Anda di halaman 1dari 11

The impact of work-family conflict on

burnout
Mayastuti

ARTICLE INFO ABSTRACT

Paper ini bertujuan untuk mengulas hubungan antara


work-family conflict (WFC) and family-work conflict
(FWC) dan pengaruhnya terhadap burnout pada
karyawan dalam suatu organisasi. Selain itu artikel ini
bertujuan untuk mengulas perbedaan signifikan
antara dua variable independen yaitu work-family
conflict (WFC) dan family work conflict (FWC). Paper
ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
organisasi dalam menjaga konsistensi kinerja dari karyawan sesuai
dengan yang diharapkan, dengan cara memahami variabel work-
family conflict (WFC) dan family work conflict (FWC)
sebagai variabel yang mempengaruhi burnout, sehingga organisasi
mampu mengidentifikasi faktor-faktor penyebab turunnya kinerja
karyawan.
keywords:
work to family conflict, family to work conflict, burnout, karyawan , organisasi, kinerja.

1. Introduction
Menurut Mary P. Folett, konflik maupun dalam organisasi (Lingard &
yang dikelola oleh individu terbagi dalam Francis, 2006). Bentuk keluaran negatif
tiga cara utama yaitu dominasi, kompromi, dari individu dalam keluarga adalah
dan integrasi. Dia juga menemukan cara ketidak-puasan hidup (life dissatisfaction)
lain untuk penanganan konflik yang dan ketidak-puasan pernikahan (marital
digunakan oleh organisasi, seperti dissatisfaction). Sedangkan bentuk
menghindari konflik (Wren & Bedeian, keluaran negatif dari individu dalam
2009). Sedangkan Menurut Killman dan pekerjaan adalah ketidak-puasan kerja (job
Thomas (1978), Konflik merupakan dissatisfaction), niat untuk keluar dari
kondisi terjadinya ketidakcocokan antar pekerjaan (intention to turnover), dan
nilai atau tujuan-tujuan yang ingin dicapai, burnout (Netemeyer, Boles, & McMurrian,
baik yang ada dalam diri individu maupun 1996).
dalam hubungannya dengan orang lain. Work-family conflict yang dialami
Kondisi yang telah dikemukakan tersebut oleh pekerja adalah pemicu stres yang
dapat mengganggu bahkan menghambat dapat berakibat turunnya kesejahteraan
tercapainya emosi atau stres yang pekerja sehingga mempengaruhi kinerja
mempengaruhi efisiensi dan produktivitas pekerja dan pada akhirnya mempengaruhi
kerja (Wijono, 1993). kinerja organisasi (Lingard & Francis,
Beberapa penelitian secara 2006). Work-family conflict yang terjadi
konsisten meneliti work-family conflict dirasakan oleh seluruh pekerja, baik pria
sebagai penyebab munculnya keluaran maupun wanita. Pekerja pria dan wanita
negatif dari individu, baik dalam keluarga mempunyai peran yang berbeda dalam
keluarga tetapi mempunyai peran yang pekerja mampu menyeimbangkan peran
sama dalam pekerjaan. dan tanggung-jawab di pekerjaan dan di
Perbedaan peran dalam keluarga keluarga. Organisasi sebagai tempat
tersebut akan memberikan tingkatan bekerja pekerja dapat membantu
konflik pekerjaan dan keluarga yang menyeimbangkan peran dan tanggung-
berbeda. Pekerja wanita yang mempunyai jawab tersebut dengan memberikan
peran sebagai ibu dalam keluarga akan dukungan dan mengakomodasi
mempunyai tugas yang lebih berat kepentingan pekerja diluar organisasi.
dibandingkan dengan peran pekerja pria Lingard dan Francis (2006)
sebagai bapak dalam keluarga. Pekerja menyatakan bahwa individu yang bekerja
wanita memiliki peran dan tanggung- pada sektor pelayanan sosial (terdapat sifat
jawab yang lebih besar dibandingkan pertolongan dalam pekerjaannya) rentan
pekerja pria terhadap tugas-tugas rumah terhadap tekanan pekerjaan. Pada individu
tangga seperti mengurus anak, memasak yang bekerja di sektor pelayanan sosial
