Sutrisna / 22610047 2
2
Afiliasi 2; Program Magister Ilmu Pemerintahan, Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat
Desa “APMD”, Jl. Timoho No.317 Yogyakarta.
Abstrak : Penelitian ini dilakukan untuk bisa mengkaji Bagaimana reformasi birokrasi yang dijalankan
Pemerintah Kabupaten Kulon Progo dalam transformasi digital layanan administrai Pemerintahan dan apa
saja upaya yang dilakukan Pemerintah Kulon Progo dalam mendukung keberhasilan dari reformasi
birokrasi. Penelitian ini menggunakan metode jenis deskriptif kualitatif, dimana data yang dikumpulkan
berupa hasil wawancara, observasi, dokumentasi. Pendekatan ini ditujukan untuk mendalami sebuah
peristiwa. Berdasarkan hasil dari penelitian serta pembahasan yang sudah dituliskan dapat ditarik sebuah
kesimpulan bahwa Pemerintah Daerah Kabupaten Kulon Progo berdasarkan intruksi atau arahan presiden
tentang reformasi birokrasi, telah menerapkan upaya reformasi birokrasi dibidang administratif dan
birokratif serta telah memiliki dan menjalankan program-program guna mendukung penangan kemisikinan
sesuai yang diamanatkan dalam reformasi birokrasi tematik kemiskinan, karena Pemerintah Daerah
Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu daerah yang menjadi pilot project reformasi birokrasi
tematik untuk pengentasan kemiskinan.
Abstract: This research was conducted to examine how bureaucratic reform was carried out by the Kulon
Progo Regency Government in the digital transformation of government administration services and what
efforts were made by the Kulon Progo Government to support the success of bureaucratic reform. This
research uses a qualitative descriptive type method, where the data collected is in the form of interviews,
observations, documentation. This approach is intended to deepen an event. Based on the results of the
research and discussions that have been written, a conclusion can be drawn that the Regional Government of
Kulon Progo Regency, based on the president's instructions or direction regarding bureaucratic reform, has
implemented bureaucratic reform efforts in the administrative and bureaucratic fields as well ashas had and
is running programs to support poverty management as mandated in thematic poverty bureaucratic reform,
because the Regional Government of Kulon Progo Regency is one of the regions that is a pilot project for
thematic bureaucratic reform for poverty alleviation.
Birokrasi merupakan salah satu kunci dalam menjalankan tata kelola pemerintahan.
Birokrasi memiliki peran penting dalam menjalankan regulasi, stabilisasi, dan distribusi
sumber daya ekonomi. Tata kelola pemerintahan yang baik akan terwujud bilamana birokrasi
dapat menjalankan perannya dengan baik, yang pada akhirnya hal ini akan berkontribusi
dalam percepatan pembangunan nasional. Saat ini Pemerintah masih dihadapkan pada
permasalahan internal birokrasi yakni birokrasi yang prosedural, berbelit, lambat, boros,
inkompeten dan lain sebagainya. Kondisi inilah yang ingin diperbaiki oleh Pemerintah
memastikan terwujudnya tata kelola pemerintahan yang baik melalui penataan, percepatan
dan inovasi di berbagai area, (Menpan-RB, 2020). Presiden Indonesia telah memberikan tiga
Sosialisasi dan Asistensi RB Tematik dan Perubahan Road Map Reformasi Birokrasi 2020 –
2024 di Bandung, yakni, birokrasi harus berdampak, reformasi birokrasi bukanlah tumpukan
kertas, dan birokrasi harus lincah dan cepat. Menyikapi hal ini maka Kementerian PAN-RB
dampak nyata. Percepatan dampak RB inilah yang ingin diwujudkan MenPAN-RB melalui
Pemerintahan, yang bertujuan untuk menciptakan birokrasi yang tangkas dan pelayanan
publik yang prima berbasis struktur digital, budaya digital dan kompetensi digital.
