Anda di halaman 1dari 21

BIOETIKA

Makalah

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bioteknologi


Dosen Pengampu : Romdah Romansyah, S.Pd.,M.Pd.,M.Si.

Disusun Oleh:
1. Dhaifina Azimatunisa 2119160009
2. Lala Laura Rahman 2119160065
3. Lia Kania Sari 2119160073
4. Riki Yohan 2119160084
Kelompok 4
Tingkat 3C Biologi

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS GALUH
CIAMIS
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah swt., atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaiakan makalah ini tepat pada
waktunya. Sholawat beserta salam semoga tercurahlimpahkan kepada Nabi
Muhammad saw. Keluarga, sahabat dan kita umatnya hingga akhir zaman.
Makalah yang berjudul “BIOETIKA” ini disusun untuk mendeskripsikan
istilah bioetika, memaparkan prinsip-prinsip bioetika,
Pembuatan makalah ini tidak akan selesai tepat pada waktunya tanpa ada
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis sampaikan ucapan
terimakasih kepada seluruh pihak yang telah berpartisipasi dalam pembuatan
makalah ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga makalah tentang bioetika ini dapat
memberikan manfaat untuk pembaca.

Ciamis, Mei 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii


BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................1
B. Rumusan Masalah .....................................................................................2
C. Tujuan Penulisan .......................................................................................2
D. Manfaat .....................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah Bioetika ........................................................................................4
B. Makna Bioetika .........................................................................................5
C. Tujuan Bioetika .........................................................................................6
D. Prinsip Bioetika .........................................................................................6
E. Bioetika dalam Islam.................................................................................8
F. Dasar Hukum Bioetika di Indonesia .......................................................10
G. Bioetika dalam Beberapa Bidang Bioteknologi ......................................12
BAB III PENUTUP
A. Simpulan .................................................................................................17
B. Saran ........................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................18

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Peran ilmu pengetahuan dan tekologi (iptek) dalam segala sektor makin lama
makin besar. Dalam teorinya, “Schumpeter” telah memprediksi bahwa inovasi ilmu
pengetahuan dan teknologi akan mendorong pertumbuhan ekonomi. Sekarang ini saja
menurutnya, industri teknologi informasi telah membangun new economy dengan
karakter dan pasar yang berbeda dengan ekonomi kontemporer yang didukung oleh
industri otomotif, baja dan lain-lain. Demikian pula dalam sektor militer, kesehatan
dan sebagainya, peran ilmu pengetahuan dan teknologi sangat menonjol dalam
memajukannya.
Khusus menyangkut kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang
kesehatan, dapat diketahui dari banyaknya penemuan obat-obatan di bidang farmasi
maupun terapi pengobatannya. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi medis
yang bertumpu pada penelitian, sebagian besar harus didasarkan atas percobaan pada
manusia. Dalam bidang ilmu kedokteran, penelitian pada manusia merupakan sesuatu
yang tak dapat dihindarkan demi perbaikaan dalam diagnosis, terapi, pencegahan, dan
pemberantasan penyakit
Riset biomedik yang dilakukan saat ini, semakin menjadi aktual seiring dengan
perkembangan pengetahuan dan teknologi biomedis. Lahirnya bioteknologi modern
ini ditandai dengan munculnya teknologi Rekombinan DNA (Deoxiribo Nucleic
Acid). Teknologi ini bukan hanya memberikan harapan dapat disempurnakannya
proses dan produk saat ini, tetapi diharapkan juga mampu mengembangkan produk
baru sama sekali. Produk yang sebelumnya diperkirakan tidak mungkin dibuat, dapat
dibuat bahkan memudahkan realisasi proses-proses lain yang baru pula. Penemuan dan
pengembangan teknik-teknik yang ada untuk menjawab masalah manusia jarang yang
terlepas dari dilema. Di tangan manusia, bioteknologi medis dapat dipakai untuk
kepentingan yang jahat dan baik adalah hal yang mustahil bagi manusia dengan
hikmatnya sendiri dapat menjawab setiap permasalahan yang ada dengan memuaskan
tanpa menimbulkan ekses-ekses negatif. Manusia hanya dapat menciptakan
bioteknologi medis tanpa mampu mengantisipasi dampak bioteknologi medis itu