dan sebagainya sehingga pekerja wanita tuntutan dalam diri cenderung besar, yaitu
akan mengalami konflik pekerjaan tuntutan untuk tampil sebagai orang yang
keluarga yang lebih besar dari pada berkemampuan, efektif dan bertanggung-
pekerja pria (Kopelman et al., 1983 dalam jawab terhadap kesejahteraan orang lain.
Duxbury & Higgins, 1991). Individu dengan tuntutan internal tersebut
Lebih lanjut, Foley, Hang-Yue & cenderung akan mudah terancam harga
Lui (2005) menjelaskan adanya pengaruh dirinya bila menemui hambatan dalam
status pernikahan dan jumlah anak pada pekerjaanya yang pada akhirnya mudah
work-family conflict. Pekerja yang telah mengalami burnout.
menikah mempunyai work-family conflict
lebih tinggi dibandingkan dengan yang 2. Work-family conflict
belum menikah. Sedangkan bagi pekerja Work-family conflict adalah konflik
yang telah memiliki anak akan mengalami peran antara dua domain yang berbeda.
work-family conflict yang lebih tinggi Domain tersebut adalah domain keluarga
dibandingkan dengan pekerja yang belum dan domain pekerjaan (Greenhaus &
memiliki anak. Beutell 1985). Menurut Greenhaus dan
Penelitian Proenca (2008), Beutell (1985) work-family conflict
Innstrand, Langballe, Espnes, Falkum, & muncul akibat peran ganda antara peran di
Aasland (2008) dan Lingard dan Francis pekerjaan sebagai pekerja dengan peran di
(2006) menjelaskan work-family conflict keluarga sebagai suami/istri atau sebagai
sebagai anteseden dari burnout. Burnout orang tua.
adalah sindrom emotional exhaustion Individu yang mempunyai peran di
(kelelahan emosional), depersonalization pekerjaan dan di keluarga menghadapi dua
(depersonalisasi) dan reduced personal tuntutan peran yang berbeda. Netemeyer et
accomplishment (penurunan prestasi) al. (1996) juga menjelaskan adanya lima
(Maslach & Jackson, 1981). tuntutan utama dalam suatu peran yang
Work-family conflict adalah konflik dimiliki setiap individu. Lima tuntutan
peran dan tanggung-jawab antara tersebut yaitu, tanggung-jawab
pekerjaan dan keluarga (Lambert, 2000). (responsibility), persyaratan
Pekerja yang memiliki konflik pekerjaan (requirements), harapan (expectations),
keluarga akan berusaha mencari solusi tugas (duties), dan komitmen
dalam mengurangi pengaruh dari konflik (commitments). Peran di keluarga
tersebut. Menurut Lingard dan Francis mempunyai tanggung-jawab, persyaratan,
(2006) solusi yang dilakukan adalah harapan, tugas dan komitmen yang
dengan cara mencari dukungan dari atasan, berbeda di pekerjaan.
rekan kerja, maupun organisasi agar
Greenhaus dan Beutell (1985) meyakini nilai yang sama (value
menjelaskan bahwa individu memerlukan similarity). Value similarity adalah derajat
sumber daya secara fisik dan psikologis kesamaan nilai antara anggota keluarga.
dalam memenuhi tuntutan tersebut. Misalnya, seorang suami menganggap
Sehingga ketika individu tersebut merasa hanya suami yang berperan sebagai
sumber daya yang dimiliki tidak mampu pencari nafkah, tetapi ketika istri
memenuhi tuntutan tersebut maka akan menganggap dirinya berhak untuk ikut
muncul konflik antara pekerjaan dan mencari nafkah maka terjadi konflik nilai.
keluarga. Kreitner dan Kinicki (2007) Sedangkan konfik dalam pekerjaan tidak
menjelaskan work-family conflict muncul akan terjadi jika terdapat persamaan nilai
karena ada perbedaan nilai antara nilai (value congruence) yang diyakini antara
dalam keluarga dengan nilai dalam pekerja dan organisasi. Value congruence
pekerjaan. Gambar 1 berikut ini
menjelaskan bagaimana munculnya
konflik pekerjaan keluarga akibat
perbedaan nilai tersebut.

Family values

Value
similarity
Work/family Value Job and Life
General life
conflict attainment satisfaction
values

Value
congruence

Work values

Gambar 1
A value-based model of
work/family conflict
Sumber: Kreitner dan Kinick(2007)

Kreitner dan Kinicki (2007) adalah kesepakatan nilai antara pekerja


menjelaskan tiap individu mempunyai nilai dengan perusahaan. Misalnya, menolak
yang diyakini dalam hidup (general life untuk mengikuti liburan kantor dengan
values). Nilai tersebut diwujudkan dalam alasan lebih memilih menemani anak di
keluarga dan pekerjaan. Perbedaan nilai rumah dianggap sebagai suatu ketidak-
yang diyakini dalam keluarga maupun setiaan pada perusahaan.
dalam pekerjaan akan menimbulkan Kreitner dan Kinicki (2007)
konflik. menjelaskan work-family conflict memiliki
Konflik dalam keluarga tidak akan dua bentuk yaitu kepentingan pekerjaan
terjadi jika sesama anggota keluarga yang mengganggu kepentingan keluarga
(work interference with family) dan conflict , strain based conflict dan
kepentingan keluarga yang mengganggu behaviour based conflict.
kepentingan pekerjaan (family interference Time based conflict adalah konflik
with work). Work interference with family yang muncul akibat waktu yang digunakan
muncul ketika tuntutan pekerjaan pada satu peran mengganggu waktu yang
mengganggu kewajiban seseorang dalam seharusnya digunakan pada peran yang
keluarga. Misalnya, perjalanan dinas ke lain. Misalnya jadwal kerja pada malam
luar kota mengakibatkan pekerja tersebut hari mengakibatkan individu tersebut tidak
tidak dapat menghadiri acara kelulusan dapat melakukan acara keluarga di malam
anaknya. Family interference with work hari.
muncul ketika permasalahan di keluarga Strain based conflict adalah konflik
akan mengganggu pekerjaan. Misalnya, yang muncul akibat ketegangan yang
pekerja yang terlambat masuk kantor dialami individu dalam menjalankan satu
karena harus mengantar anaknya masuk peran sehingga mempengaruhi secara
sekolah. Konflik pekerjaan keluarga negatif pada peran yang lain. Misalnya,
tersebut akan mempengaruhi value individu yang baru saja mendapat teguran
attainment, job satisfaction dan life keras atau keluhan dari pelanggan di
satisfaction. Value attainment adalah nilai tempat kerja akan merasa depresi atau
yang dianut atau keyakinan yang dijadikan tegang sehingga ketika sampai di rumah
pedoman dalam hidup, sehingga ketika akan kesulitan bagi individu tersebut untuk
seseorang bekerja dan hidup tidak bersikap lembut pada istri/suami atau
berdasarkan pedoman yang diyakini maka anak-anaknya.
kepuasan hidup dan pekerjaan akan Behaviour based conflict adalah
rendah. konflik yang muncul karena adanya
Greenhause dan Beautell (1985), perbedaan tuntutan perilaku antara peran
Frone, Russell, dan Cooper (1994) dan di pekerjaan dengan peran di keluarga.
Parasuraman, Greenhaus, dan Granrose Sebagai contoh seorang polisi yang
(1992) menjelaskan individu yang telah menghadapi kriminal harus berperilaku
menikah akan lebih memprioritaskan peran tegas bahkan cenderung keras, akan
di keluarga dibandingkan peran di menimbulkan konflik ketika perilaku
pekerjaan. Individu yang lebih tersebut dilakukan di keluarga.
memfokuskan peran di keluarga Netemeyer et al. (1996) membedakan
dibandingkan peran di pekerjaan akan work-family conflict menjadi dua sumber
lebih mencurahkan waktu, tenaga dan konflik, yaitu sumber konflik yang
pikirannya dalam menjalankan peran di bersumber dari domain pekerjaan (work-to
keluarga. Permasalahan muncul ketika family conflict) disebut sebagai work-
peran di pekerjaan juga menuntut waktu, family conflict dan sumber konflik yang
tenaga dan pikiran dari individu tersebut. bersumber dari domain keluarga (family-to
Timbulnya konflik karena peran di work conflict) disebut sebagai family to
pekerjaan dan di keluarga tidak saling work conflict. Sumber konflik yang berasal
mendukung, bahkan cenderung saling dari domain pekerjaan adalah konflik dari
berlawanan (Frone et al., 1994). pekerjaan yang dapat menggangu peran di