birokrasi tematik pemerintah berupaya membangun SDM aparatur yang lincah (agile),
Selama ini birokrasi di identikkan dengan kinerja yang berbelit-belit, struktur yang
terlalu besar, penuh dengan kolusi, korupsi dan nepotisme, serta tidak ada standar yang
rangka perwujudan reformasi birokrasi. Sebagai contoh, yang paling sering dirasakan
langsung oleh masyarakat adalah ketika setiap kali mengurus sesuatu di kantor pemerintah,
mereka merasakan prosedur yang berbelit-belit, lamban atau membutuhkan waktu yang
lama, membutuhkan biaya yang besar termasuk biaya-biaya tambahan, pelayanan yang
kurang ramah, terjadinya praktek kolusi, korupsi dan nepotisme, (Yusriadi, et.all, 2017).
efisien dan responsif dapat menjadi hambatan dalam proses reformasi birokrasi. Sistem
Insentif yang tidak jelas atau tidak efektif iyalah jika tidak ada sistem insentif yang jelas atau
jika insentif yang ada tidak terkait dengan peningkatan kinerja atau tidak memberikan
Kebijakan Promosi yang Tidak Berdasarkan Kinerja Jika kebijakan promosi lebih
didasarkan pada faktor lain seperti senioritas atau hubungan daripada kinerja dan kontribusi
nyata, maka hal ini dapat mengurangi insentif para pegawai untuk meningkatkan kinerja
termotivasi untuk berubah jika mereka tidak yakin reformasi akan membawa perubahan
yang signifikan atau tidak tahu bagaimana reformasi akan memengaruhi mereka secara
langsung. Untuk mendorong efisiensi dan responsivitas dalam reformasi birokrasi, penting
untuk mempertimbangkan sistem insentif yang sesuai dan mendorong perubahan positif
Sebagai agen pelayanan, birokrasi publik belum mampu menjadikan dirinya sebagai
kekuatan yang dapat memberikan nilai tambah terhadap efesiensi nasional, termasuk
kesejahteraan rakyat, dan keadilan sosial. Pada saat yang sama juga birokrasi publik belum
mampu mentransformasi dirinya sebagai agen perubahan, hal ini dapat dilihat dari
keberadaannya yang justru sering mencerminkan sosoknya sebagai bagian dari status-quo,
dalam kondisi seperti itu, tidak mengherankan apabila krisis kepercayaan publik terhadap
institusi birokrasi dan aparatnya menjadi keniscayaan belakangan ini. Hal inilah yang
mendorong saya untuk menulis buku ini, yang punya pengalaman sebagai praktisi dan
sudah berkecimpung di dunia akademisi, karena tidak banyak akademisi yang memiliki
terhadap pemberantasan KKN yang sudah menjadi penyakit akut dalam birokrasi
pemerintahan Indonesia selama ini. Sebagian masyarakat memberikan cap negatif terhadap
komitmen pemerintah pascareformasi terhadap reformasi birokrasi. Ironisnya, sebagian
masyarakat Indonesia saat ini, justru merindukan pemerintahan Orde Baru yang dianggap
bersifat semu. Untuk itu reformasi birokrasi merupakan solusi yang sangat mendasar dengan
melakukan perubahan, baik mind set, maupun culture set penyelenggara negara dari mental
menjadikan penyelenggaraan negara (birokrasi) yang pro kepada good public service serta tata
kelola pemerintahan yang dapat meminalisir terjadinya tindakan KKN baik pada tingkat
menjadi salah satu kunci bagi pemerintah untuk mewujudkan birokrasi yang berkelas dunia,
yaitu birokrasi yang lincah, adapatif, profesional, kompetitif dan berwawasan global. Tentu
saja untuk mewujudkan birokrasi kelas dunia harus didukung oleh SDM aparatur yang
berkelas dunia juga, yaitu SDM aparatur yang lincah, adaptif, profesional, kompetitif dan
berwawasan global.
