Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

“”

Disusun untuk memenuhi mata kuliah Ilmu Material Kedokteran Gigi


Dosen Pembimbing : Prof. Dr Elly Munadziroh drg., MS

Nama Anggota Kelompok 6 :

1. Kurnia Dwi Wulan 021911133051


2. Rizentya Salsabila 021911133052
3. Sesaria Junita M.R.S 021911133053
4. Adinda Putri S 021911133054
5. Ardyta Lintang 021911133061
6. Niken Luthfiyya A 021911133062
7. Luthfiah Wardatul J 021911133063
8. Nur Imamatul U 021911133064
9. Irayumastuti P 021911133065

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA


Tahun Pelajaran 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas Rahmat dan
RidhoNya semata, sehinggga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah dengan judul
Ketahanan Nasional sebagai Geostrategi Indonesia sesuai target serta waktu yang ditentukan,
terima kasih kami sampaikan kepada drg. Bambang Sumaryono, M.Kes. yang telah mendukung
dan membantu kami hingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik.

Semoga makalah ini bermanfaat, baik bagi kami dan bagi pembaca, serta semoga Tuhan
Yang Maha Esa senantiasa memberikan bimbingan dan kekuatan kepada kita untuk selalu
melakukan perubahan untuk menjadi lebih baik.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah yang kami buat terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat dibutuhkan untuk
penyempurna makalah ini kedepannya.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gigi tiruan sebagian lepasan atau yang lebih dikenal dengan (GTSL) merupakan gigi tiruan
yang dapat menggantikan satu atau beberapa gigi yang hilang pada rahang atas maupun rahang
bawah, pembuatan GTSL juga dapat dilakukan buka pasang oleh pasien. Gigi tiruan lapsan
sebagian merupakan bagian dalam prosthodonsia yang menggantikan satu atau beberapa gigi yang
hilang dengan gigi tiruan yang didukung oleh gigi mukosa atau kombinasi gigi mukosa yang dapat
dilepas dan dipasang oleh pasien (Theresia, M, 2019). Tujuan dari pembuatan gigi tiruan sebagian
lepasan untuk memperbaiki fungsi mastikasi, memulihkan fungsi estetik, meningkatkan fungsi
fonetik, serta mempertahankan jaringan mulut yang masih ada agar tetap sehat, selain itu fungsi
dari pembuatan gigi tiruan sebagian ini dapat mengembalikan fungsi estetik, fungsi bicara, dan
lain-lain.
Dalam pembuatan GTSL atau gigi tiruan sebagian lepasan, harus diperhatikan pula bahan-
bahan yang akan dilakukan sebelum melanjutkan ke tahap pemasangan gigi tiruan sebagian
lepasan. Pemilihan bahan tersebut ini harus menggunakan shade guide untuk menyesuaikan
dengan kondisi pasien. Penggunaan shade guide dengan diterangi cahaya alamiah (matahari) akan
memberikan efek yang lebih baik dan natural dibandingkan dengan apabila menggunakan cahaya
lampu. Selain itu warna, bentuk dan ukuran gigi harus disesuaikan dengan keadaan yang ada dalam
mulut pasien (Roulina Pebriati, dkk, 2017). Adapun bahan bahan yang diperlukan dalam
pembuatan GTSL antara lain, bahan cetak, gypsum, wax atau malam, akrilik, counturing.
Sedangkan, untuk tahapan pembuatan GTSL adalah pencetakan rahang, desain geligi tiruan,
perencanaan dimensi vertical dan oklusi sentries, memilih gigi, penyusunan gigi, dengan bahan-
bahan yang telah diperlukan, counturingm paking, processing, desflaksing, pemasangan kembali
dan pengasahan selektif , penyelesaian gigi tiruan, dan yang terakhir adalah pemolesan gigi.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa pengertian dari gigi tiruan sebagian lepasan atau GTSL ?
1.2.2 Apa saja bahan yang diperlukan dalam pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan ?
1.2.3 Bagaimana tahapan dalam pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan atau GTSL ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian gigi tiruan sebagian lepasan
1.3.2 Untuk mengetahui bahan apa saja yang diperlukan dalam gigi tiruan sebagian lepasan
1.3.3 Untuk mengetahui tahapan dalam pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan
BAB II
PEMBAHASAN
3.1 BAHAN CETAK ELASTIS
Material cetak adalah material yang digunakan untuk membuat duplikasi atau replika yang akurat
dari jaringan keras dan jaringan lunak rongga mulut serta hubungan antar keduannya. Area
pencetakan dapat meliputi gigi, gingiva, tulang alveolaris, residual ridge, palatum durum, dan
palatum molle, frenullum serta mukosa bergerak dan tak bergerak.

Material cetak elastis merupakan material cetak yang fleksibel dan mampu menghasilkan replika
jaringan mulut secara akurat, baik jaringan keras maupun lunak termasuk undercutdan juga ruang
interproksimal

Material cetak elastik yang baik harus mempunyai sifat

1. Bau dan rasa dapat diterima oleh penderita


2. Tidak beracun atau mengiritasi jaringan rongga mulut
3. Shelf life baik
4. Harga ekonomis
5. Mudah digunakan dengan peralatan yang sesuai
6. Sifat material setelah setting sesuai dengan kebutuhan di klinik
7. Tekstur dan konsistensi dapat diterima
8. Dapat membasahi jaringan rongga mulut
9. Sifat elastis, artinya tidak berubah secara permanen setelah dilakukan penekanan atau
melewati daerah undercut pada proses mengeluarkan sendok cetak dari rongga mulut
10. Kekuatan baik sehingga tidak mudah robek pada saat keluar dari rongga mulut
11. Kestabilan dimensi baik
12. Kompatibel dengan material yang digunakan sebagai model/ die
13. Akurat
14. Dapat dilakukan desinfeksi
15. Tidak melepaskan gas selama proses setting
Material cetak elastis dibagi menjadi dua macam yaitu material cetak hidrokoloid dan elastomer
A. Material Cetak Hidrokoloid

Material cetak hidrokoloid dapat dikelompokan sebagai hidrokoloid reversible dan


irreversible. Hidrokoloid reversible berarti material tersebut melunak dengan pemanasan dan
memadat dengan pendinginan tanpa terjadi perubahan kimia. Reaksi setting dapat terjadi secara
reversible artinya material cetak dapat diubah kembali seperti keadaan semula artinya proses
perubahan fasenya dari sol menjadi gel dan gel dapat menjadi sol kembali. Gel berubah menjadi
sol ketika dipanaskan pada suhu liquefaction (70-100˚c). Sol akan berubah menjadi gel lagi
ketika suhu didinginkan yaitu temperature gelasi. Yang termasuk hidrokoloid reversible adalah
agar. Hidrokoloid reversible (agar) termasuk bahan cetak yang paling akurat karena daya alir
yang baik sehingga mudah mencetak kontur jar keras dan lunak dan bersifat hidrofilik. Biasanya
digunakan pada proses pembuatan gigi tiruan tetap

Agar

Agar, dengan air menjadi colloid, bentuk cair 71-100˚C dan bentuk gel 30-35˚C, bervariasi
tergantung konsentrasi agar

Manipulasi:

1. Material tersedia dalam wadah tertutup rapat → mencegah penguapan air

Pencairan dilakukan dengan memanaskan tube dalam air mendidih ≥ 10 menit (70-100˚C)

2. Aduk dalam tube, di dinginkan 45˚C → keluar dari tube masuk sendok cetak

3. Setelah insersi → mendingin → jadi bentuk gel (37-50˚C)

4. Pembentukan gel agak lambat, dapat dipercepat dengan:

-semprot air dingin ke sendok cetak

-pakai sendok cetak dengan saluran air pendingin


Hidrokoloid irreversible artinya material cetak yang tidak dapat diubah kembali seperti
keadaan semula karena fibril dibentuk dari reaksi kimia. Material yang termasuk dalam
hidrokoloid reversible adalah alginat.

