Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH BIOTEKNOLOGI

“KAITAN BIOETIKA DENGAN BIOTEKNOLOGI”

DISUSUN OLEH :

NAMA : SALSABILA
NIM : 1604129
KELAS : A
DOSEN PEMBIMBING : MIFTAHUR RAHMI, M.Pd

SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA PERINTIS PADANG


YAYASAN PERINTIS
PADANG
2019

i
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT karena atas segala
rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini. Tanpa pertolongan-
Nya saya tidak akan bisa menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Makalah ini memuat tentang “Kaitan Bioetika dengan Bioteknologi” dengan
tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Bioteknologi. Penulisan makalah ini sesuai
dengan kurikulum yang telah diberikan oleh Dosen saya. Saya mengucapkan terima
kasih kepada Dosen saya, Ibuk Miftahur Rahmi, M.Pd yang telah membimbing dalam
menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang saya miliki. Oleh karena
itu, saya mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang
membangun dari berbagai pihak. Akhirnya saya berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan. Terima kasih.

Padang, 31 Desember 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................…..............….....................….............…..……... i
DAFTAR ISI......................................…......…….........…...................................….... ii
BAB 1 PENDAHULUAN.............................…...............……….........................….. 1
1.1 Latar Belakang .......…..........….......…......…...…........….......……....…..…......... 1
1.2 Rumusan Masalah.......…..........….......…......…...…........….......…....…..…......... 2
1.3 Tujuan.......…..........….......…......…...….....…….….......……....…..…..…..……. 2
BAB 2 PEMBAHASAN.….…......…....…........…...…..…..........…...…......……….. 3
2.1 Pengertian Bioetika ….....….......….….........…...........…....................................... 3
2.2 Pelaksanaan Bioetika di Indonesia...…........…....…....….....…...…..….…..….…. 3
2.3 Aturan Pemerintah Tentang Etika Bioteknologi…....…....….....…...……...….…. 4
2.4 Pendekatan Bioetika dalam Pengembangan Produk-Produk Bioteknologi.………5
2.5 Etika dalam Bioteknologi Bidang Rekayasa Genetika pada Tanaman Transgenik.6
2.6 Etika dalam Bioteknologi Bidang Stem Cell………….…….…...…………....…. 7
2.7 Etika dalam Bioteknologi Bidang Kloning.......….……..........…...…......……….. 8
BAB 3 PENUTUP...........…….......………………....…………......……..............… 10
3.1 Kesimpulan ...................……….....................................….............………...........10
3.2 Saran ....................……....……...............…….......................................……..…..10
DAFTAR PUSTAKA .................................................................…........…...............11
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bioteknologi adalah teknik-teknik yang menggunakan organisme hidup atau
substansi dari organisme-organisme tersebut untuk membuat atau mengubah sebuah
produk untuk menghasilkan barang atau jasa yang bermanfaat bagi kesejahteraan
manusia. Dalam definisi yang lain, bioteknologi merupakan aplikasi dari prinsip-
prinsip ilmiah dan teknis dalam pemrosesan materi dengan menggunakan agen
biologis untuk menghasilkan barang dan jasa yang berguna bagi kesejahteraan
manusia.
Bioteknologi telah banyak diterapkan dalam kehidupan manusia mulai dari
penerapan bioteknologi yang masih tradisional hingga bioteknologi modern. Selama
kurang lebih empat dasawarsa terakhir, kita melihat begitu pesat perkembangan
bioteknologi di berbagai bidang (Nalley, 2002). Pesatnya perkembangan bioteknologi
ini sejalan dengan tingkat kebutuhan manusia di muka bumi. Terlebih dengan adanya
teknik rekayasa genetika, semakin pesat berkembang bioteknologi dalam berbagai
bidang untuk menciptakan produk yang diharapkan untuk meningkatkan
kesejahteraan. Hal ini dapat dipahami mengingat bioteknologi menjanjikan suatu
revolusi pada hampir semua aspek kehidupan manusia, mulai dari bidang pertanian,
peternakan, farmasi, kedokteran, lingkungan, hingga industri.
Manfaat bioteknologi sangat dirasakan dalam kehidupan, yaitu dalam
peningkatan kesejahteraan dan perbaikan hidup manusia. Manfaat-manfaat tersebut
antara lain untuk memerangi kelaparan, tersedianya obat-obatan untuk penyakit,
mengatasi kelangkaan sumber daya energy, mengurangi pencemaran lingkungan, dan
masih banyak lagi. Di samping bioteknologi dapat memberikan dampak positif,
bioteknologi juga memberikan dampak negatif bagi kehidupan manusia.
Menghadapi pesatnya kemajuan bioteknologi ini diharapkan kita dapat
melakukan antisipasi terhadap dampak negatif yang mungkin ditimbulkan. Pengkajian
mendalam melalui dasar-dasar pengetahuan, penalaran, logika, moral, agama, serta
criteria kebenarannya tentu akan sangat membantu. Penguasaan manusia terhadap
teknologi hendaklah menuntut perkembangan moral manusia itu juga (Nalley, 2002).
Maka, sangat perlu untuk memperhatikan etika dalam penerapan bioteknologi di
berbagai bidang.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah pengertian bioetika ?
2. Bagaimanakah pelaksanaan bioetika di Indonesia ?
3. Bagaimanakah aturan pemerintah tentang etika bioteknologi ?
4. Bagaimanakah pendekatan bioetika dalam pengembangan produk-
produk bioteknologi ?
5. Bagaimanakah bioteknologi dalam bidang rekayasa genetika pada
tanaman transgenik ditinjau dari segi etika ?
6. Bagaimanakah etika dalam bioteknologi bidang stem cell ?
7. Bagaimanakah etika dalam bioteknologi bidang kloning ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian bioetika.
2. Untuk mengetahui pelaksanaan bioetika di Indonesia.
3. Untuk mengetahui aturan pemerintah mengenai etika bioteknologi.
4. Untuk mengetahui pendekatan bioetika dalam pengembangan produk-
produk bioteknologi.
5. Untuk mengetahui etika bioteknologi dalam bidang rekayasa genetika
pada tanaman transgenik.
6. Untuk mengetahui etika dalam bioteknologi bidang stem cell.
7. Untuk mengetahui etika dalam bioteknologi bidang kloning.

