Anda di halaman 1dari 5

Gigi tiruan lengkap 

merupakan gigi tiruan yang dibuat untuk menggantikan semua gigi asli
beserta bagian jaringan gusi yang hilang. Pembuatan gigi tiruan lengkap memiliki beberapa
tujuan, yaitu untuk merehabilitasi seluruh gigi yang hilang serta jaringannya sehingga dapat
memperbaiki atau mengembalikan fungsi pengunyahan, bicara, estetis, dan psikis, serta
memperbaiki kelainan, gangguan, dan penyakit yang disebabkan oleh keadaan edentulous.

pada orang yang telah kehilangan gigi-geliginya, dimensi vertikal akan berkurang dan otot pipi
akan turun karena tidak adanya penyangga. Selama berfungsi, rahang bawah berusaha berkontak
dengan rahang atas, sehingga dengan tidak adanya gigi-gigi rahang atas dan rahang bawah akan
menyebabkan hilangnya posisi sentrik dan mandibula menjadi protrusif, yang dapat
menyebabkan malposisi temporomandibular joint.

Hilangnya gigi akan menyebabkan processus alveolaris gigi tersebut mengalami


penyusutan. Processus alveolaris yang telah mengalami penyusutan tersebut disebut residual
ridge. Penyusutan processus alveolaris umumnya berjalan 2-3 minggu setelah hilangnya gigi,
namun pada beberapa orang dapat berlangsung selama beberapa bulan.

Indikasi pembuatan gigi tiruan lengkap

 (1) adanya kehilangan seluruh gigi karena dicabut atau tanggal, atau masih mempunyai
beberapa gigi yang harus dicabut karena kerusakan gigi yang tidak mungkin diperbaiki, 
(2) keadaan  processus alveolaris masih baik,
(3) kondisi mulut pasien baik,
(4) keadaan umum pasien baik, dan 
(5) pasien bersedia dibuatkan gigi tiruan lengkap.
Pembuatan Gigi Tiruan Lengkap (GTL) akan mencegah pengerutan/atropi processus
alveolaris (residual ridge) dan berkurangnya vertikal dimensi yang disebabkan turunnya otot-
otot pipi karena tidak ada penyangga dan hilangnya oklusi sentrik. Tujuan pembuatan gigi tiruan
lengkap adalah untuk merehabilitasi seluruh gigi yang hilang sehingga dapat memperbaiki dan
mengembalikan fungsi bicara, pengunyahan, estetis dan psikis serta memperbaiki kelainan,
gangguan dan penyakit yang disebabkan oleh keadaan edentulous.

Pembuatan gigi tiruan lengkap diharapkan dapat menggantikan fungsi dari gigi asli yang
telah hilang dan jaringan gigi. Keberhasilan dari pembuatan gigi tiruan lengkap tergantung dari
retensi yang dapat menimbulkan efek psikologis dan dukungan dari jaringan sekitarnya sehingga
dapat dipertahankan keadaan jaringan yang normal. Hal ini mencakup (1) kondisi mulut
edentulous berupa: processus alveolaris, saliva, batas mukosa bergerak dan tidak bergerak,
kompresibilitas jaringan mukosa, bentuk dan gerakan otot-otot muka serta bentuk dan gerakan
lidah, (2) ukuran, warna, bentuk gigi dan gusi yang cocok, (3) penetapan/pengaturan gigi yang
benar, yaitu: posisi dan bentuk lengkung deretan gigi, posisi individual gigi, dan relasi gigi yang
terjadi dalam satu lengkung dan antara gigi-gigi rahang  atas dengan gigi-gigi rahang bawah, dan
sifat dan material yang hampir sama dengan kondisi mulut.

Jaringan yang tidak bergerak di dalam mulut akan dijadikan landasan bagi gigi tiruan
lengkap. Batas antara jaringan yang bergerak dan tidak bergerak disebut mucobuccal fold dan
fornik. Batas ini harus diteliti dengan seksama untuk mengetahui batas yang tepat dari gigi tiruan
lengkap yang akan dibuat.

Syarat gigi tiruan yang baik adalah (1) material tidak berbau, berasa, halus, bersih, dan
tidak mengiritasi, ukuran dan bentuk harus sesuai, serta mempunyai retensi dan stabilisasi waktu
dipakai dan berfungsi sehingga enak dipakai, (2) dapat berfungsi untuk mengunyah makanan,
mengucapkan kata dengan jelas, gerakan seperti tertawa, menguap, batuk, minum dan lain-lain,
(3) estetis dalam ukuran, bentuk, warna gigi dan gusi, (4) tidak menimbulkan gangguan atau
kelainan dan rasa sakit, dan juga (5) cukup kuat terhadap tekanan pengunyahan dan pengaruh zat
dalam makanan, minuman, cairan ludah dan obat.
Gigi tiruan lengkap yang baik harus memiliki retensi dan stabilitasasi yang baik. Retensi
adalah ketahanan dari suatu gigi tiruan terhadap daya lepas pada saat gigi tiruan tersebut dalam
keadaan diam. Stabilisasi adalah ketahanan suatu gigi tiruan terhadap daya lepas pada saat gigi
tiruan berfungsi (adanya tekanan fungsional). Menurut Soelarko dan Wahchijati (1980), retensi
didapat dari gravitasi, adhesi, tekanan atmosfer, dan surface tension, sedangkan faktor stabilisasi
GTL didapat dari pemasangan gigi-gigi pada processus alveolaris, tekanan yang merata,
balanced occlution, relief area, sliding, over jet dan over bite. Faktor retensi dan stabilisasi
adalah faktor yang penting dalam keberhasilan gigi tiruan lengkap.

kekuatan retentif mencegah pengungkitan gigi tiruan dari mukosa pendukung dan bekerja
melalui 3 permukaan gigi tiruan, yaitu:
1.  Permukaan oklusal (occlusal surface), yaitu bagian permukaan gigi tiruan yang berkontak atau
hampir berkontak dengan permukaan yang sesuai pada gigi tiruan lawan atau gigi asli.
2.  Permukaan poles (polishing surface), yaitu bagian permukaan gigi tiruan yang terbentang dari
tepi gigi tiruan ke permukaan oklusal, termasuk permukaan palatal. Bagian basis gigi tiruan
inilah yang biasanya dipoles, termasuk permukaan bukal dan lingual gigi-geligi, dan permukaan
ini berkontak dengan bibir, pipi, dan lidah.
3. Permukaan cetakan (finishing surface), yaitu bagian permukaaan gigi tiruan yang konturnya
ditentukan oleh cetakan.

Gigi tiruan dapat berfungsi secara efisien apabila memenuhi empat faktor. keempat
faktor itu adalah:
1.  Jaringan pendukung: adalah jaringan yang merupakan tempat gigi tiruan bertumpu, terdiri dari
jaringan yang menerima beban pengunyahan yang jatuh pada gigi tiruan.
2.    Retensi: adalah ketahan gigi tiruan untuk melawan upaya penglepasannya dari mulut.
3.   Seimbang dengan otot: berarti bahwa tekanan otot-otot lidah, bibir dan pipi, yang bekerja pada
gigi tiruan selama gerakan fungsional dengan gigi-gigi tidak dalam keadaan berkontak, tidak
menyebabkan terlepasnya gigi tiruan.
4.  Keseimbangan oklusi: diartikan apabila tekanan yang dikeluarkan oleh gigi tiruan yang satu
kepada gigi tiruan lawannya selama gerak fungsional dengan gigi-giginya dalam keadaan
berkontak tidak menyebabkan terlepasnya gigi tiruan tersebut.
Tekanan retentif yang berperan terhadap semua permukaan tersebut adalah tekanan otot
dan tekanan fisik. Faktor-faktor yang mempengaruhi retensi gigi tiruan lengkap, terutama pada
rahang atas, yaitu:

1.   Faktor fisis


a.   Peripheral seal
Efektifitas peripherial seal sangat mempengaruhi efek retensi dari tekanan atmosfer.
Posisi terbaik peripherial seal adalah disekeliling tepi gigi tiruan yaitu pada permukaan bukal
gigi tiruan atas, pada permukaan bukal gigi tiruan bawah. Peripherial seal bersambung dengan
postdam pada rahang atas menjadi sirkular seal. Sirkular seal ini berfungsi membendung agar
udara dari luar tidak dapat masuk ke dalam basis gigi tiruan (fitting surface) dan mukosa
sehingga tekanan atmosfer di dalamnya tetap terjaga. Apabila pada sirkular seal terdapat
kebocoran (seal tidak utuh/terputus) maka protesa akan mudah terlepas. Hal inilah yang harus
dihindari dan menjadi penyebab utama terjadi kegagalan dalam pembuatan protesa gigi tiruan
lengkap.

b.   Postdam
Postdam atau posterior palatal seal (khusus pada rahang atas), diletakkan tepat disebelah
anterior vibrating line dari palatum molle dekat fovea palatina.

2.  Adaptasi yang baik antara gigi tiruan dengan mukosa mulut. Ketepatan kontak antara basis gigi
tiruan dengan mukosa mulut tergantung pada efektivitas gaya-gaya fisik dari adhesi dan kohesi,
yang bersama-sama dikenal sebagai adhesi selektif.

3.  Perluasan basis gigi tiruan yang menempel pada mukosa (fitting surface). Retensi gigi tiruan
berbanding langsung dengan luas daerah yang ditutupi oleh basis gigi tiruan.

4. Residual ridge, karena tidak ada lagi gigi yang dapat dipakai sebagai pegangan terutama pada
rahang atas.
5.  Faktor kompresibilitas jaringan lunak dan tulang dibawahnya untuk menghindari rasa sakit dan
terlepasnya gigi tiruan saat berfungsi.

Daftar pustaka

Devlin H. 2002. Complete Dentures: A Clinical Manual for the General Dental Practicioner. Springer-
Verlag: Berlin.

Anda mungkin juga menyukai