Alginat berasal dari ekstrak rumput laut coklat yaitu anhydro-P-d-mannuronic acid atau alginic
acid

Material ini sering digunakan karena cara manipulasi yang mudah, nyaman untuk pasien dan
relatif murah

Sifat:

1. hasil cetakan sangat detail

2. sebelum setting → tidak boleh digoyang

3. karena sifat elastisnya → dapat cetak undercut

4. kurang stabil dalam penyimpanan karena penguapan

5. kompatibel dengan plaster/dental stone

6. tidak toksik dan tidak iritasi, rasa dan bau dapat

diterima

7. setting time tergantung komposisi (mis: adanya

trisodium fosfat) dan temperatur pencampuran

8. bubuk alginat tidak stabil pada penyimpanan karena

kelembaban/kondisi lebih panas diatas temperatur

ruang, ada tanggal kadaluarsa

Manipulasi:

a. wadah bubuk harus di kocok sebelum digunakan → isi bubuk merata

b. bubuk dan air di ukur sesuai aturan pabrik

c. biasanya pakai air dengan temperatur ruang (air PDAM)


-ingin setting lebih cepat →pakai air lebih panas

-ingin lebih lambat →pakai air es

d. retensi pada sendok cetak di dapatkan dengan pemakaian:

-sendok cetak berlubang

-material adesif (sticky wax / methyl cellulose)

e. adonan di aduk dengan

menekan ke dinding bowl

(±1 menit)

Aplikasi

Umumnya tidak untuk mencetak inlay, mahkota dan jembatan. kestabilan dimensi alginat
kurang dibanding elastomer . Alginat cukup akurat sehingga dapat digunakan untuk membuat
cetakan untuk model kerja proses pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan, pembuatan model
studi dan kerja pada ortodonsia, pembuatan model kerja untuk cetak perorangan.

Material Cetak Elastomer

Material cetak elastomer ada tiga tipe, yaitu silikon yang terdiri atas silikon adisi dan silikon
kondensasi, polieter dan polisulfida. Namun terdapat juga material terbaru yang terdapat di pasaran
adalah addition silicone polyether hibrid.

Material ini menjadi pilihan dokter gigi karena

• Tinggi akuratnya

• Stabilitas dimensi baik

• Memiliki kemampuan mencetak dengan detail lebih baik


Untuk :

• Pencetakan pembuatan model kerja full denturte, GTSL/ partial denture , gigi tiruan tetap,
inlay ,onlay, full cast crown

Material cetak elastik seperti karet = elastomer

Awal disebut rubber impression material, karet sintetik

Menurut ADA di bagi 3 tipe:

1. Polysulfide (1950)

2. Silicone ( Condensation →1955: Addition→1975)

3. Polyether (1965)

Silicone

A. Condensation silicone

komposisinya: base dan aselerator

• Base : polimer silicone disebut polydimethylsiloxane yang mempunyai hydroxyl group


yang reaktif ( bentuk cairan ).

Filler nya kalcium karbonat/silika

• Aselerator:

Cairan : suspensi stannous (tin) octoate dan alkyl silicate

Pasta : cairan ditambah material pengental (polisulfidarubber base dan oxiding agents)

• Base+Aselerator = 3d ethyl alcohol

B. Addition silicone

• Dikenal sebagai polysiloxane vinyl dikembangkan sebagai alternatif untuk polisulfida dan
silikon kondesasi
• Reaksi setting :

• Hydrogen- containing siloxane + vinyl terminal siloxane + chloroplatinic acid sillicone


rubber

• Penundaan pengisian hasil cetakan sampai dengan 1 minggu tidak menyebabkan


perubahan dimensi hasil cetakan

Polysulfide

• Komponen utama : mercaptan yang multifungsi (-SH) atau polimer polisulfida

• Timbal dioksida (Lead Dioxide ) adalah komponen yang memberi karakteristik warna
coklat

• Komposisi base/dasar : polimer polysulfida, titanium oxide/zinc oxide, dan calcium sulfat

• Komposisi katalis: lead dioxide, sulfur, dibutyl phthalate

• Kekurangan : sering mengiritasi mukosa mulut

Polyether

• Tersedia dalam 2 bentuk pasta dengan dua macam viskositas, tinggi dan rendah

• Sering digunakan untuk mencetak pada proses pembuatan model kerja pada mahkota gigi
tiruan tetap (GTT)

• Memiliki sifat kaku sehingga tidak mudah melewati daerah undercut.

• Komposisi dari material cetak polieter terdiri dari base dan katalis

• Base : mengandung polimer tak jenuh dan gugus imina dan plasticiser

• Katalis : aromatik sulfonat, plasticiser dan bahan pengisi

• Pada proses pencetakan hal yang perlu diperhatikan adalah retensi material cetak pada
sendok cetak
• Hidrokoloid : penggunaan sendok cetak yang berlubang

• Elastomer : penggunaan sendok yang berlubang / menggunakan material adhesive yang


diaplikasikan pada sendok cetak berlubang

3.2 BAHAN CETAK NON ELASTIS


Material Non Elastic dibagi menjadi 4 berdasarkan kesamaan kemudahannya dalam
pemakaian dibandingkan kesamaan komposisinya. Faktor yang menghubungkan material-material
tersebut adalah ketidakmampuan mereka dalam undercut secara akurat. Salah satu material ini
rapuh ketika mengeset dan retak ketika melebihi undercut. Material-material yang lain sering
mengalami distorsi karena plastic sifatnya mudah mengalir jika digunakan dalam situasi undercut.
Material non elastic dibagi menjadi 4, yaitu:

Impression Plaster (Plaster of Paris) yaitu material cetak tradisional yang digunakan untuk
mencetak rahang yang tidak bergigi. Terdiri dari kalsinasi, yaitu β-calcium sulphate hemyhidrate
yang ketika dicampur air akan bereaksi membentuk kalsium sulfat dehydrate. Kertika setting akan
terjadi ekspansi, untuk mengurangi ekspansi tersebut dapat ditambah dengan potassium sulfat yang
akan mempercepat setting. Sebaliknya, jika ingin memperlambat setting dapat ditambah dengan
borax. Kekurangan pada Impression Plaster dapat membuat pasien mengeluarkan saliva secara
berlebihan dan ini dapat membuat kerusakan pada detail permukaan. Sedangkan kelebihannya
biasanya digunakan untuk mengontruksikan custom tray ketika material digunakan.

