Anda di halaman 1dari 7

Arah Perkembangan Tata Kelola SDM Aparatur

Mewujudkan Indonesia Emas 2045 merupakan visi pemerintah untuk membangun


negara yang berdaulat adil dan makmur, dimana hal tersebut sesuai dengan cita-cita bangsa
Indonesia yang tertuang dalam UUD 1945. Pemerintah telah menyusun empat pilar utama
untuk mewujudkan Indonesia Emas, antara lain: (1) Pembangunan Manusia serta Penguasaan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi; (2) Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan; (3) Pemerataan
Pembangunan; dan (4) Pemantapan Ketahanan Nasional dan Tata Kelola Kepemerintahan.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 merupakan tahapan
penting dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 dimana
didalamnya memuat strategi dan arah kebijakan untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045.
Terwujudnya Indonesia Emas dapat dicapai apabila didukung dengan pelaksanaan birokrasi
yang efektif dan efisien oleh SDM Aparatur yang berkualitas dan berdaya saing agar mampu
mendukung pembangunan nasional serta menjawab dinamika kebutuhan bangsa.

Pemerintahan Presiden Joko Widodo bersama Wakil Presiden Ma’ruf Amin memberikan
perhatian serius terhadap Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM), Pelaksanaan dan
Penyederhanaan Reformasi Birokrasi. Hal tersebut tertuang dalam 5 (lima) arahan utama
Presiden sebagai strategi dalam pelaksanaan Nawacita dan pencapaian sasaran Indonesia Emas
2045. Pencapaian Indonesia Emas 2045 dapat dicapai melalui transformasi ekonomi yang
didukung oleh hilirisasi industri dengan memanfaatkan sumber daya manusia, infrastruktur,
penyederhanaan regulasi, dan reformasi birokrasi. Untuk itu, reformasi birokrasi menjadi
prioritas pembangunan nasional pada tahun 2000 sampai dengan tahun 2025. Pemerintah
Indonesia memiliki komitmen melaksanakan reformasi birokrasi untuk mewujudkan Birokrasi
Kelas Dunia, melalui perubahan mendasar dalam manajemen ASN, yakni penerapan sistem
merit sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur
Sipil Negara (UU-ASN).

Selanjutnya, perkembangan teknologi melalui revolusi industri 4.0 membawa


perubahan cepat yang berdampak pada tata kelola pemerintahan. Pemanfaatan teknologi
dalam pemerintahan atau yang biasa disebut dengan e-government diharapkan dapat
meningkatkan kualitas pelayanan yang diberikan oleh pemerintah sehingga mampu
membangun kepercayaan dari masyarakat dan menciptakan akuntabilitas serta transparansi
birokrasi yang lebih baik. E-government juga mampu mempermudah dan mempercepat proses
pengambilan keputusan di lingkungan pemerintah dengan mengutamakan keterbukaan,
akuntabilitas, kecepatan, keterjangkauan dan kemudahan. Oleh sebab itu, pemerintah perlu
memperbaiki tata kelola pemerintahan yang ada sebagai akibat dari adanya revolusi industri
4.0, kualitas Tata Kelola Pemerintahan setidaknya dapat diukur melalui 4 (empat) parameter,
yaitu: Indeks Daya Saing Global (Global Competitiveness Index), Indeks Kemudahan Berusaha
(Ease of Doing Business, EODB), Indeks Efektivitas Pemerintah (Government Effectiveness Index,
GEI), dan Indeks Persepsi Korupsi (Corruption Perceptions Index, CPI). Berikut merupakan tebel
perkembangan kualitas Tata Kelola Pemerintahan Indonesia dalam kurun waktu 3 tahun,
berdasarkan data terakhir yang dirilis oleh Worldbank pada tahun 2021:

Tahun Global Ease of Doing Corruption Government


Competitiveness Business (EoDB) Perceptions Index Effectiveness Index
Index (CGI) (CPI) (GEI)
Skor Ranking Skor Ranking Skor Ranking Skor Ranking
2018 64.9 45/138 66.47 72/190 38 89/173 0.18 75/193
2019 64.6 50/140 67.96 73/190 40 85/173 0.18 73/193
2020 xx xx 69.60 73/190 37 102/18 0.37 62/192
0

