Anda di halaman 1dari 7

KEBIJAKAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BARBASIS EKONOMI

SUMBER DAYA DI PROVINSI MALUKU UTARA

Ni Kadek Virgiandini
Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi Bisnis dan Pariwisata
Nim: 2202014609
Universitas Hindu Indonesia, Jl. Sangalangit, Tembau, Penatih Denpasar Timur, Bali
E-mail: virgiandini6@gmail.com

ABSTRAK
Tujuan penulisan ini adalah untuk menelaah dampak kebijakan pengelolaan ekonomi
lingkungan di Maluku Utara, serta untuk mengkaji perspektif pemanfaatan ekonomi
sumberdaya dengan sumberdaya alam, Dari kedua aspek ini dianalisa dan dikaji
keterkaitan permasalahan yang berhubungan dengan dampak dari pengelolaan
lingkungan yang di dalam pemanfaatannya mengandung ekonomi sumber daya dengan
sumber daya alam. Permasalahan kebijakan pemerintah dalam memanfaatkan ekonomi
sumberdaya mempengaruhu kualitas lingkungan, karena semakin besar potensi ekonomi
sumber daya dan sumber daya yang dieksplotasi, semakin besar pula dampak yang
diterima dilingkungan yang mempengaruhi kualitas hidup manusia. Pemanfaatan
ekonomi sumber daya dengan sumber daya alam mengandung dampak positif maupun
negatif, karena keduanya berorentasi kepada profit dari pengelolaan barang dan jasa
ekonomi lingkungan. Aktifitas manusia yang memanfaatkan ekonomi sumberdaya
dengan mengurasnya potensi sumber daya alam, beriimplikasi menurunnya kualitas
lingkungan baik sekarang maupun dimasa yang akan datang. Untuk memulihkan kembali
lingkungan sesuai dengan daya dukung dan daya tampung, profit pemanfaatan potensi
ekonomi sumber daya dan potensi sumber daya alam dikembalikan kepada biaya jasa
lingkungan untuk pelestariannya, sehingga daya dukung dan daya tampung dapat pulih
kembali.
PENDAHULUAN
Permasalahan lingkungan hidup (enveriomental problems) merupakan issu global
dunia yang perlu ditangani secara terencana dan terintaegrasi oleh pemerintah dan
masyarakat baik negara maju maupun negara berkembang. Menyadari pentingnya
permasalahan lingkungan hidup memberikan perhatian khusus terutama eksploitasi
sumber daya alam (natural resources) yang berorentasi profit ekonomi tidak hanya
menimbulkan dampak positif tapi lebih dari itu menimbulkan dampak negatif terhadap
mahluk hidup diplanet bumi ini.
Penanganan lingkungan hidup dan sumber daya alam di Indonesia sudah
melebihi ambang batas kerusakan, akibat over eksploitasi sumber daya alam pada
beberapa dekade terakhir ini. Perberlakuan Undang-Undang No. 32 Tahun 2003 tentang
otonomi daerah dan disertai tidak memiliki rasa bertanggung jawab pemerintah daerah,
dan memarjinalkan masyarakat dari ekoploitasi sumber daya alam. Sementara kerusakan
lingkungan hidup terus berlanjut, serta terkurasnya sumber daya ekonomi mengalami
penurunan, akan membawa konsekuensi lingkungan hidup. Semakin besar pemanfaatan
sumber daya ekonomi, dampaknya semakin besar terhadap sumber daya alam dan
terjadinya degradasi kualitas lingkungan yang dapat dilihat pada waktu jangka panjang.
Kepentingan untuk memenuhi ekonomi selalu memiliki jarak perhatian yang
berbeda. Para ahli ekonomi (economicst) berpendapat bahwa efisiensi dan keuntungan
maksimum alternatif yang terbaik, dimana biaya sosial dan biaya lingkungan (social
environmental cost ) belum sepenuhnya diperhitungkan. Para lingkungan berpendapat
bahwa faktor etika sosial perlu mendapat perhatian khusus, sehingga kegiatan produksi
dan ekonomi harus mengacu pada aspek pemerataan. Dan distribusi yang adil pada
generasi yang akan datang yang mengacu pada pengelolaan dan konservasi sumber daya
alam.
