KELOMPOK 3
Tutor : Drg.Dedi Sumantri, M.Dsc
Jelaskan kasus ini menurut pandangan saudara sesuai ilmu yang ada.
Langkah Seven Jumps :
1. Mengklarifikasi terminologi yang tidak diketahui dan mendefinisikan hal-hal yang
dapat menimbulkan kesalahan interpretasi
2. Menentukan masalah
3. Menganalisa masalah melalui brain storming dengan menggunakan prior
knowledge
4. Membuat skema atau diagram dari komponen-komponen permasalahan dan
mencari korelasi dan interaksi antar masing-masing komponen untuk membuat
solusi secara terintegrasi
5. Memformulasikan tujuan pembelajaran/ learning objectives
6. Mengumpulkan informasi di perpustakaan, internet, dan lain-lain
7. Sintesa dan uji informasi yang telah diperoleh
URAIAN
Langkah I Mengklarifikasi terminologi yang tidak diketahui dan mendefinisikan hal-
hal yang dapat menimbulkan kesalahan interpretasi
1. Visum Et Repertum
adalah Surat keterangan dokter yang berisi pemdapat tentang hasil pemeriksaan
tubuh orang hidup , orang mati , bagian dari tubuh bahkan dari benda yang diduga
bagian tubuh manusia .
2. Dental Forensik
Kedokteran gigi forensik, ilmu yang mempelajari gigi geligi untuk identifikasi
6. Jenis data:
1) Post Mortem yaitu pengumpulan data korban pasca kematian atau kejadian,
contoh : sidik jari, foto diri korban pada saat ditemukan
2) Ante Mortem yaitu pengumpulan data korban sebelum kejadian, contoh :
bekas luka,tato, pakaian dan perhiasan yang melekat
8. Kegunaan VER:
1) Menentukan sebab, dan cara kematian korban
2) Sebagai bahan pertimbangan hakim
3) Bukti yang sah secara hukum
4) Memungkinkan hakim memanggil dokter yang lainnya
5) Pengganti barang bukti
9. Yang berhak membuat VER :
1) Dokter atau dokter gigi
2) Ahli keodkteran kehakiman
drg. Amatsial
Odontologi Forensik
2) Penentuan Usia
Perkembangan gigi secara regular terjadi sampai usia 15 tahun.
Identifikasi melalui pertumbuhan gigi ini memberikan hasil yang yang lebih baik
daripada pemeriksaan antropologi lainnya pada masa pertumbuhan. Pertumbuhan
gigi desidua diawali pada minggu ke 6 intra uteri. Mineralisasi gigi dimulai saat
12 – 16 minggu dan berlanjut setelah bayi lahir. Trauma pada bayi dapat
merangsang stress metabolik yang mempengaruhi pembentukan sel gigi.
Kelainan sel ini akan mengakibatkan garis tipis yang memisahkan enamel dan
dentin di sebut sebagai neonatal line. Neonatal line ini akan tetap ada walaupun
seluruh enamel dan dentin telah dibentuk. Ketika ditemukan mayat bayi, dan
ditemukan garis ini menunjukkan bahwa mayat sudah pernah dilahirkan
sebelumnya. Pembentukan enamel dan dentin ini umumnya secara kasar
berdasarkan teori dapat digunakan dengan melihat ketebalan dari struktur di atas
neonatal line. Pertumbuhan gigi permanen diikuti dengan penyerapan kalsium,
dimulai dari gigi molar pertama dan dilanjutkan sampai akar dan gigi molar
kedua yang menjadi lengkap pada usia 14 – 16 tahun. Ini bukan referensi standar
yang dapat digunakan untuk menentukan umur, penentuan secara klinis dan
radiografi juga dapat digunakan untuk penentuan perkembangan gigi.
Gambar 26
Gambar 2 memperlihatkan gambaran panoramic X ray pada anak-anak (a)
gambaran yang menunjukkan suatu pola pertumbuhan gigi dan perkembangan
pada usia 9 tahun (pada usia 6 tahun terjadi erupsi dari akar gigi molar atau gigi 6
tapi belum tumbuh secara utuh). Dibandingkan dengan diagram yang diambil dari
Schour dan Massler (b) menunjukkan pertumbuhan gigi pada anak usia 9 tahun.
Peranan dan fungsi visum et repertum adalah salah satu alat bukti yang
sah sebagaimana tertulis dalam pasal 184 KUHP. Visum et repertum turut
berperan dalam proses pembuktian suatu perkara pidana terhadap kesehatan
dan jiwa manusia, dimana visum et repertum menguraikan segala sesuatu
tentang hasil pemeriksaan medik yang tertuang di dalam bagian
pemberitaan, yang karenanya dapat dianggap sebagai pengganti barang
bukti.
Jenis visum et repertum pada orang hidup terdiri dari (Idries, 2009)
1. Visum seketika adalah visum yang dibuat seketika oleh karena
korban tidak memerlukan tindakan khusus atau perawatan dengan
perkataan lain korban mengalami luka - luka ringan
2. Visum sementara adalah visum yang dibuat untuk sementara
berhubung korban memerlukan tindakan khusus atau perawatan. Dalam hal
ini dokter membuat visum tentang apa yang dijumpai pada waktu itu agar
penyidik dapat melakukan penyidikan walaupun visum akhir menyusul
kemudian
3. Visum lanjutan adalah visum yang dibuat setelah berakhir masa
perawatan dari korban oleh dokter yang merawatnya yang sebelumnya telah
dibuat visum sementara untuk awal penyidikan. Visum tersebut dapat lebih
dari satu visum tergantung dari dokter atau rumah sakit yang merawat
korban.
2. Senn DR, Stinson PG. Forensic Dentistry. 2nd Edition. USA: Taylor & Francis
Group. 2010. p.4
4. Lukman D. Buku Ajar Ilmu Kedokteran Gigi Forensik. Jilid 1. CV Sagung Seto.
Jakarta: 2006.
7. Standish SM, Stimson PG. The scope of Forensic Dentistry. The Dental Clinics of
North Amerika 1997; 21(1) : 3-5.
8. Luntz LL. History of Forensic Dentistry. The Dental Clinics of North America
1997; 21(1): 7-18.
10. Brown KA. Dental Identification of Unknown Bodies. Proceedings of the First
Asian Pacific Congress on Legal Medicine and Forensic Sciences. Singapore
1983: 136-40