MODUL 10
Oleh:
Pembimbing:
drg. Suci
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PADANG
2021
BAB I
PENDAHULUAN
Bencana dapat diakibatkan karena alam dan manusia. Kondisi alam memegang
peranan penting akan timbulnya suatu bencana Bencana alam , seperti gempa bumi,
tsunami, banjir, tanah longsor ,topan, dan angin puting beliung melanda hampir di seluruh
daerah Indonesia. Bencana yang diakibatkan oleh manusia misalnya teror bom, konflik,
kapal tenggelam, dan kecelakaan pesawat. Serangkaian kejadian bencana alam ini telah
mengakibatkan banyak korban jiwa, kerugian harta benda, dan kerusakan lingkungan
(Prawestiningtyas, 2009).
Bencana masal yang terjadi secara hebat dan tidak terduga akan menimbulkan
banyaknya korban jiwa yang tidak dikenali atau tidak memiliki identitas. Kesulitan mengenali
korban akibat bencana atau kecelakaan masal sering menimbulkan permasalahan dalam
bidang kedokteran forensik (Gadro, 1999). Kegiatan identifikasi korban bencana masal
(Disaster Victim Identification) menjadi kegiatan yang sangat penting dan dilaksanakan
hampir pada setiap kejadian yang menimbulkan korban jiwa dalam jumlah yang banyak.
Tujuan utama dari pemeriksaan ini adalah untuk mengenali identitas korban, selanjutnya
dapat dilakukan upaya untuk merawat, mendoakan, dan menyerahkan kepada keluarga
identitas korban juga bertujuan untuk memberikan ketenangan psikologis kepada keluarga
korban mati akibat bencana masal secara ilmiah dan dapat dipertanggungjawabkan serta
mengacu pada standar Interpol. Proses DVI menggunakan bermacam-macam metode dan
teknik. Interpol telah menentukan adanya Primary Identifier (PI) yang terdiri dari sidik jari,
odontologi, dan DNA serta Secondary Identifier (SI) yang terdiri dari rekam medis,
aksesoris, dan fotografi. Menurut standar Interpol, identifikasi disebut sah dan benar apabila
telah berhasil diuji oleh minimal satu Primary Identifier atau dua Secondary Identifier
( saparwoko, 2006).
Odontologi forensik adalah ilmu yang mempelajari mengenai gigi untuk memecahkan
dimanfaatkan oleh badan penegak hukum untuk mengeksploitasi pengenal biometrik sebagai
alat kunci dalam pengenalan forensik. Evolusi dalam teknologi informasi dan besarnya
jumlah kasus yang membutuhkan investigasi oleh ahli forensik, sehingga identifikasi forensik
Gigi dapat dipakai sebagai sarana identifikasi karena gigi bagian terkeras dari tubuh
manusia yang komposisi bahan organik dengan airnya sedikit sekali, gigi sebagian besar
terdiri atas bahan anorganik sehingga tidak mudah rusak, gigi terletak dalam rongga mulut
yang terlindungi, manusia memiliki 32 gigi dengan bentuk yang jelas dan masing-masing
mempunyai lima permukaan. Metode odontologi forensik ini memiliki ketetapan yang tinggi
PEMBAHASAN
adalah dengan cara membandingkan antara data postmortem dan data antemortem.
identitas seseorang yang ingin diidentifikasi. Apabila hasil dari perbandingan itu
terdapat kesamaan, maka hasil identifkasi tersebut dinyatakan positif yang berarti
indentitas korban yang diperiksa tersebut sama dengan identitas orang yang
bukan merupakan orang yang diperkirakan sehingga diperlukan untuk mencari data
Data antemortem dapat didapatkan melalui klinik gigi, puskesmas dan praktik
pribadi dokter gigi. data antemortem diperlukan sebagai satu syarat utama untuk
c) Cetakan gigi.
f) Keterangan dari keluarga atau rekan terdekat korban yang diambil di bawah
sumpah.
terjadi.
e) Jenis dan bahan restorasi, perawatan dan rehabilitasi yang mungkin ada.
f) Atrisi atau pengikisan dataran kunyah karena proses mengunyah. Derajat atrisi akan
Identifikasi mayat terdapat 4 metode yang digunakan untuk perkiraan usia korban
dengan pemeriksaan gigi korban. Empat metode tersebut yaitu pemeriksaan klinis,
radiografis, histologi, atau biokimawi. Masing-masing metode ini memiliki kelebihan dan
atau mati), usia, jenis kasus (tunggal atau masal), dan ketersediaan sarana dan perangkat
(Prawestiningtyas, 2009).
Identifikasi melalui gigi juga dapat memperkirakan usia berdasarkan erupsi gigi
korban. Pada orang dewasa memiliki total 32 gigi di rongga termasuk gigi molar 3.
