Anda di halaman 1dari 23

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN YANG BERWAWASAN

LINGKUNGAN DI INDONESIA

A. PENDAHULUAN

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan


tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat)
perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”.  QS. Ar-Rum ayat 41.

Laju pembangunan yang diikuti dengan meningkatnya kerusakan lingkungan


merupakan masalah yang kini serius ditindak lanjuti oleh Negara-negara di dunia.
Perkembangan globalisasi dan pemanasan global seakan seiring sejalan berdampingan.
Hal ini dapat diketahui dengan meningkatnya suhu atau panas bumi, perubahan cuaca yang
ekstrim menjadi pertanda bahwa bumi saat ini sedang tidak baik-baik saja. Wahana
Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) mengungkapkan bahwa baru-baru ini ilmuwan
yang tergabung dalam Panel Antar Pemerintah tentang Perubahan Iklim atau IPCC
memberikan peringatan berupa “kode merah bagi umat manusia”. Hal ini disampaikan
oleh Sekjen PBB Antonio Guterres setelah diterbitkannya hasil laporan kelompok
kerja ilmuwan IPCC pada tanggal 9 Agustus 2021. Peringatan ini bukan hanya
ditujukan untuk beberapa negara saja, melainkan untuk seluruh dunia, termasuk
Indonesia. (https://www.walhi.or.id/kondisi-lingkungan-hidup-di-indonesia-di-tengah-
isu-pemanasan-global )

Peringatan tersebut seolah menjadi pertanda bahwa Bumi kedepan akan


dihadapkan dengan problematika yang sangat kompleks karena menyangkut
kehidupan generasi selanjutnya. Paradigma saat ini, Bumi hanya sebagai wahana
untuk dimanfaatkan kekayaannya tanpa memikirkan kelestarian dan langsungan
kehidupan kedepan. WALHI menyebutkan hal ini dibuktikan dengan terjadinya
peningkatan suhu bumi yang meningkat 1,1 °C akibat pembakaran bahan bakar fossil,
Efek Rumah Kaca, dan Doferetasi. Berkaitan dengan suhu bumi, efek yang
ditimbulkan sangatlah besar dan destruktif seperti hujan dengan intensitas tinggi,
siklon tropis, banjir, dan musim kemarau yang semakin panjang penyebab kebakaran
skala besar. Jika kita lihat kebelakang, meningkatnya emisi carbon dioksida (CO2)
disebebakan berbagai aktivitas manusia, bahkan sejak awal revolusi industry yang
berdampak pada situasi saat ini.

Dikutip Kompas.com dari data analisa Carbon Brief, Minggu (03/04/2022), secara
total, manusia telah menghasilkan sekitar 2.500 miliar ton CO2 ke atmosfer, sejak 1850.
Menyisakan kurang dari 500 miliar ton CO2 dari sisa anggaran karbon agar tetap berada di
bawah 1,5 derajat Celcius dari pemanasan global. Analisa tersebut melihat total
berdasarkan emisi CO2 teritorial, di mana emisi telah terjadi. Selain itu, analisa juga
melihat dampak penghitungan emisi berbasis konsumsi untuk mencerminkan perdagangan
barang dan jasa yang padat karbon. CO2 bertahan selama berabad-abad di atmosfer.
Semakin banyak yang dilepaskan, maka semakin banyak pula panas yang terperangkap.
Artinya, emisi CO2 dari ratusan tahun lalu terus berkontribusi pada pemanasan planet
bumi hingga hari ini.

Selain emisi dari bahan bakar fosil, analisa juga mencakup emisi CO2 dari
penggunaan lahan dan kehutanan. Kondisi lingkungan hidup di Indonesia dalam
keadaan yang sangat tidak baik-baik saja. Hutan di Kalimantan hingga Papua masih
terus mengalami eksploitasi dan penghancuran oleh korporasi, yakni berupa
penggundulan hutan untuk dialihkan menjadi industri ekstraktif. Aktifitas industri
ekstraktif yang mengeksploitasi alam ini bukan hanya berdampak pada menyusutnya
hutan yang berfungsi sebagai penyerap emisi karbon dioksida, namun sekaligus ikut
memperparah laju pemanasan global dan mengancam sumber penghidupan puluhan
juta masyarakat adat.

Dari riset yang telah dilakukan oleh WALHI didapatkan data bahwa lahan
seluas 159 juta hektar sudah terkapling dalam ijin investasi industri ekstraktif. Luas
wilayah daratan yang secara legal sudah dikuasai oleh korporasi yakni sebesar
82.91%, sedangkan untuk wilayah laut sebesar 29.75%. Data IPBES 2018 juga
menyebutkan bahwa setiap tahunnya Indonesia kehilangan hutan seluas 680 ribu
hektar, yang mana merupakan terbesar di region asia tenggara. Sedangkan data
kerusakan sungai yang dihimpun oleh KLHK tercatat bahwa, dari 105 sungai yang
ada, 101 sungai diantaranya dalam kondisi tercemar sedang hingga berat.

Bukan hanya itu, penelusuran WALHI pada tahun 2013 hingga 2019
didapatkan data yang cukup mencengangkan, dimana penguasaan lahan sawit di
Indonesia ternyata selama ini hanya dikendalikan oleh 25 orang taipan. Total luasan
hutan yang dikuasai oleh konglomerat sawit ini sebesar 12.3 juta hektar. Dari total
luas hutan yang sudah mendapat lampu hijau dan mengantongi ijin tersebut, 5.8 juta
hektar diantaranya sekarang ini sudah menjadi perkebunan sawit.

Padahal di Indonesia terdapat 50-70 juta masyarakat adat yang tinggal dan
menggantungkan hidupnya dari hutan. Ketika hutan dirusak dan dikuasai oleh
korporasi, selain akan memperparah laju pemanasan global, kasus konflik di daerah
juga bakal semakin meningkat. Pemerintah seharusnya lebih menghargai hak-hak
masyarakat adat, dan melindungi dari kriminalisasi korporasi, bukan malah
memberikan karpet merah pada kapitalisme.

