Anda di halaman 1dari 5

Karies botol

Karies botol adalah suatu karies yang terjadi pada bayi dan anak yang masih sangat muda
ditandai dengan pola tersendiri atau khas berupa karies yang hebat dan parah pada gigi
desidui disebabkan cara pemberian makanan/susu/ASI yang tidak tepat. Karies botol tidak
tergantung pada jumlah gigi yang terlibat tetapi pada usia bayi dan anak, gigi dan posisi yang
terlibat. Karies botol dihubungkan dengan kebiasaan minum susu menggunakan botol susu
yang berisi cairan (karbohidrat) yang dapat diragikan maupun cairan manis lainnya seperti
susu dan jus buah sepanjang hari dan saat tidur siang maupun malam hari.
Karies botol merupakan suatu pola karies yang sering ditemukan pada anak-anak. Karies
botol adalah karies dengan pola yang khas dan seringkali terlihat pada anak-anak di bawah
usia 6 tahun yang mempunyai kebiasaan minum Air Susu Ibu (ASI), susu botol atau cairan
manis sampai tertidur atau diisap terus-menerus sepanjang hari. Karies ini terjadi oleh karena
orang tua terus-menerus memberikan ASI, susu botol ataupun cairan bergula yang
berlangsung 2-4 kali sehari selama beberapa jam sampai tertidur dan kadang-kadang
sepanjang malam.
Banyak istilah-istilah yang digunakan untuk menjelaskan keadaan karies pada bayi dan anak
yang menggunakan botol (berisi cairan karbohidrat yang dapat difermentasi) dalam waktu
lama dan sering. Istilah tersebut adalah baby bottle caries, early childhood caries, baby bottle
tooth decay dan nursing mouth caries. Tetapi American Academy of Pediatric
Dentistry (AAPD) lebih sering menggunakan istilah Early Childhood Caries
(ECC).

Gambar: Karies botol.


Pemeriksaan klinis memperlihatkan adanya pola yang khas dan progresif. Kerusakan gigi
dimulai segera setelah gigi erupsi yaitu pada gigi rahang atas bagian lingual. Gigi yang sering
terlibat adalah gigi insisivus sentralis dan lateralis atas, molar pertama desidui atas dan
bawah. Permukaan yang terkena dimulai dari proksimal kemudian labial (servikal) dan
oklusal pada gigi molar.
Selama menyusui dengan ASI atau botol, putting susu atau dot terletak di bagian palatal,
menyebabkan palatum tertekan, sementara itu otot oral menekan isi botol ke dalam mulut.
Cairan dari botol atau ASI tidak/ sedikit mengenai gigi depan bawah karena secara fisik gigi
bawah dilindungi oleh lidah, juga oleh ludah yang berasal dari glandula salivari. Disamping

itu gigi depan bawah juga merupakan gigi yang relatif imun terhadap karies sehingga jarang
terjadi early childhood caries pada gigi insisivus bawah.
Jika anak tertidur dengan putting susu atau dot berada dalam mulut, cairan tersebut akan
tergenang pada gigi atas. Jika cairan tersebut mengandung karbohidrat yang
memfermentasikan asam disekeliling gigi akan terjadi proses dekalsifikasi. Aliran saliva dan
proses penelanan yang kurang selama tidur akan membahayakan gigi karena tidak ada self
cleansing.
Apabila Early Childhood Caries dibiarkan proses karies ini dapat cepat meluas mengenai
seluruh gigi sehingga keadaan menjadi lebih parah dengan akibat lanjut yaitu pulpa nekrosis
dan kelainan jaringan periapikal serta kerusakan pada gigi permanen. Pada saat itu penderita
akan kesulitan makan dan akan mempengaruhi kesehatan umum.
Pengetahuan yang kurang dari ibu tentang penyebab karies botol menyebabkan keadaan ini
terlambat untuk dirawat. ASI (Air Susu Ibu) atau makanan/ minuman / susu melalui botol
merupakan cara pemberian makanan yang utama pada bayi dan anak, namun pola pemberian
yang salah ternyata menyebabkan terjadinya karies botol.
Etiologi Early Childhood Caries
Seperti semua bentuk karies, ECC mempunyai empat faktor etiologi yaitu host, plak, substrat
dan waktu. Permukaan gigi dan saliva sebagai host, bakteri pada plak dan gula/ karbohidrat
sebagai substrat berinteraksi pada jangka waktu yang tertentu sehingga kadar demineralisasi
melebihi kadar remineralisasi yang menyebabkan karies.
1. Host
Selain enamel yang belum sempurna, gigi baru erupsi yang mempunyai gangguan pada saat
pembentukan struktur email gigi sehingga permukaan email tidak sempurna atau cacat yang
dikenal sebagai hipoplasia email yang meningkatkan resiko terjadinya karies. Ketidak
sempurnaan ini bisa terjadi karena hal umum seperti infeksi, trauma pada saat lahir,
kekurangan gizi, bahan kimia, atau lokal seperti trauma dan infeksi yang mengenai gigi.
Penelitian menunjukkan hubungan antara malnutrisi prenatal dan hipoplasia. Data penelitian
juga mengindikasi hubungan konsisten antara hipoplasia klinikal dan ECC. Saliva juga
berperan dalam terjadinya karies. Sejak tahun 1901 oleh RIGOLET, telah diketahui bahwa
pasien dengan sekresi ludah yang sedikit atau tidak ada sama sekali memiliki persentase
karies yang semakin tinggi.
2. Bakteri dari plak
Menurut Mayhall, plak gigi adalah masa lunak yang melekat pada permukaan gigi dan
mengandung koloni kuman. Bakteri yang selalu dikaitan dengan ECC ialah Streptococcus
mutans. Pada anak yang mengalami ECC, jumlah S.mutans selalu melebihi 30% dari flora
plak dibanding > 1% pada anak yang tidak mengalami ECC.