Sedangkan sumber daya yang dimiliki oleh keluarga. Misalnya, jadwal kerja pada hari
individu berupa waktu, tenaga dan pikiran minggu mengakibatkan acara keluarga
untuk memenuhi tuntutan dari pekerjaan terganggu. Sedangkan sumber konflik
dan keluarga sangat terbatas. yang berasal dari domain keluarga adalah
Greenhause dan Beutell (1985) konflik dari keluarga yang dapat
menjelaskan ada tiga tipe konflik mengganggu peran di pekerjaan. Misalnya,
pekerjaan keluarga, yaitu time based mengantar anggota keluarga yang sakit ke
rumah sakit pada hari dan jam kerja akan
mengganggu pekerjaan. Kedua sumber yang lebih kuat terhadap burnout
konflik tersebut masing-masing memiliki dibandingkan dengan family to work
ketiga tipe konflik yang sama yaitu, time conflict. Hasil penelitian tersebut didukung
based conflict, strain based conflict dan oleh O’Driscoll et al. (1992) dan Frone et
behaviour based conflict (Netemeyer et al. (1992) menyatakan bahwa work to
al., 1996; Duxbury & Higgins, 1991). family conflict mempunyai pengaruh yang
Netemeyer et al. (1996) menjelaskan lebih kuat terhadap burnout dari pada
beberapa penelitian terdahulu family to work conflict.
menggabungkan konstruk pengukuran Konstruk Work-family conflict yang
work-family conflict dan family to work dikembangkan Netemeyer et al. (1996)
conflict. Penelitian yang menggabungkan selanjutnya digunakan untuk menjelaskan
kedua konstruk tersebut adalah penelitian pengaruh work to family conflict terhadap
yang dilakukan oleh Cooke dan Rousseau kepuasan kerja, komitmen organisasional,
(1984) dan penelitian Thomas dan Ganster turnover intention dan burnout (Lambert,
(1995). Penelitian tersebut berlawanan 2000; Lingard & Fancis, 2006; Proenca,
dengan pendapat Netemeyer et al. (1996) 2008). Penelitian tersebut menjelaskan
yang menyatakan work-family conflict anteseden dari kepuasan kerja, komitmen
dengan family to work conflict adalah organisasional, niat untuk keluar dan
konstruk yang berbeda. Penelitian yang burnout yang dapat mempengaruhi kinerja
dilakukan Cooke dan Rousseau (1984) dan dari pekerja. Penelitian tersebut
penelitian Thomas dan Ganster (1995) menemukan work to family conflict
tidak melihat kedua konstruk sebagai mempunyai pengaruh yang lebih besar
konstruk yang berbeda (Netemeyer et al., terhadap kepuasan kerja, komitmen
1996). organisasional, intensi keluar dan burnout
Penelitian lain yang mendukung dibandingkan family to work conflict.
perbedaan konstruk tersebut adalah Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh
penelitian yang dilakukan Bedeian, Burke, Innstrand et al. (2008) menemukan family
& Moffett, 1988 dan O’Driscoll et al., to work conflict mempunyai pengaruh
1992 dalam Netemeyer et al. (1996). yang lebih besar pada kepuasan
Tetapi penelitian tersebut menggunakan pernikahan, kepuasan hidup dan kepuasan
item yang menunjukkan akibat atau keluarga dibandingkan work to family
keluaran negatif yang berpotensi muncul conflict.
akibat konflik seperti sindrome fisik dan
mental, yaitu depresi, pusing, dan turun 3. Konflik Pekerjaan ke Konflik
berat badan karena stres. Penelitian- Keluarga (Work to Family Conflict)
penelitian tersebut tidak menggunakan Cooke dan Rousseau (1984)
item pertanyaan yang dapat menunjukkan mengatakan tekanan pekerjaan (work
konstruk berdasarkan domain pekerjaan stress) diasosiasikan dengan konflik peran
maupun domain keluarga (Netemeyer et di pekerjaan (role conflict). Konflik peran
al.,1996). Sehingga Netemeyer et al. tersebut berupa pekerjaan yang berlebihan
(1996) selanjutnya melakukan penelitian (job overload), dan ketidak-jelasan peran
yang bertujuan mengembangkan konstruk di pekerjaan (job ambiguity). Tekanan
work to family conflict dan family to work pekerjaan tersebut merupakan konflik pada
conflict secara terpisah menurut domain peran kerja yang dapat memunculkan
pekerjaan dan domain keluarga. stress dan mengakibatkan pengaruh yang
Penelitian Netemeyer et al. (1996) buruk pada perilaku yang dapat
