PERMEN ?
Oleh:
Ernawaty 2020.06.2.0007
Ida Irmawati 2020.06.2.0010
Sylvia Meylindawati 2020.06.2.0020
Dosen Pengampu :
DR. Mas Roro Lilik Ekowati, MS
Selain itu, permasalahan pemanasan global telah membuat konsumen dunia semakin
peduli terhadap lingkungan. Hal ini dikarenakan para konsumen tercsebut merasa bahwa
produk yang digunakan dihasilkan dari sebuah proses yang mungkin saja berkontribusi pada
kerusakan lingkungan. Munculnya gerakan green consumerism menjadi trend global karena
menginginkan kualitas lingkungan yang baik demi keberlangsungan kehidupan. Green
consumerism adalah suatu kondisi dimana konsumen menuntut semua produk dan jasa
melalui proses produksi yang eco-friendly, ataupun mengedepankan prinsip daru ulang demi
menjaga sumberdaya planet bumi. Dengan kata lain, gerakan green consumerism menuntut
proses produksi, promosi, dan penggunaan barang dan jasa berdasarkan manfaat pro-
lingkungannya (https://www.conserve-energy-future.com/).
Penelitian deskriptif
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut R.S Parker dalam Lilik, kebijakan publik adalah suatu tujuan tertentu
atau serangkaian prinsip atau tindakan yang dilakukan oleh suatu pemerintah pada
periode tertentu Ketika terjadi suatu subjek atau krisis. Menurut Thomas R. Dye,
kebijakan publik itu didefinisikan sebagai apapun yang dipilih oleh pemerintah untuk
dilakukan atau tidak dilakukan. Pendapat ini sejalan dengan pendapat George C.
Edward III dan Sharkansky bahwa kebijakan publik adalah apa yang dikatakan dan
dilakukan atau tidak dilakukan oleh pemerintah. Sedangkan menurut Anderson
kebijakan publik dikembangkan oleh Lembaga atau badan pemerintah.
Merangkum dari pendapat para ahli tersebut kebijakan publik merupakan produk
dari sebuah prinsip atau tindakan berupa keputusan mengadung implikasi berupa
penetapan tindakan-tindakan dari pemerintah yang dilaksanakan dalam bentuk nyata
untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang dilandasi untuk mencapai maksud
dan tujuan tertentu bagi kepentingan seluruh anggota masyarakat. Tujuan kebijakan
pemerintah adalah menetapkan prosedur untuk menjamin kepentingan umum dan
menghindari pertentangan yang destruktif.8
Pendapat pihak lain Amara Raksasataya dalam bahwa kebijakan itu adalah suatu
taktik atau strategi yang diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu, sehingga suatu
kebijakan itu memuat antara lain tujuan yang akan dicapai, taktik atau strategi brbagai
Langkah untuk mencapai tujuan yang diinginkan dan penyediaan berbagai input untuk
memungkinkan pelaksanaanya secara nyata dari taktik dan strategi yang ditetapkan.
Sebuah kebijakan tentu memiliki arah dan sasaran tertentu, oleh karena itu
menurut bentuknya kebijakan dapat dikategorikan menjadi beberapa kategori antara
lain sebagai contoh kebijakan Regulatory yaitu kebijakan-kebijakan tentang pengenaan
pembatasan atau larangan-larangan perbuatan atau Tindakan-tindakan prilaku bagi
seseorang atau sekelompok orang. Kebijakan prosedural adalah kebijakan-kebijakan
tentang siapa atau pihak mana saja yang terlibat dalam perumusan kebijakan, serta cara
bagaimana perumusan kebijakan dilaksanakan.
2.2.2 Konsep Tentang Implementasi Kebijakan Publik
Untuk dapat mengimplementasikan atau melaksanakan suatu kebijakan
diperlukan suatu pemahaman atau interpretasi terhadap program, pengorganisasian dan
aplikasi program dengan benar. Hal ini sesuai dengan pendapat C. Jones dalam Lilik
bahwa ada 3 aktivitas utama yang penting dalam implemnetasi kebijakan antara lain
Organisasi yaitu penetaan sumberdaya serta metode, Interpretasi yaitu penafsiran
dan pemahaman yang tepat, Penerapan yaitu kebutuhan yang disesuaikan dengan
tujuan atau perlegkapan program.9 h. 7
Menurut Thomas R. Dye ada 6 model dalam kategori implementasi sebagai proses
antara lain:
1. The Elit-Mass Model
Cirinya terdapat dua kelompok besar, kelompok yang memiliki kekuasaan
(powerful) dan kelompok yang tidak memiliki kekuasaan (powerless). Kebijakan
bersifat top down.