2
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bioetika


Ada berbagai macam definisi mengenai bioetika. Berikut ini adalah
pengertian bioetika dari berbagai sumber.
a. Bioetika ialah semacam ilmu pengetahuan yang menawarkan pemecahan masalah
bagi konflik moral yang timbul dalam tindakan, praktek kedokteran dan ilmu
hayati (Sahin Aksoy, 2002 dalam Muchtadi, 2007).
b. Bioetika ialah suatu disiplin baru yang menggabungkan pengetahuan biologi
dengan pengetahuan mengenai sistem nilai manusia, yang akan menjadi jembatan
antara ilmu pengetahuan dan kemanusiaan, membantu menyelamatkan
kemanusian, dan mempertahankan dan memperbaiki dunia beradab (Van Potter,
1970 dalam Muchtadi, 2007).
c. Bioetika ialah kajian mengenai pengaruh moral dan sosial dari teknik-teknik yang
dihasilkan oleh kemajuan ilmu-ilmu hayati (Honderich Oxford, 1995 dalam
Muchtadi, 2007).
d. Bioetika bukanlah suatu disiplin. Bioetika telah menjadi tempat bertemunya
sejumlah disiplin, diskursus, dan organisasi yang terlibat dan peduli pada
persoalan etika, hukum, dan sosial yang ditimbulkan oleh kemajuan dalam
kedokteran, ilmu pengetahuan, dan bioteknologi (Onara O’Neill, 2002 dalam
Muchtadi, 2007).
Bioetika akan dapat berfungsi sebagai:
a. Pemanduan.
b. Pengawalan.
c. Pemantauan dan pengawasan.

