Anda di halaman 1dari 50

Drg. Desak N. Ari Susanti, M.

Kes

BITEMARKS
( TEKNIK ANALISIS BEKAS GIGITAN )
Identitas….????

hidup
Identifikasi
antemortem
mati
postmortem
Prinsip :
1. Pengumpulan data >>>>
2. Ekslusi  jika tak sesuai
3. Setiap kesesuaian data  ketepatan
 Metode Identifikasi :
1. Visual ; jika tubuh utuh
2. Perhiasan ; liontin cincin kawin dll
3. Pakaian
4. Dokumen
5. Catatan medis : lab, Ro, bekas operasi
6. Odontologi forensik
7. Serologi  hemereologi (semua sel tubuh)
8. Sidik jari
9. Manifest penumpang
BITEMARKS

Background and history ;


Manusia punya kecenderungan saling gigit
seperti hewan  ketertarikan study walau dg
keterbatasan ilmu dan informasi

Pertama kali secara resmi bitemarks dilaporkan


tahun 1950 dan terus mengalami kemajuan
 Sebelum abad 20 ;
Tahun 1066 – 1087
Di Inggris , William I  bitemarks giginya
sebagai pertanda keaslian surat-surat

 Abad 20
Tahun 1906

Tukang potong daging, mencuri keju  tampak


bekas gigitan  didakwa bersalah
 Abad 21 ;
Forensik odontologi semakin berkembang
dan semakin banyak dipakai

- analisis bitemarks
- analisis DNA
Contoh kasus ;

 Kasus linda peacock 1967


Tubuh ditemukan di kuburan, digantung, ada
bitemarks di payudara kanan
Gordon Hay anak nakal sbg tersangka, ok luka
bekas gigitan /bitemarks pada payudara mirip
dengan model gigi gordon ( Caninus kanan yg
sesuai dg bitemarks)
Bitemarks pada
payudara

Copper model gigi


Caninus atas kanan
 Th 1992 kasus Ray Krone

Kimberly Ancona (bartender) diserang dan


dibunuh di toilet restoran 29 Desember 1991

Dr John Piakis (dentist) menemukan ada gigitan


di dada kiri

Ray Krone seorang postman sebagai tersangka,


tapi mentor Dr John tak setuju, croscek dg Dr.
Raymond Rawson ( dr. analisis pembunuhan)
Dianalisa lebih dalam dan turut menjadi saksi ,
meyakinkan juri  Krone bersalah

Bitemark juga penting sama seperti


sidik jari

“ The question should not be are bitemarks as


good as fingerprints but are fingerprints as
good as bitemarks..? “
Definisi

 cetakan pola sebagai hasil kontak suatu objek


atau gigi- geligi (gigitan) pada kulit
 Menurut William Eckert (1992), pola gigitan
adalah bekas gigitan dari pelaku yang tertera
pada kulit korban dalam bentuk luka, jaringan
kulit maupun jaringan ikat di bawah kulit
sebagai pola akibat dari pola permukaan
gigitan dari gigi-gigi pelaku melalui kulit
korban.
 Menurut Bowers dan Bell (1955) mengatakan
bahwa pola gigitan merupakan suatu perubahan
fisik pada bagian tubuh yang disebabkan oleh
kontak atau interdigitasi antara gigi atas dengan
gigi bawah sehingga struktur jaringan terluka baik
oleh gigi manusia maupun hewan.

 Lukman (2003) pola gigitan mempunyai suatu


gambaran dari anatomi gigi yang sangat
karakteristik yang meninggalkan polagigitan pada
jaringan ikat manusia baik disebabkan oleh hewan
maupun manusia yangmasing-masing individu
sangat berbeda.
 Sebagai objek pemeriksaan dalam suatu penyelidikan
secara garis besar dapat ditentukan antara lain:
1. Korban hidup
2. Korban mati
3. Manusia sebagai pelaku
4. Benda-benda mati yang terdapat di sekitar tempat
kejadian perkara yaitu:
a. Bekas pola gigitan pada tubuh mayat.
b. Air liur di sekitar bekas pola gigitan dan bekas
gigitan makanan tertentu.
c. Bercak-bercak darah korban.
d. Bercak-bercak darah pelaku.
5. Benda mati yang secara fisik dianggap
sebagai barang bukti, antara lain:
a. Gigi palsu lepasan sebagian/ partial
denture,
b. Gigi palsu penuh/ full denture
c. Mahkota dan jembatan/ crown and bridge
d. gigi-gigi yang lepas dari rahang korban
e. Patahan gigi dari korban

6. Semua jaringan rongga mulut yaitu pipi


bagian dalam dan bibir yang lepas yang
terdapat di tempat kejadian perkara.
 Keuntungan gigi sebgai objek
pemeriksaan. :

1. Gigi-geligi merupakan rangkaian lengkungan


secara anatomis, antropologis dan morfologis
mempunyai letak yang terlindung dari otot-otot
bibir dan pipi.

