Anda di halaman 1dari 2

Nama : Silvia Agustina

NIM : 2110246920
MK : Biomanajemen
Dosen Pengampu : Dr. Zulfarina M.Si

GMO adalah singkatan dari genetically modified organism, yaitu makhluk hidup yang
DNA-nya dimodifikasi dengan teknologi rekayasa genetika. Penerapan GMO yang paling
umum diketahui adalah untuk memenuhi kebutuhan pangan.Di industri pangan, bibit GMO
digunakan karena beberapa alasan, misalnya meningkatkan pertumbuhan (lebih cepat, lebih
besar, atau lebih banyak), menambah nutrisi yang terkandung, menjaga keberlanjutan,
ketahanan terhadap hama, dan mempermudah panen. Dengan adanya teknologi GMO,
peneliti dapat mempersingkat proses-proses tersebut dan menciptakan tanaman dengan sifat
spesifik yang diinginkan. Adapun produk rekayasa genetika pada tanaman di Indonesia di
antaranya adalah jagung, padi, tomat, tebu, singkong, dan kentang. Contoh bibit GMO yaitu
jagung Bt (Bacillus thuringiensis), yaitu jagung yang direkayasa genetika untuk
memproduksi insektisida yang telah digunakan untuk membasmi hama tertentu selama lebih
dari 50 tahun. Dengan begitu, jagung ini tidak perlu lagi diberikan pestisida karena hama
yang memakannya akan mati.
Kehadiran produk rekayasa genetika kini menjadi sebuah solusi dalam mengatasi
keterbatasan lahan dan menghadapi krisis pangan global. Tuntutan global yang dijalankan
pemerintah Indonesia mengharuskan pemerintah merevisi UU No. 7 Tahun 1996 yang diganti
menjadi UU No. 18 Tahun 2012. Dalam UU yang baru tersebut ditambahkan pasal yang
mengatur tentang produk rekayasa genetika pada pasal 1 ayat 33, dan 34 junto pasal 69
sampai pasal 77. Kemudian dampak yang ditimbulkan oleh adanya produk rekayasa genetika
terhadap lingkungan diatur dalam UU No. 21 tahun 2004 tentang ratifikasi protokol
Cartagena dan Peraturan Pemerintah No. 21 tahun 2005 tentang keamanan hayati produk
rekayasa genetika. Protokol Cartagena merupakan pelaksanaan lebih lanjut dari konvensi
tentang keanekaragaman hayati yang bertujuan untuk menjamin tingkat proteksi yang
memadai dalam perpindahan, penanganan, dan pemanfaatan yang aman dari perpindahan
lintas batas organisme hasil modifikasi genetik, termasuk dalam pangan, pakan dan
pengolahannya (Ishak, 2004). Sementara itu, Peraturan Pemerintah No. 21 tahun 2005
mengatur tentang pengawasan, keamanan serta regulasi dari produk rekayasa genetika.
Produk rekayasa genetika sebagai hasil dari intelektualitas manusia perlu
mendapatkan perlindungan dari hak kekayaan intelektual (HKI). Di indonesia perlindungan
ini diberikan oleh Paten dan Perlindungan Varietas Tanaman (PVT). Pasal 7 Undang-undang
Nomer 14 tahun 2001 tentang Paten menyebutkan bahwa paten dapat memberikan
perlindungan terhadap proses non biologis maupun proses mikrobiologis untuk menciptakan
tanaman atau hewan. Penemuan di bidang tersebut dapat dilindungi oleh paten asalkan
memenuhi persyaratan baru, mempunyai langkah inventif dan dapat diterapkan di bidang
industri. Disisi lain perlindungan varietsas tanaman didasarkan pada Undang-undang Nomer
29 tahun 2002 tentang Perlindungan Varietas Tanaman. PVT hanya dapat memberikan
perlindungan terhadap GMO’s dibidang tanaman dan memenuhi persyaratan baru, unik,
seragam, stabil, dan diberi nama. Baik Paten dan PVT dapat memberikan perlindungan atas
invensi (dalam hal ini GMO’s) asalkan penemuan tersebut didaftarkan, namun dalam
faktanya, pendaftaran ini memerlukan waktu yang lama dan mahal. Disisi lain ditemukan
pula permasalahan lain mengenai perlindungan GMO’s

Anda mungkin juga menyukai