Anda di halaman 1dari 10

nyoman cahya/151316/1a/29

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

karakteristik khusus dari mikroorganisme lain dan teknologi transgenik yang menciptakan
organisme multiseluler yang mengandung gen dari berbagai jenis organisme.. Sayuran dan buah
modifikasi Bioteknologi adalah pemanfaatan organisme atau bagian dari meeka untuk
menghasilkan sesuatu atau proses yang lebih bernilai. Fermentasi yang memanfaatkan
mikroorganisme pada pembuatan bir, pemanggangan dan produksi keju adalah bioteknologi abad
lalu. Produksi insulin pada bakteri untuk mengobati diabetes mellitus tanpa menyebabkan alergi
adalah salah satu contoh bioteknologi modern. Dua bioteknologi yang diterapkan secara luas
untuk memanipulasi gen adalah teknologi DNA rekombinan yang menyisipkan organisme
seluler dengan gene genetik (GM), seperti tipe jagung yang memproduksi insektisida bakteri
adalah tanaman transgenik.

Isu etika bioteknologi modern termasuk ketersediaan dan pemanfaatan hak informasi, potensi
bahaya ekologi, akses memperoleh obat baru dan perawatan dan melanggar alam.Aplikasinya
meliputi agrikultur dan perawatan kesehatan.

Bioetika ialah semacam ilmu pengetahuan yang menawarkan pemecahan masalah bagi konflik
moral yang timbul dalam tindakan, praktek kedokteran dan ilmu hayati (Sahin Aksoy, 2002
dalam Muchtadi, 2007).

2. Tujuan

Adapun tujuanya adalah untuk mengetahui pengaturan etika dalam bioteknologi seperti :

1. Pendekatan bioetika dalam pengembangan produk-produk bioteknologi

2. Contoh-contoh masalah etik yang ada dalam pengembangan produk bioteknologi

3. Peraturan yang mengatur pengembangan produk-produk bioteknologi


BAB 2

PEMBAHASAN

Pengertian Bioetika

Ada berbagai macam definisi mengenai bioetika. Berikut ini adalah pengertian bioetika dari
berbagai sumber.

1. Bioetika ialah semacam ilmu pengetahuan yang menawarkan pemecahan masalah bagi
konflik moral yang timbul dalam tindakan, praktek kedokteran dan ilmu hayati (Sahin
Aksoy, 2002 dalam Muchtadi, 2007).
2. Bioetika ialah suatu disiplin baru yang menggabungkan pengetahuan biologi dengan
pengetahuan mengenai sistem nilai manusia, yang akan menjadi jembatan antara ilmu
pengetahuan dan kemanusiaan, membantu menyelamatkan kemanusian, dan
mempertahankan dan memperbaiki dunia beradab (Van Potter, 1970 dalam Muchtadi,
2007).
3. Bioetika ialah kajian mengenai pengaruh moral dan sosial dari teknik-teknik yang
dihasilkan oleh kemajuan ilmu-ilmu hayati (Honderich Oxford, 1995 dalam Muchtadi,
2007).
4. Bioetika bukanlah suatu disiplin. Bioetika telah menjadi tempat bertemunya sejumlah
disiplin, diskursus, dan organisasi yang terlibat dan peduli pada persoalan etika, hukum,
dan sosial yang ditimbulkan oleh kemajuan dalam kedokteran, ilmu pengetahuan, dan
bioteknologi (Onara ONeill, 2002 dalam Muchtadi, 2007).
5. Bioetika mengacu pada kajian sistematis, plural dan interdisiplin dan penyelesaian
masalah etika yang timbul dari ilmu-ilmu kedokteran, hayati, dan sosial, sebagaimana
yang diterapkan pada manusia danhubungannya dengan biosfera, termasuk masalah yang
terkait dengan ketersediaan dan keterjangkauan perkembangan keilmuan dan
keteknologian dan penerapannya. (UNESCO, 2005 dalam Muchtadi, 2007).
6. Sedangkan di Indonesia, berdasarkan Kepmen Menristek No.112 Tahun 2009,
menyatakan bahwa bioetika adalah ilmu hubungan timbal balik sosial (Quasi social
science) yang menawarkan pemecahan terhadap konflik moral yang muncul dalam
penelitian, pengembangan, dan pemanfaatan sumber daya hayati. Diperlukan rambu-
rambu berperilaku (etika) bagi para pengelola ilmu pengetahuan, ilmuwan dan ahli
teknologi yang bergerak di bidang biologi molekuler dan teknologi rekayasa genetika.
Bioetika akan dapat berfungsi sebagai:

1. pemanduan,
2. pengawalan, dan
3. pemantauan dan pengawasan.

