Anda di halaman 1dari 30

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Birokrasi mungkin bagi sebagian orang di Indonesia merupakan suatu prosedur yang berbelit-

belit, dari meja satu ke meja lainnya, yang ujung-ujungnya adalah biaya yang serba mahal.

Pendapat yang seperti itu tidaklah dapat disalahkan seluruhnya, namun demikian apabila

orangorang yang duduk dibelakang meja taat pada prosedur dan aturan serta

berdisiplin dalam menjalankan tugasnya, maka birokrasi akan berjalan

lancar dan ”biaya tinggi” akan dapat dihindarkan.

“Kondisi birokrasi di Indonesia saat ini masih banyak

mengahadapi persoalan- persoalan, seperti praktik Korupsi,

Kolusi dan Nepotisme (KKN), kualitas pelayanan publik yang

masih belum mampu memenuhi harapan masyarakat, tingkat

efisiensi, efektivitas, dan produktivitas birokrasi yang belum

optimal, transparansi dan akuntabilitas birokrasi masih rendah,

serta disiplin dan etos kerja yang masih rendah. (sumber:

http://blog.sivitas.lipi.go.id/diakses 10 April 2016)”

Berbagai persoalan birokrasi mengakibatkan sistem

penyelenggaraan pemerintahan tidak berjalan dengan baik dan harus

ditata ulang atau diperbaharui. Reformasi birokrasi dilaksanakan dalam

rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (good

governance). Dengan kata lain, reformasi birokrasi adalah langkah

strategis untuk membangun aparatur negara agar lebih berdaya guna dan
2

berhasil guna dalam mengemban tugas umum pemerintahan dan

pembangunan nasional. Selain itu dengan sangat pesatnya kemajuan ilmu

pengetahuan, teknologi informasi dan komunikasi serta perubahan

lingkungan strategis menuntut birokrasi pemerintahan untuk direformasi

dan disesuaikan dengan dinamika tuntutan masyarakat.

Reformasi birokrasi di Indonesia diatur di dalam Peraturan

Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi

Birokrasi 2010–2025. Sebagai tindak lanjut pemerintah mengeluarkan

Keputusan Presiden Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pembentukan Komite

Pengarah Reformasi Birokrasi Nasional dan Tim Reformasi Birokrasi

Nasional. Pelaksanaan Reformasi birokrasi sudah diterapkan sejak 2010

di setiap Kementrian/Lembaga setelah keluarnya Peraturan Menteri

Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor

20 Tahun 2010. Hal ini mendukung operasionalisasi Grand Design

Reformasi Birokrasi dan merupakan landasan untuk melakukan reformasi

birokrasi tahap selanjutnya.

Dalam rangka meningkatkan efektivitas pelaksanaan reformasi

birokrasi nasional, dibentuk Komite Pengarah Reformasi Birokrasi

Nasional (KPRBN) dan Tim Reformasi Birokrasi Nasional (TRBN)

melalui Keppres No. 23 Tahun 2010 tentang Pembentukan Komite

Pengarah Reformasi Birokrasi Nasional (KPRBN) dan Tim Reformasi

Birokrasi Nasional (TRBN). KPRBN diketuai oleh Wakil Presiden dan

bertanggung jawab kepada Presiden. TRBN diketuai oleh Menteri

Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi dan


3

bertanggung jawab kepada Ketua KPRBN. Dalam pelaksanaan tugasnya,

Komite Pengarah Reformasi Birokrasi Nasional dibantu oleh Tim

Independen dan Tim Quality Assurance yang berperan antara lain

melakukan monitoring dan evaluasi serta memastikan pelaksanaan

reformasi birokrasi. Sedangkan TRBN dibantu oleh Unit Pengelola

Reformasi Birokrasi Nasional (UPRBN). Untuk tingkat kementrian atau

lembaga dan Pemda dibentuk Tim Reformasi Birokrasi pada masingmasing kementrian atau

lembaga dan Pemda. Organisasi Tim Reformasi

Birokrasi tingkat kementrian atau lembaga dan Pemda terdiri dari tim

pengarah dan tim pelaksana. Ketua Tim Pengarah adalah pimpinan

kementrian atau lembaga dan Pemda, sedangkan anggota tim pengarah

dipilih dari pejabat-pejabat kunci untuk memastikan komitmen pimpinan

tertinggi terhadap upaya reformasi birokrasi. Sementara tim pelaksana

ditetapkan sesuai dengan kapasitas dan kemampuannya dalam

mengimplementasikan program reformasi birokrasi pada masing-masing

instansi pemerintah. Ruang lingkup dari reformasi birokrasi yang

dilakukan adalah mencakup penguatan birokrasi pemerintah, tingkat

pelaksanaan dan program yang berorientasi hasil.

Masyarakat mengharapkan bahwa dengan terjadinya reformasi,

akan diikuti pula dengan perubahan besar pada desain kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, baik yang menyangkut dimensi

kehidupan politik, sosial, ekonomi maupun kultural. Perubahan struktur,

kultur dan paradigma birokrasi dalam berhadapan dengan masyarakat

menjadi begitu mendesak untuk segera dilakukan mengingat birokrasi


4

mempunyai kontribusi yang besar terhadap terjadinya krisis multi

dimensional yang tengah terjadi sampai saat ini. Namun, harapan

terbentuknya kinerja birokrasi yang berorientasi pada pelanggan

sebagaimana birokrasi di negara–negara maju tampaknya masih belum

mampu diwujudkan.

Menurut data dari Badan Kepegawaian Nasional (BKN) pada

tanggal 4 Januari 2016, sebanyak 106.038 PNS terancam kehilangan

statusnya sebagai Pegawai Negeri Sipil karena hingga 31 Desember 2015

belum mendaftar dalam proses Pendataan Ulang PNS (PUPNS).

Kemudian dalam perkembangannya pada tanggal 20 April 2016, BKN

menyebutkan ada 57 ribu Pegawai Negeri Sipil di seluruh Indonesia tidak

mendaftar ulang di PUPNS. Mereka menerima gaji, tapi statusnya tidak

jelas (sumber www.bkn.go.id diakses 10 April 2016)

Di sisi lain, Indonesia Corruption Watch (ICW), sebuah

organisasi non-pemerintah (NGO) yang mempunyai misi untuk

mengawasi dan melaporkan kepada publik mengenai aksi korupsi yang

terjadi di Indonesia juga memiliki catatan tersendiri. Menurut ICW

dikutip dari harian Republika pada tanggal 16 febuari 2016 bahwa pada

tahun 2015 terdapat 225 terdakwa korupsi dari lingkungan pejabat atau

pegawai di lingkungan pemerintah, angka tersebut lebih tinggi

dibandingkan 2013 dan 2014. Pada 2013, terdapat 141 pejabat atau

pegawai negeri yang menjadi terdakwa korupsi, sementara 2014 ada 171

terdakwa.

5
5

Berbagai lembaga internasional juga memberikan penilaian

terhadap kemajuan birokrasi di Indonesia yang belum menunjukkan

kondisi yang menggembirakan, antara lain:

1. World Bank melalui Governance Index yang dikeluarkan

setiap lima tahun, pada tahun 2015, memberikan penilaian

Governance Indonesia 44 dari skala 100. Nilai ini jauh di

bawah nilai indeks Brunei, Malaysia dan Singapura.

