Anda di halaman 1dari 18

ARTIKEL ILMIAH

STRATEGI REFORMASI BIROKRASI PEMERINTAH KABUPATEN KULON


PROGO DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Sutrisna / 22610047 2

John Albert Tarsisius Gimanto / 22610048 2

Eti Klasia Juliyanti / 22610049 2

Aisyah Putri Wulansari / 22610051 2

Erwan Susilo / 22610050 2

2
Afiliasi 2; Program Magister Ilmu Pemerintahan, Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat
Desa “APMD”, Jl. Timoho No.317 Yogyakarta.

Abstrak : Penelitian ini dilakukan untuk bisa mengkaji Bagaimana reformasi birokrasi yang dijalankan
Pemerintah Kabupaten Kulon Progo dalam transformasi digital layanan administrai Pemerintahan dan apa
saja upaya yang dilakukan Pemerintah Kulon Progo dalam mendukung keberhasilan dari reformasi
birokrasi. Penelitian ini menggunakan metode jenis deskriptif kualitatif, dimana data yang dikumpulkan
berupa hasil wawancara, observasi, dokumentasi. Pendekatan ini ditujukan untuk mendalami sebuah
peristiwa. Berdasarkan hasil dari penelitian serta pembahasan yang sudah dituliskan dapat ditarik sebuah
kesimpulan bahwa Pemerintah Daerah Kabupaten Kulon Progo berdasarkan intruksi atau arahan presiden
tentang reformasi birokrasi, telah menerapkan upaya reformasi birokrasi dibidang administratif dan
birokratif serta telah memiliki dan menjalankan program-program guna mendukung penangan kemisikinan
sesuai yang diamanatkan dalam reformasi birokrasi tematik kemiskinan, karena Pemerintah Daerah
Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu daerah yang menjadi pilot project reformasi birokrasi
tematik untuk pengentasan kemiskinan.

Kata Kunci: Reformasi, Birokrasi, Pemerintah, Upaya, Hasil

Abstract: This research was conducted to examine how bureaucratic reform was carried out by the Kulon
Progo Regency Government in the digital transformation of government administration services and what
efforts were made by the Kulon Progo Government to support the success of bureaucratic reform. This
research uses a qualitative descriptive type method, where the data collected is in the form of interviews,
observations, documentation. This approach is intended to deepen an event. Based on the results of the
research and discussions that have been written, a conclusion can be drawn that the Regional Government of
Kulon Progo Regency, based on the president's instructions or direction regarding bureaucratic reform, has
implemented bureaucratic reform efforts in the administrative and bureaucratic fields as well ashas had and
is running programs to support poverty management as mandated in thematic poverty bureaucratic reform,
because the Regional Government of Kulon Progo Regency is one of the regions that is a pilot project for
thematic bureaucratic reform for poverty alleviation.

Keywords: Reform, Bureaucracy, Government, Efforts, Results


1. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Masalah

Birokrasi merupakan salah satu kunci dalam menjalankan tata kelola pemerintahan.

Birokrasi memiliki peran penting dalam menjalankan regulasi, stabilisasi, dan distribusi

sumber daya ekonomi. Tata kelola pemerintahan yang baik akan terwujud bilamana birokrasi

dapat menjalankan perannya dengan baik, yang pada akhirnya hal ini akan berkontribusi

dalam percepatan pembangunan nasional. Saat ini Pemerintah masih dihadapkan pada

permasalahan internal birokrasi yakni birokrasi yang prosedural, berbelit, lambat, boros,

inkompeten dan lain sebagainya. Kondisi inilah yang ingin diperbaiki oleh Pemerintah

dengan menerbitkan berbagai peraturan perundangan yang memuat pentingnya untuk

segera melaksanakan Reformasi Birokrasi. Reformasi birokrasi merupakan upaya untuk

memastikan terwujudnya tata kelola pemerintahan yang baik melalui penataan, percepatan

dan inovasi di berbagai area, (Menpan-RB, 2020). Presiden Indonesia telah memberikan tiga

arahan terhadap pelaksanaan reformasi birokrasi, sebagaimana disampaikan oleh Menteri

Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (MenPAN-RB) dalam acara

Sosialisasi dan Asistensi RB Tematik dan Perubahan Road Map Reformasi Birokrasi 2020 –

2024 di Bandung, yakni, birokrasi harus berdampak, reformasi birokrasi bukanlah tumpukan

kertas, dan birokrasi harus lincah dan cepat. Menyikapi hal ini maka Kementerian PAN-RB

melakukan penajaman strategi pelakasanaan reformasi birokrasi dengan langsung menyasar

pada masalah-masalah utama pembangunan yang apabila diselesaikan akan mempercepat

dampak nyata. Percepatan dampak RB inilah yang ingin diwujudkan MenPAN-RB melalui

Reformasi Birokrasi Tematik.

Terdapat 4 (empat) prioritas RB Tematik, salah satu kegiatan prioritas untuk

percepatan Reformasi Birokrasi Tematik adalah Akselerasi Digitalisasi Administrasi

Pemerintahan, yang bertujuan untuk menciptakan birokrasi yang tangkas dan pelayanan

publik yang prima berbasis struktur digital, budaya digital dan kompetensi digital.

(PermenPAN-RB Nomor 3 Tahun 2023). Seiring dengan percepatan pelaksanaan reformasi

birokrasi tematik pemerintah berupaya membangun SDM aparatur yang lincah (agile),

adaptif, profesional, kompetitif dan berwawasan global, dengan harapan pengelolaan

pemerintahan yang bersih, efektif dan dan terpercaya dapat terciptakan.