Pengelolaan sumber daya alam proses pembangunan menghadapi tantangan
karena tidak ada kondisi yang berimbang antar ketersediaan sumber daya alam dengan
dinamika penduduk yang terus berkembang sesuai dimensi ekonomi, sosial budaya dan
lingkungan. Adanya kritis permasalahan tersebut, perlu dilakukan kajian kebijakan
pengelolaan lingkungan hidup dengan sistem pengelolaan sumber daya alam yang ada.
Kajian ini meliputi sistem kelembagaan dengan perencanaan pembangunan lingkungan
hidup yang berorentasi kebijakan yang lebih efektif dan efisien.
Dilandasi ketentuan yang normative dalam upaya melakukan kebijakan
pengendalian dan pengelolaan lingkungan hidup dengan pengelolaan sumber daya alam
perlu diikuti dengan penerapan teknologi yang ramah lingkungan, partisipasi masyarakat,
kesadaran aparatur pemerintah, dunia usaha swasta, peningkatan pengawasan, penerapan
hukum dan perbaikan sistem atau perangkat hukum untuk pengelolaan dan pelestarian
lingkungan. Pembangunan ekonomi sumber daya alam, perlu memiliki strategi yang
sinergi dengan arah pembangunan berkelanjutan berwawasan lingkungan antara lain
pembangunan diberbagai sektor tidak hanya pembangunan sumber daya ekonomi saja,
tetapi juga peningkatan etika dan sosial budaya manusia yang mendukung pelestarian
lingkungan baik sekarang maupun yang akan datang.
Dengan pendekatan perspektif pengelolaan lingkungan hidup dengan
mengkorelasikan pendekatan yang integrative dan terpadu (approach), sehingga
pemanfaatan kebutuhan sumber daya ekonomi dengan kebijakan pengelolaan lingkungan
dapat diketahui secara pasti. Untuk itu perlu dilakukan rumusan kehijakan yang bersifat
kompromistis (trade off) antara kedua kepentingan tersebut. Adanya dasar ini perlu
dilakukan kajian kebijakan pengelolaan lingkungan hidup terhadap sumber daya ekonomi
di Propinsi Maluku Utara.

PEMBAHASAN
Dampak Kebijakan Pengelolaan Ekonomi Lingkungan
Kondisi lingkungan yang stabil dengan eksistensi sumber daya alam dan
keanekaragaman ekosistem dari waktu ke waktu seringkali mengalami suksesi, tapi
sebaliknya kondisi lingkungan yang stabil diganggu dengan berbagai aktivitas manusia,
akan berpengaruh terhadap fungsi lingkungan yang mengarah kepada kerusakan dan
degradasi lingkungan. Demikian halnya permasalahan lingkungan dengan kerusakan,
menimbulkan biaya lingkungan untuk memulihkan kembali fungsi lingkungan dari
sumber daya alam yang eksploitasi. Biaya lingkungan ditanggung oleh perencana sebagai
otoritas kebijakan dan jasa lingkungan dengan tujuan untuk Sustainable development dan
menjaga kualitas lingkungan sesuai dengan daya dukung yang ada. Sebagai contoh beban
biaya lingkungan untuk reboisasi hutan, akan penebangan kayu tanpa kendali, biaya
akibat polusi udara dan pencemaran air, biaya untuk pengolahan limbah. Timbulnya biaya
lingkungan memiliki dampak negatif terhadap ekonomi wilayah, karena :
1) Total biaya lingkungan untuk memulihkan kembali sumber daya alam yang
dieksplotasi diambil 2 % dari PDB tiap tahun.
2) Biaya yang timbul dari rehabilitasi summberdaya alam, akibat dari eksploitasi
akan mempengaruhi beban APBN dan APBD dan sumber pendanaan lainnya.
Bila dilihat aspek kontribusi biaya biaya ini lebih banyak ditanggung oleh
kelompok yang berpenghasilan rendah, karena ada dua faktor yaitu (1) kelompok ini
banyak kena dampak dari kerusukan lingkungan yang ada, (2) kelompok ini juga
memiliki kemampuan untuk membiayai pencegahan, dan mengatasi akibat dampak yang
ada. Sementara otoritas perencana yang membuat kebijakan lambat melakukan
penanganan dan bahkan pengawasan terhadap dampak lingkungan tidak berjalan secara
maksimal.