2. Tranparency International melalui Corruption Perception

Index yang dikeluarkan untuk tahun 2015, menilai Indonesia

memiliki kemajuan, dari 168 negara yang diamati lembaga

tersebut dengan ketentuan semakin besar skor yang didapat,

maka semakin bersih negara tersebut dari korupsi dan skor

maksimal adalah 100. Indonesia menempati peringkat ke 88

dengan skor CPI 36.

3. The Global Competitiveness Report 2013 – 2014 yang

dikeluarkan oleh World Economic Forum, Jika dibandingkan

dengan negara-negara ASEAN lainnya, Indonesia masih

berada paling bawah. Singapura yang berada diurutan kedua,

Malaysia ke 24, Brunei ke 26, dan Thailand ke 37. Peringkat

Indonesia meningkat dari tahun 2008 - 2009 yaitu peringkat

55. Dari data tahun 2012, Government Effectiveness Indeks

dengan skala 0 yang terbaik dan 10 yang terburuk, Indonesia

berada pada posisi 8,37.Beberapa catatan yang diungkap dari

indeks ini adalah bahwa faktor yang paling bermasalah di

Indonesia adalah korupsi dan inefisiensi dalam birokrasi


6

pemerintahan.

(sumber http://www.bppk.kemenkeu.go.id)

Birokrasi saat ini harus memiliki pola pikir dan budaya kerja yang

produktif, efisien dan efektif, transparan dalam memberikan pelayanan

publik. Salah satu masalah nasional yang dihadapi oleh bangsa Indonesia

saat ini adalah penanganan terhadap peningkatan kualitas sumberdaya

manusia. Jumlah sumber daya manusia di Indonesia yang besar, apabila

dapat didayagunakan secara efektif dan efisien akan bermanfaat untuk

menunjang laju pembangunan nasional yang berkelanjutan. Agar dalam

masyarakat tersedia sumber daya manusia yang handal diperlukan

pendidikan yang berkualitas, penyediaan berbagai fasilitas sosial dan

lapangan pekerjaan yang memadai. Tantangan utama yang sesungguhnya

adalah bagaimana dapat menciptakan sumber daya manusia yang dapat

menghasilkan kinerja optimal untuk mencapai tujuan suatu perusahaan

atau organisasi.

Reformasi birokrasi di Daerah Istimewa Yogyakarta telah dimulai

sejak Maklumat Nomor 10 Tahun 1946 tentang Perubahan Pangreh Praja

menjadi Pamong Praja, sebagai titik awal landasan perubahan filosofis

pemerintahan dari pola penguasa menjadi pelayan, pengayom

masyarakat. Upaya reformasi semakin kuat bergulir sejak

diberlakukannya otonomi daerah, ditandai dengan kerjasama dengan

Kemitraan (Partnership) bagi Pembaharuan Tata Pemerintahan di

Indonesia untuk menyelenggarakan Reformasi Terpadu Pelayanan Publik

(Integrated Civil Service Reform - ICSR).


7

Sejalan dengan pemerintah pusat, Pemerintah Daerah Istimewa

Yogyakarta juga memiliki budaya pemerintahan sendiri. Budaya

pemerintahan Daerah Istimewa Yogyakarta dikenal dengan budaya

pemerintahan SATRIYA. Budaya pemerintahan SATRIYA yang sudah

ditetapkan dengan Peraturan Gubernur Nomor 72 Tahun 2008 mengatur

tentang Budaya Pemerintahan di Daerah Istimewa Yogyakarta adalah

merupakan suatu bentuk komitmen dari Pemerintah Daerah Daerah

Istimewa Yogyakarta sebagai upaya dalam mencapai keberhasilan

transformasi birokrasi yang berbasiskan pada nilai-nilai kearifan lokal

yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta yakni filosofis hamemayu

hayuning bawana dan ajaran moral yakni sawiji, greget, sengguh ra

mingkuh serta dengan semangat golong gilig.

Budaya Pemerintahan SATRIYA yang sejatinya merupakan suatu

program untuk mendorong perubahan mindset (pola pikir) dan culture-set

(budaya kerja) yang berlandaskan pada nilai luhur kearifan lokal pada

jajaran birokrasi agar terwujud pemerintahan yang profesional, ternyata

dalam implementasinya belum sepenuhnya berjalan dengan baik dan

terinternalisasi di setiap unit kerja. Hal ini terjadi karena beberapa alasan.

Alasan pertama, nilai-nilai pada budaya SATRIYA yang diatur dalam

Pergub Nomor 72 tahun 2008 terlalu umum sehingga sulit mengukur

dalam pelaksanaannya. Alasan kedua yaitu, budaya SATRIYA belum

mendapat dukungan grand design atau pedoman yang akan menjadi

acuan dalam operasional proses penerapannya (Matullada, dkk, 2012).

Tidak adanya grand design atau pedoman ini mengakibatkan perhatian


8

Pemerintah DIY hanya tertuju pada kegiatan sosialisasi, kurang

koordinasi antar instansi sehingga penerapan di instansi tidak efektif, dan

juga tidak ada kegiatan-kegiatan relevan terkait penerapannya.

Budaya pemerintahan SATRIYA kembali diterapkan dan secara

efektif masuk ke dalam instansi-instansi sejak tahun 2013. Salah satunya

yaitu Badan Kepegawaian Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta.

Pemilihan Badan Kepegawaian Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta

sebagai studi kasus dalam penelitian ini dikarenakan BKD DIY memiliki

kewenangan dalam pengelolaan Pegawai Negeri Sipil dan pemberdayaan

pegawai ditingkat daerah. Sebagai instansi yang memiliki tugas di bidang

kepegawaian, BKD DIY dituntut memiliki aparatur yang memiliki pola

pikir dan budaya kerja yang berlandaskan pada nilai luhur kearifan lokal

agar terwujud pemerintahan yang profesional sehingga dapat memberi

contoh atau pilot project kepada instansi lainnya di lingkungan

pemerintahan DIY.

Kepala Sub Bagian program BKD Daerah Istimewa Yogyakarta,

Ibu Riana Setyawati menuturkan bahwa jumlah PNS secara keseluruhan

di Daerah Istimewa Yogyakarta yang melakukan pelanggaran disiplin

pada tahun 2014 sebanyak 45 orang, sedangkan pada tahun 2015 jumlah

PNS yang melakukan pelanggaran disiplin mengalami penurunan, yakni

sebanyak 14 orang. Pelanggaran Disiplin PNS meliputi: melakukan

tindak pidana, perselingkuhan, perceraian tanpa izin Pejabat dan tidak

mentaati ketentuan jam kerja.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti akan meneliti tentang


9

implementasi program Budaya Pemerintahan SATRIYA di Badan

Kepegawaian Daerah (BKD) Daerah Istimewa Yogyakarta.


10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Teori BirokrasiWeberian

Birokrasi merupakan instrumen penting dalam masyarakat yangkehadirannya tidak bisa

dihindari dalam konsep negara modern. Hadirnyabirokrasi sebagai konsekuensi logis dari

tugas utamanegara (pemerintahan) untukmenyelenggarakan kesejahteraan masyarakat (social

welfare).Negara dituntutuntuk terlibat secara langsung dalam memproduksi barang dan jasa

yangdiperlukan oleh rakyatnya(public goods and services), baik dalam keadaantertentu

negara memutuskan apa yang yang terbaik bagi rakyatnya. Untuk itunegara membangun

sistem administrasi yang bertujuan untuk melayanikepentingan rakyatyang disebut sebagai

birokrasi.

