Anda di halaman 1dari 9

RESUME “IMPLEMENTASI REFORMASI BIROKRASI”

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Birokrasi dan Kekuatan Politik
Indonesia yang diampu oleh M. Rizky Ganda Permana dan Dr. Bedi Budiman

Tegar Kartika Ananta


212030160
Birokrasi dan Kekuatan Politik Indonesia
D

ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS PASUNDAN
2023
PENDAHULUAN

Pertemuan ke-5 tentang Implementasi Reformasi Birokrasi yang diselenggarakan di


gedung DPRD Jawa Barat menghadirkan Teten Ali Mulkun Engkun, Ph.D. sebagai
narasumber. Presentasi ini membahas tantangan dan peluang dalam implementasi reformasi
birokrasi di Indonesia. Dalam presentasinya, Teten Ali menjelaskan bahwa reformasi birokrasi
dilakukan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi kinerja birokrasi dalam memberikan
pelayanan publik yang lebih baik kepada masyarakat. Namun, dalam implementasinya,
terdapat berbagai tantangan yang harus dihadapi, seperti resistensi dari pegawai birokrasi yang
terbiasa dengan sistem lama dan kurangnya dukungan dan anggaran dari pemerintah.Untuk
mengatasi tantangan tersebut, Teten Ali menekankan pentingnya dilakukan reformasi birokrasi
secara terstruktur dan terukur. Selain itu, perlu adanya dukungan dari semua pihak, baik itu
dari pemerintah, masyarakat, maupun pegawai birokrasi itu sendiri. Dalam kesempatan ini,
Teten Ali juga memaparkan berbagai peluang dalam implementasi reformasi birokrasi, salah
satunya adalah pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi. Hal ini dapat mempercepat
proses pelayanan publik dan meminimalisir terjadinya tindakan korupsi.
PEMBAHASAN

A. TANTANGAN DAN PELUANG


Pada pertemuan yang dipimpin oleh Teten Ali Mulkun Engkun, seorang ahli manajemen
sumber daya manusia, dibahas tantangan yang dihadapi dalam implementasi reformasi
birokrasi di Indonesia. Dalam presentasinya, Teten menguraikan beberapa hal yang menjadi
tantangan dalam reformasi birokrasi, di antaranya:

1. Resistensi dari pegawai birokrasi


Teten menjelaskan bahwa resistensi dari pegawai birokrasi menjadi salah satu kendala
dalam implementasi reformasi birokrasi. Pegawai birokrasi yang sudah terbiasa dengan
sistem lama dan tidak ingin berubah menjadi salah satu penyebab utama terjadinya
resistensi. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah untuk memberikan pemahaman dan
pelatihan terkait pentingnya reformasi birokrasi dan dampak positifnya bagi masyarakat.

2. Kurangnya dukungan dan anggaran dari pemerintah


Teten juga menyoroti kurangnya dukungan dan anggaran dari pemerintah sebagai salah
satu tantangan dalam implementasi reformasi birokrasi. Anggaran yang terbatas dapat
menjadi penghambat dalam pelaksanaan program reformasi birokrasi yang membutuhkan
biaya yang cukup besar. Oleh karena itu, pemerintah perlu memberikan perhatian khusus
dan pengalokasian anggaran yang cukup untuk mendukung program reformasi birokrasi.

3. Tidak adanya koordinasi yang baik antarlembaga pemerintah


Teten juga menyampaikan bahwa tidak adanya koordinasi yang baik antarlembaga
pemerintah menjadi salah satu tantangan dalam implementasi reformasi birokrasi. Tidak
adanya koordinasi antarlembaga pemerintah dapat menyebabkan tumpang tindihnya
program dan kebijakan yang dilaksanakan oleh masing-masing lembaga pemerintah. Oleh
karena itu, penting bagi pemerintah untuk meningkatkan koordinasi antarlembaga dalam
implementasi program reformasi birokrasi.

