Anda di halaman 1dari 9

TUGAS MAKALAH

BIOTEKNOLOGI
BIOETIKA DAN HUBUNGANNYA DENGAN
BIOTEKNOLOGI

Dosen Pembimbing : Miftahur Rahmi, S. Pd., M. Pd.

Disusun Oleh :
Nama : DHEA NOORFAJRIWIANTI
Nim : 1704101
Kelas : A

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS PERINTIS
INDONESIA
2021
A. Latar Belakang
Bioteknologi merupakan suatu cabang ilmu biologi yang mempelajari
pemanfaatan makhluk hidup (bakteri, fungi, virus, dan lain-lain) maupun produk
dari makhluk hidup (enzim, alkohol,antibiotik, asam organik) dalam proses
produksi untuk menghasilkan barang dan jasa yang dapat digunakan oleh
manusia. Bioteknologi, rekayasa genetika merupakan salah satu dari sekian
banyak variable sains dan teknologi yang tetap memiliki banyak ambivalensi
dalam aplikasinya terhadap kehidupan manusia. Di satu sisi dia menawarkan
kemudahan dan di sisi lain, ia menyimpan potensi bagi ketimpangan dan
kekhawatiran sosial. Absurdnya hukum dan norma, juga potensi akan nampaknya
pelecehan etis dan degradasi moral.
Bioetika merupakan istilah yang relatif baru dan terbentuk dari dua kata
Yunani (bios = hidup dan “ethos” = adat istiadat atau moral), yang secara harfiah
berarti etika hidup. Bioetika dapat dilukiskan sebagai ilmu pengetahuan untuk
mempertahankan hidup dan terpusat pada penggunaan ilmu-ilmu biologis untuk
memperbaiki mutu hidup. Dalam arti yang lebih luas, bioetika adalah penerapan
etika dalam ilmu-ilmu biologis, obat, pemeliharaan kesehatan dan bidang-bidang
terkait.
Sebagai sebuah etika rasional, bioetika bertitik tolak dari analisis tentang
data-data ilmiah, biologis, dan medis. Keabsahan campur tangan manusia dikaji.
Nilai transendental manusia disoroti dalam kaitan dengan sang pencipta sebagai
pemegang nilai mutlak. Terkadang, istilah bioetika juga digunakan untuk
mengganti istilah etika medis, yang mencakup masalah etis tentang ilmu-ilmu
biologis seperti penyelidikan tentang hewan, serta usaha-usaha manipulasi
spesies-spesies bentukan genetik non manusiawi. Acap kali, penggunaan istilah
bioetika dan etika medis saling dipertukarkan.
Bioetika merupakan suatu disiplin keilmuan yang baru, yang merupakan
kombinasi antara pengetahuan hayati (biologi) dengan pengetahuan sistem nilai
manusia. Definisi ini sekaligus memberikan pula tujuan bioetika, yaitu
membangun jembatan antara ilmu pengetahuan dan humaniora (kemanusiaan),
membantu “kemanusiaan” untuk tetap selamat dan lestari, serta menyempurnakan
dunia beradab.
Bioetika merupakan studi interdisipliner tentang masalah yang ditimbulkan
oleh perkembangan di bidang biologi dan ilmu kedokteran baik skala mikro
maupun makro, masa kini dan masa mendatang. Bioetika mencakup isu-isu sosial,
agama, ekonomi, dan hukum bahkan politik. Bioetika selain membicarakan
bidang medis, seperti abortus, euthanasia, transplantasi organ, teknologi
reproduksi butan, dan rekayasa genetik, membahas pula masalah kesehatan, faktor
budaya yang berperan dalam lingkup kesehatan masyarakat, hak pasien, moralitas
penyembuhan tradisional, lingkungan kerja, demografi, dan sebagainya. Bioetika
memberi perhatian yang besar pula terhadap penelitian kesehatan pada manusia
dan hewan percobaan.
Dalam kajian ini, biologi, bioteknologi, ekologi, pertanian, kedokteran,
politik, hukum, dan filsafat dimanfaatkan sebagai bahan baku perdebatan.
Termasuk dalam pertanyaan-pertanyaan tersebut misalnya adalah definisi
kematian, eutanasia dan hak untuk mati, pinjam-meminjam rahim, pemanfaatan
gen organisme asing dalam tanaman pangan atau tanaman ekonomis lain,
pemanfaatan benih dan tanaman obat dari masyarakat asli oleh organisasi
multinasional, pembajakan biologis (biopiracy), dan penggunaan senjata biologi.
Maka karena itu, diperlukan pemahaman lebih lanjut mengenai bioetika dan
bagaimana hubungan bioetika dalam bioteknologi sebagai landasan dalam
pengembangan keilmuan dan menjunjung tinggi asas kemanusiaan.