1
sendiri. Dalam kasus bioteknologi medis kloning misalnya, teknik ini berusaha
melepaskan proses reproduksi dari hubungan kelamin dua organisme sejenis berbeda
kelamin, dan jika hal ini dilakukan maka akan terbuka kemungkinan kehamilan dengan
beragam permasalahannya. Kehadiran bioteknologi bukan hanya membawa
perubahan sosial yang cukup besar, tetapi juga memunculkan pemikiran baru dalam
bidang etika, moral, nilai dan hukum.
Revolusi bioteknologi sebagai obyek kajian, bukan hanya penting dan
dibutuhkan dalam kehidupan manusia untuk mencapai kemajuan kesejahteraannya
secara optimal, tetapi juga dapat menimbulkan pemikiran dan tantangan baru
khususnya tentang moralitas manusia dan kearifan hukum dalam berbagai aspeknya.
Maka dari itu untuk mengimbangi bioteknologi yang terus berkembang lahirlah
sebuah kajian ilmu yang khusus menggabungkan pengetahuan biologi dengan
pengetahuan mengenai sistem nilai manusia, yang akan menjadi jembatan antara ilmu
pengetahuan dan kemanusiaan, membantu menyelamatkan kemanusian, dan
mempertahankan dan memperbaiki dunia beradab yang disebut dengan bioetika.
Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka kami akan membuat makalah dengan judul
“bioetika”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka rumusan masalahnya
yaitu sebagai berikut.
1. Kapan istilah bioetika mulai muncul dan digunakan?
2. Apa makna dari bioetika?
3. Apa tujuan dari adanya bioetika?
4. Prinsip apa saja yang diperlukan dalam bioetika?
5. Bagaiman bioetika dalam pandangan Islam?
6. Apa yang menjadi dasar hukum bioetika di Indonesia?
7. Bagaimana bioetika dalam penerapan bidang bioteknologi?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini yaitu
sebagai berikut.

2
1. Untuk memaparkan sejarah penggunaan istilah bioetika.
2. Untuk mendeskripsikan makna dari bioetika.
3. Untuk menyebutkan tujuan dari bioetika.
4. Untuk memaparkan prinsip yang diperlukan dalam bioetika.
5. Untuk mengemukakan bioetika dalam pandangan Islam.
6. Untuk menjabarkan dasar hukum bioetika di Indonesia.
7. Untuk memaparkan bioetika dalam penerapan bidang bioteknologi.

D. Manfaat
Adapun manfaat dari makalah ini yaitu dapat dijadikan sebagai sumber
referensi serta untuk menambah wawasan pembaca mengenai bioetika beserta dasar
hukum dan penerapannya dalam bidang bioteknologi.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Bioetika
Bioetika dicetuskan pada tahun 70-an, sedang bioetika sebagai konsep sudah
merupakan kekayaan umat manusia ribuan tahun yang lalu. Pemahaman tentang bio
etika sudah harus menjadi kewajiban para ilmuwan dengan semakin cepatnya
perkembangan teknologi modern terutama yang bergerak di bidang ilmu hayati. Orang
yang pertama kali menciptakan istilah bioetik adalah Van Ressealer Potter, seorang
peneliti biologi di bidang kanker dan Profesor di Universitas Wisconsin. Awal tahun
1971 ia menerbitkan bukunya “Bioethics: bridge to the future”. Tahun sebelumnya ia
sudah menulis sebuah artikel yang menyebut istilah yang sama yaitu “Bioethics the
sains of survival”.
Kemudian Potter mengakui bahwa istilah Bioetik dengan tiba-tiba muncul dalam
pemikirannya sebagai semacam ilham. Ia memasukkan bioetika sebagai suatu ilmu
baru yang menggabungkan pengetahuan ilmu hayati dengan pengetahuan tentang
sistem sistem nilai manusiawi dari etika. Dengan demikian dua kebudayaan ilmiah
yang senantiasa terpisah dapat memperkuat dan memperkaya satu sama lain. Hal itu
perlu supaya bangsa manusia dapat bertahan hidup sebagai tujuan terakhir bidang baru
ini ialah melihat not only to enrich individual lives but to prolong the survival of the
human spesies in an acceptable form society (bukan saja memperkaya kehidupan
individual tetapi memperpanjang bertahan hidupnya spesies manusia dalam bentuk
yang dapat diterima oleh masyarakat). Tidak lama kemudian Andre Hellegers dan
rekan-rekannya mulai memakai juga kata bioetik. Hellegers adalah ahli kebidanan
fisiologi fetus dan demografi yang berasal dari Belanda dan bekerja di Universitas
Georgetown Washington DC. Hellegers memakai kata bioetika sebagai kerjasama
antara ilmu-ilmu hayati, ilmu sosial dan etika dalam memikirkan masalah masalah
kemasyarakatan dan moral yang timbul dalam perkembangan ilmu-ilmu biomedis
(Novianti,2017).