Perkembangan dan pertumbuhan masyarakat yang secara dinamis disertaidengan peningkatan

taraf hidup dan pendidikan masyarakat ditambah denganberkembangnyakemajuan di bidang

teknologi dan informasi menjadikanpeningkatan proses pemberdayaan lingkungan

masyarakatmenjadi penting. Olehkarena itu pelayanan bagian dari sektor publik juga

diharpakan mengikutiperubahan yang terjadi secara cepat dan dinamis sebagaimanadi

masyarakat.

Keberhasilan pembangunan ekonomi,sosialdan politikdi negaramanapun tergantung pada

kualitas dan efektifitas aparatur birokrasi.Oleh sebabitu,karena merekalah yang mejadi

pelaksana kebijakan dari suatu negara atau pemerintah.40Tuntutan masyarakat terhadap

pelayan publik terus meningkatseiring dengan meningkatnya dinamika masyarakat dan

perkembangan jaman,kondisi ini perlu di imbangin dengan kualitas


11

aparaturbirokrasiyangbaik,peka an tanggap dalam menangkap aspirasi

masyarakat.Untukmendukung,mempercepat dari pembangunan negara dan daerah

dibutuhkanlah posisi birokrasidan aparatur sipil negarayang netral dan profesional dalam

menjalankannya.

Posisi birokrasidan aparatur sipil negarasebagai pelayan sektor publikharuslah menciptakan

suatu sistem pelayanan yang lebih efektif dan efisien danmelahirkan kebijakan publik yang

rasional dan demokratissecara profesional.Profesionalisme birokrasidan netralnya aparatur

sipil negaratersebutmenggambarkan bahwa tugas utama dari birokrasi adalahmengabdi

ataumemberikan pelayan kepada masyarakatdalam menjalankan tugas dan fungsidemi

terwujudnya kesejahteraan masyarakat sesuai dengan tujuan dari negara.Secara konsep,

menurut Weber birokrasi adalah organisasi yang ditunjukan untukmemaksimumkanefisien

dalam organisasi yang memiliki spesialisasi tugas-tugas,hierarki otoritas badan perudang-

undangan,sistem pelaporan yang baik untukmemudahkan dalam tanggung jawab serta

anggota memiliki keahlian khususdalam menjalankan tugasnya.

Dalam terminologi ilmu politik model birokrasi Weber tersebutmenganggap sebuah birokrasi

sebagai sebuah organisasi kolektif terdiri dari ejabat-pejabat yang secara jelas dan pasti dalam

menjalankan tugas dan fungsiberdasarkan kewenangan serta penggaruhdari pejabat tersebut

dapat dirasakanoleh seluruh anggota organisasi.Karena pada pada hakekatnya

birokrasimengadung implikasi pengorganisasian yang tertib, tertata dan teratur

dalamhubungan kerja yang secara berjenjang serta aturan prosedur dalam

garistatananorganisasi.43Weber mengutarakan bahwa ada tigaotoritaskewenangan

yangdimiliki oleh seseorang dalam organisasi birokrasi. Pertama, otoritas rasional.Kedua,

otoritas tradisonal, dan ketiga otoritas kharismatik.

Netralitas dari fungsi birokrasipemerintanhan dalam konsepnya weberdikenal dengan

konservatif, menurut weber birokrasi dibentukatas dasar netraldan tanpa adanya gangguan
12

dari yang dapat merusak birokrasidari kekuatanpolitik, artinya birokrasi pemerintah

diposisikan sebagai kekuatan yang netraldalam sebuah negarayang berkerja sesuai dengan

aturan yang berlaku dalambidangnya. Netralitasbirokrasi secara esensial menjadi menjadi

penting dalammemenuhi hajat hidup orang banyak tanpa memihak terhadap kelompok

terentu.Artinya siapapun yang memerintah dalam sebuah negara birokrasi tetapmemberikan

pelayan pada sektor publik secara efektif dan efisien.

Birokrasi weberian menekankanaparatur birokrasi untukmenjalankanproseduryang telah

ditetapkan,dengan begitu akan tercipnya kesinambungansecara kelembagaan yang mengarah

pada birokrasi ideal.Pandangan daripendapat Weber tersebut melahirkan pegawai birokrasi

bekerja atas dasar aturan ang berlaku, juga melahirkan pegawai birokrasi yang bekerja tanpa

adanyaintervensi dari pengaruh kekuasaan. Untuk itulah proses pengisian jabatanpegawai

birokrasi dilakukan atas dasar kemampuan yang dimilikinya, bukan atasdasar kekeluargaan

maupun pilihan politik.

Konsepnetralitas birokrasi selain dari pandangan Weber ialah merujukpada huruf f pasal 2

UU No. 5 tahun 2014 secara eksplisit menyatakanbahwatidak berpihak kepada segala bentuk

pengaruh manapun dan tidak kepadakepentingan siapapunyang nantinya dapat

mengganggung proses pelayan publikyang diakibatkan konflik kepentingan ASN. Netralitas

birokrasi berdasarkan apayang ada pada undang-undang tersebut dapat diartikan bahwa

aparatur sipilnegara tidak boleh berperansecara langsungmaupun secara

tidaklangsungdalamkegiatan partai politik ataupun pada hal-hal yang berkaitan denganpolitik

praktis,penekankan terhadap ASN ini menjadikan ASNfokus pada tanggung jawab

yangberkaitan dengan pelayananpubliksecara luas dan merata.Secara umum

dapatdigambarkan bahwa ciri model utama netralitas politik birokrasi ialah aparatursipil

negara independen, non ideologipartai politik ataupun berafilisasi dengankepentingan politik,

serta bebas dari intevensi dari berbagai kelompok.45


13

Untuk dapat melihat birokrasi secara netral, ada beberapa standar yangsudah ditentukandan

disepakatisecara umum dengan mengacu kepada kerangkateorinyaWeberian maupun undang-

undang yang membahas tentang birokrasi.Birokrasi yang netral:Pertama,birokrasi tidak

menjadi alat bagi kelompokkekuatan politikserta pengaruh apapun yang dapat merusak

sakralnya birokrasi.

