Anda di halaman 1dari 17

PENYEDERHANAAN STRUKTUR ORGANISASI PADA PEMERINTAH PROVINSI RIAU

Oleh:

MUHAMMAD SYARIFUDDIN

217322054

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU PEMERINTAHAN

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM RIAU


PEKANBARU
BAB I

PENDHULUAN

1.1 Latar Belakang

Laju arus globalisasi yang di ikuti dengan perkembangan teknologi yang

memungkinkan dunia serba tanpa batas, dimana Era connected society membuat masyarakat

lebih kritis dalam menanggapi berbagai isu yang langsung bisa mereka kemukakan hanya

dengan melalui ibu jari mereka (smartphone). Tuntutan masyarakat yang semakin tinggi

mengharuskan pemerintah untuk cepat merespon segala gejala/fenomena sosial yang terjadi

ditengah kehidupan masyarkat.

Pemerintah harus mampu melayani masyarakat dengan sepenuh hati, karena hakekat

tugas dari pemerintah itu sendiri. Pemerintah harus mengubah paradigma lama yang selalu

minta dilayani, menjadi kearah pemerintah yang melayani. Merujuk pendapat Rias Rasyid di

dalam (Ndraha: 2002) bahwa ada 3 (tiga) fungsi pemerintah yaitu, pelayanan (service

excellent), pemberdayaan (empowerment) dan pembangunan (development). Hal ini ditindak

lanjuti pemerintah dengan lahirnya Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang pelayanan

public, Undang Undang ini diharapkan dapat memberi kejelasan dan pengaturan mengenai

pelayanan publik, antara lain meliputi:

a. pengertian dan batasan penyelenggaraan pelayanan publik;

b. asas, tujuan, dan ruang lingkup penyelenggaraan pelayanan publik;

c. pembinaan dan penataan pelayanan publik;

d. hak, kewajiban, dan larangan bagi seluruh pihak yang terkait dalam

penyelenggaraan pelayanan publik;


e. aspek penyelenggaraan pelayanan publik yang meliputi standar pelayanan,

maklumat pelayanan, sistem informasi, sarana dan prasarana, biaya/tarif pelayanan,

pengelolaan pengaduan, dan penilaian kinerja;

f. peran serta masyarakat;

g. penyelesaian pengaduan dalam penyelenggaraan pelayanan; dan

h. sanksi.

Sejalan dengan itu, seiring dengan berjalannya waktu pemerintah telah melakukan

perubahan-perubahan kearah yang lebih baik untuk merubah citra birokrasi Indonesia yang

lebih banyak memberikan kesan negative. Birokrasi Indonesia selalu jadi sebuah opini publik

yang tidak pernah membosankan, hal ini disebabkan karena hingga kini birokrasi di

Indonesia masih problematik dan jauh dari apa yang menjadi harapan. Birokrasi yang tidak

ideal menjadi salah satu masalah di Indonesia. Keluhan terhadap rendahnya kinerja pelayanan

publik dan minimnya kualitas sumberdaya aparatur seperti tidak pernah ada akhirnya, dan

belum dapat ditemukan solusi efektif untuk mengatasinya. Mulai dari praktek tidak terpuji

seperti kolusi, korupsi, dan nepotisme sampai dengan sistem birokrasi yang buruk menjadi

hambatan dalam mewujudkan birokrasi yang pro terhadap kepentingan rakyat banyak, hal ini

melahirkan patologi dalam birokrasi yang terjadi secara turun temurun.

Agenda besar pemerintah yang diwujudkan dengan Reformasi Birokrasi melalui

Peraturan Presiden Nomor 81 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi Tahun 2010-2025

diharapkan dapat mempercepat tercapainya tata kelola pemerintahan yang baik dan dapat

menjawab permasalahan-permasalahan birokrasi kedepan. Berkaitan dengan hal tersebut,

reformasi birokrasi bermakna sebagai sebuah perubahan besar dalam paradigma dan tata

kelola pemerintahan Indonesia. Selain itu, reformasi birokrasi juga bermakna sebagai sebuah

pertaruhan besar bagi bangsa Indonesia dalam menyongsong tantangan abad ke-21.
Ada beberapa permasalahan utama yang berkaitan dengan birokrasi, yaitu:

a. Organisasi

Organisasi pemerintahan belum tepat fungsi dan tepat ukuran (right sizing).