4
B. Makna Bioetika
Bioetika merupakan istilah yang relatif baru dan terbentuk dari dua kata Yunani
“bios” yaitu hidup dan “ethos” yaitu adat istiadat atau moral. Secara harfiah berarti
etika hidup. Bioetika dapat dilukiskan sebagai ilmu pengetahuan untuk
mempertahankan hidup dan terpusat pada penggunaan ilmu-ilmu biologis untuk
memperbaiki mutu hidup. Dalam arti yang lebih luas, bioetika adalah penerapan etika
dalam ilmu-ilmu biologis, obat, pemeliharaan kesehatan dan bidang-bidang terkait
(Wikipedia). Selain itu dapat diartikan bahwa bioetika merupakan suatu disiplin
keilmuan yang baru, yang merupakan kombinasi antara pengetahuan hayati (biologi)
dengan pengetahuan sistem nilai manusia. Definisi ini sekaligus memberikan pula
tujuan bioetika, yaitu membangun jembatan antara ilmu pengetahuan dan humaniora
(kemanusiaan), membantu “kemanusiaan” untuk tetap selamat dan lestari, serta
menyempurnakan dunia beradab. Bioetika merupakan studi interdisipliner tentang
masalah yang ditimbulkan oleh perkembangan di bidang biologi dan ilmu kedokteran
baik skala mikro maupun makro, masa kini dan masa mendatang (Prof. Win
Darmanto).
Bioetika bukanlah suatu disiplin. Bioetika telah menjadi tempat bertemunya
sejumlah disiplin, diskursus dan organisasi yang terlibat dan peduli pada persoalan
etika, hukum, dan sosial yang ditimbulkan oleh kemajuan dalam kedokteran, ilmu
pengetahuan, dan bioteknologi. (Onara O’Neill, dalam Kuswanto). Bioetika
(Bioethics) yaitu etika yang mempelajari aspek etika dalam manipulasi atau campur
tangan manusia pada kehidupan, pada semua mahluk hidup, mulai dari kehidupan
virus sampai dengan kehidupan manusia dan berusaha menjawab pertanyaan: apakah
manipulasi ini membangun atau menghancurkan? (Maramis, 2013). Sedangkan untuk
istilah etika itu sendiri adalah bagian cabang dari filsafat terapan yang mencari perilaku
apa yang benar apa yang salah, yang baik dan yang buruk di dalam suatu keadaan
tertentu. Menurut F. Abel, Bioetika adalah studi interdisipliner tentang masalah-
masalah yang ditimbulkan oleh perkembangan biologi dan kedokteran, tidak hanya
memperhatikan masalah-masalah yang terjadi pada masa sekarang, tetapi juga
memperhitungkan timbulnya masalah pada masa yang akan datang.

5
C. Tujuan Bioetika
Karena bioteknologi diberi arah dan penilaian (judgement), demi kebaikan umat
manusia, maka dalam hal ini, moral dan etika, khususnya bioetika, dapat memberi
sumbangan pemikiran yang berarti, namun secara detailnya tujuan dari bioetika adalah
sebagai berikut.
1. Bioetika sangat diperlukan sebagai pengawal riset biologi dan bioteknologi
modern.
2. Pembelajaran bioetika diarahkan untuk mencegah dampak negatif yang muncul
dari teknologi.
3. Pembelajaran bioetika menunjukkan pada mahasiswa untuk menjadi ilmuwan
yang memiliki tanggung jawab sosial.
4. Pembelajaran bioetika dibutuhkan karena menekankan pada pengembangan
berpikir kritis untuk menentukan sisi baik dan buruk atau dimensi etis dari biologi
modern dan teknologi yang terkait dengan kehidupan.
5. Pembelajaran bioetika dapat melatih mahasiswa menjadi ilmuwan biologi yang
dapat mempertimbangkan tindakan-tindakan yang akan dilakukan sebagaimana
pengembangan pola berpikir yang dikemukakan Rasulullah SAW yaitu pola
berpikir menggunakan akal.

D. Prinsip Bioetika
Dalam bioetika diperlukan prinsip moral, dimana prinsip moral merupakan
masalah umum dalam melakukan sesuatu sehingga membentuk suatu sistem etik.
Prinsip moral berfungsi untuk membuat secara spesifik apakah suatu tindakan
dilarang, diperlukan atau diizinkan dalam situasi tertentu. Adapun beberapa prinsip
tersebut adalah sebagai berikut
1. Autonomi
Autonomi berarti kemampuan untuk menentukan sendiri atau mengatur diri
sendiri, berarti menghargai manusia sehingga memperlakukan mereka sebagai
seseorang yang mempunyai harga diri dan martabat serta mampu menentukan
sesuatu bagi dirinya.

6
2. Benefesience
Merupakan prinsip untuk melakukan yang baik dan tidak merugikan pasien atau
tidak menimbulkan bahaya bagi pasien.
3. Justice
Merupakan prinsip moral untuk bertindak adil bagi semua individu, setiap
individu mendapat perlakuan dan tindakan yang sama. Tindakan yang sama tidak
selalu identik tetapi dalam hal ini persamaan berarti mempunyai kontribusi yang
relatif sama untuk kebaikan hidup seseorang
4. Veracity
Merupakan prinsip moral dimana kita mempunyai suatu kewajiban untuk
mengatakan yang sebenarnya atau tidak membohongi orang lain /pasien.
Kebenaran merupakan hal yang fundamental dalam membangun suatu hubungan
denganorang lain. Kewajiban untuk mengatakan yang sebenarnya didasarkan atau
penghargaan terhadap otonomi seseorang dan mereka berhak untuk diberi tahu
tentang hal yang sebenarnya.
5. Avoiding Killing
Merupakan prinsip yang menekankan kewajiban perawat untuk menghargai
kehidupan. Bila perawat berkewajiban melakukan hal-hal yang menguntungkan
(Benefisience) haruskah perawat membantu pasien mengatasi penderitaannya
(misalnya akibat kanker) dengan mempercepat kematian? Kewajiban perawat
untuk menghargai eksistensi kemanusiaan yang mempunyai konsekuensi untuk
melindungi dan mempertahankan kehidupan dengan berbagai cara.
6. Fedelity
Merupakan prinsip moral yang menjelaskan kewajiban perawat untuk tetap setia
pada komitmennya, yaitu kewajiban mempertahankan hubungan saling percaya
antara perawat dan pasien. Kewajiban ini meliputi meenepati janji, menyimpan
rahasia dan “caring “.
7. Non-malficence
Non-malficence adalah suatu prinsip yang mana seorang dokter tidak melakukan
perbuatan yang memperburuk pasien dan memilih pengobatan yang paling kecil
resikonya bagi pasien yang dirawat atau diobati olehnya. Pernyataan kuno Fist, do
no harm, tetap berlaku dan harus diikuti.

7
E. Bioetika dalam Islam
1. Kaidah Bioetika
a. Kaidah Niat (Abdul Hamid Hakim, As-Sullam II,Jakarta: Sa’adiyah Putra, t.th.
hal 52-55).
ِ َ‫اَلُ ُم ْو ُر ِب َمق‬
‫اص ِدهَا‬
“Segala sesuatu tergantung pada niatnya”.
Niat yang terkandung dalam hati seseorang sewaktu melakukan perbuatan
menentukan nilai dan status hukum dari perbuatan yang dilakukan. Kaidah di atas
memberi pengertian bahwa setiap yang dilakukan manusia, baik yang berupa
perkataan atau perbuatan diukur menurut niat pelakunya. Untuk mengetahui niat
pelakunya, harus dilihat adanya keadaan-keadaan tertentu yang dapat dijadikan
sarana untuk mengetahui niat dari pelakunya.
Apabila berlawanan antara ucapan dengan niat, kalau tidak berhubungan dengan
orang lain, maka yang dipegang niatnya. Namun kalau berhubungan dengan orang
lain, maka yang dipegang ucapan atau perbuatannya.
b. Kaidah keyakinan (Abdul Hamid Hakim, As- Sullam II,Jakarta: Sa’adiyah
Putra, t.th. hal. 55- 56).
ّ‫اَ ْليَ ِق ْينُ لَيُزَ ا ُل بِالشّك‬
“Sesuatu yang sudah yakin tidak dapat dihilangkan dengan keraguan”
Yang dimaksud “yakin” adalah sesuatu yang menjadi tetap dengan bukti
penglihatan atau petunjuk tertentu. Maksudnya, seseorang dapat dikatakan
meyakini terhadap perkara, apabila telah ada bukti atau keterangan yang
ditetapkan pancaindera atau petunjuk yang lain.
Sedang yang dimaksud “ragu” adalah pertentangan antara tetap dan tidaknya,
dimana pertentangan tersebut sama antara batas kebenaran dan kesalahan tanpa
dapat dipilih salah satunya. Maksudnya, apabila seseorang telah meyakini
terhadap suatu perkara, maka yang telah diyakini ini tidak dapat dihilangkan
dengan keragu-raguan.
c. Kaidah kemadharatan (Abdul Hamid Hakim, As-Sullam II,Jakarta: Sa’adiyah
Putra, t.th. hal.59-61).
‫اَلض َّر ُر يُزَ ا ُل‬
“Kemadharatan itu harus dihilangkan”

8
Kaidah ini menunjukkan bahwa pada dasarnya hukum Islam berusaha
menjauhkan manusia dari kemadharatan, baik perorangan maupun masyarakat
guna mewujudkan kemaslahatan.
Dharurat adalah kesulitan yang sangat menentukan eksistensi manusia karena jika
ia tidak diselesaikan, maka akan mengancam agama, jiwa, keturunan, akal, dan
harta. Dengan dharurat akan adanya penghapusan hukum dan diharapkan akan
mendatangkan kemaslahatan bagi kehidupan manusia.
d. Kaidah kesukaran (Abdul Hamid Hakim, As- Sullam II,Jakarta: Sa’adiyah
Putra, t.th. hal. 56- 59).
َ ‫اَ ْل َم‬
‫شقّةُ تَجْ لِبُ الت ّ ْي ِسي َْر‬
“Kesukaran mendatangkan kemudahan”
Sedangkan masyaqot adalah kesukaran yang menghendaki adanya kebutuhan
tentang sesuatu, apabila tidak terpenuhi tidak akan membahayakan eksistensi
manusia. Dengan masyaqot akan mendatangkan rukhsah (keringanan).
Pada prinsipnya segala hukum asalnya berlaku umum, tidak melihat pada suatu
keadaan tertentu atau orang tertentu. Namun dalam pelaksanaannya seringkali
menimbulkan kesukaran. Oleh sebab itu perlu diadakan cara untuk menghindari
kesukaran dengan pengecualian hukum. Atas dasar ini hukum dijalankan sesuai
dengan kemampuan manusia. Kaidah ini dimaksudkan agar ketentuan hukum
dapat dilaksanakan oleh manusia kapan dan dimana saja, dengan memberi
keringanan ketika mengalami kesulitan dalam melaksanakannya.
e. Kaidah adat kebiasaan/’urf (Abdul Hamid Hakim, As-Sullam II, Jakarta:
Sa’adiyah Putra, t.th. hal. 61-62).
‫ا َ ْلعَادَة ُ ُم َح ّك َمة‬
“Adat kebiasaan ditetapkan sebagai hukum”
Adat kebiasaan/’urf adalah segala apa yang dikenal oleh manusia, sehingga hal itu
menjadi suatu kebiasaan yang berlaku dalam kehidupan mereka, baik berupa
perkataan atau perbuatan. Adat kebiasaan/’urf dibedakan menjadi dua, yakni:
shahih dan fasid.
Adat kebiasaan yang shahih adalah segala sesuatu yang telah menjadi kebiasaan
manusia dan tidak menyalahi dalil syara’. Sedangkan yang fasid adalah
sebaliknya.

