Anda di halaman 1dari 11

TANTANGAN PADA

REKAYASA GENETIKA
Sylvia Meylindawati 20200620020
LATAR BELAKANG
• Rekayasa genetika adalah transplantasi satu gen ke gen lainnya baik antara gen
dan lintas gen untuk menghasilkan produk yang berguna bagi mahluk hidup.
• Adanya pro dan kontra pada rekayasa genetika ada yang sebagian orang
menganggapnya boleh dan ada juga yang tidak diperbolehkan.
• Pertentangan dan kontroversi di kalangan masyarakat, khususnya dalam
masalah penggunaan organisme transgenik/Genetically Modified Organism
(GMO).
• Hadirnya Pemerintah dan dunia internasional menangani dengan
menggunakan pendekatan kehati-hatian (precautionary approach) dan
menyiapkan perangkat hukum untuk melindungi masyarakat dari akibat
negatif produk-produk hasil rekayasa genetika.
RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana perlindungan hukum bagi masyarakat terhadap rekayasa


genetika menurut hukum nasional ?

2. Bagaiman tinjauan etika dan agama dalam rekayasa genetika?


PEMBAHASAN
• Indonesia telah mengesahkan Konvensi Keanekaragaman Hayati (KKH) dengan Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1994. KKH mengatur ketentuan mengenai keamanan penerapan bioteknologi
modern di dalam klausul Pasal 8 huruf (g), Pasal 17, dan Pasal 19 ayat (3) dan ayat (4) yang
mengamanatkan diterapkannya suatu Protokol di dalam KKH untuk mengatur pergerakan lintas
batas, penanganan, dan pemanfaatan Produk Rekayasa Genetik (PRG) sebagai produk dari
bioteknologi modern.
• Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan. Pada Pasal 13
Undang-Undang Pangan.
• Peraturan tersebut kemudian direvisi menjadi Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18
Tahun 2012. Dalam Undang-Undang Pangan Nomor 18 Tahun 2012,Pemerintah menegaskan
bahwa bagi setiaporang yang akan memproduksi pangan ataumelakukan kegiatan atau proses
produksipangan menggunakan bahan baku, bahantambahan pangan, dan/atau bahan lain
yangdihasilkan dari rekayasa genetik pangan, harussudah mendapat persetujuan keamanan
panganproduk rekayasa genetik yang diberikan oleh pemerintah.
Peraturan produk-produk pangan yang menggunakan
teknologi rekayasa genetik
• Pasal 77 ayat (1) Undang-Undang RI Nomor 18 Tahun 2012
tentang Pangan yang berbunyi :
“Setiap Orang dilarang memproduksi Pangan yang dihasilkan
dari Rekayasa Genetik Pangan yang belum mendapatkan
persetujuan Keamanan Pangan sebelum diedarkan.”

• Peraturan Pemerintah No.28 Tahun 2004 tentang Keamanan


Mutu dan Gizi Pangan, Pasal 14 ayat (1) dan (2) yang
berbunyi:
• 1. Setiap orang yang memproduksi pangan atau menggunakan
bahan baku, bahan tambahan pangan, dan/atau bahan bantu
lain dalam kegiatan atau proses produksi pangan yang
dihasilkan dari proses rekayasa genetika wajib terlebih dahulu
memeriksakan keamanan pangan tersebut sebelum diedarkan
Peraturan produk-produk pangan yang menggunakan
teknologi rekayasa genetik
• 2. Pemeriksaan keamanan pangan produk rekayasa genetika sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi :
a. informasi genetika, antara lain deskripsi umum pangan produk rekayasa genetika dan
deskripsi inang serta penggunaanya sebagai pangan;
b. deskripsi organisme donor;
c. deskripsi modifikasi genetika;
d. karakterisasi modifikasi genetika; dan
e. Informasi keamanan pangan, antara lain kesepadanan substansial, perubahan nilai
gizi, alergenitas dan toksisitas.

Pemerintah membuat komisi untuk melaksanakan pemeriksaan keamanan pangan


produk rekayasa genetika sebagaimana tertuang dalam Pasal 14 ayat (3), (4), dan (5)
yang berbunyi :
• 3. Pemeriksaan keamanan pangan produk rekayasa genetika sebagaimanadimaksud
pada ayat (1) dilaksanakan oleh komisi yang menangani keamanan pangan produk
rekayasa genetika.
• 4. Persyaratan dan tata cara pemeriksaan keamanan pangan produk rekayasa genetika
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan oleh komisi yang menangani
keamanan pangan produk rekayasa genetika.
• 5. Kepala Badan menetapkan bahan baku, bahan tambahanpangan, dan/atau bahan
bantu lain hasil proses rekayasa genetika yang dinyatakan aman sebagai pangan
dengan memperhatikan rekomendasidari komisi yang menangani keamanan pangan
produk rekayasa genetika.
Peraturan produk-produk pangan yang menggunakan
teknologi rekayasa genetik
• Peraturan Presiden Nomor 39 Tahun 2010 tentang Komisi
Keamanan Hayati Produk Rekayasa Genetik. Tugas dan
fungsi dari komisi ini sebagaimana tertuang dalam Pasal 6
dan 7 diantaranya ialah untuk memberikan sertifikat uji
keamanan pangan kepada Menteri Lingkungan Hidup, dan
berfungsi melaksanakan evaluasi keamanan pangan untuk
peredaran produk rekayasa genetik. .