Ada beberapa biaya kerusakan lingkungan muncul, karena berbagai permasalahan yaitu:
a. Kualitas sumber daya air menurun dan penyediaan air bersih
Sumber daya air yang ada diperut bumi, jika kondisi yang stabil apabila adanya
daya dukung lingkungan yang cukup dan tidak mengalami kerusakan, memiliki supply
air baku yang cukup besar untuk penyediaan konsumsi masyarakat yang ada pada setiap
wilayah. Kualitas air tanah sering mengalami ancaman akibat dari contaminant limbah
industri, dan sumber pencemaran lainnya, Kebijakan dan Strategi Pengelolaan
Lingkungan Secara Terpadu, Kementerian LH, 2001. Penyediaan air bersih sering
mengalami hambatan, karena terbatasnya anggaran penyediaan dan jaringan distribusi
dan pelayanan yang ada. Pengolahan air bersih untuk Propinsi Maluku Utara yang terdiri
enam Kabupaten dan dua (2) Kota Madya dengan jaringan distribusi dan pelayanannya
baru 2 persen dari jumlah penduduk 1 juta lebih. Dan bahkan penduduk yang tinggal
dibeberapa kecamatan belum memiliki jaringan distribusi air bersih, sehingga konsumsi
masyarakat bergantung kepada air tanah (sumur), bak penampungan air hujan dan air
sungai. Buruknya pelayanan air baku untuk konsumsi masyarakat, akan mempengaruhi
kualitas hidup manusia terutama sanitasi lingkungan, timbulnya penyakit dan epidemi
lainnya. Untuk mengolah air baku dari sumberdaya air yang ada sebagai jasa lingkungan
yang diperuntukan konsumsi masyarakat maupun distribusi jaringan dan pelayanan
publik, memerlukan biaya lingkungan yang besar diinvestasi.
b. Kritis sumber daya hutan
Pemanfaatan sumber daya hutan oleh manusia, pengusaha hutan maupun konversi
hutan untuk kepentingan investasi pertambangan dan bahan miniral lainnya akan
menguras dan mengancam sistem ekologis maupun ekosistem yang mengandung
keanekaragaman hutan. Sumberdaya hutan dengan karasteristik keragaman jenis maupun
keanekaragaman hayati, bila dikaji secara holistik merupakan potensi sumberdaya hutan
yang memiliki heterogenitas kehidupan. Apabila sumberdaya tersebut diekploitasi untuk
kepentingan ekonomi, barang dan jasa lingkungan tanpa dikuti sistim pengelolaan dan
pelestarian, akan mempengaruhi potens sumberdaya. Faktor lain yang menjadi ancaman
sumberdaya hutan adalah tidak memiliki kesadaran masyarakat dengan melakukan
penebangan liar dan kebijakan pemerintah memberikan ijin usaha hutan tanpa melihat
topografi dan bentangan alam maupun ijin pengalihan kawasan hutan lindung yang
mengandung tambang dan bahan miniral dikonversi untuk eksplorasi, secara tidak
langsung mengancam kehidupan plasma nutfah maupun flora dan fauna yang ada.
Sebagai contoh hutan lindung dikawasan tambang emas NHM, hutan lindung di pulau
Obi, hutan lindung ditambang timah di pulau W, Halmahera Tengah, maupun kawasan
pengembangan tambang timah di kawasan hutan di wilayah Halmahera Timur.
c. Limbah Industri, Pertambangan, dan Limbah Rumah Sakit
Pertumbuhan ekonomi disektor industri, pertambangan dan rumah sakit yang ada
disetiap wilayah tidak terlepas dari pemanfaatan sumberdaya ekonomi lingkungan.
Karena disektor ini mengalami pertumbuhan pada skala makro sejalan dengan kebutuhan
ekonomi yang mengolah bahan baku menjadi bahan jadi maupun kebutuhan manusia
disektor kesehatan. Namun didalam perkembangannya efek samping yang berdampak
terhadap lingkungan menimbulkan masalah, terutama limbah yang dihasilkan, apakah
sudah melalui suatu proses pengolahan. Sebab para perencana dalam mengekploitasi
ekonomi sumberdaya lingkungan mengejar profit dengan mengabaikan sisa bahan yang
tidak terpakai atau limbah. Karena limbah yang dihasilkan atau bahan kimia yang sudah
terpakai mengandung unsur logam, jika tidak diolah bahan yang mengandung logam
tersebut dibuang ke lingkungan dapat menimbulkan pencemaran baik pada lingkungan
perairan, tanah maupun pencemaran air tanah. Limbah yang terkontaminat akan
mempengaruhi kehidupan mahluk hidup dan sekligus menunrunkan kualitas lingkungan.
