Anda di halaman 1dari 2

Berdasarkan RPJMD Kabupaten Soppeng tahun 2016-2021, wilayah rawan bencana di Kabupaten

Soppeng meliputi:

1. Kawasan rawan banjir terdapat di DAS sungai Walanae meliputi Kecamatan Lilirilau, Liliriaja,
Donri-donri, Marioriawa, Citta dan Ganra

2.Kawasan rawan tanah longsor terdapat di Desa Gattareng Kecamatan Marioriwawo, Desa
Mattabulu Kecamtan Lalabata dan Desa Citta Kecamatan Citta

3. Kawasan rawan puting beliung terdapat di Kel. Pajalesang, Desa Tetewatu, Desa Palangiseng, Desa
Paroto Kecamatan Lilirilau, Desa Donri-donri, Desa Pesse Kecamatan Donri-donri, Kel. Bila
Kecamatan Lalabata, Desa Pattojo Kecamatan Liliriaja, Desa limpomajang, Kel. Kaca, Kel. Atang Salo,
Kel. Batu-batu Kecamatan Marioriawa

Berdasarkan hasil kajian muatan KLHS yang telah dilakukan sebelumnya


menunjukkan adanya kecenderungan pemanfaatan sumber daya alam secara tidak
berkelanjutan, khususnya pada sumber daya lahan. Untuk itu dalam perencanaanya
pemanfaatan sumber daya alam di Kabupaten Soppeng diarahkan pada 3 (tiga) fungsi
utama yaitu (1) lahan untuk pengembangan kegiatan perkotaan; (2) lahan untuk
pengembangan produksi pertanian dan perkebunan.
Selain itu dalam pemanfaatan sumber daya alam di Kabupaten Soppeng
untuk senantiasa mempertimbangkan ; (1) pemanfaatan lahan menyesuaikan dengan
daya dukung dan daya tampung lingkungannya, (2) wilayah dengan fungsi jasa
ekosistem yang tinggi harus dijaga dan dimanfaatkan secara berkelanjutan, (3)
pemanfaatan lahan yang lebih berkelanjutan dengan konsep agroforestry; (4)
senantiasa mempertimbangkan kepekaan ekologis, budaya yang terkait warisan,
kerentanan terhadap perubahan iklim dan resiko bencana dalam pemanfaatan ruang
wilayah.

Paradigma masa lalu menyebutkan bahwa masalah lingkungan global


lebih banyak dipengaruhi faktor alam, seperti iklim, yang mencakup temperatur,
curah hujan, kelembaban, tekanan udara dll. Belakangan mulai disadari bahwa
aktifitas manusia pun mempengaruhi iklim dan lingkungan secara signifikan. Sebagai
gambaran bahwa penebangan hutan, mempengaruhi perubahan suhu dan curah hujan
secara lokal. Ketika area hutan yang hilang semakin luas, maka akibat yang
ditimbulkan bukan lagi lokal tapi sudah berskala regional.
Pemanfaatan dan eksploitasi sumber daya alam yang tidak diimbangi
oleh upaya penanggulangan yang mengatasnamakan kesejahteraan hidup manusia
tampaknya akan berdampak negatif terhadap keberlangsungan lingkungan hidup. Hal
ini tidak hanya mengancam keberlangsungan lingkungan alam, tetapi juga
keberlangsungan hidup manusia sendiri. Isu pemanasan global dan perubahan iklim
hanyalah sebagian dari sekian banyak isu lingkungan untuk diperhatikan yang tidak
hanya bersifat lokal tetapi global, demikian halnya dengan Indonesia. Di Indonesia
masih menghadapi tantangan besar di mana model pembangunan ekonomi yang
dikembangkan telah menggerakkan pembangunan ekonomi yang cenderung bersifat
ekstraktif atau mengandalkan eksploitasi sumberdaya alam secara langsung. Bahkan
ada kecenderungan besar di mana upaya mempertahankan fungsi lingkungan dan
pemanfaatan sumber daya alam secara lestari masih jauh dari yang diharapkan.
Penyebab Pemanasan Global ini cukup kompleks, meliputi meningkatnya gas rumah
kaca seperti CO2 dan Metana yang berasal dari Industri, Kendaraan bermotor dan
mahluk hidup penghasil metana alamiah seperti bakteri. Selain itu juga terjadinya
kerusakan hutan alami akibat alih fungsi hutan menjadi pemukiman, industri,
Pertanian dan fungsi lainnya. Sehingga luas hutan setiap tahunnya terus berkurang
yang berakibat meningkatnya jumlah gas rumah kaca karena fungsi hutan sebagai
paru-paru dunia berkurang. Eksploitasi hutan yang dilakukan masyarakat sekitar
kawasan hutan juga tidak luput dari factor kondisi sosial ekonomi masyarakat. Oleh
sebab itu, usaha untuk menghentikan perusakan hutan tidak cukup dilakukan hanya
dengan menghentikan kegiatan yang sifatnya merusak saja, melainkan juga dituntut
untuk melawan kecenderungan yang terjadi dengan berbagai macam usaha
rehabilitasi lahan dan hutan yang telah rusak.
Perkembangan lingkungan pada era globalisasi pembangunan sekarang
ini menunjukkan penurunan. Hal ini disebabkan pembangunan yang
mengesampingkan faktor kelestarian lingkungan hidup sehingga menyebabkan
kelestarian hidup yang buruk dengan akibat ancaman global warming. Global warming
merupakan efek atau dampak dari rusaknya kelestarian ekosistem alam yang dapat
mengakibatkan kekeringan, kelangkaan bahan pangan, hingga banjir dan bahkan
mampu menjadi penyebab utama dalam adanya bencana alam. Perlu adanya antisipasi dari
pemerintah dan masyarakat dunia dalam menyikapi global warming.
Segala bentuk perencanaan pembangunan harus mempunyai strategi dalam
menerapkan pembangunan yang ramah lingkungan. Hal ini dilakukan agar kelestarian
alam dapat terjaga dan efek global warming dapat diminimalisir atau dapat dihindari
namun tetap terlaksana pertumbuhan ekonomi yang lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai