Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

BIOETIKA DAN BIOLOGI/BIOTEKNOLOGI


(HUBUNGAN BIOETIKA DENGAN BIOLOGI, BIOETIKA DI
PERGURUAN TINGGI AGAMA ISLAM DAN TEORI ETIKA
DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN ETIK TERHADAP
DILEMA BIOETIKA)

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas


Mata kuliah: Bioetika Islam
Dosen Pengampu: Nanik Lestariningsih, M.Pd

Disusun Oleh :

ALFINA MU’MINAH
1901140022

BAIQ HIDAYATUN NISA


1901140033

LUKMAN NUR HAKIM


1801140542

NUR RAHMIJAH
1801140518

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
TAHUN 2021 M / 1442 H
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan
kemudahan, rahmat, hidayah, serta inayah-Nya sehingga penyusun dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Tidak lupa pula sholawat serta
salam diucapkan kepada baginda kita, Nabi Muhammad SAW. beserta sahabat
dan para pengikut beliau hingga akhir zaman.
Makalah dengan judul “Bioetika dan Biologi/Bioteknologi (Hubungan
Bioetika dengan Biologi, Bioetika di Perguruan Tinggi Agama Islam dan
Teori Etika dalam Pengambilan Keputusan Etik Terhadap Dilema Bioetika)”
ini penyusun buat untuk memenuhi tugas mata kuliah Bioetika Islam, dengan
harapan agar makalah ini dapat bermanfaat bagi saya pribadi dan pembacanya.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan
masih jauh dari kata sempurna. Maka dari itu, kritik maupun saran dari berbagai
pihak yang sifatnya membangun sangat diperlukan demi menyempurnakan
makalah ini.
Akhir kata, penyusun berharap makalah ini dapat menjadi bahan
informasi dan penunjang bagi kita semua. Aamiin Yaa Rabbal ‘Alamiin.

Palangka Raya, 24 Maret 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Ii
DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . iii
BAB I. PENDAHULUAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1

A. Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
B. Rumusan Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
C. Tujuan Penulisan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2

BAB II. PEMBAHASAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3

A. Hubungan Bioetika dengan Biologi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3


B. Bioetika di Perguruan Tinggi Agama Islam . . . . . . . . . . . . . . . . . 10
C. Teori Etika dalam Pengambilan Keputusan Etik Terhadap
Dilema Bioetika . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11
D. Integrasi Keislaman Terkait Bioetika dengan Biologi . . . . . . . . . 12

BAB III. PENUTUP . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 14

A. A. Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 14
B. B. Saran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 14

DAFTAR PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Biologi merupakan cabang ilmu yang memiliki kaitan erat dengan
kehidupan. Perkembangan biologi saat ini memberikan sumbangsi dan manfaat
yang besar dalam berbagai bidang kehidupan. Akan tetapi seiring dengan
perkembangannya, muncul problematika yang disebabkan oleh hasil
perkembangan itu sendiri maupun oleh arogansi dan keberanian untuk
melakukan eksperimen yang tidak lagi bertujuan untuk keamanan lingkungan
dan kemaslahatan kehidupan tetapi lebih pada ambisi yang tidak dapat diterima
moral dan agama. Untuk mengontrol dan mendampingi perkembangan biologi
modern dibutuhkan aturan dan batasan yang lebih lanjut dikenal dengan
Bioetika.
Bioetika bertitik tolak dari analisis tentang data-data ilmiah, biologis, dan
medis. Nilai transendental manusia disoroti dalam kaitan dengan Sang Pencipta
sebagai nilai mutlak. Bioetika mempelajari moralitas tentang perilaku manusia
dalam bidang ilmu pengetahuan tentang hidup yang mencakup etika medis,
namun dari sisi lain melampaui masalah-masalah moral klasik dalam bidang
pengobatan dan masalah-masalah etis tentang ilmu biologi.
Pada dasarnya ilmu pengetahuan dan teknologi seharusnya berfungsi
untuk mengembangkan nilai-nilai kemanusiaan, bukan untuk menghancurkan
nilai-nilai tersebut. Tanggung jawab etis bukanlah bertujuan mencampuri atau
bahkan menghancurkan otoritas ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi bahkan
dapat digunakan sebagai umpan balik bagi pengembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi itu sendiri, sekaligus memperkokoh eksistensi manusia dan nilai
kemanusiaan itu sendiri.
Oleh karena itu, dinilai penting untuk mengkaji lebih rinci mengenai
urgensi bioetika dalam perkembangan biologi modern khususnya dalam Islam
dan mengemukakan posisi etika, moral dan akhlak dalam mengawal dan
mengontrol perkembangan ilmu biologi modern.

1
B. Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini antara lain
sebagai berikut:
1. Apa hubungan antara bioetika dengan biologi?
2. Bagaimana bioetika di Perguruan Tinggi Agama Islam?
3. Bagaimana teori etika dalam pengambilan keputusan etik terhadap dilema
bioetika?
4. Apa integrasi keislaman terkait bioetika dengan biologi?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini antara lain sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui hubungan antara bioetika dengan biologi.
2. Untuk mengetahui dan memahami bioetika di Perguruan Tinggi Agama
Islam.
3. Untuk mengetahui teori etika dalam pengambilan keputusan etik terhadap
dilema bioetika.
4. Untuk mengetahui integrasi keislaman terkait bioetika dengan biologi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hubungan Bioetika dengan Biologi


Biologi merupakan ilmu alam yang mempelajari tentang makhluk hidup
dan lingkungannya. Biologi juga mempelajari seluruh komponen tubuh
makhluk hidup secara kompleks dan runut, mencakup manusi, tumbuhan,
hewan dan mikroorganisme. Biologi mencakup bidang akademik yang sangat
luas, bersentuhan dengan bidang-bidang sains yang lain, dan sering kali
dipandang sebagai ilmu yang mandiri. Pencabangan biologi mengikuti tiga
dimensi meliputi keanekaragaman, organisasi kehidupan dan interaksi
hubungan antar unit kehidupan serta antara unit kehidupan dengan
lingkungannya.
Ilmu biologi memiliki ruang lingkup yang sangat luas, sehingga biologi
dibagi ke dalam berbagai cabang ilmu sesuai dengan objeknya. Cabang ilmu
biologi berdasarkan Objek kajian yang mengkhususkan pada kajian tertentu
yang lebih spesifik, di antaranya anatomi, anastesi, zoologi, botani,
bakteriologi, parasitologi, ekologi, genetika, embriologi, entomologi, evolusi,
fisiologi, histologi, mikologi, mikrobiologi, morfologi, paleontologi, patologi,
dan lain sebagainya.
Biologi memiliki fungsi dan peranan yang sangat penting dalam
kehidupan manusia. Sebagai ilmu yang mempelajari tentang seluk beluk
kehidupan, biologi memberikan peran strategis dalam meningkatkan
kesejahteraan manusia. Sebagai contoh, peran biologi dalam dunia kedokteran
yakni keberhasilan dokter mencegah dan menyembuhkan berbagai penyakit
dengan cepat, tepat dan didukung dengan peralatan yang lengkap. Hal ini
merupakan sumbangsi perkembangan biologi khususnya dalam cabang ilmu
anatomi, fisiologi manusia, mikrobiologi, virologi dan patologi. Masalah
penyakit yang pada awalnya tidak dipahami penyebab maupun cara
pengobatannya karena minimnya pengetahuan sehingga cara yang ditempuh

3
untuk mencegah maupun dalam menyembuhkannya tidak tepat dan sering
menjadi masalah yang kompleks.
Peran biologi dalam kehidupan tentu tidak dapat diragukan lagi. Akan
tetapi, biologi selain memberikan manfaat atau dampak positif, juga
memberikan dampak negatif khususnya pada perkembangan biologi modern
atau penerapan bioteknologi. Misalnya biologi mampu menghasilkan tanaman
rekayasa genetika yang tahan terhadap hama serangga dan mengurangi
penggunaan insektisida yang mencemari lingkungan tentu merupakan manfaat
yang sangat baik bagi petani dan lingkungan. Akan tetapi di sisi lain, tanaman
hasil rekayasa genetika yang tahan terhadap serangga dapat mengakibatkan
terganggunya ekosistem lingkungan dan akhirnya menyebabkan rantai dan
jaring makanan tidak dapat terbentuk dan plasma nutfah alami menjadi
berkurang.
Selain berdampak pada lingkungan, perkembangan biologi modern juga
berdampak secara psikologis, etika dan moral. Misalnya pada penerapan
teknologi kloning sebagai hasil perkembangan biologi modern yang dapat
disalahgunakan penggunaannya pada manusia. Selain dianggap merendahkan
martabat manusia, kloning pada manusia sangat ditentang karena organisme
hasil kloning rentan terhadap penyakit, kerusakan genetik dan tidak berumur
panjang. Selain itu, juga tidak sesuai dengan nilai agama dan moral.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan biologi modern yang pesat tidak
dapat dihambat namun agar tetap terarah pada keamanan lingkungan dan
kemaslahatan manusia maka kemajuan biologi yang demikian pesatnya harus
diimbangi dengan moral dan etika, iman dan takwa, sehingga pemanfaatan
lebih optimal dan meminimalkan dampak negatif yang ada. Oleh karena itu
dibutuhkan suatu aturan yang dapat dituangkan dalam kode etik khusus, yang
lebih lanjut dikenal dengan bioetika.
Bioetika atau bioethics atau etika biologi didefinisikan oleh Samuel
Gorovitz sebagai penyelidikan kritis tentang dimensi-dimensi moral dari
pengambilan keputusan dalam konteks berkaitan dengan kesehatan dan dalam
konteks yang melibatkan ilmu-ilmu biologis. Oxford University memberikan

4
definisi bioetika sebagai The study of moral and social implications of
techniques resulting from advances in the biological sciences. Sedangkan
filosof Van Rasselar Potter memberikan definisi bioetika sebagai A new
discipline which combines biological knowledge with a knowledge of human
value systems, which would build a bridge between the sciences and the
humanities, help humanity to survive and sustain, and improve the civilized
world (Mepham, 2005). Dalam definisi Potter ini, bioetika merupakan suatu
disiplin keilmuan yang baru, yang merupakan kombinasi antara pengetahuan
hayati (biologi) dengan pengetahuan sistem nilai manusia.
Bioetika menyelidiki dimensi etis dari masalah-masalah teknologi, ilmu
kedokteran, dan biologi yang terkait dengan penerapannya dalam kehidupan
(Shannon, 1995). Dengan demikian bioetika terkait dengan kegiatan yang
mencari jawaban dan menawarkan pemecahan masalah dari konflik moral.
Konflik moral yang dimaksud meliputi konflik yang timbul dari kemajuan
pesat ilmu-ilmu pengetahuan hayati dan kedokteran, yang diikuti oleh
penerapan teknologi yang terkait dengannya. (Komisi Bioetika Nasional, 2010)
Honderich Oxford dalam Tien (2007), Bioetika ialah kajian mengenai
pengaruh moral dan sosial dari teknikteknik yang dihasilkan oleh kemajuan
ilmu-ilmu hayati. Sedangkan Bioetika menurut F. Abel dalam Bertens (2009)
adalah studi interdisipliner tentang problem-problem yang ditimbulkan oleh
perkembangan di bidang biologi dan dampaknya pada masyarakat luas serta
sistem nilai saat ini dan masa mendatang. Berdasarkan beberapa pengertian di
atas, dapat disimpulkan bahwa bioetika tidak hanya mencakup hubungan antara
seorang individu dengan individu lainnya, tetapi mencakup perhatian pada
penelitian biomedis dan perilaku manusia yang dapat berhubungan dengan
masyarakat, lingkungan kerja, dan kependudukan.
Banyak sekali isu-isu bioetika yang mengemuka atau muncul,
sehubungan dengan majunya riset dan pengembangan, serta aplikasi ilmu-ilmu
hayati modern, utamanya yang berbasiskan kepada biologi molekul (molecular
biology), termasuk rekayasa genetika (genetic engineering). The 8th Global
Summit on National Bioethics Advisory Bodies di Singapura tanggal 26-27

