Anda di halaman 1dari 23

DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR BIOLOGI TERHADAP SISWA

KELAS X MIA-5 SMAN 3 CIAMIS

Laporan

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Bimbingan Konseling
Dosen Pengampu: Dr. Dedeh Rukaesih

Disusun Oleh:

Ai Nurniati NIM 2119160080


Dhaifina Azimatunisa NIM 2119160009
Tiana Putri Hidayati NIM 2119160022

Tingkat 2-C

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS GALUH CIAMIS
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah swt., atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada
waktunya. Sholawat beserta salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi
Muhammad saw. Keluarga, sahabat dan kita umatnya hingga akhir zaman.
Laporan yang berjudul “Diagnosis Kesulitan Belajar Biologi terhadap
Siswa Kelas X MIA-5 SMAN 3 CIAMIS” ini disusun berdasarkan data-data yang
kami peroleh dengan objek sasaran siswa kelas X MIA 5 SMAN 3 Ciamis Tahun
Akademik 2017/2018.
Pembuatan laporan ini tidak akan selesai tepat pada waktunya tanpa ada
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis sampaikan ucapan
terimakasih kepada:
1. Ibu Dr. Dedeh Rukaesih selaku dosen mata kuliah Bimbingan Konseling
program studi guruan biologi tingkat 2C,
2. Bapak Hj. Nanang, S.Pd., selaku guru Biologi X MIA-5 SMAN 3 Ciamis,
3. Bapak Indra Mulyana Rahayu, S.Pd., selaku guru BK SMAN 3 Ciamis, dan
4. rekan kelompok yang telah ikut berpartisipasi dalam menyelesaikan makalah
ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga laporan ini dapat memberikan manfaat
untuk pembaca.

Ciamis, Juli 2018

Penulis,

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................1
B. Pembatasan Masalah .................................................................................2
C. Rumusan Masalah .....................................................................................2
D. Tujuan Penulisan .......................................................................................2
E. Manfaat .....................................................................................................2
BAB II LANDASAN TEORITIS
A. Kesulitan Belajar .......................................................................................3
B. Diagnosis Kesulitan Belajar ..................................................................... 6
C. Penanganan Bagi Siswa yang Mengalami Kesulitan Belajar .................. 8
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian..............................................................11
B. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................11
C. Populasi dan Sampel ...............................................................................11
D. Data Penelitian ........................................................................................11
BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
A. Hasil Pembelajaran Biologi Siswa Kelas X MIA-5 SMAN 3 Ciamis .....13
B. Penyebab Kesulitan Belajar Biologi Siswa Kelas X MIA-5 SMAN 3
Ciamis ......................................................................................................14
C. Penanganan terhadap Siswa yang Mengalami Kesulitan Belajar Biologi di
Kelas X MIA-5 SMAN 3 Ciamis.............................................................15
BAB V PENUTUP
D. Simpulan ..................................................................................................17
E. Saran ........................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................18
LAMPIRAN

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi dari peserta didik
melalui belajar. Dalam rangka mengembangkan potensi dirinya, setiap siswa
mempunyai kemampuan yang berbeda-beda. Ada siswa yang dapat mencapai
pengembangan itu secara mudah tanpa kesulitan, namun tidak sedikit juga siswa yang
memiliki kesulitan atau hambatan dalam rangka proses pengembangan potensi dirinya.
Biologi merupakan suatu ilmu yang dianggap paling dekat dengan diri siswa,
karena dalam biologi yang dipelajari adalah segala sesuatu yang berkaitan erat dengan
diri dan lingkungan sekitar siswa. Dalam pembelajaran biologi yang paling penting
adalah pengalaman langsung dari siswa. Maka dari itu, dalam proses pembelajaran ini
dibutuhkan sistem kerja ilmiah yang dilandasi dengan konsep-konsep dan sikap
ilmiah.
Namun, tidak jarang siswa yang menyebutkan bahwa belajar itu sulit, apalagi
belajar biologi, karena terlalu banyak konsep yang harus dihafal dan dipahami dengan
berbagai konteksnya. Sering kita temukan siswa yang tidak disiplin, malas, mudah
putus asa, acuh tak acuh dalam belajar, bahkan ada yang sampai menantang gurunya
ketika belajar. Itu semua adalah masalah-masalah dalam belajar yang dapat
mengambat siswa untuk mengembangkan potensi dirinya sendiri. Dan masalah-
masalah belajar pada umumnya tidak dapat diselesaikan sendiri oleh siswa.
Pada kenyataannya, ditemukan beberapa masalah pada siswa yang
mengalami hambatan belajar. Siswa sulit meraih prestasi belajar di sekolah, padahal
telah mengikuti pelajaran dengan sungguh-sungguh. Ada juga masalah siswa terkesan
lamban dalam mengerjakan tugas, yang berhubungan dengan kegiatan belajar. Atas
kenyataan itu semua, seharusnya sekolah dan terkhusus pendidik turut dituntut
berperan membantu memecahkan masalah yang dihadapi siswa.
Berdasarkan uraian tersebut, kami bermaksud melakukan diagnosis kesulitan
belajar biologi dengan meneliti penyebab-penyebab siswa mengalami kesulitan belajar
dan memberikan solusi pemecahannya. Kami mengambil judul ”Diagnosis Kesulitan
Belajar Biologi terhadap Siswa Kelas X MIA-5 SMAN 3 Ciamis”.