Bayi tidak lahir dengan bakteri oral, tetapi terinfeksi terlebih dahulu. Infeksi terjadi terutama
melalui transmisi vertikal dari ibu dengan tindakan seperti menggunakan mulut pada sendok
bayi untuk memeriksa suhu makanan dan menggunakan sendok tersebut pada bayi dan cara
ini mentransmisi lebih bakteri berbanding transmisi horizontal dari ahli keluarga lain. Ibu
dengan karies aktif atau tidak dirawat meningkatkan resiko karies pada bayi. Suatu penelitian
menunjukkan genotif S.mutans pada anak sama seperti ibunya dalam 71% dikalangan 34
pasangan anak-ibu.
3. Gula/Diet
Peranan diet pada pembentukan karies adalah penting dan ini tidak berbeda dengan ECC.
Selain jenis makanan yang dikonsumsi, frekuensinya juga harus diperhatikan. Kontak
karbohidrat yang tinggi frekuensinya dan lama meningkatkan resiko karies pada permukaan
gigi. S.mutans akan memetabolisme semua jenis karbohidrat tetapi paling efisien
memproduksi asam dari gula terutama sukrosa. Gula memfasilitasi perlekatan plak dan
merupakan tenaga untuk memproduksi asam oleh bakteri. Sukrosa, glukosa dan fruktosa
dijumpai pada kebanyakan makanan termasuk jus buah dan susu formula. Laktosa juga
dijumpai pada susu sapi dan susu formula. Setelah gula dimetabolisme menjadi asam, 20 - 40
menit diperlukan untuk menetralkan asam melalui saliva sehingga konsumsi gula yang sering
meningkatkan potensi demineralisasi.
Proses awal dari ECC dapat dibuat dengan mengetahui secara garis besar tentang proses
terjadinya karies. Apabila seorang anak tidur dengan botol susu didalam mulut, cairan yang
masuk tidak ditelan dan akan tergenang di dalam mulut mengelilingi permukaan gigi dan
proses demineralisasi dapat terjadi. Gigi anterior mandibula tidak terkena karena dilindungi
lidah dan aksi buffer dari saliva yang berasal dari glandula saliva sublingual dan submaksila.
4. Waktu
Jika antara host, bakteri, dan gula berinteraksi dalam jangka waktu tertentu, makan dapat
menyebabkan karies.
Faktor Predisposisi
Penyebab karies botol sebenarnya sama saja dengan karies yaitu interaksi antara empat faktor
yaitu : Gigi (host), substrat (karbohidrat) , mikrorganisme serta waktu. Namun karies botol
mempunyai faktor predisposisi yang lain yaitu :
1. Pemberian ASI dan atau botol.
Pemberian ASI dan atau botol yang dilakukan sampai usia 13 bulan, cenderung menimbulkan
karies botol. Cara pemberian yang benar adalah bayi/anak harus dalam posisi duduk atau
setengah duduk dan tidak boleh diberikan sambil tiduran, apabila sampai anak tertidur
sehingga cairan tersebut akan tergenang di dalam mulut, botol atau ASI harus sudah
disingkirkan sebelum anak tertidur. Bayi/anak yang masih menyusui sampai usia 18 bulan
dianggap mempunyai resiko terjadinya karies, apalagi jika mereka mempunyai kebiasaan diet

