PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam pembuatan gigi tiruan diperlukan bahan cetak yang berfungsi untuk
mendapatakan cetakan dari gigi dan jaringan di sekitarnya. Bahan cetak dibagi menjadi
kelompok non elastik dan elastik. Bahan cetak elastik ini terdiri atas jenis hidrokoloid dan
elastomer. Salah satu bahan cetak hidrokoloid yang sampai saat ini masih banyak
dipergunakan adalah alginat. Dari beberapa sifat alginat yang menguntungkan adalah sifat
elastiknya yang baik ( Hidayat, 2014 ).
Pada akhir abad yang lalu, seorang ahli kimia dari skotlandia memperhatikan bahwa
rumput laut tertentu yang berwarna coklat (algae) bisa menghasilkan suatu ekstrak lendir
yang aneh dinamakan algin ( Anusavice, 2002 ).
Alginat merupakan bahan yang sangat populer belakangan ini sebab mudah
pencampurannya dan relatif lebih murah dibandingkan dengan bahan cetak elastomer.
Meskipun merupakan bahan cetak yang tetap popular dan masih banyak dokter gigi yang
menggunakan bahan cetak ini, namun masih ada masalah yang berhubungan dengan stabilitas
dimensi dan hasil cetakan yang kurang detail sehingga pemakaiannya terbatas hanya sebagai
bahan cetak awal ( Hidayat, 2014 ).
Ketika bahan cetak agar menjadi langka pada perang dunia II (jepang adalah sumber
agar utama),
ireversibel, atau bahan cetak alginat. Pengunaan umum bahan hidrokolid ireversibel ini jauh
melampaui pengunaan bahan cetak yang ada. Untuk mengatasi kekurangan dari sifat alginat
tersebut, maka dalam beberapa tahun belakangan ini, sejumlah perusahaan telah berusaha
untuk memperbaiki sifat alginat dengan meningkatkan kualitas bahan cetak alginat menjadi
lebih baik dan berusaha memiliki keakrutan dimensi yang hampir sama jika dibandingkan
dengan bahan elastomer ( Anusavice, 2002 )
Bahan cetak alginat terbuat dari rumput laut, juga mengandung sodium alginat, kasiun
sulfat dan bahan penhambat. Bahan cetak biasanya digunakan pada pencetakan pendahuluan.
Bahan koloid ini akan membentuk gel saat pencampuran air dan bubuk akan membentuk
suatu konsisten yang padat dan masa yang elastik sehingga memiliki kemampuan untuk
menghasilkan cetakan negatif dari gigi dan jaringan sekitarnya didalam mulut (Hidayat,
2014)
Bila suatu bahan cetak tidak stabil secara dimensional akan tinbul masalah mulai
waktu pengisian model sampai pada saat cetakan negatif dihasilkan alginat yang kestabilan
dimensinya rendah harus di isi secepat mungkin, untuk mencegah terjadinya perubahan fisik
seperti penyusutan atau pengembangan (pemuaian) bahan cetak (Hidayat, 2014)
Bahan alginat dikemas dalam kantung tertutup secara individual dengan berat bubuk
yang sudah ditukar untuk membuat suatu cetakan, atau dalam jumlah besar di kaleng. Bubuk
yang dibungkus per kantung lebih disukai karena mengurangi kemungkinan kontaminasi
selama penyimpanan ( Anusavice, 2002) oleh sebab itu ingin memiliki pengaruh
penyimpanan alginat pada tabung kedap udara dan alginat pada kemasan baru.
1.2 Rumusan Masalah
Apa ada pengaruh penyimpanan alginat pada tabung kedap udara dan alginat pada
kemasan baru terhadap setting time ?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penyimpanan alginat pada
tabung kedap udara dan alginat pada kemasan baru terhadap setting time ?