Laporan dari Auriga Nusantara juga tidak kalah mengkhawatirkan. Selama


pemerintahan Jokowi, setidaknya dalam 20 tahun terakhir ini terjadi deforestasi di
Papua seluas 663.443 hektar. Dimana 71 persen diantaranya terjadi sepanjang tahun
2011 sampai 2019. Penyumbang deforestasi terbesar yakni ditujukan untuk
pembukaan perkebunan sawit seluas 339.247 hektar. Namun dari hasil penelusuran
ternyata hanya 194 ribu hektar saja yang sudah ditanami sawit, selebihnya dalam
kondisi rusak.

Dampak pengalih fungsian hutan menjadi wilayah industri ekstraktif, baik itu
perkebunan, properti, pertanian, kehutanan, tambang, infrastruktur dan kelautan,
ternyata juga syarat akan beragam masalah. Dari laporan Konsorsium Pembaruan
Agraria (KPA), sepanjang tahun 2018 saja terjadi 410 konflik agraria dengan luas
wilayah konflik 807.177 hektar, dengan melibatkan 87.568 KK.

Dengan kerusakan hutan yang seluas itu, tidak mengherankan jika kemudian
sepanjang tahun 2020, BNPB mencatat terdapat 2.925 kejadian bencana alam di
Indonesia, mulai dari banjir, putting beliung, tanah longsor, kebakaran hutan dan
lahan, kekeringan, serta gelombang panas.

Praktik ekosida penghancurann lingkungan yang mengabaikan tata ruang dan


lingkungan hidup ini menjadi fakta bahwa praktik buruk segelintir korporasi yang
menguasai jutaan hektar lahan terbukti memperparah intensitas bencana di Indonesia.
Jumlah korban jiwa pun juga naik hampir tiga kali lipat, yakni pada periode 2017
hingga 2018 terjadi peningkatan jumlah korban bencana, dari yang sebelumnya
sebanyak 3.49 juta orang menjadi 9.88 juta orang.

Data ini seharusnya menjadi tamparan keras bagi pemerintah untuk mengkaji
ulang arah kebijakan yang sudah dibentuk. Karena baru-baru ini aturan yang dibuat
oleh pemerintah maupun DPR justru menguntungkan segelintir pengusaha dan
korporasi ekstraktif dengan menggadaikan nasib jutaan masyarakat marjinal.

Munculnya strategi pembangunan berkelanjutan (sustainable development), sekitar


tahun 1970-an dengan merebaknya masalah lingkungan. Hal ini ditandai dengan
paradigma pembangunan ekonomi konvensional dengan mengejar pertumbuhan ekonomi
semata, namun melahirkan kerusakan lingkungan dan sumber daya alam. Deklarasi
Stockholm 1972 menuju Rio de Janeiro 1992, sampai dengan Rio + 10 di Johanesburg
2002, menekankan perlunya koordinasi dan integrasi SDA, SDM, dan sumber daya buatan
dalam setiap pembangunan nasional, dengan pendekatan kependudukan, pembangunan,
dan lingkungan sampai dengan integrasi aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan. Dengan
demikian, tiga pilar pembangunan berkelanjutan adalah masyarakat (society), lingkungan
(environment), dan ekonomi (economy) Von Stoker et al (dalam Sugandhy dan Hakim,
2007: 22). Dalam pembangunan berkelanjutan, SDA tidak hanya sekedar dieksploitasi
untuk mengejar nilai ekonomis saja, melainkan harus memperhatikan aspek kelestarian
lingkungan hidup. Artinya, dalam konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable
development) yang berwawasan lingkungan, memerlukan upaya yang sadar dan terencana,
yang memadukan lingkungan hidup termasuk sumber daya proses pembangunan untuk
menjamin kemampuan, kesejahteraan dan mutu hidup generasi masa kini dan masa yang
akan datang. Pembangunan berwawasan lingkungan hidup sering pula dikemukakan
sebagai pembangunan berkelanjutan. Dengan demikian, pentingnya pengelolaan
lingkungan hidup sebagai upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang
meliputi kebijakan penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pem ulihan,
pengawasan, dan pengendalian lingkungan hidup (Budiyanto, 2013). Oleh karena itu,
dalam pembangunan berwawasan lingkungan hidup yang berkelanjutan, setidaknya
terdapat tiga hal yang perlu diperhatikan, yakni (1) pengelolaan sumber daya alam secara
bijaksana; (2) pembangunan berkesinambungan sepanjang masa; dan (3) peningkatan
kualitas hidup generasi.

Tak ada negara yang tidak melakukan pembangunan bagi negaranya. Sejatinya,
pembangunan merupakan proses perubahan menuju sesuatu yang lebih baik. Kondisi
yang lebih baik dari keadaan semula menjadi tujuan dari dilaksanakannya
pembangunan. Pembangunan yang dilakukan pun seyogyanya memperhatikan hal-hal
penting yang mendukung setiap prosesnya. Persoalan yang timbul adalah apabila
dalam pelaksanaan pembangunan, terdapat aspek-aspek yang merasa dirugikan.
Disini, muncullah pertanyaan apakah pembangunan benar-benar membawa perubahan
menuju ke arah yang lebih baik atau perubahan lebih baik yang dihasilkan oleh
pembangunan juga dapat memberikan resiko yang dapat merugikan. Berkaitan dengan
hal tersebut, penulis mengamati aspek penting yang turut dipengaruhi oleh
keberlangsungan pembangunan, yaitu pada aspek lingkungan.

Tidak dapat dipungkiri bahwa pembangunan memiliki hubungan erat dengan


lingkungan. Dapat dikatakan bahwa pembangunan yang memberi manfaat merupakan
pembangunan yang di dalam prosesnya memperhatikan konsep kelestarian
lingkungan. Apabila, pembangunan yang dilakukan mengabaikan konsep tersebut,
maka resiko pembangunan yang muncul adalah dampak negatif akibat pembangunan.
Hal itu sejalan dengan pernyataan Kepala Departemen Advokasi dan Kampanye
Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI), Nur Hidayati, dalam diskusi publik
tentang kebijakan lingkungan di Denpasar Bali pada Rabu, 20 Maret 2013 lalu. Nur
Hidayati menyatakan bahwa:
“perencanaan pembangunan infrastruktur di Indonesia selama ini sangat
jarang mempertimbangkan aspek lingkungan. Sebagai salah satu bukti
adalah kesalahan dalam pembuatan Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan (AMDAL) dalam pembangunan jalan di atas perairan (JDP) di
Bali yang menghubungkan Denpasar (Bandara Ngurah Rai) dan Nusa
Dua”.
Pernyataan di atas menegaskan kembali bahwa kegiatan pembangunan
terutama pembangunan infrastruktur mengenai implementasi program Masterplan
Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) masih dinilai
mengabaikan konsep kelestarian lingkungan oleh lembaga lingkungan hidup. Tidak
hanya lembaga lingkungan hal hidup yang mengomentari permasalahan lingkungan
ini, tetapi juga Menteri Pekerjaan Umum (periode 2009-2014), Djoko Kirmanto
menyatakan bahwa sejauh ini antisipasi terhadap setiap kerusakan lingkungan yang
ditimbulkan oleh pembangunan infrastruktur telah dilakukan oleh pemerintah. Tidak
hanya itu, disamping pertumbuhan ekonomi, pengurangan kemiskinan dan
pertumbuhan lapangan kerja, upaya memelihara kelestarian lingkungan menjadi salah
satu hal penting di dalam pembangunan. Tidak tanggung-tanggung, persoalan
tersebut masuk ke dalam daftar pilar pembangunan Indonesia.
Konsep pembangunan yang bertahan lama atau berkelanjutan pun diharapkan
dapat memfasilitasi persoalan lingkungan yang terjadi. Pembangunan berkelanjutan
(sustainable development) merupakan paradigma pembangunan yang berkaitan
langsung dengan keseimbangan alam atau lingkungan. Keraf menyebutkan bahwa
paradigma pembangunan berkelanjutan diterima sebagai sebuah agenda politik
pembangunan untuk semua negara di dunia. Sementara menurut Panayotou,
hubungan antara ekonomi dan ekologi merupakan hal penting di dalam pembahasan
pembangunan berkelanjutan itu sendiri. Dengan demikian, pembangunan
berkelanjutan yang berwawasan lingkungan seyogyanya menjadi sesuatu yang
menarik untuk dibahas oleh penulis.
Berdasarkan latar belakang di atas, dalam penulisan ini difokuskan pada
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana hubungan pembangunan dengan lingkungan di Indonesia?.
2. Bagaimana pelaksanaan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan
lingkungan di Indonesia?.

B. Metode
Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode penelitian
deskriptif. Menurut Arikunto deskriptif adalah Penelitian yang dimaksudkan untuk
menyelidiki keadaan, kondisi atau hal lain-lain yang sudah disebutkan, yang hasilnya
dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian. Dalam penelitian, peneliti tidak
mengubah, menambah, atau mengadakan manipulasi terhadap objek atau wilayah
penelitian. Dalam kegiatan penelitian ini peneliti hanya memotret apa yang terjadi
pada diri objek atau wilayah yang diteliti, kemudian memaparkan apa yang terjadi
dalam bentuk laporan penelitian secara lugas, seperti apa adanya.
Lebih lanjut Lexy Moleong menyatakan bahwa Pelaksanaan metode deskriptif
tidak terbatas hanya sampai pada pengumpulan dan penyusunan data, tetapi meliputi
analisis dan interpretasi tentang arti data tersebut, selain itu semua yang dikumpulkan
berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang diteliti. Sementara desain yang
digunakan dalam tulisan ini adalah desain library studies, dimana penulis melakukan
penelusuran terhadap literatur kemudian melakukan penelahaan.
C. KAJIAN PUSTAKA
a. Pengertian Pembangunan

Secara etimologi, pembangunan berarti bangun, bangun berarti sadar siuman,


bergerak, bangkit, dan berdiri. Dalam arti bentuk (ilmu bangun), bangun berarti bangun
persegi panjang sedangkan dalam arti kata kerja, bangun adalah membuat, mendirikan
atau membina. Apabila dilihat dari segi etimologi, konsep pembangunan meliputi
anatomik bentuk), fisiologi (kehidupan), behavioral (perilaku). Sementara menurut
pendapat beberapa ahli terkait pengertian pembangunan, adalah sebagai berikut:
1. Pontoh dan Kustiwan mendefinisikan mengenai pembangunan adalah suatu
proses perubahan yang dilakukan melalui upaya-upaya secara sadar dan
terencana; sedangkan perkembangan adalah proses perubahan yang terjadi
secara alami sebagai dampak dari adanya pembangunan.
2. Kartz mengartikan pembangunan sebagai perubahan yang lebih luas dari
masyarakat terhadap suatu keadaan kehidupan yang kurang bernilai kepada
keadaan yang lebih bernilai.
3. Tjokrowinoto menyimpulkan beberapa makna dari pembangunan
sebagai berikut :
a) Pembangunan sebagai proses perubahan sosial menuju
ketatanan kehidupan masyarakat yang lebih baik.
b) Pembangunan sebagai upaya manusia yang sadar, terencana dan
terlembaga.
c) Pembangunan sebagai proses sosial yang bebas nilai (value
d) free).
e) Pembangunan memperoleh sifat dan konsep transedental sebagai
metadiciplinary phenomenon, bahkan memperoleh bentuk sebagai
ideologi, the ideology of developement.
f) Pembangunan sebagai konsep yang sarat nilai (value loaded)
g) menyangkut proses pencapaian nilai yang dianut suatu bangsa secara
makin meningkat.
h) Pembangunan menjadi culture specific, situation specific, dan
i) time specific.
Berdasarkan berbagai definisi pembangunan yang bervariasi di atas, maka kita
bisa menarik sebuah kesimpulan bahwa Pembangunan adalah kegiatan atau usaha
secara sadar, terencana dan berkelanjutan untuk merubah kondisi suatu masyarakat
menuju kondisi yang lebih baik menyangkut semua aspek kehidupan fisik-nonfisik,
material-spiritual, meliputi berbagai bidang kehidupan masyarakat.

b. Pengertian Pembangunan Berkelanjutan

Pembangunan Berkelanjutan merupakan paradigma dalam pembangunan.