b. Peraturan perundang-undangan

Beberapa peraturan perundang-undangan di bidang aparatur negara masih ada

yang tumpang tindih, inkonsisten, tidak jelas, dan multitafsir. Selain itu, masih

ada pertentangan antara peraturan perundang-undangan yang satu dengan yang

lainnya, baik yang sederajat maupun antara peraturan yang lebih tinggi dengan

peraturan di bawahnya atau antara peraturan pusat dengan peraturan daerah. Di

samping itu, banyak peraturan perundang-undangan yang belum disesuaikan

dengan dinamika perubahan penyelenggaraan pemerintahan dan tuntutan

masyarakat.

c. SDM Aparatur

Masalah utama SDM aparatur negara adalah alokasi dalam hal kuantitas,

kualitas, dan distribusi PNS menurut teritorial (daerah) tidak seimbang, serta

tingkat produktivitas PNS masih rendah. Manajemen sumber daya manusia

aparatur belum dilaksanakan secara optimal untuk meningkatkan

profesionalisme, kinerja pegawai, dan organisasi. Selain itu, sistem penggajian

pegawai negeri belum didasarkan pada bobot pekerjaan/jabatan yang diperoleh

dari evaluasi jabatan. Gaji pokok yang ditetapkan berdasarkan

golongan/pangkat tidak sepenuhnya mencerminkan beban tugas dan tanggung

jawab. Tunjangan kinerja belum sepenuhnya dikaitkan dengan prestasi kerja

dan tunjangan pensiun belum menjamin kesejahteraan.


d. Kewenangan

Masih adanya praktek penyimpangan dan penyalahgunaan wewenang dalam

proses penyelenggaraan pemerintahan dan belum mantapnya akuntabilitas

kinerja instansi pemerintah.

e. Pelayanan publik

Pelayanan publik belum dapat mengakomodasi kepentingan seluruh lapisan

masyarakat dan belum memenuhi hak-hak dasar warga negara/penduduk.

Penyelenggaraan pelayanan publik belum sesuai dengan harapan bangsa

berpendapatan menengah yang semakin maju dan persaingan global yang

semakin ketat.

f. Pola pikir (mind-set) dan budaya kerja (culture-set)

Pola pikir (mind-set) dan budaya kerja (culture-set) birokrat belum sepenuhnya

mendukung birokrasi yang efisien, efektif dan produktif, dan profesional. Selain

itu, birokrat belum benar-benar memiliki pola pikir yang melayani masyarakat,

belum mencapai kinerja yang lebih baik (better performance), dan belum

berorientasi pada hasil (outcomes).

Sasaran lima tahun ketiga (2020-2024) Pada periode lima tahun ketiga, reformasi

birokrasi dilakukan melalui peningkatan kapasitas birokrasi secara terus-menerus untuk

menjadi pemerintahan kelas dunia sebagai kelanjutan dari reformasi birokrasi pada lima

tahun kedua.

Banyaknya permasalahan terkait Birokrasi membuat pemerintah bergerak dinamis

untuk menata birokrasi berkelas dunia. Lahirnya Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur

Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 25 Tahun 2021 tentang Penyederhanaan Struktur

Organisasi diharapkan mampu menjawab tantangan-tantangan birokrasi kedepan. Upaya

Pemerintah tersebut berimplikasi luas pada setiap Level Pemerintahan. Pemangkasan level
tersebut diwujudkan dengan menghapuskan level esselonisasi yang berupa jabatan structural,

beralih menjadi jabatan fungsional. Pemangkasan jenjang tersebut dimaksudkan untuk

percepatan pelayanan kepada masyarakat, dari biasanya berada 4 level jenjang jabatan,

dipangkas menjadi 2 level jenjang jabatan. Hal tersebut menyebabkan Seluruh Pemeritah

Daerah untuk melakuakan perubahan struktur pemerintahan termasuk Provinsi Riau.