Pelaksanaan Bioetika di Indonesia

Bioetika di Indonesia bertujuan untuk memberikan pedoman umum etika bagi pengelola dan
pengguna sumber daya hayati dalam rangka menjaga keanekaragaman dan pemanfaatannya
secara berkelanjutan. Pengambilan keputusan dalam meneliti, mengembangkan, dan
memanfaatkan sumber daya hayati harus/wajib menghindari konflik moral dan seluas-luasnya
digunakan untuk kepentingan manusia, komunitas tertentu, dan masyarakat luas, serta
lingkungan hidupnya, dilakukan oleh individu, kelompok profesi, dan institusi publik atau
swasta.

Berdasarkan Pasal 19 KepMenristek No.112 Tahun 2009, harus dibentuk suatu Komite Etik
Penelitian, Pengembangan dan Pemanfaatan Sumber daya Hayati yang bersifat independen,
multidisiplin dan berpandangan plural. Keanggotaan Komite Etik Penelitian, Pengembangan dan
Pemanfaatan Sumber daya Hayati harus terdiri dari para ahli dari berbagai departemen dan
institusi yang relevan. Tindak lanjut dan implementasi prinsip-prinsip bioetika penelitian,
pengembangan, dan pemanfaatan sumber daya hayati dilakukan oleh Komite Bioetika Nasional
yang dibentuk oleh pemerintah (BKKH, tanpa tahun).

Tiga etika dalam bioetika:

1. Etika sebagai nilai-nilai dan asas-asas moral yang dipakai seseorang atau suatu kelompok
sebagai pegangan bagi tingkah lakunya.
2. Etika sebagai kumpulan asas dan nilai yang berkenaan dengan molaritas (apa yang di
anggap baik atau buruk) misalnya kode etik kedokteran , kode etik rumah sakit.
3. Etika sebagai ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dari sudut norma dan nilai-
nilai norma.
Contoh masalah etik yang ada dalam pengembangan produk bioteknologi

Dampak lain yang dapat ditimbulkan oleh bioteknologi adalah persaingan internasional dalam
perdagangan dan pemasaran produk bioteknologi. Persaingan tersebut dapat menimbulkan
ketidakadilan bagi negara berkembang karena belum memiliki teknologi yang maju,
Kesenjangan teknologi yang sangat jauh tersebut disebabkan karena bioteknologi modern sangat
mahal sehingga sulit dikembangkan oleh negara berkembang.

Bahaya bioteknologi tersebut misalnya digunakan untuk senjata biologis dan memunculkan
organisme strain jahat. Bakteri dan virus berbahaya dapat dikembangbiakkan dalam medium
tertentu yang selanjutnya digunakan untuk senjata biologis. Sedangkan munculnya organisme
strain jahat berasal dari fenotipe suatu organisme yang diubah menjadi organisme yang
berbahaya dengan menyisipkan gen jahat melalui rekayasa genetika. Selain itu, bioteknologi juga
mengganggu keseimbangan lingkungan.

"Pengaruh dan dampak yang timbul dari bioteknologi untuk bidang genomik adalah kepemilikan
dan privasi atas hasil pendataan gen. Analisis DNA dapat menimbulkan masalah privasi dan
pemantauan yang berlebihan terhadap data DNA yang digunakan dalam penyelidikan kasus
kriminal, penolakan klaim asuransi dan diskriminasi pegawai. Karena itu, perlu diatur kebijakan
yang mengatur penggunaan data DNA dalam asuransi dan kepegawaian,"

Risiko pelepasan tanaman transgenik ke lingkungan menjadi isu yang ramai dibicarakan antara
pihak-pihak yang pro dan kontra. Menurut Myhr and Traavik (1999), beberapa risiko ekologis
tanaman transgenik yang dikhawatirkan berupa:

Potensi perpindahan gen ke tanaman kerabat


Potensi perpindahan gen ke organisme lain bukan kerabat
Pengaruh tanaman transgenik terhadap organisme bukan sasaran
Pengurangan keanekaragaman hayati ekosistem dan
Perkembangan resistensi serangga terhadap tanaman transgenik.