9
2. Prinsip Bioetika
Dalam proses pengambilan keputusan etik terhadap dilema bioetika, kita harus
memahami 6 prinsip bioetika Islam (Mustofa, 2009: 116) yakni:
a. Prinsip I (Keadaan Darurat)
Keputusan etik yang mengandung unsur haram menggunakan pedoman bahwa
dalam kondisi normal diharamkan, namun menjadi diperbolehkan ketika darurat,
yakni tidak ada pilihan lain dan semata mata hanya untuk menjaga dan
melestarikan kehidupan.
b. Prinsip II (Menjaga dan Melestarikan Kehidupan)
Keputusan etik yang diambil harus berdasakan tujuan utama untuk semata-mata
menjaga dan melestarikan kehidupan, bukan untuk maksud yang lain.
c. Prinsip III (Untuk Kepentingan yang Lebih Besar)
Keputusan etik yang diambil, harus terkandung maksud untuk kepentingan yang
lebih besar.
d. Prinsip IV (Peluang Keberhasilan)
Keputusan etik yang diambil, harus sudah memperhitungkan kemungkinan atau
peluang keberhasilannya.
e. Prinsip V (Manfaat dan Mudharat)
Keputusan etik yang diambil harus sudah memperhitungkan keuntungan dan
kerugian, kemaslahatan dan kemudharatannya.
f. Prinsip VI (Tidak Ada Pilihan Lain)
Keputusan etik yang diambil harus sudah memperhitungkan tidak adanya pilihan
lain, sehingga keputusan tersebut harus diambil.

F. Dasar Hukum Bioetika Di Indonesia


Adapun dasar hukum bioetika yang ada di Indonesia (Kuswanto dalam Rachman)
adalah sebagai berikut.
1. Perubahan Keempat UUD 45 Pasal 31 ayat (5), Menyatakan bahwa “Pemerintah
memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai
agama dan persatuan bangsa untuk memajukan peradaban serta kesejahteraan
umat manusia”.

10
2. UU No.18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan
Penerapan IPTEK pada pasal 22, Pemerintah menjamin kepentingan masyarakat,
bangsa, dan negara serta keseimbangan tata kehidupan manusia dengan
kelestarian fungsi lingkungan hidup.
3. UU No. 7 tahun 1996 tentang Pangan pasal 13 yang mengantisipasi produk
pangan yang dihasilkan melalui rekayasa genetika.
4. Peraturan Pemerintah No. 29 tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas Tanaman
yang memberikan batasan-batasan perlindungan.
5. Keputusan Bersama Menristek, MenKes dan Mentan Tahun 2004 tentang
Pembentukan Komisi Bioetika Nasional.
6. UU No 13 tahun 2010 tentang Hortikultura
7. UU No. 18/2002 Tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangandan
Penerapan IPTEK (RPP Peneltian Berisiko Tinggi) Pasal 22, yaitu:
- Pemerintah menjamin kepentingan masyarakat, bangsa, dan negara serta
keseimbangan tata kehidupan manusia dengan kelestarian fungsi lingkungan
hidup.
- Untuk melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
pemerintah mengatur perizinan bagi pelaksanaan kegiatan penelitian,
pengembangan, dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berisiko
tinggi dan berbahaya dengan memperhatikan standar nasional dan ketentuan
yang berlaku secara internasional
- Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diatur lebih lanjut dalam
Peraturan Pemerintah
8. UU No. 18/2002 Tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan
Penerapan IPTEK
9. PP No. 41/2006 Perizinan Melakukan Litbang bagi Perguruan Tinggi Asing,
Lembaga Litbang Asing dan Badan Usaha Asing dan Orang Asing
- Pasal 20 (1) Perguruan Tinggi Asing, Lembaga Litbang Asing dan Badan
Usaha Asing dan Orang Asing tidak membawa sampel dan/atau spesimen
bahan litbang keluar wilayah NKRI.
- Pasal 21 (1) Dalam melaksanakan kegiatan litbang di Perguruan Tinggi Asing,
Lembaga Litbang Asing dan Badan Usaha Asing dan Orang Asing tetap

11
menghormati adat istiadat dan norma-norma kebudayaan yang berlaku di
tempat kegiatan litbang.
10. Tugas Komisi Bioetika Nasional (Pasal 2 PP No. 41/2006 )
- Memajukan telaah masalah yang terkait dengan prinsip-prinsip bioetika
- Memberi pertimbangan kepada Pemerintah mengenai aspek bioetika dalam
penelitian, pengembangan, dan penerapan Iptek yang berbasis pada ilmu
pengetahuan hayati
- Menyebarluaskan pemahaman umum mengenai bioetika

G. Bioetika dalam Beberapa Bidang Bioteknologi


1. Prinsip Dasar Bioetika Dalam Penggunaan Hewan Coba
Hewan coba sebagai sistem biologik utuh masih belum dapat digantikan. Terdapat
perbedaan pendekatan dalam implikasi etis dalam percobaan pada hewan diberbagai
negara. Penggunaan hewan coba diizinkan bila perlu, dan hanya dengan perlakuan
layak.
a. Tujuan penggunaan hewan coba
Dasar etik penggunaan hewan coba revisi deklarasi helsinki tokyo, 2004 yaitu (1)
Butir 11: penelitian kesehatan yang mengikutsertakan msdp harus memenuhi prinsip-
prinsip ilmiah yang sudah diterima secara umum, didasarkan pada pengetahuan
seksama dari keputustakaan ilmiah dan sumber informasi lain, percobaan laboratorium
yang memadai, dan layak percobaan untuk hewan. (2) Butir 12: keberhatian (caution)
yang tepat harus diterapkan pada penelitian yang dapat mempengaruhi lingkungan dan
kesejahteraan hewan yang digunakan dalam penelitian harus dihormati.
Pada hewan tindakan kekerasan terhadap laboratorium penelitian penggunaan
hewan untuk pendidikan dan pelatihan dilarang. Di belanda: penggunaan kuda, kera,
anjing dan kucing untuk Hewan coba dilarang. Penurunan penggunaan hewan coba
pada pusat penelitian di negara-negara maju penurunan penggunaan hewan coba
sampai 90%.
b. Evaluasi prinsip dasar penggunaan hewan coba:
1) Untuk kemajuan pengetahuan biologik dan pengembangan cara-cara yang lebih
baik dalam usaha melindungi kesehatan dan kesejahteraan manusia spesies hewan
utuh

12
2) bila layak, gunakan metode simutas komputer, matematik dan invitro untuk
mengurangi jumlah hewan coba
3) percobaan hewan hanya dapat dilakukan dengan pertimbangan seksama, ada
reievansi kuat terhadap kesehatan manusia dan pemajuan pengetahuan biologic
4) spesies hewan coba harus tepat dan dari fologeni serendah mungkirn
5) peneliti/pelaksana penelitian harus melakukan hewan sebagai makhluk perasa
(sentient)
6) peneliti harus beranggapan bahwa prosedur yang menimbulkan rasa nyeri pada
manusia juga menimbulkan nyeri paca hewan coba
7) prosedur yang menimbulkan nyeri harus dengan pembiusan yang lazim
8) pada akhir penelitian hewan yang menderita nyen hebat, kecacatan, harus
dimatikan tanpa rasa nyeri
9) hewan yang dimanfaatkan untuk peneitian biomedik harus dijamin dalam kondisı
hidup yang paling baik berdasarkan animal spesies hewan coba harus tepat dan
dari fologeni serendah mungkin
2. Bioetika Pada Tanaman
Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan penelitian di bidang tanaman
akan ditunjukkan dengan berhasilnya pengembangan produk teknologi dibidang
pertanian, khusunya tanaman. Perkembangan ilmu pengetahuan yang pesat
menjadikan kajian biologi mengalami perubahan yang signifikan, tidak lagi terbatas
pada tingkat organisme atau sel, melainkan lebih dalam lagi ke tingkat molokuler.
Penemuan teknologi transfer gen oleh plasmid pada tahun 1973 memberikan
perubahan revolusioner di bidang bioteknologi dalam mengubah ulang dan
memodifikasi struktur genetis spesies biologis. Pada tahun 1990an, dilakukan banyak
penelitian dan percobaan teait penerapan teknologi ini dalam bidang pertanian.
Ekspresi protein, penanda genetis, dan lain lain telah diłakukan selama masa ini.
Dalam era ini pula, tanaman pangan termodifikasi mulai diproduksi dalam skala
komersial, bukan hanya sebagai objek di laboratorium. Hingga pada tahun 2000,
sekitar 20% jagung, 50% kedelai dan 75% kapas yang diproduksi di Amerika Serikat
merupakan tanaman termodifikasi yang memiliki resistensi terhadap serangga dan
herbisida. Tanaman ini merupakan beberapa contoh dari apa yang kita kenal sebagai
Genetically Modified Organism (GMO). Genetically Modified Organism merupakan