Sebagai tindak lanjut dari terbitnya Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur

Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 25 Tahun 2021 Tentang Penyederhanaan Sturktur

Organisasi Pada Instansi Pemerintah, pemerintah Provinsi Riau membentuk Peraturan

Gubernur Riau Nomor 61 Tahun 2021 Tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas

Dan Fungsi Serta Tata Kerja Sekretariat Daerah Provinsi Riau. Dimana Terdapat 1130

jabatan yang dilakukan penyederhanan dilingkungan Pemerintah Provinsi Riau dengan

rincian 299 jabatan administrator dan 831 jabatan pengawas dapat dilihat dalam tabel berikut

Tabel

Jumlah Jabatan Yang Disederhanakan di Lingkungan Pemerintah Provinsi Riau

NO JABATAN JUMLAH SEBELUM JUMLAH SESUDAH

DISEDERHANAKAN DISEDERHANAKAN

1 Administrator 299 286

Jabatan
2 831 396
Pengawas

JUMLAH 1130 682

Sumber : Peraturan Gubernur Riau Nomor 61 Tahun 2021


Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa 1130 jabatan yang dilakukan penyederhanan

dilingkungan Pemerintah Provinsi Riau dengan rincian 299 jabatan administrator dan 831

jabatan pengawas menjadi 682 Jabatan administrasi yang terdiri dari 286 jabatan pengawas

dan 396 jabatan administrator.

Berdasarkan hal diatas diharapkan dapat menjadikan perangkat daerah bergerak

dinamis, tidak gendut struktur namun lemah fungsi, menjadikan organisasi Pemerintah

Daerah yang Right Sizing, serta point yang terpenting pelayanan public dapat berjalan dengan

baik. Penulis mengamati belum ada implikasi secara signifikan pasca dilakukannya

Penyederhanaan birokrasi terhadap kuliatias pelayanan public. Hal ini mungkin karena

penyederhanaan birokrasi hanya memangakas jabatan administrasi secara formal tetapi belum

berubah secara proses. Selain itu ada fenomena baru setelah dilakukaknnya penyederhanaan

birokrasi yaitu motivasi Aparatur menjadi menurun serta ruang lingkup tugas fungsional yang

belum diketahui oleh setiap aparatur menjadi kedala utama dalam meningkatkan pelayanan

public. Oleh karena itu perlu kanjian mendalam terkait dengan penyederhanaan birokraasi

terkait dampak yang diberikan baik bagi Aparatur maupun masyarakat sebagai penerima

layanan.

Fenomena-fenomena yang mempengaruhi :

1. Pengalihan Jabatan Struktural ke Jabatan Fungsional terkesan hanya ganti baju.

2. Terdapat beberapa jabatan yang dilantik tidak sesuai dengan rekomendasi yang di

kelurakan oleh Kementerian Dalam Negeri.

3. Banyaknya Jabatan fungsional yang tidak sesuai dengan kompetensi

4. Pola karir yang belum jelas.

5. Mekanisme kerja yang belum jelas


Dari latar belakang diatas Penulis mengambil judul, PENYEDERHANAAN

STRUKTUR ORGANISASI PADA PEMERINTAH PROVINSI RIAU.

1.2 Pembatasan Masalah

Melalui latar belakang diatas, dalam penelitian ini peneliti membatasi permasalahan

yang akan diteliti dengan fokus bagaimana penyederhanaan organisasi pada

pemerintah Provinsi Riau. Hal ini dilakukan atas pertimbangan adanya keterbatasan

dalam penelitian dan untuk menghindari kesalahan dalam melakukan pembahasan.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka penulis menarik rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah

a. Bagaimana pelaksanaan penyederhanaan struktur organisasi pada pemerintah

Provinsi Riau ?

1.4 Tujuan dan Manfaat

1.4.1 Tujuan

Sesuai dengan topik masalah dan judul yang telah ditetapkan maka maksud dari

penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penyederhanaan struktur pada pemerintah

Provinsi Riau. Tujaun dari penelitian ini adalah :

1. Untuk melihat bagaimana penyederhanaan struktur organsasi pada pemerintah

Provinsi Riau.
2. Untuk menambah wawasan, dikarekanan isu penyederhanaan menjadi isu strategis

yang dihadapi seleruh pemerintah Daerah di Indonesia.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Organiasi

Badan Kepegawaian Nasional (2010), mengelaborasi beberapa definisi

organisasi dan menyimpulkan bahwa “organisasi adalah sekumpulan orang-orang yang

disusun dalam kelompok-kelompok, yang bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama”,

atau “organisasi adalah struktur pembagian kerja dan struktur tata hubungan kerja antara

sekelompok orang pemegang posisi yang bekerjasama secara tertentu untuk

mencapai tujuan tertentu”.