Pembangunan berkelanjutan muncul pada awal 1970-an yang diharapkan dapat
menjadi solusi dalam menyelesaikan persoalan polusi akibat pembangunan industri
yang dilakukan. Atas dasar itulah Konferensi Stockholm diselenggarakan pada tahun
1972 diikuti dengan pembentukan The First Governing Council di Nairobi.
Konferensi yang dibentuk bertujuan untuk menyelesaikan persoalan lingkungan fisik
global baik yang terjadi di negara maju maupun negara berkembang.
Pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development) merupakan pembangunan
yang memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengurangi kemampuan generasi-generasi
mendatang untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Sementara Mannion menebutkan
bahwa konsep sustainable development adalah suatu kebutukan guna melakukan
rekonsiliasi pembangunan ekonomi, kualitas kehidupan, dan lingkungan dalam
kerangka politik yang beragam yang saling berkaitan pada tingkat internasional dan
global.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa makna pembangunan
berkelanjutan tidak lepas dari kelestarian lingkungan. Lingkungan yang lestari
diharapkan dapat menopang kehidupan manusia. Dengan demikian, pembangunan
berkelanjutan yang berwawasan lingkungan mampu meningkatkan mutu hidup
generasi masa sekarang dan masa depan.
c. Manajemen Strategis Dalam Pembangunan
Hunger dan Wheelen (1996:7) mengemukakan konsep manajemen strategis, yaitu :

Management strategic is that set of managerial decisions and actions that


determines the long-run performance of a corporation. It includes environmental
scanning, strategy formulation (strategic or long-range planning), strategy
implementation, and evaluation and control. (Manajemen strategis adalah serangkaian
keputusan dan tindakan manajerial yang menentukan kinerja organisasi dalam jangka
panjang. Manajemen strategis meliputi pengamatan lingkungan, perumusan strategi
(perencanaan strategis), implementasi strategi, dan evaluasi serta pengawasan).
Manajemen strategis pada dasarnya bergerak dari awal sampai akhir, sampai
menikmati hasil dari keputusannya, mencocokkan apakah hasil itu cukup memberi
kepuasan yang berkualitas kepada kelompok masyarakat. Pendek kata manajemen
strategis sebagai suatu cara untuk mengendalikan organisasi secara efektif dan efisien,
sampai kepada implementasi garis terdepan, sedemikian rupa sehingga tujuan dan
sasarannya tercapai. Kemudian, Hunger dan Wheelen (1996:9) mengemukakan bahwa
poroses manajemen strategis meliputi empat elemen dasar : (1) pengamatan lingkungan
(environmental scanning), (2) perumusan strategi (strategy formulation, (3) implementasi
strategi (strategy implementation), dan (4) evaluasi dan pengawasan (evaluation and
control).
Dalam setiap organisasi (corporate), proses manajemen strategis meliputi aktivitas
yang berlangsung terus-menerus dengan pola aktivitas bersifat siklus, dari kegiatan
analisis lingkungan sampai kepada kegiatan mengevaluasi dan mengawasi.
Kelompok manajemen strategis menganalisis lingkungan eksternal (peluang dan
tantangan organisasi) dan lingkungan internal (kekuatan dan kelemahan organisasi)
perdesaan. Faktor- faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahannya, serta peluang-
peluang dan tantangan yang senantiasa dihadapi oleh setiap organisasi perdesaan
dianalisis. Setelah faktor-faktor strategis diidentifikasi, kelompok manajemen strategis
mengevaluasi hubungan dan menentukan misi organisasi. Tahap pertama, formulasi
strategis adalah suatu pernyataan dari misi, tujuan-tujuan, strategi-strategi, dan kebijakan-
kebijakan.
. Proses Manajemen Strategi Sufian

Environmental Strategy Strategy Output dan out


scaning formulation implementation comes
Dalam model manajemen strategis setiap organisasi, keputusan strategis dan
perencanaan strategis disiapkan oleh kelompok manajemen strategis. Tugas utama dari
kelompok manajemen strategis adalah merumuskan tujuan dan sasaran organisasi,
keputusan-keputusan strategis lainnya, rencana strategis, implementasi strategis,
mengevaluasi dan mengontrol implementasi strategis.

D. PEMBAHASAN
Hubungan Pembangunan dan Lingkungan
Hamim (2013: 1) Mengungkapkan bahwa Pembanguanan sebagai kegiatan
atau usaha secara sadar, terencana dan berkelanjutan untuk merubah kondisi yang
lebih baik meneyangkut semua aspek kehidupan fisik dan nonfisik serta material dan
spritual, meliputi bidang : ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan ketahanan
masyarkat. Hakekatnya, pelaksanaan pembangunan mempengaruhi dan dipengaruhi
oleh lingkungan. Ibarat suatu sistem, maka keduanya tidak dapat dipisahkan satu sama
lain. Secara umum, pembangunan bertujuan untuk meningkatkan mutu hidup rakyat
dan mmenuhi kebutuhan dasar (human needs) rakyat yang lebih baik. Dalam upaya
memperbaiki mutu hidup rakyat, sebagaimana tujuan dari pembangunan, maka
kemampuan lingkungan hidup dalam mendukung kehidupan pada tingkat yang lebih
tinggi seharusnya dipelihara dari kerusakan. Pemeliharaan lingkungan hidup
diupayakan dalam rangka menghindari terjadinya kepunahan kehidupan. Dengan kata
lain, apabila terjadi kerusakan, kemerosotan yang parah pada ekosistem tempat hidup
manusia, maka kedepannya kehidupan manusia akan mengalami kesulitan yang
banyak. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pembangunan berkelanjutan tidak
terjadi.

