Anda di halaman 1dari 10

Klasifikasi Bahan Cetak Bahan cetak diklasifikasikan berdasarkan komposisi, mekanisme setting, sifat

mekanis, dan penggunaannya. Pada penelitian ini akan dibahas klasifikasi berdasarkan sifat mekanisnya.
Berdasarkan sifat mekanisnya, bahan cetak diklasifikasikan menjadi 2 yaitu bahan cetak elastis dan
bahan cetak non elastis (Anusavice, 2013)

Bahan cetak dapat dikelompokkan menjadi reversibel dan irreversibel. Berdasarkan cara bahan tersebut
mengeras.

Istilah reversibel menunjukkan bahwa terjadi reaksi kimia selama proses setting time berlangsung.
Bahan tidak dapat diubah dan kembali ke keadaan semula pada klinik dokter gigi. Misalnya hidrokoloid
alginat, pasta cetak oksida seng eugenol (OSE), plaster of Paris, mengeras dengan reaksi kimia, sedang
bahan cetak elastomerik mengeras dengan polimerisasi.

Sebaliknya, reversibel berarti bahan tersebut melunak dengan pemanasan dan memadat dengan
pendinginan, tanpa terjadi perubahan kimia. Hidrokoloid reversibel dan kompoun cetak termasuk dalam
kategori ini (Anusavice, 2004)

Klasifikasi Bahan Cetak :

1) Bahan cetak elastis

Material lentur atau fleksibel, dapat kembali kebentuk semula setelah diregangkan, dan dapat mencetak
struktur keras maupun lunak dari rongga mulut secara akurat termasuk undercut dan celah
interproksimal. Contoh: agar, alginat, dan elastomer.

a. 1-4 3. Elastomer

Elastomer adalah bahan cetak yang fleksibel dan menyerupai karet setelah proses setting time
(pengerasan) berlangsung.

Komposisi : Kebanyakan bahan cetak ini adalah sistem dua komponen yang dikemas dalam bentuk
pasta. Kedua pasta yang yang berbeda warna dikeluarkan dalam panjang yang sama pada kertas
pengaduk dan diaduk sampai terbentuk warna homogen. Bahan ini tidak digunakan sebagai pembuatan
cetakan model studi, akan tetapi memiliki tingkat keakuaratan yang sangat tinggi. Bahan cetak
elastomer yang pertama kali yaitu polysulfides, kemudian diikuti dengan silikon kondensasi, polyether
dan silikon addisi.1,

Kekurangan :

Kelebihan :

b. Hydrokoloid

Bahan cetak elastis kemudian di klasifikasikan menjadi 2 yaitu bahan cetak hidrokoloid irreversible dan
hidrokoloid reversible.

Hidrokoloid terdiri atas 2, yaitu a. Hidrokoloid reversibel (agar)

 Hidrokolid reversibel (agar)


adalah polimer karbohidrat. Agar merupakan bahan yang sama yang digunakan dalam bidang
mikrobiologi sebagai media pembiakan. Hidrokolid reversibel bekerja dengan baik pada lingkungan yang
basah (Gladwyn & Bagby, 2004). Fase cair agar berada pada suhu 71o Cdan 100o C dan menjadi gel
kembali pada suhu antara 30o C dan 50o C.

komposisi :

Komposisi bahan cetak agar


     Agar merupakan salah satu jenis koloid hidrofilik organik yang diekstrak dari rumput
laut jenis tertentu. Terdapat dalam kosentrasi 8% - 15%, bergantung pada sifat bahan yang
dimaksud. Kandungan utamanya adalah air (>80%). Untuk memperkuat gel, biasanya
biasanya ditambah sedikit boraks. Namun sayangnya boraks merupakan salah satu jenis
retarder terbaik untuk pengerasan gypsum (Combe, 1992).
     Kandungan air yang berlebihan dalam agar juga dapat memperlambat pengerasan
gypsum. Oleh karena itu, menyeimbangkan pengaruh air dan boraks pada gel, ditambah
sedikit kalium sulfat.Kalium sulfat merupakan zat pemercepat kekerasan gypsum. Beberapa
bahan pengisi juga diberikan, seperti tanah diatoma,tanah liat, silica, malam, karet dan
serbuk kaku serupa (Anusavice, 2003)

kelebihan :

kekurangan :

 Hidrokolid ireversibel (alginat)

Hidrokolid ireversibel (alginat) adalah bahan cetak elastis.

Komposisi : Komponen aktif utama dari bahan cetak hidrokoloid irreversible adalah salah satu alginat
yang larut air, seperti natrium, kalium atau alginat trietanolamin.

Bila alginat larut air dicampur dengan air, bahan tersebut dapat membentuk sol. Sol sangat kental
meskipun 9 dalam konsentrasi rendah, alginat yang dapat larut membentuk sol dengan cepat bila bubuk
alginat dan air dicampur dengan kuat. Berat melekul dari campuran alginat amat bervariasi, bergantung
pada buatan pabrik. Semakin besar berat molekul, semakin kental sol yang terjadi (Anusavice, 2003)

 Alginat

Alginat adalah bahan cetak elastis jenis hidrokoloid irreversible, yang mudah dimanipulalsi, harga relatif
murah, dan nyaman untuk pasien (Nandini dkk, 2008).

Keuntungan Alginat:

Alginat merupakan bahan cetak yang paling banyak digunakan dalam praktek kedokteran gigi karena (1)
alginat mudah dicampur dan dimanipulasi; (2) peralatan yang digunakan sederhana dan 10 mudah
didapat; (3) hasil cetakan elastis; (4) hasil cetakan cukup akurat; (5) harga relatif murah.

Kekurangan utama dari alginat adalah


alginat memiliki kekuatan sobek yang lemah sehingga alginat mudah disobek, dan alginat tidak dapat
mencetak lebih detail dibandingkan agar atau elastomer. Alginat tersedia dalam sediaan bubuk dan
dikemas dalam wadah kedap udara dengan tujuan meminimalkan kontaminasi udara lembab.
Kontaminasi udara yang lembab akan memperpendek waktu simpan alginat (Powers, 2008).

Komposisi Alginat :

Komposisi alginat
Komposisi bahan cetak alginate yaitu larutan garam asam alginik yang bereaksi dengan
kalsium menghasilkan gel kalsium alginate, garam kalsium alginate yang lambat larut
(trisodium phospat) melepas kalsium untuk bereaksi dengan alginate, bahan pengisi untuk
meningkatkan kohesi campuran memperkuat gel, siliko flourida atau flourida untuk
memperbaiki permukaan model stone, bahan pewangi agar bahan lebih disenangi pasien,
indicator kimia agar warna dapat berubah dengan berubahnya pH (Novertasari, 2010).
  Sodium alginat 18%
  Sodium fosfat 2%
  Potas sulfat 10%
  Filler 56%
  Sodium siliko fosfat 4%
  Kalsium sulfat D 14% (Anusavice, 2003).

2.1.2.2 Bahan Cetak Elastis

1. Reversible Hydrocolloids (agar)

Komposisi : Komponen dasar bahan cetak hidrokoloid adalah agar. Agar adalah koloid hidrofilik organik
(polisakarida) yang diekstrak dari rumput laut jenis tertentu. Kandungan utama berdasarkan berat
adalah air (>80%).

Proses manipulasi terdiri atas tiga tahap yaitu persiapan bahan, conditioning atau pendinginan, dan
membuat cetakan. Reversible Hydrocolloid merupakan salah satu bahan cetak terakurat. Bahan cetak ini
sebagian besar telah diganti dengan bahan cetak berbahan dasar karet, namun bahan ini masih
digunakan untuk mencetak seluruh bagian dari gigi dan mulut tanpa undercut yang dalam, dan juga
dapat digunakan untuk mencetak bagian gigi dan mulut berdasarkan kuadran tanpa undercut yang
dalam. Reversible Hydrocolloid juga sering digunakan untuk mendapatkan hasil cetakan model pada
pembuatan gigi tiruan sebagaian cekat oleh karena bahan ini memiliki tingkat keakuratan yang tinggi.

Kekurangan :

Kelebihan :

1,2 2. Irreversible Hydrocolloids (alginat)

Alginat adalah bahan cetak yang berasal dari ekstrak rumput laut tertentu yang berwarna coklat (algae).
Substansi alami ini kemudian diidentifikasi sebagai suatu bentuk polimer linier dengan berbagai
kelompok asam karboksil dan atau yang disebut juga dengan asam alginik. Manipulasi bahan ini sangat
mudah dan tanpa menggunakan alat khusus yaitu dengan cara mengaduk bahan cetak alginat dengan
p/w ratio sesuai dengan petunjuk pabrik. Alginat merupakan bahan cetak yang penggunaanya paling
luas dalam kedokteran gigi klinis. Bahan ini biasa dipakai sebagai cetakan pendahuluan untuk membuat
studi model (model diagnostik) pada perawatan konservasi, prostodonti dan orthodonti.

Kekurangan dan kelebihan bahan cetak elastic Hidrokoloid Reversibel

Keuntungan Kerugian
1. Memiliki keakuratan 1. Biaya awal mahal
dimensional 2. Material harus dipersiapkan
2. Hidrofilik – hindari dengan baik
kelembapan, darah, cairan 3. Mudah sobek
3. Tidak mahal setelah 4. Dimensi tidak stabil
initialequipment -Harus segera dilakukan
4. Tidak memerlukan costum pengecoran
tray -Hanya dapat dilakukan
5. Pleasant flavor untuk single cast
6. Tidak memerlukan mixing 5. Sulit dilakukan desinfeksi
(Anusavice , 2003) (Anusavice , 2003)

2. Bahan cetak non elastis

Material tidak lentur atau tidak fleksibel, hasil cetakan akan fraktur atau pecah saat di regangkan, sering
digunakan untuk membuat konstruksi gigi tiruan penuh karena ideal untuk mencetak rahang tidak
bergigi atau jaringan lunak karena memiliki konsistensi baik. Contoh: pasta ZOE dan bahan cetak
berbasis semen.

Reversible : Compound dan malam

1. Impression Compound

Impression compound adalah bahan cetak yang terdiri dari campuran malam, resin termoplastik, bahan
pengisi dan bahan pewarna. Ada dua bentuk dasar bahan cetak compound yaitu bentuk kue dan bentuk
stick (batang). Bahan ini digunakan pada suhu dalam keadaan panas (45о C) dan kemudian akan kembali
keras pada suhu pendinginan sesuai dengan temperatur rongga mulut (37о C). Indikasi utama
penggunaannya adalah untuk mencetak linggir tanpa gigi. Aplikasi umum lain dari bahan cetak
compound adalah untuk membentuk tepi (border molding) sendok cetak perseorangan dari akrilik
selama mencoba sendok cetak.1,2 Proses pelunakan kompoun adalah hal yang harus diperhatikan,
prinsipnya bahan ini harus dengan mudah mengalir untuk menyesuaikan dengan jaringan sehingga
setiap detail dalam mulut terpindahkan secara akurat.

Komposisi :

 Umumnya, kompoun terdiri dari campuran malam, resin termoplastik, bahan pengisi, dan
bahan pewarna. Satu dari substansi pertama yang dipergunakan untuk bahan cetak adalah
malam lebah (beeswax). Karena malam tersebut rapuh, substansi seperti shellac, asam
stearik, dan guta perca ditambahkan untuk meningkatkan plastisitas dan  kemampuan
kerja. Bila substansi-substansi tersebut digunakan dengan cara ini, substansi dianggap
sebagai bahan pembuat plastis (plasticizers). Resin sintetik meningkat penggunaannya, biasanya
dikaitkan dengan resin alami (Anusavice, 2003).

Keuntungan Kerugian
1. Bahan cetak dapat digunakan 1. Sulit mendapatkan rekaman secara
kembali (pada pasien yang sama) detail karena high viskositas
pada kasus yang terjadi kesalahan 2. Menekan jaringan
2. Ketidakakuratan dapat diperbaiki (mucocompression)
kembali tanpa bahan cetak yang baru 3. Berubah karena kecilnya stabilitas
3. Akurasi dapat ditingkatkan dimensi
dengan menyala bahan permukaan 4. Sulit dikeluarkan dari mulut bila ada
4. Bahan ini cukup baik untuk beberapa daerah undercut
mendukung cetakan 5. Kemungkinan bisa terjadi
itu sendiri terutama di bagian tepi overextension terutama didaerah
(peripheral), yang tidak akanmudah peripheral
patah meski tanpa didukung oleh
sendok cetak.

2. Impression Wax (malam)

Bahan cetak wax biasa digunakan untuk menghasilkan cetakan yang memerlukan tekanan
(mucocompressive) dalam pembuatan gigitiruan. Bahan ini juga dapat digunakan untuk memperbaiki
kesalahan cetakan yang disebabkan karena ukuran sendok cetak yang terlalu kecil sehingga wax dapat
ditambahkan pada bagian ujung sendok cetak yang disesuaikan dengan rahang pasien.

Komposisi :

Kekurangan :

Keuntungan :
Irreversible :

3. Impression Plaster Impression plaster atau yang lebih dikenal dengan gips cetak

Merupakan bahan cetak yang berbahan dasar dari gipsum. Gipsum adalah mineral yang ditambang dari
berbagai belahan dunia. Gipsum juga merupakan produk samping dari beberapa proses kimia. Secara
kimiawi gipsum yang dihasilkan untuk tujuan kedokteran gigi adalah kalsium sulfat dihidrat (CaSO4.
2H2O) murni.

Kekurangan : Sekarang bahan cetak gips jarang digunakan sebagai bahan cetak sejak bahan elastomer
telah tersedia, karena gips cetak bersifat rigid dan lebih mudah patah. Dalam kedokteran gigi bahan ini
digunakan untuk membuat model studi dari rongga mulut serta struktur maksilo-fasial dan sebagai
piranti penting untuk pekerjaan laboratorium kedokteran gigi sebagai pembuatan protesa gigi. Gips ini
harus disimpan dalam kantung kedap udara karena akan menyerap air dari udara dan akan
mempengaruhi waktu pengerasan.1,2

Kelebihan :

Komposisi :

Komposisi
Calcium sulfate hemihydrat  merupakan konstitusi utama dari gypsum yang digunakan di
kedokteran gigi
1)        Refactory, merupakan material yang tahan temperatur tinggi tanpa dekomposi, contoh :
silica.
2)        Binder, merupakan material yang akan mengikat dengan substansi refactory
       contoh: gypsum, fosfat, silikat. Binder  yang umum digunakan adalah kalsium
sulfathemihidrat (untuk campuran emas), natrium silikat, etil silikat, amonium sulfat,
natrium fosfat.
3)        Bahan kimia lain. Bahan kimia lain yang juga terdapat pada gypsum antara lain: sodium
klorida, boric acid, potassium sulfat (Noviani, Dkk. 2011).

Kelebihan Kekurangan
Ekonomis Mudah terjadi porus
Konsistensi kaku saat mencampur Mudah keras
Menghasilkan cetakan yang lebih rigid Kurang akurat
Kompatibel dengan bahan cetak
Memiliki stabilitas dimensional yang
baik
Sifat mekanis baik

4. Zinc Oxide Eugenol (ZOE)


Bahan cetak zinc oxide eugenol merupakan bahan cetak berbentuk pasta. Bahan ini dikemas dalam 2
bentuk pasta yang berbeda pada masing-masing tube yaitu base (basis) dan aselerator.

Komposisi :

   Komposisi
      Biasanya ZnOE disediakan dalam bentuk bubuk dan cairan, meskipun komponennya mungkin saja
dicampurkan dalam benuk pasta oleh pabrik agar mudah digunakan. Powder dari semen ZnOE
yang paling baik dibenuk melalui proses penguraian dari zinc hydroxide,zinc carbonate dan
beberapa garam/ senyawa zinc dengan proses pemanasan kira-kira 300o C (570o F) (Brannstrom,
1976).
                Powdernya dicampurkan dengan inert oil atau minyak biji kapas untuk membuatnya menjadi
pasta dengan cara menggabungkannya dengan bahan pengisiinert,seperti diatomeus earth atau
talc (Brannstrom, 1976).
 Menurut Combe EC,komposisi dari semen ZnOE terdiri dari:
a)              Serbuk,berupa:
1)                  Zinc oxide
2)                  Magnesium oxide dijumpai dalam jumlah kecil, bahan ini bereaksi                dengan eugenol
dengan cara yang sama seperi zinc oxide.
3)                  Zinc acetate (garam lainnya) dalam jumlah sampai dengan 1% digunakansebagai    
akselerator unuk setting reaksi.

b)             Liquid
1)        Eugenol, merupakan konstitusi utama minyak cengkeh.
2)                 Olive oil,sampai 15%.
3)                 Kadang-kadang asam asetat yang bertindak sebagai akselerator

Pada base mengandung zinc oxide dan minyak mineral sedangkan pada tube aselerator mengandung
eugenol dan rosin. Manipulasi dilakukan dengan mengaduk kedua pasta tersebut dengan proporsi yang
sama pada masing-masing tube. Bahan cetak zinc oxide eugenol terutama digunakan sebagai bahan
cetak untuk gigitiruan pada lingir edentulous dengan undercut kecil atau tanpa undercut.

Keuntungan : Bahan ini memiliki keuntungan yaitu mampu mengisi pada bagian yang akurat dari hasil
cetakan jaringan lunak oleh karena sifat daya alirnya yang rendah.

Kekurangan :

Keuntungan Zinc Oxide Eugenol Kekurangan Zinc Oxide Eugenol


1.     1.  Stabilitas dimensi Bagus 1.    1.   Bahan ini tidak elastic hingga tidak
2.      2. permukaan akurat dan detail dapat mencatat daerah undercut
3.      3. mempunyai working time yang cukup 2.   2.  Hanya set cepat di bagian tipis
4.      4. dapat merekam jaringan mulut tanpa
3.   3. Eugenol alergi pada beberapa pasien
kerusakan
5.      5. Mucostatic

- Masalah yang sering dijumpai pada bahan cetak elastomer

Namun sewaktu prosedur pengambilan cetakan dilakukan, darah dan saliva akan dijumpai pada hasil
cetakan yang tentunya terdapat berbagai mikroorganisma patogen dari rongga mulut. Dokter gigi dan
asisten, serta laboran beresiko untuk mengalami transmisi mikroorganisma patogen tersebut yang
seterusnya mengakibatkan berbagai penyakit infeksi. 4,5 Oleh karena itu, amatlah penting untuk
mencuci dan membersihkan darah dan saliva dari hasil cetakan serta menggunakan larutan desinfektan
sebelum dilakukan pengisian gips di laboratorium dental.

2,6 Bahan cetak jenis elastomer juga bisa terkontaminasi mikroorganisma yang berada di rongga mulut.
Poulos dan Antonoff (1997) menyatakan polyvinyl siloxane adalah bahan yang paling resisten terhadap
retensi mikroorganisma diikuti polisulfat. Namun jumlah mikroorganisma yang ada akan terus berkurang
melalui proses perendaman dalam larutan desinfektan. Bahan cetak yang lain yaitu bahan cetak
reversibel dan irreversible hidrokoloid yang mana kedua bahan ini bersifat hidrofilik merupakan bahan
cetak yang terdapat banyak bakteri setelah proses pencetakan.3,

Terjadinya infeksi akibat kontaminasi dalam pekerjaan kedokteraan gigi banyak meliputi infeksi
stafilokokus , human immunodeficiency disease (HIV), recurrent herpes simplex, dan Hepatitis A, B, C
(Bond et al 1983). Sewaktu proses pencetakan daerah edentulus yang retentif dan bagian subgingival,
biasanya terdapat bercak darah pada hasil cetakan dan mencuci dengan air tidak akan menjamin
cetakan tersebut bersih dari infeksi bakteri. (Look et al, 1990; Rios et al, 1996). 2,

Masalah bahan alginate

- Muncul porus pada permukaan cetakan


 Desinfeksi Cetakan Alginat

Hasil cetakan yang akan dikirim ke laboratorium dental harus didesinfeksi guna menghindari infeksi
silang yang mungkin terjadi dari pasien ke petugas laboratorium. Menurut American Dental Association
(ADA) Guidelines cara untuk desinfeksi hasil cetakan adalah dengan mencuci hasil cetakan dengan air
lalu merendamnya dalam larutan desinfektan (Cangara, 2015). Selain dengan perendaman, desinfeksi
juga dapat dilakukan dengan penyemprotan. Teknik perendaman lebih sering dilakukan oleh dokter gigi
karena dengan merendam, seluruh permukaan hasil cetakan akan terdesinfeksi, namun kekurangannya
adalah meningkatkan resiko perubahan dimensi hasil cetakan alginat. Prosedur desinfeksi menurut
Centers for Disease Control and Prevention adalah dengan membilas menggunakan air lalu
menyemprotkan bahan desinfektan seperti sodium hipoklorit, iodophor, atau phenol sintetis pada
bagian yang terekspose. Hasil 18 cetakan kemudian dibungkus dengan kertas tisu dan ditempatkan
dalam kantung plastik tertutup selama 10 menit. Setelah 10 menit keluarkan hasil cetakan dari kantung
plastik, bilas dengan air, lalu keringkan sisa air yang menempel. Langkah akhir adalah dengan mengecor
hasil cetakan dengan gipsum. Selain dengan penyemprotan, desinfeksi juga dapat dilakukan dengan
merendam hasil cetakan, namun waktu perendaman harus diperhatikan, perendaman tidak boleh lebih
dari 10 menit karena akan meningkatkan sifat imbibisi dari alginat (Anusavice, 2013).

2)Kebutuhan akan disinfeksi hasil cetakan telah berkembang luas. Operator secara terus-
meneruS terkena mikroorganisme yang dapat menyebabkan infeksi seperti pilek, pneumonia,
tuberkulosis, herpes dan hepatitis. Terutama sejak munculnya AIDS (Acquired Immune Deficiency
Syndrom), kesadaran akan adanya jalur infeksi silang ini dapat muncul dari pasien ke dokter gigi,
perawat dan teknisi laboratorium. Mikroorganisme yang terdapat di rongga mulut dapat berpindah ke
dokter, personil laboratorium dan pasien lainnya melalui cetakan atau model.1,5 Kebanyakan
laboratorium teknik gigi tidak akan menerima hasil cetakan kecuali ada garansi dari dokter gigi bahwa
hasil cetakan itu telah dilakukan desinfeksi. Hal ini menghadapkan dokter gigi pada suatu problem yang
serius dimana pengambilan cetakan yang akurat menjadi problem yang sulit. Seluruh perhatian dan
perlakuan yang diberikan pada pengambilan cetakan untuk mendapatkan cetakan dengan kualitas yang
Universitas Sumatera Utara baik dapat hancur total bila terjadi distorsi hasil cetakan selama dilakukan
prosedur desinfeksi. Hal ini tergantung pada dokter gigi untuk memilih bahan cetak yang paling sesuai
dan prosedur desinfeksi yang berhubungan dengan bahan yang diinginkan.5 Bahan desinfektan yang
paling sering digunakan dikedokteran gigi dan yang beredar di pasaran ada beberapa macam yaitu
sodium hipoklorida, iodophor, phenylphenol, dan glutaraldehyde. Untuk desinfeksi bahan cetak alginat,
O’Brien J (2002), menyarankan untuk melakukan perendaman di dalam larutan sodium hipoklorit atau
iodophor. 2 Banyak laporan mengatakan bahwa penyimpanan cetakan alginat dalam kantung tertutup
selama dua jam setelah dilakukan semprotan desinfektan larutan 1% sodium hipoklorit atau larutan 2%
glutaraldehyde tidak menyebabkan perubahan keakurasian cetakan.

Disinfeksi elastomer

Menurut spesifikasi dari Disease Control Centre, desinfektan kimia seperti larutan klorin, formaldehid,
glutaraldehid, fenol dan iodofor mempunyai potensi untuk menghapuskan virus hepatitis, herpes dan
AIDS dalam waktu 10 hingga 30 menit (Matyas et al, 1990) 8 Proses perendaman dan spray desinfektan
telah diuji dan dibuktikan keefektifannya sesuai tujuan. Proses yang paling berkesan adalah
merendamkan hasil cetakan dalam larutan desinfektan untuk memastikan zat-zat desinfektan ini
menyerap ke seluruh permukaan hasil cetakan dan sendok cetak (ADA, 1977; Durr et al, 1987; Johnson
et al, 1998; Langerwalter et al, 1990; Merchant et al,1985) 3,8 Telah banyak dilakukan penelitian untuk
mengkaji bagaimana bahan desinfektan dan metode desinfeksi dapat berpengaruh terhadap bahan
cetak, namun terdapat berbagai perbedaan pendapat dan kontroversi. 3 Iodine terkenal sebagai larutan
desinfektan yang bersifat germisidal yang amat kuat dan mampu membunuh bakteri broad-spectrum.
Namun kelemahannya yang tidak dapat larut dalam air, menyebabkan iodine dicampur dengan alkohol
untuk membentuk larutan desinfektan yang kuat.

Campuran larutan yang terhasil tetap mempunyai efek yang kuat terhadap bakteri gram negatif,
Mikobakterium tuberkulosis, spora, jamur dan sebagian besar virus yang menjadikannya pilihan
desinfektan dokter gigi. 4 Beberapa penelitian menunjukkan perendaman dalam larutan desinfektan
secara klinis tidak memberi efek kepada polieter, namun dalam penelitian lain ditemukan perendaman
desinfektan akan mengubah stabilitas dimensi. Ini terjadi karena bahan cetak akan meresorpsi cairan
dari larutan tersebut. Toh dkk menemukan adanya perubahan stabilitas dimensi pada polyvinyl siloxane
setelah direndam dalam larutan iodophor atau glutaraldehid selama 30 menit, tetapi Merchant dkk
menemukan tiada perubahan melalui penelitiannya.3,9 Thouaty dkk (1996) menemukan bahwa
perendaman dalam larutan sodium hipoklorit menyebabkan bahan cetak elastomer berubah dimensi
menjadi lebih ekspansi di bandingkan dengan grup kontrol yang tidak direndam dalam larutan tersebut.
10 Dario Melilli dkk merendamkan bahan cetak elastomer polieter dan silikon ke dalam larutan
desinfektan amonium dan glutaraldehid. Ia mendapatkan hasil tiada perubahan yang signifikan ke atas
dimensi kedua-dua bahan cetak ini. 10,11 Pada tahun 1997, Lepe dan Johnson menemukan perendaman
bahan cetak polieter atau silikon di dalam larutan 2% glutaraldehid selama 18 jam pada malam hari
memberikan efek kepada dimensi oklusal gingival, begitu juga dimensi mesiodistal pada bahan cetak
silikon. Mereka membuat kesimpulan bahwa perendaman desinfektan pada malam hari adalah sesuai
pada gigi tiruan sebagian lepasan tetapi tidak dianjurkan untuk implan, mahkota dan gigi tiruan cekat.3

Tomislav Ivanis dkk membuat penelitian efek larutan desinfektan alkohol dan klorheksidin pada
elastomer. Mereka menemukan perubahan dimensi yang paling kecil berlaku pada bahan cetak
elastomer jenis silikon dengan reaksi penambahan. Bahan polieter menunjukkan perubahan yang paling
besar disebabkan sifatnya hidrofilik. 2 Pada tahun 2006, Panza dkk membandingkan bahan cetak
alginate dengan elastomer yang direndam dalam larutan sodium hipoklorit dan glutaraldehid. Ternyata
alginate menunjukkan lebih banyak perubahan dimensi dibanding bahan cetak elastomer. 8

Tipe gypsum

• Tipe I (Impression Plaster)

• Gipsum tipe I digunakan untuk mencetak pasien yang telah kehilangan gigi, hal ini disebabkan
sifatnya yang tidak elastis dan mudah patah. Apabila gipsum tipe ini digunakan untuk mencetak
pada pasien yang memiliki gigi, maka undercut gigi tidak dapat tercetak dengan baik. Gipsum
tipe ini memiliki karakteristik waktu pengerasan (setting time) yang pendek, ekspansi yang kecil
sekitar 0,13%, w/p ratio yang tinggi dan kekuatan kompresi yang rendah.11 2.

• Tipe II (Laboratory or Model Plaster) Pada dasarnya gipsum tipe II merupakan plaster of Paris,
gipsum ini digunakan sebagai model studi dan sebagai bahan pengikat model kerja ke
artikulator. Gipsum tipe II memiliki karakteristik w/p ratio yang rendah, ekspansi yang lebih
tinggi dibandingkan gipsum tipe I, setting time yang pendek dan kekuatan kompresi yang lebih
tinggi daripada gipsum tipe I.1 3.

• ipe III (Dental Stone) Dental stone umumnya digunakan sebagai bahan pembuatan model kerja.
Gipsum tipe III memiliki karakteristik lebih keras dan lebih kuat dibandingkan gipsum tipe II
sehingga lebih tahan lama. Dental stone memiliki w/p ratio yang lebih rendah dibandingkan
gipsum tipe II, ekspansi sebesar 0,15-0,2% dan kekuatan kompresi sebesar 20,7–34,5 MPa.2,13
4.

• Tipe IV (Dental Stone, High Strength) Gipsum tipe IV atau biasa disebut dengan die stone
digunakan untuk media pembuatan dai. Gipsum ini memiliki ketahanan terhadap abrasi yang
cukup baik untuk menghindari perubahan bentuk gipsum saat mengukir wax, w/p ratio yang
rendah dan kekuatannya dua kali lipat dari gipsum tipe III.2 5. Tipe V (High-Strength, High
Expansion Dental Stone) Gipsum tipe V memiliki kekuatan kompresi dan ekspansi yang lebih
tinggi dibandingkan gipsum tipe IV, hal ini diperoleh dari pengurangan perbandingan air

Anda mungkin juga menyukai