TUGAS
MATA KULIAH FILSAFAT DAN BIOETIKA
Oleh :
Kelompok 5
Brigita Klara Krisdina Mamuaya 081914153011
Nabilatun Nisa’ 081914153012
Devinta Wahyu Anggraini 081914153016
1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Dapat mengetahui pengertian dari terapi gen.
2. Dapat mengetahui mekanisme dan metode terapi gen.
3. Dapat mengetahui bagaimana tipe terapi gen.
4. Dapat mengetahui bioetika terhadap manipulasi genetik pada kasus terapi
gen manusia.
1.4 Manfaat
Memberikan informasi kepada masyarakat dan peneliti tentang bioetika
terhadap manipulasi genetik pada kasus terapi gen manusia.
BAB II
ISI
2.1 Bioetika
2.1.1 Definisi dan Sejarah Bioetika
Perkembangan yang begitu pesat di bidang biologi dan ilmu kedokteran
membuat etika kedokteran tidak mampu lagi menampung keseluruhan
permasalahan yang berkitan dengan kehidupan. Etika kedokteran berbicara
tentang bidang medis dan kedokteran saja, terutama hubungan dokter dengan
pasien, keluarga, masyarakat dan teman sejawat. Oleh karena itu, sejak tiga
dekade terakhir ini telah dikembangkan bioetika atau disebut juga etika biomedis.
Bioetika berasal dari kata bios yang berarti kehidupan dan ethos yang berarti
norma-norma atau nilai-nilai moral. Bioetika atau bioetika medis merupakan studi
interdisipliner tentang masalah yang ditimbulkan oleh perkembangan di bidang
biologi dan ilmu kedokteran baik secara mikromaupun makro, masa kini dan masa
mendatang ( Bartens, 2001).
Bioetika mencakup isu-isu sosial,agama, ekonomi dan hukum bahkan
politik. Bioetik selain membicarakan bidang medis, seperti abortus, eutanasia,
transplantasi organ, teknologi reproduksi buatan dan rekayasa genetik, membahas
pula masalah kesahatan, faktor budaya yang berperan dalam lingkup kesehatan
masyarakat, hak pasien, moralitas, penyembuhan tradisional, lingkungan kerja,
demografi dan sebagainya. Bioetika memberi perhatian yang besar pula terhadap
penelitian kesehatan pada manusia dan hewan percobaan.
Masalah bioetika mulai diteliti pertama kali oleh institute for the study of
society, ethics and the life sciences, New York ( Amerika Serikat ) pada tahun
1969. Kini terdapat banyak lembaga di dunia yang menekuni penelitian dan
diskusi mengenai berbagai isu etika biomedik.
Di indonesia bioetika baru berkembang sekitar satu dekade terakir yang
dipelopori oleh pusat pengembangan etika universitas atma jaya jakarta.
Perkembangan ini sangat menonjol setelah Universitas Gajah Mada Yogyakarta
yang melaksanakan pertemuan bioethics 2000., An International Exchange dan
pertemuan nasional 1 bioetika dan humaniora pada bulan agustus 2000. Pada
waktu itu universitas Gajahmada juga mendirikan Center for Bioethics and
Medical Humanities. Dengan terselengaranya pertemuan nasional 2 bioetika dan
humaniora pada tahun 2002 di bandung, pertemuan 3 pada tahun 2004 di Jakarta
dan pertemuan 4 pada tahun 2006 di Surabaya serta telah terbentuknya Jaringan
Bioetika dan Humaniora Kesehatan Indonesia ( JBHKI ) pada tahun 2002,
diharapkan studi bioetika akan lebih berkembang dan tersebar luas di seluruh
indonesia pada masa datang.
Sebagaimana yang telah dijelaskan bioetika merupakan cabang ilmu biologi
dan ilmu kedokteran yang menyangkut masalah di bidang kehidupan, tidak hanya
memperhatikan masalah-masalah yang terjadi pada masa sekarang, tetapi juga
memperhitungkan kemungkinan timbulnya pada masa yang akan datang.
Tiga etika dalam bioetika:
1. Etika sebagai nilai-nilai dan asas-asas moral yang dipakai seseorang atau
suatu kelompok sebagai pegangan bagi tingkah lakunya.
2. Etika sebagai kumpulan asas dan nilai yang berkenaan dengan molaritas (apa
yang di anggap baik atau buruk) misalnya kode etik kedokteran , kode etik
rumah sakit.
3. Etika sebagai ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dari sudut norma
dan nilai-nilai norma.
Menurut Fransese Abel bioetika adalah studi Interdisipliner tentang
problem-problem yang ditimbulkan oleh perkembangan di bidang biologi dan
ilmu kedokteran baik pada skala mikro maupun makro lagi pula tentang
dampaknya atas masyarakat luas serta sistem nilainya kini dan masa datang.