Selama ini birokrasi di identikkan dengan kinerja yang berbelit-belit, struktur yang

terlalu besar, penuh dengan kolusi, korupsi dan nepotisme, serta tidak ada standar yang

pasti. Permasalahan-permasalahan tersebut menjadi hambatan yang sangat berarti dalam

rangka perwujudan reformasi birokrasi. Sebagai contoh, yang paling sering dirasakan
langsung oleh masyarakat adalah ketika setiap kali mengurus sesuatu di kantor pemerintah,

mereka merasakan prosedur yang berbelit-belit, lamban atau membutuhkan waktu yang

lama, membutuhkan biaya yang besar termasuk biaya-biaya tambahan, pelayanan yang

kurang ramah, terjadinya praktek kolusi, korupsi dan nepotisme, (Yusriadi, et.all, 2017).

Terkadang, kekurangan insentif yang memotivasi birokrasi untuk menjadi lebih

efisien dan responsif dapat menjadi hambatan dalam proses reformasi birokrasi. Sistem

Insentif yang tidak jelas atau tidak efektif iyalah jika tidak ada sistem insentif yang jelas atau

jika insentif yang ada tidak terkait dengan peningkatan kinerja atau tidak memberikan

imbalan yang signifikan. Kebijakan Pembirokrasian Insentif Seringkali, birokrasi di beberapa

negara terjebak dalam kebijakan yang menghambat kreativitas dan inovasi.

Kebijakan Promosi yang Tidak Berdasarkan Kinerja Jika kebijakan promosi lebih

didasarkan pada faktor lain seperti senioritas atau hubungan daripada kinerja dan kontribusi

nyata, maka hal ini dapat mengurangi insentif para pegawai untuk meningkatkan kinerja

mereka. Ketidakpastian tentang Dampak Reformasi Pegawai mungkin merasa kurang

termotivasi untuk berubah jika mereka tidak yakin reformasi akan membawa perubahan

yang signifikan atau tidak tahu bagaimana reformasi akan memengaruhi mereka secara

langsung. Untuk mendorong efisiensi dan responsivitas dalam reformasi birokrasi, penting

untuk mempertimbangkan sistem insentif yang sesuai dan mendorong perubahan positif

(Agus Dwi yanto,dkk,2021).

Sebagai agen pelayanan, birokrasi publik belum mampu menjadikan dirinya sebagai

kekuatan yang dapat memberikan nilai tambah terhadap efesiensi nasional, termasuk

kesejahteraan rakyat, dan keadilan sosial. Pada saat yang sama juga birokrasi publik belum

mampu mentransformasi dirinya sebagai agen perubahan, hal ini dapat dilihat dari

keberadaannya yang justru sering mencerminkan sosoknya sebagai bagian dari status-quo,

dalam kondisi seperti itu, tidak mengherankan apabila krisis kepercayaan publik terhadap

institusi birokrasi dan aparatnya menjadi keniscayaan belakangan ini. Hal inilah yang

mendorong saya untuk menulis buku ini, yang punya pengalaman sebagai praktisi dan

sudah berkecimpung di dunia akademisi, karena tidak banyak akademisi yang memiliki

pengalaman sebagai praktisi(Dahyar,2017).

Pemerintahan pasca reformasi pun tidak menjamin keberlangsungan reformasi

birokrasi terealisasi dengan baik. Kurangnya komitmen pemerintah pascareformasi terhadap

reformasi birokrasi cenderung berbanding lurus dengan kurangnya komitmen pemerintah

terhadap pemberantasan KKN yang sudah menjadi penyakit akut dalam birokrasi

pemerintahan Indonesia selama ini. Sebagian masyarakat memberikan cap negatif terhadap
komitmen pemerintah pascareformasi terhadap reformasi birokrasi. Ironisnya, sebagian

masyarakat Indonesia saat ini, justru merindukan pemerintahan Orde Baru yang dianggap

dapat memberikan kemapanan kepada masyarakat, walaupun hanya kemapanan yang

bersifat semu. Untuk itu reformasi birokrasi merupakan solusi yang sangat mendasar dengan

melakukan perubahan, baik mind set, maupun culture set penyelenggara negara dari mental

yang bersifat mengawasi, mengontrol dan menguasai masyarakat (colonial paradigm),

menjadikan penyelenggaraan negara (birokrasi) yang pro kepada good public service serta tata

kelola pemerintahan yang dapat meminalisir terjadinya tindakan KKN baik pada tingkat

suprastruktur dan infrastruktur penyelenggara Negara, dan penegakan supremasi

hukum(Rosalina & titik,2011).

Ketersediaan dan pengelolaan SDM aparatur yang berkualitas dan kompeten

menjadi salah satu kunci bagi pemerintah untuk mewujudkan birokrasi yang berkelas dunia,

yaitu birokrasi yang lincah, adapatif, profesional, kompetitif dan berwawasan global. Tentu

saja untuk mewujudkan birokrasi kelas dunia harus didukung oleh SDM aparatur yang

berkelas dunia juga, yaitu SDM aparatur yang lincah, adaptif, profesional, kompetitif dan

berwawasan global.