Selama ini, terdapat beberapa permasalahan menonjol yang mempengaruhi peringkat


dan skor Indonesia dalam beberapa indikator, diantaranya: (i) inefisiensi birokrasi, seperti
struktur yang sangat hierarkis sehingga membuat pengambilan keputusan menjadi lambat dan
berpengaruh dalam proses pelayanan dan perizinan; (ii) praktik korupsi dalam berbagai bentuk
seperti penyuapan terhadap pejabat pemerintah dan penyelenggara negara, mark up
pengadaan barang dan jasa, pungutan liar; (iii) intervensi politik yang kuat terhadap birokrasi
dan ASN; dan (iv) gap kompetensi antara kebutuhan dan ketersediaan ASN, yang berdampak
pada kualitas ASN untuk menduduki jabatan-jabatan strategis dalam birokrasi.
Perbaikan tatakelola pemerintahan secara optimal akan dapat meningkatkan capaian
beberapa indikator global terkait tatakelola pemerintahan, salah satu cara yang dapat
ditempuh adalah melalui peningkatan kualitas ASN. ASN memiliki peran penting dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan pencapaian sasaran pembangunan nasional. Kunci
efektivitas penyelenggaraan pemerintahan dan birokrasi, sangat tergantung pada kompetensi,
kualitas dan kinerja para Aparatur Sipil Negara, yang saat ini jumlahnya sekitar 4,18 juta PNS.
Diterbitkannya UU-ASN bertujuan untuk mewujudkan aparatur sipil negara yang memiliki
integritas, profesional, netral dan bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi,
kolusi, dan nepotisme, serta mampu menyelenggarakan pelayanan publik bagi masyarakat dan
mampu menjalankan peran sebagai unsur perekat persatuan dan kesatuan bangsa,
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Tantangan Kedepan

Kembalinya Indonesia berstatus lower-middle income country menunjukkan masih


banyaknya tantangan penyelenggaraan pemerintahan dan birokrasi di Indonesia. Untuk
menjawab tantangan sekaligus untuk dapat berkembang menjadi negara berstatus upper-
middle income country, dibutuhkan dynamic government yang mampu mendukung
pertumbuhan pembangunan Indonesia. Digitalisasi menjadi hal utama dalam melakukan proses
bisnis, Kualitas tata kelola pemerintahan sangat dipengaruhi oleh kualitas aparatur sipil negara,
hal tersebut juga sekaligus memperlihatkan bahwa kualitas manajemen dan kinerja Aparatur
Sipil Negara (ASN) harus terus ditingkatkan, apalagi dalam menghadapi era revolusi industri 4.0.
Birokrasi pemerintah pada era industri 4.0 dan transformasi digital ini dituntut mampu
memberikan pelayanan cepat dan responsif, efektif dan efisien, inovatif, kolaboratif dan adaptif
terhadap perkembangan global yang sangat cepat.

Selain itu, untuk melepaskan diri dari status lower-middle income country, pemerintah
perlu meningkatkan kualitas ASN. Diperlukan ASN yang profesional dan dapat mendorong
terwujudnya pemerintahan yang efektif dan selanjutnya mendorong perekonomian Indonesia
dari lower-middle income country menjadi upper-middle income country. Sebagi contoh negara
Singapura dan Korea telah berhasil menerapkan manajemen ASN dengan pendekatan human
capital yang profesional. Manajemen SDM ASN yang masih berfokus pada hal administratif
menyebabkan pelaksanaan reformasi birokrasi terhambat dan kualitas tata kelola
pemerintahan tidak berjalan optimal. Perlunya kesadaran dan pemahaman instansi pemerintah
tentang manfaat dan pentingnya penerapan sistem merit dalam manajemen ASN
membutuhkan komitmen yang tinggi bahwa upaya membangun sistem merit terutama dalam
pengisian jabatan dilaksanakan secara konsisten.

Tantangan kedepan yang perlu mendapatkan perhatian bagi manajemen ASN, antara
lain: (1) Penguatan birokrasi yang profesional, netral, berkinerja tinggi dan berkualitas melalui
penerapan sistem merit; (2) Perluasan e-government melalui digitalisasi sistem manajemen ASN
yang efekitf, efisien dan terintegrasi; (3) Penegakan Netralitas, Nilai Dasar, Independensi dan
kemandirian pegawai ASN dari intervensi politik dan benturan kepentingan; (4) Dukungan
Pejabat Pembina Kepegawaian (PPK), Pejabat yang Berwenang (PyB) dan pegawai untuk
menerapkan Undang-Undang ASN secara konsisten; (5) Penguatan implementasi manajemen
ASN, melalui penerapan manajemen talenta nasional ASN, penyederhanaan eselonisasi, dan
penataan jabatan fungsional; dan ) Pengembangan manajemen talenta pada setiap Instansi
Pemerintah, untuk memenuhi kebutuhan pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi (JPT) Nasional
pada posisi strategis yang relevan untuk mendukung pembangunan nasional.

Untuk dapat menghadapi tantangan tersebut, diperlukan ASN yang mampu


menjalankan peran sebagai pelaksana kebijakan dan penyelenggara pelayanan publik, serta
perekat dan pemersatu bangsa berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 serta berorientasi pada
perkembangan dan pemanfaaatan tekhnolgi informasi. Perbaikan dalam manajemen Aparatur
Sipil Negara (ASN) merupakan salah satu langkah strategis yang ditempuh oleh pemerintah
untuk mendukung terwujudnya sasaran strategis dari pelaksanaan reformasi birokrasi. Kondisi
birokrasi seperti yang dicita-citakan dalam sasaran strategis pemerintah sulit tercapai tanpa
didukung oleh kualitas SDM ASN yang memadai. Pemerintah Indonesia memiliki komitmen
melaksanakan reformasi birokrasi untuk mewujudkan Birokrasi Kelas Dunia, melalui perubahan
mendasar dalam manajemen ASN, yakni penerapan sistem merit sebagaimana diamanatkan
oleh Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (UU ASN). Bukti
keseriusan perhatian pemerintah dalam melaksanakan arah kebijakan tersebut diwujudkan
melalui pembentukan Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN) yang bertugas mengawasi
pelaksanaan nilai dasar, kode etik dan kode perilaku ASN serta memastikan manajemen ASN
yang dilaksanakan berdasarkan prinsip merit.