4. Masalah politik dan hukum


Masalah politik dan hukum juga menjadi tantangan dalam implementasi reformasi
birokrasi. Kondisi politik yang kurang stabil dan kurangnya kepastian hukum dapat
mempengaruhi pelaksanaan program reformasi birokrasi. Oleh karena itu, pemerintah perlu
memberikan jaminan kepastian hukum dan menjaga stabilitas politik untuk mendukung
implementasi reformasi birokrasi.

B. PUBLIC SECTOR REFORM

Sector Public Reform adalah suatu upaya untuk melakukan reformasi di sektor publik atau
pemerintahan dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja dan efektivitas pelayanan publik
bagi masyarakat. Reformasi sektor publik tidak dapat dipandang sebagai suatu kewajiban
semata, tetapi juga sebagai kebutuhan yang penting dalam menghadapi perubahan zaman
dan tuntutan masyarakat yang semakin meningkat.

Dalam implementasi reformasi sektor publik, Teten Ali Mulkun Engkun menyoroti
beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain adalah:

Pertama, perlu adanya kesadaran akan pentingnya reformasi sektor publik. Pemerintah dan
masyarakat harus memahami bahwa reformasi sektor publik bukan hanya sekedar tuntutan
dari luar, tetapi juga sebagai upaya untuk memperbaiki kinerja dan pelayanan publik.

Kedua, perlu adanya komitmen dari pemerintah dan seluruh stakeholders terkait dalam
melaksanakan reformasi sektor publik. Komitmen ini harus diwujudkan dengan
memberikan dukungan dan sumber daya yang cukup, seperti anggaran dan tenaga kerja
yang berkualitas.

Ketiga, perlu adanya perubahan mindset dan budaya kerja di dalam sektor publik.
Reformasi sektor publik tidak akan berhasil tanpa adanya perubahan cara berpikir dan cara
bekerja yang lebih efektif dan efisien. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan
pelatihan dan pembinaan kepada pegawai pemerintah.

Keempat, perlu adanya perbaikan sistem dan regulasi di dalam sektor publik. Sistem dan
regulasi yang baik dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi kerja pemerintah, sehingga
pelayanan publik dapat lebih baik dan terpercaya.

Kelima, perlu adanya keterlibatan masyarakat dalam proses reformasi sektor publik.
Masyarakat sebagai penerima pelayanan publik harus memiliki akses yang mudah dan
transparan terhadap informasi pelayanan publik yang diberikan oleh pemerintah. Dengan
demikian, masyarakat dapat memberikan umpan balik dan saran yang konstruktif untuk
meningkatkan kualitas pelayanan publik.
Dalam implementasi reformasi sektor publik, perlu diingat bahwa perubahan tidak akan
terjadi secara instan. Reformasi sektor publik memerlukan waktu, kesabaran, dan tekad
yang kuat dari seluruh stakeholders terkait. Namun, apabila diimplementasikan dengan
baik, reformasi sektor publik akan memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat,
seperti peningkatan kualitas pelayanan publik dan pemerintahan yang lebih transparan dan
akuntabel.

C. MERITROKRASI PROVINSI JAWA BARAT

Dalam mengimplementasikan meritrokrasi di Jawa Barat, Teten Ali Mulkun Engkun


telah menetapkan beberapa langkah penting yang harus dilakukan.

Langkah pertama yang harus dilakukan dalam implementasi meritrokrasi di Provinsi Jawa
Barat adalah melakukan evaluasi kinerja pegawai secara teratur. Evaluasi kinerja ini
dilakukan untuk menilai kinerja pegawai berdasarkan target kinerja yang telah ditetapkan,
seperti pencapaian KPI (Key Performance Indicator) dan target kerja. Selain itu, evaluasi
kinerja ini juga dilakukan untuk mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan pegawai
dalam menjalankan tugasnya. Dari hasil evaluasi kinerja, pegawai yang dinilai memiliki
kinerja yang baik akan dihargai dengan pengakuan atau reward sesuai dengan pencapaian
kinerjanya.

