Anda di halaman 1dari 12

Subtema : Pengelolaan

Lingkungan

Judul Essay
Pengelolaan Dataran Tinggi Dieng dengan Strategi Ekosistem Gunung dan
Pemberdayaan Masyarakat Tani yang Berkelanjutan

Diajukan untuk Mengikuti Kompetisi


LOMBA ESAI TINGKAT SE-DIY
JATENG

Diusulkan Oleh :
Aldino Galih Perkasa Putra (Teknologi Hasil Pertanian/2015)
Nurmawati (Ilmu dan Teknologi Pangan/2015)

UNIVERSITAS SEBELAS MARET


SURAKARTA
2017
Dataran Tinggi Dieng terletak antara Kabupaten Wonosobo dan
Kabupaten Banjarnegara. Dataran Tinggi Dieng terbagi menjadi dua wilayah yaitu
Dieng bagian timur yang disebut Dieng Wetan dan Dieng bagian barat disebut
Dieng Kulon. Luas Dieng Wetan 282.000 ha dan luas Dieng Kulon 337.846 ha.
Dataran ini terletak 56 km ke arah timur dari kota Banjarnegara dan 26 km ke arah
utara dari Kota Wonosobo. Dataran Tinggi Dieng beriklim sedang dengan suhu
udara 15º C pada siang hari dan 10º C pada malam hari. Kelembaban relatif 70% -
80%. Curah hujan di Dataran Tinggi Dieng cukup tinggi yaitu sebesar 2.500 mm
pertahun (Rusiah, 2005).
Dataran Tinggi Dieng merupakan bagian dari kawasan lindung yang
seharusnya dilindungi, tetapi hutan lindung di sekitarnya mengalami kerusakan
yang sangat kritis karena lahan hutan lindung dibuka menjadi lahan.Aktivitas
pertanian kentang juga berdampak terhadap kerusakan tanah,Adanya penggunaan
pupuk kimia yang terus meningkat dapat merubah fisik dan kimia tanah sehingga
tanah lebih mudah tererosi. Pemberantasan hama menggunakan pestisida/obat
kimia menyebabkan hama semakin kebal dan menimbulkan pencemaran.
Berdasarkan data dari Kantor Badan Pusat Statistik Kabupaten Wonosobo,
pada tahun 2010 tercatat jumlah penduduk Kawasan Dieng di Kabupaten
Wonosobo sebesar 73.212 dengan 22.000 kepala keluarga dan kepadatan
penduduk rata-rata 694 jiwa/km2 dengan kepemilikan lahan yang sempit yaitu
rata-rata 0,1 ha. Persentase rumah tangga pra sejahtera dan sejahtera 1 di kawasan
ini pun juga mengalami kenaikan tiap tahunnya, dimana pada tahun 2001 hanya
30,71 persen menjadi 41,19 persen pada tahun 2010. Apabila permasalahan
tersebut di atas tidak dikendalikan dengan baik maka akan berdampak pada
semakin menurunnya daya dukung lingkungan dan penghidupan berkelanjutan
bagi masyarakat yang berada di kawasan tersebut. Kurang sadarnya petani di
Dataran Tinggi Dieng akan pentingnya pengelolaan lingkungan yang baik
berdampak pada berbagai sektor terutama sektor pertanian.
Berdasarkan Standar yang ditetapkan Departemen Pertanian (2007), pupuk
yang digunakan untuk lahan pertanian kentang seharusnya adalah 20-30 ton/ha
pupuk kotoran ayam, 200-300 kg/ha pupuk urea, dan 200-250 kg/ha pupuk TSP,
tetapi petani masih menggunakan pupuk melebihi ukuran normal yang
menyebabkan pencemaran tanah. Hal ini menunjukan bahwa sebenarnya tingkat
kesuburan tanah di Dataran Tinggi Dieng sudah sangat rendah dan kondisi yang
ditunjukan dengan rendahnya tingkat kesuburan tanah ini mengindikasikan
besarnya kerusakan lingkungan di kawasan Dataran Tinggi Dieng.
Untuk itu di sini penulis mempunyai gagasan dalam mengatasi masalah
kurangnya kesadaran masyarakat terhadap Pengelolaan Dataran Tinggi Dieng
dengan Strategi Ekosistem Gunung dan Pemberdayaan Masyarakat Tani yang
Berkelanjutan. Namun, seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
ledakan populasi manusia, maka kebutuhan akan pangan juga meningkat yang
sejalan dengan peningkatan penggunaan pupuk kimia sintesis serta penggunaan
pestisida yang tinggi yang berujung kerusakan pada lingkungan.

