Anda di halaman 1dari 16

TUGAS KELOMPOK – PERAN MANAJEMEN ASN DALAM

MEWUJUDKAN SMART ASN MENUJU BIROKRASI KELAS DUNIA TAHUN 2024

PELATIHAN DASAR CPNS GOLONGAN II ANGKATAN 81

BPSDMD PROVINSI BANTEN TAHUN 2022

KELOMPOK 1

DI SUSUN OLEH : ADITYO YUGI SETIAJI, A.Md.Kep

ASTRI DAME RIA, A.Md.KL

DEWINTA, A.Md

FITRIANA DIPO IKKAWATI, A.Md.Rad

NIA YULY FATMAWATI, A.Md.Kep


A. Alasan Pemerintah Ingin Mewujudkan Birokrasi Berkelas Dunia Tahun 2024
Untuk mempercepat pencapaian tata kelola pemerintahan yang baik memerlukan
reformasi birokrasi di seluruh Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah. Hal ini tertuang
dalam Peraturan Presiden (Perpres) Republik Indonesia No. 81 Tahun 2010 tentang Grand
Design Reformasi Birokrasi 2010 – 2025.
Perpres ini kemudian digunakan sebagai acuan pelaksanaan Reformasi
Birokrasi pada Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah. Pelaksanaan
Reformasi Birokrasi pemerintah harus mampu mendorong perbaikan dan
peningkatan kinerja birokrasi pemerintah, baik pusat maupun daerah.
Visi dari Reformasi Birokrasi adalah “Terwujudnya Pemerintahan Kelas
Dunia.” Pemerintahan kelas dunia merupakan pemerintahan yang profesional dan
berintegritas tinggi, mampu menyelenggarakan pelayanan prima kepada masyarakat
serta memiliki manajemen pemerintahan demokratis agar mampu menghadapi
tantangan abad ke-21 melalui tata pemerintahan yang baik di tahun 2025.
Misi dari reformasi birokrasi ialah membentuk dan atau menyempurnakan
peraturan perundang-undangan sebagai landasan hukum tata kelola pemerintahan
yang baik,memodernisasi birokrasi pemerintahan dengan optimalisasi pemakaian
teknologi informasi dan komunikasi, mengembangkan budaya, nilai-nilai kerja dan
perilaku yang positif,mengadakan restrukturisasi organisasi (kelembagaan)
pemerintahan,mengadakan relokasi dan meningkatkan kualitas sumber daya
manusia termasuk perbaikan sistem remunerasi, menyederhakan sistem kerja,
prosedur dan mekanisme kerja,mengembangkan mekanisme kontrol yang efektif
Berdasarkan Grand Design Reformasi Birokrasi 2010 – 2025, terdapat
beberapa tujuan akhir dari Reformasi Birokrasi.

1. Mengurangi dan akhirnya menghilangkan setiap penyalahgunaan kewenangan


publik oleh pejabat di instansi yang bersangkutan.
2. Menjadikan negara yang memiliki most-improved bureaucracy.
3. Meningkatkan mutu pelayanan kepada masyarakat.
4. Meningkatkan mutu perumusan dan pelaksanaan kebijakan/program instansi
5. Meningkatkan efisiensi (biaya dan waktu) dalam pelaksanaan semua segi tugas
organisasi.
6. Menjadikan birokrasi Indonesia antisipatif, proaktif, dan efektif dalam
menghadapi globalisasi dan dinamika perubahan lingkungan strategis. Untuk
mencapai enam tujuan tersebut telah ditetapkan delapan area perubahan dan
hasil yang diharapkan. Delapan area tersebut antara lain organisasi, tata
laksana, peraturan perundang-undangan, sumber daya manusia, pengawasan,
akuntabilitas, pelayanan publik serta pola pikir (mind set) dan budaya kerja
(culture set) aparatur.

Sasaran Reformasi Birokrasi 2020 – 2024 disesuaikan dengan sasaran


pembangunan sub sektor aparatur negara. Hal ini tertuang dalam Peraturan Presiden
Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) Tahun 2020-2024 yang juga digunakan sebagai sasaran Reformasi
Birokrasi. Terdapat tiga sasaran Reformasi Birokrasi, yaitu birokrasi yang bersih dan
akuntabel, kapabel serta pelayanan publik yang prima. Ketiga sasaran Reformasi
Birokrasi itu diyakini merupakan pengungkit utama dari pencapaian tujuan dan
berbagai indikatornya.