Indikasi risiko tanaman transgenik tersebut tidak dapat diremehkan dengan alasan data
pendukung yang tersedia belum cukup. Risiko penggunaan pestisida novel yang paling ditakuti
oleh pemerintah, petani dan juga industri pestisida adalah timbulnya resistensi hama sasaran
terhadap produk-produk teknologi novel adalah timbulnya resistensi hama terutama terhadap
tanaman transgenik tahan hama/penyakit serta resisten terhadap jenis-jenis pestisida baru.

Salah satu propagadanya juga menyebutkan bahwa kalau petani menanam tanaman yang tahan
penyakit (benih transgenik), berarti bisa menurunkan pestisida. Namun penelitian menunjukkan
bahwa di Amerika sebagai pusat pengembangan rekayasa genetik, penggunaan pestisida
meningkat 55 % sejak 1996-2004.
Peraturan yang mengatur pengembangan produk-produk bioteknologi

Pentingnya pengetahuan tentang ilmu rekayasa genetika. Pemberi informasi yang tidak dibekali
dasar pengetahuan tentang rekayasa genetika biasanya cenderung menelan mentah-mentah
ulasan pers asing sehingga objektifitas permasalahan dan validitas data sulit diperoleh.

Preferensi pribadi. Preferensi pribadi lebih baik tidak ditanggapi secara umum. Diperlukan
informasi yang seimbang dan kebijakan yang hati-hati dari pemerintah dan pihak terkait yang
dapat dijadikan acuan bagi orang awan untuk menentukan sikap dalam mengambil keputusan
terhadap produk transgenik.

Bukti ilmiah diperlukan untuk menghilangkan keraguan. Salah satu kekhawatiran yang paling
menonjol adalah terjadinya transfer gen dari organisme transgenik ke mikroorganisme.

Tekanan seleksi yang menguntungkan bakteri penerima gen, maka transfer gen tersebut akan
memberikan akibat yang nyata. Dalam melakukan penilaian terhadap produk transgenik
pertimbangan ada tidaknya tekanan seleksi pada suatu kejadian yang jarang terjadi perlu
mendapat perhatian serius. Perkembangan pengetahuan saat ini belum memungkinkan untuk
menghitung semua probabilitas kejadian transfer gen secara tepat. Pada dasarnya belum tersedia
informasi untuk membuat perhitungan kemungkinan suatu tahapan transfer gen.

Penggunaan bioteknologi telah diakui sebagai teknologi yang memberi manfaat (Hartiko 1995;
Suwanto 2000a) terutama dalam aktivitas pertanian (Zohrah 2001). Meskipun demikian aplikasi
tersebut harus tetap diiringi dengan langkah langkah yang perlu diambil untuk memastikan
produk tersebut tidak membahayakan kehidupan manusia.
BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bioetika ialah semacam ilmu pengetahuan yang menawarkan pemecahan masalah bagi konflik
moral yang timbul dalam tindakan, praktek kedokteran dan ilmu hayati (Sahin Aksoy, 2002
dalam Muchtadi, 2007).

Bioetika akan dapat berfungsi sebagai:

1. pemanduan,
2. pengawalan, dan
3. pemantauan dan pengawasan.

Bioetika di Indonesia bertujuan untuk memberikan pedoman umum etika bagi pengelola dan
pengguna sumber daya hayati dalam rangka menjaga keanekaragaman dan pemanfaatannya
secara berkelanjutan. Pengambilan keputusan dalam meneliti, mengembangkan, dan
memanfaatkan sumber daya hayati harus/wajib menghindari konflik moral dan seluas-luasnya
digunakan untuk kepentingan manusia, komunitas tertentu, dan masyarakat luas, serta
lingkungan hidupnya, dilakukan oleh individu, kelompok profesi, dan institusi publik atau
swasta.