2.2 Pelaksanaan Bioetika di Indonesia


Bioetika di Indonesia bertujuan untuk memberikan pedoman umum etika
bagi pengelola dan pengguna sumber daya hayati dalam rangka menjaga
keanekaragaman dan pemanfaatannya secara berkelanjutan. Pengambilan keputusan
dalam meneliti, mengembangkan, dan memanfaatkan sumber daya hayati harus/wajib
menghindari konflik moral dan seluas-luasnya digunakan untuk kepentingan manusia,
komunitas tertentu, dan masyarakat luas, serta lingkungan hidupnya, dilakukan oleh
individu, kelompok profesi, dan institusi publik atau swasta.
Pemanfaatan sumber daya hayati tidak boleh menimbulkan dampak negatif
terhadap harkat manusia, perlindungan, dan penghargaan hak-hak asasi manusia, serta
lingkungan hidup. Penelitian, pengembangan, dan pemanfaatan sumber daya hayati
harus memberikan keuntungan maksimal bagi kepentingan manusia dan makhluk
hidup lainnya, serta meminimalkan kerugian yang mungkin terjadi (Muchtadi, 2007).
Berdasarkan Pasal 19 KepMenristek No.112 Tahun 2009, harus dibentuk suatu
Komite Etik Penelitian, Pengembangan dan Pemanfaatan Sumber daya Hayati yang
bersifat independen, multidisiplin dan berpandangan plural. Keanggotaan Komite Etik
Penelitian, Pengembangan dan Pemanfaatan Sumber daya Hayati harus terdiri dari
para ahli dari berbagai departemen dan institusi yang relevan. Tindak lanjut dan
implementasi prinsip-prinsip bioetika penelitian, pengembangan, dan pemanfaatan
sumber daya hayati dilakukan oleh Komite Bioetika Nasional yang dibentuk oleh
pemerintah (BKKH, tanpa tahun).

2.3 Aturan Pemerintah Tentang Etika Bioteknologi


Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan, dapat kita ketahui bahwa etika
diperlukan untuk menentukan arah perkembangan bioteknologi, serta penerapannya
secara teknis, sehingga tujuan yang menyimpang dan destruktif bagi kemanusiaan
dapat dihindarkan. Yang penting pula perlu diterapkan aturan resmi pemerintah dalam
pelaksanaan dan penerapan bioteknologi, sehingga ada mekanisme pengawasan yang
intensif terhadap bahaya potensial yang mungkin timbul akibat kemajuan
bioteknologi (Ranika, 2012).
Sejalan dengan hal tersebut, Pemerintah Indonesia juga telah menetapkan
Undang-Undang terkait dengan Etika dalam bioteknologi.
1. Undang-Undang No. 7 Tahun 1996 tentang Pangan; Pasal 13 yang
mengantisipasi produk pangan yang dihasilkan melalui rekayasa genetika.
2. Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas
Tanaman;
3. Keputusan Bersama Menristek, Menkes, dan Mentan Tahun 2004 Tentang
Pembentukan Komisi Bioetika Nasional;
4. UU No 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan
Penerapan IPTEK; Pasal 22 (1) Pemerintah menjamin kepentingan masyarakat,
bangsa, dan negara serta keseimbangan tata kehidupan manusia dengan
kelestarian fungsi lingkungan hidup. (2) untuk melaksanakan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pemerintah mengatur perizinan bagi
pelaksanaan kegiatan penelitian, pengembangan, dan penerapan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang berisiko tinggi dan berbahaya dengan
memperhatikan standar nasional dan ketentuan yang berlaku secara internasional.
Sebagaimana dinyatakan oleh Darmanto (), Komisi Bioetik Nasional
memiliki tugas sebagaimana diatur dalam Pasal 3 dan Pasal 7 antara lain:
a. memajukan telaah masalah yang terkait dengan prinsip-prinsip bioetika,
b. memberi pertimbangan kepada Pemerintah mengenai aspek bioetika dalam
penelitian, pengembangan, dan penerapan Iptek yang berbasis pada ilmu
pengetahuan hayati,
c. menyebarluaskan pemahaman umum mengenai bioetika
d. penelaahan prinsip-prinsip bioetika dalam memajukan iptek serta mengkaji
dampaknya pada masyarakat
e. peninjauan etika terhadap arah perkembangan iptek, khususnya ilmu-ilmu hayati.