Pegawai ASN dibutuhkan untuk menjadi smart ASN karena Pegawai ASN
berperan sebagai perencana, pelaksana, dan pengawas penyelenggaraan tugas
umum pemerintahan, termasuk memberikan pelayanan publik yang profesional serta
terbebas dari intervensi politik dan praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Selain itu,
dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
juga dinyatakan tujuan didirikannya Negara Republik Indonesia adalah untuk
memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa menjadikan
penyelenggaraan pelayanan publik yang berkualitas sangat dibutuhkan untuk
memenuhi kebutuhan dasar dan hak sipil setiap warga negara (Nuriyanto, 2014).

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara


menyampaikan jika penyelenggaraan kebijakan dan manajemen ASN dilaksanakan
berdasarkan asas profesionalisme, proporsional, akuntabel, serta efektif dan efisien.
Manajemen ASN perlu dilakukan mengingat jumlah ASN yang mencapai angka
4.121.176 orang dan sebanyak 38% menduduki jabatan administratif sehingga
diperlukannya perubahan agar jabatan fungsional dan berkeahlian profesional dapat
mendominasi.

Sesuai dengan Visi 2045, terdapat 2 (dua) pilar utama yang dapat menjadi arahan
untuk mewujudkan birokrasi kelas dunia, yaitu pembangunan sumber daya manusia
yang berkualitas dan penyederhanaan birokrasi untuk mendukung dan menciptakan
iklim investasi yang baik (Kementerian PPN/Bappenas, 2020).

Di era yang penuh dengan perubahan ini, tidak hanya transformasi teknologi saja
yang dibutuhkan melainkan juga transformasi sumber daya manusia. Pelaksanaan
Smart ASN ada sebagai upaya menghadapi era disrupsi dan revolusi industri 4.0.
Pemerintah melalui Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi (PANRB) menerapkan Human Capital Management Strategy yang
mencakup 6P yaitu: Perencanaan, Perekrutan dan seleksi, Pengembangan
kompetensi, Penilaian kinerja dan penghargaan, Promosi, rotasi, dan karir serta
Peningkatan kesejahteraan

Pelaksanaan Human Capital Management Strategy merupakan salah satu jalan


utama untuk mengoptimalisasikan pengembangan ASN demi tercapainya birokrasi
kelas dunia. Penerapan 6P ini ditujukan untuk menciptakan ASN berintegritas,
memiliki rasa nasionalisme, profesional, berwawasan global, menguasai IT dan
bahasa asing, serta memiliki kemampuan hospitality, networking, dan
entrepreneurship yang tinggi pada tahun 2024.

B. SMART ASN

Smart ASN adalah profil Aparatur Sipil Negara yang cerdas, berdaya saing dan
menguasai Teknologi dan Informasi dalam menghadapi revolusi industry 4.0 (Pusat
20 Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian Nomor: 032-Juni 2019) yang disiapkan
untuk mewujudkan birokrasi Indonesia berkelas dunia (World Class Government).
Profil ASN tersebut meliputi :

1. Integritas

Integritas adalah konsistensi berperilaku yang selaras dengan nilai, norma


dan/atau etika organisasi, dan jujur dalam hubungan dengan atasan, rekan
kerja, bawahan langsung, dan pemangku kepentingan, serta mampu
mendorong terciptanya budaya etika tinggi, bertanggung jawab atas tindakan
atau keputusan beserta risiko yang menyertainya.

2. Nasionalisme

Nasionalisme adalah paham kebangsaan yang tumbuh karena adanya


persamaan nasib dan sejarah serta kepentingan untuk hidup bersama sebagai
suatu bangsa yang merdeka, bersatu, berdaulat, demokratis dan maju dalam
satu kesatuan bangsa dan negara serta citacita bersama guna mencapai,
memelihara dan mengabdi identitas, persatuan, kemakmuran dan kekuatan
atau kekuasaan negara bangsa yang bersangkutan. Dalam implementasinya,
seorang ASN harus bekerja dengan semangat cinta tanah air Indonesia.