13
organisme yang mengalami perubahan secara genetis akibat penggunaan teknologi
rekombinasi DNA.
Penelitian tentang tanaman pada hakekatnya untuk keuntungan manusia, dan
pertimbangan ekonomis, serta kesejahteraan manusia. Penelitian tanaman tersebut
dilakukan dengan berpedoman dengan menggunakan bahan yang baik, persiapan yang
benar dan teratur, mengikuti prosedur yang benar dan terinci, sehingga dapat
menghasilkan produk yang baik dan unggul. Diperlukan juga aturan yang menjamin
bahan prosedur yang benar dan penanganan produk penelitian yang tidak menggangu
kepentingan manusia. Meski pun hasil penelitian ada yang berdampak positif dan
negatif, namun sebanyak mungkin segi yang menguntungkan manusia dimunculkan
dan sedikit mungkin kerugian yang ditimbulkannya.
3. Bioetika Tanaman Transgenik
Transgenik adalah tanaman yang telah direkayasa bentuk maupun kualitasnya
melalui penyisipan gen atau DNA binatang, bakteri, mikroba, atau virus untuk tujuan
tertentu. Organisme transgenik adalah organisme yang mendapatkan pindahan gen
dari organisme lain. Gen yang ditransfer dapat berasal dari jenis (spesies) lain seperti
bakteri, virus, hewan, atau tanaman lain.
Secara ontologi tanaman transgenik adalah suatu produk rekayasa genetika
melalul transformasi gen dari makhluk hidup lain ke dalam tanaman yang tujuannya
untuk menghasilkan tanaman baru yang memiliki sifat ungqul yang lebih baik dari
tanaman sebelumnya. Secara epistemologi, proses pembuatan tanaman transgenik
sebelum dilepas ke masyarakat telah melalui hasil penelitian yang panjang, studi
kelayakan danjlapangan dengan pengawasan yang ketat, termasuk melalui analisis
dampak lingkungan untuk jangka pendek dan jangka panjang. Secara aksiologi,
berdasarkan pendapat kelompok masyarakat yang pro dan kontra tanaman transgenik
memiliki manfaat untuk memenuhi kebutuhan pangan penduduk, tetapi manfaat
tersebut belum teruji, apakah lebih besar manfaatnya atau kerugiannya.
Dampak positif dari tanaman transgenik antara lain:
1) Rekayasa transgenik dapat menghasilkan prodik lebih banyak dar sumber yang
lebih sedikit
2) Rekayasa tanaman dapat hidup dalam kondisi lingkungan ekstrem akan
memperluas daerah pertanian dan mengurangi bahaya kelaparan

14
3) Makanan dapat direkayasa supaya lebih lezat dan menyehatkan

Sedangkan dampak negatif danı tanaman transgenik, meliputi:


1) Aspek agama dan sosial
Penggunaan gen yang berasal dari babi untuk memproduksi bahan makanan
dengan sendirinya akan menimbulkan kekhawatiran di kalangan pemeluk agama
Islam. Penggunaan gen dari hewan dalam rangka meningkatkan produksi bahan
makanan akan menimbulkan kekhawatiran bagi kaum vegetarian, yang
mempunyai keyakinan tidak boleh mengonsumsi produk hewani.
2) Aspek etika dan estetik
Penggunaan bakteri E coli sabagai sel inang bagi gen tertentu yang akan
diekspresikan produknya dalam skala industri, misalnya industri pangan, akan
terasa menjijikkan bagi sebagian masyarakat yang hendak mengonsumsi pangan
tersebut. Hal ini karena E coli merupakan bakteri yang secara alami menghuni
kolon manusia sehingga pada umumnya diisolasi dari tinja manusia.
3) Aspek ekonomi
Produk pertanian hasil transgenik telah memberikan ancaman persaingan serius
terhadap komoditas serupa yang dihasilkan secara konvensional. Penggunaan tebu
transgenik mampu menghasilkan gula dengan kemanisan jauh lebih tinggi
daripada gula dari tebu biasa. Produksi minyak goreng canola dari tanaman
rapeseeds transgenik dapat berpuluh kalı lipat bila dibandingkan dengan produksi
dari kelapa atau kelapa sawit sehingga mengancam eksistensi industri minyak
goreng konvensional. Di bidang peternakan, enzim yang dihasilkan oleh
organisme transgenik dapat memberikan kandungan protein hewani yang lebih
tinggi pada pakan ternak sehingga mengancam keberadaan pabrik-pabrik tepung
ikan, tepung daging. dan tepung tulang.
4) Aspek kesehatan
Adanya potensi toksisitas bahan pangan, transfer gen tertentu dari ikan ke dalam
tomat, yang tidak pernah berlangsung secara alami, berpotensi menimbulkan
risiko toksisitas yang membahayakan kesehatan. Kekhawatiran yang muncul
dengan adanya mengintroduksi alergen atau toksin baru yang semula tidak pernah
dijumpai pada bahan pangan konvensional. Di antara kedelai transgenik, misalnya
pernah dilaporkan adanya kasus reaksi alergi yang serius.