Bioetika di Indonesia bertujuan untuk memberikan pedoman umum etika
bagi pengelola dan pengguna sumber daya hayati dalam rangka menjaga
keanekaragaman dan pemanfaatannya secara berkelanjutan. Pengambilan
keputusan dalam meneliti, mengembangkan, dan memanfaatkan sumber daya
hayati harus/wajib menghindari konflik moral dan seluas-luasnya digunakan
untuk kepentingan manusia, komunitas tertentu, dan masyarakat luas, serta
lingkungan hidupnya, dilakukan oleh individu, kelompok profesi, dan institusi
publik atau swasta. Pemanfaatan sumber daya hayati tidak boleh menimbulkan
dampak negatif terhadap harkat manusia, perlindungan, dan penghargaan hak-hak
asasi manusia, serta lingkungan hidup. Penelitian, pengembangan, dan
pemanfaatan sumber daya hayati harus memberikan keuntungan maksimal bagi
kepentingan manusia dan makhluk hidup lainnya, serta meminimalkan kerugian
yang mungkin terjadi (Muchtadi, 2007).
Berdasarkan Pasal 19 Kep. Menristek No.112 Tahun 2009, harus dibentuk
suatu Komite Etik Penelitian, Pengembangan dan Pemanfaatan Sumber daya
Hayati yang bersifat independen, multidisiplin dan berpandangan plural.
Keanggotaan Komite Etik Penelitian, Pengembangan dan Pemanfaatan Sumber
daya Hayati harus terdiri dari para ahli dari berbagai departemen dan institusi
yang relevan. Tindak lanjut dan implementasi prinsip-prinsip bioetika penelitian,
pengembangan, dan pemanfaatan sumber daya hayati dilakukan oleh Komite
Bioetika Nasional yang dibentuk oleh pemerintah.
Perkembangan bioetika di Indonesia ditunjukkan dengan peraturan
perundang-undangan yang mengatur tentang penelitian. Perundang-undangan
tersebut antara lain:
1. Perubahan Keempat UUD 45 Pasal 31 ayat (5) yang menyatakan bahwa
“Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan
menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk memajukan
peradaban serta kesejahteraan umat manusia”
2. Undang-undang No. 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian,
Pengembangan dan Penerapan IPTEK pada pasal 22 yang mengamanatkan
bahwa Pemerintah menjamin kepentingan masyarakat, bangsa, dan negara
serta keseimbangan tata kehidupan manusia dengan kelestarian fungsi
lingkungan hidup.
3. Undang-undang No. 7 tahun 1996 tentang Pangan, Pasal 13 yang
mengantisipasi produk pangan yang dihasilkan melalui rekayasa genetika
4. Peraturan Pemerintah No. 29 tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas
Tanaman yang memberikan batasan-batasan perlindungan.
5. Keputusan Bersama Menristek, MenKes dan Mentan Tahun 2004 tentang
Pembentukan Komisi Bioetika Nasional.
6. UU No. 18/2002 Tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan
Penerapan Iptek (RPP Penelitian Beresiko Tinggi)
2.2 Definisi Terapi Gen
Teknologi terapi gen tidak terlepas dari prinsip rekayasa genetika untuk
menghasilkan GMO (Genetically Modified Organism) atau yang biasa dikenal
sebagai organisme transgenik. Ide untuk terapi gen yaitu dengan menambahkan
gen yang normal ke bagian genom yang mengalami mutasi ataupun kerusakan
sehingga fungsi gen tersebut dapat diperbaiki.
Terapi gen adalah teknik untuk mengoreksi gen-gen yang cacat yang
bertanggung jawab terhadap suatu penyakit. Pengobatan atau pencegahan
penyakit melalui terapi gen dilakukan dengan transfer bahan genetik ke tubuh
pasien. Terapi gen manusia dapat didefinisikan sebagai transfer materi genetik ke
dalam sel pasien sebagai obat dengan efek terapeutik (Boulaiz et al. 2005).
Namun, pengertian terapi gen kini berkembang menjadi teknik modifikasi genom
manusia yang bertujuan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit.
Upaya pertama untuk memodifikasi DNA manusia dilakukan pada tahun 1980
oleh Martin Cline, tetapi transfer gen nukleus pertama yang berhasil pada manusia
dan disetujui oleh National Institutes of Health, dilakukan pada Mei 1989
(Rosenberg et al. 1990).
Penggunaan terapi gen pada penyakit tersebut dilakukan dengan
memasukkan gen normal yang spesifik ke dalam sel yang memiliki gen mutan.
Terapi gen kemudian berkembang untuk mengobati penyakit yang terjadi karena
mutasi di banyak gen, seperti kanker. Selain memasukkan gen normal ke dalam
sel mutan, mekanisme terapi gen lain yang dapat digunakan adalah melakukan
rekombinasi homolog untuk melenyapkan gen abnormal dengan gen normal,
mencegah ekspresi gen abnormal melalui teknik peredaman gen, dan melakukan
mutasi balik selektif sehingga gen abnormal dapat berfungsi normal kembali.
