Anda di halaman 1dari 11

ETIKA DAN REGULASI PRODUK BOTEKNOLOGI

TANAMAN

Kelompok 7
1. Indah sari (1625010056)
2. Nur maulidini (1625010063)
3. Rudini berbudi (1625010100)
4. Yusita ( )
Latar Belakang
Terdapat kekhawatiran bahwa PRG di samping memberikan manfaat juga
memiliki risiko yang dapat menimbulkan kerugian bagi lingkungan
keanekaragaman hayati, pertanian berkelanjutan, maupun kesehatan
manusia dan hewan
Rumusan Masalah

• Apa yang dimaksud dengan bioetika?


• Bagaimana pelaksanaan bioetika yang ada di Indonesia?
• Bagaimana masalah yang timbul tanpa adanya bioetika?
• Seperti apa regulasi pemanfaatan PRG?
Pembahasan
Bioetika ialah semacam ilmu pengetahuan yang menawarkan
pemecahan masalah bagi konflik moral yang timbul dalam
tindakan, praktek kedokteran dan ilmu hayati (Sahin Aksoy,
2002 dalam Muchtadi, 2007). Bioetika akan berfungsi sebagai :
pemanduan, pengawalan, dan pemantauan dan pengawasan

Menurut Fransese Abel bioetika adalah studi Interdisipliner


tentang problem-problem yang ditimbulkan oleh
perkembangan di bidang biologi dan ilmu kedokteran baik pada
skala mikro maupun makro lagi pula tentang dampaknya atas
masyarakat luas serta sistem nilainya kini dan masa datang.
Pelaksanaan Bioetika di Indonesia

Berdasarkan Pasal 19 KepMenristek No.112 Tahun 2009,


harus dibentuk suatu Komite Etik Penelitian, Pengembangan dan
Pemanfaatan Sumber daya Hayati yang bersifat independen,
multidisiplin dan berpandangan plural.
Tindak lanjut dan implementasi prinsip-prinsip bioetika
penelitian, pengembangan, dan pemanfaatan sumber daya
hayati dilakukan oleh Komite Bioetika Nasional yang dibentuk
oleh pemerintah atau Balai kliring Keamanan Hayati Produk
Rekayasa Genetik (BKKH
Contoh Masalah Etik yang Ada dalam Pengembangan
Produk Bioteknologi

persaingan internasional dalam


perdagangan dan pemasaran produk
bioteknologi.

Senjata biologis

Tanaman transgenik
Sikap masyarakat awam dalam menyikapi perkembangan produk
bioteknologi

Pentingnya pengetahuan tentang ilmu rekayasa genetika

Preferensi pribadi

Bukti ilmiah diperlukan untuk menghilangkan keraguan


Peraturan dan Regulasi Pemanfaatan PRG

1. Ketentuan Keamanan Hayati Produk Bioteknologi Pertanian Hasil Rekayasa


Genetik (PBPHRG) No. 856/Kpts/HK.330/9/1997 dari Departemen
Pertanian.
2. Protokol Cartagena yaitu pendekatan kehatihatian (precautionary
approach) dan berdasarkan kasus per kasus (case by case).
3. Keputusan Bersama Menteri Pertanian, Menteri Kehutanan dan
Perkebunan, Menteri Kesehatan dan Menteri Negara Pangan dan
Hortikultura No. 998.1/Kpts/OT.210/9/99;
790.a/KptsIX/1999;1145A/MENKES/SKB/IX/199;015A/NmenegPHOR/09/19
99 tentang Keamanan Hayati dan Keamanan Pangan Produk Pertanian Hasil
Rekayasa Genetik (PPHRG) (Pedoman Pengkajian Keamanan Hayati Produk
Rekayasa Genetik 2005).
4. Peraturan Pemerintah (PP) No 21 Tahun 2005 tentang Keamanan Hayati
Produk Rekayasa Genetik
5. Pedoman Pengkajian Keamanan Hayati PRG Seri Tanaman yang merupakan
hasil kerja sama Kementerian Lingkungan Hidup dengan Balai Besar Penelitian
dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian melalui
Proyek Pengembangan Kerangka Kerja Keamanan Hayati Indonesia pada
Tahun 2005
Mekanisme pengajuan untuk memperoleh izin komersialisasi
tanaman PRG

dicantumkan dalam Peraturan Pemerintah (PP) No 21 Tahun 2005 tentang Keamanan Hayati PRG,
di dalam Pasal 14
kesimpulan
1. Bioetika ialah semacam ilmu pengetahuan yang menawarkan pemecahan masalah
bagi konflik moral yang timbul dalam tindakan, praktek kedokteran dan ilmu hayati
(Sahin Aksoy, 2002 dalam Muchtadi, 2007). Bioetika akan berfungsi sebagai :
pemanduan, pengawalan, dan pemantauan dan pengawasan
2. Pengaturan pelepasan dan pemanfaatan PRG di setiap negara memiliki prosedur dan
tata cara yang berbeda-beda, akan tetapi sebagai salah satu negara yang ikut
meratifikasi Protokol Cartagena
3. Disamping manfaat dan keunggulan PRG, masih dikhawatirkan adanya pengaruh atau
efek samping yang tidak diinginkan terhadap keanekaragaman hayati.
4. Pelanggaran terhadap penggunaan dan pemanfaatan PRG yang tidak sesuai dengan
prosedur, akan dikenakan tindakan dan sanksi yang tercantum dalam Undang-undang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup No 32 Tahun 2009, pada Pasal 101.
5. Pemerintah telah menyediakan peraturan dan regulasi terkait dengan keamanan
hayati serta kelembagaan PRG, yang dituangkan dalam PP No 21 Tahun 2005 dan
Perpres No 39 Tahun 2010.

Anda mungkin juga menyukai