Selanjutnya, Henry Mintzberg (1993) mengelompokkan fungsi-fungsi yang

diperlukan dalam organisasi ke dalam 5 (lima) unsur yang pada umumnya ada pada

struktur organisasi publik, yaitu :

a. The Strategic Apex, fungsi ini menjadi tanggungjawab pimpinan

organisasi dalam rangka menjamin tercapainya keseluruhan kegiatan organisasi

sesuai dengan visi misi organisasi.

b. The Midle Line, berfungsi menjembatani antara the strategic apex dengan

operating core yang diisi oleh seperangkat pejabat struktural menengah

(dari pejabat struktural senior hingga pejabat struktural paling rendah).


c. Operating Core merupakan fungsi pelaksanaan tugas pokok organisasi

yang berkaitan dengan pelayanan langsung dengan masyarakat. Dalam

struktur pemerintah daerah, fungsi ini dilaksanakan oleh dinas.

d. The Technostructure, berfungsi merumuskan kebijakan-kebijakan pimpinan

dengan mengkaji dan menyarankan berbagai pedoman-pedoman atau

standarisasi-standarisasi tertentu.

e. The Support Staf, berfungsi mendukung tugas-tugas organisasi yang berada

di luar pelaksanaan aliran kerja organisasi.

Keberadaan struktur yang efisien tetap menjadi kebutuhan utama setiap

organisasi pemerintah. Untuk itulah pemahaman terhadap konsep Mintzberg menjadi

dasar bagi upaya melakukan restrukturisasi tersebut. Menelusuri terminologi birokrasi:

birokrasi pemerintah sering kali diartikan sebagai “officialdom” atau kerajaan

pejabat.

Organisasi adalah bentuk persekutuan dua orang atau lebih yang melakukan interaksi

dan bekerja sama berdasarkan hubungan kerja serta pembagian kerja dan aktivitas yang

tersusun secara hierarki dalam suatu struktur untuk mencapai serangkaian tujuan. Istilah

organisasi berasal dari bahasa Yunani, yaitu organon serta bahasa Latin yaitu organum yang

artinya alat, bagian, anggota atau badan. Organisasi adalah bentuk setiap perserikatan

manusia untuk mencapai suatu tujuan bersama (Manullang, 2009).

Organisasi pada dasarnya digunakan sebagai tempat atau wadah bagi orang-orang

untuk berkumpul, bekerja sama secara rasional dan sistematis, terencana, terpimpin dan

terkendali dalam memanfaatkan sumber daya, sarana-prasarana, data, dan lain sebagainya

yang digunakan secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi. Menurut

Hasibuan (2013), organisasi adalah suatu sistem perserikatan formal, berstruktur dan

terkooordinasi dari kelompok orang yang bekerja sama dalam mencapai tujuan tertentu.
Menurut Siagian (2008), organisasi ialah setiap bentuk persekutuan antara dua orang

atau lebih yang bekerja bersama. serta secara formal terikat dalam rangka pencapaian suatu

tujuan yang telah ditentukan dalam ikatan yang terdapat seorang/ beberapa orang yang

disebut atasan dan seorang/sekelompok orang yang disebut bawahan.

Menurut Gitosudarmo dan Sudita (2010), organisasi adalah suatu sistem yang terdiri

dari pola aktivitas kerjasama yang dilakukan secara teratur dan berulang-ulang oleh

sekelompok orang untuk mencapai suatu tujuan. Robbins dan Judge (2007), organisasi

adalah suatu unit sosial yang terdiri dari dua orang atau lebih, dikoordinir secara sadar, dan

berfungsi dalam suatu dasar yang relatif terusmenerus untuk mencapai satu atau serangkaian

tujuan.

Unsur-unsur Organisasi Menurut Gitosudarmo dan Sudita (2010), adalah sebagai

berikut:

a. Sistem organisasi Organisasi, merupakan suatu sistem yang terdiri dari subsistem

atau bagian-bagian yang saling berkaitan satu sama lainnya dalam melakukan

aktivitasnya. Organisasi sebagai suatu sistem adalah sistem terbuka, dimana batas

organisasi adalah lentur dan menganggap bahwa faktor lingkungan sebagai input.

b. Pola aktivitas Aktivitas yang dilakukan oleh orang-orang di dalam organisasi

dalam pola tertentu. Urut-urutan pola aktivitas yang dilakukan oleh organisasi

dilaksanakan secara relatif teratu dan berulangulang.

c. Sekelompok orang Organisasi pada dasarnya merupakan kumpulan orangorang.

Adanya keterbatasan pada manusia mendorong untuk membentuk organisasi.