Impresion Compound yaitu material cetak yang bersifat keras dan reversible dengan
perubahan fisik. Dapat digunakan untuk edentolus pasien dan konservasi gigi untuk mencetak gigi
tunggal. Syarat utama impression compound menurut standard American dan British, yaitu tipe I
material mengalir stabil diatas temperature di dalam mulut dan tipe II material tidak mengubah
temperature secara ideal. Kelebihan pada Impression Compound yaitu dapat digunakan kembali
pada pasien yang sama jika terjadi kesalahan, ketidakakuratan dapat diperbaiki, dan cukup baik
untuk mendukung cetakan itu sendiri. Sedangkan kerugiannya yaitu sulit dikeluarkan jika terjadi
undercut, mudah terjadi distorsi, viskositas tinggi sehingga sulit mendapat detail yang bagus,
menekan jaringan, dan mudah terjadi over extension.
Impression Waxes jarang digunakan untuk melengkapi impression yang lengkap namun
digunakan untuk menambahkan bagian-bagian yang belum sempurna. Impression Waxes dibuat
dari campuran malam dan resin pada titik lebur rendah. Ini juga memiliki banyak macam, yaitu
Mineral (paraffin, ceresin, ozocerite, montan), Plant (japan wax, carnauba, candelilla), Insect
(beeswax), dan Animal (spermaceti).

Zinc Oxide-Eugenol digunakan sebagai material cetak kedua pada rahang tidak bergigi. Ini
terdiri dari 2 pasta, yaitu Base paste (zinc oxide, olive oil, zinc acetate, water) dan Reactor paste
(eugenol, kaolin). Zinc Oxide-Eugenol memiliki sifat seperti flow, kestabilan dimensi, rigidity dan
strength, pertimbangan biologi, dan detail produk. Kelebihan pada Zinc Oxide-Eugenol yaitu
stabilitas dimensi cukup bagus, permukaan akurat dan detail, working time cukup, bersifat
mucostatic, dan merekam jaringan mulut tanpa rusak. Namun Zinc Oxide-Eugenol juga memiliki
beberapa kekurangan yaitu tidak elastis, tidak dapat mencatat undercut, dan sebagian pasien
mengalami alergi.

3.3 WAX

Wax atau malam telah menjadi komoditas yang bernilai selama lebih dari 2000 tahun. Dulu
beeswax digunakan untuk berbagai keperluan seperti melembutkan kulit, merkatkan benda, melapisi
barang yang bernilai lebih, dan untuk membuat patung orang-orang terkemuka. Beeswax didapatkan
dari sekret lebah yang digunakan untuk membangun sarangnya. Meskipun hingga saat ini beeswax
masih digunakan, terdapat wax dari tanaman yang juga digunakan untuk melapisi permukaan
furniture, kendaraan, dan prosedur kedokteran gigi. Beberapa wax didapatkan secara sintetis dari
hasil distilasi minyak bumi. Wax sintetis tersebut tersusun atas senyawa hydrogen, arbon, oksigen,
dan chlorine. Sebagian besar wax sintetis memiliki struktur yang sama dan lebih homogen dibanding
dengan wax alami (Anusavice et al., 2012). Konstitusi dasar malam yang dipergunakan di
kedokteran Gigi berasal dari tiga sumber utama, yaitu :

1. Mineral, Wax yang berasal dari bahan mineral diantaranya adalah paraffin wax dan
microcrystallin wax yang diperoleh dari hasil residu petroleum melalui proses destilasi.Contoh :
Paraffin wax akan mencair pada suhu 48-70°C dan memiliki rantai hidrokarbon yang lurus,
sedangkan microcrystallin wax akan mencair pada suhu 65-90°C dan memiliki rantai
hidrokarbon yang bercabang. Paraffin wax memiliki sifat mudah pecah dan microcrystallin wax
memiliki sifat yang Iebih fleksibel dan kuat.
2. Wax yang berasal dari serangga (hewani) adalah beeswax.Contoh : Beeswax akan mencair
pada suhu 84-91°C dan memiliki sifat yang mudah pecah pada temperatur kamar, tetapi mudah
dibentuk pada temperatur tubuh.

3. Wax yang berasal dari sayur-sayuran (tumbuh-tumbuhan) adalah carnauba wax, candelilla wax,
resin, dan getah. Carnauba wax akan mencair pada suhu 84-91°C. Candelilla wax akan mencair
pada suhu 68-75°C. Candelilla wax digunakan terutama untuk memperkeras paraffin wax dengan
jalan menambahkannya ke dalam parrafin wax.

Sifat fisis malam yang paling sering ditanyakan adalah titik cairnya. Walaupun ini mungkin
penting dalam industri, tetapi tidak demikian halnya di kedokteran gigi di mana biasanya
dipergunakan campuran berbagai malam. Sifat fisis malam yang penting dalam pemakaiannya di
kedokteran gigi selain mengenail mudahnya dimanipulasi adalah : Suhu transisi padat-padat,
Ekspansi termis dan kontraksi termis, Flow/aliran, Internal stress/tegangan dalam, sifat mudah
pecah (brittleness).

Malam dental juga harus memiliki syarat-syarat tertentu sehingga malam tersebut mampu
memenuhi kebutuhan baikitu malam yang digunakan secara direct ataupun indirect. Pada proses
laboratorium malam dental digunakan dalam banyak kepentingan, dan penggunaannya
disesuaikan dengan jenis malam dan sifat dari masing-masing malam dental.Menurut spesifikasi
dari ADA (American Dental Association) bahan wax diklassifikasikan kedalam 3 tipe yaitu Pattern
wax (inlay wax, casting wax dan baseplate wax), Processing wax (sticky wax, boxing wax dan
utility wax) dan Impression Wax (corrective dan bite wax). Untuk mendapatkan restorasi dengan
menggunakan wax, maka periu diketahui sifat-sifat dari bahan tersebut. Secara umum wax
memiliki sifat-sifat fisis yang seperti temperatur transisi solid-solid, thermal ekspansi dan
kontraksi, flow dan tekanan internal sedangkan sifat mekanis seperti tekanan residual dan ductility.

Malam dental / dental wax memiliSifat fisik yaitu :

1. Teimperatur peralihan solidWax memiliki temperatur yang cukup tinggi di atas 37 derajat
celcius. Selama terjadinya perubahan dari satu laticce ke tipe laticce yang lain wax dapat
dimanipulasi dengan baik tanpa adanya kerusakan pada tekanan yang berlebih selain itu
digunakan untuk menentukan berbagai sifat-sifat dan keselarasannya untuk berbagai prosedur
klinis di laboratorium.
2. Termal ekspansi dan kontraksiWax dan komponen-komponennya memiliki koefisien
ekspansi terbesar diantara material-material lain yang digunakan di bidang kedokteran gigi. Wax
akan memuai pada saat mengalami kenaikan temperatur dan mengalami kontraksi saat
temperatur diturunkan.
3. Daya alir (flow)Daya alir wax tidak diperlukan pada temperatur kamar dan mulut, karena
akan menyebabka kerusakan pada wax. Namunpada saat pembentukan wax temperatur kamar
sangat diperlukan untuk membengkokkan dan melipat wax saat manipulasi.
4. Tekanan internaWax memiliki sifat termal konduksi yang rendah sehingga sulit untuk
mencapai panas yang seragam. Jika wax dibentuk atau diadaptasikan ke suatu bentuk tanpa panas
yang cukup sampai temperatur peralihan ke solid, maka wax akan mengalami tekanan yang
sangat kuat.
5. Sifat mudah pecah (Brittleness) Pada beberapa dental wax, seperti inlay wax kekerasan
sangatlah diperlukan agar inlay wax dapat dicarving beberapa kali sesuai dengan keinginan tanpa
mengalami patah (Jamilah, 2009).