2.4 Pendekatan Bioetika dalam Pengembangan Produk-Produk


Bioteknologi
Sebagaimana yang telah dijelaskan bioetika merupakan cabang ilmu biologi
dan ilmu kedokteran yang menyangkut masalah di bidang kehidupan, tidak hanya
memperhatikan masalah-masalah yang terjadi pada masa sekarang, tetapi juga
memperhitungkan kemungkinan timbulnya pada masa yang akan datang.
Tiga etika dalam bioetika:
a. Etika sebagai nilai-nilai dan asas-asas moral yang dipakai seseorang atau suatu
kelompok sebagai pegangan bagi tingkah lakunya.
b. Etika sebagai kumpulan asas dan nilai yang berkenaan dengan molaritas (apa
yang di anggap baik atau buruk) misalnya kode etik kedokteran , kode etik rumah
sakit.
c. Etika sebagai ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dari sudut norma dan
nilai-nilai norma.
Menurut Fransese Abel, bioetika adalah studi Interdisipliner tentang problem-
problem yang ditimbulkan oleh perkembangan di bidang biologi dan ilmu kedokteran
baik pada skala mikro maupun makro lagi pula tentang dampaknya atas masyarakat
luas serta sistem nilainya kini dan masa datang.

2.5 Etika dalam Bioteknologi Bidang Rekayasa Genetika pada


Tanaman Transgenik
Banyak pertanyaan yang timbul ketika rekayasa genetika digunakan pada
keseluruhan organisme dibandingkan sel tunggal. Salah satu manfaat dari adanya
rekayasa genetika dan juga yang menyebabkan kontroversi terbesar adalah adanya
produksi dari organisme yang secara genetic dimodifikasi (GM organism), terutama
hasil panen tanaman GM. Tujuan dari diciptakannya tanaman transgenic adalah untuk
mendapat tanaman yang tahan terhadap pestisida, penyakit, iklim yang buruk, dan
produksi panen yang lebih baik.
Banyak hal yang perlu diperhatikan dengan adanya tanaman yang
dimodifikasi secara genetic. Area pertama yang perlu kita perhatikan adalah dari sisi
tanaman itu sendiri, apakah ia akan menjadi tanaman yang lebih baik atau setidaknya
tidak bertambah jelek. Kita yang harus menentukan apakah integritas spesies tersebut
penting atau tidak, atau dengan kata lain menciptakan tanaman yang “lebih baik”
lebih diinginkan dibandingkan mempertahankan tanaman “lama”. Dalam
melaksanakan hal ini, kita harus menentukan apakah modifikasi genetic pada suatu
organisme, dalam kasus ini tanaman, akan melanggar kode etik atau tidak. Hal lain
yang perlu diperhatikan adalah apakah dengan adanya tanaman transgenic tersebut
akan mempengaruhi ekosistem dan keseluruhan biodiversitas.
Contoh yang dapat kita kemukakan di sini adalah adanya tanaman transgenik
Roundup-ready soybean yang tahan terhadap herbisida. Contoh lain adalah tanaman
jagung Bt yang dimodifikasi untuk memproduksi racun dari bakteri Bacillus
thuringiensis sehingga dengan kemampuan memproduksi racun itu tanaman tersebut
dapat membunuh larva corn borer yang sedianya sangat merusak bagi tanaman
jagung. Tanaman-tanaman transgenic tersebut berinteraksi dengan ekosistem dan
interaksi tersebut harus kita perhatikan.
Dalam kasus jagung Bt tersebut, beberapa penelitian juga menunjukkan
bahwa tanaman jagung Bt juga memproduksi pollen yang beracun bagi kupu-kupu
Monarch. Di samping organisme target yaitu larva corn borer, racun tanaman ini juga
berdampak pada serangga non target yaitu kupu-kupu Monarch. Efek yang dapat
ditimbulkan oleh tanaman transgenic terhadap lingkungan juga harus diperhatikan,
yaitu kemungkinan terjadinya penyerbukan silang tanaman transgenic dengan
tanaman lain, sehingga gen penghasil racun dimiliki oleh tanaman yang baru dan
membunuh lebih banyak serangga. Terkait dengan sifatnya yang beracun bagi
serangga, hal lain yang harus diperhatikan dengan adanya tanaman transgenic adalah
apakah tanaman tersebut berbahaya bagi hewan dan manusia.
Di samping perhatian pada aspek lingkungan dan kesehatan, juga ada aspek
social dan ekonomi. Adanya kemampuan memodifikasi tumbuhan yang lebih baik
dengan biaya yang lebih rendah akan mengubah industri agrikultur dengan drastis
(Thieman, 2004).

