PENDAHULUAN
pada pertemuan empat lempeng tektonik yaitu lempeng Benua Asia, Benua
Australia, lempeng Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Pada bagian selatan
dan timur Indonesia terdapat sabuk vulkanik yang memanjang dari Pulau
Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara dan Sulawesi yang sisanya berupa pegunungan
vulkanik tua dan dataran rendah yang didominasi oleh rawa-rawa. Kondisi
bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, banjir dan tanah longsor (BNPB).
Selain bencana yang disebabkan alam, bencana dapat juga disebabkan karena ulah
manusia seperti terjadinya peledakan bom, kebakaran dan kecelakaan lalu lintas.
Bencana tersebut dapat melibatkan korban dalam jumlah besar , yang tidak jarang
menghasilkan korban yang sulit untuk dikenali. Sehingga dibutuhkan ahli dalam
metode dugaan atau metode khusus. Usaha ini melibatkan kerja sama dan
antropologi forensik, serologi forensik dan spesialis lainnya yang dianggap perlu
penting untuk mengetahui identitas seseorang melalui sejumlah ciri yang ada.
1
Pada kejadian bencana massal akan menghasilkan keadaan jenazah yang
visual, tetapi hal tersebut tidak dapat dilakukan apabila jenazah mengalami
berdasarkan sidik jari akan sulit dilakukan, maka dapat digantikan dengan
pemeriksaan gigi geligi karena bersifat lebih tahan lama terhadap proses
jenis kelamian adalah bagian dari odontologi forensik dan sangat penting
metode pemeriksaan lainnya, seperti estimasi usia dan tinggi tubuh individu
bahan kimia dan bom nuklir, bencana alam, investigasi kasus kejahatan maupun
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Kemungkinan untuk menemukan dua orang yang sama giginya adalah stu
per dua triliun. Dengan demikian pada penduduk dunia yang berjumlah
hanya pada tingkat milyar, akan mustahil ditemukan dua orang yang
giginya sama keadaannya. Adanya pola erupsi dengan 20 gigi susu dan 32
gigi tetap serta adanya perubahan karena rusak atau tindakan perawatan
kelemahan mudah rusak sehingga tidak dapat digunakan lagi atau kurang
mungkin dilakukan karena sifat gigi yang kuat, tahan terhaap berbagai
3
strukturnya banyak mengandung bahan anorganik sehingga kuat, juga
karena gigi merupakan jaringan tubuh yang terdapat dibagian badan yaitu
antara data gigi yang diperoleh dari pemeriksaan gigi orang atau jenazah yang
tidak dikenal ( data postmortem ) dengan data gigi yang pernah dibuat
dengan cara membandingkan data ini akan dapat memberi hasil identifikasi
sampai tingkat individu, yaitu dapat menunjuk siapa orang yang diidentifikasi
hasil, yaitu sama atau tidak sama. Apabila dari hasil perabandingan data itu sama,
maka dikatakan identifikasi positif, identifikasi bahwa orang tak dikenal itu
adalah sama dengan orang yang diperkirakan. Dengan demikian identitas orang
yang tidak dikenal tersebut telah diketahui sepenuhnya. Sebaliknya, apabila hasil
identifikasi adalah negatif ini berarti orang yang tidak dikenal itu bukan orang
yang diperkirakan, sehingga dengan demikian orang yang tidak dikenal tersebut
belum diketahui identitasnya. Untuk mencari identitas orang tersebut masih harus
dicarikan lagi data gigi yang lain untuk diperbandingkan lagi (Gadro, 1999).
Data gigi antemortem merupakan syarat utama yang harus ada apabila
4
1. Dental record, yaitu keterangan tertulis berupa odontogram atau catatan
3. Cetakan gigi
Data data tersebut dapat dicari pada sumber-sumber antara lain praktek
pendidikan kedokteran gigi atau sanak saudara. Selain syarat utama bahwa data
keakuratan untuk dapat diperbandingkan denga data hasil pemeriksaan dari orang
tak dikenal yng akan diidentifikasi, misalnya dalam hal kelengkapan atau
yang sama untuk diperbandingkan. Untuk data gigi postmortem yang perlu dicatat
1. Gigi yang ada dan yang tidak ada. Bekas gigi yang tidak ada apakah baru
atau lama
5. Jenis dan bahan restorasi, perawatan dan rehabilitasi yang mungkin ada
seperti jacket crown, gigi jembatan, plat orthodonsi, prothesis gigi, dll
5
6. Atrisi atau keausan daratan kunyah gigi yang merupakan proses fisiologia
untuk fungsi mengunyah. Derajat atrisi ini akan sebanding dengan umur
ciri-ciri incisival shovel shape pada gigi incisivus dan tubercullum carabelli
pada gigi molar kesatu atas banyak dijumpai pada ras mongoloid. Panjang,
tersebut. Identifikasi jenis kelamin adalah bagian dari odontologi forensik dan
pemeriksaan lainnya, seperti estimasi usia dan tinggi tubuh individu (Eboh,2012).
