OLEH :
KELOMPOK 3:
JULYA SYSCA
MERIZA FATMA
MILDA FITRI ASRIYANI
MONICA INDIASTI PUTRI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2020
TRANSGENIK ORGANISME PRINSIP DAN KONFLIK NILAI
Bioetika pada dasarnya membahas etika atau moral yang mencakup segala
sesuatu yang berkaitan dengan kehidupan. Pada awalnya bioetika dikemukakan oleh
V.P. Potter dan merupakan ilmu yang digunakan untuk mempertahankan hidup dalam
mengatasi kepunahan lingkungan dan mengatasi kepunahan manusia. Namun dalam
perkembangannya, bioetika cenderung mengarah pada penanganan isu atau nilai etika
yang timbul karena perkembangan iptek dan biomedis. Sebagaimana yang telah
dijelaskan sebelumnya bahwa bioetika merupakan cabang ilmu biologi dan ilmu
kedokteran yang menyangkut masalah di bidang kehidupan, tidak hanya
memperhatikan masalah-masalah yang terjadi pada masa sekarang, tetapi juga
memperhitungkan kemungkinan timbulnya pada masa yang akan datang. Dewasa ini
pertumbuhan populasi penduduk dunia sangat pesat. Hal ini sebagai akibat dari angka
kelahiran (natalitas) yang tinggi menyebabkan konsekuensi yang besar terhadap
upaya-upaya pengadaan dan peningkatan suplai pangan dunia.
Tidak ada teknologi yang tanpa resiko, demikian pula dengan produk rekayasa
genetik. Resiko dari produk transgenik tidak akan lebih besar dari produk hasil
persilangan alamiah. Beberapa resiko pangan transgenik yang mungkin terjadi antara
lain resiko alergi, keracunan dan tahan antibiotik. Penggunaan tanaman transgenik
perlu kita pertimbangkan, mengingat bahwa penggunaan tanaman transgenik
berkaitan erat dengan etika pangan dan pertanian dunia. Hal itu tidak hanya mengenai
efek terhadap keamanan pangan melainkan juga mempertimbangkan hak konsumen
dan dampak lingkungan dari pengembangan tanaman transgenik.
Industri pertanian dan medis negara maju sebagian besar telah menggunakan
rekayasa genetika didalam proses produksinya. Negara yang melakukan penanaman
komersial produk transgenik biasanya melakukan analisa keamanannya, termasuk
konsekuensi langsung dan tidak langsung. Konsekuensi langsung, misalnya kajian
apakah terjadi perubahan nutrisi, munculnya efek alergi, atau toksisitas akibat
rekayasa genetika. Konsekuensi tidak langsung, misalnya, efek baru yang muncul
akibat transfer gen, perubahan level ekspresi gen pada tanaman sasaran, serta
pengaruhnya terhadap metabolisme tanaman.
Pada tahun 1996 total area di dunia yang ditanami tanaman transgenik hanya
berkisar 5 juta hektar. Namun pada tahun 2006 telah melonjak menjadi 184 juta
hektar. Peningkatan juga terjadi pada bisnis bibit tanaman transgenik. Penjualan bibit
kedelai transgenik di dunia pada tahun 2006 telah mencapai 1550 juta dolar AS.
Padahal pada tahun 1996 hanya bekisar 11 juta dolar AS. Hal yang sama juga terjadi
pada penjualan bibit jagung transgenik. Berkembangnya bisnis produk transgenik
telah menjadikan Indonesia sebagai salah satu pasar bagi produk-produk tersebut.
Laporan United States Department of Agriculture ( USDA ) menyebutkan nilai ekspor
produk transgenik Amerika Serikat ke Indonesia tahun 2004 mencapai 600 juta dolar
AS. Tanaman transgenik itu terdiri dari kedelai, jagung, dan kapas.
4. Glyphosate tolerant Corn Line GA21, yaitu jagung yang tolerant glifosat, dan
beras yang mengandung vitamin A ( golden rice)
Menurut Epstein (2001), sebagian besar efek dari rekayasa genetika yang mampu
mengubah sifat fisik mahluk hidup belum diketahui. Salah satu masalah utama dalam
rekayasa genetika adalah apakah gen yang disisipkan dalam suatu mahluk hidup akan
diwariskan atau tidak diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Meskipun
dengan penggunaan teknologi transgenik diakui memiliki kemampuan untuk
mengekspresikan gen asing dan membuka opsi untuk memproduksi sejumlah besar
produk industri seperti industri farmasi komersial, tetap saja masih menyisakan
kekhawatiran.
