Anda di halaman 1dari 15

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bencana merupakan suatu kejadian mendadak, tak terduga, terjadi pada siapa saja, dimana
saja, dan kapan saja serta mengakibatkan kerusakan dan kerugian harta benda, korban manusia
yang relatif besar baik mati maupun cidera. Dari pengalaman berupa bencana-becana massal ini
ternyata dokter gigi memiliki peranan yang cukup penting dalam proses identifikasi ini.

Dalam ilmu kedokteran forensik dikenal pemeriksaan identifikasi yang merupakan bagian
tugas yang mempunyai arti cukup penting. Identifikasi adalah suatu usaha untuk mengetahui
identitas seseorang melalui sejumlah ciri yang ada pada orang tak dikenal, sedemikian rupa
sehingga dapat ditentukan bahwa orang itu apakah sama dengan orang yang hilang yang
diperkirakan sebelumnya juga dikenal dengan ciri-ciri itu. Disitulah semua, identifikasi
mempunyai arti penting baik ditinjau dari segi untuk kepentingan forensik maupun non-forensik.
Sedangkan, untuk korban yang tidak dapat dilakukan identifikasi secara visual dan sidik jari, maka
satu-satunya jalan yaitu mengidentifikasi korban menggunakan gigi geligi atau yang disebut
dengan odontologi forensik (Kaur J, 2013).

Identifikasi menggunakan gigi geligi ini merupakan sarana terakhir apabila sarana-sarana
lain tidak ditemukan, karena gigi sukar membusuk dan tahan asam keras. Gigi geligi setiap orang
di dunia ini tidak ada yang sama, dengan perbandinganya 1 : 2milyar kesamaan. Maka dari itu,
odontologi forensik memiliki kontribusi yang tinggi dalam menentukan identitas seseorang
(Julianti, 2008).

Odontologi forensik terdiri dari dua data yaitu data postmortem (data yang diperoleh
setelah korban meninggal), dan antemortem (data semasa hidupnya). Pada data antemortem ini
terdapat odontogram, informed consent, identitas pasien dan rekam medis gigi (suatu dokumentasi
yang sistematis mengenai perawatan kesehatan gigi seorang pasien oleh sarana pelayanan
kesehatan). Selain itu, pada data antemortem terdapat odontogram yang berisikan nomenklatur
atau penamaan yang dipakai dalam menulis gigi geligi (Departemen Kesehatan RI, 2004).
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Hipotesa

TANYA TIWI

BAB 2

Odontologi Forensik

Definisi

Forensic dentistry atau odontology forensic adalah suatu cabang ilmu kedokteran gigi yang
mempelajari cara penanganan dan pemeriksaan benda bukti gigi serta cara evaluasi dan presentasi
temuan gigi tersebut untuk kepentingan peradilan. Dengan melakukan pengamatan odontology
forensic dapat mengetahui :

a. Jenis kelamin
 Pada pria lengkung rahang lebih besar daripada wanita
 Palatum pria lebih luas serta berbentuk U, sedangkan palatum wanita lebih kecil
dan berbentuk parabol.
 Gigi geligi menunjukkan jenis kelamin berdasarkan kaninus mandibular
b. Usia
Ketika permukaan kunyah gigi geligi sudah aus dan enamelnya menipis, korban
diperkirakan usia 40th. Lalu pada pembentukan dentin sekunder sebagai upaya
perlindungan alami pada dinding pulpa, maka semakin tua seseorang semakin tebal
jaringan dentin sekundernya. Sedangkan pada anak-anak dapat dilihat dari jumlah gigi
susu yang tumbuh dan tanggal.
c. Ras
Ukuran gigi dan morfologi tulang pada langit-langit mulut dapat menunjukkan ras
seseorang.
 Ras mongoloid memiliki gigi insisiv berbentuk sekop, lengkungan palatum
berbentuk elips, batas bagian mandibular berbentuk lurus.
 Ras kaukasoid memiliki dagu menonjol, palatum sempit, berbentuk lengkungan
parabola, maloklusi pada gigi anterior.