Ada beberapa hal yang seyogyanya diperhatikn dalam pelaksanaan


pembangunan dan pemanfaatan sumber-sumber alam yang dapat diperbaharui, yaitu
sebagai berikut:
a) Generasi yang akan datang harus tetap mewarisi suatu alam yang masih
penuh sumber kemakmuran untuk dapat memberi kehidupan kepada
mereka
b) Tetap adanya keseimbangan dinamis diantara unsur-unsur yang terdapat di
alam
c) Dalam penggalian sumber-sumber alam harus tetap dijamin adanya
pelestarian alam, artinya pengambilan hasil tidak sampai merusak
terjadinya autoregenerasi dari sumber alam tersebut.
d) Perencanaan kehidupan manusia hendaknya tetap dengan lingkungan dan
terciptanya kepuasan baik fisik, ekonomi, sosial, maupun kebutuhan
spritual.
Selain itu dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek pembangunan dan
penggalian sumber daya alam untuk kehidupan harus disertai dengan :
a) Strategi pembangunan yang sadar akan permasalahn lingkungan hidup,
dengan dampak ekologi yang sekecil-kecilnya.
b) Suatu politik lingkungan se-Indonesia yang bertujuan mewujudkan
persyaratan kehidupan masyarakat Indonesia yang lebih baik untuk
puluhan tahun yang akan datang (kalau mungkin untuk selamanya)
c) Eksploitasi sumber hayati didasarkan tujuan kelanggengan atau kelestarian
lingkungan dengan prinsip memanen hasil tidak akan menghancurkan daya
autoregenerasinya
d) Perencanaan pembangunan dalam rangka memenuhi kebutuhan
penghidupan hendaknya dengan tujuan mencapai suatu keseimbangan
dinamis dengan lingkungan hinggga memberikan keuntungan secara fisik,
ekonomi, sosial dan spritual.
e) Usahakan agar sebagian hasil pembangunan dapat dipergunakan untuk
memperbaiki kerusakan lingkungan akibat proyek pembangunan, dalam
rangka menjaga kelestarian lingkungan
f) Pemakaian sumber alam tidak dapat diganti, harus sehemat dan seefisien
mungkin.
Isu Pembangunan Berkelanjutan
Beberapa isu dalam pembangunan berkelanjutan telah dijelaskan secara rinci
oleh Mudiyarso, yaitu:
a. Perubahan iklim global;

b. Penipisan lapisan ozon;

c. Menurunnya keanekaragaman hayati;

d. Menurunnya kualitas lingkungan;

e. Masalah kemiskinan.
Di samping isu di atas, beberapa contoh permasalahan lingkungan yang
diakibatkan oleh pembangunan, antara lain:
Tabel 1.
Permasalahan Lingkungan Akibat Pembangunan

N Akibat Dari Masalah Lingkungan


No.
1 Pembangunan Pertanian, - Menciptakan siklus karbon
. Perkebunan, dan Peternakan pemanasan bumi, perubahan iklim.
- Siklus tata air terganggu (erosi,
banjir, dan kekeringan).
2 Pembangunan Industri yang - Pencemaran sungai.
. menghasilkan limbah padat, - Pencemaran air sawah dan air laut
limbah cair, imbah gas, bau, dan - Pencemaran air dan udara yang
kebisingan.
digunakan masyarakat
Sumber: Diolah dari berbagai sumber

Konsep Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development) Yang


Berwawasan Lingkungan di Indonesia
Pembangunan merupakan proses yang pada umumnya direncanakan dengan
sengaja dalam masyarakat untuk menuju pada keadaan hidup yang lebih baik. Dalam
membicarakan pembangunan berkelanjutan, maka ada dua aspek penting yang saling
mempengaruhi satu sama lain, yaitu aspek lingkungan dan aspek pembangunan.
Konsep dasar pembangunan berkelanjutan berawal dari kebutuhan hidup manusia
yang tidak terbatas jumlahnya yang tidak sejalan dengan keberadaan sumber daya
alam yang terbatas. Oleh karena itu, pelestarian sumber daya alam harus diperhatikan..
Dalam rangka menyeimbangkan keberadaan sumberdaya alam dengan kegiatan
ekonomi diperlukan pembangunan berwawasan lingkungan. Terlihat jelas bahwa
perwujudan harmonisasi antara pembangunan ekonomi dan pelestarian lingkungan
serta sumberdaya menjadi dua hal pokok yang perlu diperhatikan. Dengan demikian,
pembangunan yang dilakukan tidak hanya berguna untuk masa sekarang akan tetapi
dapat berkelanjutan untuk masa yang akan datang.
Sejalan dengan itu, The Global Tomorrow Coalition menyebutkan bahwa
ada empat (4) hal yang menjadi alasan dasar dari pembangunan berkelanjutan. Keempat
hal tersebut adalah:
1. Pembangunan ekonomi dan kesehatan lingkungan merupakan dua hal
pokok yang saling berkaitan. Proses pengambilan keputusan atau
perumusan kebijakan mengawali integrasi yang terjadi antara
lingkungan dan ekonomi .
2. Persoalan lingkungan merupakan hal yang saling terkait satu sama lain.
3. Masalah ekonomi dan lingkungan juga berhubungan dengan faktor
sosial dan politik.
4. Pentingnya kerjasama dan komunikasi internasional diakibatkan oleh
faktor-faktor ekonomi, polusi, dan ekosistem yang tidak mempedulikan
batas-batas negara.

Emil Salim mendefinisikan pembangunan berwawasan lingkungan merupakan


upaya sadar dan berencana dalam menggunakan dan mengelola sumber daya alam
secara bijaksana dalam pembangunan yang berkesinambungan untuk meningkatkan
kualitas hidup. Emil Salim berpendapat bahwa pembangunan berkelanjutan bertujuan
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, untuk memenuhi kebutuhan dan
aspirasi manusia. Secara umum pembangunan yang berkelanjutan pada hekekatnya
dilaksanakan dalam rangka menjamin keberlangsugan hidup generasi masa akan
datang melalui pemerataan pembangunan. Sejalan dengan pemerataan pembangunan
tersebut, Sutamihardja (2004), menyatakan enam (6) sasaran pembangunan
berkelanjutan, sebagai berikut:
a. Pemerataan manfaat hasil-hasil pembangunan antar generasi (intergenaration
equity) yang berarti bahwa pemanfaatan sumberdaya alam untuk kepentingan
pertumbuhan perlu memperhatikan batas- batas yang wajar dalam kendali
ekosistem atau sistem lingkungan serta diarahkan pada sumberdaya alam yang
replaceable dan menekankan serendah mungkin eksploitasi sumber daya
alam yang unreplaceable.
b. Safeguarding atau pengamanan terhadap kelestarian sumber daya alam dan
lingkungan hidup yang ada dan pencegahan terjadi gangguan ekosistem
dalam rangka menjamin kualitas kehidupan yang tetap baik bagi generasi
yang akan datang.
c. Pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya alam semata untuk kepentingan
mengejar pertumbuhan ekonomi demi kepentingan pemerataan
pemanfaatan sumberdaya alam yang berkelanjutan antar generasi.
d. Mempertahankan kesejahteraan rakyat (masyarakat) yang berkelanjutan baik
masa kini maupun masa yang mendatang (inter temporal).
e. Mempertahankan manfaat pembangunan ataupun pengelolaan sumberdaya
alam dan lingkungan yang mempunyai dampak manfaat jangka panjang
ataupun lestari antar generasi.
f. Menjaga mutu ataupun kualitas kehidupan manusia antar generasi sesuai
dengan habitatnya.