2.6 Etika dalam Bioteknologi Bidang Stem Cell


Stem cell merupakan suatu sel prekursor yang berpotensi untuk berkembang
menjadi berbagai macam sel yang berbeda. Sel stem dapat dibedakan menjadi sel
stem embrionik dan sel stem dewasa. Sel stem embrionikadalah sel yang diambil dari
inner cell mass - suatu kumpulan sel yang terletak di satu sisi blastocyst yang berumur
5 hari dan terdiri dari 100 sel. Sel stem ini mempunyai sifat dapat berkembang biak
secara terus menerus dalam media kultur optimal dan pada keadaan tertentu dapat
diarahkan untuk berdiferensiasi menjadi berbagai sel yang terdiferensiasi seperti sel
jantung, sel kulit, neuron, hepatosit dan sebagainya.
Sel stem dewasa(Adult stem cells) adalah sel stem yang terdapat di semua
organ tubuh, terutama di dalam sumsum tulang dan berfungsi melakukan regenerasi
untuk mengatasi berbagai kerusakan yang selalu terjadi dalam kehidupan. Sel stem
dewasa dapat diambil dari fetus (fetal stem cells), sumsum tulang (bone marrow stem
cells), darah perifer atau tali pusat (umbilical cord blood stem cells, UCB).
Sel stem embrionik sangat plastis dan mudah dikembangkan menjadi
berbagai macam jaringan sel, seperti neuron, kardiomiosit, osteoblast, fibroblast dan
sebagainya., sehingga dapat dipakai untuk transplantasi jaringan yang rusak. Lagipula
immunogenicity nya rendah, selama belum meng-alami diferensiasi. Sel stem dewasa
juga bisa dipakai untuk mengobati berbagai penyakit degeneratif, tetapi plastisitasnya
sudah berkurang. Mengingat masalah etik, maka banyak negara lebih mengutamakan
penelitian pemanfaatan sel stem dewasa pada berbagai penyakit degeneratif, sehingga
tidak dihadapkan pada masalah dan kontroversi etika (Setiawan, 2006).
Dilihat dari manfaatnya, sel stem memang sangat menjanjikan sebuah solusi
bagi kesehatan manusia. Namun, melihat dua proses stem sel tadi yaitu stem sel
embrionik dan stem sel dewasa. Stem sel embrioniklah yang sampai saat ini masih
menjadi kontroversi karena stem sel embrionik mengambil bagian sel dari embrio,
dimana embrio merupakan calon makhluk hidup. Pada penggunaan sel stem
embrionik terdapat beberapa isu moral yaitu pandangan agama yang menyatakan
bahwa embrio dianggap sebagai kehidupan baru yang harus dihormati. Penggunaan
embrio untuk sel stem dapat disamakan dengan tindakan membunuh atau aborsi.
Embrio memiliki status sama dengan anak atau manusia karena memiliki genom
manusia secara lengkap, dan berpotensi untuk berkembang menjadi manusia
(Darmanto, 2009). Menurut Thieman (2004) sel stem embrio secara teoritis dapat
digunakan untuk membentuk jaringan lain, dengan transplantasi untuk memperbaiki
atau mengganti jaringan yang rusak atau sakit. Hal ini memberi kesan menggunakan
sel stem embrio manusia untuk penelitian, jika dari proses tersebut memungkinkan
untuk melakukan penelitian yang potensial dapat mengobati penyakit pasien.