1
B. Pembatasan Masalah
Adapun pembatasan masalah dalam diagnosis kesulitan belajar biologi ini
adalah pada siswa kelas X MIA-5 SMAN 3 Ciamis dengan acuan nilai semester 1
tahun akademik 2017/2018.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka rumusan masalahnya
yaitu sebagai berikut.
1. Bagaimana hasil pembelajaran biologi siswa kelas X MIA-5 SMAN 3 Ciamis?
2. Apa saja yang menjadi penyebab kesulitan belajar biologi di antara siswa kelas X
MIA-5 SMAN 3 Ciamis?
3. Bagaimana penanganan terhadap siswa yang mengalami kesulitan belajar biologi
di Kelas X MIA-5 SMAN 3 Ciamis?

D. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan laporan ini yaitu
sebagai berikut.
1. Untuk memaparkan hasil pembelajaran biologi yang diproleh siswa kelas X MIA-
5 SMAN 3 Ciamis.
2. Untuk menjelaskan berbagai penyebab kesulitan belajar biologi di antara siswa
kelas X MIA-5 SMAN 3 Ciamis yang mengalami kesulitan.
3. Untuk menjelaskan penanganan terhadap siswa yang mengalami kesulitan belajar
biologi di Kelas X MIA-5 SMAN 3 Ciamis.

E. Manfaat
Adapun manfaat dari laporan ini yaitu dapat dijadikan sebagai sumber referensi
serta untuk menambah wawasan pembaca tentang berbagai penyebab kesulitan belajar
biologi dan penanganan yang harus dilakukan terhadap siswa yang mengalami
kesulitan tersebut.

2
BAB II
LANDASAN TEORITIS

A. Kesulitan Belajar
1. Definisi Kesulitan Belajar
Menurut Ismail (2016: 36), kesulitan belajar adalah suatu kondisi yang mana
anak didik tidak belajar sebagaimana mestinya karena ada gangguan tertentu. Selain
itu, menurut Ahmadi dan Supriyono dalam Wahyu (2015), kesulitan belajar adalah
suatu keadaan dimana anak didik atau siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya,
hal ini tidak selalu disebabkam oleh faktor inteligensi, akan tetapi dapat juga
disebabkan oleh faktor non inteligensi.
Secara lebih lengkapnya, dikemukakan oleh Hermawan (2014) bahwa kesulitan
belajar adalah seseorang yang secara psikis dan neurologis mengalami kesulitan dalam
bidang akademik secara efektif yang mencakup membaca, menulis, berhitung maupun
kesulitan yang berhubungan dengan perkembangan yang meliputi. Gangguan
persepsi, kognisi motorik, perkembangan bahasa, dan kesulitan penyesuaian perilaku
sosial.
Namun, kesulitan belajar mempunyai pengertian yang luas dan kedalamanya
termasuk pengertian-pengertian seperti berikut ini.
a. Learning disorder (ketergantungan belajar), yaitu keadaan dimana proses belajar
seseorang terganggu karena timbulnya respon yang bertentangan. Pada dasarnya
orang yang mengalami gangguan belajar, prestasi belajarnya tidak terganggu akan
tetapi proses belajarnya akan terganggu atau terhambat oleh adanya respon – respon
yang bertentangan. Dengan demikian hasil belajar yang dicapai akan lebih rendah
dari potensi yang dimiliki.
b. Learning disabilities (ketidakmampuan belajar), yaitu ketidakmampuan seseorang
murid yang mengacu kepada gejala dimana murid tidak mampu belajar
(menghindari belajar) sehingga hasil belajar di bawah potensi intelektualnya.
c. Learning disfunction (ketidakfungsian belajar) yaitu menunjukkan gejala di mana
proses belajar tidak berfungsi dengan baik meskipun pada dasarnya tidak ada tanda-
tanda subnormalitas mental, gangguan alat indra atau gangguan psikologis lainnya.

3
d. Under achiever (pencapaian rendah), mengacu pada murid-murid yang memiliki
tingkat potensi intelektual di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong
rendah.
e. Slow learner (lambat belajar), yaitu murid yang lambat dalam proses belajarnya
sehingga membutuhkan waktu dibandingkan dengan murid-murid yang lain yang
memiliki taraf potensi intelektual yang sama.