B. Sejarah Perkembangan
Istilah bioetika pertama kali diperkenalkan pada tahun 1927 oleh Fritz Jahr,
yang "diharapkan banyak menyumbang berbagai argumentasi dan diskusi dalam
penelitian biologi kontemporer yang melibatkan hewan" dalam suatu artikel
tentang "keniscayaan bioetika." Saat itu ia mengisyaratkan penggunaan bagi isu-
isu ilmiah hewan dan tumbuhan. Pada tahun 1970, ahli biokimia Amerika Van
Rensselaer Potter juga menggunakan istilah tersebut dengan makna yang lebih
luas, yang mencakup solidaritas terhadap biosfer, sehingga menghasilkan etika
global, suatu disiplin yang mewakili hubungan antara biologi, kedokteran,
ekologi, dan nilai-nilai kemanusiaan dalam rangka mencapai kelangsungan hidup
baik manusia dan spesies hewan lainnya.
Teknologi kedokteran berkaitan langsung dengan hidup matinya manusia,
sedangkan kehidupan dan kematian manusia adalah suatu hal yang mempunyai
kedudukan tinggi dalam nilai-nilai moral di mana pun. Sehingga, setiap perlakuan
terhadapnya akan menimbulkan pertanyaan-pertanyaan dari segi moral. Inilah
dasar perkembangan bioetika dan ini pula alasannya mengapa kemajuan teknologi
kedokteran selalu berhadapan dengan bioetika. Bioetika merupakan cabang ilmu
biologi dan ilmu kedokteran yang menyangkut masalah di bidang kehidupan,
tidak hanya memperhatikan masalah-masalah yang terjadi pada masa sekarang,
tetapi juga memperhitungkan kemungkinan timbulnya pada masa yang akan
datang.
Walaupun mungkin masih merupakan suatu istilah yang baru bagi kebanyakan
orang, bioetika kini telah menjadi semacam gerakan baru yang melanda seluruh
dunia. Kehadiran dan urgensinya tidak bisa dilepaskan dari perkembangan ilmu
pengetahun, khususnya biologi dan ilmu kedokteran yang menimbulkan masalah-
masalah etis yang luar biasa.

C. Teori Bioetika

Banyak pakar yang merumuskan teori bioetika, seperti Beauchamp dan Childress:

1. Hormat terhadap otonomi


2. Berbuat yang baik dan menguntungkan
3. Tidak berbuat kejahatan
4. Keadilan

D. Tiga Etika Dalam Bioetika


1. Etika sebagai nilai-nilai dan asa-asas moral yang dipakai seseorang atau
suatu keloompok sebagai pegangan bagi tingkah lakunya.
2. Etika sebagai kumpulan asas dan nilai yang berkenaan dengan moralitas
(apa yang dianggap baik atau buruk). Misalnya: Kode Etik Kedokteran,
Kode Etik Rumah Sakit.
3. Etika sebagai ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dari sudut
norma dan nilai-nilai moral.
Fransese Abel merumuskan definisi tentang bioetika yang diterjemahkan
Bertens sebagai berikut: Bioetika adalah studi interdisipliner tentang
problem-problem yang ditimbulkan oleh perkembanagn di bidang biologi
dan ilmu kedokteran baik pada skala mikro maupun pada skala makro,
lagipula tentang dampaknya atas masyarakat luas serta sistem nilainya kini
dan masa mendatang.
Bidang cakupan bioetika telah mencapai berbagai penelitian pada
manusia, mulai dari perdebatan tentang “batas-batas kehidupan”, misalnya
aborsi, eutanasia, pembedahan dengan alokasi sumber daya perawatan
kesehatan terbatas (misalnya donasi organ) benar-benar dapat menolak
perawatan medis untuk alasan agama atau budaya.
Ahli bioetika sering berselisih paham di antara mereka sendiri atas
batas yang tepat dari disiplin mereka, serta memperdebatkan apakah
evaluasi etis atas fakta-fakta biologi dan kedokteran yang tersedia harus
mempertimbangkan semua pertanyaan yang melibatkan, atau hanya
sebagian dari pertanyaan-pertanyaan ini. Beberapa ahli bioetika cenderung
mempersempit evaluasi etis hanya untuk moralitas perawatan medis atau
inovasi teknologi, dan waktu pengobatan manusia. Yang lainnya akan
memperluas lingkup evaluasi etis untuk memasukkan moralitas semua
tindakan yang mungkin bisa membantu atau membahayakan organisme
yang mampu merasa takut.
Di bidang pemanfaatan sumber daya hayati, berkembang pula produk
teknologi organisme termodifikasi genetik organisme transgenik yang
dalam penggunaannya memerlukan pengkajian dan peraturan/regulasi
yang hati-hati karena adanya isu keamanan hayati dan keamanan pangan
yang melekat padanya. Dengan demikian, dibentuk komite bioetika
Indonesia.