1.4 Manfaat Penuliasan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi khususnya ilmu pada
bidang kedokteran gigi tentang pengaruh penyimpanan alginat pada tabung kedap udara dan
alginat pada kemasan baru terhadap setting time ?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Bahan Cetak
Bahan cetak merupakan salah satu bahan yang sering digunakan pada praktek
kedokteran gigi. Bahan cetak dibagi menjadi non-elastik dan elastik berdasarkan sifat
mekanisnya. Untuk menghasilkan cetakan yang akurat, bahan yang digunakan untuk
membuat gigi tiruan dari jaringan intraoral dan extraoral harus memenuhi kriteria sebagai
berikut. Pertama, bahan tersebut harus cukup air untuk beradaptasi dengan jaringan mulut
serta cukup kental untuk tetap berada dalam sendok cetak yang menghantar bahan cetak ke
mulut. Kedua, selama di mulut bahan tersebut harus berubah (mengeras) menjadi bahan
dapat menyerupai karet dalam waktu tertentu, idealnya waktu pengerasan total harus kurang
dari 7 menit. Akhirnya cetakan yang mengeras harus tidak berubah atau robek ketika
dikeluarkan dari mulut, dan dimensi bahan harus tetap stabil sehingga bahan cor dapat
dituang (Anusavice, 2002).
2.1.1 Klasifikasi bahan cetak dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Bahan Cetak Tidak Elastis
1. kompoun bahan cetak
Kompoun, juga disebut modeling plastic, dilunakan dengan pemanasan,
dimasukan kedalam sendok cetak, serta ditekan pada jaringan sebelum jaringan
mengeras.
2. Pasta cetak oksida
Jenis bahan ini telah diaplikasikan untuk berbagai kegunaan dalam kedokteran
gigi, termasuk sebagai bahan cetak untuk lengkung rahang tanpa gigi, bahan dresing,
pasta pencatat gigitan, bahan tambal sementara, pengisi saluran akar, bahan
sementasi, dan sebagai bahan relining sementara untuk gigitiruan.
3. Pasta non eugenal
Satu kekurangan utama dari pasta oksida sengb eugenol adalah pasta ini
menyebabkan sensasi terbakar atau tersengat yang disebabkan oleh eugenol ketika
berkontak dengan jaringan lunak ( Hidayat, 2011).
b. Bahan Cetak Elastis
1. Agar (hidrokoloid reversivel)
Hidrokoloid reversible adalah bahan cetak yang paling akurat. Bahan ini memiliki riw
ayat keberhasilan yang cukup panjang untuk pembuatan gigi tiruan tunggal dan gigi tiruan
cekat sebagian karena akurasinya yang tinggi. Komponen dasar bahancetak hidrokoloid
adalah agar, tetapi ini adalah bahan komponen utama berdasarkan berat.
4
dengan kalsium sulfat membentuk kalsium alginate. Waktu setting alginate tergantung pada
tipenya, untuk tipe regular set 2-4,5 dan fast set 1-2 menit (Anusavice, 2003).
Material cetak elastomer yang banyak digunakan adalah jenis silikon adisi sediaan
material cetak ini terdiri dari 2 pasta (pasta dasar dan pasta katalis) dengan viskositas yang
bervariasi yaitu putty, heavy, medium,dan light. Pasta dasar mengadung polivinil siloksan
silano, dan bahan pengisi sedangkan pasta katalis mengandung polivinil siloksan, katalis
logam mulia (H2PtCL6), bahan pengisi. Reaksi setting silikon adisi dengan katalis logam
mulia akan membentuk polimer silikon yang berikatan silang tanpa hasilsamping. Tersedia 3
sistem untuk mencampur pasta dasar dan katalis material cetak jenis elastomer yaitu : hand
mixing, static automaxing, dan dynamick mechanical mixing (Anusavice, 2003).
2.4 Klasifikasi Bahan Cetak Alginat
Bahan cetak dapat dikelompokkan sebagai reversibel atau ireversibel, berdasarkan
pada cara bahan tersebut mengeras. Istilah ireversibel menunjukkan bahwa reaksi kimia telah
terjadi di bahan; jadi, bahan tidak dapat diubah kembali ke keadaan semula pada klinik dokter
gigi. Misalnya, hidrokoloid alginat, pasta cetak oksida seng eugenol (OSE), dan plaster of
paris mengeras dengan reaksi kimia, sedang bahan cetak elastomerik mengeras dengan
polimerisasi. Sebaliknya, reversibel berarti bahan tersebut melunak dengan pemanasan dan
memadat dengan pendinginan, tampa terjadi perubahan kimia. Hidrokoloid reversibel dan
kompon cetak termasuk dalam kategori ini. Kompon cetak adalah campuran resin dan malam
serta diklasifikasikan sebagai substansi terrmoplastik (Anusavice, 2002 : 94)
2.5. Sifat-Sifat Bahan Cetak Alginat
1. Ambibisi yaitu apabila hasil cetakan direndam dalam air menyebabkan
terjadinya penyerapan air.
2. Sinersis yaitu apabila hasil cetakan dibiarkan di udara terbuka, air dalam
alginat akan menguap. Keadaan ini dapat menyebabkan hasil cetakan
mengkerut (anusavice, 2003).
2.6. Syarat-Syarat Bahan Cetakan Alginat
Sebelum mencetak perlu diketahui bentuk cetakan yang baik dan syarat-syarat suatu
cetakan yang bai. Cetakan yang harus meliputih:
a. Batas-batas cetakan (landmark)
Rahang atas :
1. Posterior meliputih fosa palatina dan lebih posterior dari garis vibrasi
2. Lateral : meliputih pterygo-maxillary notch (Utari, 2002)
b. rahang bawah
1.
posterior : meliptih retromolar pad.
2.
Lateral : sampai external obligue ridge, hingga sampai frenulum bucalis.
3.
Lingual : seluruh ridge sampai dasar mulut,bila jaringan dalam keadaan
relax (utari, 2002).
2.7 Manipulasi Bahan Cetak Alginat
Bahan cetak alginat mudah digunakan. Bahan ini bersifat hidrokoloid sehingga
permukaan jarinagn yang lembut bukanlah kendala. Umumnya alginat digunakan sebagai
cetakan awal untuk membuat sendok cetak perseorangan untuk mendapatkan cetakan kedua
yang lebih akurat atau untuk membuat model studi yang membantu dalam pembuatan
rencana perawatan dan diskusi dengan pasien. Tidak seperti banyak bahan cetak yang lainya,
alginat tidak mempunyai kisaran kekentalan yang jauh berbeda ( anusavice, 2002 ).
Karena hanya satu campuran alginat yang dibuat, bahan yang telah diaduk diletakan
pada bahan cetak. Klinis boleh mengambil bahan dengan jari bersarung tangan dan
mengoleskan bahan tersebut kedalam ceruk dan fisura sentral serta kedalam fisura permukaan
oklusal. Teknik ini menggurangi kemungkinan terjebaknya gelembung udara bila sendok
cetak dimasukan kedalam mulut. Karena bahan tersebut bersih dan mengeras dengan cepat,
bahan cetak ini mudah ditolerir oleh pasien. Pabrik pembuatan memberi aroma pada bahan
tersebut sehinga bahan cetak terasa seperti permen karet atau cinamon. Produk lain dirancang
agar berubahn warna begitu terbentuk gel, menunjukan akhir pengadukan waktu memasukan
bahan ke sendok cetak dan waktu pelepasan cetakan ( Anusavice, 2002 ).
(gel)
(manappalil, 2010).
Waktu gelasi diukur dari mulai pengadukan sampai terjadinya gelasi, harus menyediakan
cukup waktu bagi dokter gigiuntuk mengaduk bahan, mengisi sendok cetak, dan
meletakkanya didalam mulut pasien. Sekali gelasi terjadi, bahan cetak tidak boleh digangu
karena fibril yang sedang terbentuk akan terjadi distorsi (anusavice, 2012).
Metode praktis untuk menentukan waktu gelasi bagi praktis gigi adalah dengan
mengamati waktu dari mulai pengadukan sampai bahan tersebut tidak lagi kasar atau lengket
bila disentuh dengan ujung jari yang bersih, kering dan bersarung tangan. Secara umum
waktu gelasi optimal adalah antara 3 dan 4 menit pada temperatur ruangan (20 oC)
(Anusavice, 2012).
Menurut percepatanya proses gelaasinya alginate dibedakan menjadi dua jenis yakni:
1. Quick setting alginate, mengeras dalam satu menit dan digunakan untuk mencetak rahang
anak-anak atau penderita yang mudah mual.
2. Regular setting alginate, mengerras dalam tiga menit dan dipakai untuk pemakaian rutin
(Gunadi H A, 2002).
9
Alginat memiliki kandungan 85% air dan cenderung untuk mengalami distorsi yang
diakibatkan oleh ekspansi yang berhubungan dengan imbibisi (penyerapan kelembaban) atau
penyusutan karena kehilangan kelembapan (Suryajaya, 2011).
Trisodium fosfat bereaksi dengan kalsium fosfat untuk menghasilkan kalsium fosfat,
mencegah kalsium fosfat bereaksi dengan sodium alginat untuk membentuk sebuah gel.
Paling kurang satu dimensi jaringan bersifat colloidal (0.5 pm), sehingga bahan ini
dinamakan sebagai alginat hydrocolloid. Reaksi diperantarai oleh solubilitas kalsium alginat
yang rendah dibandingkan dengan sodium alginat. Material tersebut seringkali dimasukkan
sebagai bentuk hydrocolloid irreversible karena ketika pasta berada pada fase gel, maka
proses tidak dapat dikembalikan lagi seperti yang dapat dilakukan pada bahan agar reversible
hydrocolloid (Suryajaya, 2011).
2.10 Lama Penyimpanan
Bahan cetak alginat dikemas dalam kantung tertutup atau dikemas di kaleng apabila
dalam jumlah besar. Temperatur penyimpanan alginat dan kontaminasi penyimpanan
kelembapan udara adalah dua faktor utama yang mempengaruhi lama penyimpanan bahan
cetak alginat. Bahan yang sudah disimpan selama satu bulan pada 65oc tidak dapat digunakan
dalam perawatan gigi, karena bahan tersebut tidak dapat mengeras sama sekali atau mengeras
terlalu cepat. Bahkan pada temperatur 54oc ada bukti kerusakan. Karena aginat mengalami
depolarisasi. Simpan persediaan alginat pada lingkungan yang dingin dan kering ( Anusavice,
2002 ).
Oleh sebab itu bubuk yang dibungkus perkantong lebih disukai karena menggurangi
kemungkinan kontaminasi selama penyimpanan. Apabila menginginkan kemasan bubuk
alginat dalam kaleng, tutupnya harus dipasang kembali dengan kencang begitu selesai
digunakan sehingga minimalkan kontaminasi kelembapan yang mungking terjadi. Sebagai
10
tambahan perbandingan air dengan bubuk yang tepat bisa dijamin, karena pada setiap
kemasan dilengkapi pula dengan takaran plastik untuk mengukur banyaknya air dan bubuk
(Anusavice, 2012).
2.11 waktu setting dan pencampuran
Bahan cetak alginat bersifat hidrofilik, sehingga permukaan jaringan yang lembab
bukan merupakan sebuah masalah. Secara umum, alginat digunakan sebagai sebuah cetakan
pre-eliminasi primer untuk membentuk sebuah custom tray untuk sebuah cetakan kedua yang
lebih akurat atau membuat sebuah model studi untuk membantu perencanaan perawatan dan
diskusi dengan pasien. Tidak sama dengan bahan cetak lainnya, hidrokoloid alginat tidak
tersedia dalam berbagai viskositas yang berbeda (Suryajaya, 2011 ).