Jika ditelaah kualitas lingkungan dari pemnafaatan ekonomi lingkungan untuk proses
produksi masih minim terdeteksi dan sifat pengawasan yang kurang. Karena kesadaran
pelaku ekonomi industri terhadap lingkungan masih kurang dan bahkan mengabaikan
karena mengandung cost (biaya). Sebagai contoh kasus yang terjadi pencemaran teluk
kao yang bersumber dari limbah cair tambang emas PT NHM, dampaknya menurun
kualitas air laut dengan kehidupan biota perairan, terutama menurunnya populasi dan
produksi ikan teri yang hidup diperairan sekitanrnya. Untuk memulihkan kembali fungsi
lingkungan dari pencemaran limbah ekonomi industri sesuai daya dukung, daya tampung
dan daya pulih diri, memerlukan biaya yang dikembalikan ke jasa lingkungan.
d. Masalah Pengolahan Limbah Perkotaan
Pemanfaatan sumber daya alam yang diikuti dengan aktifitas ekonomi masyarakat
perkotaan, akan menghasilkan sisa bahan atau produk yang tidak terpakai (limbah).
Bentuk limbah dari proses produksi terdiri dari limbah padat dan limbah cair.
Kebanyakan limbah padat dihasilkan dari rumah tangga, pasar, restoran dan perkantoran.
Permasalahan limbah padat yang ada di setiap wilayah perkotaan belum seratus persen
penanganan system pengolahannya. Dan bahkan ditemukan limbah padat yang dibuang
dikali maupun kelaut, akan menimbulkan pembusukan dan pencemaran perairan.
Pembuangan limbah padat ditempat pembuangan akhir (TPA) selama ini belum ada
tehnologi pengolahan limbah padat menjadi produk yang dihasilkan untuk pupuk dan
bahan sampingan lain terpakai. Sedangkan limbah cair dihasilkan dari bahan cucian
rumah tangga, industri pengolahan tapiyoka, pemotongan hewan, industri tahu dan tempe,
maupun bahan detergen lainnya. Masalah pengolahan limbah cair ini sampai sekarang
belum ditangani, dan bahkan dibuang pada lingkungan tanah, selokan, sungai serta
dibuang kelaut. Jika permasalahan penanganan limbah cair terus berlanjut tanpa
penangan akan berpengaruh buruk terhadap kualitas lingkungan, trutama tingkat
kebauan, dan terganggunya kehidupan habitat dan biota perairan. Bila dikaji
permasalahan pengelolaan limbah tersebut, tanpa diikuti kebijakan yang komprehensif
akan berpengaruh buruk terhadap kesehatan manusia di lingkungan dan menimbulkan
biaya pengolahan dengan perangkat tehnologi sarana penanganan yang memadai.
Perspektif Pemanfaatan Ekonomi Sumberdaya dengan Sumberdaya Alam
Konsepsi sistem ekonomi sumber daya yang konvensional dengan lingkungan
tidak diperhitungkan kedalam proses produksi dan konsumsi. Dalam sistem ekonomi,
komponen lingkungan tidak dimasukkan sebuah komponen merupakan permasalahan
yang tidak diterima oleh ekonomi sumber daya yang bersumber dari pemanfaatan
sumberdaya alam. Sebab didalam aktifitas ekonomi terjadi interaksi dengan lingkungan
hidup yang memiliki fungsi sebagai daya dukung pengelolaan ekonomi oleh pengusaha,
rumah tangga, jasa perdagangan, jasa transportasi, maupun ekonomi pasar. Semuanya
merupakan suatu sistem aktifitas ekonomi lingkungan secara menyeluruh.
Untuk itu perlu dilakukan pembedahan antara sumber daya alam dan barang
sumberdaya. Sumberdaya alam (natural resources) adalah segala sesuatu yang berada
dibawah/diatas bumi termasuk tanah yang sifatnya masih potensial dan belum dilibatkan
dalam proses produksi. Sedangkan barang sumberdaya (resource commodity) adalah
sumber daya alam yang sudah diambil dibumi dan siap digunakan dan dikombinasikan
dengan faktor produksi lain, sehingga dapat dihasilkan produk baru berupa barang dan
jasa untuk produsen dan konsumen.