3. Profesionalisme

Profesionalisme adalah merupakan komitmen para anggota suatu profesi untuk


meningkatkan kemampuannya secara terus menerus (Nurita Putranti,Blog).
Oleh karena Pegawai Negeri Sipil merupakan salah satu profesi maka
konsekuensinya harus selalu meningkatkan kemampuannya secara terus
menerus agar dalam melaksanakan tugas atau pekerjakaan dapat
dilaksanakan secara profesional. Berpedoman pada pengertian dimuka,
menunjukkan bahwa Pegawai Negeri Sipil yang merupakan bagian dari profesi
agar dapat melaksanakan pekerjaan secara professional harus diperhatikan
dan memperhatikan mengenai profesionalisme.

4. Berwawasan global

ASN yang berwawasan global, disini diartikan sebagai organ birokrasi yang
mampu melihat melampaui (beyond) dinding-dinding kaku tempat ia bekerja
melalui pandangan yang bulat, menyeluruh serta mampu menemukan dan
menggunakan perkembangan atau inovasi lain yang ada baik dalam skala
nasional maupun internasional.
5. Menguasai IT dan bahasa asing
ASN dituntut tidak Gaptek (Gagap Teknologi) dan informasi yakni dapat
mengoperasikan dan memanfaatkan aplikasi-aplikasi produk IT termasuk dapat
dengan bijak memanfaatkan internet yang digunakan dalamn meningkatkan
efektifitas dan efisiensi untuk meningkatlkan kinerja dalam rangka
meningkatkan kualitas tugas dan fungsinya dalam pelayanan dan pengabdian
kepada masyarakat. Selain itu, seorang ASN selain menguasai Bahasa
Indonesia dengan baik dan benar juga memiliki kemampuan menguasai bahasa
asing seperti bahasa Inggris, bahasa Mandarin dan lain sebagainya
6. Hospitality
Hospitality merupakan cara pemberian pelayanan atau penerimaan tamu,
pengunjung, atau bahkan orang asing yang datang sehingga mereka akan
memiliki kesan baik dan terpuaskan dengan pelayanan yang diberikan.
7. Entrepreneurship
ASN dituntut memiliki kemampuan entrepreneurship yakni berjiwa
kewirausahaan yang ditandai dengan dimilikinya keberanian, kreatifitas,
inovatif, pantang menyerah dan cerdas dalam menangkap dan menciptakan
peluang serta bertanggung jawab. Enterpreneurship juga dapat diartikan
berpikir tentang masa depan orang banyak, kehidupan orang banyak,
kesejahteraan masyarakat dan bagaimana cara membantu mereka yang
membutuhkan. Dan dengan dimilikinya kemampuan Enterpreneurship ini maka
seorang ASN akan mampu meningkatkan kinerja dalam setiap waktunya.
8. Networking
Networking adalah membangun menjalin hubungan dengan orang lain atau
organisasi yang berpengaruh positif pada kesuksesan professional maupun
personal. Literasi digital merupakan hal paling utama dalam mewujudkan ASN
yang berdaya saing dalam perkembangan teknologi dan informasi

Contoh Setiap Perilaku profil ASN

N Karakter Smart Contoh Penerapan Contoh Negatif


Manfaat
o ASN Karakter Karakter

1. Integritas  Bersikap Jujur dan  Oknum ASN  Menjadi ASN yang


bertanggung jawab melakukan tindak jujur
dalam menjalankan Korupsi  Selalu menegakkan
tugas sebagai ASN  Datang ke Kantor disiplin
 Selalu tepat waktu tidak waktu  Adanya rasa
dalam absen  Bolos pada saat jam tanggung jawab
 Dapat kerja terhadap pekerjaan.
mengungkapkan
pendapat dalam
rapat

2. Nasionalisme  Mengikuti kerja  Membuang sampah  Menjadi ASN yang


bakti yang sembarangan bekerja dengan
dilaksanakan  Menjadi provokator semangat
disekitar kantor buruk di dalam  Adanya rasa
 Memelihara masyarakat persatuan dan
lingkungan disekitar  Tidak melayani kesatuan yang erat
masyarakat masyarakat dengan  Terpeliharanya atau
 Melayani baik terjaganya
masyarakat dalam kemakmuran
pembuatan e-ktp bangsa