5
Juli 2010, menyimpulkan beberapa isu yang muncul, yang memerlukan
penelaahan bioetika. Isu itu antara lain Synthetic Biology, Microbial Bioethics,
Biobanks, Stem Cells Research and Therapy.
Pada sidang Joint Session of the IGBC-IBC di Paris pada tanggal 28
Oktober 2010 memunculkan isu tentang human cloning, traditional medicine
and Its Implication dan bioetika hewan tentang penyembelihan sapi. Dari hasil
pertemuan Internasional di bidang bioetika tersebut, menunjukkan
perkembangan signifikan dari pembahasan tentang bioetika di dunia
internasional. Tidak hanya sebatas materi terkait dengan kelayakan tetapi juga
mencakup nilai-nilai dan norma-norma yang ada pada masyarakat.
Penerapan bioetika memiliki ciri utama yang menonjol yakni bersifat
interdisipliner, internasional, dan pluralistis (Muhtadi, 2009). Interdisiplinaritas
sering disebut sebagai cita-cita ilmu pengetahuan, tetapi dalam kenyataan tidak
begitu mudah untuk direalisasikan. Bioetika menjadi semacam meja bundar
yang mengumpulkan berbagai ilmu yang menaruh perhatian khusus untuk
masalah kehidupan meliputi ilmu-ilmu biomedis, hukum, teologi, ilmu-ilmu
sosial, tapi tempat utama diduduki oleh ahli-ahli etika filosofis. Para etikawan
menjadi penggerak dalam dialog interdisipliner pada pusat-pusat bioetika atau
forum-forum bioetika internasional. Hal itu hanya dimungkinkan karena etika
filosofis dan para etikawan tentu harus bersedia memasuki ranah ilmiah yang
kompleks.
Adapun kegiatan yang dikerjakan bioetika menurut K. Bertens (2009)
dapat dibedakan tiga bagian yakni sebagai berikut.
1. Masalah yang menyangkut hubungan antara para penyedia layanan
kesehatan dan para pasien. Di sini termasuk banyak tema dari etika
kedokteran tradisional. Namun, konteksnya sering berbeda juga karena
dalam suasana modern, diberi tekanan besar pada otonomi pasien. Etika
keperawatan bisa mendapat juga tempatnya di sini.
2. Masalah keadilan dalam alokasi layanan kesehatan. Bagi orang sakit,
layanan kesehatan merupakan suatu hak asasi manusia. Kalau di Indonesia

6
kita menganggap serius keadilan sosial (last but not least dalam urutan
Pancasila).
3. Wilayah paling luas adalah topik-topik etika yang ditimbulkan oleh
kemajuan dramatis dalam ilmu dan teknologi biomedis. Di sini pertama-
tama etika penelitian mendapat tempatnya. Di antara topik-topik etika yang
paling menonjol saat ini boleh disebut masalah kloning, penelitian tentang
sel-sel induk embrio dan banyak persoalan dalam konteks reproduksi
teknologis. Misalnya, pertanyaan mengenai penciptaan saviour siblings,
artinya embrio yang melalui skrining genetik sudah dipastikan cocok untuk
menjadi donor sumsum bagi saudaranya (nanti) yang menderita leukemia
dan diimplantasi dalam rahim ibu semata-mata untuk menyelamatkan
saudaranya yang sakit.
Bioetika di Indonesia bertujuan untuk memberikan pedoman umum etika
bagi pengelola dan pengguna sumber daya hayati dalam rangka menjaga
keanekaragaman dan pemanfaatannya secara berkelanjutan. Pengambilan
keputusan dalam meneliti, mengembangkan, dan memanfaatkan sumber daya
hayati harus/wajib menghindari konflik moral dan seluas-luasnya digunakan
untuk kepentingan manusia, komunitas tertentu, dan masyarakat luas, serta
lingkungan hidupnya, dilakukan oleh individu, kelompok profesi, dan institusi
publik atau swasta.
Bioetika juga mencakup isu-isu dan masalah-masalah kehidupan
masyarakat secara keseluruhan (skala besar). Banyak masalah dalam bioetika
masih sejalan dengan apa yang dulu dibicarakan dalam etika kedokteran yang
merupakan skala mikro. Masalah-masalah pada skala makro yaitu yang
menyangkut masyarakat luas yang mana masalah terbesar adalah keadilan
dalam pelayan kesehatan.
Hak atas pelayanan kesehatan yang layak merupakan hak asasi manusia.
Revolusi biomedis sebagai akibat kemajuan spektakuler dalam perkembangan
ilmu biologi seluler dan molukuler. Revolusi biomedis pada dasarnya adalah
interverensi terhadap proses reproduksi, kehamilan, kelahiran, kehidupan,