Merujuk pada arahan Presiden Joko Widodo dimana birokrasi harus berdampak dan
dapat dirasakan langsung oleh masyarakat, reformasi birokrasi bukan lagi tumpukan kertas
dimana layanan-layanan pemerintahan saat ini sudah diarahkan berbasis digital, serta
birokrasi harus lincah dan cepat tidak lagi berbelit-belit dan lama, Reformasi Birokrasi di
general yang meliputi delapan area perubahan dan Reformasi Birokrasi Tematik yang lebih
fokus pada empat prioritas. Empat prioritas Reformasi Birokrasi Tematik tersebut adalah 1)
maupun RB Tematik, hampir semua area perubahan dan prioritas sudah mendapat kategori
baik, kecuali dalam hal profesionalitas ASN. Dimana indeks professional ASN di Pemerintah
Kabupaten Kulonprogo mendapat nilai 47,70 dari skala penilaian 1-100. Pemerintah
Kabupaten Kulon Progo terus berupaya melakukan peningkatan dan perbaikan pada aspek-
reformasi birokrasi untuk mewujudkan birokrasi yang lincah dan cepat serta berdampak dan
dikaji dalam penulisan artikel ilmiah ini adalah bagaimana strategi reformasi birokrasi
1.3.1 Transformasi
mendalam dan menyeluruh dalam struktur, proses, budaya, serta kinerja sistem
visioner, serta partisipasi dari berbagai pihak yang terlibat. Hal ini bertujuan
untuk menciptakan birokrasi yang lebih adaptif, efisien, dan responsif dalam
lingkungan global.
administrasi yang lebih baik merupakan salah satu tujuan utama dari reformasi
birokrasi. Melalui upaya transformasi ini, diharapkan pelayanan yang diberikan
oleh birokrasi dapat menjadi lebih efektif, efisien, dan berorientasi pada
4) Keterbukaan
1.3.3 Pemerintah
Pemerintahan yang efektif dan komitmen dari para pemimpin pemerintah sangat
6) Komitmen Politik
2. Metode
yang mempelajari secara intensif mengenai latar belakang keadaan sekarang dan interaksi
suatu social, individual, kelompok, Lembaga, dan masyarakat (Usman, 2006). Kemudian
dilakukan secara sistematis dengan mengangkat data yang ada di lapangan. Lebih lanjut,
Nigel Bevan dan Tomer Sharon (dalam Syardiansah, 2018) mendefinisikan studi lapangan
(Field study) sebagai metode pembelajaran melalui pengumpulan data secara langsung
(Syardiansah, 2018). Dengan demikian, ide penting dari jenis penelitian ini adalah
mengenai fenomena yang terjadi. Tujuannya adalah agar para peneliti bisa mendapatkan
pengalaman langsung dari obyek yang dilihatnya dan dapat turut memahami lebih
mendalam mengenai fenomena yang ditelitinya. Begitu pula halnya dengan penelitian ini,
dimana pemilihan jenis penelitian studi lapangan ini dimaksudkan agar peneliti dapat
mencari data di lapangan secara detail dan terperinci dengan cara mengamati dari fenomena
kemiskinan yang menjadi acuan titik permasalahan, strategi reformasi birokrasi yang
persoalan yang hendak diteliti untuk mendapatkan data secara lebih terarah. Singkatnya
objek penelitian merupakan suatu tema dari penelitian itu sendiri. Adapun objek penelitian
dalam laporan ini meliputi: strategi reformasi birokrasi yang ada di Kabupaten Kulonprogo.