tersebut menggunakan burnout sebagai mengganggu pemenuhan tanggung-jawab
variabel terikat. Dalam penelitian tersebut peran di keluarga (Greenhaus et al ,1987).
Netemeyer et al. (1996) menemukan work Bacharach et al (1991) dalam Boyar et al
to family conflict mempunyai pengaruh (2003) menambahkan banyaknya
pekerjaan yang harus dilakukan seorang conflict). Begitu juga untuk wanita
individu dalam satu periode waktu (role terdapat pembatasan yang asimetri pada
overload) akan dapat menimbulkan konflik wanita mengenai pembatasan urusan
pekerjaan keluarga karena pekerja pekerjaan dan urusan keluarga. Wanita
mungkin memerlukan waktu untuk berada cenderung untuk membiarkan tanggung-
di keluarga jawab di keluarga memasuki,
Konflik pekerjaan ke konflik keluarga mempengaruhi dan mengganggu wilayah
juga dapat muncul akibat adanya pekerjaan (family to work conflict). Hal
ambiguitas peran (role ambiguity) di tersebut terjadi karena norma masyarakat
pekerjaan. Pekerja merasa tidak yakin apa yang membedakan wanita sebagai
yang diharapkan dari mereka di peran pengurus keluarga atau rumah tangga
kerja, sehingga pekerja menghabiskan sedangkan pria adalah pencari nafkah.
banyak energi, pikiran, dan waktu untuk
mengetahuinya. Hal tersebut 5. Burnout
membutuhkan banyak energi, pikiran, dan Burnout adalah sindrom keletihan
waktu yang mungkin diperlukan bagi emosional yang diakibatkan oleh pemicu
peran pekerja di keluarga. stres (stressor) yang ditandai dengan
kelelahan fisik, sikap dan emosional
4. Konflik Keluarga ke Konflik (Freudenberger, 1974 dalam Fogarty,
Pekerjaan (Family to Work Conflict) Singh, Rhoads, & Moore, 2000). Burnout
Kewajiban keluarga memunculkan juga didentifikasikan sebagai reaksi umum
family to work conflict dan jumlah anak terhadap tekanan pekerjaan yang dialami
sebagai indikator dari kewajiban keluarga oleh individu (Cordes & Dougherty,
yang dimiliki. Boyar et al (2003) 1993). Menurut Maslach dan Jackson
mengatakan kewajiban keluarga adalah (1981) burnout ditandai dengan
kewajiban untuk memberikan perhatian munculnya emotional exhaustion
dan karyawanan pada anggota keluarga (kelelahan emosional), depersonalization
lain. Yaitu pada pasangan, anak orang tua, (depersonalisasi) dan reduced personal
keponakan. Higgins et al (1992) accomplishment (penurunan prestasi).
mengatakan bahwa keterlibatan dalam Burke (2000) dalam Gibson, Ivancevich,
keluarga dan harapan pada keluarga Donnelly, dan Konopaske (2006)
mempunyai hubungan dengan konflik di menjelaskan burnout sebagai suatu proses
keluarga tetapi tidak pada koflik psikologi yang diakibatkan oleh stres
pekerjaan-keluarga. Tingkat tanggung- pekerjaan sehingga menghasilkan
jawab yang tinggi pada keluarga emotional exhaustion, depersonalization
membutuhkan waktu yang lebih banyak, dan feelings of decreased accomplishment.
dan ketegangan yang lebih sehingga Dalam tabel 1 Gibson et al. (2006)
mengganggu peran individu di pekerjaan. menjelaskan indikator-indikator burnout.
Beberapa penelitian sebelumnya Greenberg dan Baron (2008) menjelaskan
menjelaskan konflik pekerjaan ke konflik burnout sebagai suatu sindrom keletihan
keluarga dan konflik keluarga ke konflik emosional, fisik dan mental yang diikuti
pekerjaan mempunyai pengaruh yang oleh perasaan rendahnya self-esteem dan
berbeda pada gender. Pleck (1977) dalam rendahnya self efficacy akibat stres yang
Duxbury dan Higgins (1991) mengatakan dialami. Terdapat empat komponen dalam
ada pembatasan yang asimetri atau tidak burnout, yaitu physical exhaustion,
sama pada hubungan pekerjaan dengan emotional exhaustion, depersonalization
keluarga. Duxbury dan Higgins (1991) dan feelings of low personal
mengatakan pria cenderung untuk accomplishment (Greenberg & Baron,
membiarkan konflik di pekerjaan untuk 2008). Physical exhaustion (keletihan
masuk ke domain keluarga (work to family fisik) yang dirasakan seseorang akibat
burnout akan mengakibatkan seseorang
selalu merasa kelelahan fisik, merasakan
sering sakit kepala, tidak bisa tidur dan
kehilangan nafsu makan.