2.7 Etika dalam Bioteknologi Bidang Kloning


Klon embrio dihasilkan dengan mentransfer embrio ke uterus, dianjutkan
proses implantasi dan penyempurnaan tubuh dengan resiko dan faktor keamanan
dalam perkembangan dan pertumbuhan, baik sebelum maupun sesudah kelahiran.
Tingkat keberhasilan hidup saat lahir dan ketahanan hidup organisme hasil kloning
rendah dan tengah diperdebatkan apakah hasil kloning manusia secara nyata dapat
hidup secar sehat dan normal. Pertanyaan masyarakat tentang peneitian kelahiran
kloning manusia juga harus dipikirkan. Sebagai contoh, jika suatu pasangan
memutuskan untuk mendapatkan anak dengan teknik kloning, dengan menggunakan
sel donor dari istri, klonnya secara genetik tidak akan menjadi anak perempuan
melainkan menjadi saudar dari istri, seperti saudara kembar yang lahirnya terlambat,
dan bukan keluarga dari suami. Pemikiran secara etis tentang hubungan keluarga dari
hasil klon berisi tentang bagaimana dengan adanya ketiadaan hubungan keluarga
dengan orang tua mungkin akan mengubah hubungan keluarga.
Bagi pihak yang pro akan adanya kloning, kloning dianggap menguntungkan
karena bagi manusia yang ingin punya keturunan, tapi karena satu dan lain hal tidak
bisa mendapat anak dengan cara yang biasa. Memungut anak adalah satu solusi, tapi
anak itu secara biologis adalah anak orang lain. Dengan kloning, bisa dipastikan sang
anak secara biologis berasal dari ayah atau ibunya, yaitu orang yang menyumbangkan
sel DNA-nya. Alasan kedua adalah dengan kloning merupakan suatu cara sempurna
untuk mendapatkan anak, sebab mereka tidak harus menikahi seorang lain dari lawan
jenis. Alasan ketiga adalah merupakan suatu anugrah besar bagi masyarakat bila
diciptakan kloning diri sendiri jika diri mereka begitu cerdas dan hebat.
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Bioetika ialah semacam ilmu pengetahuan yang menawarkan pemecahan
masalah bagi konflik moral yang timbul dalam tindakan, praktek kedokteran dan ilmu
hayati (Sahin Aksoy, 2002 dalam Muchtadi, 2007). Bioetika akan dapat berfungsi
sebagai:
a. Pemanduan
b. Pengawalan
c. Pemantauan dan pengawasan.
Bioetika di Indonesia bertujuan untuk memberikan pedoman umum etika
bagi pengelola dan pengguna sumber daya hayati dalam rangka menjaga
keanekaragaman dan pemanfaatannya secara berkelanjutan. Pengambilan keputusan
dalam meneliti, mengembangkan, dan memanfaatkan sumber daya hayati harus/wajib
menghindari konflik moral dan seluas-luasnya digunakan untuk kepentingan manusia,
komunitas tertentu, dan masyarakat luas, serta lingkungan hidupnya, dilakukan oleh
individu, kelompok profesi, dan institusi publik atau swasta.

3.2 Saran
Bioteknologi memang memiliki dampak yang positif akan tetapi harus
dipertimbangkan etika dalam penerapannya serta dampaknya bagi lingkungan dan
ekosistem terutama yang menyangkut moral pada manusia, seperti permasalahan
cloning dan bank sperma. Hal ini agar tidak adanya penyalahgunaan bioteknologi
serta meminimalisir dampak dari kegiatan itu, serta memberikan regulasi yang tepat
sesuai agama, moral, dan etika terutama yang sesuai dengan yang dianut masyarakat
Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. (online). uc.blogdetik.com/238/23821/files/2011/01/dampak-


bioteknologi.doc. Diakses tanggal 07 Desember 2017.
Darmanto, Win. 2009. Etika Bioteknologi. (online).
http://www.ppt2txt.com/r/753ed34f/. Diakses tanggal 07 Desember 2017.
Mukaromah, Aenul. 2010. Bioteknologi. (online). http://aeena-
aenulmukaromah.blogspot.com/2010/03/bioteknologi-bioteknologi-adalah-
cabang.html. Diakses tanggal 07 Desember 2017.
Nalley, Marlene W. 2002. Tinjauan Filosofis Bioteknologi. (online).
http://www.rudyct.com/PPS702-ipb/02201/wm_nalley.htm. Diakses tanggal 07
Desember 2017.
Ranika, 2012. Bioteknologi dalam Kehidupan. (online).
http://my.opera.com/greatranika/blog/2012/02/01/bioteknologi-dalam-
kehidupan. Diakses tanggal 07 Desember 2017.
Setiawan, Boenjamin. 2006. Cermin Dunia Kedokteran: Aplikasi Terapeutik Sel Stem
Embrionik pada Berbagai Penyakit Degeneratif. (online). http://www.
kalbefarma.com/cdk. Diakses tanggal 07 Desember 2017.
Thieman, Willian J, dan Michael A. Palladino. 2004. Introduction to Biotechnology.
San Fransisco: Pearson Education, Inc.

Anda mungkin juga menyukai