Proporsi bubuk dan air sebelum pencampuran pencampuran sangat penting untuk
mendapatkan hasil yang konsisten. Perubahan pada rasio air/bubuk akan merubah konsistensi
dan waktu setting bahan yang dicampurkan, kekuatan, kualitas cetakan. Waktu pencampuran
untuk alginat regular adalah 1 menit waktu harus diperkirakan secara hati-hati karena
masalah undermixing dan overmixing sangat berpengaruh buruk pada kekuatan bahan cetak
yang telah setting. Alginat fast-set harus dicampurkan dengan air selama 45 detik. Bubuk dan
air paling bagus dicampurkan di dalam sebuah rubber bowl dengan sebuah spatula alginat
atau sebuah tipe spatula yang digunakan untuk mencampur plaster dan stone (Suryajaya,
2011).
Langka pertama manipulasi adalah sejumlah campuran air dan bubuk yang memadai.
Bubuk yang telah ditakar dimasukan kedalam air takaran yang telah dituang ke dalam sebuah
ruber bowl yang bersih. Bubuk di campurkan ke dalam air secara hati-hati, lalu
mencampurkan bubuk dan air dengan sebuah spatula logam atau plastik yang cukup fleksibel
untuk beradaptasi dengan baik terhadap dinding ruber bowl. Air ditambahkan pertama kali
untuk membasahi rubber bowl dan untuk memastikan pembasahan partikel bubuk secara
sempuma. Jika bubuk ditempatkan pertama kali pada rubber bowl, penetrasi air ke bagian
11
dasar rubber bowl dihambat dan waktu pencampuran yang lebih lama mungkin dibutuhkan
untuk mendapatkan sebuah campuran homogen. Sebuah cara pengadukan delapan arah
merupakan yang paling bagus, dengan campuran yang ditekan berlawanan dengan dinding
rubber bowl dengan rotasi intermitten (180) dari spatula untuk menekan gelembung udara ke
luar. Seluruh bubuk harus terlarut. Waktu pencampuran sangat penting; 45 detik sampai
dengan 1 menit secara umum memadai, bergantung pada merk dan tipe alginat (fast atau
normal) (Suryajaya, 2011).
2.12. Waktu Kerja
Alginat tipe fast-set memiliki waktu kerja selama 1.25 sampai dengan 2 menit, dimana
waktu setting reguler bahan cetak alginat biasanya 3 menit, tetapi dapat juga sebagai 4.5
menit dengan waktu pencapuran 45 detik. Untuk tipe fast-set, waktu kerja yang tersisa selama
30 sampai dengan 75 detik sebelum cetakan ditempatkan pada posisi mencetak. Untuk bahan
regular-set,waktu pencampuran selama 60 detik menyisakan 2 sampai dengan 3.5 menit
untuk bahan mengalami setting pada waktu 3.5 sampai dengan 5 menit. Praktis kedokteran
gigi harus benar-benar memperhitungkan mengenai working- time sebuah bahan cetak
alginat, sehingga dapat melakukan manipulasi bahan dengan baik, dan menghasilkan cetakan
dengan kualitas yang bagus (Suryajaya, 2011).
2.13 waktu setting
Waktu setting adalah jumlah yang diperlukan untuk alginat untuk menjadi masa
elastis sebelum terjadinya cetakan dari mulut. ADA (American Dental Asossiation)
spesifikasi tipe 1 / set cepat memiliki waktu kerja satu menit dan pengaturan dari 1-2 menit.
ADA (American Dental Asossiation) spesifikasi tipe II / normal set memiliki waktu kerja 1-2
menit dan waktu pengaturran 2-4 menit. Suhu air dapat mengubah waktu kerja dan
pengaturan idealnya, suhu air harus 730F atau dekat dengan suhu kamar mungkin peningkatan
suhu air atau bubuk mengurangi kerja dan waktu pengaturan, sementara penurunan suhu air
atau bubuk meningkatkan kerja dan waktu pengaturan. Disarangkan bahwa botol dispensingg
12
diisi dengan air dan diaadakan pada suhu kamar untuk memberikan konsistensi produk. Tidak
tepat rasio air / powder juga dapat mempengaruhi pengaturan waktu.