Merujuk pada arahan Presiden Joko Widodo dimana birokrasi harus berdampak dan

dapat dirasakan langsung oleh masyarakat, reformasi birokrasi bukan lagi tumpukan kertas

dimana layanan-layanan pemerintahan saat ini sudah diarahkan berbasis digital, serta

birokrasi harus lincah dan cepat tidak lagi berbelit-belit dan lama, Reformasi Birokrasi di

Pemerintah Kabupaten Kulonprogo telah dilakukan dalam bentuk Reformasi Birokrasi

general yang meliputi delapan area perubahan dan Reformasi Birokrasi Tematik yang lebih

fokus pada empat prioritas. Empat prioritas Reformasi Birokrasi Tematik tersebut adalah 1)

pengentasan kemiskinan, 2) memudahkan investasi, 3) akselerasi digitalisasi administrasi

pemerintahan dan yang ke 4) adalah tematik prioritas Presiden.

Gambar 1 Hasil Evaluasi Reformasi Birokrasi oleh Kementrian PAN-RB


Berdasarkan hasil evaluasi dari Kementerian PAN-RB Tahun 2022, pelaksanaan

Reformasi Birokrasi di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Kulonprogo, baik RB General

maupun RB Tematik, hampir semua area perubahan dan prioritas sudah mendapat kategori

baik, kecuali dalam hal profesionalitas ASN. Dimana indeks professional ASN di Pemerintah

Kabupaten Kulonprogo mendapat nilai 47,70 dari skala penilaian 1-100. Pemerintah

Kabupaten Kulon Progo terus berupaya melakukan peningkatan dan perbaikan pada aspek-

aspek atau komponen-komponen reformasi birokrasi maupun pada program tematik

reformasi birokrasi untuk mewujudkan birokrasi yang lincah dan cepat serta berdampak dan

dirasakan langsung oleh masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan, permasalahan yang akan

dikaji dalam penulisan artikel ilmiah ini adalah bagaimana strategi reformasi birokrasi

yang dijalankan Pemerintah Kabupaten Kulon Progo?

1.3 Tinjauan Literatur

1.3.1 Transformasi

Transformasi dalam reformasi birokrasi merujuk pada perubahan yang

mendalam dan menyeluruh dalam struktur, proses, budaya, serta kinerja sistem

birokrasi itu sendiri. Transformasi ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi,

responsivitas, transparansi, serta kualitas pelayanan yang diberikan kepada

masyarakat. Transformasi dalam reformasi birokrasi merupakan proses yang

kompleks dan membutuhkan komitmen yang kuat, kepemimpinan yang

visioner, serta partisipasi dari berbagai pihak yang terlibat. Hal ini bertujuan

untuk menciptakan birokrasi yang lebih adaptif, efisien, dan responsif dalam

menghadapi perubahan-perubahan yang terus berkembang di masyarakat dan

lingkungan global.

1.3.2 Layanan Administrasi

Layanan administrasi dalam reformasi birokrasi berfokus pada

peningkatan kualitas, efisiensi, dan responsivitas layanan yang diberikan oleh

birokrasi kepada masyarakat. Transformasi dalam layanan administrasi ini

bertujuan untuk memudahkan akses, meningkatkan kepuasan, serta

meningkatkan efektivitas interaksi antara pemerintah dan masyarakat. Layanan

administrasi yang lebih baik merupakan salah satu tujuan utama dari reformasi
birokrasi. Melalui upaya transformasi ini, diharapkan pelayanan yang diberikan

oleh birokrasi dapat menjadi lebih efektif, efisien, dan berorientasi pada

kebutuhan serta kepuasan masyarakat. Beberapa aspek penting dari layanan

administrasi dalam reformasi birokrasi meliputi:

1) Peningkatan Kualitas Layanan:

2) Penggunaan Teknologi untuk Layanan Publik

3) Pengurangan Birokrasi dan Peningkatan Efisiensi

4) Keterbukaan

5) Pendidikan dan Peningkatan Keterampilan Pegawai:

1.3.3 Pemerintah

Pemerintahan memainkan peran kunci dalam upaya reformasi birokrasi.

Reformasi birokrasi sering kali dimulai, diarahkan, dan diimplementasikan oleh

pemerintahan sebagai bagian dari agenda pembaharuan untuk meningkatkan

efisiensi, transparansi, dan responsivitas dalam penyelenggaraan layanan publik.

Pemerintahan yang efektif dan komitmen dari para pemimpin pemerintah sangat

penting dalam mendorong transformasi birokrasi. Kesadaran akan peran utama

pemerintah dalam menyusun, mendorong, dan mengawasi implementasi

reformasi birokrasi adalah kunci keberhasilan dalam upaya memperbaiki kinerja

sistem birokrasi dalam memberikan layanan kepada masyarakat.Beberapa peran

pemerintahan dalam reformasi birokrasi termasuk:

1) Perumusan Kebijakan dan Strategi

2) Pengaturan dan Perubahan Struktural

3) Alokasi Sumber Daya

4) Pemberian Insentif dan Motivasi

5) Penguatan Pengawasan dan Evaluasi

6) Komitmen Politik

2. Metode

2.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian merupakan penelitian lapangan, yang merupakan jenis penelitian

yang mempelajari secara intensif mengenai latar belakang keadaan sekarang dan interaksi

suatu social, individual, kelompok, Lembaga, dan masyarakat (Usman, 2006). Kemudian

Arikunto (2005) mengatakan bahwasanya penelitian lapangan merupakan penelitian yang

dilakukan secara sistematis dengan mengangkat data yang ada di lapangan. Lebih lanjut,