Strategi Pengelolaan Ekosistem Gunung


A. Dinamika Hutan, Kehutanan dan Pemanfaatan Lahan
Perubahan pemanfaatan lahan sangat terkait dengan perilaku bertani.
Sedangkan perilaku petani dipengaruhi oleh faktor yang bersifat fisik dan
nonfisik. Menurut Julijanti (2005) faktor-faktor yang memengaruhi perilaku
petani melakukan perubahan pemanfaatan lahan di Dieng adalah:
1. Faktor fisik
a. Karakteristik fisik lahan yang meliputi ketinggian, kelerengan, jenis
tanah, curah hujan, ketersediaan air, dan kesesuaian lahan.
b. Aksesibilitas, yang meliputi transportasi dan kemudahan pemasaran.
c. Ketersediaan lahan, meliputi luas kepemilikan lahan.
2. Faktor nonfisik
a. Ekonomi, meliputi motivasi keuntungan, kekhasan usaha komoditas
kentang, harga dan modal.
b. Sosial dan demografi, meliputi lingkungan sosial, usia petani, tenaga
kerja, tingkat pendidikan (termasuk pelatihan), keterampilan, dan
teknologi.
c. Kebijakan pemerintah.
Peran strategis dan vital ekosistem gunung paling tidak adalah sebagai
konsentrasi keragaman hayati, sumber air atau pemelihara mata air, memiliki
potensi budaya dan tradisi yang khas. Dengan kata lain, ekosistem gunung
memiliki fungsi ekologis, sosial-budaya, ekonomis dan estetika. Hutan
merupakan komunitas utama sasaran upaya pengelolaan ekosistem
pegunungan yang berkelanjutan, utamanya dalam konservasi daerah aliran
sungai yang menyediakan lebih separuh kebutuhan air bagi penduduk. Betapa
pentingnya ekosistem gunung bagi keberadaan ragam hayati karena wilayah
gunung mewakili sebagian besar daerah semi alami di berbagai belahan
dunia, wilayah gunung merupakan perpaduan yang kompleks yang
membentuk sistem hidro-geologi dalam daerah aliran sungai, ekosistem
gunung adalah ekosistem yang peka, wilayah dengan dinamika tinggi dan
memiliki peran stabilisasi yang penting terutama dalam hal erosi, banjir, dan
longsor.
Berdasar fungsinya, Pegunungan Dieng memiliki kawasan konservasi
seluas 53 ha, Hutan Produksi Terbatas 26. 170 ha, Hutan Produksi 490 ha,
Hutan Lindung 7. 506 ha, dan Areal Penggunaan Lain 20. 755 ha. Proporsi
areal penggunaan lain dari seluruh kawasan hutan Dieng berdasarkan fungsi
mencapai 66 persen lebih. Fenomena degradasi lingkungan tak terhindarkan
dengan adanya praktik pemanfaatan lahan secara sangat masif dan telah
mengubah konfigurasi lahan di wilayah pegunungan Dieng. Perubahan yang
telah menimbulkan degradasi lingkungan yang mengkhawatirkan karena
sudah melewati ambang kritis dengan tingkat 14 | Strategi Pengelolaan
Ekosistem Gunung erosi mencapai rata-ata 180 ton/ha/th tahun 2005.
B. Menuju Pengelolaan Ekosistem Gunung
Berlangsungnya kerusakan lingkungan di Dieng akibat pembalakan
liar, deforestasi hutan dan sistem pertanian yang abai pada pertimbangan
konservasi hendaknya menjadi perhatian serius bagi pembuat kebijakan dan
pengelola untuk memperbaiki situasi. Dibantu oleh para ilmuwan dari
perguruan tinggi, ahli dan peneliti dari badan-badan pemerintah menyiapkan
iptek yang berdaya guna untuk pengelolaan ekosistem gunung yang sesuai.
Kendala terbesar untuk memperbaiki situasi yang perlu mendapat perhatian
justru berada dalam diri pembuat kebijakan dan pengelola.
Dalam sistem perencanaan lanskap ditempuh kompromi spasial untuk
mengatasi konflik kewilayahan dan kompromi nonspasial (baca: kebijakan)
untuk mengatasi konflik fungsi. Pengelolaan hutan pegunungan yang baru
jelas dituntut berbasis ’ekosistem’ dan bernuansa jangka panjang. Dengan
sistem perencanaan yang bersifat strategis serta mengkait dengan tujuan
kemanusiaan dan ilmu pengetahuan, maka diharapkan jalan mencapai
pengelolaan hutan wilayah Dieng yang keberlanjutan semakin terbuka.
Dengan demikian semakin jelas bahwa pengelolaan wilayah pegunungan
pada dasarnya adalah pengelolaan ekosistem gunung yang memadukan
pengelolaan daerah aliran sungai, tata guna lahan dan air yang dalam
penerapannya memerlukan kondisikondisi tertentu sebagai berikut:
1. Pengelolaan wilayah pegunungan mensyaratkan adanya pendekatan
multidisiplin, lintas sektoral, partisipasi multi-stakeholders, dan dengan
pendekatan sistem.
2. Pengelolaan wilayah pegunungan harus berdasarkan keseimbangan
dinamis, yakni dengan tidak mengabaikan aspek perkembangan sosial
ekonomi, namun pada saat yang bersamaan tetap mempertahankan
prinsip-prinsip ekologis dan kelestarian lingkungan.
