Anda di halaman 1dari 15

TUGAS 1.

Konsep Ekologi

Nama : Arif Rahman


NIM : 20201310002
Prodi : Pend S2 Biologi

EKOSISTEM DAN PENGURASAN SUMBER DAYA ALAM

Bumi merupakan planet dalam tata surya yang terdapat kehidupan. Seiring perjalan
waktu, bentang bumi ada daratan, lautan dan udara. Daratan bisa berupa gunung, bukit, lembah
ngarai dan lainnya. Daratan juga jika di buat stratifikasinya terdiri dari berbagai lapisan. Lautan
juga, ada daerah litoral, neritik, abisal, batyal. Udara juga terdiri dari berbagai lapisan yaitu
trofosfer, stratosfer, mesosfer, ionosfer dan termosfer. Bumi merupakan tempat berinteraksinya
antara makhluk hidup dan benda mati. Hubungan timbal balik inilah yaitu antara makhluk hidup
dan benda membentuk yang namanya ekosistem. Ekosistem mempunyai dua komponen utama,
yaitu komponen biotik dan abiotik. Dimana komponen biotik ini merupakan komponen penyusun
makhluk hidup, sedangkan komponen abiotik merupakan komponen penyusun ekosistem tak
hidup (benda – benda mati). Sehingga kedua komponen ini mempunya peran penting sebagai
ekosistem, tanpa salah satu diantaranya maka ekosistem ini tidak akan berfungsi.
Seiring dengan perkembangan zaman, yaitu kemajuan ilmu dan teknologi dengan
berbagai macam penemuan yang dilakukan oleh ilmuan untuk kemajuan manusia. Wikipedia
menjelaskan bahwa revolusi indutsri di eropa yang terjadi pada periode antara tahun 1750-1850
di mana terjadinya perubahan secara besar-besaran di bidang pertanian, manufaktur,
pertambangan, transportasi, dan teknologi serta memiliki dampak yang mendalam terhadap
kondisi sosial, ekonomi, dan budaya di dunia. Revolusi ini menyebabkan terjadinya
perkembangan besar-besaran yang terjadi pada semua aspek kehidupan manusia. Revolusi
Industri menandai terjadinya titik balik besar dalam sejarah dunia, hampir setiap aspek
kehidupan sehari-hari dipengaruhi oleh Revolusi Industri, khususnya dalam hal peningkatan
pertumbuhan penduduk dan pendapatan rata-rata yang berkelanjutan dan belum pernah terjadi
sebelumnya. Selama dua abad setelah Revolusi Industri, rata-rata pendapatan perkapita negara-
negara di dunia meningkat lebih dari enam kali lipat. Seperti yang dinyatakan oleh pemenang
Hadiah Nobel, Robert Emerson Lucas, bahwa: "Untuk pertama kalinya dalam sejarah, standar
hidup rakyat biasa mengalami pertumbuhan yang berkelanjutan. Perilaku ekonomi yang seperti
ini tidak pernah terjadi sebelumnya". Revolusi Industri, di mana terjadinya peralihan dalam
penggunaan tenaga kerja di Inggris yang sebelumnya menggunakan tenaga hewan dan manusia,
yang kemudian digantikan oleh penggunaan mesin yang berbasis manufaktur. Periode awal
dimulai dengan dilakukannya mekanisasi terhadap industri tekstil, pengembangan teknik
pembuatan besi dan peningkatan penggunaan batubara. Ekspansi perdagangan turut
dikembangkan dengan dibangunnya terusan, perbaikan jalan raya dan rel kereta api. Adanya
peralihan dari perekonomian yang berbasis pertanian ke perekonomian yang berbasis manufaktur
menyebabkan terjadinya perpindahan penduduk besar-besaran dari desa ke kota, dan pada
akhirnya menyebabkan membengkaknya populasi di kota-kota besar . Awal mula Revolusi Industri
masih diperdebatkan. T.S. Ashton menulisnya kira-kira 1760-1830.Tidak ada titik pemisah dengan
Revolusi Industri II pada sekitar tahun 1850, ketika kemajuan teknologi dan ekonomi
mendapatkan momentum dengan perkembangan kapal tenaga-uap, rel, dan kemudian di akhir
abad tersebut perkembangan mesin pembakaran dalam dan perkembangan pembangkit tenaga
listrik.
Faktor yang melatar belakangi terjadinya Revolusi Industri adalah terjadinya revolusi
ilmu pengetahuan pada abad ke-16 dengan munculnya para ilmuwan seperti Francis Bacon, René
Descartes, Galileo Galilei. Disamping itu, disertai adanya pengembangan riset dan penelitian
dengan pendirian lembaga riset seperti The Royal Improving Knowledge, The Royal Society of
England, dan The French Academy of Science. Adapula faktor dari dalam seperti ketahanan politik
dalam negeri, perkembangan kegiatan wiraswasta, jajahan yang luas dan kaya akan sumber daya
alam.
Dari uraian di atas, maka untuk butuhkannya sumber daya alam. Sehingga di carilah
sumber daya alam yang ada di bumi. Di cari dinegeri sendiri atau melakukan pencarian di luar
negara, salah satunya dengan penjajahan. Sumber Daya Alam (SDA) adalah segala sesuatu yang
berasal dari alam yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Sumber
daya alam terdiri dari komponen biotik (makhluk hidup) seperti hewan,jamur, tumbuhan, dan
mikroorganisme, tetapi juga ada komponen abiotic (benda mati) seperti minyak bumi, batu bara,
gas alam, berbagai jenis logam, air, dan tanah.