Subjek penelitian merupakan orang, tempat, atau benda yang diamati dalam rangka
pembumbutan sebagai sasaran. Subjek penelitian adalah individu, benda atau organisme
yang dijadikan informasi yang dibutuhkan dalam pengumpulan data penelitian. Istilah lain
dari subjek penelitian lebih dikenal dengan responden, yaitu orang yang memberi respon
atau informasi yang dibutuhkan dalam pengumpulan data penelitian. Adapun subjek
penelitian dalam laporan ini adalah aparat pemerintah Kab. Kulonprogo. Dimana subjek
penelitian tersebut dipilih dengan menggunakan teknik criterion-based selection, yaitu teknik
pemilihan subjek yang didasarkan pada asumsi bahwa subjek tersebut sebagai actor utama
dalam tema penelitian yang diajukan (Fitrah & Luthfiyah, 2020). Peneliti memilih teknik
tersebut karena dalam melakukan penelitian dibutuhkan informan yang dapat memberikan
data atau informasi yang jelas mengenai strategi reformasi birokrasi yang dijalankan
Pemerintah Kabupaten Kulon Progo, serta upaya atau program percepatan yang dibentuk
untuk mengatasi hambatan dalam reformasi birokrasi Apabila data yang diperoleh kurang
memuaskan peneliti, peneliti dapat mencari informan yang lain sebagai data tambahan
Dalam penelitian lapangan, ada beberapa teknik pengumpulan data yang dapat
digunakan, diantaranya:
a. Observasi
perilaku kehidupan manusia, proses kerja, dan gejala-gejala alam dan lainnya untuk diamati
dan diketahui apa yang terjadi dalam kehidupan masyarakat tersebut. Menurut Sukmadinata
(2011), menjelaskan bahwa yang dimaksud sebagai observasi atau pengamatan merupakan
suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan cara mengadakan pengamatan terhadap
kegiatan yang berlangsung. Sementara itu Tjetjep Rohendi Rohidi (2011), mengemukakan
bahwa metode observasi adalah metode yang digunakan untuk mengamati sesuatu,
seseorang, suatu lingkungan, atau situasi secara tajam terinci, dan mencatatnya secara akurat
dalam beberapa cara. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa observasi merupakan
teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan melakukan pengamatan, baik secara
Forum group discussion (FGD) merupakan suatu metode untuk mendapatkan data
sekumpulan orang dan dituntut oleh moderator atau fasilitator. Hal tersebut sejalan yang
dikemukakan oleh Paramita & Kristiana (2013) bahwasanya FDG merupakan teknik
pengumpulan data kualitatif, melibatkan banyak orang untuk berdiskusi mengenai suatu
topik permasalahan, dan diarahkan oleh seorang fasilitator. Irwanto (2006) mengatakan
bahwasanya FGD merupakan suatu proses pengumpulan data dan informasi yang sistematis
mengenai suatu permasalahan tertentu yang sangat spesifik melalui diskusi kelompok.
Singkatnya FGD merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan melalui wawancara
secara kelompok. Tujuan metode pengumpulan data ini adalah untuk mengumpulkan
perbedaan gagasan, pandangan, persepsi, atau aspirasi responden. Dalam penelitian ini, FGD
eksrem di Kulonprogo, dengan berfokus pada dua topik utama yaitu 1) keadaan kemiskinan
dan kemiskinan ekstrem di Kulonprogo; dan 2) strategi yang dilakukan untuk mengatasi
keadaan tersebut.
c. Wawancara
interaksi yang dilakukan oleh seseorang untuk mengumpulkan informasi dengan cara tanya
jawab antara peneliti dengan informan atau subjek penelitian. Kemudian Moleong (2014)
untuk tujuan penelitian melaui tanya jawab dan bertatap muka antara pewawancara, dengan
informan, dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara yang difokuskan pada unit
analisis yang dianalisis. Wawacancara tersebut dapat dikatakan sebagai suatu percakapan
yang memiliki maksud tertentu dan dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara dan orang
yang diwawancara. Dengan wawancara, maka penulis akan mengetahui hal-hal yang lebih
mendalam tentang informan dalam menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi,
d. Dokumentasi
Dokumentasi adalah metode pengumpulan data atau informasi yang berasal dari
catatan penting baik dari lembaga atau organisasi maupun dari perorangan. Dokumentasi
penelitian ini merupakan pengambilan gambar oleh peneliti untuk memperkuat hasil
penelitian. Sugiyono (2014) mengatakan bahwa dokumen merupakan catatan peristiwa yang
sudah berlalu. Wujud dokumen menurutnya bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-
karya monumental dari seorang. Pengumpulan data dengan cara dokumentasi merupakan
salah satu teknik dilakukan oleh penulis guna mengumpulkan data dari berbagai hal media
cetak membahas mengenai narasumber yang akan diteliti. Hasil penelitian dari observasi
atau wawancara akan lebih kredibel kalau didukung oleh dokumen-dokumen yang
bersangkutan.
