AGENDA III
PAPER PENERAPAN SISTEM MERIT
Disusun Oleh :
Asep Taufik, A.Md.Kep
198802092020121004
A. LATAR BELAKANG
Pencapaian good government membutuhkan reformasi administrasi
publik dalam peningkatan kinerja aparat pelayanan publik yang sesuai
kompetensi, tentunya membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas.
Pencapaian good governance yang profesional, kinerja berkualitas, transparan,
akuntabel serta mampu menegakkan etika dan moral dalam melayani publik
tentu tidak terlepas dari manajemen sumber daya manusia yang baik. Sumber
daya manusia adalah salah satu faktor pokok yang strategis untuk
meningkatkan kemampuan bersaing (competitive) dan bertahan (defensive)
bagi institusi sesuai perkembangan arus globalisasi. Salah satu cara agar
sebuah institusi dapat survive dalam kompetensi global, yaitu perlu suatu
landasan guna mencapai keunggulan bersaing yaitu pengelolaan sumber daya
manusia yang memadai agar menghasilkan sumber daya manusia yang
kompeten.
Manajemen Aparatur Sipil Negara menjadi salah satu fokus
pembangunan pemerintah pada tahun 2020. Melalui Kementerian
Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas telah disusun Rancangan
Teknokratis Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
RTRPJMN) 2020 - 2024 yang merupakan Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahap ke-4 dari Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005 - 2025. Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020 - 2024 diarahkan untuk
pengembangan sumber daya manusia yang lebih baik, melalui sektor publik
maupun pemberdayaan dari sektor nonpublik untuk mencapai SDM yang
berdaya saing global.
Selanjutnya, pemerintah juga telah menyusun agenda Prioritas
Pembangunan Bidang. Khusus di bidang aparatur, Kementerian
PPN/Bappenas telah menyusun tiga prioritas Khusus di bidang aparatur,
Kementerian PPN/Bappenas telah menyusun tiga prioritas pembangunan,
yaitu (1) peningkatan akuntabilitas kinerja, pengawasan dan reformasi
birokrasi; (2) peningkatan inovasi dan kualitas pelayanan publik; dan (3)
penguatan implementasi manajemen ASN berbasis merit. Pembangunan
manajemen ASN untuk mewujudkan birokrasi berkelas dunia yang
profesional, berintegritas dan netral sejatinya telah dimulai sejak kebijakan
sistem merit dalam manajemen ASN dilaksanakan. Undang - Undang Nomor 5
Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara (ASN) adalah dasar hukum yang
dengan tegas mengamanatkan bahwa instansi pemerintah harus menerapkan
sistem merit dalam manajemen ASN.
Untuk mendapatkan pegawai yang cakap dan terampil dalam
melaksanakan tugasnya tentunya diperlukan berbagai upaya pengembangan,
salah satu metode pembinaan karier tersebut adalah merit system.
Penerapan merit system yaitu adanya kesesuaian antara kecakapan yang
dimiliki seorang pegawai dengan jabatan yang dipercayakan kepadanya,
meliputi tingkat pendidikan formal, non formal, pendidikan dan latihan teknis,
tingkat pengalaman kerja, dan tingkat penguasaan tugas dan pekerjaan.
Dahulu ada anggapan bahwa pimpinan kementerian / lembaga yang
berasal dari daerah A, akan memilih pejabat dari daerah yang sama. Sifat
mementingkan kedaerahan atau primordial seperti itu ditemui ketika belum
terjadi reformasi birokrasi. Dengan optimalisasi sistem merit, kini kompetens
iseorang Aparatur Sipil Negara (ASN) haruss esuai dengan kualifikasi yang
dibutuhkan oleh suatu jabatan. Untuk mewujudkan Smart ASN, dibutuhkan
abdi negara yang berdaya saing. Untuk itu pemerintah memperbaiki kualitas
ASN dimulai dari system rekrutmen sudah menggunakan sistem Computer
Assisted Test (CAT) yang mereduksi adanya kecurangan dan calo, serta
pendaftaran secara online.
System Merit adalah sebuah sistem yang menekankan kepada
kepantasan seseorang untuk menduduki posisi atau jabatan tertentu dalam
sebuah organisasi. Kepantasan diartikan sebagai kemampuan perseorangan.