Sumber Daya Alam ( SDA ) dikelompokan menjadi dua yaitu SDA tidak terbarukan (non
renewable) dan SDA terbarukan (renewable). Sumber Daya Alam (SDA) yang dapat diperbaharui
atau terbarukan adalah kekayaan alam yang dapat terus ada selama penggunaanya tidak
dieksploitasi secara berlebihan. Tumbuh-tumbuhan, hewan, mikroorganisme, sinar matahari,
angin, dan air adalah beberapa contoh SDA yang dapat terbaharukan. SDA yang tidak dapat
diperbaharui atau tidak terbarukan adalah kekayaan alam yang jumlahnya terbatas karena
penggunaanya lebih cepat daripada proses pembentukannya dan apabila digunakan secara terus-
menerus akan habis. Minyak bumi, batu bara, emas, besi, dan berbagai bahan tambang lainnya
pada umumnya memerlukan proses yang sangat panjang untuk kembali terbentuk sehingga
jumlahnya sangat terbatas.
Sumber daya alam yang ada di bumi diolah sedemikan rupa sehingga menghasilkan
sesuatu yang dapat memenuhi hajat hidup manusia. Ketergantungan manusia terhadap sumber
daya alam dalam memenuhi kebutuhan hidupnya lambat laun mulai tergeser dengan
perkembangan ilmu pengetahun dan teknologi. Dimana, kekayaan alam mulai dieksploitasi secara
berlebihan, sehingga menimbulkan pencemaran yang berdampak negatif terhadap perubahan
lingkungan.
Cara manusia mengolah sumber daya alam secara modern dimulai dari revolusi industri.
Revolusi Industri yang pertama terjadi pada abad ke-18 ditandai penemuan mesin uap yang
digunakan untuk proses produksi barang yang mana mengubah secara radikal proses manufaktur
yang sederhana menjadi modern, yang tadinya menggunakan tenaga manusia menjadi tenaga
mesin. Mesin uap mendorong terwujudnya industri manufaktur tekstil dan logam yang kemudian
menyebar ke seluruh dunia. Penggunaan mesin juga merambah sektor transportasi. Mesin uap
mendorong terwujudnya jaringan kapal dan kereta api memercepat pertumbuhan ekonomi.
Namun disadari maupun tidak, disamping kesejahteraan ekonomi yang melampaui
negara di belahan dunia lain, revolusi industri di Eropa telah membawa kerusakan sistemik. Dunia
ilmu pengetahuan mengakui, polusi karbon akibat pembakaran bahan bakar fosil seperti batu
bara telah memicu perubahan iklim dan pemanasan global. Sementara kesejahteraan ekonomi,
menciptakan gaya hidup yang semakin jauh dari lingkungan. Semua ini berdampak pada kualitas
hidup dan kesehatan masyarakat Eropa.
Dampak kerusakan sistemik ini terungkap dalam laporan terbaru Perserikatan Bangsa-
Bangsa yang dirilis Rabu, 8 Juni 2016. Laporan berjudul Global Environment Outlook (GEO-6)
menyebutkan, buruknya kualitas udara, perubahan iklim, gaya hidup yang tidak sehat dan
semakin jauhnya masyarakat dengan alam menjadi penyebab penurunan kualitas hidup dan
kesehatan penduduk Eropa.
Perubahan kualitas lingkungan kearah yang lebih buruk bisa dikatakan telah terjadi
pencemaran lingkungan. Pencemaran lingkungan hidup adalah masuknya atau dimasukannya
makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan
manusia, sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan
hidup tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Adapun bahan-bahan penyebab
pencemaran lingkungan disebut polutan. Suatu lingkungan dikatakan tercemar bila jumlah atau
kadar polutan melebihi ambang batas, sehingga menyebabkan menurunnya kualitas atau daya
dukung lingkungan dan terganggungnya kehidupan makhluk hidup.
Polusi udara menjadi sumber penyakit terbesar di wilayah ini. Lebih dari 95% penduduk
perkotaan Eropa terpapar oleh polusi udara yang kondisinya melampaui batas aman Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO). Pada 2012, lebih dari 500.000 kematian prematur di Eropa dipicu oleh
buruknya kualitas udara luar ruang, sementara 100.000 kematian prematur lain diakibatkan oleh
polusi dalam ruang.
Perubahan iklim menjadi salah satu ancaman terbesar bagi kesehatan manusia dan
ekosistem di wilayah ini. Perubahan iklim memicu banjir, gelombang panas, kekeringan, turunnya
produktivitas pertanian, peningkatan polusi udara, alergi dan munculnya berbagai macam hama
dan penyakit.
Kerusakan keanekaragaman hayati dan ekosistem ini terus berlanjut yang dipicu oleh
alih guna lahan, terutama untuk intensifikasi pertanian, urbanisasi dan perusakan habitat.
Menurut PBB, kerusakan ini paling banyak terjadi di wilayah Eropa Barat dan Timur, diikuti oleh
wilayah Eropa Tengah, Federasi Rusia dan negara-negara Asia Tengah. Padahal keanekaragaman
hayati menjamin tersedianya jasa lingkungan seperti udara bersih, pangan dan air.
Lahan di Eropa menurut laporan PBB terus menjadi rebutan. Negara-negara anggota Uni
Eropa (EU28) kehilangan lahan pertanian seluas 275 hektar per hari akibat alih guna lahan.
Ketersediaan dan kualitas lahan berdampak langsung pada kesehatan manusia. Karena lahan
menjadi penentu kualitas pangan dan nutrisi, menjadi lokasi berolah raga dan berekreasi. Semua
itu berpengaruh pada gaya hidup, kualitas fisik bahkan pada kesehatan mental penduduk Eropa.
Laporan ini menyeru pada negara-negara Eropa untuk kembali ke ekonomi hijau dengan
menciptakan sistem ekonomi/produksi yang bersih/ramah lingkungan, tata kelola penggunaan
bahan-bahan kimia, seperti pupuk, yang baik, pengelolaan lingkungan/ekosistem yang lestari
serta pola konsumsi dan gaya hidup yang sehat seiring dengan upaya mencapai target
pembangunan berkelanjutan.