Langkah selanjutnya adalah pengembangan kompetensi pegawai. Pengembangan


kompetensi ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas kinerja pegawai.
Dalam pengembangan kompetensi, pegawai akan diberikan pelatihan dan pendidikan
terkait dengan bidang tugasnya. Dalam hal ini, Provinsi Jawa Barat menyediakan berbagai
pelatihan dan pendidikan untuk pegawainya, seperti pelatihan manajemen, pelatihan IT,
dan pelatihan kebijakan publik.

Langkah ketiga adalah penerapan sistem kenaikan pangkat berdasarkan prestasi kerja.
Penerapan sistem ini bertujuan untuk memberikan penghargaan kepada pegawai yang telah
menunjukkan kinerja yang baik dan memiliki kompetensi yang baik pula. Dalam penerapan
sistem kenaikan pangkat berdasarkan prestasi kerja, pegawai yang telah mencapai kriteria
yang ditetapkan akan mendapatkan kenaikan pangkat dan tunjangan yang sesuai.
Selain tiga langkah tersebut, Teten Ali Mulkun Engkun juga menekankan pentingnya
penerapan sistem pengawasan internal dan pemberian sanksi terhadap pegawai yang
melakukan pelanggaran. Sistem pengawasan internal ini bertujuan untuk memastikan
pelaksanaan tugas dan tanggung jawab pegawai sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan. Sedangkan pemberian sanksi bertujuan untuk mendorong pegawai agar tetap
mematuhi aturan dan etika kerja yang telah ditetapkan.

Melalui implementasi meritrokrasi di Provinsi Jawa Barat, Teten Ali Mulkun Engkun
berharap dapat menciptakan birokrasi yang profesional, transparan, dan akuntabel. Selain
itu, diharapkan pula bahwa implementasi meritrokrasi ini dapat meningkatkan kualitas
pelayanan publik di Provinsi Jawa Barat.

D. SIGNIFIKANSI DAN INSIGHT

Reformasi birokrasi di Provinsi Jawa Barat (Jabar) adalah suatu hal yang sangat penting
dilakukan dalam rangka meningkatkan kinerja pemerintahan dan pelayanan publik di
wilayah tersebut. Namun, dalam implementasinya terdapat beberapa permasalahan yang
perlu diatasi. Berikut adalah beberapa permasalahan yang sering terjadi dalam reformasi
birokrasi di Jabar:

• Resistensi dari pihak birokrasi

Perubahan dalam suatu sistem birokrasi seringkali menimbulkan resistensi dari para
pegawai yang terdampak langsung. Pegawai cenderung merasa tidak nyaman dengan
perubahan dan merasa khawatir akan mengalami perubahan yang tidak menguntungkan
bagi dirinya. Oleh karena itu, perlu dilakukan sosialisasi dan pendidikan tentang
pentingnya reformasi birokrasi dan manfaatnya bagi pegawai dan masyarakat.

• Keterbatasan sumber daya

Implementasi reformasi birokrasi membutuhkan sumber daya yang cukup, seperti


anggaran, tenaga ahli, dan infrastruktur. Namun, keterbatasan sumber daya sering menjadi
kendala dalam melaksanakan reformasi birokrasi di Jabar. Oleh karena itu, diperlukan
perencanaan yang matang dan alokasi sumber daya yang tepat agar reformasi birokrasi
dapat berjalan efektif.
• Kurangnya pemahaman tentang meritrokrasi

Meritrokrasi adalah suatu sistem penilaian kinerja dan promosi yang didasarkan pada
prestasi dan kualifikasi seseorang. Namun, masih banyak pegawai di Jabar yang belum
memahami konsep meritrokrasi dan masih terjebak dalam budaya nepotisme dan koneksi.
Oleh karena itu, perlu dilakukan sosialisasi dan pendidikan tentang meritrokrasi agar
pegawai lebih memahami dan menerapkannya dalam kinerja sehari-hari.

• Keterlibatan politik

Reformasi birokrasi seharusnya bersifat independen dan tidak terlibat dalam kepentingan
politik tertentu. Namun, dalam praktiknya, masih terjadi keterlibatan politik dalam
reformasi birokrasi di Jabar. Hal ini dapat mempengaruhi kinerja birokrasi dan berdampak
negatif bagi pelayanan publik.