pada bagian oral dan perioral atau jaringan lunak ( cetakan bibir-cheiloscopy, pola
6
2.1 Analisis Morfologi
1. Metode odontometri
mesiodistal (MD) dan dimensi buccolingual (BL) pada gigi (b) mean canine index
(MCI) (indeks gigi), dan (c) morfologi gigi. Dimorfisme seksual terdapat pada
ukuran dan bentuk gigi. Ukuran gigi terbaik diukur selama awal gigi permanen
karena tahap dimana gigi mendapatkan sedikit stimulus eksteral dan internal
enamel pada pria lebih besar dan tebal daripada wanita karena periode
kontak yang terlalu dekat dengan gigi yang lain. Oleh karena itu, antara
7
dimensi MD dan BL keduanya membantu sebagai alat yang lebih handal
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4606628/table/T1/
8
Gambar 1. Pengukuran dimensi gigi MD
http://jms.org.br/PDF/v29n2a09.pdf
http://jms.org.br/PDF/v29n2a09.pdf
9
b. Mean canine index (MCI)
standar dari MCI adalah 0,274. Jika hasil MCI pada spesimen tengkorak
kurang dari atau sama dengan standar MCI maka individu tersebut
dikategorikan wanita. Jika hasilnya lebih dari standar MCI maka individu
c. Morfologi gigi
Tepi aksesori bagian distal akan terlihat pada pria dibanding wanita. Pada
dkk 2015).
2. Metode orthometri
(Ramakrishnan, dkk 2015). Pada pria umumnya memiliki ukuran yang lebih
besar, rahang (os. Mandibula) memiliki dagu yang lebih persegi atau dasarnya
mendatar, sudut rahang tampak lebih lancip (acute angle jaw) dan proseccus
memiliki dagu yang lebih lancip atau dasarnya mendatar (square chin). Sudut
rahang juga tampak lebih lebar (widerangleof jaw) dan proccesus mastoideus
10
Gambar 3. Tengkorak pria
http://anthropology.si.edu/writteninbone/comic/activity/pdf/skeleton_male_or_fe
male.pdf
http://anthropology.si.edu/writteninbone/comic/activity/pdf/skeleton_male_or_fe
male.pdf
11
2.1.2 Analisis jaringan lunak
1. Cheiloscopy
Cheiloscopy adalah ilmu yang mempelajari tentang sidik bibir. Sidik bibir
dapat diidentifikasi sejak usia enam minggu bayi dalam kandungan. Sidik bibir
tersebut tidak akan berubah setelah itu. Sehingga sidik bibir digunakan untuk
Sidik bibir didefinisikan sebagai gambaran alur mukosa bibir atas dan
bawah, dan oleh Suzuki dinamakan figura linearum labiorum rubrorum. Garis
garis normal atau alur pada bibir memiliki karakteristik yang individual sama
halnya seperti yang terdapat pada sidik jari (Septadina, 2015). Sidik bibir
merupakan lekukan yang terdapat pada tepian vermilion atau bagian mereh bibir.
Menurut Suzuki dan Tsuhihashi dalam Ramakrishnan, dkk 2015, klasifikasi dari
bibir
http://www.ncbi.nlm.nih.gov
/pmc/articles/PMC4606628/f
igure/F1/
12
Pada penelitian yang dilakukan Vahanwala, dkk dalam Ramakrishnan, dkk 2015
menyimpulkan :
kertas karton tipis dan pewarna bibir, lateks, scoth tape, fotografi, bahan pencetak
gigi, kaca preparat dan finger print hinge lifter. Berdasarkan hasil pengambilan
sidik bibir yang paling mudah dilakukan yaitu dengan menggunakan karton tipis
2. Rugoscopy
ridge dari membran mukosa yang irregular dan asimetris meluas kelateral dari
papila insisivus dan bagian anterior dari median palatal raphe. Fungsi dari ruga
pengunyahan. Selain itu, adanya reseptor gustatori dan taktil pada ruga palatal,
maka ikut berkontribusi dalam perisa rasa, persepsi lidah dan tekstur makanan
(Chairani&Aerkari, 2008).