Nigel Bevan dan Tomer Sharon (dalam Syardiansah, 2018) mendefinisikan studi lapangan
(Field study) sebagai metode pembelajaran melalui pengumpulan data secara langsung

dengan pengamatan, wawancara, mencatat, atau mengajukan pertanyaan-pertanyaan

(Syardiansah, 2018). Dengan demikian, ide penting dari jenis penelitian ini adalah

bahwasanya peneliti berangkat ke lapangan untuk melakukan pengamatan secara langsung

mengenai fenomena yang terjadi. Tujuannya adalah agar para peneliti bisa mendapatkan

pengalaman langsung dari obyek yang dilihatnya dan dapat turut memahami lebih

mendalam mengenai fenomena yang ditelitinya. Begitu pula halnya dengan penelitian ini,

dimana pemilihan jenis penelitian studi lapangan ini dimaksudkan agar peneliti dapat

mencari data di lapangan secara detail dan terperinci dengan cara mengamati dari fenomena

kemiskinan yang menjadi acuan titik permasalahan, strategi reformasi birokrasi yang

dijalankan Pemerintah Kabupaten Kulon Progo.

2.2 Objek penelitian

Anto Dajan (1986) mengatakan bahwasanya objek penelitian merupakan pokok

persoalan yang hendak diteliti untuk mendapatkan data secara lebih terarah. Singkatnya

objek penelitian merupakan suatu tema dari penelitian itu sendiri. Adapun objek penelitian

dalam laporan ini meliputi: strategi reformasi birokrasi yang ada di Kabupaten Kulonprogo.

2.3 Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kantor Pemerintah Kabupaten Kulon Progo yang

beralamatkan di Jl. Perwakilan No.1 Wates Kulon Progo.

2.4 Teknik pemilihan subjek penelitian

Subjek penelitian merupakan orang, tempat, atau benda yang diamati dalam rangka

pembumbutan sebagai sasaran. Subjek penelitian adalah individu, benda atau organisme

yang dijadikan informasi yang dibutuhkan dalam pengumpulan data penelitian. Istilah lain

dari subjek penelitian lebih dikenal dengan responden, yaitu orang yang memberi respon

atau informasi yang dibutuhkan dalam pengumpulan data penelitian. Adapun subjek

penelitian dalam laporan ini adalah aparat pemerintah Kab. Kulonprogo. Dimana subjek

penelitian tersebut dipilih dengan menggunakan teknik criterion-based selection, yaitu teknik

pemilihan subjek yang didasarkan pada asumsi bahwa subjek tersebut sebagai actor utama

dalam tema penelitian yang diajukan (Fitrah & Luthfiyah, 2020). Peneliti memilih teknik

tersebut karena dalam melakukan penelitian dibutuhkan informan yang dapat memberikan

data atau informasi yang jelas mengenai strategi reformasi birokrasi yang dijalankan

Pemerintah Kabupaten Kulon Progo, serta upaya atau program percepatan yang dibentuk

untuk mengatasi hambatan dalam reformasi birokrasi Apabila data yang diperoleh kurang
memuaskan peneliti, peneliti dapat mencari informan yang lain sebagai data tambahan

dalam penelitian ini.

2.5 Teknik pengumpulan data

Dalam penelitian lapangan, ada beberapa teknik pengumpulan data yang dapat

digunakan, diantaranya:

a. Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang digunakan untuk

menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan berkenaan dengan

perilaku kehidupan manusia, proses kerja, dan gejala-gejala alam dan lainnya untuk diamati

dan diketahui apa yang terjadi dalam kehidupan masyarakat tersebut. Menurut Sukmadinata

(2011), menjelaskan bahwa yang dimaksud sebagai observasi atau pengamatan merupakan

suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan cara mengadakan pengamatan terhadap

kegiatan yang berlangsung. Sementara itu Tjetjep Rohendi Rohidi (2011), mengemukakan

bahwa metode observasi adalah metode yang digunakan untuk mengamati sesuatu,

seseorang, suatu lingkungan, atau situasi secara tajam terinci, dan mencatatnya secara akurat

dalam beberapa cara. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa observasi merupakan

teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan melakukan pengamatan, baik secara

langsung maupun sistematis terhadap objek penelitian tertentu.

b. Forum Group Discussion (FGD)

Forum group discussion (FGD) merupakan suatu metode untuk mendapatkan data

dengan melakukan kegiatan diskusi mengenai permasalahan yang diteliti dengan

sekumpulan orang dan dituntut oleh moderator atau fasilitator. Hal tersebut sejalan yang

dikemukakan oleh Paramita & Kristiana (2013) bahwasanya FDG merupakan teknik

pengumpulan data kualitatif, melibatkan banyak orang untuk berdiskusi mengenai suatu

topik permasalahan, dan diarahkan oleh seorang fasilitator. Irwanto (2006) mengatakan

bahwasanya FGD merupakan suatu proses pengumpulan data dan informasi yang sistematis

mengenai suatu permasalahan tertentu yang sangat spesifik melalui diskusi kelompok.

Singkatnya FGD merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan melalui wawancara

secara kelompok. Tujuan metode pengumpulan data ini adalah untuk mengumpulkan

perbedaan gagasan, pandangan, persepsi, atau aspirasi responden. Dalam penelitian ini, FGD

yang dilakukan membahas mengenai strategi pengentasan kemiskinan dan kemiskinan

eksrem di Kulonprogo, dengan berfokus pada dua topik utama yaitu 1) keadaan kemiskinan

dan kemiskinan ekstrem di Kulonprogo; dan 2) strategi yang dilakukan untuk mengatasi

keadaan tersebut.
c. Wawancara

Wawancara menurut Emzir (2010) merupakan suatu proses komunikasi atau

interaksi yang dilakukan oleh seseorang untuk mengumpulkan informasi dengan cara tanya

jawab antara peneliti dengan informan atau subjek penelitian. Kemudian Moleong (2014)

mendefinisikan wawancara sebagai suatu proses memperoleh keterangan yang dilakukan

untuk tujuan penelitian melaui tanya jawab dan bertatap muka antara pewawancara, dengan

informan, dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara yang difokuskan pada unit

analisis yang dianalisis. Wawacancara tersebut dapat dikatakan sebagai suatu percakapan

yang memiliki maksud tertentu dan dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara dan orang

yang diwawancara. Dengan wawancara, maka penulis akan mengetahui hal-hal yang lebih

mendalam tentang informan dalam menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi,

dimana hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi.

d. Dokumentasi

Dokumentasi adalah metode pengumpulan data atau informasi yang berasal dari

catatan penting baik dari lembaga atau organisasi maupun dari perorangan. Dokumentasi

penelitian ini merupakan pengambilan gambar oleh peneliti untuk memperkuat hasil

penelitian. Sugiyono (2014) mengatakan bahwa dokumen merupakan catatan peristiwa yang

sudah berlalu. Wujud dokumen menurutnya bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-

karya monumental dari seorang. Pengumpulan data dengan cara dokumentasi merupakan

salah satu teknik dilakukan oleh penulis guna mengumpulkan data dari berbagai hal media

cetak membahas mengenai narasumber yang akan diteliti. Hasil penelitian dari observasi

atau wawancara akan lebih kredibel kalau didukung oleh dokumen-dokumen yang

bersangkutan.

2.6 Teknik analisis data

Menurut Patton (dalam Bahaddur & Handayani, 2012), analisis data merupakan

proses mengatur urutan data, dan mengorganisasikan dalam suatu pola, kategori dan uraian

dasar. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan langkah

analisis data yang dikemukakan oleh Burhan Bungin (dalam Bahaddur & Handayani, 2012),

yaitu (Bahaddur & Handayani, 2012):

a. Pengumpulan data (data collection), merupakan bagian integral dari kegiatan analisis data.

Kegiatan pengumpulan data pada penelitian dilakukan dengan menggunakan wawancara

dan dokumentasi. Dalam penelitian ini, pengumpulan data akan dilakukan dengan

mengumpulkan semua data-data yang didapatkan dari proses pengumpulan data, baik
melalui wawancara, FGD, observasi, maupun dokumentasi, mengenai permasalahan yang

sedang diteliti, yaitu strategi reformasi birokrasi di Kulonprogo.

b. Reduksi data (data reduction), yaitu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan dan transformasi data kasar dari catatan tertulis di lapangan. Sehingga

proses ini dilakukan sejak pengumpulan data dari membuat ringkasan, mengkode, menulis

memo dan sebagainya dengan tujuan untuk menyisihkan data atua informasi yang tidak

relevan. Dalam penelitian ini, langkah reduksi data akan dilakukan dengan menyeleksi,

memilih, dan menentukan data-data mana yang akan dimasukkan dan digunakan dalam

pembahasan.

c. Penyajian data (data display), yaitu proses pendeskripsian sekumpulan informasi tersusun

yang memberikan kemungkinan penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

Penyajian data kualitatif disajikan dalam bentuk teks naratif, yang dapat disertai dengan

matriks, diagram, tabel maupun bagan. Dalam penelitian ini, data-data yang telah

dikumpulkan dan dipilih untuk digunakan, kemudian disajikan

3. Hasil

Pemerintah Daerah Kabupaten Kulon Progo berdasarkan intruksi atau arahan

presiden tentang reformasi birokrasi, telah menerapkan upaya reformasi birokrasi dibidang

administratif dan birokratif serta telah memiliki dan menjalankan program-program guna

mendukung penangan kemisikinan sesuai yang diamanatkan dalam reformasi birokrasi

tematik kemiskinan, karena Pemerintah Daerah Kabupaten Kulon Progo merupakan salah

satu daerah yang menjadi pilot project reformasi birokrasi tematik untuk pengentasan

kemiskinan.

Hasil pelaksanaan reformasi birokrasi di Pemerintah Daerah Kabupaten Kulon Progo

dapat dilihat dari tabel hasil evaluasi oleh MENPAN RB Tahun 2022 dan hasil ANTARA

sebagai berikut:

Nilai

No Komponen Penilaian Bobot 2021 2022

A Komponen Pengungkit

I. Pemenuhan 20,00 16,57 16,76

II. Hasil Antara Area Perubahan 10,00 6,38 6,73

III. Reform 30,00 19,30 24,21


Total Komponen Hasil 60,00 42,70 47,70

B Komponen Hasil

1 Akuntabilitas Kinerja dan Keuangan 10,00 8,66 8,74

2 Kualitas Pelayanan Publik 10,00 8,29 9,06

3 Pemerintahan Yang Bersih dan Bebas KKN 10,00 8,15 8,51

4 Kinerja Organisasi 10,00 7,44 4,04

Total Komponen Hasil 40,00 32,54 30,35

Indeks Reformasi Birokrasi (Pengungkit + Hasil) 100,00 75,24 78,05

Tabel 1 Profil RB Hasil Evaluasi MENPAN RB TAHUN 2022

No Hasil Antara Skala 2021 2022 Sumber Data

1 Sistem Merit 0-400 273,50 278,50 KASN

2 ASN Profesional 0-100 71,05 47,70 BKN

3 Sistem Pemerintahan Berbasis 1-5 3,22 3,23 Kementerian

Elektronik PANRB

4 Kualitas Pengelolaan Pengadaan 0-100 61,11 75,30 LKPP

Barang dan Jasa

5 Kualitas Pelayanan Publik 0-5 4,51 4,62 Kementerian

PANRB

6 Kapabilitas APIP 0-5 3 3 BPKP

7 Maturitas SPIP 0-5 3 3 BPKP

8 Kepatuhan Terhadap Standar 0-100 89,51 88,61 ORI

Pelayanan Publik

9 Kualitas Pengelolaan Arsip 0-100 57,87 70,32 ANRI

10 Reformasi Hukum 0-100 - 51,65 Kementerian

Hukum dan

HAM
Tabel 2 Hasil ANTARA

Berdasarkan tabel hasil evaluasi pelaksanaan reformasi birokrasi yang dilakukan oleh

Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara (MENPAN RB), pelaksanaan reformasi

birokrasi yang telah dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Kuolon Progo telah

menunjukkan hasil yang baik. Selanjutnya pada tabel hasil ANTARA juga memperlihatkan

pelaksanaan reformasi birokrasi pada Pemerintah Daerah Kulon Progo juga mendapatkan

hasil ANTARA yang cukup baik, meskipun begitu terdapat juga beberapa komponen hasil

ANTARA yang memperoleh nilai yang cukup rendah seperti ASN profesional yang

mendapat nilai 47,70 pada tahun 2022, Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) yang

nilainya naik tetapi tidak signifikan yaitu dari 3,22 pada tahun 2021 menjadi 3,23 pada tahun

2022. Pada program reformasi birokrasi tematik, Pemerintah Kabupaten Kulon Progo telah

melakukan reformasi untuk menekan angka kemiskinan dengan terus meningkatkan

investasi dengan cara mempermudah proses izin berusaha di wilayah Kabupaten Kulon

Progo.

4. Pembahasan

4.1 Strategi Reformasi Birokrasi di Pemerintahan Kabupaten Kulon Progo

Dalam bidang pelayanan reformasi birokrasi merupakan sebuah kegiatan yang

penting untuk organisasi karena bisa menjadi hasil ukur dari keberhasilan organisasi melalui

penilaian kinerja. Pemerintah Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu daerah yang

menjadi pilot project reformasi birokrasi tematik untuk pengentasan kemiskinan. Agar tujuan

Pemerintah Kabupaten Kulon Progo dapat tercapai maka perlu adanya upaya dari

pemerintah yang berwenang untuk bisa memaksimalkan program yang sudah dirumuskan

untuk menunjang pengentasan kemiskinan yang ada di Kulon Progo. Melihat situasi

tersebut, terdapat keterkaitan antara kinerja dari pegawai Pemerintah Kulon Progo dengan

kinerja Pemerintah Kulon Progo yang dalam arti lain bisa dimaknai apabila kinerja dari ASN

baik maka Pemerintahannya juga akan menjadi baik.

Tujuan pengentasan kemiskinan dari Pemerintah Kulon Progo bisa dilihat dari

bagaimana Pemerintah Kulon Progo melakukan perubahan dan juga perumusan kebijakan

yang bisa menunjang tujuan yang akan dicapai. Pemerintah Daerah Kabupaten Kulon Progo

berdasarkan intruksi atau arahan presiden tentang reformasi birokrasi, telah menerapkan

upaya reformasi birokrasi dibidang administratif dan birokratif serta telah memiliki dan

menjalankan program-program guna mendukung penangan kemisikinan sesuai yang

diamanatkan dalam reformasi birokrasi tematik kemiskinan. Apabila dilihat dari hasil data
yang sudah dituliskan Pemerintah Daerah Kulon Progo telah melaksanakan reformasi

birokrasi yang baik dinilai dari komponen pengungkit dan komponen hasil yang

menunjukkan perolehan rata-rata nilai dengan kategori baik dan sangat baik. Meski

demikian, Pemerintah Kulon Progo belum sepenuhnya berhasil melakukan reformasi

birokrasi dengan sempurna karena terdapat salah satu penilaian yang ada, menunjukkan

bahwa kinerja organisasi memiliki nilai yang rendah. Melihat kenyataan ini Pemerintah

Kabupaten Kulon Progo terus berupaya memperbaiki dan meningkatkan reformasi birokrasi

dengan melakukan berbagai strategi yang dinilai dapat mewujudkan birokrasi pemerintahan

yang sesuai dengan amanat Presiden tentang reformasi birokrasi. Strategi-strategi yang

dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Kulon Progo sebagai berikut:

a. meningkatkan manajemen perubahan, yakni: 1) Penyusunan Road Map Reformasi

Birokrasi Kabupaten Kulon Progo Tahun 2023-2024 masih dalam proses penyelesaian

dan rencana aksi perbaikan tata kelola pemerintah program pengentasan kemiskinan

juga masih dalam proses. 2) berusaha meningkatkan pelaksanaan internalisasi

reformasi birokrasi pada seluruh anggota organisasi dan unit kerja dengan

melakukan internalisasi core values ASN BerAhlak yaitu berorientasi pelayanan,

akuntabel, kompeten, harmonis, loyal, adaptif, dan kolaboratif, diselaraskan dengan

budaya satria yang menjadi watak ASN DIY dalam melaksanakan

tanggungjawabnya. Budaya pemerintahan ini berdasrakan pada nilai kearifan DIY

yakni filosofi Hamemayu Hayuning Bawana, semangat golong gilig, dan ajaran

moral Nyawiji, Greget, Sengguh, dan Ora Mingkuh. Satria juga dimaknai dengan

selaras, akal budi luhur, teladan-keteladanan, rela melayani, inovatif, yakin dan

percaya diri dan ahli-profesionalitas.