Emotional Low Personal


Exhaustion Depersonalization Accomplishment

Feel drained by work Have become Cannot deal with


calloused by job problems effectively

Feel fatigued in Treat others like objects Do not have a positive


the morning influence on others

Frustrated Do not care what happens Cannot understand


to other people others problems of
identify with them

Do not want to work Feel other people blame you No longer feel exhilarated
with other people by your job

Tabel 1. Indikator Burnout


Sumber: Gibson et al. (2006)

Burnout
Lowered Job
Physical
Performance
exhaustion

Emotional
exhaustion
Intense and Adverse
prolonged impact on job
work- related Depersonalizaton performance
stres and personal
Feelings of Low health
personal
Ill health
accomplishment

Gambar 2
Empat komponen burnout
Sumber : Greenberg dan Baron
(2008).
keamanan akan berat bagi satu individu
untuk melakukannya sendiri.
Ketiga role stresor tersebut
merupakan pemicu munculnya burnout.
Sehingga pada akhirnya burnout yang
Emotional exhaustion (kelelahan terjadi akan menyebabkan keluaran yang
emosional) adalah perasaan depresi, negatif bagi level individu maupun level
merasa tidak mempunyai harapan atau organisasi. Penelitian Fogarty et al. (2000)
masa depan karena merasa terjebak dalam menemukan hubungan negatif antara
suatu pekerjaan. Depersonalization burnout dengan kepuasan kerja, turnover
(Depersonalisasi) adalah perasaan dan intentions dan kinerja pada level
sikap negatif terhadap diri dan orang lain. organisasi. Penelitian Fogarty et al. (2000)
Seseorang yang merasakan depersonalisasi ini didukung oleh Maslach dan Jackson,
akan bersikap tidak peduli dengan orang (1981) yang menemukan burnout mampu
lain, bersikap menyebabkan rendahnya kinerja, tingginya
kasar, berkata tidak sopan atau dengan tingkat absensi dan tingginya tingkat
kata lain memperlakukan orang lain perputaran tenaga kerja. Sedangkan pada
sebagai obyek bukan subyek. Low level individu dapat menyebabkan masalah
personal accomplishment adalah perasaan kesehatan, kecemasan, depresi dan
dan sikap yang tidak mempercayai penurunan kepercayaan diri (Maslach &
kemampuan diri sendiri untuk Jackson, 1981).
menyelesaikan suatu pekerjaan. Empat
komponen tersebut akan mengakibatkan 6. Discussion
turunnya kinerja seseorang dan munculnya Semakin tinggi konflik pekerjaan-
gangguan kesehatan (Gambar 2). keluarga yang dialami oleh karyawan,
Penelitian lain tentang burnout maka semakin tinggi burnout yang
adalah penelitian yang dilakukan oleh dirasakan karyawan. Hal tersebut
Fogarty et al. (2000). Fogarty et al. (2000) disebabkan konflik pekerjaan-keluarga
meneliti anteseden yang menyebabkan merupakan konflik peran ganda yang
munculnya burnout. Anteseden itu adalah dimiliki pekerja. Peran ganda tersebut
role stresor yang terdiri dari tiga bentuk, merupakan bentuk tanggung jawab dari
yaitu role conflict, role ambiguity, dan dua domain yang berbeda. Dua domain
role overload. Role conflict adalah adalah tersebut, yaitu domain pekerjaan dan
konflik peran yang berasal dari dua domain keluarga sama-sama
lingkungan berbeda dan saling membutuhkan peran dari karyawan.
berlawanan. Misalnya peran di keluarga Konflik muncul ketika karyawan tidak lagi
dengan peran di pekerjaan. Role ambiguity mampu menjalankan salah satu dari dua
adalah ketidak-jelasan peran yang dituntut peran yang dimiliki. Karyawan yang tidak
kepada individu agar memenuhi harapan lagi mampu memenuhi tuntutan peran dari
role senders. Role senders adalah individu kedua domain akan merasa stress. Kondisi
yang memberikan peran kepada individu stress yang dialami oleh karyawan
lain sesuai peran yang diharapkan. disebabkan karyawan tidak lagi merasa
Misalnya, atasan yang memberikan peran mampu untuk mengendalikan situasi yang
kepada bawahan untuk melakukan suatu ada. Kondisi tersebut sesuai dengan
pekerjaan tertentu. Role overload adalah penjelasan Hobfoll (2001) dalam
peran yang dituntut pada seorang individu conservations of resources yang
secara kuantitas terlalu banyak untuk mengatakan kondisi stress yang dialami
diperankan oleh satu individu. Misalnya oleh seseorang diakibatkan hilangnya
seorang supir yang merangkap sebagai kendali atas situasi yang dialami dan
pembantu, tukang kebun dan petugas
seseorang tersebut tidak mempunyai solusi Tipe ketiga adalah behavior based
terhadap permasalahan yang dihadapi. conflict. Behavior based conflict adalah
Konflik pekerjaan-keluarga yang konflik pekerjaan-keluarga yang