Menurut Patton (dalam Bahaddur & Handayani, 2012), analisis data merupakan
proses mengatur urutan data, dan mengorganisasikan dalam suatu pola, kategori dan uraian
dasar. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan langkah
analisis data yang dikemukakan oleh Burhan Bungin (dalam Bahaddur & Handayani, 2012),
a. Pengumpulan data (data collection), merupakan bagian integral dari kegiatan analisis data.
dan dokumentasi. Dalam penelitian ini, pengumpulan data akan dilakukan dengan
mengumpulkan semua data-data yang didapatkan dari proses pengumpulan data, baik
melalui wawancara, FGD, observasi, maupun dokumentasi, mengenai permasalahan yang
b. Reduksi data (data reduction), yaitu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan dan transformasi data kasar dari catatan tertulis di lapangan. Sehingga
proses ini dilakukan sejak pengumpulan data dari membuat ringkasan, mengkode, menulis
memo dan sebagainya dengan tujuan untuk menyisihkan data atua informasi yang tidak
relevan. Dalam penelitian ini, langkah reduksi data akan dilakukan dengan menyeleksi,
memilih, dan menentukan data-data mana yang akan dimasukkan dan digunakan dalam
pembahasan.
c. Penyajian data (data display), yaitu proses pendeskripsian sekumpulan informasi tersusun
Penyajian data kualitatif disajikan dalam bentuk teks naratif, yang dapat disertai dengan
matriks, diagram, tabel maupun bagan. Dalam penelitian ini, data-data yang telah
3. Hasil
presiden tentang reformasi birokrasi, telah menerapkan upaya reformasi birokrasi dibidang
administratif dan birokratif serta telah memiliki dan menjalankan program-program guna
tematik kemiskinan, karena Pemerintah Daerah Kabupaten Kulon Progo merupakan salah
satu daerah yang menjadi pilot project reformasi birokrasi tematik untuk pengentasan
kemiskinan.
dapat dilihat dari tabel hasil evaluasi oleh MENPAN RB Tahun 2022 dan hasil ANTARA
sebagai berikut:
Nilai
A Komponen Pengungkit
B Komponen Hasil
Elektronik PANRB
PANRB
Pelayanan Publik
Hukum dan
HAM
Tabel 2 Hasil ANTARA
Berdasarkan tabel hasil evaluasi pelaksanaan reformasi birokrasi yang dilakukan oleh
birokrasi yang telah dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Kuolon Progo telah
menunjukkan hasil yang baik. Selanjutnya pada tabel hasil ANTARA juga memperlihatkan
pelaksanaan reformasi birokrasi pada Pemerintah Daerah Kulon Progo juga mendapatkan
hasil ANTARA yang cukup baik, meskipun begitu terdapat juga beberapa komponen hasil
ANTARA yang memperoleh nilai yang cukup rendah seperti ASN profesional yang
mendapat nilai 47,70 pada tahun 2022, Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) yang
nilainya naik tetapi tidak signifikan yaitu dari 3,22 pada tahun 2021 menjadi 3,23 pada tahun
2022. Pada program reformasi birokrasi tematik, Pemerintah Kabupaten Kulon Progo telah
investasi dengan cara mempermudah proses izin berusaha di wilayah Kabupaten Kulon
Progo.
