PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dalam beberapa saat terakhir, kita banyak di kejutkan oleh bencana massal
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
ODONTOLOGI FORENSIK
2.1.1
dengan suatu tempat jual-beli atau tempat pertemuan umum berkenaan dengan
atau dilakukan dalam peristiwa hukum (Harmaini N, 2001). Forensik odontologi
adalah suatu cabang ilmu kedokteran gigi yang mempelajari cara penanganan dan
pemeriksaan gigi serta cara evaluasi dan presentasi termuan gigi tersebut untuk
kepentingan identifikasi.
Pengertian forensik menurut identifikasi ilmu kedokteran gigi forensik.
Yang dimaksud dengan identifikasi ilmu kedokteran gigi forensik adalah semua
aplikasi dari disiplin ilmu kedokteran gigi yang terkait dalam suatu penyidikan
dalam memperoleh data-data post moterm, berguna untuk menetukan otentitas
dan identitas korban maupun pelaku demi kepentingan hukum dalam suatu proses
peradilan dan menegakkan kebenaran (Lukman, 2006).
Gigi merupakan salah stu saran identifikasi yang dapat dipercaya apabila
rekaman data, misalnya rekam medik dibuat secara baik dan benar. Salin itu, data
berupa radiografi gigi semasa hidup dapat dipakai sebagai data pembanding
dengan hasil pemeriksaan jenazah. Bahkan, dari gigi geligi, kita dapat
memperoleh informasi tentang umur, ras, jenis kelamin, golongan darah, ciri-ciri
khas, dan bentuk wajah atau raut muka korban.
Apabila seorang dokter gigi dengan surat permintaan sebagai anggota
penyidik, anggota tim identifikasi, dan sebagai ssaksi ahli apabila hakim sulit
memutuskan sesuatu perkara dalam suatu sidang peradilan sedangkan pada tubuh
korban terdapt pola bekas gigitan, menggunakan gigi palsu, serta seluruh datadata gigi yang telah dilakukan dari semua disiplin ilmu kedokteran gigi maka
hakim akan meminta seorang ahli untuk memastikan hal tersebut diatas demi
memantapkan keputusan yang akan diambilnya (Lukman, 2006).
Identifikasi ilmu kedokteran gigi forensik ada beberapa macam antara lain:
1. Identifikasi ras korban maupun pelaku dari gigi geligi dan antropologi ragawi.
2. Identifikasi seks atau jenis kelamin korban melalui gigi geligi dan tulang rahang
serta antropologi ragawi.
3. Identifikasi umur korban ( janin) melalui benih gigi.
4. Identifikasi umur melalui gigi sementara (decidui).
5. Identifikasi umur korban melalui gigi campuran.
6. Identifikasi umur korban melalui gigi tetap.
7. Identifikasi korban melalui kebiasaan menggunakan gigi.
8. Identifikasi korban dari pekerjaan menggunakan gigi.
9. Identifikasi golongan darah korban melalui air liur.
10.
11.Identifikasi DNA korban dari analisa air liur dan jaringan dari sel dalam rongga
mulut.
12.
13.
Identifikasi wajah korban dari rekontruksu tulang rahang dan tulang facial.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
dalam formulir baku mutu nasional yaitu ke dalam formulir korban tindak pidana
yang berwarna merah yang disebut data postmortem, pada korban hidup tetap pula
ditulis ke dalam formulir yang sama sedangkan data-data semasa hidup ditulis ke
dalam formulir antemortem yang berwarna kuning. Hal ini berlakku pula pada
pelaku, ia mempunyai kedua penulisan data pula antemortem dan postmortem
pada kertas yang berwarna kuning dan merah. (Lukman, 2006).
2.1.2
Perlu pula kita ketahui identifikasi ilmu kedokteran forensik umum karena
pada negara-negara maju tim penyidik dan tim identifikasi anggotanya terdapat
dokter gigi dengan demikian ada baiknya dokter gigi mengetahui identifikasi
secara umum (Lukman, 2006).
Identifikasi secara umum antara lain:
1. Dokumen yang terdapat pada busana korban berupa : KTP, SIM, kartu kredit,
kartu sekolah, kartu mahasiswa, kartu karyawan, name tag dari instansi
korban. Adakalanya mayat tanpa sepucuk surat identifikasi pun pada
tubuhnya, sehingga perlu dilakukan identifikasi terhadap mayat tersebut.
2. Pakaian atau busana
Bentuk pakaian berupa celana panjang / pendek, gaun, sarung kebaya dsb,
Corak pakaian contohnya bunga-bunga, garis-garis, motif tertentu dsb, Merk
pakaian yang dikenakan dapat diketahui dari konfeksi, tukang jahit, dsb,
Nomor binatu (laundry mark) yang kemungkinan ada dipakaian yang
digunakan (Lukman, 2006).
3. Perhiasan yang biasanya dapat di identifikasikan adalah bentuk perhiasan tersebut
terbuat dari apa perhiasaan tersebut, inkripsi, dan merk perhiasan tersebut.
4. Korban sendiri yang meliputi :
-
Ciri-ciri umum : tinggi atau berat badan, jenis kelamin, umur, warna kulit,
rambut, rambut kepala, kumis, jenggot, mata, hidung, mulut, gigi geligi.
berdiri dengan urutan identifikasi secara umum oleh karena umumya sebagian
besar manusia di dunia ini menggunakan tangan kanan maka tangan dan kaki
kanan terlebih dahulu di identifikasi baru kemudian tungkai kiri. Apabila mayat
kidal maka kebalikannya (Lukman, 2006).
Sebagai suatu metode identifikasi pemeriksaan gigi memiliki keunggulan
sbb:
1. Identifikasi dari mayat yang tidak dikenal melalui gigi, rahang dan kraniofasial.
2. Penentuan umur dari gigi.
3. Pemeriksaan jejas gigit (bite-mark).
4. Penentuan ras dari gigi.
5. Analisis dari trauma oro-fasial yang berhubungan dengan tindakan kekerasan.
komparatif,
yaitu
apabika
bersedia
data
post-mortem
(pemeriksaan jenazah) dan ante mortem (data sebelum meninggal mengenai ciriciri fisik, pakaian, identitas khusus berupa tahi lalat, bekas luka / operasi, dll),
dalam komunitas yang terbatas.
a. Post-Mortem atau otopsi adalah prosedur bedah yang sangat khusus yang
terdiri dari pemeriksaan menyeluruh terhadap mayat untuk menentukan
penyebab dan cara kematian dan untuk mengevaluasi setiap penyakit atau
cedera yang mungkin ada.
b. Ante-Mortem adaah data-data pribadi dari korban seperti ciri-ciri fisik,
pakaian, identitas khusus (tanda lahir), bekas luka/operasi, dan sebagainya
sebelum korban meninggal.
2. Identifikasi Rekonstruktif
Identifikasi rekostruktif, yaitu dilakukan apabila tidak tersedia data antemortem pada korban (contoh : penemuan jasad tanpa identitas) dan dalam
komunitas yang tidak terbatas. Data ante-mortem merupakan syarat utama yang
harus ada apabila identifikasi dengan cara membandingkan akan diterapkan. Data
ante-mortem tersebut berupa dental record, yaitu keterangan tertulis berupa
odontogram atau catatan keadaan gigi pada waktu pemeriksaan, pengobatan dan
perawatan gigi.
Data-data yang harus dipenuhi dalam pembuatan ante-mortem adalah :
1. Foto rontgen gigi.
2. Cetakan gigi.
3. Prosthesis gigi atau orthodonsi.
4. Foto close up muka atau profil daerah mulut dan gigi.
5. Keterangan dari orang-orang terdekat di bawah sumpah.
Untuk data gigi post-mortem yang perlu dicatat pada pemeriksaan antara
lain:
1. Gigi yang ada dan tidak ada, bekas gigi yang tidak ada apakah masih baru atau
sudah lama.
2. Gigi yang ditambal, jenis dan klasifikasi bahan tambal.
3. Anomali bentuk dan posisi.
4. Karies atau kerusakan yang ada.
5. Jenis dan bahan restorasi.
6. Atrisi dataran kunyah gigi merupakan proses fisiologis untuk fungsi mengunyah.
Derajat atrisi ini sebanding dengan umur.
7. Gigi molar ketiga sudah tumbuh atau belum.
8. Ciri-ciri populasi ras dan geografis.
10
metode ini dapat menyediakan informasi yang lebih akurat tentang penentuan usia
dibandingkan dengan parameter yang lain.
Gigi yang digunakan dalam kasus ini adalah gigi seri tengah bagian bawah
dan premolar pertama. Mereka menentukan perkiraan umur yang lebih baik dari
fraksi total asam amino dengan membagi menjadi fraksi kolagen yang tidak larut
dan fraksi peptide. Dibandingkan dengan total asam amino, fraksi kolagen yang
tidak larut dan fraksi peptide yang asam amino, fraksi kolagen yang tidak larut
dan fraksi peptide yang terlarut, mempunyai konsentrasi glutamine dan asam
aspartat yang lebih tinggi.