 Ras negroid memiliki gigi premolar yang terdapat 2-3 tonjolan, palatum lebar
dan protusi bimaksila.

d. Golongan darah
Penentuan golongan darah dari gigi didasarkan adanya jaringan pulpa di gigi. Jika
pulpa masih dalam keadaan segar, maka darah dapat langsung diambil. Namun, jika
pulpa sudah mongering, dapat diusahakan melalui prosedur yang sama seperti
pengolahan bercak darah pada kain / darah mongering. Jika pulpa rusak / tidak
ditemukan maka digantikan dengan dentin yang diabsorbsi semalam dengan larutan
khusus, kemudian endapan yang terbentuk dapat digunakan untuk menentukan
golongan darah.
e. Identifikasi korban melalui pola gigitan pelaku
Pola gigitan mempunyai suatu gambaran dari anatomi gigi yang sangat
karakteristik. Pola gigitan ini terdapat beberapa macam :
 Kelas 1, pola gigitan terdapat jarak dari gigi insisiv dan kaninus.

 Kelas 2, pola gigitan seperti pola kelas 1 tetapi terlihat cup buccalis dan
palatis / cusp buccalis dan lingualis.

 Kelas 3, derajat luka lebih parah dari kelas 2.


 Kelas 4, terdapat luka pada kulit dan otot dibawah kulit yang terlepas.

 Kelas 5, terlihat luka yang menyatu pola gigtan insisiv, kaninus, premolar.

(Lukman, 2006)

Tujuan Odontologi Forensik BELOM

Alasan perlunya odontologi forensik


Tiga alasan yang sering dipakai untuk membenarkan bahwa diperlukanya proses
identifikasi jenazah adalah
a. Kepentingan sosial, yaitu memberikan bukti nyata kepada keluarga korban bahwa ini
adalah salah satu keluarga mereka, dan untuk penghormatan terakhir dalam situasi
berkabung.
b. Kepentingan legal, seperti urusan utang-piutang, asuransi jiwa,pernikahan kembali oleh
pasangan yang telah ditinggalkan dan dapat dilakukan jika sudah ada surat kematian dari
yang bersangkutan.
c. Kepentingan forensic, untuk mengidentifikasi korban agar dapat ditentukan identitasnya.

Macam-macam Data Odontlogi


a. Data Antemortem: pencatatan data gigi dan rongga mulut semasa hidupnya biasanya
berisikan. 1) identitas pasien, 2) keadaan umum pasien, 3) odontogram, 4) data perawatan
kedokteran gigi (data gigi yang menjadi keluhan), 5) nama dokter gigi yang merawat, 6)
informed consent.
b. Data Postmortem: pencatatan data postmortem menurut formulis DEPKES berwarna
merah dengancatatan victim indentivication pada mayat. Yang pertama dilakukan adalah
fotografi kemudian proses pembukaan rahang untuk memperoleh data gigi dan rongga
mulut, lalu dilakukan pencertakan rahang atas dan rahang bawah (Senn, 2010).

Macam – Macam Metode Forensik

1. Identifikasi komparatif, yaitu apabila tersedia data post-mortem (pemeriksaan jenazah)


dan ante-mortem (data sebelum meninggal, mengenai ciri-ciri fisik, pakaian, identitas
khusus berupa tahi lalat, bekas luka/operasi, dll), dalam suatu komunitas yang terbatas.
2. Identifikasi rekonstruktif , yaitu apabila tidak tersedia data ante-mortem dan dalam
komunitas yang tidak terbatas/plural. (Idries, 2009)

Sedangkan menurut (Amir, 2008) :

Metode primer ilmiah yang dapat diterima untuk membantu proses identifikasi manusia yaitu
: analisa sidik jari, analisa perbandingan gigi, analisa DNA, dan peralatan medis.

Sedangkan untuk metode sekunder seperti deskripsi pribadi korban, temuan medis, pakaian,
dokumen dan bukti lainya. Metode sekunder ini seringkali digunakan sebagai alat pendukung
identifikasi dengan satu atau lebih dari barang bukti primer.
Macam-macam bukti

a. Testimoni oral : diberikan oleh saksi fakta berdasarkan apa yang mereka lihat,
dengar dan lakukan. Mereka dicegah untuk memberikan keterangan berdasarkan
sesuatu yang dikatakan atau dituliskan oleh orang lain di luar persidangan, juga
dilarang untuk bergantung perkataan, pikiran dan pandangan orang lain.
b. Bukti dokumenter : sama seperti catatan korespondensi, bukti dokumenter juga
termasuk berbagai jenis rekaman elektronik seperti audio-visual dan data computer.
c. Bukti nyata : yaitu objek fisik yang akan diselidiki oleh pengadilan, contohnya
seperti senjata yang digunakan dalam penyerangan.