RPJMN 2020-2024 dilaksanakan pada periode kepemimpinan Presiden Joko Widodo dan
Wakil Presiden K.H. Ma’ruf Amin dengan visi “Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat,
Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”. Visi tersebut diwujudkan melalui 9
(sembilan) Misi yang dikenal sebagai Nawacita Kedua. RPJMN 2020-2024 memfokuskan
pembangunan bidang sumber daya manusia sebagai pilar kemajuan bangsa, khususnya
aparatur sipil negara (ASN). KASN sebagai lembaga independen yang telah diberikan mandat
UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (UU-ASN), untuk melaksanakan
pengawasan terhadap penerapan nilai dasar ASN, kode etik dan kode perilaku pegawai ASN,
serta penerapan sistem merit dalam manajemen dan kebijakan ASN, akan mendukung agenda
dan program prioritas nasional pembangunan yang tertuang dalam RPJMN 2020-2024. KASN
mendapat mandat untuk memastikan capaian target 6 (enam) Proyek Prioritas yang terdapat
dalam Program Prioritas Revolusi Mental dan Pembinaan Ideologi Pancasila (PN 4) dan
Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola (PN 7), terkait Kegiatan Prioritas Penguatan Implementasi
Manajemen ASN memiliki indikator dan target kinerja Persentase Instansi Pemerintah dengan
Indeks Sistem Merit Kategori Baik ke Atas mencapai: (a) Kementerian: 100%; (b) LPNK: 100%;
(c) Provinsi: 85%; dan (d) Kab/Kota: 30%.

Aparatur Sipil Negara memiliki peran penting dan sentral untuk dapat mewujudkan
reformasi birokrasi dan tata kelola pemerintahan yang baik, dan KASN menjadi salah satu ujung
tombak utama yang berperan menjamin penerapan manajemen ASN berbasis sistem merit
untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik. Upaya pembenahan manajemen ASN
melalui penerapan sistem merit akan mampu mewujudkan tujuan bangsa Indonesia untuk
memajukan kesejahteraan masyarakat secara umum. Namun, upaya pembenahan manajemen
ASN melalui penerapan sistem merit tidaklah mudah, peran KASN selaku ujung tombak
pengawas dan penjamin implementasi sistem merit di Indonesia mendapat resistensi dari
pihak-pihak tertentu yang memiliki kepentingan. Hal ini dapat dilihat dari masifnya isu revisi
Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, revisi UU ASN memuat
agenda pembubaran KASN. Upaya pembubaran KASN akan melemahkan secara fundamental
upaya implementasi dan penegakan sistem merit dalam Manajemen ASN, hal tersebut juga
membuka celah terjadinya intervensi politik di kalangan ASN dan jual beli jabatan yang selama
ini sudah berhasil ditekan oleh pengawasan yang dilakukan KASN. Selain itu, upaya
pembubaran KASN dinilai tidak selaras dengan agenda prioritas reformasi birokrasi yang
digencarkan oleh Presiden Joko Widodo untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045. Selanjutnya,
pandemi Covid-19 juga turut menjadi faktor penghambat implementasi sistem merit dalam
manajemen ASN secara optimal, adanya pandemi membawa perubahan besar terkait cara kerja
ASN diseluruh Indonesia. Diperlukan akselerasi reformasi birokrasi dan optimalisasi
pemanfaatan teknologi informasi untuk menunjang kinerja ASN. Akan tetapi kendala-kendala
tersebut tidak menyurutkan KASN untuk tetap menjalankan tugas dan fungsinya menjadi motor
utama pengawas dan penjamin implementasi sistem merit di Indonesia, hal ini tercermin dari
capaian kinerja yang berhasil dicapai oleh KASN pada tahun 2021 yang cukup impresif.

Berdasarkan data skor Indeks Efektivitas Pemerintah (Government Effectiveness Index)


yang dirilis Bank Dunia, Indonesia mengalami peningkatan skor dari tahun sebelumnya, yakni
dari 0.18 menjadi 0.38. Capaian tersebut merupakan yang terbaik ke-4 di ASEAN dengan
kenaikan peringkat dari 73 menjadi 62 dari total 192 negara di dunia, skor dan peringkat ini
mengungguli negara ASEAN lainnya, seperti: Thailand, Vietnam, Filipina, Kamboja, Laos dan
Myanmar. Oleh karena itu, capaian baik itu mestinya dapat dijaga secara konsisten dan
bersama-sama oleh semua pihak, khususnya pemerintah untuk terus mendorong manajemen
ASN berbasis sistem merit, termasuk kaitannya dengan rencana revisi UU ASN dan upaya
pembubaran KASN.

Anda mungkin juga menyukai