Kekhawatiran munculnya dampak negatif dari penggunaan transgenik di
Indonesia sangat beralasan karena Indonesia telah mengimpor berbagai komoditas
yang diduga sebagai hasil dari rekayasa genetika maupun yang tercemar dengan
transgenik yang berasal dari negara-negara yang telah menggunakan teknologi
rekayasa genetika, mulai dari tanaman, bahan pangan dan pakan, obat-obatan,
hormon, bunga, perkayuan, hasil perkebunan, hasil peternakan dan sebagainya diduga
mengandung atau tercemar transgenik. Suatu teknologi dapat memberi manfaat yang
besar bagi kesejahteraan masyarakat, akan tetapi tidaklah mutlak tanpa resiko, begitu
juga dengan rekayasa genetika.
Belum terdapat penelitian yang yang menjamin tanaman transgenik aman untuk
dikonsumsi. Pangan rekayasa genetika diduga menjadi penyebab berbagai penyakit
dengan asumsi bahwa gen asing mungkin mengubah nilai gizi makanan dengan cara
yang tak terduga baik yang bisa mengurangi atau meningkatkan beberapa gizi dan
nutrisi lain. Faktor yang perlu diperhatikan dari minimnya informasi tersebut adalah
penggunaan produk makanan dari tanaman transgenik harus berhati-hati.
Kekhawatiran lainnya dari penggunaan tanaman transgenik adalah kemungkinan
makin beratnya masalah bakteri yang berkemampuan besar mengalahkan antibiotik.
Jika hal ini terjadi maka akan terdapat suatu penyakit yang tidak bisa diobati oleh
antibiotik karena mikroba resisten terhadap antibiotik. Selain itu, banyak tanaman
transgenik menggunakan mikroorganisme sebagai donor potensial menimbulkan
alergi yang tidak diketahui atau belum teruji. Gen dari sumber-sumber non-makanan
dan kombinasi gen baru bisa memicu reaksi alergi pada beberapa orang yang
mengkonsumsinya atau memperburuk yang sudah ada. Resiko dari tanaman
transgenik seperti kehilangan nutrisi, kemunculan racun baru, alergen dan efek
samping potensial lainnya sudah disampaikan.18 Indonesia sebagai salah satu negara
yang banyak memanfaatkan produk transgenik harus lebih berhati-hati, sebab hingga
saat ini diduga belum pernah dilaporkan adanya dampak negatif dari penggunaan
produk transgenik tersebut, apalagi mendeteksi apakah komoditas yang diimpor
mengandung transgenik atau tidak. Prinsip kehati-hatian penggunaan transgenik
impor harus dikedepankan, oleh karena itu peran pemerintah dan ilmuwan sangat
ditunggu.
DAFTAR PUSTAKA
Amin L, Jahi JM. Ethical Aspects of Genetically Modified Organisms Release into
the Environment. Malaysian J Environ Manag. 2004:99 – 111.
Billings PR. Modified Foods Are like Drugs. The Boston Globe,; 1999.
Kessler DA, Taylor MR, Maryanski JH, Flamm EL, Kahl. LS. The safety of foods
developed by biotechnology. Science (80- ). 1992:256:1747.
Putu AN. Aspek Keamanan Pangan Genetically Modified Food ( GMF ). J Ilmu Gizi.
2011;2:27-36.
Rissler J, Mellon M. Perils amid the Promise: Ecological Risks of Transgenic Crops
in a Global Market. Washington D.C.; 1993.
Sateesh MK. Bioethics and Biosafety. I K Int Pvt Ltd. 2008;ISBN 978-8:456.
Singh OV, Ghai S, Paul D, Jain RK. Genetically modified crops: success, safety
assessment, and public concern. Appl Microbiol Biotechnol. 2006;5:598-
607.
Sulichantini Ellok Dwi. Tanaman dan Pangan Transgenik di Sekitar Kita. J Teknol
Pangan. 2007;2(2):38-43.