Dengan begitu usaha untuk menciptakan tatakelola birokrasi yang ideal dapatdicapai dan

diwujudkan. Kedua,tidak ada usaha dari pemerintah untukmemasukan orang-orang partai

politik dalam jajaran stuktural birokrasi.Selain itujuga anggota birokrat tidak terikat secara

politik dengan kelompok politikmanapun.Ini dimaksudkan sebagai solusi dalam menciptkan

sumber sayamanusia yang profesional dalam bekerja tanpa pengaruh dan tekanan

darikepentingan kelompok tertentu yang dapat menghambat proses

bekerjanyabirokrasi.Ketiga,sistem kenaikan jabatan tidak dapat di intervensi olehkepentingan

politik, ini menunjukan bahwa merit sistem diterapkan secara efektifdengan mengacu kepada

kualitas serta kompentensi aparatur birokrasi.Dimanahal tersebut menjadi efektik ketika

seluruh elemen dalam birokrasi melakukanstandar prosedur dengan azas-azas pemerintahan

yang baiksehingga dapatterwujudnya tatakelola pemerintahan yang baikgood

governance.Keempat,

birokrasi merupakan alat negara untuk memberikan pelayan kepada sektor publik,dengan itu

kesejahteraan masyarakat dapat tercapai.Salah satu cara yang untukmewujudkan hal tersebut

ialah dengan proses pertanggung jawaban seluruhperangkat birokrasi dalam menggunakan

anggaran ataupun menggunakan sumber. daya yang lain. Dengan begitu akan lahir satu

kesatuan yang baik dari hilir sampaike hulur tentang sistem pengelolaan dan sistem kerja

birokrasi, hal mana maksuddari ini semua adalah proses untuk mewujudkan tata kelola

birokrasiideal.46
14

Dalam hubungan hukum antara negara dengan aparatursipil negara, telahditegaskan

ketentuan pembatas antara perilaku aparatursipil negarayang berkerja dalam instansi

pemerintah. Hubungan ini disebut dengan hubungan dinas publik.Inti dari hubungan dinas

publik tersebut adalah kewajiban bagi aparatursipilnegarayang bersangkutan untuk tunduk

dan patuh terhadap perintah maupunlarangan.Patuh dan tuntuk atas segala perintah dan

larangan ini sebagaiwujudnyata dari jabatan yang diemban sebagai aparatur birokrasi.

Dengan begitu akanmenciptakan kondisi yang positifdalam tataran birokrasi.

Dalam penerapan hubungan publik ini berkaitan langsung denganpengangkatan aparatursipil

negara(pemerintah)yang dikenal dengan teori

contract sui generis, dalam teori ini menekankan apsek khusus bagi aparatursipilnegarauntuk

mengedepankan aspekkualifikasikompetensidalam prosespengangkatan dan netral dalam

melaksanakan fungsi dan tanggung jawab sebagaipelayan publik.Artinya konsep merit sistem

dalam pengangkatan aparaturbirokrasi merupakan poin utama, dengan begituupaya

menciptakan SDM yangbaik dapat berjalan sesuai dengan tuntutandan kebutuhanjaman.47

Secara konseptual, merit sistem berpijak padahuman capital management

yang didasarkan pada kombinasi aspek pengetahuan, keterampilan dankemampuan aparatur

sipil negara untuk menghasilkan pelayanan publik yang efektif dan efisien.Lebih lanjut dalam

konsideran UU ASN sebagaimanaditegaskan pada pasal 51 menyatakan manajemen ASN

diselenggarakanberdasarkan merit sistem, yaitu kebijakan yang berdasarkan pada

kualifikasi,kompetensi dan kinerja secara adil dan wajar tanpa menbedakanlatar belakang ras,

warna kulit, agama, asal usul, jenis kelamin, status pernikahan, umur, ataukondisi kecacatan.

Konsep ini sebagai jawabanbagaimana aparatur sipil negara mempunyaikompetensi sesuai

dengan jabatan yang di emban dalam posisi kerjanya padainstansi pemerintahan.Dengan

adanya konsep merit sistem sesuai denganpembentukan asas-asas dari netralitas. Dengan

melihat secara objektif dalamproses pengangkatan aparatur sipil negara dan tidak
15

terpengaruh padakepentingan kelompok dalam rangka mewujudkan profesionalisme kerja

aparatursipil negara, adanya aspek tersebut dapatmeminimalisir terjadinya intervensidalam

proses pengangkatandan penempatanaparatur sipil negara dalammenduduki jabatan publik.48

Dari deskripsi tentang birokrasiserta pentingnya netralitas

birokrasiyangdikemukakantersebut,baik dari perspektif teori dan undang-

undangkhususnyaterkait dengan eksistensi anggota/birokratnya dalam kehidupan

organisasi.49

Sangat jelas bahwa peranannya merupakan sesuatu yang tidak mungkindilepaskandari tujuan-

tujuan akhir suatu negara, yaitu terwujudnya kesejahteraanmasyarakat. Secara umum,

birokrasi merupakan keseluruhan organisasi pemerintah yang menjalankan tugas-tugas

negara dalam berbagai unit organisasipemerintah untuk mewujudkan pelayanan yang efektif

dan efisien.

Birokrasi pemerintahdapat dibedakan dalam tiga ketegori, yaitu: (1)Birokrasi

pemerintahanumum, yaitu rangkaian organisasi pemerintahan yang menjalankan tugas-tugas

pemerintahan umum termasuk memelihara ketertibandan keamanan. (2) Birokrasi

pembangunan, yaitu organisasi pemerintahan yangmenjalankan salah satu bidang di sektor

yang khusus guna mencapai tujuanpembangunan. (3) Birokrasi pelayanan, yaitu unit

organisasi pemerintahan yangpada hakikatnyaberhubunganlangsungdengan

masyarakat,yangdimanafungsiutamanya adalanpelayanansektor publik.50

Bila dilihat dari konsepsi dasar tentang birokrasi sebagaimana yangdikemukanan oleh

penggagasawaldariterbentuknya birokrasi, baik dalampengertian yang rasional, patologi

birokrasi maupun birokrasi yang bersifat netral,maka sebernanya dari awal perdebatan

tentang birokrasi merupakan konsensusuntuk bagaimana menempatkan birokrasi sebagai

penghubung antara negaradengan masyarakat, agar dapat terjalin jalinan yang kondusif dalam
16

pelaksanaandan perwujudan cita-cita negara dan amanat kostitusi, yaitu

memajukankesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

Dalam domain masyarakat terdapat berbagai kepentingan khusus yangmembawa kepentingan

para profesi dari berbagai latar belakang, sedangkannegaramewakili kepentingan umum.

Sebagai konsekuensi logis tersebut,birokrasi sebagai sarana perwujudan yang

menghubungkan antara negara danmasyarakat dalam tatanan kehidupan sosial, sehingga akan

terbentuknya satukesatuan yang utuh dalamsistem pemerintahanyang baik.

Intisari dari teorimaupun naskah akademik dari undang-undangbirokrasiyang menekankan

pentingnya netralitasdari birokrasi, karena dengan netralnya birokrasi dapat menjadi jembatan

dari berbagai kepentingan, sehingga dengan itutidak terjadi ketimpangandan

diskriminasidiantara berbagaitujuan tersebutdalam mencapaikepentingansertakemajuan

negara.

Perjalanan antara birokrasi dan demokrasi merupakan dua sisi yangberbedatetapi tidak bisa

dipisahkan, karenadalamupayamencapai sebuahtujuandemokrasi yangideal dibutuhkan

birokrasididalamnyayangdapat menciptakanpelayansektorpublik yang baikuntuk dapat

mensingkronasi berbagaikepentingan dalam penyelenggaraan pemerintah, hal ini juga

seringkalibirokrasidapat pula menjadi penghambat dalam menciptakan birokrasi karena

menurunnyakualitas dari birokrasi yang nantinya berpengaruh secara luaspada

pelayanansektorpublik.