2.1.6.2 Identifikasi Jenis Kelamin
Ukuran dan bentuk gigi juga digunakan untuk penentuan jenis kelamin.
Gigi geligi menunjukkan jenis kelamin berdasarkan kaninus mandibulanya.
Anderson mencatat bahwa pada 75% kasus, mesio distal pada wanita berdiamter
kurang dari 6,7 mm, sedangkan pada pria lebih dari 7 mm. Saat ini sering
dilakukan pemeriksaan DNA dari gigi untuk membedakan jenis kelamin (Julianti
dkk, 2008).
2.1.6.3 Identifikasi Ras
Dahulu kala didunia ini hanya ada tiga ras, yaitu caucasoid, mongoloid,
dan ras negroid. Tetapi akibat terjadinya peperangan antar negara (perang dunia I
dan perang dunia II) juga penjajahan mengakibatkan terjadinya perkawinan
campuran antara ras caucasoid, mengoloid, dan negroid. Akibatnya terdapat ras
khusus dan ras australoid yaitu ras amborogin dan ras-ras kecil dikepulauan
pasifik.
a) Ras Mongoloid
- Insisivus berbentuk sekop. Insisivus pada maksila menunjukkan nyata
berbentuk sekop pada 85-99% ras mongoloid. 2 sampai 9 % ras kaukasoid
dan 12 % ras negroid memperlihatkan adanya bentuk seperti sekop
walaupun tidak terlalu jelas.
-
11
b) Ras Kaukasoid
-
2.
3.
4.
12
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
(aglutinasi).
Pada tabung yang terlihat penggumpalan merupakan identifikasi golongan
darah dari hasil analisa laboratoris tersebut. Apabila hasil tersebut sebagai berikut
(Lukman, 2006) :
1.
2.
3.
Isolasi, ialah mengeluarkan dan memurnikan DNA dari dalam inti sel. Inti
sel terlindungi oleh bagian-bagian jaringan dan sel. Pemisahan jaringan,
13
pemisahan sel, pemecahan inti sel, pembersihan DNA dari sisa-sisa sel yang
tidak diperlukan.
Restriksi, iala memotong DNA yang telah dimurnikan. DNA yang
2.
3.
14
membakar diri kedalam tungku yang besar didalam bunker tahanan tetapi
giginya masih utuh dan gigi palsunya dapat dibuktikan.
Kecuali dikremasi karena suhunya diatas 1000 derajat celcius. Gigi menjadi
abu sekitar suhu lebih dari 649 derajat celcius. Apabila gigi tersebut ditambal
menggunakan amalgam maka bila terbakar akan menjadi abu sekitar diatas
871 derajat celcius, sedangkan bila gigi tersebut memakai mahkota logam
atau inlay alloy emas maka bila terbakar akan menjadi abu sekitar suhu 871
1093 derajat celcius.
7. Gigi-geligi dan tulang rahang secara Roentgenografis, biarpun terdapat pecahanpecahan rahang pada roentgenogramnya dapat dilihat (interpretasi) kadangkadang terdapat anomali dari gigi dan komposisi tulang rahang yang khas
8. Apabila korban telah dilakukan pencabutan gigi umumnya ia memakai gigi palsu
dengan berbagai macam model gigi palsu dan gigi palsu tersebut dapat
ditelusuri atau diidentifikasi. Menurut Scott apabila gigi palsu akrilik akan
terbakar menjadi abu pada suhu 538 649 derajat celcius. Apabila memakai
jembatan dari porselein maka akan menjadi abu pada suhu 1093 derajat
celcius
9. Gigi-geligi merupakan sarana terakhir didalam identifikasi apabila sarana-sarana
lain atau organ tubuh lain tidak ditemukan.
2.1.7
pencatatan data setelah kematian, disebut juga data Postmortem. Pencatatan data
Antemortem telah terdapat buku panduan serta format formulirnya yang
diterbitkan DEPKES tahun 2004 dengan judul STANDAR NASIONAL REKAM
MEDIK KEDOKTERAN GIGI yang di dalamnya terdapat formulir odontogram.
Hingga kini karena belum dikenalnya buku tersebut oleh seluruh pelayan
medik di tanah air, maka para pelayan medik tersebut penulisannya belum dalam
format baku nasional tetapi menurut caranya masing masing sehingga
kemungkinan nomenklatur dan format penulisannya saling berbeda.
2.1.7.1 Pencatatan Data Antemortem
15
Identitas pasien
Keadaan umum pasien
Odontogram (data gigi yang menjadi keluhan)
Nama perawatan Kedokteran gigi
Nama dokter gigi yang merawat
Hanya sedikit sekali dokter gigi yang membuat surat persetujuan tindak medik
(Inform consent) baik praktek pribadi atau di rumah sakit
Bila menurut buku DEPKES tentang penulisan data gigi dan rongga mulut
yang berisikan standar baku mutu nasional antara lain :
1. Pencatatan identitas pasien mulai dari nomor file sampai dengan alamat pekerjaan
serta kelengkapan alat komunikasinya.
2. Keadaan umum pasien yaitu berisikan tentang golongan darah, tekanan darah,
kelainan kelainan darah, kelainan penyakit sistemik, kelainan penyakit
hormonal, kelainan alergi terhadap makanan dan obat obatan, alergi
terhadap debu, serta kelainan dari virus yang berkembang saat ini.
3. Odontogram, Semua data gigi dicatat dalam formulir odontogram dengan denah
dan nomenklatur yang baku nasional.
4. Data perawatan kedokteran gigi yaitu berisikan waktu awal perawatan, runtut
waktu kunjungan, keluhan dan diagnosa, gigi yang dirawat, tindakan lain
yang digunakan oleh dokter tersebut.
5. Roentgenogram yang dimaksud adalah baik intra oral maupun ekstra oral.
Roentgenogram intra oral antara lain : periapikal, proximal, dan oclusal
sedangkan ekstra oral terdapat banyak sekali roentgenogram yang dapat
dilakukan tetapi yang umum yaitu panoramik tau orthopantomogram, lateral
oblique tulang rahang, cephalogram, kemungkinan terdapat pula PA untuk
sinus maxilaris yang terkenal dengan proyeksi Water. Apabila terjadi
fraktur tulang zygomaticus baik kiri maupun kanan maka dibuat
roentgenogram proyeksi George Fuller.
6. Pencatatan status gigi, mempunyai kode tertentu sesuai dengan standar Interpol,
dengan kata lain Kodifikasi Informasi Gigi menurut Interpol (International
Police). Kode kode pencatatan gigi ini selain dengan huruf huruf, istilah
istilah, warna, dan gambar yang berbeda beda untuk pengisian odontogram.
16
7. Formulir data Antemortem dalam buku DEPKES ditulis dengan warna kertas
kuning. Di dalam formulir ini terdapat pula catatan data orang hilang.
2.1.7.2 Pencatatan Data Postmortem
Pencatatan data postmortem menurut DEPKES berwarna merah dengan
catatan Victim Identification (identifikasi korban) pada mayat atau Dead Body
(tubuh korban). Pencatatan data postmortem ini mula mula dilakukan fotografi
kemudian proses pembukaan rahang bila kaku mayat untuk memperoleh data gigi
dan ronga mulut, dilakukan pencetakan rahang atas dan rahang bawah, apabila
terjadi kaku mayat maka lidah yang kaku tersebut diikat dan ditarik ke atas
sehingga lengkung rahang bebas dari lidah baru dilakukan pencetakan, untuk
rahang atas tidak bermasalah kerena lidah kaku ke bawah. Kemudian studi model
rahang korban juga merupakan suatu barang bukti.
Pencatatan gigi pada formulir odontogram sedangkan kelainan kelainan
di rongga mulut dicatat pada kolom kolom tertentu. Catatan ini semua
merupakan lampiran dari visum et repertum korban. Kemudian dilakukan
pemeriksaan sementara dengan formulir baku mutu nasional dan internasional,
setelah itu dituliskan surat rujukan untuk pemeriksaan laboratoris dengan formulir
baku mutu nasional pula.
Setelah diperoleh hasil dari pemeriksaan laboratoris maka dilakukan
pencatatan ke dalam formulir lengkap barulah dapat dibuatkan suatu berita acara
sesuai dengan KUHAP demi proses peradilan dalam menegakkan keadilan. Visum
yang lengkap ini sangat penting dengan lampiran lampirannya serta barang
bukti dapat diteruskan ke jaksa penuntut kemudian ke sidang acara hukum pidana.
2.1.7.3 Visum Et Repertum
Visum Et Repertum pada dasarnya memuat suatu penyidikan akhir yang
dibenarkan oleh pasal KUHAP pidana pasal 50.
Bentuk penulisan Visum Et Repertum sebagai berikut :
1. PENDAHULUAN, Memuat keterangan tentang :
a. Identitas korban, yang meminta pemeriksaan,
pemeriksaan dan yang di periksa.
b. Jenis pemeriksaan yang dilakukan
17
yang
melakukan
c. Yang tersebut di atas semua sesuai dengan apa yang diatur dalam KUHAP
pasal 133.
2. Kesimpulan
- kesimpulan ini memuat pendapat dokter yang memeriksa dan ahli lain
yang memeriksa sebagai hasil pemeriksaan sesuai dengan KUHAP pasal
-
20 ayat 1
Visum ini dibuat dengan sumpah sesuai dengan KUHAP pasal 120 ayat 2.
Hal ini sesuai dengan KUHAP pasal 118 ayat 1 yang berbunyi :
Keterangan tersangka dan atau saksi dicatat dalam berita acara yang
ditanda tangani oleh penyidik dan oleh yang memberi keterangan itu setelah
mereka menyetujui isinya. Dan KUHAP
Pengidentifikasian mayat
18
Post Mortem
Ante Mortem
Analisa
Perbandingan Data
19
BAB 3
PEMBAHASAN
Dari skenario diketahui beberapa hari yang lalu ditemukan mayat tidak
dikenal didalam hutan, dengan kondisi mengenaskan. Jasad dibawa ke rumah
sakit pemerintah untuk diidentifikasi sambil menunggu pihak keluarga yang
merasa kehilangan. Akan tetapi jasad tidak bias dikenali sama sekali karena sudah
membusuk. Untuk membantu penyidik mengidentifikasi salah satu cara adalah
memanfaatkan bagian bagian yang tidak hancur, yaitu gigi. Oleh karena itu,
penyidik mengundang seorang dokter gigi.
Pengidentifikasian jenazah menggunakan pemeriksaan gigi, merupakan
salah satu cara pengidentifikasian terakhir yang dilakukan oleh pihak forensik
apabila sarana sarana lain atau organ tubuh lain tidak ditemukan. Ini disebabkan
oleh karena gigi manusia mempunyai beberapa kelebihan yaitu yang paling umum
adalah dikarenakan gigi geligi setiap manusia berbeda tidak ada yang sama. Dan
juga gigi merupakan rangkaian lengkungan anatomis, antropologis dan juga
morphologis yang mempunyai letak terlindungi dari otot otot bibir dan pipi
sehingga apabila trauma akan mengenai otot otot tersebut terlebih dahulu.
Kemudian gigi manusia tidak mudah hancur, walaupun dalam suhu yang
tinggi, kecuali dikremasi hingga 1000oC Gigi juga tidak mudah membusuk,
kecuali dalam beberapa keadaan seperti gigi yang sudah mengalami nekrotik atau
gangren dam juga gigi geligi juga tahan terhadap asam keras. Gigi geligi dan
tulang rahang juga secara roentgenografis, biarpun terdapat pecahan pecahan
rahang pada rentgenogramnya dapat dilihat (interpretasi) serta terkadang terdapat
anomali dari gigi dan komposisi tulang rahang yang khas.
Apabila korban telah dilakukan pencabutan gigi umunya ia memakai gigi
palsu dengan berbagai macam model gigi palsu dan gigi palsu tersebut dapat
ditelusuri dan diidentifikasi. Ada beberapa ruang lingkup yang dicangkup
menggunakan pemeriksaan gigi diantaranya berdasarkan jejas gigi, morfologi dan
ciri khas gigi jenazah, serta perawatan gigi semasa hidup jenazah. Dimana hal
hal yang dapat ditentukan melalui pemeriksaan gigi adalah umur jenazah, jenis
20
kelamin jenazah, ras dan etnik jenazah, golongan darah pasien serta DNA jenazah.
Kemudian dimana data data tersebut dicocokkan dengan identitas korban
(jenazah). Dimana data tersebut dibagi 2 yaitu data primer dan data sekunder.
Data
primer
merupakan
data
yang
dikumpulkan
berdasarkan
data
postmortem
merupakan
data
pencatatan
victim
identification (identifikasi korban) pada mayat atau dead body (tubuh korban).
Pencatatan data postmortem mula mula dilakukan fotografi kemudian proses
pembukaan rahang bila kaku mayat untuk memperoleh data gigi dan rongga
mulut.
