3. Sebutkan bahan-bahan tambahan pada resin komposit beserta nama materialnya (florina)
5. Apa akibat dari pengkerutan yang terjadi selama polimerisasi resin komposit? (gungangga)
Tekanan pengerutan yang terjadi selama polimerisasi merupakan suatu faktor yang mempengaruhi
perlekatan bahan komposit ke gigi. Sensi et al. (2004) menyatakan bahwa tekanan pengerutan resin
komposit selama polimerisasi akan menghasilkan kekuatan yang bersaing dengan kekuatan perlekatan,
sehingga dapat mengganggu perlekatan terhadap dinding kavitas
Untuk mengatasi masalah 9 Universitas Sumatera Utara pengerutan saat polimerisasi dan mengurangi
akibat buruk yang terjadi, diperlukan pemahaman yang baik mengenai pemilihan kasus yang tepat,
teknik preparasi, prinsip ikatan antara struktur gigi dengan bahan tumpat (bonding agent) serta teknik
aplikasi (Gwinnett 1994 cit. Siswandi et al 1999)
6. Apa kelebihan dan kekurangan dari macrofilled, microfilled dan hybrid komposit?(decoyo & sukma)
Kelebihan :
Kekurangan :
SUKMA
Microfilled
Komposit microfilled digunakan sebagai lapisan permukaan untuk restorasi anterior. Microfill cenderung
kurang penuh, memiliki ukuran partikel yang lebih kecil dan ketahanan fraktur yang kurang. Filler
anorganik dari kebanyakan sistem komposit microfilled adalah silika koloid dengan ukuran partikel
sekitar 0,04 μm. Komposit microfill umumnya sarat dengan bahan pengisi anorganik dengan berat sekitar
50% (Peyton, 2002). Sehingga apabila digunakan mengunyah dan menggigit mudah rapuh.
Keuntungan :
lebih estetis
lebih halus
lebih fleksible
digunakan untuk menggantikan konvensional komposit
7. Dibandingkan amalgam, apa kekurangan resin komposit yang digunakan pada tumpatan posterior?
(luhde)
Secara umum, resin kekurangan resin komposit bila digunakan sebagai restorasi gigi posterior yaitu
: mengalami pengerutan selama polimerisasi. Hal tersebut akan menyebabkan kebocoran mikro,
kegagalan pelekatan bahan adhesive, iritasi pulpa, karies sekunder, sensitive pasca restorasi an
kegagalan restorasi. Namun selain itu, salah satu contoh resin komposit yang digunakan pada tumpatan
posterior adalah Condensable (Packable) Composites. Condensable (Packable) Composite ini merupakan
Hybrid Resin Composite yang dirancang untuk tumpatan daerah posterior, dimana konsistensinya lebih
kaku sehingga memfasilitasi proses kondensasi menjadi bentuk kavitas pada gigi dengan cara yang sama
seperti penggunaan Lathe-cut Amalgams.
1. Bila dibandingkan dengan amalgam, penggunaan komposit ini memerlukan waktu yang cukup
banyak. Komposit ini tidak bisa mengisi kavitas secara vertical. Resin komposit packable memiliki
ukuran partikel filler yang berkisar antara 0,7-2 μm dan persentase komposisi atau muatan filler
nya berkisar antara 48-65 % volume. Komposisi filler yang tinggi dapat menyebabkan kekentalan
atau viskositas bahan menjadi meningkat sehingga sulit untuk mengisi celah kavitas yang kecil.
2. Tumpatan dengan menggunakan Condensable Composite dapat menyebabkan hasil yang
bervariasi apabila tidak memiliki keahlian yang mencukupi untuk melakukan tumpatan.
3. Material ini belum menunjukkan manfaat dari segi karakteristik selain teknik penumpatan
menjadi agak mirip dengan penggunaan amalgam.
SEGITIGA Δ DESEMBER 2015 Δ SGD KE-1
8. Sebutkan klasifikasi resin komposit berdasarkan karakteristik manipulasi dan indikasi penggunaan
masing-masing (meme-to)
• Klasifikasi Resin
Komposit Sejumlah sistem klasisifikasi telah digunakan untuk komposit berbasis resin. Klasifikasi
didasarkan pada rata-rata partikel bahan pengisi utama. Resin komposit berdasarkan ukuran partikel
bahan pengisi utama di antaranya1 :
• Komposit tradisional. /komposit makrofiller
Komposit tradisional adalah komposit yang di kembangkan selama tahun 1970-an dan sudah
mengalami sedikit modifikasi. Komposit ini disebut juga komposit kovensional atau komposit berbahan
pengisi makro, disebut demikian karena ukuran partikel pengisi relatif besar. Bahan pengisi yang sering
digunakan untuk bahan komposit ini adalah quartz giling. Dilihat dari foto micrograph bahan pengisi
quartz giling mengalami penyebaran yang luas dari ukuran partikel. Ukuran rata-rata komposit
tradisional adalah 8-12 µm, partikel sebesar 50µm mungkin ada1 Komposit ini lebih tahan terhadap
abrasi dibandingkan akrilik tanpa bahan pengisi. Namun, bahan ini memiliki permukaan yang kasar
sebagai akibat dari abrasi selektif pada matrik resin yang lebih lunak, yang mengelilingi partikel pengisi
yang lebih keras. Komposit yang menggunakan quartz sebagai bahan pengisi umumnya bersifat
radioulusen.