DASAR HUKUM
Pasal 179 KUH Pidana “setiap orang yang dimintai pendapatnya sebagai ahli kedokteran
kehakiman (forensik) atau dokter, berkewajiban memberikan keterangan ahli demi keadilan”
Pasal 53 ayat (2) Undang-undang No.23 Tahun 1992 tentang kesehatan ditegaskan bahwa
“tenaga kesehatan dapat dilibatkan dalam upaya pembuktian dengan melakukan tindakan medis
tertentu, baik dalam perkara pidana maupun perkara lainnya melalui permintaan tertulis oleh
pejabat yang berwenang yang menangani kasus tersebut”

Pasal 133 KUHP Ayat 1 : Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan mengenai seorang
korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak
pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kehakiman atau dokter
atau ahli lainnya”
Pasal 133 KUHP Ayat 2 : “ permintaan keterangan ahli bagaimana dimaksud dalam ayat satu
dilakukan secara tertulis yang dalam surat itu disebut dengan tegas, untuk pemeriksaan luka atau
pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat. (Mansjoer, 2008)

Peran dokter gigi dalam kedokteran gigi forensik


(Verma dkk, 2014).

a. Identifikasi dari mayat yang tidak dikenal melalui gigi, rahang, dan kraniofasial

b. Penentuan umur dari gigi


c. Pemeriksaan jejas gigi (bite mark)

d. Penentuan ras dari gigi

e. Analisis dari trauma orofasial yang berkaitan dengan tindakan kekerasan

f. Dental jurisprudence berupa keterangan saksi ahli

g. Berperan dalma pemeriksaan dna dari bahan gigi dalam identifikasi personal

Kekurangan dan kelebihan Odontologi Forensik


Kelebihan

- Gigi geligi susa membusuk biarpun dikubur, umumnya organ-organ tubuh yang lain bakan
tulang telah hancur terapi gigi tidak (masih utuh) kecuali gigi tercebut sudah mengalami
nekrotik.
- Gigi geligi tahan asam keras.
- Gigi geligi tahan panas.
- Gigi geligi tahan merupakan sarana terakir dalam identifikasi apabila sarana sarana lain atau
orang lain tidak ditemuka.(Lukman, 2006)

Kekurangan

- Kesulitan untuk mempeoleh data antemortem dental record, karena adanya kenyataan belum
semua orang terasipkan data giginya dengan baik.
- Keadaan gigi setiap orang dapat berubah karena pertumbuhan kerusakan, serta perawatan.
- Sidik bibir tidak bisa di gunakan 20 jam setelah kematian, jika ada patologi di bibir seperti
mukolcel dan cleft, atau jika ada perubahan postoperaso dari bibir.
- Bitemart tidak bisa digunakan 3 hari setelah kematian atau jika suda dekomposisi atau jika
korban terbakar (Lukman, 2006).

Rekam medis
Definisi

Rekam medis kedokteran gigi adalah suatu dokumentasi yang sistematis mengenai riwayat perawatan
kesehatan gigi seorang pasien oleh sarana pelayanan kesehatan.

Tujuan umum

Untuk mengetahui keadaan gigi


Tujuan khusus

1. Memberiakn gambaran umum keadaan gigi dan mulut pasien


2. Erupakan dokumen legal yang dapat melindungi pasien dan dokter
3. Sebagai remue keadaan gigi dan muut pasien baik untuk kepentingan pasien maupun rujukan
4. Sebagai dsar perencanaan perawatan /kebutuhan alat/bahan kedokteran gigi melalui
perhitungan DMF/T
5. Sebagai bahan penelitan
6. Sebagai sarana identifikasi (Departemen Kesehatan RI, 2004)

PENGERTIAN NOMENKLATUR
Nomenklatur berasal dari bahasa Latin “nomen” untuk penamaan dan “calare” artinya
penyebutan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Nomenklatur merupakan
penamaan yang dipakai dalam bidang tertentu atau ilmu tertentu atas dasar
kesepakatan internasional. Jadi nomenklatur gigi adalah penamaan yang dipakai dalam menulis
gigi geligi.