15
4. Bioetika Rekayasa Genetika
Ilmu pengetahuan dalam bidang rekayasa genetika tanaman mengalami
perkembangan yang luar biasa. Perkembangannya diharapkan mampu memberikan
solusi atas berbagai permasalahan baik dari segi sandang, pangan, dan papan yang
secara konvensional tidak mampu memberikan konstribusi yang maksimal. Adanya
produk hasil rekayasa tanaman memiliki tujuan untuk mengatasi kelaparan, defisiensi
nutrisi, peningkatan produktivitas tanaman, ketahanan terhadap cekaman lingkungan
yang ekstrem, dan lain-lain (Amin et al., dalam Novianti). Perkembangan dari
rekayasa genetika tersebut dikuti dengan berbagai macam isu permasalahan seperti
sosial, ekonomi, lingkungan, kesehatan, politik, agama, etika dan legalitas suatu
produk rekayasa genetika. Permasalahan-permasalahan tersebut terangkum dalam
sebuah kajian yang dinamakan bioetika (Pottage, dalam Novianti).
Permasalahan bioetika rekayasa genetika selalu dikaitkan oleh berbagai macam
kekhawatiran tentang produk hasil rekayasa genetika. Kekhawatiran tersebut
mendorong munculnya berbagai macam kontroversial di kalangan masyarakat. Dari
hal inilah muncul berbagai macam pro dan kontra mengenai produk rekayasa genetika.
Adanya berbagai polemik tersebut mendasari terbentuknya berbagai macam peraturan
atau protokol yang mengatur berbagai macam aktivitas di bidang rekayasa genetika.
Dalam skala nasional, sudah dibentuk undang-undang yang dengan transgenik
yang berkaitan dengan transgenik yang tertuang dalam UU No. 18/2002 Tentang
Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan IPTEK (RPP Peneltian
Berisiko Tinggi). Disebutkan pada pasal 22 yang berbunyi:
1) Pemerintah menjamin kepentingan masyarakat, bangsa, dan negara serta
keseimbangan tata kehidupan manusia dengan kelestarian fungsi lingkungan
hidup
2) Untuk melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
pemerintah mengatur perizinan bagi pelaksanaan kegiatan penelitian,
pengembangan, dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berisiko
tinggi dan berbahaya dengan memperhatikan standar nasional dan ketentuan yang
berlaku secara internasional.

16
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Adapun simpulan dari materi yang telah dipaparkan adalah sebagai berikut:
1. Bioetika dapat dilukiskan sebagai ilmu pengetahuan untuk mempertahankan
hidup dan terpusat pada penggunaan ilmu-ilmu biologis untuk memperbaiki mutu
hidup.
2. Bioetika diperlukan sebagai pengawal riset dan teknologi modern, melatih dan
menjadikan mahasiswa sebagai ilmuwan yang berpikir menggunakan akal, serta
untuk mencegah dampak negatif dari teknologi.
3. Dalam bioetika diperlukan prinsip moral, diantaranya terdiri dari prinsip
autonomi, benefesience, justice, veracity, avoiding killing, fedelity, dan non-
malficence.
4. Bioetika dalam pandangan islam terdapat beberapa kaidah yaitu kaidah niat,
keyakinan, kemadharatan, kesukaran dan adat kebiasaan. Selain kaidah, perlu
dipahami juga prinsip bioetika dalam pandangan islam yang terdiri dari prinsip I-
VI.
5. Dasar hukum bioetika di Indonesia telah diatur dalam Undang-Undang, peraturan
pemerintah (PP) dan keputusan bersama Menristek, MenKes dan Mentan.
6. Bioetika dalam bidang bioteknologi diterapkan dalam penggunaan hewan coba
dan tanaman. Bioetika dalam penggunaan tanaman untuk suatu penelitian terdiri
dari bioetika pada tanaman transgenik dan bioetika rekayasa genetika.

B. Saran
Setelah membaca makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami bioetika
beserta dasar hukum yang telah ditentukan dan mampu menerapkannya secara real
dalam bidang bioteknologi. Selain itu, bisa menjadikan bioetika sebagai pedoman
berprilaku yang baik yang mencerminkan sebagai seorang ilmuan.

17
DAFTAR PUSTAKA

Minarno, E. Budi. 2005. Bioetika Dalam Perspektif Islam Sebagai Pengawal


Perkembangan Biologi Modern. Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Maulana
Malik Ibrahim Malang.
Mulyana, Ajie. 2015. ETIKA BIOTEKNOLOGI (Prof. Win Darmanto, Ph.D.). Diakses
dari link https://slideplayer.info/slide/2800199/ pada hari Rabu, 08 Mei 2019
pukul 11.00 WIB
Novianti, Tita., Seprianto. 2017. Modul Mata Kuliah Bioetika. Program Studi
Bioteknologi Universitas Esa Unggul.
Rachman, Surya. 2017. Bioetika di Indonesia (Kuswanto). Diakses dari link
https://docplayer.info/31001161-Bioetika-di-indonesia.html pada hari Rabu,
08 Mei 2019 pukul 11.50 WIB
Rosady, D. Septriana. 2015. Kaidah Dasar Bioetika Islam. Diakses dari link
http://donyseptrianarosady.blogspot.com/2015/01/kaidah-dasar-bioetika-
islam.html?=1. pada hari Rabu, 08 Mei 2019 pukul 11.50 WIB
Wikipedia. Bioetika. Diakses dari link https://id.wikipedia.org/wiki/Bioetika pada hari
Rabu, 08 Mei 2019 pukul 11.37 WIB

18

Anda mungkin juga menyukai