dirasakan oleh karyawan terbagi menjadi diakibatkan perbedaan tuntutan perilaku
tiga tipe, yaitu time based conflict , strain antara domain keluarga dengan domain
based conflict dan behaviour based pekerjaan. Misalnya, karyawan yang selalu
conflict. Time based conflict terjadi ketika terbiasa untuk melakukan sesuatu dengan
waktu yang dibutuhkan karyawan untuk cepat, ketika karyawan tersebut melakukan
melakukan aktivitas di pekerjaan dan hal yang sama di rumah, akan terjadi
waktu yang diperlukan untuk aktivitas di beberapa ketidakcocokan dengan anggota
keluarga saling berbenturan. Waktu yang keluarga yang lain. Ketidak-cocokan
dperlukan untuk melakukan aktivitas di tersebut akan menimbulkan konflik antara
pekerjaan menyita waktu yang seharusnya anggota keluarga dan pada akhirnya
disediakan untuk keluarga. Sedangkan muncul burnout.
peran karyawan sendiri dalam keluarga Burnout yang muncul karena karyawan
tidak dapat diabaikan. Kedua harus merasa tidak mampu dengan mudah dan
dijalankan oleh karyawan. Akibatnya cepat merubah perilaku yang bertolak
karyawan merasa tidak dapat lagi belakang antara tuntutan perilaku di
melakukan kendali yang kuat terhadap pekerjaan dengan tuntutan perilaku di
waktu yang diperlukan bagi kedua domain keluarga. Ketidakmampuan tersebut
tersebut. Karyawan akan merasa stress mendesak karyawan berada dalam kondisi
karena waktu dalam sehari (24 jam) tidak tidak lagi mampu mengendalikan situasi
dapat dibagi secara seimbang untuk yang sedang dihadapi, sehingga karyawan
pemenuhan peran di pekerjaan maupun di akan merasa burnout.
keluarga.
Tipe kedua adalah strain based 7. Conclusion
conflict. Strain based conflict adalah Berdasarkan penemuan penelitian-
konflik pekerjaan-keluarga yang penelitian tersebut dapat disimpulkan
diakibatkan karyawan mengalami bahwa yaitu work to family conflict
kejadian-kejadian menegangkan atau mempunyai pengaruh yang lebih besar
mengakibatkan kondisi stress dan pada outcomes di tempat kerja
mempengaruhi peran di domain yang lain. dibandingkan family to work conflict
Misalnya, karyawan yang baru saja (Premeaux, Adkins, & Mossholder, 2007).
mendapat keluhan keras dari customer Sedangkan family to work conflict
akan merasakan kondisi tegang atau stress mempunyai pengaruh yang lebih besar
yang mengakibatkan karyawan menjadi pada outcomes di keluarga dibandingkan
murung. Kondisi psikologis tersebut akan work to family conflict (Premeaux et al.,
dibawa karyawan ke rumah. Di rumah, 2007). Penelitian tersebut memberikan
karyawan yang melakukan perannya dalam manfaat bagi organisasi agar organisasi
keluarga tidak akan dapat tenang atau menjaga konsistensi kinerja dari karyawan
fokus dalam menjalankan peran di yang diharapkan, dengan cara memahami
keluarga karena kondisi stress akibat variabel konflik pekerjaan keluarga
keluhan yang diterima dari pasien. sebagai variabel yang mempengaruhi
Karyawan akan sering melakukan burnout, sehingga organisasi mampu
kesalahan dalam melakukan pekerjaan mengidentifikasi faktor-faktor penyebab
dalam rumah karena beban pikiran yang turunnya kinerja karyawan.
dirasakan.
REFERENSI Duxbury, L.E., and Higgins, C.A., (1991).
Gender differences in work-family
Babakus, E., Cravens, D.W., Johnston, M., conflict. Journal of Applied
& Moncrief, W.C. (1999). The role Psychology, 76:60-74.
of emotional exhaustion in sales Demerouti, E., and Sabine, G. (2004).
force attitude and behavior Towards a typology of work-home
relationships. Journal of The interaction. Community, Work, and
Academy of Marketing Science, Family, 7:285-309.
27:58–70 Fick, D.S., Goff, S.J., & Oppliger, R.A.
Batt, R. And Valcour. P.M. (2003) Human (1996). Running and its effect on
resources practices and predictors family life. Archives of Family
of work-family outcomes and Medicine 5; 385-390.
employee turnover, Industrial Frone, M.R., Russell, M., and Cooper,
Relations, 42, 189-220. M.L. (1994). Relationship between
Boyar, S.L., Maertz. Jr.,C.P., Pearson, job and family satisfaction: Causal
A.W., and Keough, S. (2003). or noncausal covariation. Journal
Work-family conflict: A model of of Management, 20:565-579.
linkages between work and family Fogarty, T.J., Singh, J., Rhoads, G.K., and
domain variables and turnover Moore, R.K. (2000). Antecendents
intentions. Journal of Managerial and consequences of burnout in
Issues. accounting: Beyond the role stress
Cohen, S., and Syme, S.L. (1985). Social model. Behavioral Research in
support and health. Academic Accounting, 12:213-256.