7
penyakit, dan kematian manusia. Beberapa contoh dari interverensi yaitu
sebagai berikut.
a. Pengendalian pertumbuhan populasi dengan teknologi kontrasepsi
b. Seleksi kelamin sebelum lahir
c. Pemecahan masalah kemandulan dengan inseminasi buatan, teknologi in
vitro
d. Rekayasa Genetik
e. Terapi Genetik
f. Operasi penggantian Kelamin
g. Penyelamatan hidup dengan transplantasi organ
h. Pengakhiran hidup dengan aborsi, euthanasia
Isu-isu yang berkembang dalam dunia kesehatan secara luas dan studi
tentang sosial, etika dan isu-isu yang timbul dalam ilmu-ilmu biologi. Isu-isu
yang bersangkutan dalam bioetika diantaranya yaitu sebagai berikut.
1. Teknologi
Hampir tak satu pun kehidupan kita yang tidak tersentuh teknologi,
tidak semua teknologi mempunyai akibat-akibat baik namun ada juga
akibat-akibat buruk. Teknlogi membawa manfaat untuk manusia, misalnya
komputer telah menyajikan kemampuan luar biasa untuk menghitung dan
mengolah informasi, teknologi kedokteran meningkatkan kemampuan
mengadakan diagnosis yang tepat. Teknologi yang bersifat negative
misalnya senjata-senjata nuklir membawa kita dekat dengan kehancuran.
2. Abortus
Kasus yang paling tajam menunjukkan masalah-masalah moral adalah
penggunaan abortus sebagai jalan keluar untuk kegagalan kontrasepsi.
Abortus dikaitkan dengan penghentian kehamilan secara sengaja, tidak
secara langsung berkaitan dengan perkembangan bioteknologi modern.
3. Transplantasi Organ
Transplantasi organ adalah wilayah dalam ilmu kedokteran modern, di
mana telah terjadi paling banyak perubahan dan perkembangan yang
mengemparkan.

8
4. Rekayasa Genetik
Rekayasa genetik dimaksudkan sejumlah besar kemungkinan yang
kita miliki untuk mencampuri kehidupan manusia di samping aspek-aspek
alam lainnya dan mengubah menurut rencana dan keinginan kita. Hal
tersebut menimbulkan banyak masalah-masalah etis
5. Euthanasia
Euthanasia dapat juga didefiniskan sebagai tindakan mengakhiri hidup
seorang individu secara tidak menyakitkan, ketika tindakan tersebut dapat
dikatakan sebagai bantuan untuk meringakan penderitaan dari individu yang
akan mengakhiri hidupnya. Pada saat ini banyak sekali pertentangan
terhadap praktek euthanasia. Ada pihak-pihak yang kontra terutama dari
kalangan pemuka agama yang menganggap bahwa tindakan euthanasia
merupakan upaya pembunahan baik yang dilakukan seara terencana maupun
tidak dan juga dipandang menyalahi aturan agama karena mendahului
kehendak Allah SWT. Tetapi tidak sedikit juga yang menjadi kelompok
yang pro akan tindakan euthanasia ini yang umumnya dianut terutama oleh
kebanyakan pasien atau ornag yang memiliki penyakit atau penderitaan
yang tak berkesudahan dan kesempatan untuk sembuhnya tipis.
6. Hak Pasien
Berkembangnya etika pelayanan kesehatan sebagai suatu bidang
khusus dan pencarian berbagai hak melalui pengadilan telah membantu
untuk menetapkan banyak hak dalam konteks pelayanan kesehatan. Hak-hak
pasien diantaranya hak atas informasi, hak untuk menolak pengobatan, hak
atas privasi, catatan medis di rumah sakit dan lain-lain.
Kegiatan-kegiatan bioteknologi modern telah banyak memberikan
manfaat bagi kemanusiaan. Contoh di bidang kedokteran adalah dengan teknik
biologi molokuler, telah dikembangkan analisis genetik untuk mendeteksi dini
penyakit-penyakit kelainan gen, sehingga dapat dilakukan pengobatan lebih
awal. Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan yang menjanjikan di bidang
kedokteran/kesehatan. Problem-problem lebih besar lagi muncul berkaitan
dengan rekayasa genetik. Gen-gen dapat dimanipulasi baik itu pada tumbuhan,