2. Klasifikasi Kesulitan Belajar


Secara umum kesulitan belajar dapat diklasifikasikan kepada 2 golongan, yaitu
sebagai berikut.
a) Kesulitan belajar dalam tugas-tugas perkembangan seperti kesulitan dalam
perhatian, mengingat, persepsi, perseptual motorik, berpikir, dan bahasa.
Tugas perkembangan adalah sesuatu yang bisa diduga timbul dan konsisten pada
atau sekitar periode tertentu dalam kehidupan individu. Tugas-tugas perkembangan
muncul dari tiga sumber yang berbeda. Pertama, kematangan fisik, misalnya, untuk
belajar berjalan. Kedua, kekuatan sosiostruktural dan budaya, misalnya, umur
minimum perkawinan, umur minimum untuk mendapatkan surat izin mengemudi
(SIM), dan sebagainya. Ketiga, nilai-nilai pribadi dan aspirasi. Faktor-faktor pribadi
merupakan hasil dari interaksi antara faktor-faktor ontogenetik dan lingkungan, dan
memainkan peran aktif dalam munculnya tugas perkembangan tertentu.
b) Kesulitan dalam pengolahan informasi yang terdiri dari dua yaitu kesulitan perilaku
dan kesulitan belajar akademik yang berupa kesulitan membaca, mengarang,
menulis dan matematika. Kesulitan dalam pengolahan informasi terdiri atas tiga
dimensi, yaitu kesulitan dalam mengintegrasi input informasi, kesulitan dalam
menyimpan informasi, dan kesulitan dalam memberikan respon yang sesuai dengan
informasi yang diterima.

3. Penyebab Kesulitan Belajar


Belajar baik dalam proses maupun hasilnya sangat dipengaruhi oleh dua faktor,
yaitu faktor internal dan eksternal.
a. Faktor Internal
 Faktor-faktor jasmaniah, seperti cacat tubuh, gangguan kesehatan gangguan
penglihatan, pendengaran, kelainan jasmani dan sebagainya. Misalnya anak

4
yang terganggu pendengarannya akan lebih banyak mengalami kesulitan dalam
belajar.
 Kurangnya kemampuan dasar yang dimiliki oleh murid. Kemampuan dasar
(intelegensi) merupakan wadah bagi kemungkinan tercapainya hasil belajar.
 Kurangnya bakat khusus suatu situasi belajar tertentu. Seperti halnya dengan
intelegensi, bakat merupakan untuk mencapai hasil belajar tertentu. Murid yang
kurang atau tidak memiliki bakat dalam suatu kegiatan belajar tertentu akan
mengalami kesulitan belajar. Keberhasilan dalam belajar hanya ditentukan oleh
minat ini, sehingga anak yang kurang berminat dalam suatu pelajaran tertentu
akan lebih banyak mengalami kesulitan belajar.
 Kurang motivasi atau dorongan untuk belajar. Tanpa motif yang besar anak akan
banyak mengalami kesulitan belajar, karena motif ini merupakan faktor
pendorong.
 Situasi pribadi terutama emosional yang dihadapi murid-murid tertentu.
Misalnya pertentangan yang dialami dalam dirinya, situasi kekecewaan
(frustasi), dalam kesedihan, dan sebagainya dapat menimbulkan kesulitan dalam
belajar.
b. Faktor Eksternal
 Faktor lingkungan sekolah yang kurang memadai bagi situasi belajar anak
seperti cara mengajar, sikap guru, kurikulum atau materi yang dipelajari,
perlengkapan belajar yang kurang, cara evaluasi yang kurang tepat, ruang belajar
yang kurang memadai. Sistem administrasi, waktu belajar yang kurang tepat,
situasi sosial di sekolah, dan sebagainya.
 Situasi dalam keluarga yang kurang mendukung situasi belajar seperti
kekacauan rumah tangga (broken home). Kurang perhatian orang tua, kurangnya
perlengkapan belajar, kurangnya kemampuan orang tua dan sebagainya.
 Situasi lingkungan sosial yang mengganggu keadaan anak seperti pengaruh
negatif dari pergaulan, situasi masyarakat yang kurang memadai, gangguan
kebudayaan seperti film, bacaan-bacaan, dan sebagainya.