Malam yang dipergunakan di dunia Kedokteran Gigi harus memenuhi syarat sebagai
berikut : Stabil pada suhu mulut, Dapat mengisi rongga cetak, Non iritan dan Non toxic, Tidak
meninggalkan residu & Tidakberubah sifat fisis jika dipanaskan. (Wilson,1987). Ada beberapa
jenis malam berdasarkan penggunaannya, antara lain :

1. Malam model :Malam jenis ini banyak dipergunakan untuk keperluan membuat pola dan
untuk pencatatan relasi rahang dalam bentuk gigi tiruan. Malam model yang digunakan untuk
keperluan klinik hendaknya tidak mengalami perubahan dimensi ketika dipanaskan pada suhu
mulut dan didinginkan pada suhu kamar.
2. Malam lembaran tuang :Malam jenis ini tersedia dalam bentuk lembaran dengan ketebalan
tertentu. Bahan malam tuang dan komponen polimer harus dibakar habis dari bumbung tuang
tanpa meninggalkan residu.
3. Malam inlay :Malam jenis ini banyak dipergunakan untuk pembuatan pola inlay, yang
dapat dipergunakan langsung di dalam mulut atau dengan model.
4. Carding dan Boxing wax :Malam jenis ini banyak dipergunakan untuk melekatkan gigi
tiruan pada tempatnya dan untuk membuat dinding batas cetakan sebelum dilakukan pengisian.
5. Malam perekat/sticky wax :Malam jenis ini berbentuk batang yang mudah patah/brittle,
warna kuning, terbuat dari beeswax dan beberapa resin alami. Bahan ini hendaknya mudah
dilepas dengan air mendidih dan memiliki kontraksi minimal sewaktu pendinginan untuk
mencegah bergeraknya bagian-bagian yang hendak disambung.
6. Malam cetak :Malam jenis ini dipergunakan untuk mencetak rahang yang tidak bergigi.
Malam ini menunjukkan derajat aliran yang tinggi pada suhu mulut.

Dental wax di kedokteran gigi secara garis besar dibagi menjadi dua yaitu berdasarkan
tempat digunakan dan fungsinya. Berdasarkan tempat digunakannya, dental wax digunakan di
klinik dan laboratorium. Berdasarkan fungsinya dental wax dibagi menjadi pattern wax,
processing wax, dan impression wax. Setiap dental waxmemiliki fungsi yang berbeda.

1) Pattern Wax
 Inlay Wax
Komponen utama dari Inlay wax adalah parafin, mikrokristalin, ceresin, carnauba, candelilla,
dan beeswax. Contohnya : parafin 60%, carnauba 25%, ceresin 10%, beeswax 5%. Fungsi dari
wax ini untuk malam pola pada restorasi gigi inlay, crown, dan bridge. Inlay wax memiliki
beberapa jenis yaitu hard, medium/regular, dan soft, menunjukkan daya alirnya. Dimana daya
alir ini dapat dikurangi dengan menambahkan carnauba atau prafin dengan titik lebur tinggi.
Daya alir juga dapat diatur dengan menambahkan resin 1%. Selain itu, inlay wax memiliki residu
maksimum adalah 0,10%. Ekspansi termal limer maksimal pada suhu 25-30ºC adalah 0,2% dan
suhu 25-37ºC adalah 0,6%. Inlay pattern mengalami warp atau distorsi. Inlay wax memilik 2 tipe
yaitu tipe I hard untuk direct techniquedan tipe II yang lebih lunak untuk indirect technique.
Sediaan inlay wax yaitu berwarna biru tua, hijau, dan ungu sehingga kontras dengan warna gigi.
Bentuk batang/tongkat memiliki panjang 7,5 cm dan diameter 0,64 cm. Ada juga yang berbentuk
pelet dan konus.
 Casting Wax
Komposisi dari Casting wax hampir sama dengan Inlay wax. Fungsi dari casting wax untuk pola
kerangka logam gigi tiruan. Sifat dari Casting wax yaitu lunak dan dapat diadaptasikan pada suhu
40-45ºC. Agak lengket dan terfiksasi pada model kerja gips. Mencetak dengan akurat permukaan
yang dilekatinya. Tidak getas waktu didinginkan. Menguap pada suhu 500ºC dan tidak
meninggalkan lapisan kecuali karbon. Sediaan casting wax berbentuk lembaran (tebal 0,32 –0,4
mm), bentuk jadi dan gumpalan (bulk).

 Baseplate Wax

Komposisi dari Baseplate terdiri dari 70 –80% Parafin I Ceresin. Contohnya adalah Ceresin 80%,
Beeswax 12%, Carnauba 2,5%, Resin 3%, dan Mikrokristalin 2,5%. Fungsi dari wax ini
menentukan dimensi vertikal rahang pada pembuatan gigi tiruan lengkap dan malam pola plat
dasar gigi tiruan lengkap dan sebagian, serta alat orthodonsi.Syarat yang harus dipenuhi oleh
baseplate wax yaitu:

a. Ekspansi thermis limer pada suhu 25-40°C lebih kecildari 0,8%.

b. Tidak mengiritasi jaringan mulut.

c. Tidak flaky / menyerpih dan melekat di jan.

d. Mudah diukir pada suhu 23°C.

e. Permukaan halus setelah di flaming (disentuhkan padaapi).

f. Tidak berbekas pada porselen dan gigi tiruan.g. Tidak mewarnai gigi.Sediaan dari wax ini
memiliki bentuk lembaran berukuran 7,6 X 15 X 1,3 cm, berwarna merah atau merah muda. Ada
3 tipe dari baseplate wax ini yaitu tipe I (lunak), tipe II (sedang), tipe III (keras).Model malam
ini harus segera diproses agarakurasinya terjaga.