Press,Inc. Gaines, J., and Jermier, J.M. (1983).
Cook, J.D., Hepworth, S.J., Wall, T.D. and Emotional exhaustion in a high
Warr, P.B. (1981). The experience stress organization. Academy of
of Work; A Compendium and Management Journal, 26 : 567–
Review of 249 Measures and Their 586
Use, Academic Press, London. Gibson, J.L., Ivancevich, J.M., Donnelly,
Cooper, D. R. and Schindler, P.S. (2006). J.H., and Konopaske,R. (2006).
Business Research Methods, 9th Organizations behavior structure
ed., New York, NY: processes. McGraw-Hill Irwin. 12th
Irwin/McGraw-Hill. ed.
Cordes, C. L., Smith, and Dougherty, T.W. Greenberg, J. and Baron, R.A. (2008).
(1993). A review and an integration Behavior in organizations ( Ninth
of research on job burnout. Edition) Pearson Prentice Hall
Academy of Management Review, Greenhaus, J.H. and Beutell, N.J. (1985).
18:621-656. Sources and conflict between work
Cooke, R. A., and Rousseau,D.M., (1984). and family roles. Academy of
Stress and strain from family roles Management Review, 10:76-88.
and work-role expectation. Journal Hill, E.J., Jacob, J.I., Shannon, L.L.,
of Applied Psychology, 69:251-262 Brennan, R.T., Blanchard, V.L.,
Daniel A. Wren., and Arthur G. Bedeian and Martinengo, G. (2008).
(2009). The Evolution of Exploring the relationship of
Management Thought, 6th ed., John workplace flexibility, gender, and
Wiley & Sons, Inc, 312. life stage to family-to-work
conflict, and stress and burnout.
Community, Work, & Family, 11:2, work conflict scales. Journal of
165-181 Applied Psychology, 81:400-410.
Innstrand, S.T., Langballe, E.M., Espnes, Netemeyer, Richard. G., Maxham III,
G.A., Falkum, E., and James G., and Pullig, Chris.
Aasland,O.G. (2008). Positive and (2005). Conflicts in the work-
negative work-family interaction family interface : links to job
and burnout: A longitudinal study stress, customer service employee
of reciprocal relations. Work and performance and customer
Stress, 22:1-15. purchase intent. Journal of
Kreitner, R and Kinicki, A. (2007). marketing, 69; 130-143.
Organizational Behavior. O’Driscoll, M.P., Ilgen, D.R., and
McGraw-Hill 7th eds. Hildreth,K. (1992). Time devoted
Lambert, E.G., Pasupuleti, S., Tolar, T.C., to job and off-job activities,
Jennings, M., and Baker, D. interrole conflict, and affective
(2006). The Impact of work-family experiences.. Journal of Applied
conflict on social work and human Psychology, 77:272-279.
service worker job satisfaction and Parasuraman, S., Greenhaus, J.H., and
organizational commitment: An Granrose, C.S. (1992). Role
exploratory study. Administration stressors, social support, and well-
in Social Work, 30:145-159. being among two-career couples.
Lambert, S.J. (2000). Added benefits: The Journal of Organizational
link between work-life benefits and Behavior, 13:339-356.
organizational citizenship behavior. Proenca, J. (2008). Work-family conflict
Academy of Managemen Journal, and attitudes of nursing assistants:
43:801-815. Mediating and moderating effects.
Lee, R.T., and Ashforth, B.E. (1993). A Academy of Management
further examination of managerial Proceedings, 6:16-28.
burnout: toward an integrated Premeaux, S.F., Adkins, C.L., and
Model. Journal of Organizational Mossholder, K.W. (2007).
Behavior,14:3-20. Balancing work and family: A field
Leiter, M.P.(2008). Coping patterns as study of multidimensional, multi-
predictor of burnout: the function role work-family conflict. Journal
of control and escapist coping of Organizational Behavior.
patterns. Journal of Organizational 28:705-727.
Behavior, 12:123-144. Sarafino, Edward P. (2002). Health
Lewin, J.E. and Sager, J.K. (2008). psychology: Biopsychosocial
Salesperson burnout: A test of the interactions. (4th ed). New York:
coping-mediational model of social John Wiley & Sons, Inc.
support. Journal of Personal Taylor, Shelley. E. (1999). Health
Selling and Sales Management, psychology. (4th ed). United States
28:233-246. of America: The MacGraw-Hill
Maslach, C., and Jackson, S.E. (1981). The Companies, Inc
measurement of experience Wijono (1993). Konflik Dalam Organisasi.
burnout, Journal of Occupational Semarang : Satya Wacana
Behaviour, 2:99-113. Williams, K.J and Alliger, G.(1994). Role
Netermeyer, R. G., Boles, J. S., and stressors, mood spillover, and
McMurrian, R. N. (1996). perceptions of work-family conflict
Development and validation of in employed parents. Academy of
work-family conflict and family- Management Journal, 37:837-868.

Anda mungkin juga menyukai