Risiko pelepasan tanaman transgenik ke lingkungan menjadi isu yang ramai dibicarakan antara
pihak-pihak yang pro dan kontra. Menurut Myhr and Traavik (1999), beberapa risiko ekologis
tanaman transgenik yang dikhawatirkan berupa:

Potensi perpindahan gen ke tanaman kerabat


Potensi perpindahan gen ke organisme lain bukan kerabat
Pengaruh tanaman transgenik terhadap organisme bukan sasaran
Pengurangan keanekaragaman hayati ekosistem dan
Perkembangan resistensi serangga terhadap tanaman transgenik.
Kekhawatiran bahaya terhadap keselamatan sumber daya hayati diduga terjadi melalui beberapa
cara seperti:

1. terlepasnya organisme transgenik ke alam bebas, dan


2. tranfer gen asing dari produk transgenik ke tanaman lain sehingga terbentuk gulma yang
dapat merusak ekosistem yang ada sehingga mengancam keberadaan sumber daya hayati.

B. Saran

Walaupun masih banyak kekurangan,hal ini disebabkan karena kurangnya referensi kami untuk
itu kami mohon kritikan dan saranya kepada dosen yang bersangkutan beserta teman-teman kami
semuanya.Atas kritikan dan saranya kami ucapkan banyak terima kasih
Tantangan profesi perawat di Indonesia di abad 21 ini semakin meningkat. Seiring tuntutan
menjadikan profesi perawat yang di hargai profesi lain. Profesi keperawatan dihadapkan pada
banyak tantangan. Tantangan ini tidak hanya dari eksternal tapi juga dari internal profesi ini
sendiri. Pembenahan internal yang meliputi empat dimensi dominan yaitu; keperawatan,
pelayanan keperawatan, asuhan keperawatan dan praktik keperawatan. Belum lagi tantangan
eksternal berupa tuntutan akan adanya registrasi, lisensi, sertifikasi, kompetensi dan perubahan
pola penyakit, peningkatan kesadaran masyarakat akan hak dan kewajiban, perubahan system
pendidikan nasional, serta perubahan-perubahan pada supra system dan pranata lain yang terkait.

Untuk menjawab tantangan-tantangan itu dibutuhkan komitmen dari semua pihak yang terkait
dengan profesi ini, organisasi profesi, lembaga pendidikan keperawatan juga tidak kalah
pentingnya peran serta pemerintah. Organisasi profesi dalam menentukan standarisasi
kompetensi dan melakukan pembinaan, lembaga pendidikan dalam melahirkan perawat-perawat
yang memiliki kualitas yang diharapkan serta pemerintah sebagai fasilitator dan memiliki peran-
peran strategis lainnya dalam mewujudkan perubahan ini. Profesi memiliki beberapa
karakteristik utama sebagai berikut;

1. Suatu profesi memerlukan pendidikan lanjut dari anggotanya, demikian juga landasan
dasarnya.

2. Suatu profesi memiliki kerangka pengetahuan teoritis yang mengarah pada keterampilan,
kemampuan, pada orma-norma tertentu.

3. Suatu profesi memberikan pelayanan tertentu.

4. Anggota dari suatu profesi memiliki otonomi untuk membuat keputusan dan melakukan
tindakan.

5. Profesi sebagai satu kesatuan memiliki kode etik untuk melakukan praktik keperawatan.

Perawat mempunyai tantangan yang sangat banyak salah satunya yaitu menjalakan tanggung
jawab dan tanggung gugat yang besar. Tantangan dalam profesi keperawatan salah satunya yaitu
mempunyai tanggung jawab yang tinggi, tanggung jawab tersebut tidak hanya kepada kliennya
saja tetapi tanggung jawab yang diutamakan yaitu tanggung jawab terhadap Tuhannya
(Responsibility to God), tanggung jawab tehadap klien dan masyarakat (Responsibility to Client
and Society), dan tanggung jawab terhadap rekan sejawat dan atasan (Responsibility to
Colleague and Supervisor).

Tanggung jawab secara umum, yaitu;

1. Menghargai martabat setiap pasien dan keluargannya.

2. Menghargai hak pasien untuk menolak pengobatan, prosedur atau obat-obatan tertentu dan
melaporkan penolakan tersebut kepada dokter dan orang-orang yang tepat di tempat tersebut.