2. The Group Model
Terdapat dua kelompok yang masing-masing memiliki kekuatan dan kepentingan
saling menekan sehingga. Kekuatan masing-masing kelompok tidak sama,
sehingga kebijakan publik cenderung tidak netral lagi.
3. The System Model
Terdiri dari 3 kelompok (feedback, input, output) merupakan proses yang berjalan
secara siklik.
4. The Intitusionalist Model
Menjelaskan secara detail struktur, organisasi, tugas dan fungsi.
5. The Non Institusionalist Model
Melihat keseluruhan proses sebagai unit of analysis. Fokus pada mekanisme kerja
sub-system yang ada.
6. The Streams And Windows Model
Terdapat 3 arus dan gambaran bekerjanya ke tiga arus yaitu problem atau nilai apa
yang hendak dicapai, political yaitu interaksi antar actor utama yang terkait, serta
policy orang penentu dibalik layar (tidak terlihat tetapi justru sangat menetukan).9 h
15-20
b. Jenis Sertifikasi:
Berdasarkan objek sertifikasi, secara umum sertifikasi dan/atau pelabelan terdiri atas tiga
macam, yaitu: Sertifikasi Pengelolaan Hutan Produksi Lestari/PHPL (Forest Resource
Certification ) : memberikan informasi bahwa dalam pengelolaan hutan produksi telah
dilakukan upaya-upaya yang menjamin kelestarian produksi/ekonomi, kelestarian fungsi
ekologi/ lingkung-an dan kelestarian fungsi sosial hutan. Lacak Balak (Timber Tracking ) :
memberikan informasi bahwa balak yang digunakan sebagai bahan baku industri tertentu
berasal dari hutan yang telah memenuhi syarat sertifikasi PHPL. Ekolabel hasil hutan (Forest
Product Labeling ) : memberikan informasi bahwa selain telah memenuhi syarat sertifikasi
PHPL dan Lacak Balak, proses pengolahan produk tersebut tidak menimbulkan dampak
penting negatif terhadap lingkungan.
c. Tujuan Ekolabel:
Tujuan Ekolabel bagi konsumen adalah selain memberikan informasi kepada konsumen agar
konsumen dapat membuat pilihan berdasarkan informasi tersebut, juga agar konsumen dapat
membedakan antara produk ramah lingkungan dengan yang tidak. 2. Bagi produsen adalah
untuk memberi kesempatan kepada produsen mendapat penghargaan atas usahanya
memelihara lingkungan hidup dan menciptakan insentif pasar bagi produsen untuk menekan
pengeluaran biaya
Tujuan Sertifikasi Hutan Untuk menyediakan insentif baik insentif pasar atau non pasar untuk
mendorong peningkatan kualitas pengelolaan hutan menuju pengelolaan hutan secara lestari
atau berkelanjutan. Tujuan ini disebut sebagai tujuan Pengelolaan Hutan Lestari (PHL) atau
sering disebut sebagai Sustainable Forest Management (SFM) objective . Untuk meningkatan
akses pasar dan share for products dari sistem pengelolaan yang lestari. Tujuan ini disebut
sebagai tujuan perdagangan atau Trade Objective
2.3 Implementasi atau evaluasi focus evaluasi pilih salah satu evaluasi ganti bagan dll
Implementasi adalah melaksanakan sebuah keputusan kebijakan, biasanya
dikaitkan dengan sebuah perundang-undangan, disusun oleh pemerintah baik eksekutif
maupun keputusan peradilan
Studi implementasi menambah dimensi baru yaitu analisis kebijakan. Studi ini
mempelajari tentang bagaiamana keberhasilan atau kegagalan suatu sistem dalam
menerjemahkan tujuan umum kebijakan dalam bentuk lebih konkrit dan memahami
sepenuhnya pelayanan publik. Dalam kata lain studi ini lebih mendorong dan
menekankan pada pentingnya mengetahui tentang masalah masalah implementasi
kebijakan serta proses implementasi kebijakan secara detail.
Terdapat 6 variabel yang membentuk kaitan antar kebijakan dan penampilan atau
performan kinerja yaitu: .
Kesulitan teknikal
Keberagaman perilaku kelompok sasaran
Kelompok sasaran merupakan prosentase dari populasi
Diisyaratkan meluasnya perubahan perilaku
Dari kedua teori implementasi diatas kebijakan ekolabel terhadap produk hutan
berupa kayu, lebih tepat di analisis menggunakan teori Mazmanian. Teori Mazmanian
mengidentifikasi 3 variabel yang mempengaruhi pencapaian tujuan formal pada
keseluruhan proses implementasi. Ketiga variabel ini merupakan variabel bebas yang
dibedakan dengan variabel terikat yakni implementasi yang harus dilalui sesuai tahapan.