Namun jika jenazah korban sudah lebih dari 6 jam, maka jenazah sudah
mengalami kaku mayat dimana pembukaan rahang harus menggunakan teknik 2
21
jari. Jari telunjuk terhadap rahang maksila dan jari tengah terhadap rahang
mandibula. Lalu pencatatan gigi pada formulir odontogram berisikan kelainan
kelainan di rongga mulut dan dicatat pada kolom kolom tertentu dan lampiran
tersebut merupakan bagian dari visum et repertum korban.
Visum et repertum merupakan suatu penyidikan akhir yang dibenarkan
oleh KUHAP pidana pasal 50 dan yang memuat pendapat dokter dan ahli lain
yang memeriksa. Kemudian dilakukan pemeriksaan sementara dengan formulir
baku mutu nasional dan internasional, yang kemudian dituliskan surat rujukan
untuk pemeriksaan laboratoris.
22
BAB 4
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Dari skenario diatas dapat disimpulkan bahwa
4.2
Saran
23
Agar lebih teliti lagi dalam mengidentifikasi pasien sehingga tidak terjadi
kesalahan.
2. Dokter Gigi
Kepada dokter gigi agar bekerja sama dengan dokter ahli forensik dan dapat
juga terjun ke lapangan tempat jenazah ataupun hanya memberikan riwayat
perawatannya.
3. Mahasiswa
Kepada mahasiswa agar lebih memahami dan mempelajari bagaimana cara
mengidentifikasi pasien selayaknya dokter ahli forensik.
DAFTAR PUSTAKA
24
LAMPIRAN
DINAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN POLRI
25
DEPARTEMEN PERTAHANAN
MARKAS BESAR
KEPOLISIAN NEGARA INDONESIA
26
1)
2)
3)
4)
/ KEADAAN....................
LAMPIRAN : C1 . SKEP KAPOLRI
No.POL
: Skep / 1884 / I / 1994
TANGGAL : 29 Januari 1999
27
KEADAAN GIGI
RA Ka
18 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 28
48 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 38
RB Ka.
RA Ki.
RB Ki.
STAINING GIGI
:
STAINING RAHANG
ATAS : LABIAL
PLATAL
STAINING RAHANG
BAWAH: LABIAL
LINGUAL
KARANG GIGI
:
ATRISI : I
II
III
IV
DIASTEMA :
RESTORASI
KETERANGAN :
19)
20)
21)
22)
23)
24)
25)
26)
27)
28)
..............................., tgl ...... 29)
DOKTER GIGI
30)
28
Tanggal periksa
Jenis kelamin
Umur (keterangan)
Tanggal kematian
Lama kematian
Sebab kematian
Keadaan mayat
:
: Pria / Wanita
:
tahun
:
: jam, - 2 jam, 2 6 jam, 6 12 jam, 12 24 jam,
24 36 jam, 36 48 jam, 48 jam lebih.
: K.L.L., Pembunuhan, Bunuh diri, Sakit, Tenggelam,
Lain lain.
Keterangan
: Segar, Peti es, Busuk, Busuk lanjut.
Mulut
Keadaan rahang atas : Utuh / fraktur (regio :
Keadaan rahang bawah: Utuh / fraktur (regio :
Occlusi
: I, II, III.
Kaku rahang
: I, II, III, IV, V.
Jaringan Lunak
Torus maxilaris
: Ada, Tidak ada.
Torus mandibularis : Ada, Tidak ada (regio :
Palatum
: Dalam, Sedang, Rendah.
Gingiva
: Normal, Gingiva (regio)
Lain lain :
Pigmentasi
:
Retraksi
: Ada (gigi
Tidak ada.
Keadaan gigi :
V
IV
2
2
III
8
3
8
3
II
7
4
7
4
I
6
5
6
5
I
4
7
4
7
5
6
5
6
STAINING GIGI
: Tobacco, Tea / coffe
Staining Rahang Atas : Labial
:
Palatal
:
Staining Rahang Bawah
: Labial
:
Lingual
:
KARANG GIGI
:
ATR I S I
:I
:
29
)
)
)
)
II
3
8
3
8
III
2
IV
1
V
1
II
III
IV
D I AS T E M A
RESTORASI :
ODONTOGRAM
:
:
:
:
1,8 1,7 1,6 1,5 1,4 1,3 1,2 1,1 2,1 2,2 2,3 2,4 2,5 2,6 2.7 2,8
3,8 3,7 3,6 3,5 3,4 3,3 3,2 3,1 4,1 4,2 4,3 4,4 4,5 4,6 4,7 4,8
Pernah/Tidak
30