3. Profesionalisme  Tidak membawa  Membawa urusan  ASN


urusan pribadi ke pribadi ke kantor mengutamakan
kantor  Menolak tugas yang kepentingan umum

 Mengerjakan tugas diberikan oleh atasan dibandingan

yang diberikan oleh atau pimpinan kepentingan pribadi

atasan  Tidak menerima  Lebih belajar

 Menerima setiap saran dan kritikan bertanggungjawab

kritikan atau saran  Kritik dan saran


dapat membangun
keprofesional
dalam bekerja

4. Berwawasan  ASN bisa  ASN menerima berita  Menjadi ASN yang


Global menyaring hoax tanpa disaring informatif dengan
informasi yang terlebih dahulu baik

 Tidak bisa  Menjadi ASN yang


akurat mengahadapi berwawasan luas

 Bisa menyesuaikan perubahan di situasi  Mengetahui situasi


situasi dalam global pada saat ini yang terjadi yang
kondisi apapun  Tidak bisa menerima global saat ini

 ASN yang selalu inovasi yang digital

mempelajari untuk saat ini

pengetahuan yang
terkini

5. Menguasai IT  ASN belajar  Tidak pernah mau  Dapat menguasai


dan Bahasa menguasai bahasa mencoba belajar Teknologi
Asing asing bahasa asing  Dapat menguasai
 Memanfaatkan  Tidak bisa bahasa asing
teknologi dengan mengoperasikan  Dengan belajar
baik dan bijak aplikasi produk IT akan terlihat
 Memanfaatkan  Selalu manfaatnya
waktu belajar mengandalkan orang
bahasa asing lain dalam bekerja
diwaktu senggang

6. Berjiwa  Selalu tersenyum  Marah menerima  Menjadi ASN yang


Hospitality dan bersikap baik komplain dari selalu ramah dan
pada saat masyarakat membantu dalam
masyarakat  Menolak membantu melayani
komplain mengenai pegawai yang butuh  Adanya rasa
pelayanan bantuan toleransi yang tinggi
 Selalu membantu  Tidak peduli dengan terhadap
sesama pegawai lingkungan sekitar lingkungan sekitar
ketika butuh  Adanya hubungan
bantuan yang sangat baik
diantara pegawai
 Mengambil maupun
keputusan dengan masyarakat
bijak pada keadaan
genting

7. Berjiwa  Menciptakan ide  Tidak adanya  Dapat


Interpreuneurship dan kreatifitas perubahan yang baik meningkatkan
dalam melayani  Tidak kinerja dengan
masyarakat dengan menyumbangkan ide baik
standarisasi yang maupun inovasi  Inovasi dan ide
matang yang bermanfaat
 Menyerah dalam
 Membuat inovasi menghadapi masalah dimasyarakat
cara memudahkan dimasyarakat  Mempunyai
antrian agar tidak keberanian dalam
membludak mengexplore
 Berani mengambil kreatifitas
tindakan dengan
baik