Indonesia merupakan Negara kepulauan yang memiliki sumber daya alam yang sangat
melimpah baik di permukaan tanah, di dalam tanah, permukaan air, di dalam air. Dalam
peruntukannya untuk pemenuhan kebutuhan terjadilah yang namanya eksplorasi dan akhirnya
terjadilah yang namanya eksploitasi. Eksploitasi sumber daya alam yang ketara terlihat adalah dari
pembukaan hutan hutan di luar pulau jawa seperti pulau sumatera,Kalimantan, Sulawesi, tidak
ketinggalan juga hutan papua. Hutan hutan di buka di awali dari proses pencetakan lahan baru
untuk transmigrasi, dalam rangka pemerataan penduduk, pembukaan lahan pertanian dan
pemukiman.
Menurut saya ada sekitar 3 exploitasi sumber daya alam yang ada di Indonesia yang
butuh diperhatikan. Yang pertama adalah kelapa sawit. Karena lahan pulau jawa tidak cukup
terjadilah eksplotasi lahan di luar jawa. Untuk penanaman kelapa sawit diperlukan jutaaan hektar
lahan yang harus di buka. Hutan hutan di babat dengan berbagai cara, salah satunya adalah
dengan cara yang tidak benar yaitu membakar hutan yang akan dijadikan lahan perkebunan.
Kenapa dilakukan, ongkosnya murah sekali dan dilakukan di musim kemarau, sehingga dalam
kejadiannya akan tertutupi kebakaran yang di akibatkan oleh panas matahari. Akibat kebakaran
ini, menghasilkan polusi berupa panas dan asap. Asap ini lah yang paling bermasalah, karena akan
menimbulkan berbagai dampak. Dampaknya terjadi di berbagai sektor kehidupan, seperti
gangguan kehidupan sehari-hari masyarakat, gangguan transportasi, kerusakan ekologis,
penurunan pariwisata, dampak politik, ekonomi, dan terutama masalah kesehatan. Asap yang
berasal dari kebakaran hutan merupakan campuran gas, partikel, uap air, dan bahan organik,
serta mineral akibat pembakaran yang tidak sempurna. Komposisi asap kebakaran hutan
umumnya terdiri dari gas seperti karbon monoksida (CO), karbon dioksida (CO 2), nitrogen dioksida
(NO2), sulfur dioksida (SO2), dan lainnya. Partikel yang timbul akibat kebakaran hutan biasa
disebut sebagai particulate matter (PM). Partikel kurang dari 10 um dapat terinhalasi sampai ke
paru. PM merupakan polutan utama yang menjadi perhatian asap kebakaran hutan. Bahan
lainnya dalam jumlah lebih sedikit seperti aldehid (akrolein, formaldehid), polisiklik aromatic
hidrokarbon (PAH), benzene, toluene, styrene, metal, dan dioksin.
Setelah lahan terbuka, akhirnya di olah dijadikan lahan perkebunan sawit. Lahan sawit
memiliki dampak positif dan negatifnya. Dampak ini bisa dilihat dari berbagai aspek. Dilihat dari
investor, kelapa sawit menjadi komoditi penghasil devisa terbesar Negara. Karena kelapa sawit
cocok dinegara Indonesia, negara tropis. Dampak positif yang lain adalah menurunnya angka
pengangguran karena dibutuhkannya tenaga untuk penanaman, pemeliharaan, produksi,
transportasi dan pengolahan, terus meningkatnya angka produk domestik bruto daerah, hingga
meningkatnya kualitas pendidikan dan kesehatan.
Dampak negatif terhadap lingkungan berupa berkurangnya kuantitas air tanah,
pencemaran air, dan berkurangnya populasi satwa dibandingkan dengan kondisi sebelum adanya
ekspansi perkebunan kelapa sawit, sedangkan untuk eksternal akibat limbah cair industri
pengolahan CPO yang tidak memenuhi baku mutu air limbah walaupun sudah diinternalisasikan
dengan membuat instalasi pengolahan airlimbah (IPAL) akhirnya mencemari lingkungan air.
Menurut Thamrin anugrah 2019 dalam
https://www.researchgate.net/publication/333486520_Dampak_Perkebunan_Kelapa_Sawit_Terh
adap bahwa Selain dampak positif dari perkebunan kelapa sawit yang menggiurkan
masyarakat, dampak negatif dari perkebunan sawit terhadap lingkungan juga perlu di perhatikan.
Karena manusia tidak akan dapat bertahan lama di dalam kondisi fisik lingkungan yang rusak.
Untuk mengetahui dampak negatif dari suatu industridapat dilakukan penilaian siklus hidup atau
disebut life cycle assessment (LCA). LCA sering digunakan untuk menilai dampak produksi
industri terhadap lingkungan mulai dari tahap ekstraksi material hingga pembuangan akhir.
Ada empat siklus yang dapat di gunakan untuk menilai dampak negatif perkebunan kelapa
sawit terhadap lingkungan, yaitu ialah prakontruksi, kontruksi, operasi dan produksi, dan pasca
operasi.
a. Pra kontruksi
Pada siklus pertama ini sebenarnya belum ada dampak langsung terhadap lingkungan.
Adapun yang biasanya dilakukan dalam pra kontruksi ini ialah survei lahan dan pengadaan
lahan. Masalah akan muncul pada tahap kontruksi.
b. Kontruksi
Pada tahap inilah munculnya masalah dampak negatif perkebunan kelapa sawit
terhadap lingkungan. Karena ada beberapa kegiatan utama yang dilakukan pada tahap ini
yaitu pembuatan jalur jalan, cut and fill, persiapan area tanam dan pembangunan pabrik.