JENIS-JENIS NOMENKLATUR
Terdapat beragam cara yang digunakan dalam menulis notasi gigi-geligi. Berikut
beberapa cara yang pernah digunakan sebagai nomenklatur pada gigi manusia:
1. Cara Zsigmondy
Penulisan dengan cara Zsigmondy ini menggunakan penomoran yang
dimulai dari gigi insisivus sentral pada masing-masing kuadran. Untuk
menyatakan gigi tertentu, ditulis dengan angka sesuai urutan kemudian
diberi garis batas pada nomor sesuai dengan kuadran gigi tersebut. Garis
batas kuadran atas kanan disimbolkan dengan
 Gigi Permanen:

Penulisan pada gigi permanen menggunakan angka arab (angka biasa)


Adapun urutan penomoran gigi permanen adalah sebagai berikut:
87654321 12345678
87654321 12345678
Contoh: I1 atas kanan = 1|
M2 atas kiri = |7

 Gigi Susu:

Penulisan pada gigi susu menggunakan angka romawi


Adapun urutan penomoran gigi susu adalah sebagai berikut:
V IV III II I I II III IV V
V IV III II I I II III IV V
Contoh: m1 atas kiri = IV|
i2 atas kanan = II|

2. Cara Palmer’s
Penulisan dengan cara Palmer’s hampir sama dengan penulisan dengan
cara Zsigmondy, hanya berbeda pada penulisan gigi susu. Cara ini
dianggap cara yang paling mudah dan universal untuk dental record.
 Gigi Permanen:

Penulisan pada gigi permanen tetap menggunakan angka arab


(angka biasa).
Adapun urutan penomoran gigi permanen adalah sebagai berikut:
87654321 12345678
87654321 12345678
Contoh: I1 atas kanan = 1|
M2 atas kiri = |7
 Gigi Susu:

Penulisan pada gigi susu menggunakan alphabet secara kapital


Adapun urutan penomoran gigi susu adalah sebagai berikut:
EDCBA ABCDE
EDCBA ABCDE
Contoh: m1 atas kiri = |D
i2 atas kanan = B|

3. Cara Amerika
Penulisan dengan cara Amerika menggunakan penomoran yang dimulai
dari gigi molar akhir atas kiri, ke kanan, ke bawah kanan, dan ke bawah
kiri. Tanpa memperhatikan batas kuadran.
 Gigi Permanen:

Penulisan gigi permanen menggunakan angka arab (angka biasa).


Adapun urutan penomoran gigi permanen adalah sebagai berikut:
16 15 14 13 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1
17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32

Contoh: P1 bawah kiri = 28


M3 atas kanan = 16

 Gigi Susu:

Penulisan gigi susu menggunakan angka romawi.


Adapun urutan penomoran gigi susu adalah sebagai berikut:
X IX VIII VII VI V IV III II I
XI XII XIII XIV XV XVI XVII XVIII XIX XX
Contoh: i1 bawah kiri = XVI
m2 atas kanan = IX (American Dental Association, 2017)

BAB 3
BAGIAN FERY
BAB IV

PEMBAHASAN

Odontologi forensik adalah suatu cabang ilmu kedokteran gigi yang mempelajari cara
penanganan dan pemeriksaan benda bukti gigi serta cara evaluasi dan presentasi temuan gigi
tersebut untuk kepentingan peradilan. Sebagai suatu metode identifikasi pemeriksaan gigi
memiliki keunggulan yaitu gigi dan restorasinya merupakan jaringan keras yang resisten terhadap
pembusukan dan pengaruh lingkungan yang ekstrem dan karakteristik individual yang unik dalam
hal susunan gigi geligi dan restorasi gigi menyebabkan dimungkinkannya identifikasi dengan
ketepatan yang tinggi.

Mengidentifikasi korban tentunya bukan hal yang mudah. Sebab rata-rata kondisi jasad
korban musibah tidak selalu dapat langsung dikenali, baik akibat dampak musibah maupun karena
proses alamiah. Untuk itu, secara umum dibutuhkan dua data yang saling berkaitan untuk
mengidentifikasi korban, yakni antemortem dan data postmortem. Antemortem adalah data-data
fisik khas korban sebelum meninggal yaitu berupa dental record, foto rontgen gigi, cetakan gigi,
foto close up muka atau daerah gigi dan mulut, keterangan atau pernyataan dari orang-orang
terdekat di bawah . Data-data tersebut biasa didapat dari praktik dokter gigi, dan sanak saudara.
Sedangkan data postmortem adalah data-data fisik yang diperoleh melalui personal identification
setelah korban meninggal. Seperti sidik jari, golongan darah, konstruksi gigi dan foto diri korban
pada saat ditemukan lengkap dengan barang-barang yang melekat di tubuhnya dan sekitarnya.