8. Networking  Menjalin kerjasama  Tidak mau  Menjadi ASN yang


dengan dengan bekerjasama dengan berdaya saing
orang lain orang lain dalam

 Membangun sikap  Menolak akan perkembangan

yang solid dengan adanya perubahan teknologi

orang lain yang baik  Banyak nya

 Menggali informasi  Kurangnya Jaringan

dari orang terdekat komunikasi terhadap kerjasama dari

maupun masyarakat dalam berbagai pihak

masyarakat melayani maupun


masyarakat

 Memiliki jaringan
yang baik

C. Manajemen ASN dan 14 Ruang lingkupnya


Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN
yang professional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik,
bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme
Meliputi penyusunan dan penetapan kebutuhan, pengadaan, pangkat dan jabatan,
pengembangan karier, pola karier, promosi, mutasi, penilaian kinerja, penggajian dan
tunjangan, penghargaan, disiplin, pemberhentian,
jaminan pensisun dan hari tua, dan perlindungan. Manajemen PNS pada Instansi
Pusat dilaksanakan oleh pemerintah pusat sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Manajemen PNS pada Instansi Daerah dilaksanakan oleh
pemerintah daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Meliputi ruang lingkup:
1. Penyusunan dan Penetapan Kebutuhan
Setiap Instansi Pemerintah wajib Menyusun kebutuhan jumlah dan jenis
jabatan PNS berdasarkan analisis jabatan dan analisis beban kerja.
Penyusunan kebutuhan jumlah dan jenis jabatan PNS dilakukan untuk jangka
waktu 5 (lima) tahun yang diperinci per 1 (satu) tahun berdasarkan prioritas
kebutuhan. Berdasarkan penyusunan kebutuhan tersebut, Menteri menetapkan
kebutuhan jumlah dan jenis jabatan PNS secara nasional.
2. Pengadaan
Pengadaan PNS merupakan kegiatan untuk mengisi kebutuhan Jabatan
Administrasi dan/atau Jabatan Fungsional dalam suatu Instansi Pemerintah.
Pengadaan PNS di Instansi Pemerintah dilakukan berdasarkan penetapan
kebutuhan yang ditetapkan oleh Menteri. Pengadaan PNS dilakukan melalui
tahapan perencanaan, pengumuman lowongan, pelamaran, seleksi,
pengumuman hasil seleksi, masa percobaan, dan pengangkatan menjadi PNS.
3. Pangkat dan Jabatan
PNS diangkat dalam pangkat dan jabatan tertentu pada Instansi Pemerintah.
Pengangkatan PNS dalam jabatan tertentu ditentukan berdasarkan
perbandingan objektif antara kompetensi, kualifikasi, dan persyaratan yang
dibutuhkan oleh jabatan dengan kompetensi, kualifikasi, dan persyaratan yang
dimiliki oleh pegawai.
Ketentuan mengenai pangkat, tata cara pengangkatan PNS dalam jabatan,
kompetensi jabatan, klasifikasi jabatan, dan tata cara perpindahan antar
Jabatan Administrasi dan Jabatan Fungsional diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
4. Pengembangan Karier
Pengembangan karier PNS dilakukan berdasarkan kualifikasi, kompetensi,
penilaian kinerja, dan kebutuhan Instansi Pemerintah. Pengembangan karier
PNS dilakukan dengan mempertimbangkan integritas dan moralitas. Setiap
Pegawai ASN memiliki hak dan kesempatan untuk mengembangkan
kompetensi. Pengembangan kompetensi antara lain melalui pendidikan dan
pelatihan, seminar, kursus, dan penataran.
5. Pola Karier
Untuk menjamin keselarasan potensi PNS dengan kebutuhan
penyelenggaraan tugas pemerintahan dan pembangunan perlu disusun pola
karier PNS yang terintegrasi secara nasional. Setiap Instansi Pemerintah
menyusun pola karier PNS secara khusus sesuai dengan kebutuhan
berdasarkan pola karier nasional.
6. Promosi
Promosi PNS dilakukan berdasarkan perbandingan objektif antara
kompetensi, kualifikasi, dan persyaratan yang dibutuhkan oleh jabatan,
penilaian atas prestasi kerja, kepemimpinan, kerja sama, kreativitas, dan
pertimbangan dari tim penilai kinerja PNS pada Instansi Pemerintah, tanpa
membedakan jender, suku, agama, ras, dan golongan. Setiap PNS yang
memenuhi syarat mempunyai hak yang sama untuk dipromosikan ke jenjang
jabatan yang lebih tinggi. Promosi Pejabat Administrasi dan Pejabat Fungsional
PNS dilakukan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian setelah mendapat
pertimbangan tim penilai kinerja PNS pada Instansi Pemerintah. Tim penilai
kinerja PNS dibentuk oleh Pejabat yang Berwenang.
7. Mutasi
Setiap PNS dapat dimutasi tugas dan/atau lokasi dalam 1 (satu) Instansi
Pusat, antar-Instansi Pusat, 1 (satu) Instansi Daerah, antar-Instansi Daerah,
antar-Instansi Pusat dan Instansi Daerah, dan ke perwakilan Negara Kesatuan
Republik Indonesia di luar negeri. Mutasi PNS dilakukan dengan
memperhatikan prinsip larangan konflik kepentingan. Pembiayaan sebagai
dampak dilakukannya mutasi PNS dibebankan pada anggaran pendapatan dan
belanja negara untuk Instansi Pusat dan anggaran pendapatan dan belanja
daerah untuk Instansi Daerah.
8. Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja PNS bertujuan untuk menjamin objektivitas pembinaan
PNS yang didasarkan system prestasi dan sistem karier. Penilaian kinerja PNS
dilakukan berdasarkan perencanaan kinerja pada tingkat individu dan tingkat
unit atau organisasi, dengan memperhatikan target, capaian, hasil, dan manfaat
yang dicapai, serta perilaku PNS. Penilaian kinerja PNS dilakukan secara
objektif, terukur, akuntabel, partisipatif, dan transparan. Penilaian kinerja PNS
berada di bawah kewenangan Pejabat yang Berwenang pada Instansi
Pemerintah masing-masing. Penilaian kinerja PNS didelegasikan secara
berjenjang kepada atasan langsung dari PNS. Penilaian kinerja PNS dapat
mempertimbangkan pendapat rekan kerja setingkat dan bawahannya. PNS
yang penilaian kinerjanya tidak mencapai target kinerja dikenakan sanksi
administrasi sampai dengan pemberhentian sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Ketentuan lebih lanjut mengenai penilaian kinerja diatur
dengan Peraturan Pemerintah.
9. Penggajian dan Tunjangan
Pemerintah wajib membayar gaji yang adil dan layak kepada PNS serta
menjamin kesejahteraan PNS. Gaji dibayarkan sesuai dengan beban kerja,
tanggungjawab, dan resiko pekerjaan. Gaji pelaksanaannya dilakukan secara
bertahap. Gaji PNS yang bekerja pada pemerintah pusat dibebankan pada
anggaran pendapatan dan belanja negara. Gaji PNS yang bekerja pada
pemerintahan daerah dibebankan pada anggaran pendapatan dan belanja
daerah. Selain gaji PNS juga menerima tunjangan dan fasilitas.
Tunjangan meliputi tunjangan kinerja dan tunjangan kemahalan. Tunjangan
kinerja dibayarkan sesuai kinerja. Tunjangan kemahalan dibayarkan sesuai
dengan tingkat kemahalan berdasarkan indeks harga yang berlaku di daerah
masing-masing. Tunjangan PNS yang bekerja pada pemerintah pusat
dibebankan pada anggaran pendapatan dan belanja negara. Tunjangan PNS
yang bekerja pada pemerintahan daerah dibebankan pada anggaran
pendapatan dan belanja daerah. Ketentuan lebih lanjut mengenai gaji,
tunjangan kinerja, tunjangan kemahalan, dan fasilitas diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
10. Penghargaan
PNS yang telah menunjukkan kesetiaan, pengabdian, kecakapan, kejujuran,
kedisiplinan, dan prestasi kerja dalam melaksanakan tugasnya dapat diberikan
penghargaan Penghargaan dapat berupa pemberian: tanda kehormatan,
kenaikan pangkat istimewa, kesempatan prioritas untuk pengembangan
kompetensi; dan/atau kesempatan menghadiri acara resmi dan/atau acara
kenegaraan.

11. Disiplin
Untuk menjamin terpeliharanya tata tertib dalam kelancaran pelaksanaan
tugas, PNS wajib mematuhi disiplin PNS. Instansi Pemerintah wajib
melaksanakan penegakan disiplin terhadap PNS serta melaksanakan berbagai
upaya peningkatan disiplin. PNS yang melakukan pelanggaran disiplin dijatuhi
hukuman disiplin. Ketentuan lebih lanjut mengenai disiplin diatur dengan
Peraturan Pemerintah.
12. Pemberhentian
PNS dapat diberhentikan dengan hormat atau tidak diberhentikan karena
dihukum penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan
hukum tetap karena melakukan tindak pidana dengan hukuman pidana penjara
paling singkat 2 (dua) tahun dan pidana yang dilakukan tidak berencana. PNS
diberhentikan dengan hormat tidak atas permintaan sendiri karena melakukan
pelanggaran disiplin PNS tingkat berat.
PNS diberhentikan sementara, apabila diangkat menjadi pejabat negara,
diangkat menjadi komisioner atau anggota Lembaga nonstruktural; atau ditahan
karena menjadi tersangka tindak pidana. Pengaktifan kembali PNS yang
diberhentikan sementara dilakukan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian.
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberhentian, pemberhentian
sementara, dan pengaktifan kembali PNS diatur dengan Peraturan Pemerintah.
13. Jaminan Pensiun dan Jaminan Hari Tua
PNS yang berhenti bekerja berhak atas jaminan pensiun dan jaminan hari
tua PNS sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. PNS
diberikan jaminan pensiun apabila meninggal dunia, atas permintaan sendiri
dengan usia dan masa kerja tertentu, mencapai batas usia pension,
perampingan organisasi atau kebijakan pemerintah yang mengakibatkan
pensiun dini; atau tidak cakap jasmani dan/atau rohani sehingga tidak dapat
menjalankan tugas dan kewajiban.
14. Perlindungan
Perlindungan berupa jaminan kesehatan, jaminan kecelakaan kerja, dan
jaminan kematian mencakup jaminan sosial yang diberikan dalam program
jaminan social nasional. Bantuan hukum, berupa pemberian bantuan hukum
dalam perkara yang dihadapi di pengadilan terkait pelaksanaan tugasnya.
Ketentuan lebih lanjut mengenai perlindungan diatur dalam Peraturan
Pemerintah.

D. Manajemen ASN mewujudkan smart ASN untuk menuju birokrasi kelas dunia
tahun 2024.
Pelaksanaan Human Capital Management Strategy merupakan salah satu jalan
utama untuk mengoptimalisasikan pengembangan ASN demi tercapainya birokrasi
kelas dunia. Penerapan 6P ini ditujukan untuk menciptakan ASN berintegritas,
memiliki rasa nasionalisme, profesional, berwawasan global, menguasai IT dan
bahasa asing, serta memiliki kemampuan hospitality, networking, dan
entrepreneurship yang tinggi pada tahun 2024.
Sejalan dengan profil Smart ASN 2024, penguasaan teknologi akan menjadi
daya dukung bagi masyarakat di era globalisai ini namun tidak akan berjalan
dengan maksimal apabila tidak dilakukan oleh sumber daya manusia yang
berkompeten dan berkualitas.
Peningkatan kemampuan ASN melalui pendidikan dan pelatihan sesuai jabatan
perlu dilakukan untuk bekal bersaing di ranah global. Selain itu, pendidikan dan
pelatihan juga diperlukan untuk menanamkan integritas dan profesionalisme dalam
diri ASN. Hal ini berkaitan dengan sepanjang tahun 2019 sendiri, terdapat 1.372
ASN yang diberhentikan secara tidak terhormat oleh pemerintah akibat tindakan
pidana korupsi atau penggelapan dana (Apriyani, 2020). Salah satu alasan dibalik
permasalahan ini adalah latar belakang pendidikan yang dimiliki ASN dan
berpengaruh langsung terhadap kinerja yang dimiliki (Yulianto, 2020).
Selain itu, penerapan sistem merit dalam pelaksanaan rekrutmen calon aparatur
pemerintahan juga harus diterapkan untuk mengurangi terjadinya kecurangan demi
terpilihnya orang-orang yang berkualitas dan berkompetensi. Untuk mewujudkan
Smart ASN, pemerintah perlu memperhatikan ulang netralitas di kalangan anggota
pemerintahan, silo mentality yang menyebabkan ego sektoral, koordinasi antar
instansi yang rendah, serta regulasi pemerintah yang masih tumpang tindih. Dalam
melakukan manajemen ASN, penataan aparatur dapat dilakukan dengan analisis
profil pegawai yang sesuai dengan stuktur organisasi dan kualifikasi, analisis
kebutuhan pengembangan kompetensi, distribusi pegawai, dan perluasan tugas,
fungsi, maupun wewenang (Harahap, 2019).

Anda mungkin juga menyukai