Terdapat beberapa karakter utama dalam melihat dan memahami prosesperjalanansebuah

birokrasi. Diantaranya,Pertama, domaindalam wilayahkemandirianbirokrasi yang masih

beradapada kategori rendah namun padawilayah yang lain adalah demokrasi yang dijalani

masih ada pada wilayah yanglebih rendah, maka birokrasi diletakkan sebagai instrumen dari

penguasan sertakeberpihkan dalam politik serta memobilisasi masa dalam mendapatkan

keuntungan secara pribadi maupun kelompok dalam kegiatan politik.Dalamsejarah birokrasi


17

di Indonesia diawal kemerdekaan sempai pada awalreformasi,kondisi birokrasi Indonesia

mengalami posisi yang buruk karena birokrasi tidaksepenuhnya menjalankan fungsi secara

semestinya, tetapi birokrasi dijalankandengan orientasi untuk kelompok-kelompok tertentu.

Kedua,dalam wilayah kemandirian birokrasi untuk mengelola sumberdaya masih berada pada

kategori menengah, hal ini menunjukan belum adanyaperubahan pengelolaan birokrasi secara

signifikan, pada wilayah yang laindemokrasi juga masih belum mapan untuk menciptakan

sebuah sistem yang ideal.Perjalanan birokrasi sebagai penghubung kepentingan publik masih

jauh darikenyataan, justru sebaliknya birokrasi bekerja untuk rezim, akhirnya

melahirkansistem sentralistik.

Ketiga,tingkat kemandirian birokrasiyangtinggi dan orientasi sudahberubah, yakni tingkat

kerja yang efektif dan efisien serta kualitas pelayanansektorpublik yang baik.Sedangkan

karakter birokrasi ini dapat dilihat sejak masatransisi demokrasi pada tahun 1998 sampai saat

ini.51Untuk mendukungterciptanya penyelenggaran pemerintah maupun untuk merubah

sistem kerjabirokrasi yang kaku dan pasif perlu dilakukan reformasi birokrasi

yangberorientasi untuk membentuk aparatur sipil negara yang kompoten danprofesional

menuju tata pemerintahan yang baik.Upaya secara serius ini agardapat dilihat dan rasakan

oleh seluruh masyarakat tentang eksitensi birokrasisebagai pelayan masyarakat.

Perkembangan birokrasi modern di berbagai negara telah menjadikan satudiskusrsus yang

menyedot perhatianmasyarakat dunia,dimana fungsi birokrasisebagai pelayan publik menjadi

satu indikator darikemajuan suatu negara.Indonesiamaupun negara-negara di

duniamenitikberatkan birokrasi sebagaipilarpenting dalampelaksanaan programpembangunan

pemerintah.

Seiring berjalannya waktu, proses pelaksanaan birokrasi pemerintahan,baik pemerintahan

pusat dan pemerintah daerah di Indonesia melahirkan jenismodel birokrasi yang cenderung

kaku dan bersifat sentralistik, sehingga membentuk budaya patologi birokrasi. Keadaaninidi
18

perparah dengan kondisibirokrat yang cenderung mengedepankan nilai-nilai primordial

dalam prosespelayanansektorpublik, dan akibatnya pelayanan publik tidak sesuai

denganfilosofi birokrasi dan asas darigood governance.52

Menurut Mustopadidjaja,53pengalaman dalam pelayanan birokrasi diIndonesia masih

berjalan stagnan, bahwa birokrasi tidak senantiasa dapatmenyelenggarakan tugas fungsinya

secara otomatis dan independen sertamanghasilkan kinerjan yang signifikan, sehingga

berimplikasi pada pelayan yangefektif dan efisien. Kondisi itu terlihat dari hasil kajian

Bapennas yangmenujunkan bahwa diantara permasalahan birokrasi di Indonesia adalah

tingkatpenyalahguaan wewenang dalam bentuk korupsi, kolusi dan nepotisme.

Untuk itu perlu permbenahan secara serius yang mengarah pada reformasibirokrasi.Dalam

meningkatkan kualitas pelayan publik yang sesuai dengankebutuhan dan harapan masyarakat,

instansi pemerinatahan sebagaipenyelenggaran pelayanan harus berpedoman pada Undang-

undang No. 25 Tahun2009 tentang pelayanan publik. Dalam pasal 2 UU tersebut pelayanan

publik dimaksudkan untuk memberikan kepastian hukum dalam hubungan antaramasyarakat

dan penyelenggara dalam pelayanan publik.54

Reformasi bermakna perubahan tampa merusak. Dengan demikian prosesreformasi bukan

proses yang radikal dalam merubah tata kelembagaan birokrasimupun budaya birokrasi.

Reformasibirokrasiberdasarkan teori weberian adalahupaya strategis dalam menata kembali

birokrasi yang sesuai dengan prinsip-prinsipgood governance.

Reformasi birokrasi bertujuan menciptakan birokrasi dan pemerintah yangprofesional dengan

karakteristik adaptif, berintegritas dan bersih dari korupsi,kolusi dan nepotisme serta mampu

melayani publik secara netral, sejahteramaupun memegangteguh nilai dasar dan kode etik

aparatur negara, dengan hasilakhir, yakni terwujudnya pemerintah yang bersih dan bebas

KKN, meningkatnyakualitas pelayanan kepada masyarakatdan meningkatnya kapasitas

danakuntabilitas kinerja birokrasi.


19
20

BAB III

PEMBAHASAN

Dalam kehidupan sehari-hari, khususnya saat mengurus dokumen resmi atau hl lain yang

berhubungan dengan lembaga, pasti kita dihadapkan dengan birokrasi. Lembaga yang bagus urusan

birokrasi akan gampang dan tidak berbelit-belit.Berbeda dengan lembaga yang pelayanan publiknya

buruk, maka birokrasi akan panjang, bertele-tele memakan banyak waktu dan biaya.Secara umum

birokrasi merupakan sistem administrasi yang terorganisasi dan tersusun secara berjenjang.

Sementara menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Kemendikbud), Birokrasi adalah sistem

pemerintahan yang dijalankan oleh pegawai pemerintah karena telah berpegang pada hierarki dan

jenjang jabatan.Fritz Morstein Marx mengatakan birokrasi adalah suatu bentuk organisasi yang

digunakan oleh sistem pemerintahan modern, guna menyelesaikan tugas tugas yang membutuhkan

para individu yang memiliki keahlian khusus (atau biasa disebut para spesialis), dan dilaksanakan

dalam sistem administrasi (khususnya aparatur pemerintah).

Sementara menurut Maximilian Weber birokrasi adalah suatu bentuk organisasi yang penerapannya

sangat berkaitan dengan misi yang akan dicapai. Keberadaan birokrasi ini bertujuan sebagai suatu

sistem otoritas, yang ditunjuk secara rasional oleh beberapa macam peraturan sebagai bentuk upaya

mengorganisir pekerjaan yang dilakukan oleh banyak orang.Birokrasi juga dioperasikan oleh

serangkaian aturan serta prosedur yang bersifat tetap. Terdapat rantai komando berupa hirarki

kewenangan di mana tanggung jawab setiap bagian-bagiannya ‘mengalir’ dari ‘atas’ ke

‘bawah.’Selain itu, birokrasi juga disebut sebagai badan yang menyelenggarakan Civil Service

(pelayanan publik). Birokrasi terdiri dari orang-orang yang diangkat oleh eksekutif, dan posisi mereka

ini ‘datang dan pergi. Artinya, mereka-mereka duduk di dalam birokrasi kadang dikeluarkan atau

tetap dipertahankan berdasarkan prestasi kerja mereka. Seorang pegawai birokrasi yang malas

biasanya akan mendapat teguran dari atasan, yang jika teguran ini tidak digubris, ia kemungkinan

besar akan diberhentikan dari posisinya. Namun, jika seorang pegawai menunjukkan prestasi kerja
21

yang memuaskan, ada kemungkinan ia akan dipromosikan untuk mendapat posisi yang lebih tinggi

(tentunya dengan gaji dan kewenangan yang lebih besar pula).