5
B. Diagnosis Kesulitan Belajar
1. Definisi Diagnosis Kesulitan Belajar
Diagnosis itu merupakan proses pemeriksaan terhadap hal-hal yang dianggap
atau dipandang tidak beres atau bermasalah. Sedangkan menurut Webster dalam
Mulyono (2017: 135), diagnosis diartikan sebagai proses menentukan permasalahan,
kelainan atau ketidakmampuan dengan ujian, dan melalui ujian tersebut dilakukan
suatu penelitian yang hati-hati terhadap fakta-fakta yang dijumpai, yang selanjutnya
untuk menentukan permasalahan yang dihadapi.
Setelah memahami definisi diagnosis, kita beranjak ke istilah selanjutnya yaitu
kesulitan belajar. Seperti yang telah dibahas sebelumnya, kesulitan belajar meupakan
suatu gejala yang nampak pada peserta didik yang ditandai dengan adanya presetasi
yang rendah atau di bawah batas yang telah ditetapkan. Kesulitan yang dialami itu
tidak selalu disebabkan oleh inteligensinya yang rendah, tetapi bisa juga bersumber
dari faktor fisiologis, psikologis, instrument dan lingkungan belajar.
Maka dapat disimpulkan bahwa diagnosis kesulitan belajar adalah proses
menentukan masalah atau ketidakmampuan peserta didik dalam belajar dengan
meneliti latar belakang penyebabnya atau dengan cara menganalisis gejala-gejala
kesulitan atau hambatan belajar yang nampak.

2. Ciri-Ciri Peserta Didik yang Mengalami Kesulitan Belajar


Mohammad Surya dalam Mulyono (2015: 15) mengemukakan bahwa siswa
yang memiliki hambatan belajar akan diketahui dari beberapa ciri dan karakteristik
yang ditunjukkan siswa tersebut. Beberapa ciri tersebut antara lain sebagai berikut.
a) Hasil belajar siswa rendah.
b) Hasil yang didapatkannya tidak sesuai dengan usaha yang dilakukan siswa.
c) Lambat dalam melakukan dan menyelesaikan tugas-tugas dan kegiatan belajar.
Memperhatikan ciri-ciri peserta didik yang mengalami kesulitan belajar di atas,
maka dapat disimpulkan bahwa peseta didik yang mengalami kesulitan belajar
menunjukkan gejala-gejala atau ciri-ciri sebagai berikut.
a) Menunjukkan prestasi belajar yang rendah atau berada di bawah rata-rata yang
dicapai oleh siswa lain dalam satu kelas.
b) Hasil belajar atau prestasi belajar yang diperoleh tidak seimbang dengan usaha yang
dilakukan, artinya meskipun usahanya sudah keras, namun nilainya selalu rendah.

6
c) Siswa lambat dalam melakukan tugas-tugas belajar, artinya ia selalu tertinggal
dalam mengerjakan soal-soal, dalam mengerjakan tugas-tugas, dan sebagainya.
d) Siswa menunjukkan sikap yang tidak atau kurang wajar selama proses
pembelajaran, misalnya membolos, sering tidak masuk pada mata pelajaran mata
pelajaran tertentu, dan sebagainya.

3. Teknik Diagnosis Kesulitan Belajar


Teknik yang dapat digunakan guru untuk mendiagnosis kesulitan belajar antara
lain tes prasyarat (prasyarat pengetahuan, prasyarat keterampilan), tes diagnostik,
wawancara dan pengamatan.
a) Tes prasyarat, yaitu tes yang digunakan untuk mengetahui apakah prasyarat yang
diperlukan untuk mencapai penguasaan kompetensi tertentu terpenuhi atau belum.
Prasyarat ini meliputi prasyarat pengetahuan dan prasyarat keterampilan.
b) Tes diagnostik digunakan untuk mengetahui kesulitan peserta didik dalam
menguasai kompetensi tertentu.
c) Wawancara dilakukan dengan mengadakan interaksi lisan dengan peserta didik
untuk menggali lebih dalam mengenai kesulitan belajar yang dijumpai peserta
didik.
d) Pengamatan dilakukan dengan jalan melihat secara cermat perilaku belajar siswa.
dari pengamatan tersebut diharapkan dapat diketahui jenis maupun penyebab
kesulitan belajar siswa.
Tes diagnostik untuk mengetahui kesulitan belajar yang dialami oleh siswa
dapat dilakukan secara kelompok maupun individual. Sasaran utama tes diagnostik
belajar adalah untuk menemukan kekeliruan-kekeliruan atau kesalahan konsep dan
kesalahan proses yang terjadi dalam diri siswa ketika mempelajari suatu topik
pelajaran tertentu. Identifikasi kesulitan siswa melalui tes diagnostik berupaya
memperoleh informasi tentang profil siswa dalam materi pokok, pengetahuan dasar
yang telah dimiliki siswa, pencapaian indikator, kesalahan yang biasa dilakukan siswa,
dan kemampuan dalam menyelesaikan soal yang menuntut pemahaman kalimat.
Sedangkan teknik diagnostik nontes (seperti wawancara, angket, dan
pengamatan) dilakukan untuk mengidentifikasi kesulitan siswa yang tidak dapat
diidentifikasi melalui teknik tes. Informasi yang dapat diperoleh dari teknik nontes

7
misalnya, untuk mengetahui kebiasaan belajar siswa, kelemahan fisik, kelemahan
emosional, keadaan keluarga, cara guru mengajar, dan sebagainya.

4. Prosedur Diagnosis Kesulitan Belajar


Ada beberapa prosedur penting yang perlu diperhatikan seorang guru dalam
melaksanakan proses diagnosis kesulitan belajar.
a. Pengumpulan data
Dalam melakukan pengumpulan data harus dilakukan menggunakan beberapa
metode yaitu observasi, kunjungan rumah, case study, case history, daftar pribadi,
meneliti pekerjaan anak, tugas kelompok, dan melaksanakan tes. Semua metode
tersebut tidak semua harus dilaksanakan tergantung dengan masalahnya.
2. Pengolahan data
Langkah yang dapat dilakukan untuk mengolah data adalah dengan identifikasi
kasus, membandingkan antar-kasus, membandingkan dengan hasil tes, dan menarik
kesimpulan.
3. Diagnosis
Diagnosis adalah keputusan mengenai hasil dari pengolahan data. Diagnosis dapat
berupa keputusan mengenai jenis kesulitan belajar anak, keputusan mengenai faktor
yang menyebabkan kesulitan belajar, keputusan mengenai faktor utama penyebab
kesulitan belajar.
5. Treatment (perlakuan)
Perlakuan adalah pemberian bantuan kepada anak yang bersangkutan sesuai dengan
program yang telah disusun pada tahap prognosis. Treatment dapat berupa
bimbingan belajar kelompok dan individual, remedial, bimbingan pribadi
mengatasi masalah psikologis dan bimbingan orang tua.

C. Penanganan Bagi Siswa yang Mengalami Kesulitan Belajar


Pada umumnya, penanganan yang diberikan yaitu dengan adanya pengajaran
remedial. Mulyono (2017) menjelaskan bahwa pengajaran remedial yaitu proses
kegiatan pelaksanaan program belajar mengajar khusus bersifat individual, diberikan
kepada peserta didik yang mengalami kesulitan belajar, yang bersifat kuratif
(penyembuhan) dan atau korektif (perbaikan) peserta didik yang mengalami gangguan

8
belajar tersebut sehingga dapat mengikuti proses belajar kembali untuk mencapai
prestasi yang optimal. Adapun prosedur pengajaran remedial yaitu sebagai berikut.
a. Penelaahan menjadi kasus
Langkah ini merupakan langkah penting untuk melakukan kegiatan selanjutnya.
Langkah-langkah ini bertujuan untuk memperolchlikasi yang jelas tentang kasus
yang berbicara dan memungkinkan pemecahannya.
b. Alternatif tindakan
Alternatif berdasarkan temuan dan langkah pertama, dapat digunakan untuk
memecahkan masalah dan alternatif pemecahan masalah. Karakteristik kasus atau
masalah yang terjadi memang dapat digolongkan menjadi kasus yang berat, cukup
berat, dan ringan. Kasus yang ringan yaitu diskusi peserta didik belum menemukan
cara belajar yang baik. Kasus yang cukup berat yaitu tidak ada yang berhasil karena
hambatan psikologis. Kasus berat jika peserta didik belum mampu menemukan cara
belajar yang baik dan memiliki hambatan emosional.
c. Pemberian layanan khusus
Layanan khusus disini yang dimaksudkan adalah layanan bimbingan konseling,
yang bertujuan agar peserta didik yang mengalami masalah terbebas dari hambatan,
sehingga dapat mengikuti pembelajaran secara wajar.
 Kasus kurang motivasi dan minat belajar, cara mengatasinya yaitu
menghindarkan peserta didik dari pertanyaan-pertanyaar negatif yang dapat
melemahkan semangat belajar, termasuk memarahi, merendahhkan, dan
membandingkan dengan oring lain yang lebih sukses.
 Kasus sikap negatif terhadap guru, dapat mengatasinya dengan cara menciptakan
hubungan yang akrab antara guru dan peserta didik, memberikan pengalaman
yang menyenangkan dan menciptakan iklim atau susana sosial yang sehat dalam
kelas
 Kasus kebiasan belajar yang salah, cara mengatsinya yaitu dengan cara memberi
gambaran tentang cara belajar yang salah, memberikan kesempatan untuk
berlatih dengan pola yang baru anggota untuk berlatih dan belajar dengan pola-
pola belajar yang baru.
 Kasus ketidak cocokan antara keadaanan pribadi dengan lingkungan dan
program studinya, cara mengatasinys yaitu dengan dapat memberikan layanan

9
informasi tentang pemilihan program dan cara belajarnya serta prospek dari
program studi tersebut.
d. Pelaksanaan pengajaran remedial
Setelah langkah ketiga terpenuhi, selanjutnya pelaksanaan pengajaran remedia
meningkatkan prestasi dan kemampuan peserta didik dalam menyesuaikan diri
dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh guru.
e. Pengukuran kembali hasil belajar
Setelah pengajaran remedial selesai, selanjutnya diadakan pengukuran terhadap
perubahan pada diri peserta didik yang bersangkutan. Pengukuran ini untuk
mengetahui kesesuaian antara rencana dengan pencapaian hasil yang diperolehnya.
f. Re-evaluasi dan re-diagnostik
Hasil pengukuran pada langkah kelima ditafsirkan dengan menggunakan cara dan
kriteria seperti pada proses pembelajaran yang sesungguhnya. Hasil penafsiran
tersebut akan menghasilkan tiga kemungkinan sebagai berikut:
 Peserta didik menunjukkan peningkatan prestasi dan kemampuan
penyesuaiannya mencapai kriteria keberhasilan minimum seperti yang
diharapkan.
 Peserta didik menunjukkan peningkatan prestasi dan kemampuan penyesuaian
dirinya, tetapi belum sepenuhnya memenuhi kriteria keberhasilan minimum
yang diharapkan.
 Peserta didik menunjukkan perubahan yang berarti, baik dalam prestasinya
maupun kemampuan penyesuaian dirinya.

10
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian


Jenis penelitian yang kami gunakan adalah studi kasus dengan penilitian survei.
Penelitian survei adalah penelitian yang dilakukan pada suatu populasi, namun data
yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi. Sedangkan
pendekatan penelitian yang kami gunakan adalah pendekatan gabungan (kuantitatif
dan kualitatif).

B. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian terkait diagnosis kesulitan belajar biologi ini dilaksanakan di SMA
Negeri 3 Ciamis yang bertepatan di Jl. Bojonghuni No.87, Maleber, Kec. Ciamis,
Kabupaten Ciamis, Jawa Barat 46214. Adapun waktu pelaksanaan penelitian yaitu
pada hari Senin, 04 Juni 2018. Lebih jelasnya kami memulai penelitian pada pukul
11.04 WIB.

C. Populasi dan Sampel


Dalam penelitian ini, yang menjadi populasi seluruh siswa X MIA-5 SMAN 3
Ciamis. Sedangkan sampel dalam penelitian adalah siswa X MIA-5 SMAN 3 Ciamis
yang memiliki nilai rendah (dibawah KKM).

D. Data Penelitian
Data penelitian berisi mengenai bagaimana jenis data yang akan digunakan
dalam penelitian ini, sumber data tersebut, serta metode yang digunakan dalam
pengumpulan data.
1. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu sumber data
yang tidak diperoleh secara langsung melainkan melalui perantara. Data sekunder
yang digunakan adalah daftar nilai Biologi siswa X MIA-5 SMAN 3 Ciamis Tahun
Akademik 2017/2018 yang kami peroleh dari Bapak Hj. Nanang, S.Pd., selaku
GMP Biologi X MIA-5 SMAN 3 Ciamis. Selain itu, data tambahan berupa

11
penjelasan secara lisan dari Bapak Hj. Nanang, S.Pd., selaku GMP Biologi X MIA-
5 SMAN 3 Ciamis dan Bapak Indra Mulyana Rahayu, S.Pd., selaku guru BK
SMAN 3 Ciamis.
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini menggunakan teknik
dokumentasi dan wawancara terhadap guru terkait. Dengan teknik dokumentasi
kami mengumpulkan data melalui data nilai setiap kompetensi dasar mata pelajaran
Biologi siswa SMAN 3 Ciamis. Dan untuk teknik wawancara, kami melakukan
wawancara kepada guru Biologi dan guru BK di sekolah tersebut.

12
BAB IV
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

A. Hasil Pembelajaran Biologi Siswa Kelas X MIA-5 SMAN 3 Ciamis


Terkait dengan hasil pembelajaran biologi di SMAN 3 Ciamis, kami tidak
melakukan pengamatan secara langsung dari proses pembelajarannya karena pada saat
itu pembelajaran di sekolah tersebut telah selesai. Maka dari itu kami melakukan
wawancara kepada Bapak Hj. Nanang, S.Pd., selaku GMP Biologi X MIA-5 di SMAN
3 Ciamis.
Dalam wawancara, beliau mengatakan bahwa pembelajaran biologi yang
dilakukan tidak terlalu menyulitkan bagi siswa. Karena kesulitan yang dialami itu
masih di dalam batas kewajaran para siswa SMA, di antaranya yaitu kesulitan dalam
mempelajari bahasa latin atau nama-nama ilmiah yang sering dijumpai dalam
pembelajaran biologi. Selain itu, beliau juga mengungkapkan bahwa dalam kurikulum
2013 ini tidak hanya menekankan pada aspek kognitif, tetapi juga aspek afektif dan
psikomotor siswa.
Aspek psikomotor sangat terkait dengan proses kegiatan berupa praktikum. Dan
yang menjadi sedikit hambatan dalam memperoleh hasil pembelajaran biologi yang
maksimal adalah dari segi laboratorium yang mendukung siswa meningkatkan aspek
psikomotornya. Terkadang dalam pelaksanaan praktikum mengalami sedikit kesulitan
dalam mempersiapkannya karena tidak adanya seorang laboran yang dapat membantu
mempersiapkan kebutuhan praktikum.
Setelah melihat data nilai siswa kelas X MIA-5 SMAN 3 Ciamis ini, memang
benar secara kesuluruhan hasil pembelajaran biologi terlihat memuaskan. Batas
kriteria ketuntasan minimal (KKM) mata pelajaran biologi di sekolah tersebut adalah
75. Diperoleh rata-rata nilai kognitif setiap KD mencapai 87 dan rata-rata nilai
keterampilan (psikomotor) setiap KD mencapai 83,4. Dari 33 orang jumlah siswa yang
ada, hanya terdapat dua orang siswa yang kami diagnosis mengalami kesulitan belajar
Biologi. Dua orang siswa itu berjenis kelamin laki-laki dengan inisial AS dan RS. Data
nilai menunjukkan bahwa AS dan RS hampir setiap KD memperoleh nilai dibawah
KKM, baik itu dari penilaian kognitif maupun psikomotor. *Kami lampirkan data nilai
dibagian belakang.

13
B. Penyebab Kesulitan Belajar Biologi Siswa Kelas X MIA-5 SMAN 3
Sebagaimana telah diuraikan di atas, bahwa dari kelas X MIA-5 SMAN 3
Ciamis terdapat dua siswa yang mengalami kesulitan belajar biologi dilihat dari ciri-
cirinya yaitu sebagai berikut.
 Hasil belajar siswa rendah.
 Siswa lambat dalam melakukan tugas-tugas belajar, artinya ia selalu tertinggal
dalam mengerjakan soal-soal, dalam mengerjakan tugas-tugas, dan sebagainya.
 Siswa menunjukkan sikap yang tidak atau kurang wajar selama proses
pembelajaran, misalnya membolos, sering tidak masuk kelas.
Dua siswa itu memiliki identitas sebagai berikut.
Nama : AS
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Mekarmulya, Ds. Jelat, Kec. Baregbeg, Kab. Ciamis.
dan
Nama : RS
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Sindangrasa, Kec. Ciamis, Kab. Ciamis.
*) Nama siswa diinisialkan berdasarkan perintah narasumber.
Tentu terdapat faktor-faktor tertentu yang dapat menyebabkan kedua siswa
tersebut mengalami kesulitan belajar sehingga memiliki ciri-ciri seperti di atas.
Hasil informasi yang kami dapatkan dari wawancara dengan Bapak Hj.
Nanang, S.Pd., selaku GMP Biologi terkait kedua siswa tersebut yaitu sebagai berikut.
 Dilihat dari segi jasmaninya, AS dan RS memiliki kondisi tubuh baik dan tidak
memiliki riwayat penyakit apapun.
 Tingkat inteligensi AS dan RS juga normal (tingkat IQ nya normal), namun terlihat
seperti tidak mempunyai motivasi belajar.
 AS dan RS dapat berkomunikasi secara biasa dengan teman-teman sekelasnya.
 Kehadirannya AS dan RS sangat kurang, sehingga mereka ketinggalan materi
cukup jauh. Hal itu yang menyebabkan kesulitan saat menghadapi tes dan akhirnya
nilainya pun rendah.
Karena kami merasa informasi yang kami dapatkan belum lengkap. Kami
melakukan wawancara kedua yaitu dengan Bapak Indra Mulyana Rahayu, S.Pd.,

14
selaku salah satu guru BK di SMAN 3 Ciamis. Informasi yang kami dapatkan yaitu
sebagai berikut.
 AS dan RS berada di antara keluarga yang hampir relative sama memiliki tingkat
perekonomian yang rendah. Selain itu keluarga mereka memiliki latar belakang
Pendidikan keluarga yang rendah. Inilah yang mengakibatkan kurangnya control
atau perhatian terhadap anak mereka.
 Pergaulan AS dan RS dengan teman sebaya diluar teman-temannya di sekolah
membawa dampak kurang baik, sehingga motivasi belajar mereka menurun.
Terkhusus AS, dia memiliki teman bergaul yang sudah cukup dewasa, yang sudah
bekerja. Ini menyebabkan orientasi AS tidak pada belajar, tetapi pada bermain dan
bekerja.
 Menurut penelitian, AS dan RS seringkali dari rumahnya berangkat ke sekolah
tetapi tidak sampai ke sekolah.
 Dari keseharian AS dan RS mencerminkan mereka memiliki motivasi belajar yang
rendah, terlihat dari perilakunya yang suka terlambat, tidak antusias pada
pemberian materi atau tugas, dan kerap terlihat mengantuk bahkan tidur di kelas.
Dari uraian yang telah dipaparkan berdasarkan hasil wawancara dengan dua
orang guru terkait, maka faktor yang menyebabkan AS dan RS mengalami kesulitan
belajar biologi adalah sebagai berikut.
1. Faktor keluarga, memiliki latar belakang Pendidikan dan tingkat ekonomi yang
rendah menyebakan kurangnya perhatian dari keluarga terhadap mereka.
2. Faktor pergaulan, memiliki teman yang sudah dewasa dan bekerja membuat
motivasi belajar mereka menurun.

C. Penanganan terhadap Siswa yang Mengalami Kesulitan Belajar Biologi di


Kelas X MIA-5 SMAN 3 Ciamis
Penanganan terhadap siswa yang mengalami kesulitan belajar ini didasarkan
pada faktor yang mempengaruhinya atau faktor yang menjadi penyebabnya. Karena
diagnosis kesulitan belajar biologi terhadap Kelas X MIA-5 SMAN 3 Ciamis yaitu AS
dan RS disebabkan oleh dominan masalah sosial (faktor dari keluarga dan pergaulan),
maka penanganan yang harus didahulukan adalah pemberian layanan khusus berupa
layanan bimbingan dan konseling.

15
Layanan bimbingan dan konseling ini bertujuan agar AS dan RS dapat
mengatasi masalah kesulitan belajarnya dengan cara memahami masalah yang sedang
terjadi pada dirinya, agar terbebas dari hambatan, sehingga dapat mengikuti
pembelajaran secara wajar. Selain itu, karena akibat faktor pergaulannya
menyebabkan hilangnya motivasi, maka cara mengatasinya yaitu menghindarkan
peserta didik dari pertanyaan-pertanyaar negatif yang dapat melemahkan semangat
belajar, termasuk memarahi, merendahhkan, dan membandingkan dengan orang lain
yang lebih sukses.

16
BAB V
PENUTUP

A. Simpulan
Dari pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat diperoleh
simpulan sebagai berikut.
1. Proses pembelajaran biologi di kelas X MIA-5 SMAN 3 Ciamis secara umum
dianggap tidak terlalu sulit oleh siswa. Karena dari hasil penelitian, data
menunjukkan nilai rata-rata cukup baik dan hanya ada dua orang siswa yang
benar-benar mengalami kesulitan dalam pembelajaran biologi, dilihat dari
pencapaian nilai setiap KD yang selalu berada di bawah KKM.
2. Faktor yang menyebabkan kesulitan belajar biologi dari kedua siswa yang
berinisial AS dan RS hampir sama yaitu karena didominasi oleh masalah sosial
pergaulannya.
3. Karena faktor penyebab yang paling dominan mempengaruhi siswa adalah
masalah sosialnya, maka dapat disimpulkan untuk penanganan kedua siswa
tersebut diutamakan dengan pemberian layanan khusus yaitu layanan bimbingan
dan konseling.

B. Saran
Orang tua seharusnya lebih kritis terhadap Pendidikan anak, sehingga tidak
hilang kontrol terhadap belajar anak. Selain itu Guru Mata Pelajaran juga bertugas
untuk mengawasi anak didiknya, apabila anak didik tersebut diduga mengalami
kesulitan maka guru harus bisa memberikan layanan alternative untuk membantu anak
tersebut demi mencapai prestasi belajar yang baik.

17
DAFTAR PUSTAKA

Wahyu, Y. 2015. Definisi Kesulitan Belajar Menurut Ahli. Dikutip dari link
https://www.infokmoe.id/2015/09/definisi-kesulitan-belajar-menurut-
ahli.html pada hari Rabu, 27 Juni 2018, pukul 19.22 WIB.
Hermawan, Adri. 2014. Klasifikasi Kesulitan Belajar (Diagnosa). Dikutip dari link
https://bogadri.blogspot.com/2014/09/klasifikasi-kesulitan-belajar-
diagnosa.html pada hari Rabu, 27 Juni 2018, pukul 19.47 WIB.
Mulyono, Nono. 2017. Kurikulum dan Pembelajran. Bandung: Rizqi Press.
Hanik, Asti Noor. 2015. Faktor-Faktor Penyebab Kesulitan Belajar (Tugas Akhir
Skripsi). Universitas Negeri Yogyakarta. Diambil dari link
http://eprints.uny.ac.id/29197/1/ASTI%20NOOR%20HANIK.pdf pada hari
Kamis, 28 Juni 2018, pukul 07.20 WIB.
Ismail. 2016. Diagnosis Kesulitan Belajar Siswa dalam Pembelajaran Aktif di
Sekolah. Jurnal Edukasi Vol 2, Nomor 1. UIN Ar-Rainry Banda Aceh.

18
LAMPIRAN

AS

RS

Anda mungkin juga menyukai