Anda di halaman 1dari 6

TUGAS ASINKRON BAGIAN 1

BIOTEKNOLOGI

(MIPA 5140)

Dosen:

Dr. Ir. Badruzsaufari, M.Sc

Oleh:

Mohamad Nor Aufa

(1920132310010)

PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI MAGISTER KEGURUAN IPA
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2020
1. Jelaskan alasan bioetika diperlukan dalam penelitian dan aplikasi bioteknologi!
Jawaban:
Bioetika diperlukan dalam penelitian dan aplikasi bioteknologi karena pada
penelitian dan aplikasi bioteknologi sebagaimana ilmu pengetahuan lainnya kadang
bersifat ambigu, yakni di satu sisi dapat bermanfaat untuk meningkatkan kesejahteraan
hidup manusia, tetapi di sisi lain dapat dimanipulasi untuk tujuan destruktif. Dalam
penerapan bioteknologi, kita harus dapat mengantisipasi dampak bahaya dari teknologi
maupun bioteknologi. Menurut Nasution (1999) mengatakan bahwa sebagai manusia
yang bertuhan, setiap kali seorang ilmuwan akan mengadakan penelitian ia harus sadar
akan kedudukannya sebagai manusia di bumi ini. Ia harus sadar bahwa pengetahuan
yang dikuasainya hanyalah sebagian kecil saja dari ilmu yang dikuasai oleh Tuhan yang
Maha Kuasa (Nalley, 2002).
Dalam mengembangkan bioteknologi, etika bioteknologi harus mendapat
perhatian yang utama. Bagaimanapun juga, perkembangan dalam bioteknologi tidak
terlepas dari tanggung jawab manusia sebagai perilaku sekaligus makhluk etis. Maka
refleksi etis terhadap apa yang sedang dilakukan manusia menjadi sangat diperlukan.
Manusia hendaknya dapat merefleksikan prinsip-prinsipnya sendiri dalam aktivitasnya
termasuk dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
Bioetika mencakup isu-isu sosial, agama, ekonomi, dan hukum bahkan politik.
Bioetika selain membicarakan bidang medis, seperti abortus, euthanasia, transplantasi
organ, teknologi reproduksi butan, dan rekayasa genetik, membahas pula masalah
kesehatan, faktor budaya yang berperan dalam lingkup kesehatan masyarakat, hak
pasien, moralitas penyembuhan tradisional, lingkungan kerja, demografi, dan
sebagainya. Bioetika memberi perhatian yang besar pula terhadap penelitian kesehatan
pada manusia dan hewan percobaan.
Bioetika, merupakan tuntutan etis yang berciri menampung segala pemikiran
tentang kehidupan, yang bersumber pada akal, akal, budi, filsafat, agama, tradisi, tanpa
harus terikat dengan agama tertentu (Nalley, 2002). Menurut Van Potter (1970) dalam
Darmanto (2009), bioetika adalah suatu disiplin yang menggabungkan pengetahuan
biologi dengan pengetahuan mengenai sistem nilai manusia, yang akan menjadi
jembatan antara ilmu pengetahuan dan kemanusiaan, membantu menyelamatkan
kemanusiaan, dan mempertahankan dan memperbaiki dunia beradab. Bioetika adalah
kajian mengenai pengaruh moral dan social dari teknik-teknik yang dihasilkan oleh
kemajuan ilmu-ilmu hayati.
Bioetika dapat diartikan “penyelidikan kritis tentang dimensi-dimensi moral dari
pengambilan keputusan dalam konteks berkaitan dengan kesehatan dan dalam konteks
yang melibatkan ilmu-ilmu biologi”. Jadi bioetika menyelidiki dimensi etik dari masalah-
masalah teknologi, ilmu kedokteran, dan biologi yang terkait dengan penerapannya
dalam kehidupan (Shannon, 1995). Jenie (1997) mengemukakan bahwa bioetika
berperan antara lain sebagai pengaman bagi riset bioteknologi, dan menyatakan bahwa
bioetika tidak untuk mencegah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi antara
lain bioteknologi, tetapi menyadarkan bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi
mempunyai batas-batas dan tanggung jawab terhadap manusia dan kemanusiaan.
Stutz (2011) menyebutkan bahwa bioetika ialah suatu disiplin baru yang
menggabungkan pengetahuan biologi dengan pengetahuan mengenai sistem nilai
manusia, yang akan menjadi jembatan antara ilmu pengetahuan dan kemanusiaan,
membantu menyelamatkan kemanusian, mempertahankan dan memperbaiki dunia
beradab, sedangkan Honderih Oxford (1995) dalam Muchtadi (2007) menyatakan,
bahwa bioetika adalah kajian mengenai pengaruh moral dan sosial dari teknik-teknik
yang dihasilkan oleh kemajuan ilmu-ilmu hayati. Dan menurut Shannon (1995), etika
yang berkaitan dengan masalah biologi dikenal dengan nama bioetika.
Memahami berbagai pengertian bioetika sesuai pendapat para ahli memberikan
pemahaman, bahwa bioetika bukanlah suatu disiplin ilmu, tetapi lebih kepada
penerapan etika, moral, bahkan hukum dan nilai sosial ke dalam pembahasan ilmiah
biologi. Dan pentingnya etika dalam konteks biologi digunakan untuk menjawab
berbagai persoalan kehidupan baik yang berkaitan dengan hewan dan tumbuhan,
bahkan manusia. Oleh karena itu implementasi bioetika dan perspektifnya dalam
perkembangan berbagai keilmuan biologi seperti kedokteran, bioteknologi, ekologi,
pertanian, bahkan dalam perdebatan politik, hukum, dan filsafat menjadikan bioetika
sebagai pijakan untuk memecahkan dan menjawab persoalan didalamnya.
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, Darmanto (2009) menyimpulkan
bahwa bioetika terkait dengan kegiatan yang mencari jawab dan menawarkan
pemecahan masalah dari konflik moral. Konflik moral yang dimaksud meliputi konflik
moral yang timbul dari kemajuan pesat ilmu-ilmu pengetahuan hayati dan kedokteran,
yang diikuti oleh penerapan teknologi yang terkait di dalamnya. Telah dikemukakan
oleh Mukaromah (2010) bahwa terdapat tiga etika dalam bioetika, yaitu :
a. Etika sebagai nilai-nilai dan asas-asas moral yang dipakai seseorang atau suatu
kelompok sebagai pegangan bagi tingkah laku
b. Etika sebagai kumpulan asas dan nilai yang berkenaan dengan moralitas (apa yang
dianggap baik atau buruk). Contohnya: kode etik kedokteran, kode etik rumah sakit.
c. Etika sebagai ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dari sudut normadan nilai-
nilai moral.
2. Manakah dari prinsip-prinsip etika yang bisa menimbulkan perbedaan persepsi
dalam masyarakat sehingga bisa memunculkan kontroversi?
Jawaban:
4 prinsip moral utama, yaitu: 1. Prinsip otonomi, yaitu prinsip moral yang
menghormati hak-hak pasien, terutama hak otonomi pasien (the rights to self
determination), 2. Prinsip beneficience, yaitu prinsip moral yang mengutamakan
tindakan yang ditujukan ke kebaikan pasien; 3. Prinsip non maleficence, yaitu prinsip
moral yang melarang tindakan yang memperburuk keadaan pasien. Prinsip ini dikenal
sebagai “primum non nocere” atau “above all do no harm”, 4. Prinsip justice, yaitu
prinsip moral yang mementingkan fairness dan keadilan dalam mendistribusikan
sumberdaya (distributive justice).
Dari empat prinsip tersebut yang dapat menimbulkan kontroversi adalah prinsip
non-maleficence. Non-maleficence yaitu melarang tindakan yang membahayakan atau
memperburuk keadaan pasien. Prinsip ini dikenal sebagai “primum non nocere” atau
“do no harm”. Prinsip ini berhubungan dengan ungkapan Hipokrates yang menyatakan
“saya akan menggunakan terapi untuk membantu orang sakit berdasarkan kemampuan
dan pendapat saya, tetapi saya tidak akan pernah menggunakannya untuk merugikan
atau mencelakakan mereka”.
Prinsip non-maleficence sering menjadi pembahasan dalam bidang kedokteran
terutama kasus kontroversial terkait dengan kasus penyakit terminal, penyakit serius
dan luka serius. Prinsip ini memegang peranan penting dalam pengambilan keputusan
untuk mempertahankan atau mengakhiri kehidupan. Penerapannya dapat dilakukan
pada pasien yang kompeten maupun tidak kompeten. Pada dasarnya, prinsip non-
maleficence memberikan peluang kepada pasien, walinya dan para tenaga kesehatan
untuk menerima atau menolak suatu tindakan atau terapi setelah menimbang manfaat
dan hambatannya dalam situasi atau kondisi tertentu. Banyak filosof yang menjadikan
prinsip non-maleficence sebagai satu kesatuan dengan prinsip beneficence
(mengutamakan tindakan untuk kebaikan pasien). Namun, banyak juga yang
membedakannya. Pertimbangannya antara lain pemikiran bahwa kewajiban untuk tidak
membahayakan atau mencelakakan pasien, tentu berbeda dengan kewajiban untuk
membantu pasien, walaupun keduanya untuk kebaikan pasien (Suryadi, 2009)