E. Hubungan Bioetika Dengan Bioteknologi


Seiring dengan perkembangan bidang keilmuan dan teknologi, terdapat berbagai
perkemangan pesat. Terutama dalam perkembanagan ilmu bioteknologi.
Bioteknologi sebagai cabang ilmu biologi yang mempelajari pemanfaatan
makhluk hidup (bakteri, fungi, virus, dan lain-lain) maupun produk dari makhluk
hidup (enzim, alkohol,antibiotik, asam organik) dalam proses produksi untuk
menghasilkan barang dan jasa yang dapat digunakan oleh manusia. Dalam
bioteknologi, terdapat rekayasa genetika yang merupakan salah satu dari sekian
banyak variable sains dan teknologi yang tetap memiliki banyak ambivalensi
dalam aplikasinya terhadap kehidupan manusia. Di satu sisi dia menawarkan
kemudahan dan di sisi lain, ia menyimpan potensi bagi ketimpangan dan
kekhawatiran sosial. Absurdnya hukum dan norma, juga potensi akan nampaknya
pelecehan etis dan degradasi moral.
Salah satu contohnya penelitian bioteknologi terhadap manusia yaitu Tehnik
Duplikasi yang diperkenalkan Dr. Jerri Leborn Hall dari pusat Medik George
Washington University (AS) yang berhasil membelah embrio manusia menjadi
beberapa embrio duplikat. Tehnik Duplikasi yang diperkenalkan Dr. Jerri L. Hall
itu adalah tekhnologi kedokteran yang mengupayakan cara mendapatkan
“beberapa“ orang anak kembar identik di luar cara hamil alami sebanyak yang
diinginkan oleh orangtuanya.
Metode yang digunakan adalah dengan Kloning Embrio, hasil penggabungan
sel sperma dan sel telur di luar tubuh manusia, sehingga didapatkan beberapa
duplikat embrio yang merupakan calon-calon manusia duplikat yang setiap saat
siap dimasukkan ke dalam rahim ibu. Embrio tersebut dibenamkan di larutan
berisi nutrisi dan hormon lengkap, diberi larutan ekstra natrium alginat, serta
dimasukkan ke dalam tabung yang mengandung CO2 6% dan bersuhu 37 derajat
Celsius. Setelah beberapa hari, dari 17 buah yang '”disemai'”, Dr. Hall
mendapatkan 48 embrio. Naik tiga kali lipat. Ia mendapat gambaran pula bahwa
embrio duplikat itu secara fisik dan genetis sama dengan aslinya.
Sebelum teknologi kloning ini, para pakar pun sebenarnya telah
menggunakan teknologi bayi tabung untuk “membuat” mahkluk hidup tanpa
melalui proses perkawinan yang alami. Para ilmuwan tersebut menggunakan bayi
tabung untuk menghasilkan makhluk kembar seperti anak kembar yang lahir
dengan cara normal. Perbedaan antara metode bayi tabung dan kloning adalah,
bila bayi tabung masih menggunakan cara normal, yaitu sel induknya baik sperma
maupun ovum diambil kemudian kedua jenis tersebut ditaruh di “tabung” yang
dikondisikan sehingga bisa menjadi pembuahan, kemudian baru hasilnya
dimasukkan kembali ke dalam rahim induknya. Dengan metode yang hampir
sama dengan bayi tabung, kloning menggunakan sel selain sperma. Sel ini yang
berisi informasi DNA dari makhluk yang lain, kemudian hasilnya juga
dimasukkan kembali ke induknya.
Seiring berkembangnya teknologi, pada saat ini kloning tidak
mempergunakan sel sperma lagi seperti yang dilakukan dr. Jerry Hall. Tapi
kloning menggunakan sel telur dan sel selain sperma. Bahkan dikatakan, secara
teoritis, melalui teknik kloning kelahiran seorang bayi tidak lagi memerlukan
sperma ayah. Bahkan seorang perempuan dapat mempunyai anak tanpa melalui
ikatan perkawinan. Demikian juga seorang lelaki apabila ingin punya anak tidak
perlu beristri. Cukup hanya memesan sel telur pada suatu firma atau perusahaan
memberikan selnya dari salah satu organ tubuhnya dan kemudian menitipkan
calon anaknya pada rahim seorang wanita yang bisa jadi telah disediakan oleh
firma tersebut (surrogate mother). Itulah sebabnya kloning juga dikenal dengan
istilah rekombinasi DNA. DNA dapat diperoleh dalam darah, rambut, sel-sel