Pola ruga palatal yang dapat dipelajari meliputi jumlah, panjang, lokasi
dan bentuknya yang dapat dilihat melalui cetakan gigi atau foto intra oral
13
(Chairani&Aerkari, 2008). Klasifikasi yang sering digunakan adalah klasifikasi
yang dibuat oleh Thomas, dkk yang mengklasifikasi berdasarkan panjang ruga
yaitu :
Bergelombang
14
Ada beberapa cara untuk menganalisis ruga palatal yaitu :
palatal dari seseorang. Namun cara ini sulit digunakan bila hendak
b. Membuat fotografi oral dengan menggunakan kamera intra oral. Cara ini
c. Pembuatan cetakan. Cara ini juga mudah dan murah yaitu cukup mencetak
hydrocollid dan diisi dengan dental stone. Hasil cetakan harus bebas dari
porus atau gelembung udara terutama pada bagian anterior dari palatm.
Dengan bantuan kaca pembesar, ruga palatal pada model gigi diwarnai
palatal. Bila perlu, dapat dibuat foto dan dianalisa dengan program
calcorrugoscopy atau overlay print dari ruga palatal pada model maksila
15
2.2 Analisis Molekular
adanya faktor-faktor dari luar, sehingga metode yang digunakan untuk identifikasi
jenis kelamin dengan analisis molekuler DNA. Pengambilan DNA dari gigi
DNA antemortem. DNA terdapat di darah, sisir, baju, atau sampel biopsi dapat
1. Barr bodies
berukuran kecil pada inti sel dari sel saraf kucing betina tetapi tidak
kromatin ini juga dapat ditemukan di tulang, sel retina, sel mukosa rongga
mulut, biopsi sel kulit, darah, tulang rawan, akar batang rambut dan pulpa
gigi. Barr bodies dapat ditemukan pada sekitar 40% sel wanita sedangkan
pada sel pria tidak memiliki Barr bodies sehingga disebut kromatin negatif
16
bar body memiliki bentuk yang menyerupai abjad seperti V, W, S atau X
2. F-bodies
3. Amelogenin
pada gigi manusia yang dikode oleh gen yang berlokasi pada kromosom
memiliki perbedaan baik dalam ukuran maupun sekuennya, namun gen ini
prenatal. Gen AMEL pada wanita berlokasi pada kedua kromosom X dan
homozigot (46, XX). Pada pria gen AMEL hadir pada kedua kromosom X
17
Beberapa variasi tes amelogenin telah dipublikasikan. Metode yang
dkk. Teknik ini membagi fragmen X dan Y pada 106 bp dan 112 bp.
AMELX dan AMELY yaitu protokol yang di desain oleh Nakahori dkk.
lebih akurat, dan memerlukan kuantitas sampel yang kecil (Syafitri, K dkk
2013).
menjelaskan bahwa mahkota gigi pada pria lebih besar daripada wanita
pendek (p) kromosom Y pada posisi 11.3. Terdiri dari satu ekson yang
18
sampel DNA pria dari sampel DNA wanita. Penelitian terbaru dalam
diekstraksi dari akrilik gigi tiruan sebagai sampel DNA untuk determinasi
pria, spermatogenesis, dan fungsi lain terkait dengan pria. Y-STRs bersifat
polimorfik diantara pria yang tidak berkaitan dan diturunkan melalui garis
19
BAB 3
KESIMPULAN
Indonesia menjadi negara yang rawan bencana alam. Faktor manusia juga turut
berperan menimbulkan bencana. Hal ini sering menyebabkan banjir ataupun tanah
yang tidak jarang korban sulit untuk dikenali. Dengan adanya proses identifikasi
yang tepat selanjutnya dapat dilakukan upaya merawat, mendoakan serta akhirnya
menggunakan analisis jaringan keras dan lunak. Analisis jaringan keras meliputi
variasi morfologi dari dimensi gigi (odontometri) dan variasi morfologi tengkorak
bodies, sex determining region Y gene, amel gene dan chromosom Y marker.
20
DAFTAR PUSTAKA
Pemeriksaan Primer dan Sekunder Sebagai Penentu Identitas Korban pada Dua
http://anthropology.si.edu/writteninbone/comic/activity/pdf/skeleton_male_or_fe
male.pdf
Septadina, IS 2015, Identifikasi individu dan jenis kelamin berdasarkan pola sidik
21
Gadro, SA 1999, Peran odontologi forensik sebagai salh satu sarana
Khorate, dkk 2014, Gender determination from pulpal tissue, vol.6(2), hal 107-
histologis dan DNA dalam identifikasi odontologi forensik, vol. 62, hal. 11-16,
http://staff.ui.ac.id/system/files/users/elza.ibrahim/publication/59-188-1-
pb_ks_eia.pdF
http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2090536X14000604
22