Referensi:
Darmanto, Win. 2009. Etika Bioteknologi. (online). http://www.ppt2txt.com/r/753ed34f/.
Diakses tanggal 25 Nopember 2020.

Jenie, U.A. 1997. Perkembangan Bioteknologi dan Masalah-Masalah Bioetika yang


Muncul. Makalah Seminar Regional. Temu Ilmiah Regional Hasil Penelitian Biologi
dan Pendidikan Biologi/IPA di IKIP Surabaya.

Muchtadi, Tien R,. 2 Juli 2007. Perkembangan Bioetika Nasional. Makalah Seminar
Shannon, Thomas A. 1987. Pengantar Bioetika. Terjemahan Bertens, K. 1995. Jakarta.
PT Gramesia Pustaka Utama.

Mukaromah, Aenul. 2010. Bioteknologi. (online). http://aeenaaenulmukaromah.


blogspot.com/2010/03/bioteknologi-bioteknologi-adalahcabang. html. Diakses
tanggal 25 November 2020.

Nalley, Marlene W. 2002. Tinjauan Filosofis Bioteknologi. (online).


http://www.rudyct.com/PPS702-ipb/02201/wm_nalley.htm. Diakses tanggal 25
Nopember 2020.

Shannon, Thomas A. 1987. Pengantar Bioetika. Terjemahan Bertens, K. 1995. Jakarta.


PT Gramesia Pustaka Utama.

Stutz, Jean. 2011. Integrating Applied Ethics into a College-Level Non-Majors Biology
Course. Ethics Journal, 11 (2): 47-56.
Suryadi, T., Bioetika, T., & Aceh, H. F. U. B. (2009). Prinsip-prinsip etika dan hukum
dalam profesi kedokteran.

Anda mungkin juga menyukai