3. Menghargai setiap hak pasien dan keluarganya dalam hal kerahasiaan informasi.
4. Apabila didelegasikan oleh dokter menjawab pertanyaan-pertanyaan pasien dan memberi
informasi yang biasanya diberikan oleh dokter.

5. Mendengarkan pasien secara seksama dan melaporkan hal-hal penting kepada orang yang
tepat.

Dan tanggung gugat yang menjadi salah satu tantangan dalam profesi keperawatan didasarkan
peraturan perundang-undangan yang ada. Tanggung gugat bertujua untuk : (1). Mengevaluasi
praktisi-praktisi professional baru dan mengkaji ulang praktisi-praktisi yang sudaj ada, (2).
Mempertahankan standart perawatan kesehatan, (3). Memberikan fasilitas refleksi professional,
pemikiran etis dan pertumbuhan pribadi sebagai bagian dari professional perawatan kesehatan,
(4). Memberi dasar untuk membuat keputusan etis.

Tanggung gugat pada setiap tahap proses keperawatan, meliputi:

1. Tahap Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan yang mempunyai tujuan
mengumpulkan data.
Perawat bertanggung gugat untuk pengumpulan data atau informasi, mendorong
partisipasi pasien dan penentuan keabsahan data yang dikumpulkan.
Pada saat mengkaji perawat bertanggung gugat untuk kesenjangan-kesenjangan dalam
data yang bertentangan data yang tidak atau kurang tepat atau data yang meragukan.

2. Tahap Diagnosa Keperawatan

Diagnosa merupakan keputusan professional perawat menganalisa data dan merumuskan


respon pasien terhadap masalah kesehatan baik actual atau potensial.
Perawat bertanggung gugat untuk keputusan yang dibuat tentang masalah-masalah
kesehatan pasien seperti pernyataan diagnostic (masalah kesehatan yang timbul pada
pasien apakan diakui oleh pasien atau hanya perawat)
Apakah perawat mempertimbangkan nilai-nilai, keyakinan dan kebiasaan atau
kebudayaan pasien pada waktu menentukan masalah-masalah kesehatan

3. Tahap Perencanaan

Perencanaan merupakan pedoman perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan,


terdiri dari prioritas masalah, tujuan serta rencana kegiatan keperawatan.
Tanggung gugat yang tercakup pada tahap perencanaan meliputi: penentuan prioritas,
penetapan tujuan dan perencanaan kegiatan-kegiatan keperawatan.
Langkah ini semua disatukan ke dalam rencana keperawatan tertulis yang tersedia bagi
semua perawat yang terlibat dalam asuhan keperawatan pasien.
Pada tahap ini perawat juga bertanggung gugat untuk menjamin bahwa prioritas pasien
juga dipertimbangkan dalam menetapkan prioritas asuhan.

4. Tahap Implementasi
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dari rencana asuhan keperawatan dalam
bentuk tindakan-tindakan keperawatan.
Perawat bertanggung gugat untuk semua tindakan yang dilakukannya dalam memberikan
asuhan keperawatan.
Tindakan-tindakan tersebut dapat dilakukan secara langsung atau dengan bekerja sama
dengan orang lain atau dapat pula didelegasikan kepada orang lain.
Kegiatan keperawatan harus dicatat setelah dilaksanakan, oleh sebab itu dibuat catatan
tertulis.

5. Tahap Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap penilaian terhadap hasil tindakan keperawatan yang telah
diberikan, termasuk juga menilai semua tahap proses keperawatan.
Perawat bertanggung gugat untuk keberhasilan atau kegagalan tindakan keperawatan.
Perawat harus dapat menjelaskan mengapa tujuan pasien tidak tercapai dan tahap mana
dari proses keperawatan yang perlu dirubah dan mengapa hal itu terjadi.

Setiap tantangan yang meliputi tanggung jawab dan tanggung gugat mempunyai bagian masing-
masing. Dapat disimpulkan bahwa menghadapi tantangan yang sangat berat tersebut, diperlukan
perawat dengan sikap yang selalu dilandasi oleh kaidah etik profesi. Upaya yang paling strategik
untuk dapat menghasilkan perawat pofesional melalui pendidikan keperawatan profesional.

Anda mungkin juga menyukai