Pengobatan atau pencegahan penyakit melalui terapi gen dilakukan dengan
transfer bahan genetik ke tubuh pasien. Terapi ini berkembang dengan pesat sejak
clinical trial pada tahun 1990 (Malik, 2005).
3.1 Kesimpulan
Dari uraian yang telah disampaikan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Terapi gen adalah teknik untuk mengoreksi gen-gen yang cacat yang
bertanggung jawab terhadap suatu penyakit. Pengobatan atau pencegahan
penyakit melalui terapi gen dilakukan dengan transfer bahan genetik ke
tubuh pasien
2. Proses rekayasa genetik pada teknologi terapi gen meliputi tahapan-tahapan,
antara lain isolasi gen target, penyisipan gen target ke vektor transfer,
transfer vektor yang telah disisipi gen target ke organisme yang akan
diterapi, transformasi pada sel organisme target. Gen target yang telah
disisipkan pada organisme yang diterapi tersebut diharapkan mampu
menggantikan fungsi gen abnormal yang mengakibatkan penyakit pada
penderita
3. Terdapat dua tipe utama terapi gen, meliputi terapi gen sel embrional (germ
line gene therapy) dan terapi gen sel tubuh (somatic gene therapy)
4. Bioetika terhadap manipulasi genetik pada kasus terapi gen manusia yaitu
modifikasi dari gen dengan menggunakan manusia dapat dilakukan jika
mempertimbangan 3 prinsip bioetik yaitu menghargai autonomi,
memaksimalkan manfaat dan meminimalkan resiko, dan aspek keadilan.
Selain itu dengan garis - garis keamanannya.
DAFTAR PUSTAKA
Boulaiz, H., Marchal, J. A., Prados, J., Melguizo, C., & Aranega, A. 2005. Non-
viral and viral vectors for gene therapy. Cellular and molecular biology
(Noisy-le-Grand, France), 51(1), 3-22.
Bulluck, Pam. 2019. Gene-Edited Babies: What a Chinese Scientist Told an
American Mentor. The New York Times. Retrieved 14 April 2019.
Costa, J. R., Bejcek, B. E., McGee, J. E., Fogel, A. I., Brimacombe, K. R.,
Ketteler, R. 2017. Genome editing using engineered nucleases and their use
in genomic screening. In Assay Guidance Manual. Eli Lilly & Company and
the National Center for Advancing Translational Sciences.
Edelstein, M. L., Abedi, M. R., Wixon, J. 2007. Gene therapy clinical trials
worldwide to 2007—an update. The Journal of Gene Medicine: A
cross‐disciplinary journal for research on the science of gene transfer and
its clinical applications, 9(10), 833-842.
Hendel, A., Bak, R. O., Clark, J. T., Kennedy, A. B., Ryan, D. E., Roy, S.,
Bacchetta, R. 2015. Chemically modified guide RNAs enhance CRISPR-
Cas genome editing in human primary cells. Nature biotechnology, 33(9),
nbt-3290.
Jiang, Steven, Regan, Helen, Berlinger, Joshua (2018). China suspends scientists
who claim to have produced first gene-edited babies. CNN News
Marchione, M. 2018. Chinese researcher claims first gene-edited babies.
Washington Post.
Ramzy, Austin; Wee, Sui-Lee 2019. Scientist Who Edited Babies' Genes Is Likely
to Face Charges in China. The New York Times
Regalado, Antonio. 2019. China’s CRISPR twins might have had their brains
inadvertently enhanced. MIT Technology review.
https://www.technologyreview.com/s/612997/the-crispr-twins-had-their-
brains-altered/. Diakses pada 29 Oktober 2019.
Rinde, Meir. 2019. The Death of Jesse Gelsinger, 20 Years Later. Distillation.
https://www.sciencehistory.org/distillations/the-death-of-jesse-gelsinger-20-
years-later. Diakses pada 29 Oktober 2019.
Rosenberg SA, Aebersold P, Cornetta K, Kasid A, Morgan RA, Moen R. 1990.
Gene transfer into humans—immunotherapy of patients with advanced
melanoma, using tumor-infiltrating lymphocytes modified by retroviral gene
transduction. The New England Journal of Medicine. 323 (9): 570–578
Stolberg, S. G. 1999. The biotech death of Jesse Gelsinger. The New York Times.
Wilson, R. F. 2010. The death of Jesse Gelsinger: new evidence of the influence
of money and prestige in human research. American journal of law &
medicine, 36(2-3), 295-325.
Zhang, F., Wen, Y., & Guo, X. (2014). CRISPR/Cas9 for genome editing:
progress, implications and challenges. Human molecular genetics, 23(R1), R40-
R46.