• Komposit mikrofiller
Komposit berbahan pengisi mikro Dalam mengatasi masalah kasarnya permukaan pada komposit
tradisional, dikembangkan suatu bahan yang menggunkan partikel silika koloidal sebagai bahan pengisi
anorganik. Partikelnya berukuran 0,04 µm; jadi partikel tersebut lebih kecil 200-300 kali di bandingkan
rata-rata partikel quartz pada komposit tradisional. Komposit ini memiliki permukaan yang halus
serupa dengan tambalan resin akrilik tanpa bahan pengisi. Dari segi estetis resin komposit mikro filler
lebih unggul, tetapi sangat mudah aus karena partikel silika koloidal cenderung menggumpal dengan
ukuran 0,04 sampai 0,4 µm. Selama pengadukan sebagian gumpalan pecah, manyebabkan bahan
pengisi terdorong. Menunjukan buruknya ikatan antara partikel pengisi dengan matriks sekitarnya.
Kekuatan konfresif dan kekuatan tensil menunjukkan nilai sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan
resin komposit konvensionl. Kelemahan dari bahan ini adalah ikatan antara partikel komposit dan
matriks yang dapat mengeras adalah lemah mempermudah pecahnya suatu restorasi.
• Komposit hibrit
Kategori bahan komposit ini dikembangkan dalam rangka memperoleh kehalusan permukaan yang
lebih baik dari pada partikel yang lebih kecil, sementara mempertahankan sifat partikel kecil tersebut.
Ukuran partikel kacanya kira-kira 0,6- 1,0 mm, berat bahan pengisi antara 75-80% berat. Sesuai
namanya ada 2 macam partikel bahan pengisi pada komposit hybrid. Sebagian besar hibrid yang paling
baru pasinya mengandung silica koloidal dan partikel kaca yang mengandung logam berat. Silica
koloidal jumlahnya 10-20% dari seluruh kandungan pasinya. Sifat fisik dan mekanis dari sitem ini
terletak diantara komposit konvensional dan komposit partikel kecil, bahan ini lebih baik dibandingkan
bahan pengisi pasimikro. Karena permukaannya halus dan kekuatannya baik, komposit ini banyak
digunakan untuk tambalan gigi depan, termasuk kelas IV. Walaupun sifat mekanis umumnya lebih
SEGITIGA Δ DESEMBER 2015 Δ SGD KE-1
rendah dari komposit partikel kecil, komposit hibrid ini juga sering digunakan untuk tambalan gigi
belakang.
9. Apa persamaan dan perbedaan antara chemically-activated dan light-cured activated dental resin?
(immee & gungtrisna)
Perbedaan :
Sediaan:
Self cure
o Two paste (base and catalyst) system
Pasta 1: initiator (benzoil peroxide)
Pasta 2: aktivator (tertiary amine)
o Powder-liquid systems
Powder (inorganic phase plus the initiator)
Liquid (BIG-GMA diluted with monomers)
Self cure melakukan pengerasan sendiri melalui bahan kimia yang terkandung di dalamnya,
sedangkan resin komposit light cure melakukan pengerasan dengan melalui penyinaran. Proses
pengerasan resin komposit light cure berlangsung lebih cepat daripada self cure
Pemuaian self cure terjadi pada saat pencampuran bahan sedangkan pada resin komposit light
cure terjadi pada saat proses penyinaran
Daya elastisitas self cure lebih kecil daripada light cure sehingga pemakaian light cure lebih
banyak digunakan untuk tambalan yang menerima tekanan pengunyahan
Self cure dengan bahan kimia tidak membutuhkan peralatan yang rumit, sedangkan pada
pemakaian light cure memerlukan peralatan yang rumit dan mahal
Light cure setting timenya dapat diatur oleh operator, self cure tidak
Light cure tidak memerlukan pengadukan, sehingga kemungkinan masuknya uara dapat
dikutangi, self cure melalui proses pengadukan
GUNGTRISNA
Kekurangan:
SEGITIGA Δ DESEMBER 2015 Δ SGD KE-1
waktu kerja pendek
Terbentuk oxygen-inhibited layer
jebakan udara karena adanya proses pengadukan
SETTING TIME
Pada chemically activated , setting time sekitar 3-5 menit dari awal pencampuran. Setelah 24 jam, masih tersisa
25%-45% yang belum terpolimerisasi
Pada light-cured composite, setting time tergantung pada intensitas sinar dan ketebalan resin komposit per
penyinaran. Polimerisasi mencapai 75% pada 10 menit setelah penyinaran dan setelah 24 jam, masih tersisa
25%-30% yang belum terpolimerisasi..