yang berhubungan dengan makanan yang bersifat kariogenik. Suatu penelitian menganjurkan
agar anak berhenti menyusui pada usia 6 bulan dan mulai makan/minum dengan cara yang
sama seperti orang dewasa.
2. Penambahan bahan pemanis.
Banyak orang tua menambahkan bahan pemanis ke dalam minuman yang kemudian
dimasukkan ke dalam botol. Bahan yang terdiri dari sukrosa, bahkan vitamin yang diberikan
dalam jangka waktu lama dan tidak diikuti dengan pemberian air putih dapat menimbulkan
karies botol. Selain diberikan dalam minuman ternyata ada juga ibu-ibu yang melapisi
mainan bayi/anakdengan bahan pemanis, hal ini juga dapat menimbulkan karies botol.
3. Mikrorganisme.
Plak yang berasal dari anak penderita karies botol mengandung streptokokus mutans yang
tinggi, pada anak yang menyusui jumlah kuman ini lebih banyak. Susu dapat menurunkan pH
pada plak sedangkan ASI menurunkan pH plak lebih rendah daripada susu sapi, akibatnya
jumlah kuman akan lebih banyak dalam mulut bila susu tergenang dalam mulut. Mengingat
bahwa potensi kariogenik dari susu sapi atau ASI berhubungan dengan waktu menyusui yang
lama, sehingga dapat menjadi faktor berkembangnya mikrorganisme, terutama streptokokus
dan terbentuk karies botol.
Faktor Resiko
Selain kolonisasi S.mutans, terdapat banyak faktor yang memberikan kontribusi terjadinya
ECC. Sebab itu, ECC dikenali sebagai penyakit multifaktorial. Terdapat faktor instrinsik dan
ekstrinsik dimana faktor instrinsik adalah pada host itu sendiri dan faktor ekstrinsik ialah
pengaruh luar yang meningkatkan resiko ECC. Beberapa faktor instrinsik ialah kelainan
mineralisasi matriks enamel, alterasi faktor saliva dan komposisi biokimianya. Kurangnya
pengaliran saliva dan viskositas saliva, dan morfologi struktur gigi.
Terdapat banyak faktor ekstrinsik yang mempengaruhi pembentukan ECC, diantaranya ialah
menenangkan anak dengan memberikan botol dalam mulutnya waktu tidur. Kebiasaan ini
telah lama digunakan dan telah diterapkan sejak dulu oleh orang Romawi. Konsumsi cairan
manis yang sering menggunakan botol atau menggunakan dot merupakan salah satu faktor,
demikian juga susu sapi karena kandungan laktosa dan gula yang terdapat di dalamnya.
Kurangnya perhatian dari orang tua tentang oral hygiene anaknya menyebabkan banyak plak
terbentuk sehingga terjadinya karies. Selain itu, faktor sosial, demografi dan perilaku yang
berbeda seperti etnik, golongan minoritas, pendapatan keluarga, taraf pendidikan ibu, status
keluarga, kebiasaan menyikat gigi dan pengetahuan serta perilaku orang tua memainkan
peranan penting dalam terjadinya ECC.
Menurut teori terdahulu telah diketahui faktor penyebab terjadinya karies ini adalah
kebiasaan minum susu atau cairan manis lainnya dari botol, oleh karena itu karies ini dikenal
dengan nama Nursing Bottle Caries. Saat ini selain faktor tersebut di atas diyakini bahwa
kebiasaan pemberian air susu ibu (ASI) yang tidak benar pun dapat menyebabkan terjadinya

NMC. NMC tidak hanya disebabkan oleh pemberian susu melalui botol tetapi dapat juga
disebabkan oleh cara pemberian ASI yang kurang tepat. Bayi yang dibiarkan tertidur sambil
menyusu pada ibunya sepanjang malam diyakini mempunyai resiko yang tinggi untuk
terkena NMC, bahkan NMC ditemukan pada bayi yang mendapat ASI secara eksklusif tanpa
pernah diberi susu melalui botol.
Kondisi ini terjadi karena gigi bayi berkontak langsung dengan larutan yang mengandung
gula seperti susu formula dan sari buah dan berlangsung dalam waktu lama.
Gula ini akan diam dalam permukaan enamel gigi, kemudian akan bergabung dengan bakteri
dalam mulut yang bersifat oportunistik. Bakteri ini akan memproduksi asam yang merusak
permukaan enamel gigi. Proses terjadinya karies pada maksila dan mandibula di atas selain
berhubungan dengan 4 etiologi utama karies (host, agent, substrat, waktu) tergantung dari
tiga faktor yaitu urutan erupsi, lamanya melakukan kebiasaan, dan pola otot saat bayi
menghisap. Gigi-gigi atas pada permukaan labial lebih rentan terserang karies nursing mouth
caries atau early childhood caries.

Anda mungkin juga menyukai