3. Pengelolaan wilayah pegunungan juga mensyaratkan hubungan hulu-
hilir, daerah atas dan bawah sebagai suatu sistem yang bersifat resiprokal
(saling memengaruhi). Dengan demikian perlu strategi perencanaan
hingga penganggaran yang juga melibatkan wilayah hulu-hilir, daerah
atas-bawah dengan prinsip saling menguntungkan dan berkeadilan.
4. Pada tahap operasional diperlukan langkah yang nyata dan jelas apa yang
harus dilakukan pada level individu, institusi dan negara baik secara
sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama (siapa melakukan apa).
5. Insentif ekonomi bagi penduduk yang tinggal di wilayah hulu merupakan
alternatif penting untuk peran konservasinya dalam menjaga
keseimbangan lingkungan.
6. Perlunya rekayasa model pengelolaan gunung untuk mengembalikan
fungsi Pegunungan Dieng sebagai pelindung lingkungan dan hidrologi.
Pemberdayaan Masyarakat Tani
Strategi dengan melakukan pemberdayaan masyarakat tani di kawasan
Dataran Tinggi Dieng merupakan hal yang penting untuk dilakukan di tengah
permasalahan lingkungan yang ada. Proses pemberdayaan petani merupakan
proses yang melibatkan peran petani untuk saling berkerja sama dalam kelompok
formal maupun non formal untuk mengkaji masalah, merencanakan,
melaksanakan, dan melakukan evaluasi pada program yang direncanakan bersama
petani.
Dalam melakukan pemberdayaan masyarkat ada dua pendekatan yang
dilakukan yaitu dengan pendekantan partisipatif dan pendekatan kolaboratif.
Pendekatan partisipatif perlu dilakukan dalam upaya untuk memecahkan masalah
yang dihadapi warga terutama warga di Dataran Tinggi Dieng. Participatory
Rural Appraisal (PRA) merupakan salah satu metode pendekatan partisipatif.
Menurut Robert Chamber dalam Djohani (2003), PRA didefinisikan sebagai :
“Sekumpulan pendekatan dan metode yang mendorong masyarakat (pedesaan)
untuk turut serta meningkatkan dan menganalisis pengetahuan mereka mengenai
hidup dan kondisi mereka sendiri agar dapat membuat rencana dan tindakan.”.
Dalam upaya pemecahan masalah yang dihadapi oleh masyarakat,
sejumlah asumsi mendasari metode PRA untuk dipelajari (Djohani, 2003), yaitu:
a. Pengetahuan, nilai-nilai, serta cara-cara tradisional sangat cocok bagi
masyarakat karena sesuai dengan lingkungan dan kondisitertentu.
b. Masyarakat tradisional, pedesaan, komuniti, umumnya tidak homogen.
Perbedaan tersebut tidak jarang disertai dengan perbedaan kepentingan di
antaramereka.
c. Heterogenitas di dalam masyarakat juga berarti heterogenitas kelas (miskin,
menengah, dan kaya) sehingga dibutuhkan pemahaman tentang pola-pola
hubungan kekuatan yang terjadi diantara kelas dalam masyarakat agar tidak
terjadi ketegangan dan konflikbaru.
d. Belajar dari masyarakat, namun perlu juga analisis dari peneliti dengan
keahlian dibidangtertentu.
e. Keterlibatan semua pihak di dalam kelompok masyarakat merupakan suatu
hal penting didalam proses PRA dengan asumsi bahwa melalui keterlibatan
masing-masing kelompok dapat menyalurkan kepentingan dan
permasalahannya.
Metode Participatory Rural Appraisal (PRA) bukan tanpa kelemahan.
Pada dasarnya semua metode pasti memiliki kelebihan dan kelemahan masing-
masing. Kelemahan yang ada pada metode ini yaitu tidak semua fasilitator
program memiliki kemampuan yang baik dalam memfasilitasi masyarakat,
Pendekatan PRA identik dengan rapat-rapat, pertemuan-pertemuan, dan
musyawarah- musyawarah yang sifatnya umum.
Pendekatan kolaboratif yaitu pendekatan dari berbagai pihak baik secara
langsung maupun tidak langsung untuk menyelesaikan suatu masalah yang
dihadapi. Dalam pendekatan ini peran masyarakat dan pemerintah sangat
diperlukan terutama pemerintah daerah untuk mengatasi permasalahan lingkungan
di kawasan Dataran Tinggi Dieng dan dengan pendekatan ini diharapkan
masyarakat akan sadar tentang pentingnya pengelolaan agroekosistem yang
berkelelanjutan agar tidak berdampak buruk untuk kedepan.
Keberhasilan pengelolaan lingkungan akan terwujud ketika ada dukungan
dari pemerintah baik dalam bentuk pelatihan, modal, serta regulasi dari masing-
masing pemerintah daerah terutama pemerintah daerah Wonosobo dan
Banjarnegara. Peningkatan kesejahteraan petani juga akan diiringi oleh kecintaan
akan lingkungan hidup, karena akan tercipta lingkungan yang sehat, asri,
danalami.
Daftar Pustaka

