Salah satu teknologi forensik yang sering digunakan adalah berupa tes
DNA dalam tindak criminal. Salah satu tes yang dilakukan adalah tes yang
bernama Polymerase chain reaction (PCR) yang digunakan untuk menganalisa
hubungan darah antara dua orang ataupun untuk mengecek apakah seorang
merupakan anak kandung dari seorang suami/istri (Marks et all, 1996). Lalu
nantinya proses ini akan dilanjutkan dengan metode yang memanfaatkan STR.
Setelah dilakukan proses PCR, maka akan dilanjutkan dengan proses yang
memanfaatkan adanya STR (short tandem repeats). STR ini merupakan
metode yang digunakan secara luas untuk mengidentifikasi manusia termasuk
dalam analisis DNA forensic. Setelah melakukan PCR, sampel DNA yang
berisi alel STR dengan panjang yang berbeda-beda akan dipisahkan dengan
elektroforesis dan diidentifikasi genotipnya dengan tangga alel yang berasal
dari DNA yang akan diuji (Butler, 2007).
Lokus STR memiliki keistimewaan karena memiliki jenis alel yang
banyak,tetapi
dengan
rentang
yang
sempit,sehingga
memungkinkan
16
STR,
maka
kedua
orang
yang
dicek
memiliki
ikatan/hubungan darah.
Dafpus:
Marks, D.B., Marks, A.D., Smith, C.M. (1996). Basic Medical Biochemistry.
Baltimore :Williams & Wilkins.
Rudiretna, Ari dan Handoyo, Darmo. (2001). Prinsip Umum dan Pelaksanaan
Polymerase Chain Reaction (PCR). Unitas vol 9 (1), 17-29.