9
binatang, maupun manusia. Bagaimana pun ilmu pengetahuan sebagai ciptaan
manusia yang tidak akan lepas dari tanggung jawab manusia itu sendiri.
B. Bioetika di Perguruan Tinggi Agama Islam
Bioetika di Perguruan Tinggi Islam berhubungan erat dengan biologi
modern merupakan hal yang sangat relevan. Melalui pembelajaran bioetika ini
diharapkan fondasi keilmuan akan semakin kokoh. Sehingga pembelajaran
bioetika tetap diperlukan. Secara umum dapat dikatakan bahwa etika (antara
lain bioetika) tidak akan dapat menggantikan agama, tidak bertentangan
dengan agama, bahkan diperlukan oleh agama (Suseno, 1987: 56).
Ada masalah dalam bidang moral agama yang tidak dapat dipecahkan
tanpa penggunaan metode-metode etika. Masalah tersebut adalah masalah
interpretasi terhadap perintah atau hukum yang termuat dalam wahyu, dan
yang kedua ialah bagaimana masalah-masalah moral yang baru seperti bayi
tabung, aborsi, kloning, bank sperma, eutanasia, dan sebagainya yang tidak
langsung dibahas dalam wahyu, dapat dipecahkan sesuai dengan semangat
agama tersebut (Suseno, 1987: 124)
Terkait dengan Islam, etika, moral dan akhlak mempunyai hubungan erat
satu sama lain. Etika dan moral sebagai kajian tentang baik dan buruk suatu
perbuatan, ditentukan berdasarkan akal pikiran dan kebiasaan masyarakat,
sedangkan akhlak berdasarkan wahyu. Namun, etika, moral dan akhlak tetap
saling membutuhkan, sebab dalam pelaksanaannya, norma akhlak di dalam Al-
Qur’an dan As-Sunnah masih bersifat tekstual. Untuk melaksanakan ketentuan
akhlak yang terdapat didalam Al-Qur’an dan Al-Hadits, dibutuhkan penalaran
dan ijtihad oleh umat.
Keberadaan etika dan moral sangat dibutuhkan dalam rangka
menjabarkan dan mengoperasionalkan ketentuan-ketentuan akhlak yang
terdapat di dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits. Etika tidak berbicara untuk suatu
komunitas homogeny, karena etika mengarahkan diri kepada suatu forum
umum yang hanya berpegang pada rasio. (Bertens, 2005: 64)
Dengan demikian, pembelajaran bioetika tidak ada masalah dengan
agama Islam, bahkan dibutuhkan, sebab bioetika menekankan pada

10
pengembangan berpikir untuk menentukan sisi baik buruk atau dimensi etis
dari biologi modern dan teknologi yang terkait dengan kehidupan, sedangkan
Islam sendiri sangat menekankan pada pentingnya berpikir.
Pentingnya pengembangan kemampuan berpikir ini sangat perlu
mendapatkan perhatian. Di dalam pembelajaran, penalaran oleh siswa atau
mahasiswa harus dikelola dengan sebaik-baiknya (secara langsung, terencana
dan sengaja) (Corebima, 1999: 54-55). Kegagalan pembelajaran selama ini
diakibatkan tidak terkelolanya aspek berpikir atau penalaran siswa dengan
baik. Di sisi lain, kemampuan berpikir terutama berpikir kritis, merupakan
bagian yang fundamental bagi kematangan manusia dalam menghadapi era
globalisasi ini (Liliasari, 2000: 55-57). Pengabaian terhadap kemampuan
berpikir kritis ini, akan menyebabkan ketidakmampuan dalam menghadapi
persaingan yang ketat di abad pengetahuan sekarang.
C. Teori Etika dalam Pengambilan Keputusan Etik Terhadap Delima
Bioetika
Perkembangan ilmu pengetahuan antara lain biologi, telah menimbulkan
dilema-dilema serius dan mendalam, yang menantang sistem nilai kita maupun
kebudayaan yang di dasarkan atas nilai-nilai tersebut (Shannon, 1995: 144). Di
dalam pengambilan pengambilan keputusan etik yang sering harus dilakukan
dalam kaitannya dengan bioetika, ada 2 teori dasar atau teori etika atau metode
yaitu Konsekuensialisme dan Deontologi (Shannon, 1995: 56-57; Johansen &
Harris, 2000: 351).
Pada konsekuensialisme, baik buruknya suatu perbuatan tidak ditetapkan
atas dasar prinsip-prinsip, tetapi dengan menyelidiki konsekuensi perbuatan.
Oleh karena memiliki nama “konsekuen-sialisme”. Metode ini mencoba untuk
meramalkan apa yang akan terjadi, jika kita berkelakuan dengan berbagai cara
yang berbeda, dan membandingkan hasilnya satu dengan yang lain. Apa yang
bersifat moral atau moralitas suatu perbuatan ditentukan melalui suatu proses
evaluatif. Dengan konsekuensialisme, seseorang tidak cukup melakukan yang
baik, melainkan mestinya tahu perbuatan paling baik di antara semua perbuatan