b. Untuk Meningkatan Deregulasi Kebijakan Pemerintah Kulon Progo telah menyusun

peta keterkaitan kebijakan dan telah melakukan revisi/menghapus/mencabut Perbub

atau Perda yang tidak harmonis atau singkron atau bersifat menghambat akan

direvisi. Hasil identifikasi adalah 24 (dua puluh empat) peraturan bupati merupakan

revisi dari aturan sebelumnya, 1 (satu) peraturan daerah yag dicabut dan 2 (dua)

direvisi.

c. Melakukan penyederhanaan birokrasi oleh Pemerintah Kulon Progo, telah dilakukan

pengalihan sebanyak 187 jabatan administrasi untuk disetujui kedalam jabatan

fungsional dan melantik 184 pejabat fungsional.

d. Pemerintah Kabupaten Kulon Progo juga telah melakukan penerapan e-government

yaitu Penerapan tata kelola Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik. SPBE sudah
baik namun belum ada peningkatan yang signifikan. Hal tersebut dilihat dari

peningkatan penilaian yang tidak signifikan yaitu dari 3,22 menjadi 3,23. Menurut

data website resmi Pemerintah Kulon Progo, layanan e-government pemerintah

Kabupaten Kulon Progo terdiri dari Aplikasi layanan pemerintah dan Aplikasi

layanan publik. Pada aplikasi layanan publik terdiri dari Sistem pengadaan secara

online, Sistem informasi rencana umum pengadaan, Data agregat kependudukan,

SIM Aparatur Pemerintah Kelurahan, SIM perizinan Kulon Progo, SIM Geospasial

Kulon Progo, Aspirasi Kulon Progo, Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum

(JDIH) Hukum dan Smat Report LPSE. Sedangkan pada aplikasi layanan

pemerintahan terdiri dari Rencanaku, Monevku, Sakipku, SIM Unit Layanan

Pengadaan, SIM Surat, SIM Kepegawaian. Dalam memberikan pelayanan E-

Government secara online, pemerintah Kulon Progo juga memberikan inovasi dalam

mendukung jalannya smart city dalam bentuk Quick Win. Salah satu programnya

adalah Bumilku yang merupakan program unggulan Pemkab Kulonprogo. Bumilku

mengandalkan informasi geospasial untuk menekan angka kematian ibu melahirkan

tersebut merupakan bagian dari penerapan Smart City. Perwujudannya dalam

bentuk aplikasi pemantauan kesehatan ibu hamil yang mengintegrasikan Nomor

Induk Kependudukan (NIK) dan Geospasial.

e. Pemerintah Kabupaten Kulon Progo juga melakukan perencanaan kinerja untuk

ASN, hasil Perencanaan kinerja sudah terbangun dengan baik di tingkat

pemerintahan daerah dan perangkat daerah, hal ini terlihat dari capaian

akuntabilitas kinerja dan keuangan yang memperoleh nilai 8,66 pada tahun 2021 dan

naik menjadi 8,74 di tahun 2022 dari bobot nilai 10,00.

f. Dalam pelayanan publik, Pemerintah Kulon Progo juga melakukan berbagai inovasi

untuk peningkatan kualitas pelayanan hal ini terbukti dari tingkat kepuasan

terhadap pelayanan yang tinggi yaitu 90,60. Salah satu bentuk inovasi dalam

pelayanan publik oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Kulon Progo adalah

memberikan inovasi dalam mendukung jalannya smart city dalam bentuk Quick

Win. Salah satu programnya adalah Bumilku yang merupakan program unggulan

Pemkab Kulonprogo. Bumilku mengandalkan informasi geospasial untuk menekan

angka kematian ibu melahirkan tersebut merupakan bagian dari penerapan Smart

City. Perwujudannya dalam bentuk aplikasi pemantauan kesehatan ibu hamil yang

mengintegrasikan Nomor Induk Kependudukan (NIK) dan Geospasial. Kulonprogo

sendiri masuk dalam Gerakan menuju 100 Smart City Tahap 2 dan menjadi program
quick win yang dievaluasi secara berkala setiap enam bulan sekali oleh

Kemkominfo2. Selain itu, pelembagaan pelaksanaan aplikasi BumilKu terintegrasi

dengan Bidan Desa/Kelurahan, Puskesmas dan RSUD sehingga ibu hamil

mendapatkan penanganan persalinan sampai di fasilitas kesehatan. Dalam

peningkatan pengawasan telah dilakukan upaya dengan membuat beberapa inovasi

area pengawasan diataranya POJOK KOPIKU (Pojok Konsultasi Pengawasan

Online), SIManis-Ku (Sistem Informasi Manajemen Resiko Kulon Progo),

SIMPATIKU (Sistem Informasi Pemantauan Tindak Lanjut Kulon Progo), dan

Peraturan Bupati Kulon Progo No 80 Tahun 2021 Tentang Pedoman Penugasan

Bidang Investigasi Inspektorat Daerah Kabupaten Kulon Progo.