2. Gigi-geligi sukar untuk membusuk kecuali gigi


tersebut sudah mengalami nekrotik atau
ganggren, meskipun dikubur, umumnya organ-
organ tubuh lain bahkan tulang telah hancur
tetapi gigi tidak (masih utuh).
3. Gigi-geligi di dunia ini tidak ada yang sama
karena menurut SIMS dan Furnes bahwa gigi
manusia kemungkinan sama adalah satu
dibanding dua milyar.
“every person teeth are unique “

4. Gigi-geligi mempunyai ciri-ciri khusus apabila


ciri-ciri gigi tersebut rusak atau berubah maka
sesuai dengan pekerjaan dan kebiasaan
menggunakan gigi bahkan setiap ras
mempunyai ciri yang berbeda.
 5. Gigi-geligi tahan asam keras
 6. Gigi-geligi tahan panas, apabila terbakar
sampai dengan suhu 400 oC gigi tidak akan
hancur. Gigi menjadi abu sekitar suhu lebih
dari 649oC. Apabila gigi tersebut ditambal
menggunakan amalgam maka bila terbakar
akan menjadi abu sekitar di atas 871oC,
sedangkan bila gigi tersebut memakai
mahkota logam atau inlay alloy emas maka
bila terbakar akan menjadi abu sekitar suhu
871-1093oC.
7. Gigi-geligi dan tulang rahang pada
rontgenogramnya dapat dilihat kadang-kadang
terdapat anomali dari gigi dan komposisi tulang
rahang yang khas.
8. Apabila korban telah dilakukan pencabutan gigi
umumnya ia memakai gigi palsu dengan
berbagai macam model gigi palsu dan gigi palsu
tersebut dapat ditelusuri atau diidentifikasi.
9. Gigi-geligi merupakan sarana terakhir di dalam
identifikasi apabila sarana lain atau organ tubuh
lain tidak ditemukan.
Klasifikasi
 Pola gigitan mempunyai derajat perlukaan
sesuai dengan kerasnya gigitan, pada pola
gigitan manusia terdapat 6 kelas yaitu:

Kelas I : pola gigitan terdapat jarak dari gigi


insisive dan kaninus
 Kelas II : seperti pola gigitan kelas I tetapi
terlihat pola gigitan cusp bukalis dan palatalis
maupun cusp bukalis dan cusp lingualis tetapi
derajat pola gigitannya masih sedikit
 Kelas III : derajat luka lebih parah dari kelas II
yaitu permukaan gigit insisive telah menyatu
akan tetapi dalamnya luka gigitan mempunyai
derajat lebih parah dari pola gigitan kelas II
 Kelas IV : terdapat luka pada kulit dan otot di
bawah kulit yang sedikit terlepas atau rupture
sehingga terlihat pola gigitan irreguler
 Kelas V : terlihat luka yang menyatu pola
gigitan insisive, kaninus dan premolar baik
pada rahang atas maupun bawah
 Kelas VI : memperlihatkan luka dari seluruh
gigitan dari rahang atas, rahang bawah, dan
jaringan kulit serta jaringan otot terlepas sesuai
dengan kekerasan oklusi dan pembukaan
mulut.
Beberapa Jenis bitemarks
Manusia :
Pola bekas gigitan pada jaringan manusia
sangat berbeda tergantung organ tubuh
mana yang terkena
1. Pola bekas gigitan heteroseksual. Pola gigitan
pada pelaku-pelaku hubungan intim /seksual
antara pria dan wanita terdapat
penyimpangan yang sifatnya sedikit
melakukan penyiksaan yang menyebabkan
lawan jenis kesakitan atau menimbulkan rasa
sakit
a. Pola bekas gigitan dengan keterlibatan lidah
dan bibir.
b. Pola bekas gigitan pada organ genital
c. Pola bekas gigitan pada sekitar organ genital
d. Pola bekas gigitan pada mammae
Location of bitemarks
2. Pola gigitan pada kasus penyiksaan anak /
child abuse
Pola gigitan ini dapat terjadi pada seluruh
lokasi atau di sekeliling tubuh anak- anak. Hal
ini disebabkan oleh suatu aplikasi dari
pelampiasan gangguan psikis pelaku.
4. Pola gigitan homoseksual : leher, kelamin
 4. Pola gigitan hewan