11
baik yang mungkin atau menyediakan kebaikan yang terbesar untuk sebanyak-
banyaknya orang (Mackinnon dalam Johansen & Harris, 2000: 353).
Istilah “deontologi” berasal dari kata Yunani deon yang berarti “tugas/
kewajiban/keharusan/prinsip” (Shannon, 1995: 233; Johansen & Harris, 2000:
354). Etika deontologis adalah metode pengambilan keputusan yang mulai
dengan bertanya “Apa yang harus saya lakukan?” atau “Apa yang menjadi
kewajiban saya?” Menurut pandangan ini, jalan etik yang harus ditempuh
seseorang adalah mengikuti prinsip-prinsipnya entah ke manapun ia terbawa.
Dalam hal ini mereka tidak peduli akan konsekuensi-konsekuensinya. Begitu
keharusan atau kewajiban ditetapkan, maka jelaslah sudah perbuatan apa yang
harus dilakukan. Begitu mengenal aturan dan mengetahui kewajiban, sudah
menjadi jelas apa yang etik dan apa yang tidak etik. Problem terbesar adalah
deontologi tidak peka terhadap konsekuensi-konsekuensi perbuatan.
Islam sangat menekankan pada kemampuan berpikir, keputusan etik
dilakukan melalui pertimbangan yang sangat cermat antara kemaslahatan dan
kemudharatan sesuatu hal. Konsekuensialisme lebih sesuai dalam Islam untuk
mencari solusi dalam menghadapi kasus dilema bioetika. Pembelajaran
bioetika dapat dilakukan dalam bentuk menentukan keputusan etik melalui
kajian antara resiko dan manfaat (kemudharatan dan kemaslahatan), keputusan
yang mendatangkan kemaslahatan paling banyak dengan paling sedikit
kemudharatannya.
Rasulullah SAW. telah mengajarkan tentang pengembangan pola pikir
yakni “Agama itu adalah penggunaan akal, tiada agama bagi orang yang tidak
berakal”. Berdasarkan hal ini, maka yang harus mendapat perhatian dalam
pembelajaran bioetika dalam bentuk pengambilan keputusan etik adalah tidak
mengajarkan atau memberi contoh keputusan etik apa yang harus diambil,
melainkan menekankan pada bagaimana cara atau proses untuk pengambilan
keputusan etik.
D. Integrasi Keislaman Terkait Bioetika dengan Biologi
Abul Fadl Mohsin Ebrahim (2004) dalam bukunya yang berjudul
Kloning, Eutanasia, Transfusi Darah, Transplantasi Organ, dan Eksperimen

12
Pada Hewan. Guru Besar Studi Islam ini menjelaskan hal-hal yang terkait
dengan isu-isu bioetika. Di dalam bukunya pula dapat diketahui gagasan beliau
dalam menyikapi isu-isu bioetika yang marak bermunculan. Beliau
menyatakan bahwa dalam segala hal, pertama, manusia diberi wilayah
kekuasaan yang mencakup segala sesuatu yang ada di dunia ini namun manusia
tidak dapat berbuat dan mengeksploitasi secara berlebihan tanpa batas. Hal ini
senada dengan firman Allah SWT. dalam Q.S. al-Jasiyah Ayat 13 sebagai
berikut.
َٰ َ َََ‫ِنَ ِفيََ ٰذ ِلك‬
ََ‫لَ ٰيتََ ِلقَوم‬ ََّ ‫ضَ َج ِمي ًعاَ ِمن َه َََُۗا‬ َِ ‫س َّخ ََرَلَـكُمََ َّماَ ِفىَالسَّمٰ ٰو‬
َ ِ ‫تَ َو َماَ ِفىَالَََر‬ َ ‫َو‬
ََ‫َّيتَفَ َّك ُرون‬
Artinya: "Dan Dia menundukkan apa yang ada di langit dan apa yang ada di
bumi untukmu semuanya (sebagai rahmat) dari-Nya. Sungguh, dalam hal yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-
orang yang berpikir." (QS. Al-Jasiyah 45: Ayat 13)
Menurut beliau, ayat ini sama sekali tidak menunjukkan bahwa manusia
memiliki kekuasaan mutlak untuk berbuat sekehendak hatinya dan tidak pula
memiliki hak tanpa batas untuk menggunakan alam sehingga merusak
keseimbangan ekologisnya. Lebih lanjut, signifikansi mendasar ayat ini adalah
mengingatkan umat manusia bahwa Pencipta mereka telah menjadikan semua
yang ada di alam ini sebagai amanah yang harus mereka jaga.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bioetika sangat diperlukan sebagai pengawal riset biologi modern.
Pembelajaran bioetika tidak dilakukan dengan mendoktrin suatu keputusan etik
apa yang harus diambil oleh peserta didik. Islam mengajarkan pengembangan
kemampuan berpikir kritis melalui analisis maslahat-mudharat dalam
pengambilan keputusan etik menghadapi munculnya dilema bioetika sebagai
akibat perkembangan biologi modern. Bioetika harus dibelajarkan melalui
berpikir dan memprediksi konsekuensi dari tindakan yang dilakukan, dalam hal
ini juga memprediksi kemaslahatan dan kemudharatan yang akan muncul.
Mendiskusikan keputusan melalui berbagai pendapat baik yang pro
maupun kontra adalah hal yang sangat berharga untuk mengembangkan
wawasan dan kemampuan berpikir kritis mahasiswa. Proses memperoleh
keputusan etik dari suatu fenomena biologi modern perlu dibelajarkan kepada
mahasiswa dengan berlandaskan filosofi konstruktivistik (bahwa pengetahuan
harus dikonstruksi oleh mahasiswa dan bukan didoktrinkan), agar mahasiswa
sebagai ilmuwan biologi dapat mempertimbangkan tindakan-tindakan yang
akan dilakukan sebagaimana pengembangan pola berpikir yang dikemukakan
Rasulullah SAW.
B. Saran
Dengan mempelajari beberapa teori terkait bioetika dan
biologi/bioteknologi pembaca diharapkan dapat mengetahui dengan benar
hubungan bioetika dengan biologi, bioetika di perguruan tinggi agama Islam
serta teori etika dalam pengambilan keputusan etik terhadap dilema bioetika
yang kemudian mampu diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

14
DAFTAR PUSTAKA

Bertens, K. dkk. 1990. Bioetika Refleksi atas Masalah Etika Biomedis.


Jakarta: Gramedia.

Darmadipura MS. 2005. Dari Etik ke Bioetik. Dalam: Darmadipura MS


(editor). Kajian bioetik. Surabaya: Airlangga University Press; p.25-
33.

Departemen Agama RI. 2008. Al-Quran dan Terjemahnya. Bandung: CV


Penerbit Diponegoro.

Ebrahim, Abu Fadl Hosen. 2004. Kloning, Eutanasia, Transfusi Darah,


Tranplantasi Organ, dan Eksperimen Pada Hewan; Telaah Fikih dan
Bioetika Islam terj. Mujiburohman. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta.

Jenie, U.A. 1997. Perkembangan Bioteknologi dan Masalah-Masalah


Bioetika yang Muncul. Makalah disampaikan dalam Temu Ilmiah
Regional Hasil Penelitian Biologi dan Pendidikan Biologi/IPA di IKIP
Surabaya.

Minarno, Eko Budi. 2010. Bioetika Dalam Perspektif Islam Sebagai


Pengawal Perkembangan Biologi Modern. Jurnal Ulul Albab 13 (2).

Safrida, Andayani Dewi. 2017. Aqidah dan Etika Dalam Biologi. Banda
Aceh: Syiah Kuala Universit Press.

Tien R. Muhtadi. 2007. Perkembangan Bioetika Nasional. Seminar Etika


Penelitian di Bidang Kesehatan Reproduksi. Surabaya: Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga.

15

Anda mungkin juga menyukai