Teori Mazmanian lebih rinci dalam memberikan panduan kegiatan menganalisis
kebijakan publik antara lain:
1. Menguraikan kategori faktor mudah atau sulitnya suatu masalah dikendalikan
yaitu pada kelompok masalah yang mungkin muncul.
2. Menguraikan faktor kemampuan kebijakan untuk mensistematisasi proses
implementasi
3. Menguraikan kategori Kemampuan Implementasi Struktur Perundang-
Undangan.
4. Menguraikan Kategori faktor di luar kebijakan yang mempengaruhi proses
implementasi antara lain ditunjukkan melalui: Variabel Bukan Perundang-
Undangan Mempengaruhi Implementasi.
Selain alasan diatas teori Masmanian juga memberikan pandangan yang lebih
komprehensif dalam menganalisis kebijakan publik sebab didalam variabel tergantungnya
memeberikan gambaran tahapan proses yang bukan saja menganalisis proses implementasi,
tetapi lebih jauh yaitu dampak dari kebijakan, penerimaan dampak dan revisi utama
perundang-undangan.
.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian deskriptif
Kualitatif uraikan
Beri rujukan
3.2. Fokus penelitian ke teori yang dituju
Uraikan variabel yang saudara tuangkan dalam kerangka konseptual berikut indikatornya
(cek indikator dari uraian teori di 2.3 masing2 variabel dr buku saya
3.3 Informan :
1. Sebutkan
BAB IV
HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN
4.1 Kebijakan ..
( Judul penelitian)
Uraikan : interpretasi
Organisasi
Mekanisme
Uraian beserta dukungan data yg dibutuhkan sesuaikan teori yg digunakan sbgmana tertuang
dlm fokus penelitian, misal SDM : jumlah, kualitas pendidikan kompetensi.
Hambatan:
1. RESPONSIVENESS Daya dukung Lembaga public harus responsive terhadap
implementasi untuk pencapaian program guna mencapai keberhasilan.
2. Kontrol birokrasi dan politik dari pemerintah
4.3 Pembahasan
(analisis kritis mhsw dengan menggunakan data kualitatif ( hal Wawancara) dan dukungan
data sekunder
Uraikan ttg 5 variabel
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Uraikan jawaban rumusan masalah
1. Implementasi kebijakan ... (Berhasil, cukup atau kurang berhasil )
2. Faktor yg menyebabkan kurang berhasil (penghambat)
Uraikan yg paling menonjol
5.2 Rekomendasi
Uraikan rekomendasi yg bersifat praktis agar segera problem solving berdasar simpulan
penghambat.
DAFTAR BACAAN
1. Poppy Ismalina, “Dampak Liberalisasi Perdagangan pada Hubungan Bilateral
Indonesia dan Tiga Negara (China, India, dan Australia) terhadap Kinerja Ekspor-
Impor, Output Nasional dan Impor, Output Nasional dan Kesempatan Kerja di
Indonesia: Analisis Simulasi Social Accounting Matrix (SAM) dan The Smart Model”,
(online), (http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/---ilo-
jakarta/documents/presentation/wcms_217746.pdf, diakses 3 Agustus 2016).
2.Sjamsul Arifin, Dian Ediana RAE, & Charles P.R. Joseph, Kerja Sama Perdagangan
Internasional: Peluang dan Tantangan Bagi Indonesia, Jakarta: Elex Media Komputindo,
2007, hal. 13
3. Sjamsul Arifin, Dian Ediana RAE, & Charles P.R. Joseph, Op. Cit., hal. 14.
4. Tubagus Feridhanusetyawan & Mari Pangestu, “Indonesian Trade Liberalization
Estimating The Gains”, BIES, 39(1), 2003, hal. 29.
5. Tri Purwanto, “Dampak Keterbukaan Perdagangan terhadap Pertumbuhan Ekonomi di
Negara-Negara ASEAN+3”, Tesis, Bogor: Program Studi Ilmu Ekonomi Pascasarjana
IPB, 2011, hal. 81
6. Ida Bagus Wyasa Putra, Hukum Lingkungan Internasioanal Perspektif Hukum
Internasioanal, Refika Aditama, Bandung, 2002, h 96.
7. Abdul Khakim, Pengantar Hukum Kehutanan Indonesia dalam era Otonomi daerah, Citra
Aditya Bhakti, Bandung, 2005, h.188.
8. Analisis Kebijakan Publik: Konsep dan Aplikasi Analisis Proses Kebijakan Publik
Oleh Dr. Joko Widodo, M.S.
9. Mas Roro Lilik Ekowati, Perencanaan, Implementasi & Evaluasi Kebijakan atau Program,
Cakra Surakarta, 2004, h 2-5.