Kemampuan manusia baik fisik maupun daya pikirnya terbatas, sementara

aktivitas yang harus dilakukan selalu meningkat maka mendorong manusia untuk

membentuk organisasi. Jadi dalam setiap organisasi akan terdiri dari sekelompok
orang. Orang-orang yang ada dalam organisasi berinteraksi dan bekerja sama

untuk mencapai tujuan yang ditetapkan oleh organisasi.

d. Tujuan organisasi pada dasarnya dibedakan menjadi dua yaitu tujuan yang

sifatnya abstrak dan berdimensi jangka panjang, yang menjadi landasan dan nilai-

nilai yang melandasi organisasi itu didirikan. Tujuan organisasi seperti itu disebut

dengan misi organisasi. Jenis tujuan yang lain disebut dengan tujuan operasional

atau sering disebut juga dengan objektif. Jenis tujuan ini sifatnya lebih

operasional, yang menunjukkan apa yang akan diraih oleh organisasi. Tujuan

operasional atau objektif biasanya merupakan tujuan jangka pendek yang lebih

spesifik dan dapat diukur secara kuantitatif.

Bentuk-bentuk Organisasi Menurut Manullang (2009), dapat dikelompokkan dalam

empat bentuk, yaitu:

a. Organisasi Garis, adalah bentuk organisasi yang tertua dan paling sederhana.

Sering juga disebut organisasi militer karena digunakan pada zaman dahulu di

kalangan militer.

b. Organisasi Fungsional Organisasi fungsional adalah organisasi di mana segelintir

pimpinan tidak mempunyai bawahan yang jelas sebab setiap atasan berwenang

memberi komando kepada setiap bawahan, sepanjang ada hubungannya dengan

fungsi atasan tersebut.

c. Organisasi Garis dan Staf Bentuk organisasi ini pada umumnya dianut oleh

organisasi besar, daerah kerjanya luas dan mempunyai bidang-bidang tugas yang

beraneka ragam serta rumit, serta jumlah pegawainya banyak. Pada bentuk

organisasi garis dan staf, terdapat satu atau lebih tenaga staf.

d. Organisasi Staf dan Fungsional Bentuk organisasi staf dan fungsional merupakan

kombinasi dari bentuk organisasi fungsional dan bentuk organisasi garis dan staf.
2.2 Birokrasi

Birokrasi berasal dari kata “bureau” yang berarti meja atau kantor; dan kata “kratia”

(cratein) yang berarti pemerintah. Sementara itu, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,

birokrasi didefinisikan sebagai:

a. Sistem pemerintahan yang dijalankan oleh pegawai pemerintah karena telah

berpegang pada hirarki dan jenjang jabatan.

b. Cara bekerja atau susunan pekerjaan yang serba lamban, serta menurut tata aturan

(adat dan sebagainya) yang banyak likulikunya dan sebagainya.

Birokrasi berdasarkan definisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli adalah suatu

sistem kontrol dalam organisasi yang dirancang berdasarkan aturan-aturan yang rasional dan

sistematis, dan bertujuan untuk mengkoordinasi dan mengarahkan aktivitas-aktivitas kerja

individu dalam rangka penyelesaian tugas-tugas administrasi berskala besar.

Michael G. Roskin, et al. menyebutkan bahwa sekurangkurangnya ada 4 fungsi

birokrasi di dalam suatu pemerintahan modern. Fungsi-fungsi tersebut adalah:

a. Administrasi Fungsi administrasi pemerintahan modern meliputi administrasi,

pelayanan, pengaturan, perizinan, dan pengumpul informasi. Dengan fungsi

administrasi dimaksudkan bahwa fungsi sebuah birokrasi adalah

mengimplementasikan undang-undang yang telah disusun oleh legislatif serta

penafsiran atas UU tersebut oleh eksekutif. Dengan demikian, administrasi berarti

pelaksanaan kebijaksanaan umum suatu negara, di mana kebijakan umum itu

sendiri telah dirancang sedemikian rupa guna mencapai tujuan negara secara

keseluruhan.
b. Pelayanan Birokrasi sesungguhnya diarahkan untuk melayani masyarakat atau

kelompok-kelompok khusus. Badan metereologi dan Geofisika (BMG) di

Indonesia merupakan contoh yang bagus untuk hal ini, di mana badan tersebut

ditujukan demi melayani kepentingan masyarakat yang akan melakukan

perjalanan atau mengungsikan diri dari kemungkinan bencana alam.