Seluruh kegiatan tersebut akan memberikan dampak negative diantaranya berupa
pengaruh terhadap kualitas tanah, berkurangnya kemampuan tanah untuk menahan
hujan, hilangnya/punahnya jenis-jenis tanaman, binatang dan mikroorganisma yang
menjaga keseimbangan ekosistem di daerah tersebut, hilangnya area yang biasanya berguna
untuk menjaga kelembaban udara dan tanah, hilangnya tanaman tinggi yang menjaga area
tropis menjadi bersuhu tidak terlalu panas dan pembukaan lahan luas mempengaruhi iklim
mikro yang pada akhirnya berpengaruh pada perubahan iklim global (Badrun & Mubarak,
2010). Selain itu, pembukaan lahan juga dapat hilangnya habitat hutan diindonesia,
dan juga hilangnya habitat hewan yang ada di hutan. Seperti di sumatera dengan
menggantikan hutan dengan perkebunan kelapa sawit, harimau sumatera mulai
memasuki perkampungan petani hingga kekerumunan masyarakat. Dengan masuknya
para hewan buas ke dalam kehidupan masyarakat akan menimbulkan korban hingga
kepunahan.
c. Produksi
Pada tahap ini mulailah dengan pengadaan bibit serta penanaman dan perawatan
tanaman yang belum menghasilkan. Namun, tanaman yang sudah memberikan buah sawit
yang cukup baik maka akan di lakukan pemanenan dan pengolahan CPO serta
memasarkan hasil dari kelapa sawit. Adapun dampak negatif yang di timbulkan dari
kegiatan produksi ini ialah :
1. Unsur hara dan kebutuhan air tanaan kelapa sawit yang tergolong sangat tinggi,
kebutuhan air yang di gunakan untuk siraman bibit ± 2 liter per polybag per hari disesuaikan
dengan berapa umur bibit. 1000bibit = 2000 liter/harinya. Kemudian kebutuhan air pohon
kelapa sawitd ewasa ± 10 liter /hari. 1000 pohon = 10.000 liter/hari. Lalu tidak
kurang membutuhkan 1.000 liter air/hari bagi 1 hektar tanah.
2. Akibat yang disebabkan oleh hutan monokultur kelapa sawit yang mengakibatkan
hilangnya fungsi hutan alam sebagai pengatur tata air (regulate water) dan juga penghasil
air (produce water).
3. Adanya pertumbuhan sawit pastinya menggunakan berbagai macam zat fertilizer salah
satunya jenis pestisida serta jenis kimia lainnya.
4. Secara terus menerus tanah yang di tanami hanyalah satu jenis saja, hal tersebut akan
menyebabkan menurunya kualitas tanah secara periodik
5. Tercampurnya limbah pengolahan sawit dengan polusi udara dari kelapa yang
dihancurkan, air serta residu lemak, yang berdampak negatif terhadap ekosistem
akuatik
6. Penggunaan bahan kimia seperti pestisida, hebisida, dan juga pupuk berbasis potroleum
tanpa adanya aturan menyebabkan tanah menjadi rusak dan menimbulkan adanya
pencemaran di perairan
7. Munculnya hama migran yang baru disebabkan karena keterbatasan lahan dan juga
jenis tanaman yang mengakibatkan masalah di samping penggunaan pestisida secara masif
dan berlebihan.
8. Terjadinya pencemaran yang sangat potensial dari kegiatan industri perkebunan
kelapa sawit dan pengolahan pabrik kelapa sawit
9. Selanjutnya setelah 25 tahun lahan sawit akan di tinggalkan dan menjadi semak
semak dan lahan kritis baru hal ini diakibatkan merusaknya lahan sawit.
Kemungkinan tanah menjadi tidak subur, terutama tanah yang mengandung asam.
(Rahardjo, 2009)
d. Pasca produksi
Pada tahap ini biasanya dampak yang terlihat tidaklah banyak. Tahap ini hanya
meninggalkan sisa-sisa dari dampak produksi. Akibat yang muncul dari pasca produksi lahan
perkebunan kelapa sawit yang sering ditemukan ialah terbengkalainya lahan yang luas yang
sudah tidak bisa digunakan lagi setelah produksi dilakukan. Perubahan Ph tanah akibat dari
perkebunan kelapa sawit ini cukup membuat tanah tidak bisa di produksi lagi. Hasil analisa
kimia tanah menunjukkan pH H 2O tertinggi terdapat pada usia tanam 16 tahun (5.02) dan
terendah terdapat pada tanah hutan (4.49),sedangkan pada pH KCl tertinggi terdapat pada
usia tanam 16 tahun (3.99) dan terendah terdapat pada lahan hutan (4.49). Hasil analisis
C-organik menunjukkan kandungan C organik tertinggi terdapat pada lahan hutan
(1.87 %) dan terendah terdapat pada lahan kelapa sawit usia tanam 8 tahun(1.05 %). Hasil
analisis menunjukkan kapasitas tukar kation tertinggi terdapat pada lahan kelapa
sawit usia tanam 8 tahun (13.15 %) dan terendah terdapat pada lahan 16 tahun (9.61
%). Pada analisis nitrogentotal menunjukkan kandungan nitrogen tertinggi terdapat pada
usia tanam2 tahun (0.0427 %) dan terendah terdapat pada usia tanam 16
tahun(0.0283 %).Dari dampak positif dan negatif yang dapat di timbulkan
Selain kelapa sawit yang lagi trend untuk memenuhi konsumsi minyak nabati manusia
baik dengan dampak positif dan negatifnya. Ada satu sumber daya alam yang dari dahulu sudah
ada yang di awali dengan revolusi industri. Revolusi industri yang berubah tatanan industri
manual/otot menjadi mesin, membutuhkan bahan bakar untuk penggerak mesin mesin. Akhirnya
dilakukan explorasi dari yang sederhana sampai yang sekarang yang dilakukan dengan sangat
canggih dengan alat alat yang modern untuk mendeteksi keberadaan minyak di perut bumi.
Eksplorasi minyak bumi di wilayah Indonesia banyak dilakukan di daerah pesisir baik pesisir masa
lampau dan pesisir masa lalu, dan juga di laut lepas.
Hasil pengolahan minyak bumi menghasilkan bahan bahan yang digunakan oleh
manusia. Hampir semua kebutuhan energi manusia diperoleh dari konversi sumber energi fosil
( minyak bumi dan batu bara), misalnya pembangkitan listrik dan alat transportasi yang
menggunakan energi fosil sebagai sumber energinya. Secara langsung atau tidak langsung hal ini
mengakibatkan dampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan makhluk hidup karena sisa
pembakaran energi fosil ini menghasilkan zat-zat pencemar yang berbahaya.
Minyak bumi adalah campuran kompleks dari banyak komponen. Komponen ini
termasuk hidrokarbon aromatik berantai lurus, bercabang, siklik, aromatik monosiklik, dan
aromatik polisiklik . Toksisitas minyak dapat dipahami dengan menggunakan potensi toksik atau
toksisitas masing-masing komponen minyak pada kelarutan komponen tersebut dalam air. Ada
banyak metode yang dapat digunakan untuk mengukur toksisitas minyak mentah dan produk
terkait minyak bumi lainnya. Studi tertentu yang menganalisis tingkat toksisitas dapat
menggunakan model lipid target atau analisis kolorimetri menggunakan pewarna berwarna untuk
menilai toksisitas dan biodegradabilitas.
(https://en.wikipedia.org/wiki/Environmental_impact_of_the_petroleum_industry).
Menurut Siska Erliana Br S. Meliala dalam
https://www.iatekunsri.com/artikel/keteknikkimiaan/469-dampak-negatif-dari-penggunaan-
minyak-bumi# bahwa hasil penelitian di Jakarta menunjukan bahwa kendaraan bermotor
memberikan kontribusi pencemaran CO sebesar 98,80%, NOx sebesar 73,40% dan HC sebesar
88,90% (Bapedal,1992).Secara umum, kegiatan eksploitasi dan pemakaian sumber energi dari
alam untuk memenuhi kebutuhan manusia akan selalu menimbulkan dampak negatif terhadap
lingkungan (misalnya udara dan iklim, air dan tanah). Berikut ini disajikan beberapa dampak
negatif penggunaan energi fosil terhadap manusia dan lingkungan:
1. Pemanasan Global
Penggunaan minyak bumi untuk bahan bakar kendaraan ataupun dalam perindustrian yang
mengeluarkan karbon dioksida dapat menyebabkan terjadinya pencemaran udara. Selain hal
tersebut, karbon dioksida yang dihasilkan juga dapat menyebabkan terjadinya pemanasan
global yang nantinya juga akan mempengaruhi iklim bumi global. Jika terjadi kenaikan suhu di
bumi menyebabkan bumi menjadi lebih hangat, nah ini berbahaya, karena bisa mempercepat
pencairan es es dikutub yang pada akhirnya akan mengakibatkan kenaikan permukaan air
laut secara global. Ini berbahaya sekali untuk Negara kepulauan karena kenaikan air laut bisa
menenggelamkan pulau pulau berakibat di tapal batas daerah,keanekaragaman hayati dan
sebaginya.
2. Pencemaran Air
Proses pembentukan minyak bumi sering terjadi di daerah sekitar pantai. Sedangkan
pendistribusiannya dilakukan dengan ditampung dengan kapal khusus untuk menampung
minyak bumi. Akan tetapi ada beberapa kejadian yang menyebabkan kapal yang menampung
minyak bumi tersebut mengalami kebocoran bahkan sampai terjadi ledakan yang tidak
terduga, hal ini tentunya akan menyebabkan minyak yang ditampung di kapal tersebut
menjadi tumpah ke laut dan akan mengganggu ekosistem air laut. Tumpahan minyak di laut
bisa menyebabkan keracunan pada ikan ikan, kerusakan terumbu karang malah bisa
membunuh biota laut, terselimutinya burung burung yang kelaut oleh minyak sehingga dia
tidak bisa terbang. Penduduk disekitar cemaran air tidak bisa memanfaatkan perairan
tercemar untuk kegiatan ekonomi seperti nelayan, mengganggu pemandangan, juga bau
minyak tumpah.
3. Pencemaran Udara
Kegiatan yang menggunakan mesin yang menggunakan bahan bakar fosil menghasilkan zat
buangan yang mencemari lingkungan. Banyak gas gas hasil pembakaran bahan bakar fosil
penyumbang pencemaran udara seperti CO2, CO, NOx, SO2.
Emisi CO2 adalah pemancaran atau pelepasan gas karbon dioksida (CO 2) ke udara. Emisi CO2
tersebut menyebabkan kadar gas rumah kaca di atmosfer meningkat, sehingga terjadi
peningkatan efek rumah kaca dan pemanasan global. CO 2 tersebut menyerap sinar matahari
(radiasi inframerah) yang dipantulkan oleh bumi sehingga suhu atmosfer menjadi naik. Hal
tersebut dapat mengakibatkan perubahan iklim dan kenaikan permukaan air laut.
Emisi NOx (Nitrogen oksida) adalah pelepasan gas NOx ke udara. Di udara, setengah dari
konsentrasi NOx berasal dari kegiatan manusia (misalnya pembakaran bahan bakar fosil
untuk pembangkit listrik dan transportasi), dan sisanya berasal dari proses alami (misalnya
kegiatan mikroorganisme yang mengurai zat organik). Di udara, sebagian NOx tersebut
berubah menjadi asam nitrat (HNO3) yang dapat menyebabkan terjadinya hujan asam.
Emisi SO2 (Sulfur dioksida) adalah pelepasan gas SO2 ke udara yang berasal dari pembakaran
bahan bakar fosil dan peleburan logam. Seperti kadar NOx di udara, setengah dari
konsentrasi SO2 juga berasal dari kegiatan manusia. Gas SO2 yang teremisi ke udara dapat
membentuk asam sulfat (H2SO4) yang menyebabkan terjadinya hujan asam.
Emisi gas NOx dan SO2 ke udara dapat bereaksi dengan uap air di awan dan membentuk
asam nitrat (HNO3) dan asam sulfat (H2SO4) yang merupakan asam kuat. Jika dari awan
tersebut turun hujan, air hujan tersebut bersifat asam (pH-nya lebih kecil dari 5,6 yang
merupakan pH “hujan normal”), yang dikenal sebagai “hujan asam”. Hujan asam
menyebabkan tanah dan perairan (danau dan sungai) menjadi asam. Untuk pertanian dan
hutan, dengan asamnya tanah akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman produksi. Untuk
perairan, hujan asam akan menyebabkan terganggunya makhluk hidup di dalamnya. Selain
itu hujan asam secara langsung menyebabkan rusaknya bangunan (karat, lapuk).
Smog merupakan pencemaran udara yang disebabkan oleh tingginya kadar gas NOx, SO2, O3
di udara yang dilepaskan, antara lain oleh kendaraan bermotor, dan kegiatan industri. Smog
dapat menimbulkan batuk-batuk dan tentunya dapat menghalangi jangkauan mata dalam
memandang.
Emisi CH4 (metana) adalah pelepasan gas CH4 ke udara yang berasal, antara lain, dari gas
bumi yang tidak dibakar, karena unsur utama dari gas bumi adalah gas metana. Metana
merupakan salah satu gas rumah kaca yang menyebabkan pemasanan global.
4. Mengganggu Kesehatan
Asap yang berasal dari kendaraan ataupun pabrik industri akan menyebabkan gangguan
kesehatan mengetahui asap tersebut mengandung zat-zat yang berbahaya. Selain bagian
tubuh dalam yang mengalami gangguan, bagian luar tubuh seperti kulit akan mengalami
iritasi apabila terlalu sering terkena dari asap tersebut.
5. Lahan Tanah Menipis
Batu bara yang diolah menjadi bahan bakar biasanya didapatkan dari tanah yang subur.
Sehingga hal ini menyebabkan tanah yang dipergunakan dalam bidang pertambangan
tersebut nantinya tidak akan bisa lagi dimanfaatkan dalam bidang pertanian ataupun
penanaman pohon-pohon dalam jangka waktu yang tertentu. Hal ini disebabkan karena
tanah yang dijadikan sebagai pertambangan tersebut sudah kehilangan kesuburannya dan
untuk menjadikan tanah tersebut menjadi subur lagi tentunya membutuhkan waktu yang
lama.
6. Mempengaruhi Iklim
Udara yang telah tercemar oleh gas-gas berbahaya nantinya akan mempengaruhi iklim dunia.
Dimana gas-gas tersebut nantinya akan terkumpul dalam lapisan atmosfer yang lama
kelamaan akan mengendap disana. Hal ini tentunya akan membuat lapisan ozon menjadi
tidak stabil dan terjadinya perubahan iklim seperti musim hujan yang sangat lama serta
musim panas yang sangat ekstream. Hingga saat ini panas bumi semakin meningkat karena
kejadian tersebut dan yang ditakutkan nantinya dimasa depan adalah ketika panas bumi
mencapai 50 derajat Celcius sehingga kekeringan banyak terjadi dimana-mana dan tentunya
hal ini akan menimbulkan banyak kematian karena dehidrasi.
7. Hujan Asam
Pada proses pembakaran minyak bumi tentunya akan melepaskan gas yang berupa CO2, NO2
dan SO2 (sulfur) yang dari ketiga gas tersebut nantinya akan menyebabkan terjadinya hujan
asam. Nitrogen oksida yang melepaskan gas nitrogen nantinya di udara akan menggumpal
kemudian menjadi asam nitrat yang menyebabkan terjadinya hujan asam. Sedangkan gas
sulfur oksida yang melepaskan sulfur ke udara bebas nantinya akan membentuk asam sulfat
yang juga dapat menyebabkan terjadinya hujan asam. Apabila nitrogen oksida dan sulfur
oksida bercampur dalam udara dan membentuk awan yang memiliki asam kuat maka
beberapa jam kedepan akan terjadi hujan asam. Hujan asam ini memiliki tingkat keasaman
yang tinggi sehingga dapat menyebabkan besi menjadi mudah berkarat, bangunan menjadi
cepat rusak dan apabila terkena kulit akan menimbulkan iritasi.
Dari uraian diatas dapat kita ketahui bahwa banyak dampak negatif dari
penggunaan minyak bumi. Terlebih lagi apabila dalam penggunaannya kita melakukan secara
berlebihan. Namun, tak bisa dipungkiri bahwa dalam kehidupan sehari hari kita tidak bisa terlepas
dari barang barang yang penggunaannya bergantung pada minyak bumi. Jadi , cara lain untuk
mengatasinya ialah dengan cara mencari alternatif lain pengganti minyak bumi.
Bahan bakar fosil lain sebagai sumber daya alam tidak dapat diperbaharui yang
dijadikan sebagai bahan untuk pemenuhan listrik negara baik untuk industri atapun konsumsi
rumah tangga yaitu batu bara. Batubara merupakan tambang fosil no 2 setelah minyak bumi.
Ketika cadangan minyak bumi menipis, batubaralah alternatifnya. Sumber daya batubara di
Indonesia diperkirakan sebesar 61,366 miliar ton dan tersebar di Sumatera, Kalimantan, dan
sisanya di Jawa, Sulawesi dan Irian Jaya.Terkhusus di Provinsi Sumatera Selatan, potensi batubara
diketahui memiliki kandungan sebesar 37,80% daru total sumber daya yang terkandung di
Indonesia, sekitar 23,198 miliar ton (Tim Kajian Batubara Nasional, 2006) dalam Ordas Dewanto,
Bagus Sapto Mulyanto, Deddi Adrian.
Dengan jumlah sumberdaya cukup signifikan didukung biaya eksplorasi dan eksploitasi
yang relatif murah, saat ini batubara adalah sumber energi yang paling siap untuk memenuhi
kebutuhan energi dalam negeri dibanding sumber enegi lainnya. Listrik yang dihasilkan dari PLTU
batubara misalnya, terbilang paling murah dibandingkan listrik yang dihasilkan oleh pembangkit
listrik tenaga minyak, gas bumi, maupun panas bumi (KESDM, 2018). Lebih dari 50% kebutuhan
listrik Indonesia saat ini, juga disediakan oleh pembangkit listrik tenaga batubara (KESDM, 2018).
Untuk mendapatkan batubara diperlukan eksplorasi yang dilakukan perusahaan
perusahaan baik dari Negara atau swasta. Kawasan eksplorasi batubara adalah hutan dan
pemukiman. Jadi ekplorasi tidak lepas dari pembabatan hutan, penggalian tanah yang
menimbulkan lubang besar dan juga pembakaran batubara mengakibatkan berbagai macam
polusi dan efek negatif lainnya.
Mongabay Indonesia berdasarkan laporan dari Lauri Myllyvirta, aktivis Greenpeace
International mengatakan, penggunaan batubara menyebabkan 60 ribu orang Indonesia
meninggal tiap tahun. “Ini karena polusi batubara menyebabkan kanker paru, stroke, penyakit
pernafasan dan persoalan lain terkait pencemaran udara,” katanya di Jakarta, Minggu ( 23/2/14).
Pembangunan puluhan pembangkit batubara dan pertambangannya mengakibatkan jutaan
rakyat Indonesia merasakan dampak buruk pencemaran udara beracun. “Polusi batubara sangat
berbahaya bagi manusia. Batubara mengeluarkan partikel PM 2,5 yang sangat mudah masuk ke
tubuh manusia melalui udara yang dihirup. Ini menyebabkan risiko kanker lebih tinggi,” ujar
Myllyvirta. Indonesia tidak mempunyai aturan khusus menangani pencemaran udara akibat
pertambangan. Begitupun standardisasi PM 2,5. Indonesia juga tidak pernah memantau bahaya
polusi PLTU. “Indonesia membangun banyak PLTU juga banyak eksplorasi tambang batubara.
Orang di dekat PLTU maupun lokasi tambang sangat dirugikan. Mereka akan menghirup udara
dari batubara itu.”
Sementara itu, Donna Lisenby, Koordinator Kampanye batubara Global Waterkeeper
Alliance, mengatakan, pencemaran tambang batubara terjadi mulai kegiatan penambangan,
pengangkutan hingga pembangunan PLTU. Menurut VOA Indonesia, pada proses pengangkutan
kapal kapal pengangkut membentuk garis bertitik-titik hitam sejauh mata memandang, yang
berlayar menuju pembangkit-pembangkit listrik di China dan India. Juga kapal kapal ini menuju
PLTU PLTU yang ada dipesisir pantai pulau jawa, bali. Malah juga kapal kapal ini melewati zona
zona dilindungi diperairan, sehingga merusak terumbu karang.
Mongabay Indonesia juga melaporkan pencemaran batubara berakibat langsung pada
pencemaran air. Limbah yang ditahan tidak dibuang ke udara, akan terbuang ke tanah atau air. Ini
mengakibatkan pencemaran di hulu dan hilir sungai. Pencemaran di tanah dan air akan berakibat
buruk bagi pertanian. Lahan gambut yang berfungsi sebagai penjernih air bisa rusak. Tak pelak,
ketahanan pangan bisa hancur. Bahkan, dari 26 persen bayi lahir di sekitar tambang batubara
berpotensi cacat. “Di Indonesia belum ada penelitian mengenai ini. Bentuk ikan dan katak di
sungai sudah tercemar limbah batubara juga mengalami perubahan.” Bekas pertambangan adalah
galian galian yang berukuran dalam, ketika musim hujan dating tambang berisi air yang ternyata
airnya juga tercemar batubara. Tambang yang dekat pemukiman menyebabkan air ini meresap
kesumur sumur sehingga sumur tercemar. Hasil galian ini juga menyebabkan longsor.
Dari sudut keanekaragamn hayati, menyebabkan ketidakseimbangan ekosistem. Banyak
satwa satwa, tumbuhan ataupun biota yang mengalami perubahan yang signifikan. Misalnya oran
utan, dengan kegiatan ekplorasi tentu ekosistem orang utan terganggu bisa disebabkan orang
utan di bunuh, kelaparan dan sebab lainnya.
Batubara konsumsi dalam negeri hanya berkisar 20-25 persen. Mayoritas, 70-77 persen
itu diekspor. “Jika pemerintah masih memaksakan memprioritaskan batubara sebagai ekspor,
dalam 10-20 tahun mendatang perekonomian Indonesia kolaps,” ucap Bagus. Hingga 2020,
pemerintah Indonesia menargetkan penggunaan batubara pembangkit listrik hingga 64%. Sedang
energi terbarukan sangat kecil. Gas 17 persen, gheotermal 12 persen, minyak satu persen dan
hydro enam persen.
Kalimantan merupakan pulau ke 3 terbesar di dunia dengan bentangan alam yang
tertutup hutan hijau, seperti busa, menyerap karbon yang diakibatkan perubahan iklim dari
atmosfer. JIka proses eksplorasi tidak berimbang dengan pengelolaan ekosistem yang benar,
maka cilaka yang akan tuai oleh kita.
Oleh karena itu dalam pengelolan lingkungan tidak lepas dari lingkungan berkelanjutan.
Menurut Rahayu Effendi, Hana Salsabila, Abdul Malik, 2018, Lingkungan berkelanjutan dapat
diartikan segala sesuatu yang berada di sekeliling makhluk hidup yang mempengaruhi
kehidupannya dengan kondisi yang terus terjaga kelestariannya secara alami maupun dengan
sentuhan tangan manusia tanpa batasan waktu. Lingkungan berkelanjutan juga dapat diartikan
sebagai bagaimana pemenuhan kebutuhan sumber daya yang ada untuk generasi masa kini
hingga masa depan tanpa mengorbankan kesehatan ekosistem yang menyediakannya.
Secara lebih spesifik, lingkungan berkelanjutan disimpulkan sebagai suatu kondisi
keseimbangan, ketahanan, dan keterkaitan yang memungkinkan manusia untuk memenuhi
kebutuhannya tanpa melebihi kapasitas ekosistem pendukungnya dan mampu beregenerasi
untuk terus mampu memenuhi kebutuhan hingga di masa depan. Lingkungan berkelanjutan
memiliki prinsip prinsip dalam menekankan kelestarian, diantaranya :
1. Melindungi sistem penunjang kehidupan
2. Melindungi dan meningkatkan keanekaragaman biotik
3. Memelihara atau meningkatkan integritas ekosistem, serta mengembangkan dan
menerapkan ukuranukuran rehabilitasi untuk ekosistem yang sangat rusak
4. Mengembangkan dan menerapkan strategi yang preventif dan adaptif untuk
menanggapi ancaman perubahan lingkungan global
Dalam lingkup ekologis, Herman Daly (1990) yang merupakan salah satu perintis awal
keberlanjutan ekologis mengusulkan agar :
1. Untuk sumber daya terbarukan, tingkat panen tidak boleh melebihi tingkat regenerasi
(hasil lestari)
2. Tingkat pembangkitan limbah dari proyek tidak boleh melebihi kapasitas asimilasi
lingkungan (pembuangan limbah berkelanjutan)
3. Untuk sumber daya tak terbarukan, penipisan sumber daya tak terbarukan harus
memerlukan pengembangan pengganti terbarukan yang sebanding untuk sumber
daya tersebut.
Dalam mewujudkan lingkungan berkelanjutan utamanya didasari oleh konsep ekologi.
Dimana setiap komponen ekologi mulai dari yang terkecil tak boleh luput diperhatikan.
Mewujudkan lingkungan berkelanjutan bertujuan untuk meningkatkan secara total kualitas hidup,
baik sekarang maupun untuk masa depan, dengan memperhatikan tidak hanya ekologis saja,
namun juga berbagai hal lain berupa sosial dan ekonomi. Ketiga hal ini, ekologis, sosial dan
ekonomi harus diintegrasikan dengan baik untuk mencapai lingkungan yang berkelanjutan.
Lingkup Lingkungan Berkelanjutan dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Lingkungan sosial dan ekonomi :
- Menghasilkan apa yang dibutuhkan untuk generasi masa depan untuk menjaga
keberlanjutan
- Merancang produk yang berperan dalam keberlanjutan ekonomi
b. Lingkungan hidup :
- Memelihara keanekaragaman hayati sumber daya alam
- Bertanggung jawab dalam penggunaan sumber daya berkelanjutan dengan penggunaan
energi yang efisien
- Menjaga tingkat panen dengan tidak melebihi tingkat regenerasi Mengembangkan
sumber daya tak terbarukan sebanding berkurangnya sumber daya tersebut
- Penerapan daur ulang atau penggunaan ulang material pertimbangan dampak terhadap
lingkungan
- Mengurangi emisi limbah sebagai pertimbangan dampak terhadap lingkungan
- Pemanfaatan semaksimal mungkin energi terbarukan
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Revolusi_Industri

https://www.iatekunsri.com/artikel/keteknikkimiaan/469-dampak-negatif-dari-penggunaan-
minyak-bumi#

https://www.mongabay.co.id/2014/02/24/batubara-rusak-lingkungan-sumber-beragam penyakit-
sampai-hancurkan-pangan-dan-budaya/

https://www.voaindonesia.com/a/eksploitasi-batu-bara-rusak-kalimantan/1803156.html

Ordas Dewanto, Bagus Sapto Mulyanto, Deddi Adrian. Identifikasi dan Estimasi Sumber Daya
Batubara Menggunakan Metode Poligon Berdasarkan Intepretasi Data Logging Pada Lapangan
”ADA”, Sumatera Selatan. Jurnal Geofisika Eksplorasi
http://repository.lppm.unila.ac.id/5368/1/ARTIKEL%20ORDAS%20DEWANTO%20%28DEDI
%29.pdf

Rahayu Effendi, Hana Salsabila, Abdul Malik.2018. PEMAHAMAN TENTANG LINGKUNGAN


BERKELANJUTAN.http://ejournal.undip.ac.id/index.php/modul. Departemen Arsitektur, Fakultas
Teknik, Universitas Diponegoro.

Thamrin anugrah2019
https://www.researchgate.net/publication/
333486520_Dampak_Perkebunan_Kelapa_Sawit_Terhadap

Anda mungkin juga menyukai