Tanpa memandang latar belakang etnis, agama, afiliasi politik, atau status
sosial mereka. (Eldwin, 2021). Sistem merit menurut Merriam-Webster
Dictionary adalah sistem dimana rekrutmen dan promosi pegawai dilaksanakan
berdasarkan kemampuan dalam melaksanakan tugas, bukan dikarenakan oleh
koneksi politik. Definisi tersebut tercantum dalam Undang-Undang No. 5
Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara (ASN) dimana dalam sistem merit
yang paling diutamakan adalah kualifikasi yang mencakup dalam seleksi
dan rekruitmen pegawai kompentensi dan penempatan dari ASN itu sendiri.
Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 membawa perubahan mendasar
dalam manajemen ASN, antara lain ((KASN), 2018):
1. Perubahan dari pendekatan personal administration yang hanya berupa
pencatatan administrasi kepegawaian menjadi manajemen sumber daya
manusia yang menganggap aparatur negara adalah SDM sebagai aset
negara yang harus dikelola, dihargai dan dikembangkan dengan baik.
2. Perubahan dari pendekatan close-career system yang sangat berorientasi
kepada senioritas dan kepangkatan, menjadi open-career system yang
mengedepankan kompetisi dan kompetensi ASN dalam promosi dan
pengisian jabatan.
3. Menghadirkan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK)
untuk menciptakan atmosfir baru dalam pemerintahan.
4. Reward and punishment berbasis kinerja yang lebih tegas.
5. Meningkatkan perlindungan ASN dari intervensi politik. Untuk
melaksanakan wewenang tersebut, KASN telah mengeluarkan Peraturan.
B. Rumusan Masalah
Beberapa rumusan masalah yang dibuat pada paper kali ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana proses penerapan sistem merit di Indonesia?
2. Bagaimana penerapan sistem merit di Lingkungan Pemerintah daerah
Kabupaten Garut?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui proses penerapan sistem merit di Indonesia
2. Mengetahui penerapan sistem merit di Lingkungan Pemerintah daerah
Kabupaten Garut.
BAB II
PEMBAHASAN
C. Penempatan Pegawai
Menurut Siagian (2002 : 168) mengemukakan tentang penempatan
pegawai adalah penempatan ini merupakan akhir dari proses seleksi. Menurut
pandangan ini, jika seluruh proses seleksi telah ditempuh dan lamaran
seseorang diterima, maka seseorang akan memperoleh status sebagai
seorang pegawai dan ditempatkan pada posisi tertentu untuk melaksanakan
pekerjaan tertentu. Pandangan tersebut berlaku bagi pegawai yang masih
baru, untuk pegawai lama yang mengalami alih tugas dan mutasi konsep
penempatannya mencakup promosi, mutasi dan demosi. Adapun proses
penempatannya tentu berdasarkan seleksi yang ketat secara internal dan juga
menjalani program pengenalan sebelum mereka ditempatkan pada posisi baru
dan pekerjaan yang baru pula.
Kartono (2001 : 13) mengemukakan bahwa dalam melakukan suatu
penempatan dalam sistem social dalam penyelenggaraan pemerintah
menganut pada system sebagai berikut:
1. Spoil System
Spoil System merupakan suatu penempatan pejabat di lingkungan
organisasi pemerintah yang didasarkan pada afiliasi –afiliasi tertentu,
biasanya berdasarkan atas keanggotaan sebuah partai. Jabatan –
jabatan strategis organisasi diberikan kepada teman yang separtai agar
terjadi kerjasama yang baik. Dimana system ini lebih mengutamakan
kedekatan yang dipilih secara subjektif oleh pejabat atasannya.
2. Nepotism System
Nepotism System merupakan system penempatan untuk menentukan
pilihan kepada seseorang untuk menduduki jabatan structural tertentu
yang didasarkan atas hubungan kekeluargaan..
3. Patronage System
Patronage system didasarkan atas keinginan untuk membantu pejabat
yang di dudukkan pada suatu jabatan tertentu, dimana usaha membantu
tersebut didasarkan atas hubungan politik maupun hubungan
kekeluargaan. Sistem ini adalah perpaduan antara spoil system dan
nepotism system.
4. Merit System