g. Melakukan peningkatkan kepatuhan terhadap pelaporan Laporan Harta Kekayaan

Penyelenggara Negara (LHKPN) dan Laporan Hasil Kekayaan Aparatur Sipil Negara

(LHKASN) namun masih belum seluruh wajib lapor telah melapor. Wajib lapor

LHKPN di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Kulon Progo yaitu: Bupati dan Wakil

Bupati, Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Pejabat Pimpinan

Tinggi Pratama, Pejabat administrator, Jabatan Fungsional Auditor, Jabatan

Fungsional Pengawas Penyelenggara Urusan Pemerintahan Daerah, Pengelola Unit

Layanan Pengadaan, dan Pejabat yang mengeluarkan perizinan.

h. Melakukan percepatan pelaksanaan sistem merit yaitu kebijakan dan manajemen

ASN yang didasarkan pada kualifikasi, kompetensi, dan kinerja, yang diberlakukan

secara adil dan wajar dengan tanpa diskriminasi. Terlihat dari hasil penilaian sistem

merit yang dilakukan oleh Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN) yang memperoleh

indeks 278,5 dengan ”kategori baik”.

Selanjutnya dalam reformasi birokrasi tematik untuk pengentasan kemiskinan di

wilayah Kabupaten Kulon Progo, pemerintah telah melakukan reformasi dalam bentuk

meningkatkan jumlah investasi di wilayah Kabupaten Kulon Progo dengan cara

mempermudah proses izin usaha dan dapat berkolaborasi dengan pihak swasta. Dengan izin

berdirinya perusahaan yang mudah dan tidak berbelit-belit serta kolaborasi dengan pihak

swasta diharapkan dapat membawa dampak peningkatan ekonomi bagi masyarakat sekitar.

Kolaborasi Pemerintah Kabupaten Kulon Progo dengan pihak Swasta untuk

penanggulangan kemiskinan terlihat nyata dari kerjasama antara Pemerintah Kabupaten

Kulon Progo dengan PT Naturindo Fres. Kemudahan berusaha untuk mendirikan pabrik

jamu di Desa Kroco, Kalurahan Sendangsari, membuahkan hasil nyata bagi sekitarnya. Dari

total 70 karyawan, 49 persennya adalah warga Sendangsari, yakni sebanyak 34 orang.


Sedangkan warga Kabupaten Kulon Progo sebanyak 14 orang datau 20 persen. Sisanya,

sebesar 22 persen atau 22 karyawan, berasal dari Kabupaten Bantul dan Kota Yogyakarta.

Serta 10 warga Sendangsari direkrut sebagai tenaga harian lepas.

Lapangan kerja yang dibuka oleh PT Naturindo Fres dinilai berhasil membawa

warga Sendangsari keluar dari ketertinggalan ekonomi. PT Naturindo Fresh tidak hanya

merekrut warga Sendangsari untuk menjadi pekerja tetapi juga membeli simplisa yaitu bahan

alami untuk obat yang belum melalui proses apapun. Simplisa ini dibeli dari Kelompok

Wanita Tani atau KWT secara perorangan.

5. Kesimpulan

Reformasi birokrasi yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Kulon Progo dilakukan

diantaranya:

a. Melakukan upaya untuk meningkatkan Manajemen Perubahan melalui

penyususnan Road Map Reformasi Birokrasi Pemda Kulon Progo Tahun 2023-

2024 dan Internalisasi budaya kerja ASN yang berakhlak melalui penerapan

budaya satria

b. Meningkatkan deregulasi kebijakan

c. Melakukan Penyederhanaan Birokrasi

d. Melakukan penerapan E-Government

e. Melakukan perencanaan kinerja ASN

f. Melakukan berbagai Inovasi dalam Pelayanan Publik

g. Melakukan peningkatkan kepatuhan terhadap pelaporan Laporan Harta

Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) dan Laporan Hasil Kekayaan

Aparatur Sipil Negara (LHKASN).

h. Melakukan percepatan pelaksanaan sistem merit

6. Saran

a. Pemerintah Kabupaten Kulon Progo segera menyelesaikan Road Map 2023-2024

b. Meningkatkan kualitas evaluasi program reformasi birokrasi

c. Meningkatkan penerapan manajemen SPBE

d. Meningkatkan kualitas pembangunan zona integritas

Ucapan Terimakasih:
Tim penyusun artikel ilmiah dengan judul “Reformasi Birokrasi di Pemerintah Kabupaten

Kulon Progo (Studi Kasus: Transformasi digital layanan administrasi Pemerintahan)” mengucapkan

terima kasih kepada Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “APMD” yang telah

memberikan kesempatan kepada tim penyusun untuk melaksanakan penulisan artikel ilmiah.

Daftar Pustaka

Daraba, & Dahyar. (2019). Reformasi Birokrasi dan Pelayanan Publik. Makassar: Leisyah.

Dwiyanto, A., Partini, Ratminto, Wicaksono, B., Wini, Kusumasari, B., & Nuh, M. (2008). Reformasi
Birokrasi Publik. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Ginting, R., & Haryati, T. (2011). Reformasi Birokrasi Publik Indonesia. Jurnal Ilmiah CIVIS, 1(2).
Dokumentasi Kegiatan Field Study

Anda mungkin juga menyukai