Tujuan Birokrasi

Birokrasi sejatinya bertujuan untuk melaksanakan administrasi, pelayanan publik serta kerjasama

antar lembaga maupun negara.

Birokrasi dikatakan setiap organisasi yang berskala besar yang terdiri atas para pejabat yang diangkat,

di mana fungsi utamanya adalah untuk melaksanakan (to implement) kebijakan-kebijakan yang telah

diambil oleh para pengambil keputusan (decision makers).

Idealnya, birokrasi merupakan suatu sistem rasional atau struktur yang terorganisir yang dirancang

sedemikian rupa guna memungkinkan adanya pelaksanaan kebijakan publik yang efektif dan efisien.

Berikut adalah beberapa tujuan birokrasi.

– Menjalankan program atau kegiatan agar tercapainya visi dan misi pemerintahan

– Memberikan pelayanan kepada masyarakat dan melakukan pembangunan secara netral serta

profesional.

Mengaplikasikan seluruh aspek manajemen pemerintahan. Mulai dari aspek perencanaan, koordinasi,

pengawasan, prefentif, represif, evaluasi, dan lain lain.

– Memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk mengakses setiap layanan dan perlindungan.

– Memberikan jaminan atas keberlangsungan sistem pemerintahan pada suatu negara.

– Mendukung, mempermudah, mempercepat, meningkatkan efektifitas, serta efisiensi pencapaian dari

beragam tujuan pemerintah.

Fungsi Birokrasi

Selain tujuan, birokrasi juga memiliki beberapa fungsi. Berikut adalah fungsi birokrasi menurut

Andrew Heywood.

1. Sebagai Pelaksanaan Administrasi

Fungsi utama birokrasi adalah mengimplementasikan atau mengeksekusi undang-undang dan

kebijakan negara. Pertama, peran pembuatan kebijakan dalam mana peran ini ada di tangan politisi.

Kedua, peran pelaksanaan kebijakan dalam mana peran ini ada di tangan birokrat. Sebab itu, kerap
22

disebut bahwa suatu rezim pemerintahan disebut dengan “administrasi.” Misalnya administrasi Gus

Dur, administrasi Sukarno, administrasi SBY.

2. Sebagai Nasehat Kebijakan (Policy Advice)

Birokrasi menempati peran sentral dalam pemberian nasehat kebijakan kepada pemerintah. Ini akibat

birokrasi merupakan lini terdepan dalam implementasi suatu kebijakan, mereka adalah pelaksananya.

Sebab itu, masalah dalam suatu kebijakan informasinya secara otomatis akan terkumpul di birokrasi-

birokrasi.

3. Sebagai Artikulasi Kepentingan

Dalam tindak keseharian mereka, birokrasi banyak melakukan kontak dengan kelompok-kelompok

kepentingan di suatu negara. Ini membangkitkan kecenderungan “korporatis” dalam mana terjadi

kekaburan antara kepentingan-kepentingan yang terorganisir dengan kantor-kantor pemerintah

(birokrasi).Kelompok-kelompok kepentingan seperti perkumpulan dokter, guru, petani, dan bisnis

kemudian menjadi “kelompok klien” yang dilayani oleh birokrasi negara. Pada satu ini “klientelisme”

ini positif dalam arti birokrasi secara dekat mampu mengartikulasikan kepentingan kelompok-

kelompok tersebut yang notabene adalah “rakyat” yang harus dilayani.

Namun, pada sisi lain “klientelisme” ini berefek negatif, utamanya ketika birokrasi berhadapan

dengan kepentingan-kepentingan bisnis besar seperti Bakri Group (ingat kasus Lapindo), kelompok-

kelompok percetakan dalam kasus Ujian Nasional di Indonesia, dalam mana keputusan pemerintah

“berbias” kepentingan kelompok-kelompok tersebut.

4.Stabilitas Politik

Birokrasi berperan sebagai stabilitator politik dalam arti fokus kerja mereka adalah stabilitas dan

kontinuitas sistem politik. Peran ini utamanya kentara di negara-negara berkembang dalam mana

pelembagaan politik demokrasi mereka masih kurang handal.

Ciri dan Konsep Birokrasi

Birokrasi memiliki konsep dalam pelaksanaannya sesuai bidang masing-masing. Adapun beberapa

konsep birokrasi adalah sebagai berikut.

– Seluruh tugas pejabat telah diatur atas dasar aturan yang berkesinambungan.
23

– Seluruh tugas pejabat telah dibagi atas bidang-bidang yang berbeda, dan sesuai dengan fungsi-

fungsinya. Dimana masing-masing telah dilengkapi dengan syarat otoritas dan sanksi-sanksi.

– Setiap anggota yang berperan sebagai sumber daya organisasi, berbeda dengan anggota yang

berperan sebagai individu pribadi.

– Setiap posisi, jabatan, atau kedudukan, telah tersusun secara hirarkis, dan disertai dengan rincian

hak-hak kontrol dan pengaduan.

– Setiap aturan yang selaras dengan pekerjaan selalu mendapatkan pengarahan, baik secara teknis

maupun secara legal. Dalam kedua kasus tersebut, manusia yang terlatih menjadi diperlukan.

– Pemegang jabatan, posisi atau kedudukan berbeda dengan jabatan atau kedudukannya.

– Administrasi dari sebuah birokrasi selalu berdasarkan pada dokumen-dokumen tertulis. Dan kondisi

ini cenderung menjadikan kantor (biro) sebagai pusat organisasi yang bersifat modern.

– Seluruh sistem otoritas legal dapat mencakup banyak bentuk. Namun bila ditinjau pada bentuk

aslinya, sistem tersebut tetap berada dalam suatu staf administrasi birokratik.

Selain itu, birokrasi memiliki beberapa ciri yang dapat kita kenali, yakni:

– Jabatan administrasi yang terorganisasi dan tersusun secara bertingkat (hirarki).

– Masing masing jabatan / posisi mempunyai area atau wilayah kompetensi tersendiri.

– Setiap pegawai negeri yang ditunjuk, ditentukan berdasarkan kualifikasi teknik ditunjukan oleh

ijazah atau ujian.

– Setiap pegawai negeri akan menerima gaji tetap sesuai dengan jabatan atau kedudukannya.

– Pekerjaan itu adalah karier dan satu-satunya, atau setidaknya pekerjaan utamanya sebagai pegawai

negeri.

– Setiap Pejabat tidak mempunyai kantor sendiri.

– Para pejabat berperan sebagai subjek yang bertugas mengontrol dan mendisiplinkan (setiap

bawahannya).

– Promosi (jabatan) ditentukan berdasarkan kemampuan individu yang memiliki kinerja diatas rata

rata.
24

BAB IV

KESIMPULAN

Birokrasi mungkin bagi sebagian orang di Indonesia merupakan suatu prosedur yang berbelit-

belit, dari meja satu ke meja lainnya, yang ujung-ujungnya adalah biaya yang serba mahal.

serta disiplin dan etos kerja yang masih rendah. ditata ulang atau diperbaharui. Reformasi

birokrasi dilaksanakan dalam. Dengan kata lain, reformasi birokrasi adalah langkah.

pembangunan nasional. Selain itu dengan sangat pesatnya kemajuan ilmu. Birokrasi 2010–

2025. Pelaksanaan Reformasi birokrasi sudah diterapkan sejak 2010. 20 Tahun 2010. Hal ini

mendukung operasionalisasi Grand Design. melalui Keppres No. 23 Tahun 2010 tentang

Pembentukan Komite. Birokrasi Nasional (TRBN). bertanggung jawab kepada Presiden.

TRBN diketuai oleh Menteri. bertanggung jawab kepada Ketua KPRBN. Dalam pelaksanaan

tugasnya,. reformasi birokrasi. Sedangkan TRBN dibantu oleh Unit Pengelola. Reformasi

Birokrasi Nasional (UPRBN). lembaga dan Pemda dibentuk Tim Reformasi Birokrasi pada

masingmasing kementrian atau lembaga dan Pemda. pengarah dan tim pelaksana. Ketua Tim

Pengarah adalah pimpinan. tertinggi terhadap upaya reformasi birokrasi. Sementara tim

pelaksana. instansi pemerintah. Ruang lingkup dari reformasi birokrasi yang. kehidupan

politik, sosial, ekonomi maupun kultural. dimensional yang tengah terjadi sampai saat ini.

mendaftar ulang di PUPNS. terjadi di Indonesia juga memiliki catatan tersendiri. Menurut

ICW. Pada 2013, terdapat 141 pejabat atau. 1. World Bank melalui Governance Index yang

dikeluarkan. Governance Indonesia 44 dari skala 100. 2. Indonesia menempati peringkat ke

88. 3. The Global Competitiveness Report 2013 – 2014 yang. berada paling bawah.

Singapura yang berada diurutan kedua,. Dari data tahun 2012, Government Effectiveness

Indeks. Salah satu masalah nasional yang dihadapi oleh bangsa Indonesia. Jumlah sumber

daya manusia di Indonesia yang besar, apabila. menunjang laju pembangunan nasional yang

berkelanjutan. lapangan pekerjaan yang memadai. Tantangan utama yang sesungguhnya.


25

Upaya reformasi semakin kuat bergulir sejak. Yogyakarta juga memiliki budaya

pemerintahan sendiri. pemerintahan SATRIYA. Budaya pemerintahan SATRIYA yang

sudah. Hal ini terjadi karena beberapa alasan. dalam pelaksanaannya. efektif masuk ke dalam

instansi-instansi sejak tahun 2013. pegawai ditingkat daerah. Sebagai instansi yang memiliki

tugas di bidang. Birokrasi merupakan instrumen penting dalam masyarakat yangkehadirannya

tidak bisa dihindari dalam konsep negara modern. Untuk itunegara membangun sistem

administrasi yang bertujuan untuk melayanikepentingan rakyatyang disebut sebagai birokrasi.

Perkembangan dan pertumbuhan masyarakat yang secara dinamis disertaidengan peningkatan

taraf hidup dan pendidikan masyarakat ditambah denganberkembangnyakemajuan di bidang

teknologi dan informasi menjadikanpeningkatan proses pemberdayaan lingkungan

masyarakatmenjadi penting. Olehkarena itu pelayanan bagian dari sektor publik juga

diharpakan mengikutiperubahan yang terjadi secara cepat dan dinamis sebagaimanadi

masyarakat. Dalam terminologi ilmu politik model birokrasi Weber tersebutmenganggap

sebuah birokrasi sebagai sebuah organisasi kolektif terdiri dari ejabat-pejabat yang secara

jelas dan pasti dalam menjalankan tugas dan fungsiberdasarkan kewenangan serta

penggaruhdari pejabat tersebut dapat dirasakanoleh seluruh anggota organisasi.Karena pada

pada hakekatnya birokrasimengadung implikasi pengorganisasian yang tertib, tertata dan

teratur dalamhubungan kerja yang secara berjenjang serta aturan prosedur dalam

garistatananorganisasi.43Weber mengutarakan bahwa ada tigaotoritaskewenangan

yangdimiliki oleh seseorang dalam organisasi birokrasi. Netralitas dari fungsi

birokrasipemerintanhan dalam konsepnya weberdikenal dengan konservatif, menurut weber

birokrasi dibentukatas dasar netraldan tanpa adanya gangguan dari yang dapat merusak

birokrasidari kekuatanpolitik, artinya birokrasi pemerintah diposisikan sebagai kekuatan yang

netraldalam sebuah negarayang berkerja sesuai dengan aturan yang berlaku dalambidangnya.

Netralitasbirokrasi secara esensial menjadi menjadi penting dalammemenuhi hajat hidup


26

orang banyak tanpa memihak terhadap kelompok terentu.Artinya siapapun yang memerintah

dalam sebuah negara birokrasi tetapmemberikan pelayan pada sektor publik secara efektif

dan efisien. Birokrasi weberian menekankanaparatur birokrasi

untukmenjalankanproseduryang telah ditetapkan,dengan begitu akan tercipnya

kesinambungansecara kelembagaan yang mengarah pada birokrasi ideal.Pandangan

daripendapat Weber tersebut melahirkan pegawai birokrasi bekerja atas dasar aturan ang

berlaku, juga melahirkan pegawai birokrasi yang bekerja tanpa adanyaintervensi dari

pengaruh kekuasaan. Untuk itulah proses pengisian jabatanpegawai birokrasi dilakukan atas

dasar kemampuan yang dimilikinya, bukan atasdasar kekeluargaan maupun pilihan politik.

Konsepnetralitas birokrasi selain dari pandangan Weber ialah merujukpada huruf f pasal 2

UU No. Netralitas birokrasi berdasarkan apayang ada pada undang-undang tersebut dapat

diartikan bahwa aparatur sipilnegara tidak boleh berperansecara langsungmaupun secara

tidaklangsungdalamkegiatan partai politik ataupun pada hal-hal yang berkaitan denganpolitik

praktis,penekankan terhadap ASN ini menjadikan ASNfokus pada tanggung jawab

yangberkaitan dengan pelayananpubliksecara luas dan merata.Secara umum

dapatdigambarkan bahwa ciri model utama netralitas politik birokrasi ialah aparatursipil

negara independen, non ideologipartai politik ataupun berafilisasi dengankepentingan politik,

serta bebas dari intevensi dari berbagai kelompok.45. Dengan begitu usaha untuk

menciptakan tatakelola birokrasi yang ideal dapatdicapai dan diwujudkan. birokrasi

merupakan alat negara untuk memberikan pelayan kepada sektor publik,dengan itu

kesejahteraan masyarakat dapat tercapai.Salah satu cara yang untukmewujudkan hal tersebut

ialah dengan proses pertanggung jawaban seluruhperangkat birokrasi dalam menggunakan