c. Pengaturan (regulation) Fungsi pengaturan dari suatu pemerintahan biasanya

dirancang demi mengamankan kesejahteraan masyarakat. Dalam menjalankan

fungsi ini, badan birokrasi biasanya dihadapkan antara dua pilihan: Kepentingan

individu versus kepentingan masyarakat banyak.

d. Pengumpul Informasi (Information Gathering) Informasi dibutuhkan berdasarkan

dua tujuan pokok: Apakah suatu kebijaksanaan mengalami sejumlah pelanggaran

atau keperluan membuat kebijakan-kebijakan baru yang akan disusun oleh

pemerintah berdasarkan situasi factual, oleh sebab itu birokrasi menjadi ujung

tombak pelaksanaan kebijaksanaan negara untuk menyediakan data-data

sehubungan dengan dua hal tersebut.

Birokrasi pemerintah secara umum berkiblat pada birokrasi Weber. Birokrasi yang

dikembangkan oleh Max Weber dari masa ke masa semakin mendapatkan tantangan

untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian terhadap perkembangan tuntutan dalam

penyelenggaraan administrasi publik (pelayanan publik). Birokrasi ala Weber, yang

dikenal dengan sebutan birokrasi feodal atau tradisional, yaitu birokrasi yang lebih

cenderung menerapkan sentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan, dianggap kurang

responsif dalam penyelenggaraan pelayanan publik. Birokrasi Weber dalam

perkembangan selanjutnya menjadi lahan subur untuk tumbuhnya paradigma kekuasaan

versus pelayanan. Keadaan ini tentunya sangat tidak kondusif bagi berlangsungnya

fungsi pelayanan publik. Maka pada dekade terakhir, perkembangan paradigma


pemerintahan di banyak negara, mulai meninggalkan konsep pemerintahan/birokrasi

yang dikembangkan Max Weber. Menurut Wicaksono (2010), perubahan paradigma

birokrasi, dari paradigma “mengatur” menjadi paradigma “melayani” dalam

penyelenggaraan pelayanan publik, memerlukan adanya suatu upaya rekonstruksi kultur

dan manajemen birokrasi. Kultur dan manajemen dalam birokrasi harus mengarah pada

pencapaian sosok birokrasi yang profesional, efisien, efektif, dan responsif dalam

penyelenggraan pelayanan publik. Menurut Henry Mintzberg (1993), birokrasi profesional

adalah birokrasi yang mampu mengerjakan tugas yang terspesialisasi, yang membutuhkan

ketrampilan profesional yang terlatih. Oleh karenanya struktur birokrasi profesional

anggotanya banyak spesialis yang terlatih pada unsur operating core. Jadi kekuatan

birokrasi professional terletak pada operating core yang terdiri dari spesialis yang

profesional, dan staf pendukung yang melayani operating core adalah juga spesialis yang

berpengalaman di bidangnya.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian

Dalam penelitian ini sesuai dengan judul Tesis yakni Penyederhanaan Struktur

Organisai pada Pemerintah Provinsi Riau, maka pendekatan penelitian yang dilakukan

dengan metode kualitatif. Menurut Abdussamad (2021), penelitian kualitatif merupakan

penelitian yang lebih difokuskan untuk mendeskripsikan keadaan sifat atau hakikat nilai

suatu objek atau gejala tertentu. Pendekatan kualitatif ini didefinisikan sebagai prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-

orang dan perilaku yang dapat di amati.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Biro Organisasi Sekretariat Daerah Provinsi Riau, hal

ini dikarenakan Biro Organisasi merupakan unit organisasi yang merumuskan dan

melaksanakan kebijakan penyederhanaan struktur organisasi pada Pemerintah Provinsi Riau.

3.3 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang palilng strategis dalam penelitian,

karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Pengumpulan data dapat

dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber dan berbagai cara (Hardani et al., 2020).

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menghimpun data dan

informasi adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi.

3.4 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan

menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam (triangulasi), dan dilakukan

secara terus menerus sampai datanya jenuh (Hardani et al., 2020). Pada penelitian ini, data

yang diperoleh dari hasil wawancara selanjutnya penulis olah dan sajikan dalam bentuk

kalimat.

3.5 Jadwal Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai dari Agustus sampai dengan desember 2022.

Anda mungkin juga menyukai