Sementara Pembangunan berwawasan lingkungan merupakan pola


kebijaksanaan pembangunan yang bertujuan untuk tidak mengganggu keseimbangan
ekosistem yaitu pembangunan yang berorientasi kepada pengelolaan sumber daya
alam sekaligus melakukan upaya perlindungan dan pengembangannya. Pengelolaan
lingkungan hidup berdasarkan pelestarian kemampuan lingkungan yang serasi dan
seimbang untuk menunjang pembangunan yang berkesinambungan bagi peningkatan
kesejahteraan manusia. Dalam pelaksanaan pembangunan berwawasan lingkungan,
Lonergan menegaskan bahwa terdapat tiga (3) dimensi penting yang harus menjadi
pertimbangan. Ketiga dimensi tersebut adalah:
1. Dimensi ekonomi yang menghubungkan antara pengaruh-pengaruh unsur
makroekonomi dan mikroekonomi pada lingkungan dan bagaimana
sumberdaya alam diperlakukan dalam analisis ekonomi.
2. Dimensi politik yang mencakup proses politik yang menentukan
penampilan dan sosok pembangunan, pertumbuhan penduduk, dan
degradasi lingkungan pada semua negara. Dimensi ini juga termasuk
peranan agen masyarakat dan struktur sosial dan pengaruhnya terhadap
lingkungan.
3. Dimensi Sosial Budaya yang mengaitkan antara tradisi atau sejarah dengan
dominasi ilmu pengetahuan barat, serta pola pemikiran dan tradisi
agama. Ketiga dimensi ini berintegrasi satu sama lain untuk mendorong
terciptanya pembangunan yang berwawasan lingkungan.

Menurut Otto Soemarwoto pembangunan berkelanjutan tidak memiliki sifat


serakah yang mementingkan kepentingan diri sendiri, akan tetapi pembangunan
berkelanjutan pun memikirkan kebutuhan bagi generasi penerus selanjutnya.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dilihat secara jelas bahwa terdapat hubungan erat
antara pembangunan berkelanjutan dengan pembangunan berwawasan lingkungan.
Dapat dikatakan bahwa pembangunan berwawasan lingkungan merupakan kunci
dalam menciptakan pembangunan berkelanjutan. Lebih lanjut, menanggapi hubungan
antara keduanya, M. Daud Silalahi menegaskan bahwa antara pembangunan
berwawasan lingkungan dengan pembangunan berkelanjutan dapat diibaratkan
bagaikan dua sisi dari mata uang yang sama dimana keduanya saling berkaitan. Oleh
karena itu konsepsi pembangunan berkelanjutan dan pembangunan berwawasan
lingkungan dipadukan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009. Dalam
Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2009 dijelaskan bahwa:
"Pembangunan berkelanjutan (berwawasan lingkungan) adalah upaya sadar dan
terencana yang memadukan yang memadukan aspek lingkungan hidup, sosial, dan
ekonomi ke dalam strategi pembangunan untuk menjamin keutuhan lingkungan hidup
serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan
generasi masa depan."

Secara garis besar, pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan


merupakan pembangunan yang tidak mengabaikan kelestarian lingkungan, menjaga
keharmonisan lingkungan dan sumber daya agar pembangunan berkelanjutan bagi
generasi masa kini dan nanti dapat ditopang oleh keberadaan lingkungan dan
sumberdaya yang lestari. Dalam hal ini pembangunan berkelanjutan yang berwawasan
lingkungan berarti mengelola sumber daya untuk meningkatkan kesejahteraan
generasi sekarang tanpa mengurangi kemampuan generasi masa akan datang untuk
mengelola sumberdaya guna meningkatkan kesejahteraannya.
Berkaitan dengan pelaksanaan pembangunan berkelanjutan di Indonesia,
pemerintah telah mengupayakan terbentuknya Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Dalam pelaksanaannya, instrumen atau alat pengendali kerusakan lingkungan sangat
diperlukan. Menindaklanjuti hal tersebut, Hadi dan Samekto menyatakan bahwa ada
beberapa instrumen pengendalian kerusakan lingkungan. Instrumen tersebut adalah:
a) tindakan bersifat pre-emptif, seperti penyusunan tata ruang, penyusunan
dokumen AMDAL (Analisis mengenai Dampak Lingkungan), dokumen
UKL-UPL (Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan
Lingkungan);
b) tindakan bersifat preventif, seperti pengawasan atas baku mutu lingkungan,
pelaksanaan program penilaian peringkat perusahaan (Program Proper);
c) tindakan bersifat proaktif. Seperti sertifikasi ISO 14001, audit lingkungan atas
prakarsa sendiri.

Berdasarkan uraian di atas, maka salah satu instrumen yang sangat penting
dilakukan pada tahap awal dalam rangka mencegah perusakan dan pencemaran
lingkungan adalah Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). AMDAL
merupakan dokumen wajib bagi pelaksana pembangunan apabila pembangunan yang
dilakukan berdampakbesar dan penting bagi lingkungan. Dokumen AMDAL berisikan
tentang prosedur atau tahapan pokok yang wajib dilalui oleh pelaksana pembangunan.
Adapun yang termasuk ke dalam usaha dan/atau kegiatan yang
memumungkinkanmenimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup
antara lain sebagai berikut:
1. Pengubahan bentuk lahan dan bentang alam
2. Eksploitasi sumber daya alam baik yang terbarui maupun yang tak terbarui
3. Proses dan kegiatan yang secara potensial dapat menimbulkan pemborosan,
pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup, serta kemerosotan sumber
daya alamdalam pemanfaatan
4. Proses dan kegiatan yang hasilnya dapat mempengaruhi lingkungan alam,
lingkungan buatan, serta lingkungan social dan budaya
5. Proses dan kegiatan yang hasilnya akan dapat mempengaruhi pelestarian
kawasan konservasi sumber daya alam dan/atau perlindungan cagar budaya
6. Introduksi jenis tumbuh-tumbuhan, jenis hewan dan jasad renik
7. Pembuatan dan penggunaan bahan hayati dan non hayati
8. Penerapan teknologi yang diperkirakan mempunyai potensi besar untuk
mempengaruhi lingkungan hidup
9. Kegiatan yang mempunyai resiko tinggi, dan atau mempengaruhi pertahanan
negara.