Metode identifikasi forensik yang biasa dilakukan dalam menentukan identitas personal
adalah identifikasi forensik rekonstruktif dan komparatif. Identifikasi rekonstruktif adalah metode
identifikasi dengan merekonstruksi data hasil pemeriksaan ke dalam perkiraan-perkiraan
mengenai jenis kelamin, umur, ras, tinggi dan bentuk serta ciri-ciri spesifik tubuh rekontruktif ini
dilakukan apabila tidak tersedianya data ante mortem. Identifikasi komparatif adalah metode
identifikasi dengan membandingkan antara data ante mortem dan data post mortem, Identifikasi
dengan cara membandingkan ini akan dapat memberi hasil sampai tingkat individual yaitu
merujuk pada orang yang diidentifikasi tersebut.dengan cara membandingkan data akan di peroleh
2 kemungkinan hasil, yauitu sama atau tidak sama. Apabila dari hasil perbandingan data itu sama,
maka dikatakan identifikasi positif, dengan demikian berarti identitas orang yang tak dikenal itu
telah dapat diketahui sepenuhnya. Sebaliknya apabila hasil identifikasi adalah negative, berarti
orang tak di kenal tersebut bukan orang yang diperkirakan. Sehingga perlu dicari lagi data yang
lain untuk di bandingkan hasilnya kembali.

Identifikasi forensik rekonstruktif dijadikan sebagai alternatif jika syarat dilakukannya


identifikasi komparatif tidak terpenuhi, yaitu harus tersedianya data-data yang lengkap dan akurat
untuk dapat dibandingkan. Namun Identifikasi forensik rekonstruktif dapat menjadi titik terang
atau petunjuk dalam penyelidikan.

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Odontologi Forensik adalah penggunaan ilmu kedoteran gigi terhadap hukum. Kedokteran

gigi forensik termasuk beberapa studi ilmiah, dimana sistem hukum dan ilmu kedokteran gigi

bertemu. Bidang kedokteran gigi ini melibatkan pengumpulan dan interpretasi bukti dental dan

bukti lain yang berhubungan dalam semua bidang kriminalitas. Terbentuknya odontologi forensik

dikarenakan Dr. Oscar Amoedo (dikatakan sebagai bapak odontologi forensik), yang

mengidentifikasi korban kebakaran di Paris, pada tahun 1898. Berikut ini adalah sejarah
odontologi forensic. Jenis data odontologi forensic di bagi menjadi dua yaitu, Data Antemortem

dan Data Postmortem.

B. SARAN

Meskipun kami menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini tetapi

kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis perbaiki. Hal ini dikarenakan masih

minimnya pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari

pembimbing sangat kami harapkan untuk perbaikan ke depannya.

DAFTAR PUSTAKA
American Dental Association. 2017. Glossary of Dental Clinical and Administrative Terms.

Amir, A. 2008. Rangkaian Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi ketiga. Medan : Bagian Forensik FK USU.

Buku Standar Nasional Rekam Medik Kedokteran Gigi, Departemen Kesehatan RI Tahun 2004.

Julianti dkk. 2008. Peranan Forensic Odomtology dalam Bencana Massal Bagian Kedokteran

Forensik. Jakarta : FK UI.

Kaur J, Rai B. 2013. Evidence-Based Forensic Dentistry. Berlin : Springer.


Lukman D. 2006. Buku Ajar Ilmu kedikteran Gigi Forensik . Jilid/.jakarta. Sagung seto.

Mansjoer, Arif. 2008. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius.

Senn, DR. 2010. Forensic Dentistry 2nd. USA: Taylor & Francis Group.
Verma, A. K., Kumar, S., Rathore, S., & Pandey, A. 2014. Role of dental expert in forensic
odontology. National Journal of Maxillofacial Surgery, 5(1), 2–5.

Anda mungkin juga menyukai