Deforestasi di Indonesia sangat massif terjadi. Berdasarkan data yang diperoleh dari databoks
(19/1/24) Indonesia ada di urutan kedua terbesar mengalami deforestasi dan degradasi area
hutan primer tropis, yakni sebesar 10,2 juta hektare. Angka ini tergolong cukup besar terjadi
sepanjang dua dekade terakhir (2002-2022).
Menurut World Resources Institute (WRI) hutan primer tropis adalah hutan berusia tua yang
memiliki cadangan karbon besar dan kaya akan keragaman hayati. Adapun Deforestasi adalah
perubahan lahan hutan menjadi non-hutan secara permanen, seperti menjadi perkebunan atau
permukiman. Dan degradasi merupakan penurunan fungsi atau kerusakan ekosistem hutan,
baik yang disebabkan karena aktivitas manusia maupun peristiwa alam.
Alih fungsi hutan terus terjadi yang mengakibatkan bencana dan kesulitan hidup rakyat. Rakyat
terpaksa kehilangan ruang hidupnya dan menjadi korban bencana alam seperti banjir bandang,
tanah longsor, kebakaran hutan, suhu udara ekstrem, kehilangan ekosistem, krisis air, dan
sebagainya. Lagi-lagi rakyat yang akan menjadi korban sementara pada waktu bersamaan para
kapitalis (pemilik modal) meraup keuntungan besar atas perusakan hutan.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letnan Jenderal TNI Suharyanto
menyatakan Indonesia telah mengalami 4.940 kali bencana sepanjang 2023 dengan mayoritas
berupa bencana hidrometeorologi basah, seperti banjir, tanah longsor, dan cuaca ekstrem.
Kejadian bencana hidrometeorologi yang semakin parah dan meluas ini tidak bisa dipisahkan
dari adanya perubahan iklim yang melanda dunia saat ini.
Pada 2023 lalu, tercatat suhu global sekitar 1,48⁰C lebih hangat dibandingkan rata-rata suhu era
pra-industri tahun 1850-1900, kata badan iklim Uni Eropa. Di Indonesia, berdasarkan data dari
116 stasiun pengamatan BMKG, suhu udara rata-rata tahun 2023 mencapai 27,2⁰C, sehingga
anomali suhu udara rata-rata tahun 2023 sebesar 0,5⁰C dibandingkan dengan suhu udara rata-
rata periode 1991-2020.
Dan Indonesia sendiri telah mengambil arah pembangunan global yang tertuang dalam
Rencana Pembangunan Jangka Panjang dan Menengah Nasional (RPJMN 2020-2024). Tidak
heran, jika daerah-daerah di Indonesia khususnya kawasan hutan telah menjadi sasaran
eksploitasi atas nama investasi demi mengejar pertumbuhan ekonomi nasional. Hal ini semakin
memperparah laju deforestasi yang akan memperparah krisis iklim yang sudah ada.
Pembangunan ala kapitalistik telah nyata mengakibatkan masyarakat dalam kondisi bahaya
karena bencana terus berulang.
Pembangunan dalam Islam sangat berseberangan dengan Kapitalis. Islam telah menjadikan
pembangunan dilakukan atas kemaslahatan rakyat bukan dalam rangka bisnis. Hal ini berarti
pembangunan menjadi tanggung jawab negara sehingga tidak akan diserahkan kepada pihak
swasta. Mulai dari perancangan dan modal semua diatur oleh negara yang menjadikan visi
pembangunannya sebagai bentuk pelayanan kepada rakyat.
Paradigma pembangunan dalam Islam dibangun berlandaskan ruhiah. Yakni pembangunan fisik
yang akan mendekatkan manusia kepada Sang Pencipta-nya. Oleh karena itu seluruh bangunan,
perindustrian, kawasan ekonomi, transportasi dan lainnya semua akan terhubung dengan aspek
ruhiah. Megahnya bangunan justru akan menjadikan masyarakatnya pun semakin tinggi
ketakwaannya. Bahkan pembangunan pariwisata sekalipun tidak akan mengekspos
kemaksiatan melainkan akan dibangun untuk semakin mengenalkan jejak sejarah umat Islam
yang akan menambah kecintaan mereka terhadap Islam dan menambah keimanan mereka
kepada Allah SWT.
Sebagaimana terjadi pada pembangunan Ibu Kota Baghdad pada masa Khilafah Abbasiyah.
Khalifah Abu Ja’far al-Mansur telah merancang pembangunan kotanya dengan melibatkan Abu
Hanifah, seorang mujtahid mutlak dan pastinya seorang yang ahli fikih. Hasilnya, pembangunan
kota tersebut semakin meninggikan suasana keimanan bagi penduduknya.
Begitulah sistem Islam jika diterapkan. Negara akan benar-benar menjamin kebaikan dan
keamanan ruang hidup rakyatnya. Sebab seorang Khalifah diangkat sebagai raa'in (penjaga,
yang diberi amanah) atas rakyatnya. Ia wajib menjaga rakyatnya dari kerusakan lingkungan dan
wajib pula menjaga lingkungan agar tetap lestari sebagaimana perintah Allah ta'ala.
Khatimah
Sudah menjadi keharusan bagi kita untuk meninggalkan sistem kapitalisme ini. Telah nyata
kerusakan yang diakibatkan olehnya. Rakyat dibiarkan berjuang hidup sendirian, sementara
negara berlepas tangan bahkan sebaliknya memudahkan para kapitalis merusak kehidupan
rakyat.
Sementara Islam telah terbukti mampu memberikan kesejahteraan bagi rakyatnya. Islam pula
yang akan mampu menjaga alam ini sesuai dengan fitrahnya. Sehingga akan membantu
kehidupan manusia menjadi lebih baik. Semua itu hanya bisa kita temui dalam sistem Khilafah
Islamiyyah.
َو َلْو َاَّن َاْهَل اْلُقٰۤر ى ٰا َم ُنْو ا َو ا َّتَقْو ا َلـَفَتْح َنا َع َلْيِهْم َبَر ٰك ٍت ِّم َن الَّسَم ٓاِء َو ا َاْل ْر ِض َو ٰل ـِكْن َك َّذ ُبْو ا َفَا َخ ْذٰن ُهْم ِبَم ا َك ا ُنْو ا َيْك ِس ُبْو َن
"Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada
mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami),
maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan." (QS. Al-A'raf: 96).
Wallahu 'alam bishawab[]