4. Pembahasan
penting untuk organisasi karena bisa menjadi hasil ukur dari keberhasilan organisasi melalui
penilaian kinerja. Pemerintah Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu daerah yang
menjadi pilot project reformasi birokrasi tematik untuk pengentasan kemiskinan. Agar tujuan
Pemerintah Kabupaten Kulon Progo dapat tercapai maka perlu adanya upaya dari
pemerintah yang berwenang untuk bisa memaksimalkan program yang sudah dirumuskan
untuk menunjang pengentasan kemiskinan yang ada di Kulon Progo. Melihat situasi
tersebut, terdapat keterkaitan antara kinerja dari pegawai Pemerintah Kulon Progo dengan
kinerja Pemerintah Kulon Progo yang dalam arti lain bisa dimaknai apabila kinerja dari ASN
Tujuan pengentasan kemiskinan dari Pemerintah Kulon Progo bisa dilihat dari
bagaimana Pemerintah Kulon Progo melakukan perubahan dan juga perumusan kebijakan
yang bisa menunjang tujuan yang akan dicapai. Pemerintah Daerah Kabupaten Kulon Progo
berdasarkan intruksi atau arahan presiden tentang reformasi birokrasi, telah menerapkan
upaya reformasi birokrasi dibidang administratif dan birokratif serta telah memiliki dan
diamanatkan dalam reformasi birokrasi tematik kemiskinan. Apabila dilihat dari hasil data
yang sudah dituliskan Pemerintah Daerah Kulon Progo telah melaksanakan reformasi
birokrasi yang baik dinilai dari komponen pengungkit dan komponen hasil yang
menunjukkan perolehan rata-rata nilai dengan kategori baik dan sangat baik. Meski
birokrasi dengan sempurna karena terdapat salah satu penilaian yang ada, menunjukkan
bahwa kinerja organisasi memiliki nilai yang rendah. Melihat kenyataan ini Pemerintah
Kabupaten Kulon Progo terus berupaya memperbaiki dan meningkatkan reformasi birokrasi
dengan melakukan berbagai strategi yang dinilai dapat mewujudkan birokrasi pemerintahan
yang sesuai dengan amanat Presiden tentang reformasi birokrasi. Strategi-strategi yang
Birokrasi Kabupaten Kulon Progo Tahun 2023-2024 masih dalam proses penyelesaian
dan rencana aksi perbaikan tata kelola pemerintah program pengentasan kemiskinan
reformasi birokrasi pada seluruh anggota organisasi dan unit kerja dengan
yakni filosofi Hamemayu Hayuning Bawana, semangat golong gilig, dan ajaran
moral Nyawiji, Greget, Sengguh, dan Ora Mingkuh. Satria juga dimaknai dengan
selaras, akal budi luhur, teladan-keteladanan, rela melayani, inovatif, yakin dan
atau Perda yang tidak harmonis atau singkron atau bersifat menghambat akan
direvisi. Hasil identifikasi adalah 24 (dua puluh empat) peraturan bupati merupakan
revisi dari aturan sebelumnya, 1 (satu) peraturan daerah yag dicabut dan 2 (dua)
direvisi.