• Kurangnya koordinasi antar sektor

Reformasi birokrasi melibatkan berbagai sektor dan institusi, seperti pemerintah,


masyarakat, dan swasta. Namun, kurangnya koordinasi antar sektor dapat menjadi
hambatan dalam implementasi reformasi birokrasi di Jabar. Oleh karena itu, diperlukan
kerjasama yang baik antar sektor dan institusi agar reformasi birokrasi dapat berjalan
efektif dan efisien.

Peningkatan indeks profesionalitas ASN merupakan salah satu permasalahan dalam


reformasi birokrasi di Jawa Barat. Teten Ali Mulkun Engkun menyebutkan bahwa untuk
meningkatkan indeks profesionalitas ASN, diperlukan evaluasi kinerja pegawai yang
berkala serta pemberian penghargaan dan sanksi yang jelas. Selain itu, Teten Ali Mulkun
Engkun juga menyoroti pentingnya pengembangan kompetensi pegawai melalui pelatihan
dan pendidikan yang tepat sasaran. Hal ini akan membantu pegawai meningkatkan
keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan dalam menjalankan tugasnya.

Namun, masih banyak kendala dalam meningkatkan indeks profesionalitas ASN di


Jawa Barat. Beberapa di antaranya adalah minimnya anggaran untuk pelatihan dan
pengembangan kompetensi, kurangnya ketersediaan sumber daya manusia yang
berkualitas untuk menjadi instruktur atau pengajar dalam pelatihan, serta masih terjadinya
praktek nepotisme dan kolusi yang menghalangi kenaikan jabatan dan penghargaan bagi
pegawai yang berprestasi.
Untuk mengatasi kendala tersebut, Teten Ali Mulkun Engkun menekankan pentingnya
dukungan dari pimpinan dalam menerapkan sistem meritrokrasi secara konsisten dan
transparan. Selain itu, diperlukan juga peningkatan komunikasi dan kolaborasi antara
berbagai instansi dalam pemerintah provinsi Jawa Barat untuk memaksimalkan
pengembangan kompetensi pegawai.

Dalam rangka meningkatkan indeks profesionalitas ASN di Jawa Barat, Teten Ali
Mulkun Engkun juga mendorong adanya kerja sama antara pemerintah daerah dan
universitas dalam mengembangkan program pendidikan dan pelatihan yang relevan dengan
kebutuhan birokrasi. Dengan demikian, diharapkan dapat tercipta sumber daya manusia
yang lebih berkualitas dan siap untuk memajukan reformasi birokrasi di Jawa Barat. Secara
keseluruhan, peningkatan indeks profesionalitas ASN merupakan permasalahan krusial
dalam reformasi birokrasi di Jawa Barat. Melalui evaluasi kinerja pegawai yang berkala,
pengembangan kompetensi pegawai yang tepat sasaran, dan dukungan dari pimpinan serta
kerja sama antara instansi dan universitas, diharapkan dapat tercipta birokrasi yang lebih
profesional dan berkinerja tinggi di Jawa Barat.
DAFTAR PUSTAKA

Engkun, T.A.M. (2021). Sistematis Tantangan Reformasi Birokrasi. Presentasi pada


Pertemuan ke-5 Implementasi Reformasi Birokrasi.

Rianto, E., & Susanto, A. (2017). Implementasi Reformasi Birokrasi dan Pelayanan Publik.
Jurnal Bina Praja: Journal of Home Affairs Governance, 9(1), 1-9.

Widodo, A. (2015). Strategi Implementasi Reformasi Birokrasi untuk Meningkatkan Kinerja


Aparatur Pemerintahan. Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi, 22(1), 57-68.

Engkun, T. A. M. (2021). Sistematika Tantangan Reformasi Birokrasi: Public Sector Reform.


Presentation at the 4th International Conference on Government Performance Management and
Leadership, 12-13 May 2021, Jakarta, Indonesia.

Engkun, T. A. M. (2018). Meritokrasi: Strategi Menata Pemerintahan di Era Digital. Gramedia


Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai