SALSABILA
1604129
DEFENISI NYERI
• Agen Opioid
Opioid seringkali digunakan sebagai langkah terapi dalam pengelolaan rasa sakit akut dan nyeri kronis
terkait kanker. Terapi dan efek samping tergantung dari agen tersebut seperti agonis opioid (misalnya
morfin), antagonis opioid (misalnya nalokson), sebagian agonis dan antagonis (misalnya pentazocine ).
• Analgesik Adjuvant
Analgesik adjuvan adalah agen farmakologis yang berguna dalam pengelolaan nyeri tetapi biasanya tidak
diklasifikasikan sebagai analgesik. Contoh adjuvant analgesik termasuk antidepresan dan antikonvulsan.
DEFENISI EPILEPSI
Penyakit epilepsi atau ayan
adalah gangguan sistem saraf
pusat akibat pola aktivitas listrik
otak yang tidak normal. Hal itu
menimbulkan keluhan kejang,
sensasi dan perilaku yang tidak
biasa, hingga hilang kesadaran.
PATOFISIOLOGI
Patofisiologi epilepsi berupa proses terjadinya serangan epileptik. Proses ini
berawal dari eksitabilitas satu atau sekelompok neuron akibat perubahan pada
membran sel neuron.
Asal timbulnya eksitabilitas dapat berasal dari :
• Neuron individual, yaitu neuron epileptik memiliki konduktansi Ca2+ yang
lebih tinggi yang disebabkan oleh perubahan struktur dan fungsi pada
reseptor membran post sinaptik.
• Lingkungan mikro neuronal, perubahan kadar kation dan anion ekstraselular
berupa peningkatan kadar K+ menyebabkan depolarisasi neuron dan
pengeluaran yang berlebihan.
• Populasi sel epileptik, perubahan fisiologis neuronal secara kolektif
menyebabkan produksi eksitabilitas yang progresif.
ETIOLOGI
Etiologi epilepsi dapat diklasifikasikan menjadi :
1. Epilepsi Idiopatik
Epilepsi idiopatik diduga berasal dari kondisi genetika.
2. Epilepsi Simtomatik
Epilepsi simtomatik diakibatkan oleh kelainan struktural yang telah diidentifikasi.
3. Epilepsi Kriptogenik
Epilepsi kriptogenik diduga akibat abnormalitas fokal yang tidak dapat
diidentifikasi melalui gejala klinis dan hasil pemeriksaan lanjutan.
DIAGNOSIS
• Uji neurologis.
• Pemeriksaan darah
• Elektroensefalogram (EEG).
• High-density EEG.
• CT scan.
• MRI.
• Functional MRI (fMRI).
• Tomografi emisi positron (PET).
• Single-photon emission computerized tomography (SPECT).
• Uji neuropsikologis.
FAKTOR RESIKO
• Usia
• Jenis kelamin
• Faktor genetik
• Trauma pada otak
• Kondisi medis tertentu
• Gangguan mental
• Kehamilan
TERAPI NON FARMAKOLOGI
• Mengurangi Alkohol Dan Narkoba
• Perbanyak Istirahat
• Mengurangi Stres
• Makan Secara Teratur
TERAPI FARMAKOLOGI
Terapi farmakologi pada epilepsi merupakan terapi menggunakan OAE (Obat Anti Epilepsi).
• Kategori OAE
Obat-obat antiepilepsi dapat dibagi menjadi 2 kategori berdasarkan efeknya yaitu efek
langsung pada membran yang eksitabel dan efek melalui perubahan neurotransmitter.
• Obat-obat yang bekerja dengan meningkatkan transmisi inhibitori GABAergik, antara lain :
1. Agonis reseptor GABA, contohnya benzodiazepin dan barbiturat.
2. Inhibitor GABA transaminase, contohnya vigabatrin.
3. Inhibitor GABA transporter, contohnya tiagabin.
4. Meningkatkan konsentrasi GABA, contohnya gabapentin.
DEFENISI PARKINSON
Penyakit parkinson
adalah kerusakan otak dan
saraf progresif yang
mempengaruhi gerakan
(motor system), terjadi
karena hilangnya sel-sel
otak yang memproduksi
dopamin
PATOFISIOLOGI
Terdapat dua temuan-temuan utama neuropatologis dalam penyakit parkinson :
• Hilangnya neuron berpigmen dopaminergik dari substansia nigra pars
compacta
Hilangnya neuron dopamin terjadi paling mencolok di substansia nigra lateralis
ventral. Sekitar 60-80% dari dopaminergik neuron hilang sebelum muncul
tanda-tanda motor penyakit Parkinson.
3. Obat Dopamino-antikolinergik
• Amantadin
• Antidepresan trisiklik
4. Penghambat MAO-B
• Selegilin
DEFENISI MULTIPLE SCLEROSIS