Sementara kriteria mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan atau
kegiatan terhadap lingkungan hidup adalah:
1. Jumlah manusia yang akan terkena dampak

2. Luas wilayah penyebaran dampak

3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung

4. Banyaknya komponen lingkungan lainnya yang terkena dampak

5. Sifat kulatif dampak


6. Berbalik (reversible) atau tidak berberbaliknya (irrrever-sible) dampak.

Upaya yang Dapat Dilakukan Dalam Pelaksanaan Pembangunan Berkelanjutan


Berwawasan Lingkungan
Seiring dengan berjalannya waktu, dalam pelaksanaan pembangunan di
Indonesia diharapkan dapat berkelanjutan. Meski, dalam kenyataannya, pembangunan
di Indonesia tak jarang masih lalai dalam memperhatikan kelestarian lingkungan. Oleh
karena itu, mengingat pentingnya pembangunan berkelanjutan, maka diperlukan
upaya-upaya yang diharapkan dapat menjadi pembuka jalan dalam mendukung dan
melestarikan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan di Indonesia.
Terdapat beberapa hal pokok dan penting yang seyogyanya diperhatikan dalam
pelaksanaan pembangunan dan pemanfaatan sumber- sumber alam yang dapat
diperbaharui, yaitu sebagai berikut:
1. Generasi yang akan datang harus tetap mewarisi suatu alam yang masih
penuh sumber kemakmuran untuk dapat memberi kehidupan kepada mereka.
2. Tetap adanya keseimbangan dinamis diantara unsur-unsur yang terdapat di
alam.

3. Dalam penggalian sumber-sumber alam harus tetap dijamin adanya


pelestarian alam, artinya pengambilan hasil tidak sampai merusak terjadinya
autoregenerasi dari sumber alam tersebut.
4. Perencanaan kehidupan manusia hendaknya tetap dengan lingkungan dan
terciptanya kepuasan baik fisik, ekonomi, sosial, maupun kebutuhan spiritual.

Tidak hanya beberapa hal di atas, beberapa hal yang harus diikutsertakan
dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek pembangunan dan penggalian sumber
daya alam untuk kehidupan, adalah sebagai berikut:
1. Strategi pembangunan yang sadar akan permasalahan lingkungan hidup,
dengan dampak ekologi yang sekecil-kecilnya.
2. Suatu politik lingkungan se-Indonesia yang bertujuan mewujudkan
persyaratan kehidupan masyarakat Indonesia yang lebih baik untuk
puluhan tahun yang akan datang (kalau mungkin untuk selamanya).
3. Eksploitasi sumber hayati didasarkan tujuan kelanggengan atau
kelestarian lingkungan dengan prinsip memanen hasil tidak akan
menghancurkan daya autoregenerasinya.
4. Perencanaan pembangunan dalam rangka memenuhi kebutuhan
penghidupan, hendaknya dengan tujuan mencapai suatu keseimbangan
dinamis dengan lingkungan hingga memberikan keuntungan secara fisik,
ekonomi, dan sosial spiritual.
5. Usahakan agar sebagian hasil pembangunan dapat dipergunakan untuk
memperbaiki kerusakan lingkungan akibat proyek pembangunan tadi,
dalam rangka menjaga kelestraian lingkungan.
6. Pemakaian sumber alam yang tidak dapat diganti, harus sehemat dan
seefisien mungkin.

Emil Salim menegaskan bahwa terdapat lima pokok usaha yang perlu
dilakukan untuk melaksanakan pembangunan yang berwawasan lingkungan, yaitu:
1. Menumbuhkan sikap kerja berdasarkan kesadaran saling membutuhkan antara
satu dengan yang lain.
2. Kemampuan menyerasikan kebutuhan dengan kemampuan sumber alam
dalam menghasilkan barang dan jasa.
3. Mengembangkan sumber daya manusia agar mampu menanggapi
tantangan pembangunan tanpa merusak lingkungan.

4. Mengembangkan kesadaran lingkungan di kalangan masyarakat


sehingga tumbuh menjadi kesadaran berbuat.

5. Menumbuhkan lembaga-lembaga swadaya masyarakat yang dapat


mendayagunakan dirinya untuk menggalakkan partisipasi masyarakat dalam
mencapai tujuan pengelolaan lingkungan hidup.

Lebih lanjut, dalam mewujudkan konsep pembangunan berkelanjutan, Emil


menegaskan bahwa diperlukannya segitiga kemitraan antara pemerintah, dunia bisnis
dan masyarakat madani dalam hubungan kesetaraan tanpa mengabaikan hukum
ekonomi, alam-ekologi dan peradaban.
Selain beberapa uraian di atas, hal yang tidak kalah pentingnya adalah fokus
pemerintah dalam menegakkan hukum lingkungan.Penegakan hukum lingkungan
merupakan proses terakhir dalam siklus pengaturan perencanaan kebijakan lingkungan

setelah Perundang-undangan, Penentuan standar, pemberian izin, dan Penerapan.1


Penegakan hukum lingkungan yang dimaksud adalah pemberian hukuman kepada
pemrakarsa atau pelaksana pembangunan yang benar-benar melanggar ketentuan
dalam membangun. Baik berupa hukuman administrasi, perdata, maupun pidana
seperti yang tertulis di dalam peraturan perundang-undangan.
Selain itu, diperlukan adanya pemeriksaan sekaligus pengawasan yang benar-
benar dilaksanakan oleh pejabat berwenang. Pemeriksaan dan pengawasan dilakukan
sebelum pembangunan berlangsung. Dalam hal ini peran AMDAL amat dibutuhkan
guna pemeriksaan (pemberian izin), pengawasan, dan penegakan hukum lingkungan.
Hakekatnya, AMDAL dilakukan untuk mengurangi dampak negatif yang akan
ditimbulkan oleh pembangunan.Sejalan dengan peran AMDAL tersebut, Hadi
menyatakan bahwapada dasarnya AMDAL dilakukan sebagai alat yang
menyempurnaan suatu proses perencanaan proyek pembangunan yang tidak saja
diperhatikan aspek sosial proyek itu, melainkan juga aspek pengaruh proyek itu

terhadap sosial budaya, fisika, kimia, dan lain- lain.2Secara teknis instansi yang
bertanggung jawab dalam merumuskan dan memantau penyusunan AMDAL di
Indonesia adalah BAPEDAL (Badan Pengendali Dampak Lingkungan). Dalam
melaksanakan perannya, seyogyanya pemerintah dapat melakukan Kajian
Lingkungan Hidup
Strategis (KLHS) guna memperhatikan pembangunan berkelanjutan yang tidak
mengabaikan kelestarian lingkungan.
Selanjutnya, selain beberapa hal pokok dan peran pemerintah di atas,
masyarakat pun memiliki peran dalam pembangunan berkelanjutan yang berwawasan
lingkungan. Masyarakat dapat memberi saran atau pendapat terhadap dokumen
AMDAL.Di samping itu, masyarakat pun diharapkan dapat turut serta aktif dalam
memelihara kelesetarian lingkungan. Sejalan dengan hal itu, sumber daya alam
menjadi milik bersama akan lebih terpelihara kelestariannya disaat seluruh masyarakat
memahami dan memeliharanya.

E. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pembangunan memiliki hubungan erat dengan lingkungan. Lingkungan
merupakan pendukung setiap kegiatan pembangunan. Akan tetapi apabila
pembangunan yang dilakukan ternyata tidak memberi manfaat terhadap
lingkungan, maka dapat dipastikan pada pelaksanaannya, pembangunan
tidak memperhatikan kelestarian lingkungan. Padahal, sejatinya lingkungan
yang rusak atau tidak lestari dapat berdampak pada kepunahan kehidupan.
Oleh karena itu, pembangunan berkelanjutan sangat diperlukan
keberadaannya.
2. Konsep pembangunan berkelanjutan merupakan pembangunan yang
dilakukan guna meningkatkan mutu hidup generasi masa sekarang dan masa
yang akan datang. Sementara pembangunan berwawasan lingkungan adalah
pembangunan dalam pelaksanaannya tidak mengabaikan kelestarian
lingkungan. Dengan demikian, lingkungan hidup yang lestari tidak hanya
dapat menjamin keberlangsungan hidup generasi masa kini tetapi juga
generasi masa depan.
DAFTAR PUSTAKA

Andi Hamzah.2005. Penegakan Hukum Lingkungan, Sinar Grafika: Jakarta. Arikunto,


Suharmi. 2010. Prosedur Penelitian. Reneka Cipta: Jakarta.
Dr. I. Supardi, 1980. Lingkungan Hidup dan Kelestariannya. Alumni
Angkasa:Bandung.
Eggi Sudjana dan Riyanto. 1999. Penegakan Hukum Lingkungan dalam
Perspektif Etika Bisnis Di Indonesia, Gramedia pustaka utama.
Hadi, Sudharto P. dan Samekto, Adji FX., 2007.Dimensi Lingkungan Dalam
Bisnis, Badan Penerbit Universitas Diponegoro: Semarang.
Harun M. Husein. 1992.Lingkungan Hidup Masalah Pengelolaan dan Penegakan
Hukumnya, Bumi Aksara: Jakarta
Imam Supardi,2003. Lingkungan Hidup dan Kelesteriannya. Alumni: Bandung.
Keraf, A.S. 2002. Etika Lingkungan. Kompas: Jakarta.
Kristanto, Ir. Philip. 2000. Ekologi Industri. Andhi Offset dan LPPM UK Petra:
Surabaya.
Murdiyarso, D. 2003. Protokol Kyoto: Implikasinya bagi Negara Berkembang.
Kompas: Jakarta.
Moh. Askin.2003. Penegakan Hukum Lingkungan & Pembicaraan di DPR RI.
Penerbit Yarsif Watampone: Jakarta.
Moleong, Lexi J. 2000. Metode Penelitian Kualitatif. Remaja Rosdakarya:
Bandung.
M. Daud Silalahi, 1992, Hukum Lingkungan Dalam Sistem Penegakan Hukum
Lingkungan Indonesia, Cet. Ke-1,Alumni: Bandung.
Panayotou, T. 1994. Economy and Ecology in Sustainable Development.
GramediaPustaka Utama in cooperation with SPES Foundation: Jakarta.
R.M. Gatot P. Soemartono, 1966. Hukum Lingkungan Indonesia. Sinar Grafika:
Jakarta.
Siswanto Sunarso. 2005. Hukum Pidana Lingkungan Hidup Dan Strategi Penyelesaian
Sengketa. Rineka Cipta.
Sufian Hamim, 2013. Manajemen Strategis Pembangunan Daerah dan Pedesaan.
TrusMedia.
Sufian Hamim, 2005. Sistem Pereencanaan Strategis Dalam Pembangunan. UIR PRESS
Sutamihardja, 2004 Perubahan Lingkungan Global; Program Studi Pengelolaan Sumber
Daya Alam dan Lingkungan Sekolah Pascasarjana: IPB.
Soerjono Soekanto. 1976. Permasalahan Dalam Kerangka Pembangunan di Indonesia,
Yayasan Penerbit Universitas Indonesia: Jakarta
S.P Hadi. 1995. Aspek Sosial AMDAL Sejarah, Teori dan Metode, Gadjahmada
University Press: Yogyakarta.
The Global Tomorrow Coalition (1990) dalam Tim Pengajar Subyek .2010.
Teori Pembangunan. Alqaprint: Jatinangor.
Otto Soemarwoto, 1992, Indonesia Dalam Kancah Isu LingkunganGlobal, Cet.
Ke-2, PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
KEBIJAKAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN YANG

BERWAWASAN LINGKUNGAN

Oleh:
MUHAMMAD SYARIFUDDIN
217322054

MAKALAH

TEORI-TEORI PEMBANGUNAN

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU PEMERINTAHAN


PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2022

Anda mungkin juga menyukai