Pengesahan Cartagena Protocol on Biosafety to the


Convention on Biological Diversity (Protokol
Cartagena tentang Keamanan Hayati atas Konvensi
tentang Keanekaragaman Hayati)

• Pada tahun 2005 pemerintah mengeluarkan Peraturan


Pemerintah Nomor 21 Tahun 2005 tentang Keamanan
Hayati Produk Rekayasa Genetik. Peraturan ini merupakan
pengangkatan Keputusan Bersama Empat Menteri
• Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup termasuk
keamanan hayati produk rekayasa genetik tertuang dalam Pasal 63 ayat (1) huruf i Undang-Undang Nomor
32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

• Undang-undang ini juga mengatur tentang larangan pelepasan segala bentuk hasil rekayasa genetika ke
dalam lingkungan hidup seperti yang tertuang dalam Pasal 69 ayat (1) huruf g yang berbunyi :
“Setiap orang dilarang melepaskan produk rekayasa genetik ke media lingkungan hidup yang bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan atau izin lingkungan”

• Perlindungan terhadap masyarakat melalui kemananan peredaran produk pangan, keamanan masyarakat
sebagai konsumen, dan keamanan lingkungan hidup masyarakat, pemerintah juga kembali menjamin dan
menegaskan bahwa produk rekayasa genetik yang beredar di masyarakat aman

• Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 pasal 109 tentang Kesehatan yang berbunyi :
“Setiap orang dan/atau badan hukum yang memproduksi, mengolah, serta mendistribusikan makanan
dan minuman yang diperlakukan sebagai makanan dan minuman hasil teknologi rekayasa genetik yang
diedarkan harus menjamin agar aman bagi manusia, hewan yang dimakan manusia, dan lingkungan.”

Untuk melindungi rakyat selaku konsumen dari produk-produk rekayasa genetik dalam bentuk apapun, dengan
menerapkan prinsip kehati-hatian (Prudential Principle) adalah bentuk cermin kepedulian pemerintah secara
formal untuk melindungi masyarakat dari kemungkinan pengaruh negatif produk rekayasa genetik
Kontroversi Rekayasa Genetika dalam Perspektif
Agama Islam

• Pandangan islam tentang rekayasa genetika adalah salah satu prinsip Fiqh dalam melihat dan
Pasal 63 ayat (1) huruf
memutuskan suatuikejadian
Undang-Undang Nomor 32
adalah dengan Tahun 2009 tentangmanfaat
mempertimbangkan Perlindungan dan Pengelolaan
vs mudharatnya.
Lingkungan Hidup
Services manusia menjadi konsideran utama dalam
• Perlindungan terhadap keselamatan jiwa dan Kesehatan
menentukan apakah suatu zat atau kegiatan diperbolehkan atau tidak. Dan pertanyaannya apakah
rekayasa genetika diperbolehkan atau tidak. Bukankah segala sesuatu yang membahayakan manusia,
dalam pandangan ahli Fiqh adalah haram.

• Pertanyaan etis yang kerap menjadi bahan perdebatan seperti :


• 1. bukankah dengan rekayasa genetic tersebut berarti bahwa manusia telah memasuki wilayah
kewenangan Sang Pencipta, dan apabila demikian bukankah berarti manusia telah mempermainkan
Tuhan ?
• 2. untuk menjawab pertanyaan tersebut kita harus mengidentifikasi apakah produk rekayasa genetika
tersebut merupakan “ciptaan” manusia? Bukankah manusia tidak dapat “menciptakan”, dalam
pengertian menghasilkan sesuatu dari tidak ada menjadi ada. Yang dilakukan manusia dalam rekayasa
genetika adalah melakukan “modifikasi” atas makhluk hidup.
KESIMPULAN
• Perlindungan hukum bagi masyarakat terhadap rekayasa genetika menurut hukum nasional adalah pemerintah telah mengeluarkan
beberapa peraturan, yaitu :
1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1994 tentang Pengesahan Konvensi PBB Mengenai Keanekaragaman Hayati;
Pasal 63 ayat (1) huruf i Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen; Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2004 tentang
Lingkungan Hidup
Pengesahan Protokol Cartagena; Services
3) Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2005 tentang Keamanan Hayati Produk Rekayasa Genetika;
4) Peraturan Presiden Nomor 39 Tahun 2010 tentang Komisi Keamanan Hayati Produk Rekayasa Genetik, dan lain-lain.
• Sejatinya perlindungan hukum terhadap bagi masyarakat terhadap rekayasa genetika di Indonesia saat ini belum cukup baik.
Meskipun peraturannya telah dibuat, tetapi dibutuhkan pengawasan yang lebih ketat lagi dari pemerintah dan membuat badan
khusus terkait rekayasa genetika di Indonesia.

• Untuk diingat bahwa dalam kasus tertentu dapat diterapkan azas Dharuriyah yang memberikan kelonggaran untuk
melakukan hal yang dalam kondisi normal dilarang karena kondisi darurat. Karena itu segala bentuk rekayasa yang
merupakan intervensi terhadap ciptaannya harus memperhatikan apakah intervensi manusia itu tidak mengganggu
bentuk dan ukuran yang proporsional dan fungsinya di alam
tantangan
• Diperlukan rambu-rambu berperilaku (etika) bagi para
pengelola ilmu pengetahuan, ilmuwan dan ahli tekonologi
yang bergerak di bidang biologi molekuler dan teknologi
rekayasa genetika .

Anda mungkin juga menyukai