mukosa di bagian dalam pipi (dalam mulut), dan jaringan-jaringan lainnya.
Hal ini memang menjadi salah satu bukti perkembanagn ilmu biologi
terknologi yang berkembang pesat, namun sayangnya, proses “cloning” atau
peranakan melalui suatu firma tidaklah sesuai dengan norma aturan manusia. Hal
ini ia tentu menyimpan potensi bagi ketimpangan dan kekhawatiran social dalam
kehidupan manusia. Hal ini menimbulkan suara pro dan kontra tersebut, sekaligus
telah melahirkan polarisasi pandangan, baik pada sudut etika, gender, hukum,
sains dan agama.
Dari sudut etika tehnik kloning melahirkan dua pandangan yang saling
berseberangan. Bagi mereka yang kontra atau pada paham deontology, penilaian
etis atau tidak nya suatu perbuatan lebih ditekankan kepada perbuatan itu sendiri.
Tokoh utama paham ini adalah Immanuel Kant yang terkenal dengan teori
categorical imperative. Menuurutnya perbuatan yang secara umum (universal)
dinyatakan terlarang, maka apapun alasannya tidak boleh dilakukan. Mencuri,
membunuh, berbohong adalah perbuatan yang secara umum dianggap tidak baik
atau jahat, karena itu tidak boleh melakukan meskipun tujuannya, misalnya untuk
menyelamatkan orang lain. Sebaliknya bagi mereka yang pro atau paham
teleologi, lebih menilai pada tujuan atau akibat yang dituju dari perbuatan itu.
Kalau tujuannya berupa suatu kebaikan, maka perbuatan itu masih boleh
dilakukan. Dari sudut pandang gender, kloning juga mendatangkan efek negatif
bagi bagi posisi perempuan. Perempuan akan berubah fungsi sebagai objek untuk
mengandung janin-janin hasil kloning. Teknologi kloning, bagaimanapun
majunya akan selalu membutuhkan rahim surrogate mother sebagai tempat
pembelahan sel telur hingga ia dilahirkan.
Yang menarik adalah, perdebatan pada wilayah sains dan agama, dikatakan,
Pada terminal tertentu, sains dan agama bersinggungan. Agama dengan kuasa
kontrolnya mencoba mendeteksi berbagai kategori yang dianggap salah dalam
sains. Agama yang diyakini sebagai sebuah kebenaran universal kemudian
memberikan nilai salah terhadap beberapa perilaku sains. Tentu saja para ilmuwan
menolak tuduhan sinis agama. Dengan berbagai alasan yang cukup argumentatif,
para ilmuwan mencoba mencari justifikasi terhadap berbagai hasil penemuannya.
Pada titik ini, antara sains dan agama menemukan titik pandang yang sama.
Padahal seperti kata Einstein, agama tanpa sains adalah lumpuh, dan sains tanpa
agama adalah buta.
Memperhatikann pemaparan di atas nampaknya, dari penemuan baru tentang
Kloning Embrio yang terjadi di dunia barat tersebut, minimal ada empat aspek
yang harus dikedepankan, atau berpotensi menjadi permasalahan yang tidak
mudah dipecahakan: pertama, Aspek Medis dan Ilmu Kedokteran; kedua, Aspek
Yuridis, terutama mengenai bagaiamana dasar dan dampak hukumnya; ketiga,
Aspek Sosial, yakni mengenai fenomena-fenomena yang akan manifest dalam
masyarakat, dan bagaimana dampaknya bila hal itu ikut berperan dalam tata
kehidupan masyarakat; kemepat, Aspek Agama, yaitu bagaimanapun agama yang
merupakan sumber etika dan norma bagi segala yang terjadi di dunia ini,
menyikapi permasalahan tersebut. Berdasarkan uraian potensi dampak yang
diungkapkan di atas, maka dalam penelitian ini akan membahas dari yaitu Hukum
Islam dan Hukum positif. Dan permasalahan tersebut akan coba diuji dan dikaji
dalam konteks Indonesia, sikap otorita agama Islam atas kasus tersebut dan
bagaimana pandangan hukum positif Indonesia terhadap penggunaan DNA dalam
kloning manusia, walau kloning manusia belum ada di Indonesia, namun di era
globalisasi seperti saat ini, kedepannya fenomena kloning bukan sesuatu yang
tidak mungkin akan terjadi juga di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai