk unit hunian) dan 3 lantai untuk
bangunan umum.
Penentuan elevasi peil minimum lantai dasar bangunan dari muka
jalan ditentukan untuk pengendalian banjir dan memperkuat
arsitektur loka.
Signage/Tata Informasi Menata signage/tata informasi ruang luar (papan informasi,
papan nama, reklame) baik ukuran (dimensi) maupun penempatan
untuk membantu pengguna jalan secara efektif dalam menerima
informasi yang dibutuhkan.
Konstruksi signage harus kuat dan tidak merintangi kegiatan.
Signage tidak menutupi pandangan ke jalan dan menutupi
bangunan.
Penempatan signage harus menyatu dengan keseluruhan konteks
di kawasan dan tidak saling tumpang tindih.
Perkakas, perlengkapan Pengadaan perlengkapan jalan memfasilitasi dan memberikan
jalan kenyamanan bagi pengunjung dan penduduk kota.
Perlengkapan jalan ditempatkan dan ditata pada ruang publik
yaitu di tepi jalan, taman. Letak perlengkapan jalan tidak merintangi
kegiatan.
Lampu (pencahayaan) harus mempunyai intensitas cahaya yang
cukup, selain untuk mencegah kemungkinan kriminalitas yang dapat
terjadi di malam hari dsb
Perlengkapan jalan ditampilkan dengan ornamen dan bahan yang
menarik sehingga selain berfungsi memberikan fasilitas bagi
penduduk juga mempunyai nilai estetika
Struktur Perlindungan Struktur perlindungan tepi air diterapkan pada kawasan yang
Tepi Air rawan erosi/abrasi atau pada kawasan yang tepi airnya
dimanfaatkan sebagai dermaga atau viewing deck guna menjaga
keberlanjutan aktifitas yang ada.
Pemilihan jenis perlindungan tepi air harus mempertimbangkan
karakter air, tujuan dan manfaat, dampak, sistem pemeliharaan,
bahan dan biaya.
Sumber : Rencana teknik Tata Ruang Kota Labuan Bajo BWK I-IV tahun 2006
LAPORAN AKHIR 41
Pokok-pokok yang harus diperhatikan dalam pengembangan setiap Bagian Wilayah
Kota (BWK) adalah sebagai berikut:
Konsep struktur ruang BWK didasarkan pada hirarki hubungan fungsional antar
elemen kawasan yang sudah direncanakan sebelumnya dengan tetap
memperhatikan kondisi eksisting di kawasan perencanaan. Konsep struktur ruang
dan zonasi kawasan perancangan diarahkan pada:
LAPORAN AKHIR 42
Sistem pusat pelayanan Kota Labuan Bajo terdiri atas kegiatan primer yaitu Sub
Pusat Baru Kota Labuan Bajo yaitu pada Desa Nggorang di BWK VII bagian Barat
dengan Kegiatan Primer Pertanian dan Perdagangan kegiatan/pusat sekunder. Pusat
kegiatan primer akan mempunyai fasilitas untuk pelayanan seluruh kota atau
kabupaten, seperti:
Selain pengembangan dan penataan Pusat Utama dan Sub Pusat direncanakan pula
penataan pusat-pusat lingkungan agar dapat memberikan pelayanan yang optimal.
Untuk lebih jelasnya, rencana struktur pelayanan dapat dilihat pada tabel dan
gambar berikut.
Tabel 2.6
Rencana Struktur Pelayanan Kota Labuan Bajo Pada BWK I - IV
Menurut Rencana Teknik Tata Ruang Kota Labuan Bajo BWK I - IV
LAPORAN AKHIR 43
No STRUKTUR FUNGSI SKALA BENTUK LOKASI
Berdasarkan Rencana teknik Tata Ruang Kota Labuan Bajo BWK V-IX tahun 2006
ditetapkan kriteria dan prinsip pengembangan untuk seluruh BWK. Adapun kriteria
dan prinsip pengembangan untuk BWK V-IX dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.7
Kriteria dan Prinsip Pengembangan BWK V – IX Kota Labuan Bajo
Menurut Rencana Teknik Tata Ruang Kota Labuan Bajo BWK V - IX
LAPORAN AKHIR 44
KRITERIA PRINSIP
LAPORAN AKHIR 45
KRITERIA PRINSIP
LAPORAN AKHIR 46
5. Perancangan jalan dengan mempertimbangkan jaringan drainase yang sudah ada.
Konsep struktur ruang BWK didasarkan pada hirarki hubungan fungsional antar
elemen kawasan yang sudah direncanakan sebelumnya dengan tetap
memperhatikan kondisi eksisting di kawasan perencanaan. Konsep struktur ruang
dan zonasi kawasan perancangan diarahkan pada:
Sistem pusat pelayanan Kota Labuan Bajo terdiri atas kegiatan primer yaitu Sub
Pusat Baru Kota Labuan Bajo yaitu pada Desa Nggorang di BWK VII bagian Barat
dengan Kegiatan Primer Pertanian dan Perdagangan kegiatan/pusat sekunder. Pusat
kegiatan primer akan mempunyai fasilitas untuk pelayanan seluruh kota atau
kabupaten, seperti:
LAPORAN AKHIR 47
4. Bina sosial, meliputi: gedung serba guna.
Selain pengembangan dan penataan Pusat Utama dan Sub Pusat direncanakan pula
penataan pusat-pusat lingkungan agar dapat memberikan pelayanan yang optimal.
Untuk lebih jelasnya, rencana struktur pelayanan dapat dilihat pada tabel dan
gambar berikut.
Tabel 2.8
Rencana Struktur Pelayanan BWK V – IX Kota Labuan Bajo
Menurut Rencana Teknik Ruang Kota Labuan Bajo BWK V – IX
SKALA KEGIATAN
KEGIATAN HIRARKI JALAN
PELAYANAN PRIMER SEKUNDER
Struktur Ruang BWK V, VI dan BWK IX
BWK V Regional, Fungsi primer berada Sarana dan Kolektor Primer,
Nasional, di pusat kota prasarana Kolektor Sekunder,
International, pendukung Lokal Sekunder.
Kota, BWK pariwisata
BWK VI BWK - Permukiman dan Kolektor Sekunder,
pusat lingkungan Lokal Sekunder.
Kawasan lindung.
Hutan produksi.
BWK IX Regional, Pelabuhan Pertamina Permukiman nelayan Kolektor Primer dan
Nasional. lokal sekunder
Struktur Ruang BWK VII dan BWK VIII
BWK VII Regional (kota Pendidikan, Pertanian, Arteri Primer
LAPORAN AKHIR 48
SKALA KEGIATAN
KEGIATAN HIRARKI JALAN
PELAYANAN PRIMER SEKUNDER
Labuan Bajo, Terminal, kehutanan. Kolektor Primer
Kabupaten Fasilitas Lokal Primer
Manggarai Barat, perdagangan dan Kolektor Sekunder
BWK dan lokal. jasa. dan Lokal Sekunder.
Permukiman
terbatas.
BWK VIII BWK, lokal Permukiman Pertanian Kolektor Sekunder,
Konservasi Lokal Primer.
Lokal Sekunder.
Sumber: Rencana Teknik Tata Ruang Kota Labuan Bajo BWK V-IX tahun 2006
LAPORAN AKHIR 49
Peta 2.5
Peta Rencana Struktur Ruang Kota Labuan Bajo Berdasarkan Rencana Teknik Ruang
LAPORAN AKHIR 50