Anonim, 1997. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997


tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta: Sekretariat Kabinet R1.

Departemen Pertanian. 2007. http://etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/77249/


potongan/S2-2015-321743-chapter1.pdf.

Djohani, Rianingsih. 2003. Partisipasi, Pemberdayaan, dan Demokratisasi


Komunitas. Reposisi Participatory Rural Appraisal. Studio Driya Media.

Martopo, Anton., Gagoek Hardiman., Suharyanto. 2013. Strategi Penghidupan


Berkelanjutan (Sustainable Liveihood) di Kawasan Dieng (Kasus di Desa
Buntu Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo). Jurnal EKOSAINS,
Vol. 5. No. 2.

Rusiah., M. Nurhadi Satya., Ahmad Wahyudin. 2005. Dampak Aktivitas


Pertanian Kentang Terhadap Kerusakan Lingkungan Obyek Wisata
Dataran Tinggi Dieng. Pelita, Vol. 1. No. 1.

Sihotang, B. 2009. Pembangunan Pertanian Berkelanjutan dengan Pertanian


Organik. Sub menu/informasi/berita/detailberita/100/1664. 14 Juli 2009.

Sumedi, Nur. 2013. Strategi Pengelolaan Ekosistem Gunung Menjaga dan


Merawat Kehidupan. Balai Penelitian Teknologi Konservasi Sumber Daya
Alam: Balikpapan.
.
Lampiran

Dokumentasi

Gambar 1. Kerusakan Lingkungan Dataran Tinggi Dieng

Gambar 2. Tanam Kentang Anorganik

Gambar 3. Lahan Krisis di Dieng


Biodata

A. IdentitasDiri
1 Nama Lengkap Aldino Galih Perkasa Putra
2 JenisKelamin Laki-laki
3 Program Studi D3 Teknologi Hasil Pertanian
4 NIM H3115004
5 Tempat danTanggal Lahir Wonosobo, 12 Juni 1997
6 E-mail aldinogalihperkasaputra@gmail.com
7 NomorTelepon/HP 089508135994
B. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
Nama Institusi SD N 1 SMP N 1 SMA N 1
Campursari Mojotengah Mojotengah
Jurusan - - IPA
Tahun Masuk-Lulus 2003-2009 2009-2012 2012-2015

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata
dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam Lomba Esai Tingkat Se Diy – Jateng Konferensi Exact Uin
Sunan Kalijaga

Surakarta, 5 Februari 2017


Pengusul,

(Aldino Galih Perkasa Putra)


A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap Nurmawati
2 Jenis Kelamin Perempuan
3 Program Studi S1 Ilmu dan Teknologi Pangan
4 NIM H0915059
5 Tempat danTanggal Lahir Tangerang, 24 Juni 1997
6 E-mail nurmawati157@gmail.com
7 Nomor Telepon/HP 083876987702
B. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
Nama Institusi SDN SMP Negeri 3 SMA Muh 1
Yosodipuro Surakarta Surakarta
104 Surakarta
Jurusan - - IPA
Tahun Masuk-Lulus 2003-2009 2009-2012 2012-2015

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata
dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam Lomba Esai Tingkat Se Diy – Jateng Konferensi Exact Uin
Sunan Kalijaga

Surakarta, 5 Februari 2017


Pengusul,

(Nurmawati)
Kartu Tanda Mahasiswa (KTM)

Anda mungkin juga menyukai