2) Processing Wax
 Boxing Wax
Boxing wax memiliki fungsi sebagai pagar ataupememberi batas pada saat melakukan
pengecoran cetak negatif. Sedian boxing wax yaitu batang atau strip berwarna hijau atau hitam.
 Utility Wax
Utility wax terdiri dari beeswax, petrolatum, dan malam lunak lain. Fungsi dari wax ini yaitu
digunakan pada bidang orthodonsiadan menjadi bahan pendukung pada bahan cetak alginat.Di
bidang orthodonsia utility wax digunakan untuk menutupi kawat maupun braket. Sediaan wax
yang biasa digunakan di bidang orthodonsia adalah wax berwarna putih(GmbH, 2017).
Sementara, untuk fungsinya dalam mendukung bahan cetak alginate. Utility wax ini befungsi
sebagai pemanjang sendok cetak pada kasus pasien dengan alveolar ridge yang Panjang dan
sebagai pelapis pada bagian palatum sendok cetak untuk kasus pasien dengan palatum yang
dalam (Interdent, 2018)
 Sticky Wax
Sticky wax terdiri dari rosin, beeswax, pewarna dan resin alami. Fungsi dari wax ini yaitu
menyambung atau melekatkan patahan protesa gigi resin (reparasi) dan logam (soldering).
Sediaan dari wax ini yaitu warna gelap dan terang. Sifat dari sticky wax ini pada suhu kamar
bersifat getas, kuat dan tidak Iengket. Bila dicairkan bersifat lengket dan melekat kuat pada
permukaan bahan. Residu < 0,2%. Pengkerutan < 0,5% dari suhu 43 ke 28°C. Daya alir pada
suhu 30°C maksimum 5%, dan pada suhu 43°C minimum 90%.

3) Impression Wax
 Corrective wax
Corrective wax adalah malam yang digunakan untuk melakukan koreksi pada undercut dan cetak
positif gigi (Anusavice et al. 2012). Sumber lain menyebutkan bahwa corrective wax digunakan
dalam prosedur pengambilan cetak edentulous. Malam ini memiliki sifat yang mudah mengalir
pada suhu rongga mulut sehingga dapat disesuaikan dengan material yang lain.
 Bite registration wax
Bite registration wax terdiri dari beeswax atau parafin dan ceresin. Malam ini dibuat dari casting
wax sheet atau hard base plate wax. Fungsi dari wax ini adalah untuk mendapatkan artikulasi
akurat dari rahang atas dan rahang bawah(Anusavice et al. 2012).Cara manipulasidari wax ini
yaitu lilin diukur dengan penetrasi di suhu 37ºC dari 2,5% menjadi 22% yang menunjukkan
bahwa lilin ini rentan terhadap distorsi pada penghapusan dari mulut. Produk dagang terbaru
banyak pilihan untuk produk bite registration contohnya seperti Denar, Alminax(Delmar’s,
2003).
3.4 AKRILIK
Pengertian Resin Akrilik
Resin Akrilik adalah resin sintetik yang merupakan derivat asam akrilat dan dapat digunakan
dalam pembuatan protesa gigi maupun protesa tubuh dan resin akrilik adalah bahan basis gigi
tiruan lepasan dengan polimerisasi yang digunakan oleh dokter gigi dalam pelayanan kesehatan
gigi pada masyarakat (Philips, 2004).
Keuntungan Resin Akrilik
1. Tidak mengiritasi dan tidak larut dalam cairan rongga mulut, sehingga aman digunakan di
dalam mulut pasien
2. Bersifat transparan agar dapat diwarnai sesuai dengan kondisi rongga mulut pasien. Dalam
pembuatan GTSL maka diperlukan bahan yang bersifat transparan dan memiliki warna
yang menarik serta sesuai dengan rongga mulut pasien
3. Tidak berbau, tidak memiliki rasa dan mudah dimanipulasi dalam pembuatannya.
4. Memiliki kekuatan mekanis yang baik serta tahan abrasi dalam kondisi normal ataupun
pada kondisi yang tidak baik dalam rongga mulut.
5. Mudah dibersihkan
Kekurangan Resin Akrilik
Kekuatan tarik resin akrilik biasanya tidak lebih dari 50mpa, modulus elastisitas rendah,
modulus lentur berada di wilayah 2200 - 2500 mpa. Ketika ini dikombinasikan akan menyebabkan
patahnya gigi palsu (Fraktur) (Ahmed Bakr, 2018)
Tahap-tahap polimerisasi resin akrilik
Tahapan polimerisasi resin akrilik menurut (Krisnawati, 2015) :
1) Induksi
Induksi merupakan masa permulaan berubahnya molekul dari inisiator menjadi bergerak atau
bertenaga, dan memulai memindahkan energi pada molekul monomer. Proses polimerisasi induksi
umumnya teraktivasi melalui salah satu dari tiga proses yaitu panas, sinar dan kimia. Masa induksi
dipengaruhi oleh tinggi rendahnya suhu.

2) Propagasi
Propagasi merupakan tahap pembentukan rantai yang terjadi karena adanya pengaktifan monomer.
Kemudian terjadi reaksi antara monomer dengan radikal bebas. Karena diperlukan sedikit energi
begitu terjadi pertumbuhan, proses terus berlanjut dengan kecepatan tertentu. Pada reaksi rantai
harus berlanjut dengan terbentuknya panas, sampai semua monomer telah menjadi polimer.
3) Transfer Rantai (transfer chain reaction)
Transfer rantai merupakan tahap pengikatan antar rantai polimer dan monomer. Rantai yang telah
diakhiri dapat diaktifkan kembali dengan pemindahan rantai dan rantai tersebut akan terus
berikatan satu sama lain.
4) Terminasi
Terminasi terjadi karena adanya reaksi antara radikal bebas 2 rantai yang sedang tumbuh sehingga
terbentuk molekul yang stabil. Reaksi rantai dapat diakhiri, baik dengan penggabungan langsung
atau pertukaran atom hidrogen dari satu rantai yang tumbuh ke rantai yang lain.
Jenis Resin Akrilik
Berdasarkan (Vasubabu M, dkk,. 2017) Resin akrilik terdapat 4 jenis berdasarkan reaksi
polimersasinya, yaitu : Heat cured akrilik, Self Cured akrilik, Light Cured akrilik, dan Akrilik
gelombang mikro. Resin akrilik merupakan salah satu jenis bahan yang dapat digunakan sebagai
bahan basis tiruan.

 Heat Cured Akrilik


Merupakan jenis resin akrilik yang sering digunakan dalam penggunaan gigi tiruan. Selama proses
polimerisasinya memerlukan energi termal sebagai pengaktivasi agar polimerisasi berjalan
sempurna. Heat cured akrilik memiliki kelebihan dan kekurangan, antara lain :
Kelebihan Kekurangan

✘ Relatif murah. ✘ Fatigue


✘ Warna yang stabil.
✘ Fleksibilitas rendah
✘ Mudah dimanipulasi.

✘ Perubahan dimensi yang rendah.

✘ Tidak toksik.
✘ Estetis
Komposisi Heat Cured Akrilik
A Polimer (bubuk) B. Monomer (cairan)
Polimer : granul polimetil metakrilat Monomer : metil metakrilat
Inisiator : benzoil peroxide untuk memulai Inhibitor : hydroquinone mencegah
proses polimerisasi polimerisasi selama disimpan
Zat pigmen : merkuri atau cadminum sulfide Platicizer : dibutil pthalat
sebagai bahan perwarna organik
Cross-linked agent : ethylen glycol
dimetacylate (1-2%) untuk meningkatkan
kekerasan

Manipulasi Heat Cured Akrilik


1) Perbandingan monomer dan polimer Perbandingan yang sering digunakan adalah 3,5:1 satuan
volume atau 2,5:1 satuan berat. Bila komposisi monomer terlalu sedikit maka tidak semua polimer
dapat dibasahi oleh monomer, sehingga mengakibatkan akrilik yang telah berpolimerisasi akan
bergranul. Sebaliknya, komposisi monomer juga tidak boleh terlalu banyak karena dapat
mengakibatkan terjadinya kontraksi pada adonan resin akrilik
2) Pencampuran Komposisi polimer dan monomer dengan perbandingan yang benar dicampurkan
pada tempat yang tertutup lalu didiamkan beberapa menit sampai mencapai fase dough. Pada saat
pencampuran ada empat tahapan yang terjadi, yaitu:
a) Sandy stage adalah fase saat terbentuknya campuran yang menyerupai pasir basah, sedikit atau
tidak ada interaksi pada tingkat molekuler
b) Sticky stage merupakan tahap berserat monomer bereaksi masih di permukaan butir polimer.
Ciri yang dimiliki pada tahap ini adalah ketika serbuk mulai larut dalam cairan dan terasa berserat
ketika ditarik.
c) Dough stage merupakan tahap adonan. Saat konsistensi adonan mudah diangkat dan tidak
lengket lagi. Tahap ini merupakan waktu yang tepat untuk memasukkan adonan ke dalam mould,
karena pada tahap ini adonan tidak lagi berserat ataupun lengket pada permukaan cawan.
d) Rubber hard stage adalah tahap seperti karet atau elastic. Monomer habis karena penguapan dan
terserap kedalam butir-butir polimer yang tersisa
3) Pengisian Tahap ini disebut juga dengan packing, yaitu tahap memasukan adonan resin kedalam
mould. Perlu diperhatikan saat proses manipulasi pada tahap pengisian ini adalah ketepatan bahan
dalam mengisi rongga mould. Pengisian pada rongga mould dilakukan secara bertahap. Tahap
selanjutnya setelah dilakukan pengisian pada rongga mould adalah dilakukannya press pada kuvet.
4) Curring. Proses curring adalah proses terjadinya pengerasan, dimana setiap jenis resin akrilik
memiliki kekhususan tersendiri.
a) Heat cured acrylic resin: yaitu terjadinya curring yang diaktivasi oleh adanya panas
b) Self cured acrylic resin: curring dapat dilakukan pada suhu ruangan karena adanya aktivator
amin tersier
c) Light cured acrylic resin: proses curring dicapai dengan terpapar cahaya tampak
d) Mircowave acrylic resin : poses curring dicapai dengan menggunakan gelombang mikro

Sifat Heat Cured Akrilik


1. Porusitas dapat memberi pengaruh yang tidak menguntungkan pada kekuatan dan sifat-
sifat optis resin akrilik.

2. Retak Terjadi akibat adanya kekuatan tarik yang dapat menyebabkan terpisahnya molekul-
molekul primer.

3. Fraktur Terjadi karena adanya impact (gigi tiruan jatuh pada permukaan yang keras) dan
fatigue (gigi tiruan mengalami bending secara berulang-ulang selama pemakaian)

 Self Cured Akrilik


Self Cured Akrilik merupakan jenis resin akrilik yang proses polimerisasinya tidak memerlukan
bantuan energi panas maupun energi sinar tampak untuk proses polimerisasi, melainkan
mengandung aminestersier atau dimetil-para-toluidin di dalam monomernya sebagai bahan
akselerator kimiawi untuk membantu proses polimerisasi berlangsung.
Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan Kekurangan

✘ Perbaikan adaptasi terhadap jaringan ✘ Pergeseran elemen gigi selama proses


lunak yang terletak dibawahnya berlangsung

✘ Menurunnya kemungkinan kerusakan ✘ Terjebaknya udara dalam basis protesa


pada elemen gigi
Komposisi Self Cured Akrilik

Polimer (Bubuk) Monomer ( Cairan)

Poli (metil metakrilat) Monomer : metil metakrilat


Organic peroxide initiator Inhibitor : hydroquinone mencegah polimerisasi
selama disimpan
Agen titanium dioksida
Platicizer : dibutil pthalat
Pigmen inorganic
Cross-linked agent : ethylen glycol dimetacylate
(1-2%) untuk meningkatkan kekerasan
Serta tambahan yaitu, dimethyl-para-toluidine

Manipulasi Self Cured Akrilik


1. Polimer dan Monomer Self Cured Acrylic dicampur pada cawan kaca. Terdapat 5 stage
yang terjadi, yaitu Sandy stage, Stringy stage, Dough stage, Ruberry stage, dan Stiff stage.
2. Ketika terjadi tahap yang ketiga, yaitu tahap Dough stage maka akan segera dilakukan
proses manipulasi mould
3. Apabila proses polimerisasi yang terjadi pada suhu kamar, sesegera mungkin setelah proses
pencampuran polimer dan monomer di cawan kaca
Sifat Self Cured Akrilik
1. Kekerasan Self Cured Acrylic hampir sama dengan Heat Cured Acrylic

2. Color stability lebih jelek dibandingkan dengan heat cured acrylic

3. Proses polimerisasi self cured acrylic tidak pernah sempurna 100% karena ada
monomer sisa yang masih tertinggal dalam proses polimerisasi, dll
 Light Cured Akrilik
Merupakan resin akrilik yang diaktifkan dengan sinar yang terlihat oleh mata dan bertindak
sebagai activator pemuai polimerisasi.
Kelebihan dan kekurangan
Kelebihan Kekurangan

✘ Penyusutan selama polimerisasi ✘ Elastik modulus kecil


mengecil
✘ Kemungkinan distorsi kecil
✘ Dapat dibentuk dengan mudah

✘ Lebih cepat

Komposisi Light Cured Akrilik


Komposisi resin akrilik light cured ini hampir sama dengan komposisi resin akrilik konvensional,
tetapi lebih banyak bahan pengisi organiknya. Bahan pengisi anorganiknya yang terdiri dari matrik
uretan dimetakrilat ditambah sedikit mikrofin silica untuk mengontrol reologi. Bahan pengisi
terdiri dari serbuk resin dengan berbagai bentuk dan ukuran.

Sifat Light Cured Akrilik


Menurut American Dental Association (ADA) nomor 12
1. Penyusutan linear dari resin VLC lebih rendah daripada heat cure acrylic resin, dan
kekuatan tensile dari resin VLC lebih tinggi dibandingkan dengan heat cure.
2. Resin VLC juga memiliki keuntungan lain seperti yang dirangkum dalam American
Dental Association (ADA) nomor spesifikasi 41, dimana tidak mengiritasi membran
mukosa oral, tidak mengakibatkan adanya reaksi sensifitas pada kulit dan non-sitotoksik
 Resin Akrilik Gelombang Mikro
Merupakan resin yang dipolimerisasi menggunakan energy gelombang mikro. Teknik ini
menggunakan resin dengan rumus khusus serta kuvert yang tidak menggunakan logam. Oven
gelombang mikro konvensional digunakan memasak energy termal untuk polimerisasi.
Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan Kekurangan

✘ Cepat dalam polimerisasi ✘ Warna kurang stabil


✘ Ketepatan basis protesa yang
terpolimerisasi dengan gelomang
mikro setara dengan resin yang di
proses dengan teknik konvensional

3.5 GIPSUM
Gipsum merupakan mineral yang berasal dari alam yang telah dikenal selama berabad-abad.
Gipsum terbentuk secara alamiah dari hasil penguapan air dipedalaman perairan kuno yang
mengendap.16 Gipsum atau kalsium sulfat dihidrat yang murni berwarna putih transparan, namun
terkadang dapat berwarna abu-abu, coklat atau merah muda dan memiliki struktur kimia
CaSO4.2H2O. Ketika dipanaskan, gipsum kehilangan sekitar tiga perempat kadar air dan menjadi
gipsum hemihidrat (CaSO4.½HO), yang lembut dan dapat dengan mudah dihancurkan yang
disebut plaster of paris. Kegunaan gipsum secara umum dapat dijadikan sebagai bahan bangunan,
selain itu dapat juga digunakan di bidang kedokteran dan kedokteran gigi.
Produk gipsum merupakan salah satu bahan yang paling memadai dalam membantu profesi
kedokteran gigi dibandingkan bahan-bahan lain. Gipsum di kedokteran gigi paling banyak
digunakan untuk pembuatan model studi atau model kerja dan sebagai bahan pengisian kuvet atau
biasa disebut dengan bahan tanam. Model studi digunakan untuk membantu menegakkan
diagnosis dan rencana perawatan, sedangkan model kerja digunakan sebagai media untuk
mendesain gigi tiruan. Gipsum banyak dipakai di bidang kedokteran gigi karena memiliki sifat
mudah untuk dimanipulasi, dimensi yang stabil dan kompatibilitas dengan bahanbahan
lainnya.17
Klasifikasi Gipsum Kedokteran Gigi

Gipsum di bidang kedokteran gigi terdiri dari beberapa tipe. American Dental Association (ADA)
No.25 membagi gipsum menjadi lima tipe.13 Masing – masing tipe memiliki sifat dan karakteristik
yang berbeda, hal ini disesuaikan untuk
kegunaannya.
1. Tipe I (Impression Plaster)
Gipsum tipe I digunakan untuk mencetak pasien yang telah kehilangan gigi, hal ini disebabkan
sifatnya yang tidak elastis dan mudah patah. Apabila gipsum tipe ini digunakan untuk mencetak
pada pasien yang memiliki gigi, maka undercut gigi tidak dapat tercetak dengan baik. Gipsum tipe
ini memiliki karakteristik waktu pengerasan (setting time) yang pendek, ekspansi yang kecil sekitar
0,13%, w/p ratio yang tinggi dan kekuatan kompresi yang rendah.11

2. Tipe II (Laboratory or Model Plaster)


Pada dasarnya gipsum tipe II merupakan plaster of Paris, gipsum ini digunakan sebagai model
studi dan sebagai bahan pengikat model kerja ke artikulator. Gipsum tipe II memiliki karakteristik
w/p ratio yang rendah, ekspansi yang lebih tinggi dibandingkan gipsum tipe I, setting time yang
pendek dan kekuatan kompresi yang lebih tinggi daripada gipsum tipe I.1

3. Tipe III (Dental Stone)


Dental stone umumnya digunakan sebagai bahan pembuatan model kerja.Gipsum tipe III memiliki
karakteristik lebih keras dan lebih kuat dibandingkan gipsum tipe II sehingga lebih tahan lama.
Dental stone memiliki w/p ratio yang lebih rendah dibandingkan gipsum tipe II, ekspansi sebesar
0,15-0,2% dan kekuatankompresi sebesar 20,7–34,5 MPa.2,13

4. Tipe IV (Dental Stone, High Strength).


Gipsum tipe IV atau biasa disebut dengan die stone digunakan untuk media pembuatan dai.
Gipsum ini memiliki ketahanan terhadap abrasi yang cukup baik untuk menghindari perubahan
bentuk gipsum saat mengukir wax, w/p ratio yangrendah dan kekuatannya dua kali lipat dari
gipsum tipe III.2
5. Tipe V (High-Strength, High Expansion Dental Stone)
Gipsum tipe V memiliki kekuatan kompresi dan ekspansi yang lebih tinggi
dibandingkan gipsum tipe IV, hal ini diperoleh dari pengurangan perbandingan air dan bubuk (w/p
ratio). Gipsum tipe ini digunakan sebagai model kerja dalam
pembuatan gigitiruan berbasis logam.13

Proses Pembuatan Gipsum Kedokteran Gigi


Gipsum kedokteran gigi diproduksi dengan cara mengkalsinasi kalsium sulfat dihidrat. Kalsinasi
merupakan proses pemanasan gipsum untuk mengeluarkan air dan mengubah kalsium sulfat
dihidrat menjadi kalsium sulfat hemihidrat. Berdasarkan metode kalsinasi, berbagai bentuk
hemihidrat dapat diperoleh. Bentuk-bentuk yang dapat diperoleh antara lain a-hemihidrat, a-
hemihidrat modifikasi dan ß-hemihidrat. Perbedaan antara a- dan ß-hemihidrat yaitu ukuran
partikel kristal hemihidrat dan luas permukaan. ß-hemihidrat atau dental plaster (tipe I dan II)
diperoleh dari proses pemanasan di ketel terbuka dengan suhu 110°-120°C, partikel yang
dihasilkanberukuran besar, berbentuk ireguler dan spongious, sementara a-hemihidrat
diperolehdari proses pemanasan di autoklaf dengan tekanan uap 120°-130°C memiliki
partikelberukuran lebih kecil dan berbentuk batang atau prisma yang teratur. a-hemihidrat
modifikasi diperoleh dari proses pendidihan gipsum di dalam 30% larutan kalsium klorida dan
magnesium klorida. Proses ini menghasilkan partikel hemihidrat yang paling halus, berbentuk
kuboid dan lebih padat sehingga digunakan sebagai dai. A hemihidrat modifikasi lebih dikenal
sebagai die stone atau gipsum tipe IV.7,13

Kekuatan Kompresi Gipsum Kedokteran Gigi


Dalam ilmu kekuatan bahan, kekuatan kompresi dapat diartikan sebagai kapasitas suatu bahan
untuk menahan beban yang diberikan kepada bahan tersebut, dimana beban yang diberikan
cenderung dapat menghancurkannya. Kekuatan kompresi dapat diukur dengan menghancurkan
spesimen bahan berbentuk silindris pada alat uji tekan. Kekuatan kompresi dihitung dari kegagalan
suatu bahan menerima tekanan dibagi dengan cross-sectional area beban yang dinyatakan dalam
satuan per square inch (psi) atau megapascal (MPa).16
Kekuatan kompresi pada gipsum dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu kekuatan basah dan
kekuatan kering. Kekuatan yang diperoleh pada saat kelebihan air yang dibutuhkan pada proses
hidrasi hemihidrat tertinggal di dalam bahan disebut kekuatan basah, sedangkan kekuatan kering
adalah kekuatan yang diperoleh apabila bahan atau gipsum dikeringkan dari kelebihan air.
Kekuatan kering dinyatakan memiliki kekuatan yang lebih hingga dua kali lipat dari kekuatan
basah. Apabila waktu pengeringan ditambah maka kekuatan kompresi gipsum dapat meningkat
pula.Pada umumnya, produk gipsum atau model kerja mencapai kekuatan maksimum setelah
mengalami pengeringan selama 24 jam. Hal ini disebabkan pada saat tetesan air yang terakhir
keluar, kristal-kristal gipsum mengendap dan akan menjangkarkan
kristal-kristal yang lebih besar berfungsi sebagai penguat ikatan antar kristal.

Kekuatan kompresi gipsum dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :


1. W/p ratio
Semakin banyak air yang digunakan, maka semakin sedikit jumlah nukleus per unit volume dan
kristal-kristal gipsum yang kecil akan langsung terlarut sehingga penjangkaran antar kristal
menghilang, hal ini menyebabkan semakin sedikit jumlah kristal per unit volume untuk berat
hemihidrat tertentu. Keadaan ini disebut porositas, semakin besar porositas maka akan semakin
kecil kekuatan kering yang dihasilkan dan semakin rendah kekuatan kompresinya.1,8

2. Kecepatan dan waktu pengadukan


Sebagian kristal gipsum langsung terbentuk pada saat bubuk gipsum berkontak dengan air, pada
saat pengadukan dimulai pembentukan kristal meningkat, pada saat yang bersamaan ikatan kristal
yang dibentuk diputuskan oleh spatula pengaduk dan didistribusikan secara merata sehingga
nukleus kristal lebih banyak terbentuk. Waktu pengadukan juga berpengaruh terhadap kekuatan
kompresi produk gipsum, umumnya dengan peningkatan waktu pengadukan kekuatan kompresi
akan meningkat pula sampai batas optimalnya, namun apabila pengadukan terlalu lama, kristal-
kristal gipsum yang sudah terbentuk akan pecah dan jumlah ikatan antar kristal sedikit, hal ini
yang menyebabkan kekuatan kompresi dapat menurun.1,3
3. Akselerator dan retarder
Penambahan akselerator ataupun retarder dapat mengurangi kekuatan basah ataupun kekuatan
kering dari produk gipsum. Hal ini disebabkan oleh penambahan garam yang dilakukan
memengaruhi kemurnian serta mengurangi kohesi antar kristal gipsum.1,3

4. Kemurnian bubuk gipsum


Gipsum merupakan material yang higroskopis (dapat menyerap air dari udara). Apabila bubuk
gipsum dibiarkan di udara terbuka selama beberapa hari, maka bubuk gipsum tersebut akan
menyerap air dari udara dan permukaan dari partikel hemihidrat akan berubah menjadi dihidrat.
Efek yang ditimbulkan pada saat pengadukan yaitu penurunan waktu pengerasan karena rendahnya
kelarutan dari partikel hemihidrat yang dapat menurunkan kekuatan kompresi.1,3

5. Suhu dan kelembaban udara


Gipsum hanya stabil apabila berada dibawah suhu 40°C. Apabila pengeringan produk gipsum
dilakukan pada suhu yang tinggi harus dapat dikontrol dengan baik. Kehilangan air akan sangat
cepat terjadi apabila berada pada suhu diatas 100°C dan dapat menyebabkan pengerutan dan
penurunan kekuatan kompresi.1,3

3.6 WAX CONTOURING


Pada tahap ini, sering disebut juga dengan waxing yaitu proses membentuk dasar dari gigi tiruan
lilin sedemikian rupa sehingga harmonis dengan otot-otot orofasial penderita dan semirip
mungkin dengan anatomis gusi dan jaringan lunak mulut. Tahap ini memiliki beberapa fungsi
diantaranya :

• Menghasilkan geligi tiruan yang stabil


• Menjaga denture pada tempatnya secara tetap dan selaras dengan otot-otot orofasial
penderita
• Memenuhi tujuan estetik, retensi dan fonetik serta kebutuhan kesehatan.

Setelah proses wax contouring, model memasuki tahap selanjutnya, yaitu dilakukan flasking,
packing, curing, deflasking, finishing dan polishing di laboratorium. Flasking merupakan proses
penanaman model pada cuvet dengan menggunakan gips.
Lalu, packing adalah proses pencampuran monomer dan polimer resinakrilik atau pengisian akrilik
pada mol space pencampuran bahan monomer polimer tergantung hot curing apa yang digunakan
yang mempunyai ratio curing dari pabrik.

Curing, yaitu reaksi kimia di mana monomer dengan berat molekul rendah (atau polimer kecil)
dikonversi menjadi bahan dengan berat molekul lebih tinggi untuk mendapatkan sifat yang
diinginkan. Deflasking adalah membuka atau melepaskan gigi tiruan dari cuvet dan mol space
dengan cara membuka gips yang mengeras dari cuvet, gergaji dan patahkan dinding stone dan
dilanjutkan dengan reparasi, yakni suatu tindakan perbaikan atau pembetulan dari gigi tiruan
dengan tujuan memperbaiki kelainan, kerusakan, kecekatan, retensi dan stabilisasi.

Finishing merupakan tahapan untuk menghasilkan permukaan yang lebih halus dengan
memperbaiki permukaan model yang kasar akibat ukuran abrasive dan banyaknya bentukan
flute. Sedangkan polishing adalah proses untuk mendapatkan permukaan suatu restorasi yang
halus dan berkilau.
DAFTAR PUSTAKA

John McCabe and Angus W.G. Walls. 2013. Applied Dental Material. Edisi 9. Blackwell
Mucksgaard.

Stephen J Bonsor dan Gavin J.Pearson. 2012. A Clinical Guide to Applied Dental Material.
Churcill Living Stone.

Annusavice, Kenneth J. 2004. Philips: Buku Ajar Bahan Kedokteran Gigi. Jakarta: EGC

Combe, EC. 1992. Sari Dental Material. Penerjemah: Slamat Tarigan. Jakarta: Balai
Pustaka

http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/22372/6.%20BAB%20II.pdf?sequ
ence=6&isAllowed=y

Anusavice KJ. Philips buku ajar ilmu bahan kedokteran gigi, E/10. Trans. Budiman JA, Purwoko
S. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1996:156-157, 169.

Hatrick CD, Eakle WS, Bird WF. Dental materials clinical applications for dental assistants and
dental hygienists. 2nd ed. Missouri: Saunders Elsevier,2011: 203.

Combe EC. Notes on dental materials. 5thed. New York: Longman Group Limited, 1986: 299-
308

Anusavice KJ. Philip’s science of dental materials. 11thed. St. Louis: Elsevier
Inc, 2003: 257

NRMCA. Testing compressive strength of concrete. 2003 www.croell.com/.../concrete-in-


practice.pdf> (10 November 2014)

Ruslinda Y. Daur ulang sampah.


<ilearn.unand.ac.id/.../Teknik%20Pengolahan%20Sampah%207.pdf?> (8
November 2014)

Anda mungkin juga menyukai