Waktu setting berkisar mulai dari 1 sampai dengan 5 menit. Permanjangan waktu
setting lebih baik dilakukan dengan menurunkan suhu air yang digunakan untuk mencampur
dibandingkan
menguranggi kekuatan dan ketepatan alginat. Pemilihan sebuah alginat dengan waktu setting
harus menjadi bahhan pertimbangan dibandingkan merubah rasio air/bubuk (Suryajaya,
2011).
Reaksi settting merupakan sebuah reaksi kimia tipikal dan kisarannya dapat
diperkirakan menjadi dua kali lipat dengan peningkatan suhu sebesar 10 C. Namun
demikian, penggunaan air yang lebih rendah dari suhu 18 C atau lebih tinggi dari suhu 24 C
tidak disarankan untuk digunakan (Suryajaya, 2011).
Pengunaan madium pelarut dibawah atau di atas suhu yang disarangkan tersebut
mungking menyebabkan kerusakan partikel bahan cetak alginat yang berdampak pada
kualitas hasil adukan bahan cetak alginat. Masalah tersebut juga dapat menjadi hal yang patut
diperhitungkan dalam memilih suhu air yang akan digunakan dalam melakukan pengadukan
bahan cetak alginat (Suryajaya, 2011).
Pengaruh suhu ruangan kemungkinan dapat mempenggaruhi working time dan setting
time bahan cetak alginat (Suryajaya, 2011).
2.14 Kekuatan
Kekuatan gel maximal diperlukan untuk mencegah fraktur dan menjamin bahwa
cetakan cukup elastis ketika dikeluarkan dari dalam mulut. Semua faktor manipulasi
yangdikendalikan oleh klinis dapat mempengaruhi kekuatan gel. Sebagai contoh bila air yang
digunakan untuk pengadukan terlalu banyak atau terlalu sedikit, gel akhir yang diperoleh
akan lemah, dan akan membuatnya menjadi kurang elastis. Untuk itu harus digunakan
perbandingan air dengan bubuk yang tepat, seperti yang disebutkan oleh pabrik pembuatan.
Pengadukan yang tidak sempurna menybabkan campuran teratur tidak sempurna sehingga
13
reaksi kimia berlansung secara tidak seragam didalam massa adukan. Pengadukan yang
terlalu lama dapat memutuskan anyaman gel kalsium alginat dan mengurangi kekuatanya
(Anusavice, 2002).
2.15 Keakrutan
Sebagian besar cetakan alginat tidak mampu memproduksi detail yang halus dapat
diperoleh dengan cetakan elastomerik lainya.. upaya untuk meningkatkan konsentrasi alginat
untuk membuat bahan tersebut lebih akurat tidak mampu meningkatkan stabilitas dimensi
bahan. Kekasaran permukaan cetakan dapat menyebabkan distorsi pada tepi gigi yang
dipreparasi (Anusavice, 2002).
2.16. Stabilitas Dimensi
Gel terpanjang perubahan dimensi oleh proses sinersis, penguapan dan imbibisi.
Segera setelah cetakan dikeluarkan dalam mulut, dan terkena udara pada temperatur ruangan,
pengerutan yang berhubungan dengan sinersis dan penguapan akan terrjadi. Sebaliknya, billa
cetakan direndam dalam air, pengembangan akan terjadi akibat ambibisi. Perubahan panas
juga mnyebabkan perubahan dimensi (Anusavice, 2002).
Pada bahan cetak hydrocolloids, perubahan dimensi dapat terjadi selama proses
gelation berlangsung dengan adanya stres yang dibrikan atau timbulpada bahan cetak
Sewaktu pengambilan cetakan. Perubahan dimensi yang terjadi pada bahan cetak yang
dipergunakan itu sendiri ( Hidayat, 2014 ).
BAB III
KERANGKA KONSEP
3.1 KERANGKA KONSEP
ALGINAT
KEMASAN BARU
14
1. PERBANDINGAN
BUBUK DAN AIR
2. CARA PENGADUKAN
3. SUHU AIR
1. PERBANDINGAN
BUBUK DAN AIR
2. CARA
PENGADUKAN
3. SUHU AIR
3.1.2
Hipotesa
Penyimpanan alginat pada kedap udara mempengaruhi setting time lebih cepat,
sedangkan pada kemasan baru setting timenya normal.