anggaran ataupun menggunakan sumber. daya yang lain. Hubungan ini disebut dengan

hubungan dinas publik.Inti dari hubungan dinas publik tersebut adalah kewajiban bagi

aparatursipilnegarayang bersangkutan untuk tunduk dan patuh terhadap perintah


27

maupunlarangan.Patuh dan tuntuk atas segala perintah dan larangan ini sebagaiwujudnyata

dari jabatan yang diemban sebagai aparatur birokrasi. Dengan begitu akanmenciptakan

kondisi yang positifdalam tataran birokrasi. Konsep ini sebagai jawabanbagaimana aparatur

sipil negara mempunyaikompetensi sesuai dengan jabatan yang di emban dalam posisi

kerjanya padainstansi pemerintahan.Dengan adanya konsep merit sistem sesuai

denganpembentukan asas-asas dari netralitas. Sangat jelas bahwa peranannya merupakan

sesuatu yang tidak mungkindilepaskandari tujuan-tujuan akhir suatu negara, yaitu

terwujudnya kesejahteraanmasyarakat. Birokrasi pemerintahdapat dibedakan dalam tiga

ketegori, yaitu: (1)Birokrasi pemerintahanumum, yaitu rangkaian organisasi pemerintahan

yang menjalankan tugas-tugas pemerintahan umum termasuk memelihara ketertibandan

keamanan. Dalam domain masyarakat terdapat berbagai kepentingan khusus yangmembawa

kepentingan para profesi dari berbagai latar belakang, sedangkannegaramewakili kepentingan

umum. Sebagai konsekuensi logis tersebut,birokrasi sebagai sarana perwujudan yang

menghubungkan antara negara danmasyarakat dalam tatanan kehidupan sosial, sehingga akan

terbentuknya satukesatuan yang utuh dalamsistem pemerintahanyang baik. Terdapat beberapa

karakter utama dalam melihat dan memahami prosesperjalanansebuah birokrasi.

Diantaranya,Pertama, domaindalam wilayahkemandirianbirokrasi yang masih beradapada

kategori rendah namun padawilayah yang lain adalah demokrasi yang dijalani masih ada pada

wilayah yanglebih rendah, maka birokrasi diletakkan sebagai instrumen dari penguasan

sertakeberpihkan dalam politik serta memobilisasi masa dalam mendapatkan keuntungan

secara pribadi maupun kelompok dalam kegiatan politik.Dalamsejarah birokrasi di Indonesia

diawal kemerdekaan sempai pada awalreformasi,kondisi birokrasi Indonesia mengalami

posisi yang buruk karena birokrasi tidaksepenuhnya menjalankan fungsi secara semestinya,

tetapi birokrasi dijalankandengan orientasi untuk kelompok-kelompok tertentu. Seiring

berjalannya waktu, proses pelaksanaan birokrasi pemerintahan,baik pemerintahan pusat dan


28

pemerintah daerah di Indonesia melahirkan jenismodel birokrasi yang cenderung kaku dan

bersifat sentralistik, sehingga membentuk budaya patologi birokrasi. Keadaaninidi perparah

dengan kondisibirokrat yang cenderung mengedepankan nilai-nilai primordial dalam

prosespelayanansektorpublik, dan akibatnya pelayanan publik tidak sesuai denganfilosofi

birokrasi dan asas darigood governance.52. Menurut Mustopadidjaja,53pengalaman dalam

pelayanan birokrasi diIndonesia masih berjalan stagnan, bahwa birokrasi tidak senantiasa

dapatmenyelenggarakan tugas fungsinya secara otomatis dan independen sertamanghasilkan

kinerjan yang signifikan, sehingga berimplikasi pada pelayan yangefektif dan efisien. Untuk

itu perlu permbenahan secara serius yang mengarah pada reformasibirokrasi.Dalam

meningkatkan kualitas pelayan publik yang sesuai dengankebutuhan dan harapan masyarakat,

instansi pemerinatahan sebagaipenyelenggaran pelayanan harus berpedoman pada Undang-

undang No. Reformasi bermakna perubahan tampa merusak. Dengan demikian

prosesreformasi bukan proses yang radikal dalam merubah tata kelembagaan birokrasimupun

budaya birokrasi. Dalam kehidupan sehari-hari, khususnya saat mengurus dokumen resmi

atau hl lain yang berhubungan dengan lembaga, pasti kita dihadapkan dengan birokrasi.

Sementara menurut Maximilian Weber birokrasi adalah suatu bentuk organisasi yang

penerapannya sangat berkaitan dengan misi yang akan dicapai. Birokrasi terdiri dari orang-

orang yang diangkat oleh eksekutif, dan posisi mereka ini ‘datang dan pergi. Birokrasi

sejatinya bertujuan untuk melaksanakan administrasi, pelayanan publik serta kerjasama antar

lembaga maupun negara. Birokrasi dikatakan setiap organisasi yang berskala besar yang

terdiri atas para pejabat yang diangkat, di mana fungsi utamanya adalah untuk melaksanakan

(to implement) kebijakan-kebijakan yang telah diambil oleh para pengambil keputusan

(decision makers). Mengaplikasikan seluruh aspek manajemen pemerintahan. Mulai dari

aspek perencanaan, koordinasi, pengawasan, prefentif, represif, evaluasi, dan lain lain. Selain

tujuan, birokrasi juga memiliki beberapa fungsi. Berikut adalah fungsi birokrasi menurut
29

Andrew Heywood. 1. Sebagai Pelaksanaan Administrasi. Pertama, peran pembuatan

kebijakan dalam mana peran ini ada di tangan politisi. Sebab itu, kerap disebut bahwa suatu

rezim pemerintahan disebut dengan “administrasi.” Misalnya administrasi Gus Dur,

administrasi Sukarno, administrasi SBY. 2. Birokrasi menempati peran sentral dalam

pemberian nasehat kebijakan kepada pemerintah. 3. Dalam tindak keseharian mereka,

birokrasi banyak melakukan kontak dengan kelompok-kelompok kepentingan di suatu

negara. Birokrasi berperan sebagai stabilitator politik dalam arti fokus kerja mereka adalah

stabilitas dan kontinuitas sistem politik. Birokrasi memiliki konsep dalam pelaksanaannya

sesuai bidang masing-masing. – Seluruh tugas pejabat telah dibagi atas bidang-bidang yang

berbeda, dan sesuai dengan fungsi-fungsinya. – Setiap aturan yang selaras dengan pekerjaan

selalu mendapatkan pengarahan, baik secara teknis maupun secara legal. Dalam kedua kasus

tersebut, manusia yang terlatih menjadi diperlukan. – Administrasi dari sebuah birokrasi

selalu berdasarkan pada dokumen-dokumen tertulis. Dan kondisi ini cenderung menjadikan

kantor (biro) sebagai pusat organisasi yang bersifat modern. – Seluruh sistem otoritas legal

dapat mencakup banyak bentuk


30

DAFTAR PUSTAKA

1. https://pelayananpublik.id/2020/02/03/apa-itu-birokrasi-pengertian-tujuan-ciri/

2. https://www.academia.edu/18266090/

MAKALAH_POLITIK_DAN_BIROKRASI_DI_INDONESIA

3. https://edubirdie.com/conclusion-generator

4.

Anda mungkin juga menyukai