a. Pola gigitan srigala, singa, ular


b. Pola gigitan hewan pesisir pantai
c. Pola gigitan hewan peliharaan, misalnya
gigitan anjing atau kucing
Gigitan yang dapat menimbulkan luka, yaitu:
1) Kejahatan seksual seperti pemerkosaan.
2) Kekerasan dalam rumah tangga dan
penyiksaan anak (oleh orang tua).
3) Kasus kriminal lain, dimana korban
menyerang pelaku untuk melindungi dirinya
dengan cara menggigit.
4) Modus kriminal lainnya.
5) Saat olah raga/pertandingan
 Tipe-tipe gigitan ada beberapa macam,yaitu:
1) Haemorage = titik perdarahan kecil.
2) Abrasi = tidak ada bekas kerusakan kulit.
3) Luka memar = pembuluh darah putus,
memar, biru, lebam.
4) Luka laserasi = tertusuk/sobek pada kulit.
5) Pengirisan = tusukan yang rapi pada kulit.
6) Avulsi = kulit terlepas.
7) Artifact = digigit hingga bagian tubuh
menjadi terpotong.
 Kuatnya suatu gigitan, dapat diklasifikasikan
sebagai berikut
 1) Clearly Defined = Tekanan tergambar pada
kulit.
 2) Obviously Defined = Tekanan gigitan
tingkat satu (terdapat lekukan jelas pada
kulit).
 3) Quite Noticeable = tekanan penuh
kekerasan (terjadi luka).
 4) Lacerated = kulit ditekan dengan kasar
sehingga rusak dari tubuh.
Langkah pertama untuk evaluasi bite marks
adalah menentukan bitemarks class
characteristic terlebih dahulu :
1. Human
2. Animal
3. Species lain

Karakter kelompok: manusia, gigi atas atau


bawah, daerah asal dll
Karakter Individual : gigi rotasi, gigi
bukal/lingual version, dll
karakteristik fisik pola catatan gigitan adalah ;
(Bowers)
1. Lebar gigi ; jarak mesial-distal terlebar dari
suatu gigi.
2. Tebal gigi ; jarak dari labial ke lingual suatu
gigi.
3. Lebar rahang ; jarak pada rahang yang
sama dari satu sisi ke sisi lainnya (antartonjol)
Karakteristik gigi pada catatan
gigitan:
1. Gigi anterior adalah gigi yang umumnya tercatat
pada pola catatan gigitan
 Gigi anterior rahang atas: Incisivus sentral lebar,
incisivus lateral lebih sempit, kaninus berbentuk
konus.
 Gigi anterior rahang bawah: Lebar incisivus
sentral dan incisivus lateral hampir sama, kaninus
berbentuk konus.
2. Rahang atas lebih lebar dibandingkan rahang
bawah.
3. Jumlah gigi pada bekas gigitan biasanya
berjumlah 12 sebanyak jumlah gigi anterior
kedua rahang (6 anterior rahang atas dan 6
anterior rahang bawah
4. Adanya jarak kemungkinan disebabkan oleh:
 Pelaku tidak memiliki gigi.
 Gigi lebih pendek dari ukuran normal.
 Terdapat benda yang menghalangi gigitan.
 Obyek yang digigit bergerak.
Variabel dan analisis
bitemarks
Bitemarks adalah pola yang ditinggalkan oleh gigi yg
disebabkan oleh gigitan, dapat oleh karena gigitan
manusia, hewan, burung, ikan, serangga  harus
dibedakan

Variabel lain :
- Lama gigitan
- Volume jaringan yang tergigit
- Area gigitan
- Kekuatan gigitan oleh si penggigit efek
pada bitemarks
Area ditubuh memungkinkan bitemarks cepat
hilang ,spt : daerah pantat, dan bahu akan
kurang tampak dibandingkan dengan di
lengan, payudara, atau perut

- Usia
- Tipe kulit
- Status kesehatan pasien
- Ada lapisan kain/tidak
- Korban melawan/ tidak
Frekuensi dan distribusi :
prosedur yang dapat dilakukan untuk menjaga
dan melindungi informasi dental forensik yaitu
dengan melihat luka tersebut sebagai bitemark
yang potensial;
1. melakukan fotografi, kejelasan bitemarks
singkat baik pada orang yg hidup/mayat, foto
sangat membantu , kekurangannya karena dua
dimensi
2. membuat cetakan, hidrokoloid dan light-body
vinyl polysiloxane (VPS), Polieter , keakuratan
yang sangat baik, stabilitas jangka panjangnya
baik, good elastic recovery, dan resisten
terhadap basah.
3. eksisi serta mengawetkan bitemark tersebut.
Prosedur pencetakan
Pengawetan bitemarks
Learning task

1. Ceritakan sejarah dari bitemark


2. ceritakan dan diskusikan beberapa kasus
yang berkaitan dengan bitemarks yang
membantu terungkapnya kasus
pembunuhan ( 2 kasus )
3. Apa beda bitemarks dengan teeth marks ?
4. Sebutkan dan jelaskan prosedur identifikasi
dengan bitemarks
Kasus :
Seorang mahasiswi ditemukan tidak bernyawa
di kamar kostnya, pada tubuh korban
ditemukan memar bekas cekikan di leher
dan bite marks ditemukan pada daerah
payudara dan lengan korban, polisi dengan
bantuan drg forensik melakukan identifikasi
pada jenazah tersebut, sebagai seorang
dokter gigi forensik bantulah untuk
menemukan pelaku dari kejahatan tersebut ; l
Lakukanpercobaan dengan menggunakan
alat dan bahan yang sederhana ; steroform,
plastik bening, spidol, model gigi (masing-
masing sudah punya)

Selamat bekerja….. !

Anda mungkin juga menyukai