yaitu Penerapan tata kelola Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik. SPBE sudah
baik namun belum ada peningkatan yang signifikan. Hal tersebut dilihat dari
peningkatan penilaian yang tidak signifikan yaitu dari 3,22 menjadi 3,23. Menurut
Kabupaten Kulon Progo terdiri dari Aplikasi layanan pemerintah dan Aplikasi
layanan publik. Pada aplikasi layanan publik terdiri dari Sistem pengadaan secara
SIM Aparatur Pemerintah Kelurahan, SIM perizinan Kulon Progo, SIM Geospasial
Kulon Progo, Aspirasi Kulon Progo, Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum
(JDIH) Hukum dan Smat Report LPSE. Sedangkan pada aplikasi layanan
Government secara online, pemerintah Kulon Progo juga memberikan inovasi dalam
mendukung jalannya smart city dalam bentuk Quick Win. Salah satu programnya
pemerintahan daerah dan perangkat daerah, hal ini terlihat dari capaian
akuntabilitas kinerja dan keuangan yang memperoleh nilai 8,66 pada tahun 2021 dan
f. Dalam pelayanan publik, Pemerintah Kulon Progo juga melakukan berbagai inovasi
untuk peningkatan kualitas pelayanan hal ini terbukti dari tingkat kepuasan
terhadap pelayanan yang tinggi yaitu 90,60. Salah satu bentuk inovasi dalam
memberikan inovasi dalam mendukung jalannya smart city dalam bentuk Quick
Win. Salah satu programnya adalah Bumilku yang merupakan program unggulan
angka kematian ibu melahirkan tersebut merupakan bagian dari penerapan Smart
City. Perwujudannya dalam bentuk aplikasi pemantauan kesehatan ibu hamil yang
sendiri masuk dalam Gerakan menuju 100 Smart City Tahap 2 dan menjadi program
quick win yang dievaluasi secara berkala setiap enam bulan sekali oleh
Penyelenggara Negara (LHKPN) dan Laporan Hasil Kekayaan Aparatur Sipil Negara
(LHKASN) namun masih belum seluruh wajib lapor telah melapor. Wajib lapor
LHKPN di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Kulon Progo yaitu: Bupati dan Wakil
Bupati, Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Pejabat Pimpinan
ASN yang didasarkan pada kualifikasi, kompetensi, dan kinerja, yang diberlakukan
secara adil dan wajar dengan tanpa diskriminasi. Terlihat dari hasil penilaian sistem
merit yang dilakukan oleh Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN) yang memperoleh
wilayah Kabupaten Kulon Progo, pemerintah telah melakukan reformasi dalam bentuk
mempermudah proses izin usaha dan dapat berkolaborasi dengan pihak swasta. Dengan izin
berdirinya perusahaan yang mudah dan tidak berbelit-belit serta kolaborasi dengan pihak
swasta diharapkan dapat membawa dampak peningkatan ekonomi bagi masyarakat sekitar.
Kulon Progo dengan PT Naturindo Fres. Kemudahan berusaha untuk mendirikan pabrik
jamu di Desa Kroco, Kalurahan Sendangsari, membuahkan hasil nyata bagi sekitarnya. Dari
sebesar 22 persen atau 22 karyawan, berasal dari Kabupaten Bantul dan Kota Yogyakarta.
Lapangan kerja yang dibuka oleh PT Naturindo Fres dinilai berhasil membawa
warga Sendangsari keluar dari ketertinggalan ekonomi. PT Naturindo Fresh tidak hanya
merekrut warga Sendangsari untuk menjadi pekerja tetapi juga membeli simplisa yaitu bahan
alami untuk obat yang belum melalui proses apapun. Simplisa ini dibeli dari Kelompok
5. Kesimpulan
diantaranya:
penyususnan Road Map Reformasi Birokrasi Pemda Kulon Progo Tahun 2023-
2024 dan Internalisasi budaya kerja ASN yang berakhlak melalui penerapan
budaya satria
6. Saran
Ucapan Terimakasih:
Tim penyusun artikel ilmiah dengan judul “Reformasi Birokrasi di Pemerintah Kabupaten
Kulon Progo (Studi Kasus: Transformasi digital layanan administrasi Pemerintahan)” mengucapkan
terima kasih kepada Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “APMD” yang telah
memberikan kesempatan kepada tim penyusun untuk melaksanakan penulisan artikel ilmiah.
Daftar Pustaka
Daraba, & Dahyar. (2019). Reformasi Birokrasi dan Pelayanan Publik. Makassar: Leisyah.
Dwiyanto, A., Partini, Ratminto, Wicaksono, B., Wini, Kusumasari, B., & Nuh, M. (2008). Reformasi
Birokrasi Publik. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Ginting, R., & Haryati, T. (2011). Reformasi Birokrasi Publik Indonesia. Jurnal Ilmiah CIVIS, 1(2).
Dokumentasi Kegiatan Field Study