Keterkaitan ekonomi dan lingkungan dapat disimpulkan ada tiga macam yang
saling terkait dan terdapat hubungan positif antara jumlah dan kualitas sumber daya
dengan ekonomi. Dengan asumsi semakin tinggi permintaan barang atau jasa lingkungan,
kebutuhan akan sumber daya semakin meningkat. barang dan jasa dan negatif. Akan
tetapi terdapat hubungan negatif antara pertumbuhan ekonomi sumber daya dengan
tersedianya sumber daya alam diperut bumi. Dengan analisa kenaikan pertumbugan
ekonomi akan diikuti oleh menurunnya ketersediaan sumber daya alam diperut bumi.
Karena ekploitasi sumber daya alam, akan mengurangi bahan yang tersedia diperut bumi.
Untuk menjabarkan konsep merupakan saling keterkaitan dan hubungan timbal
balik dalam aktifitas ekonomi tersebut, sumberdaya yang tersedian berasal dari sumber
daya alam yang dimanfaatkan dalam suatu kesatuan lingkungan hidup. Aktifitas ekonomi
lingkungan hidup, bila limbah yang dibuang sampai pada ambang batas tertentu,
lingkungan masih mampu menampung dengan proses secara alami. Jika pembuangan
limbah ke lingkungan dilakukan terus menerus dan terlampauinya ambang batas yang
mempengaruhi daya dukung lingkungan, akan mempengaruhi asimilasi dan introduksi
abiotik dan ancaman terhadap lingkungan biotik. Dan sebaliknya lingkungan mampu
menampung limbah sebagai faktor penyedia bahan baku ekonomi sumber daya, secara
tidak langsung dapat mensupply proses produksi ekonomi didalam lingkungan hidup.
Dampak dari kerusakan lingkungan dapat menghambat kegiatan ekonomi sumberdaya
secara produktif dan membalik aktifitas ekonomi lingkungan. Dan selanjutnya akan
menghambat pula program pembangunan ekonomi dari bahan baku, barang dan jasa
bersumber dari ekonomi sumber daya.

KESIMPULAN
Permasalahan lingkungan tetap ada karena interaksi manusia dengan lingkungan
dalam melakukan aktifitas ekonomi dengan mengekploitasi sumber daya alam, dan
menimbulkan dampak terhadap degradasi kualitas lingkungan terus meningkat. Dampak
kerusakan lingkungan mengganggu aktifitas ekonomi sumberdaya dan terdegradasinya
potensi yang ada pada sumber daya alam, baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Disamping permasalahan tersebut muncul, ada perbedaan perspektif ekonomi
sumber daya dengan sumber daya alam. Sebab pandangan ekonomi menganggap bahwa
sumber daya alam ada untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan manusia, sehingga
tuntutan akan mengekploitasi untuk memenuhi kepuasan dan keuntungan tidak
memperhatikan tersedianya sumber daya alam dan lingkungan dimasa yang datang.
Kerusakan lingkungan menimbulkan biaya untuk memulihkan kembali fungsi
lingkungan dengan sistem pelestariannya. Biaya yang terpakai, akibat kerusakan
lingkungan biasanya ditanggung oleh kelompok masyarakat berpenghasilan rendah,
karena : Pertama, kelompok masyarakat ini sering kali terkena dampak, terutama
pencemaran air tanah dan laut. Kedua, kelompok masyarakat ini juga kurang memiliki
kemampuan untuk membiayai pencegahan dan mengatasi dampak akibat ekploitasi
sumber daya alam.
Untuk itu perlu diperlukan suatu kebijakan pengelolaan lingkungan oleh otoritas
perencana terutama Pemerintah Propinsi Maluku, pelaku ekonomi industri, pengusaha
barang dan jasa lingkungan, lembaga swadaya masyarakat, maupun partisipasi
masyarakat. Kebijakan pengelolaan ekonomi sumberdaya dari potensi sumber daya alam
tidak hanya mengejar profit sesuai dengan tujuannya, tapi sering kali muncul biaya yang
dialokasikan ke jasa lingkungan, akibat kerusakan lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Otto Sumarwoto, 1997, Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan, Jambatan,
Jakarta, Hal. 57.
Kementrian Lingkungan Hidup, 2001, Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Lingkungan
Hidup Secara Terpadu,
Darmono, Lingkungan Hidup dan Pencemaran, UI Press, 2001, Hal. 1
Sanim Bunasor, Prof. Dr. M.Sc (2002), Ekonomi Lingkungan, Pasca Sarjana IPB, Dikatat
Mata Kuliah Ekonomi Lingkungan.
Sanim, Bunasor. 2005. Kebijakan, Institut Pertanian Bogor.

Anda mungkin juga menyukai