Perawatan pada gigi sering dilakukan karena tingginya tingkat karies gigi. Perawatan gigi
seperti mahkota logam, tambalan, gigi tiruan dan penggunakan jenis bahan yang digunakan
untuk perawatan gigi bisa menjadi data ante mortem. Perawatan tersebut dicatat pada rekam
mengenai Riwayat perawatan Kesehatan gigi seorang pasien oleh saranan pelayanan
kesehatan. Dokumentasi ini dapat berupa catatan tertulis atau dalam bentuk elektronik,
namun harus berisi informasi yang lengkap dan akurat tentang identitas pasien, diagnosa,
perjalan penyakit dan Tindakan medis serta dokumentasi hasil pemeriksaan. Rekam medik
kedokteran gigi terbagi dalam 4 bagian utama yaitu identitas pasien, odontogram, tabel
perawatan, lampiran pelengkapan atau penunjang seperti foto x-ray, hasil laboratorium,
inform consent.
Odontogram adalah suatu gambar peta mengenai keadaan gigi didalam mulut yang tak
terpisahkan dari rekam medik kedokteran gigi. Tujuan khusus odontrogram seperti:
. merupakan dokumen legal yang dapat melindungi dokter gigi maupun pasien
. sebagai resume keadaan gigi dan mulut pasien baik untuk kepentingan pasien maupun
rujukan
. sebagai dasar perencanaan perawatan atau kebutuhan alat dan bahan kedokteran gigi
Pada pria, lengkung rahang lebih besar daripada wanita karena relatif gigi-geligi pria
jarak mesio distal lebih panjang dibandingkan dengan wanita. Sedangkan palatum
pada wanita lebih kecil dan berbentuk parabola. Dan pada pria, palatum lebih luas
Lengkung rahang pria lebih besar dari wanita karena gigi-geligi wanita jarak mesio
setiap regio dan bentuk serta besar dari rahang pria maupun wanita yang sangat
berbeda. Hal ini dapat digunakan sebagai sarana atau data identifikasi jenis kelamin
a)Identifikasi jenis kelamin melalui sudut gonion pria lebih kecil dibandingkan sudut
gonion wanita.
b) Identifikasi jenis kelamin melalui tinggi Ramus Ascendens pria lebih tinggi dan lebih
dengan processus coronoideus pada pria lebih jauh dibandingkan dengan wanita.
Dengan kata lain pada pria mempunyai jarak lebih panjang dibandingkan dengan
wanita.
d) Identifikasi jenis kelamin melalui lebar Ramus Ascendens Identifikasi jenis kelamin
melalui Ramus Ascendens pada pria mempunyai jarak yang lebih besar dibandingkan
dengan wanita.
e) Identifikasi jenis kelamin melalui Tulang Menton (dagu) Identifikasi jenis kelamin
melalui tulang menton pria atau tulang dagu pria yang dimaksud lebih anterior dan
lebih besar.
f) Identifikasi jenis kelamin melalui Pars Basalis Mandibula Pada pria, pars Basalis
Coronoideus pada pria lebih tinggi dibandingkan dengan wanita dalam bidang
vertikal.
h) Identifikasi jenis kelamin melalui Tebal tulang Menton Tulang menton pria dalam
ukuran pabio lebih tebal dibandingkan dengan wanita, hal ini kemungkinan masa
pertumbuhan dan perkembangan rahang pria lebih lama dibandingkan dengan wanita.
Ukuran ini sangatlah relatif tergantung dari ras, sub ras dan hanya dibandingkan
i) Identifikasi jenis kelamin melalui lebar dan tebal Processus Condyloideus Bentuk
mempunyai tebal dan lebar yang berbeda. Pada pria ukuran diameter processusnya
lebih besar dibandingkan dengan wanita, hal ini karena ukuran anterior posterior dan
Radiografi panoramik adalah teknik radiografi ekstra oral yang dapat memperlihatkan
rahang atas dan rahang bawah sekaligus, serta struktur anatomis yang berdekatan dalam satu
film. Teknik radiografi ini digunakan untuk pemeriksaan, diagnosis, dan memilih jenis
perawatan yang terbaik serta sebagai alat screening/seleksi dan penilaian menyeluruh
Daftar Pustaka
Rajesh B. Principle of Forensic Medicine and Toxicology [monograph online]. New Delhi:
Jaypee Brothers Medical, 2011 [cited 2012 Sept 16]. Available from:
missing persons [homepage on the Internet]. 2002 [cited 2012 Aug 18]. Available from:
http://www.
icrc.org/eng/assets/files/other/irrc_848_ cordner.pdf
Sampurna B, Samsu Z, Siswaja TD. Peranan Ilmu Forensik dalam Penegakan Hukum,
bitstream/123456789/18620/1/mkndes2008-41% 20%2811%29.pdf
Henky, Savitri O. Identifikasi korban bencana massal: Praktik DVI antara teori dan
Mulyono. 2006. Pedoman Pelaksanaan Identifikasi Korban Mati Padan Bencana Massal.
sebagai penentu identitas korban pada dua kasus bencana massal. Jurnal Kedokteran
Gadro SA. Peran odontologi forensik sebagai salah satu sarana pemeriksaan identifikasi
jenasah tak dikenal. Jurnal Berkala Ilmu Kedokteran. 1999; 31(3):195- 199.
Saparwoko E. DVI in Indonesia. Bandung, 2006
Budi AT. Peran restorasi gigi dalam proses identifikasi korban. Jurnal Persatuan Dokter Gigi
Blau S. The role of forensik anthropology in disaster victim identification. Bandung. 2006