15
BAB IV
METODE PENELITIANdg
4.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah experimental laboratorium, yaitu Pengaruh
penyimpanan alginat pada tabung kedap udara dan alginat pada kemasan baru terhadap
setting time?
4.2. Lokasi Dan Waktu Penelitian
Penelitian sampel dilakukan di laboratorium Teknik Gigi Institut Ilmu Kesehatan
Bhakti Wiyata Kediri (IIK) pada tanggal........
4.3. Sampel Penelitian
4.3.1 jumlah sampel
Jumlah sampel minimal pada penelitian ini dihitung mengunakan rumus dari (Steel
Dan Torrie, 1995).
N = (Za+Z)22 D
2
16
keterangan :
n
Za
batas atas nilai konversi pada tabel distribusi normal untuk batas
batas bawah nilai konversi pada tabel distribusi normal atas bawah
2 D/ 2
tingkat signifikan
kemaknaan (0,85).
:
:
17
digunakan karena mudah dimanipulasi, peralatan yang digunakan sedikit fleksibilitas cetakan
keakuratan dari hasil cetakan alginat apabila ditangani dengan tepat, dan harganya murah.
4.8 Alat Dan Bahan
Alat dan bahan yang dilakukan dalam penelitian ini antara lain :
a. Alat Penelitian
1. Mangkuk karet atau bowel
2. Spatula
3. Cetakan bentuk cincin dari paralon
4. Stopwatch
5. Batang akrilik dan lempeng kaca
6. Kamera
18
b. Bahan Penelitian
1. Bubuk alginat (tropicalgin)
2. Air
4.9 Cara Kerja
4.9.1 Persiapan Sampel Alginat Pada Tabung Kedap Udara.
1. Cetakan bentuk cincin dari paralon yang diletakan di atas lempeng kaca
2. Air suhu kamar diukur sebanyak 19 ml (satu tanda batas gelas ukur sesuai
petunjuk pabrik ).
3. Bubuk alginat yang digunakan adalah alginat kedap udara yang ditimbang
sebanyak 9 gram (satu sendok takar sesuai aturan pabrik).
4. Air dengan suhu kamar yang telah diukur, dituang ke dalam mangkok karet,
selanjutnya ditambahkan bubuk alginat yang telah ditimbang.
5. Campuran air dan bubuk alginat diaduk menguankan spatula dengan gerakan
angka 8, membentuk putaran intermiten. Pengadukan dilakukan sambil
menekan adonan alginat pada dinding mankok karet sampai halus dan
homogen selama 45 detik. Dapat dapat air dan bubuk alginat yang diaduk
dengan mengunakan spatula dengan cara menekan spatula pada dinding
mangkok karet dengan cepat dan memutar perlahan mangkok karet dengan
arah berlawanan, hingga adonan menjadi halus.
6. Adonan alginat yang telah homogen dimasukan kedalam cetakan bentuk
cincin dari paralon hingga berlebihan. Adonan alginat diratakan mengunakan
spatula.
7. Ujung alat uji waktu setting disentuhkan pada permukaan adonan alginat,
kemudian tarik dengan cepat. Ujung alat uji terrsebut dibersihkan dengan
usapan kertas tissue. Tahapan tersebut diulang dengan interval 5 detik, hingga
tidak tampak bekas tekanan dari alat uji.
8. Waktu setting di hitung mulai dari awal pencampuran bubuk alginat dan air,
hingga tidak tampak bekas tekanan dari ujung alat uji pada adonan aginat.
9. Tahap pekerjaan di ulang mengunakan alginat kedap udara.
10. Hasil alginat dibedakan dengan variasi alginat waktu setting.
19
mengunakan stopwatch dalam satuan detik. Dalam keadaan normal alginat dengan tipe
normal set memiliki, setting time 1-2 menit.
Yang di
simpang
dalam kedap
udara
Kemasan baru
Pengadukan
alginat
perrbandinga
n bubuk dan
air sesuai
petunjuk
pabrik
Pengadukan
alginat
perbandingan
bubuk dan air
sesuai
petunjuk
pabrik
Dicetak
dalam pipa
paralon
bentuk cincin
dengan
ukuran 2 cm
21
Dicetak
dalam
paralon
dengan
bentuk cincin
dengan
Di uji
kecepatan
setting time
yang
mengunakan
batang akrilik
Di uji
kecepatan
setting time
dengan
mengunakan
batang akrilik
Pengumpulan
data
Analisa data
Hasil
Sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
Jum
Kemasan Baru
Kedap Udara
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
lah
Keterangan
1.
2.
3.
4.
Terdapat dua kelompok sampel yaitu alginat dengan kemasan baru dan kedap udara.
Setiap sampel dihitung waktu settingnya.
Waktu setting dimasukan ke dalam tabel.
Jika sampel menunjukan waktu setting time mendekati normal maka setting time
normal Normal-Set). Jika sampel menunjukan waktu setting time lebih cepat dari
22
setting time normal maka settingnya cepat (fast--set). Jika sampel menunjukan waktu
setting time lebih lama dari setting time normal maka settingya lamanya (low--set).
DAFTAR PUSTAKA
Siswomihardjo widowati. Perubahan dimensi cetakan alginat setelah direndam dalam air sirih
25%. Journal of indonesian dental association; 1994 ; 43 (1) : 69 71.
Rovani Peter, Mailao Elizabeth, Darmautama M. Pengaruh teknik pencampuran bahan cetak
alginat terhadap stabilitas dimensi liniear model stone dari hasil cetakan. Dentofasial ; 2012 ;
11 (3) : 142 8.
Anusavice J kenneth, juwono lilian. Buku ajar ilmu bahan kedokteran gigi 10 nd ed. Jakarta :
EGC ; 2002. PP. 93-110.
Jeddy. Pengaruh empat macam perlakuan pada bahan cetak alginat terhadap perubahan
dimensi. Dental jurnal ; 6 (1) : 1-5.
Sastrodihardjo Sumadhi. Perubahan dimensi hasil cetakan alginat berbentuk balok.
Dentofasial ; 2008 ; 7 (1) : 63 9.
Anusavice K.J. 2012. Philips Science of Dental Material. 12th ed. W. B Saunders, st. Louis
Missouri.
Manappalil, JJ. 2010. Basic Dental Materials2nd ed. Jaypee Brothers Medical Pub. Ltd., India.
Utari Dan Handajani. Syarat syarat suatu cetakan alginat yang baik. 2002, 28 29.
23
Anusavice, K.J. 2003 philips science Dental Materials eleventh edition. W . B. Saunders. St.
Louis Missouri.
OBrien W.J Dental materials and their selection 3 rd. Ed. Chicago : Quintessence ; 2002.p. 96
- 9.
LiJW, Dong S, Song J, Li CB, Chen XL, xie BB, et al Purification and characterization of a
bifuctional alginate lyase from pseudoalteromonas sp.
Deng KL, Zhong HB, Tian T , Gou YB LiQ, Dong LR. Drug release behavior of PH/
temperature sencotove calcium alginate / poly (N -acryloyglycine) bead with core sheled
structure. eXPRESS polymer Letters 2010 [internet] ; 4 (12) : 773.
Available at : www.expresspolvmentt.com. Accessed March, 15,2011.
Nandini , K. Venkatesh KV. Nair KC. Alginate impression : a practical perspective. J
conservative Dent 2008 ; 11 (1) : 37.
McCormick Ed. Alginate lifecasters gold. Arc casting J 2001 : 1-5.
A . Gunadi, Haryanto 1991 . Buku Ajar Ilmu Geligi Tiruan Sebagian lepasan Jilid I.
Jakarta , EGC, ( Halaman 63 ).
24
25